Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa gangguan
kesehatan mental terus berkembang dan mengakibatkan dampak yang
signifikan terhadap bidang kesehatan, sosial, hak asasi manusia serta sektor
ekonomi di semua negara di dunia.1 Enam dari dua puluh penyebab utama
disabilitas penduduk dunia adalah gangguan mental, meliputi: depresi,
masalah ketergantungan alkohol, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan
panik serta masalah ketergantungan obat.2 Penerbitan rencana tindakan
kesehatan mental (Mental Health Action Plan) untuk tahun 2013 – 2020 juga
menunjukkan kebutuhan akan respon yang komprehensif dan terkoordinasi
sebagai upaya untuk menurunkan beban mental penduduk dunia.3
Gangguan mental yang menjadi penyumbang terbesar angka
disabilitas di seluruh dunia dan juga merupakan penyebab utama kematian
karena bunuh diri, yang jumlahnya mendekati 800.000 per tahun, adalah
depresi.4 Sebuah penelitian menyatakan bahwa salah satu faktor yang
menimbulkan kecenderungan seseorang untuk mengalami depresi adalah
tingkat stres yang tinggi.5
Stres merupakan respons tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban6. Respon tersebut meliputi reaksi neurologis maupun
fisiologis, untuk beradaptasi dengan kondisi baru.7 Stres dapat terjadi pada
setiap individu dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Bagi mahasiswa,
stres dapat disebabkan karena kegagalan di bidang akademik atau olahraga,
masalah finansial, masalah kesehatan, serta kehilangan anggota keluarga atau
teman dekat.8
Sebuah penelitian membuktikan bahwa tingkat stres mahasiswa
kedokteran lebih tinggi jika dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain.9
Beberapa stressor yang dialami oleh mahasiswa kedokteran, meliputi :
tekanan akademik, masalah psikosial,10 tingginya ekspektasi orang tua,
kekhawatiran terhadap masa depan, kurangnya waktu dan fasilitas hiburan,
frekuensi ujian akademik, kondisi hidup di hostel, kesulitan tidur karena
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
gangguan di hostel, kualitas makanan, perasaan kesepian serta masalah
finansial.11
Prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran di salah satu sekolah
kedokteran Malaysia ditemukan mencapai 41,9%,12 54% di sekolah
kedokteran Bangladesh,13 61,3% pada mahasiswa kedokteran Iran,14 61,4%
pada mahasiswa kedokteran Thailand,15 62% pada mahasiswa kedokteran
India.16 Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di College of Medicine,
King Saud University, ditemukan bahwa prevalensi stres mahasiswa
kedokteran mencapai 63,8% dan ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara tahun studi dan tingkat stres yang dialami. Prevalensi stres tertinggi
dialami oleh mahasiswa tahun pertama (78,7%), diikuti mahasiswa tahun
kedua (70,8%), tahun ketiga (68%), tahun keempat (43,2%), dan tahun kelima
(48,3%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang dialami mahasiswa
kedokteran pada tiga tahun pertama lebih tinggi dibanding tingkat stres yang
dialami dua tahun setelahnya.17
Beberapa mahasiswa kedokteran memilih untuk melanjutkan studinya
di Fakultas Kedokteran yang jauh dari tempat tinggal sebelumnya demi
meraih cita-citanya menjadi dokter. Mahasiswa yang memilih meninggalkan
daerah asalnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih baik sering disebut
sebagai mahasiswa perantau.18 Mahasiswa perantau biasanya akan menginap
bersama sanak keluarga di lokasi terdekat atau menetap di rumah orang lain
yang dibayar secara periodik, dan disebut sebagai mahasiswa indekos.19
Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh
mahasiswa perantau dapat berupa masalah stres kultural yang berkaitan
dengan ketidakseimbangan gaya hidup, hubungan sosial, kemampuan
komunikasi pada kebudayaan yang berbeda, masalah terkait akademik,20 serta
perubahan pada sistem dukungan sosial.21 Stres sosiokultural tersebut
memiliki korelasi positif yang signifikan dengan tingkat depresi, ansietas dan
stres yang dialami oleh mahasiswa.20
Tingkat stres dan prestasi akademik menunjukkan korelasi negatif yang
cukup signifikan.22 Telah dilaporkan pula bahwa stres dapat menurunkan
perhatian, mengurangi konsentrasi, menghambat proses pengambilan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


keputusan, dan mengurangi kemampuan mahasiswa dalam membangun
hubungan baik dengan pasien, yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan
dan ketidakpuasan pasien terhadap praktik klinis di masa depan.17
Efek yang timbul sebagai akibat dari stres tidak hanya bergantung
pada besarnya stressor, namun juga ditentukan oleh seberapa tinggi derajat
kerentanannya terhadap stres (tingkat stres yang dapat diterima dan ditolerir
oleh seseorang). Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran di Lithuanian University of Health Science menunjukkan bahwa
tingginya derajat kerentanan terhadap stres pada mahasiswa kedokteran
berkaitan dengan rendahnya prestasi akademik mahasiswa, baik pada nilai
masuk universitas, Indeks Prestasi Kumulatif sementara, hingga nilai ujian
histologi mahasiswa yang dilakukan di dalam rentang waktu penelitian.23
Peneliti belum menemukan adanya penelitian mengenai hubungan
antara derajat kerentanan terhadap stres terhadap prestasi akademik pada
mahasiswa kedokteran yang indekos, oleh karena itu muncul keinginan untuk
mengetahui hubungan diantara faktor tersebut pada mahasiswa indekos
program studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
angkatan 2016.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran derajat kerentanan terhadap stres mahasiswa indekos
pada program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
angkatan 2016?
2. Bagaimana gambaran tingkat prestasi akademik mahasiswa indekos pada
program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
angkatan 2016?
3. Bagaimana hubungan derajat kerentanan terhadap stres dengan prestasi
akademik mahasiswa indekos pada program studi profesi dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2016?

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melihat hubungan derajat kerentanan terhadap stres dengan prestasi
akademik mahasiswa indekos pada program studi profesi dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran derajat kerentanan terhadap stres mahasiswa
indekos pada program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas angkatan 2016.
2. Mengetahui gambaran tingkat prestasi akademik mahasiswa indekos
pada program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas angkatan 2016.
3. Mengetahui hubungan derajat kerentanan terhadap stres dengan prestasi
akademik mahasiswa indekos pada program studi profesi dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2016.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis
mengenai derajat kerentanan terhadap stres dan hubungannya dengan prestasi
akademik.
1.4.2 Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Institusi
Pendidikan dalam hal pengendalian stres serta peningkatan prestasi akademis
mahasiswa indekos.

1.4.3 Bagi Mahasiswa


1. Sebagai pemberi informasi mengenai hubungan derajat kerentanan
terhadap stres dengan prestasi akademis mahasiswa indekos sehingga
mahasiswa dapat menurunkan derajat kerentanan terhadap stres serta
dampaknya terhadap prestasi akademik
2. Sebagai pedoman bahwa prestasi akademik mahasiswa ditentukan oleh
berbagai faktor.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


1.4.4 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan sumber informasi penelitian
selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan derajat kerentanan terhadap stres
dan hubungannya dengan prestasi akademik.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres
2.1.1 Definisi Stres
Menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang sifatnya
nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.6 Selye juga menyatakan
bahwa stres merupakan situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seseorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan.24
Lazarus dan Folkman mendefinisikan stres sebagai keadaan internal
yang disebabkan oleh tuntutan fisik (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.25
Stres juga dapat dijelaskan sebagai: 26
1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stres atau disebut dengan stressor.
2) Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon
yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar,
pusing, dan lain sebagainya. Respon secara Psikologis berupa takut, cemas,
sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku,
kognisi maupun afeksi.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres
adalah reaksi individu terhadap situasi tertentu yang dapat menimbulkan
respon fisik dan kejiwaan pada individu tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


2.1.2 Klasifikasi Stres
Berdasarkan persepsi indIvidu terhadap stres yang dialaminya,
Stres dapat digolongkan menjadi dua :
1) Eustress (Stres Positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang
memuaskan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu
untuk menciptakan sesuatu, misalnya karya seni. Hanson juga
mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal
bersifat positif yang timbul dari adanya stres.
2) Distress (Stres Negatif)
Distress merupakan stress yang bersifat merusak atau tidak
menyenangkan. Individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,
menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.27

2.1.3 Sumber Stres


Sumber stres yang dapat menjadi pemicu munculnya stres pada
individu yaitu6:
a. Stressor atau Frustrasi Eksternal
Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga
atau sosial, tekanan dari pasangan.
b. Stressor atau Frustrasi Internal
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi
seperti rasa bersalah).

2.1.4 Tahapan Stres


Perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat sehingga
gejala-gejala stres seringkali tidak disadari dan baru dirasakan ketika
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari
individu baik di rumah, tempat kerja maupun lingkungan pergaulan
sosialnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Robert J. Van Amber
pada tahun 1979, stres terbagi atas 6 tahapan sebagai berikut6 :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


1) Stres tahap I
Merupakan tahapan stres paling ringan yang ditandai dengan
perasaan:
a. Semangat bekerja yang besar dan berlebihan (overacting)
b. Pengihatan lebih tajam dari biasanya
c. Mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya tanpa
menyadari bahwa cadangan energi dihabiskan dan pengerjaan
disertai rasa gugup yang berlebihan.
d. Merasa senang dan bertambah semangat dengan pekerjaannya
tanpa menyadari cadangan energi semakin menipis.
2) Stres tahap II
Pada tahap ini, dampak stres yang semula dirasakan menyenangkan
mulai menghilang dan muncul keluhan-keluhan akibat cadangan
energi yang tidak lagi mencukupi karena kurangnya waktu istirahat.
Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :
a. Merasa letih saat bangun pagi
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang dan menjelang sore
hari
c. Lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
d. Jantung berdebar
e. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
3) Stres tahap III
Tahap ini terjadi individu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya
dan keluhan pada tahap II diabaikan. Pada tahapan ini seseorang
sudah harus berkonsultasi pada dokter dan juga mengurangi beban
stresnya. Keluhan terasa semakin nyata dan mengganggu, yaitu :
a. Keluhan sindroma dispepsia serta buang air besar tidak teratur.
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Ketegangan emosional semakin meningkat
d. Gangguan pola tidur, misalnya sukar mulai masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur
kembali (late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu, badan serasa akan pingsan
4) Stres tahap IV
Terkadang dokter menyatakan seseorang dengan stres tahap II tidak
sakit karena tidak ditemukan kelainan fisik pada organnya. Jika
individu bersangkutan terus memaksakan diri, akan muncul gejala
stres tahap IV seperti:
a. Aktivitas yang biasanya terasa menyenangkan dan mudah
diselesaikan terasa membosankan dan lebih sulit untuk
dikerjakan.
b. Kehilangan kemampuan merespon secara memadai
c. Ketidakmampuan mengalami kegiatan rutin sehar-hari
d. Gangguang pola tidur disertai mimpi yang menegangkan
e. Sering menolak ajakan karena tidak ada semangat dan gairah
f. Konsentrasi dan daya ingat menurun
g. Takut dan cemas dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan
5) Stres tahap V
Tahapan berlanjut dengan gejala :
a. Kelelahan fisik dan mental yang lebih parah dari tahap
sebelumnya.
b. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana
c. Semakin beratnya gangguan sistem pencernaan .
d. Ketakutan dan kecemasan meningkat, serta mudah bingung dan
panik
6) Stres tahap VI
Tahap ini merupakan tahapan klimaks dimana seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Seringkali
dibawa berulang-kali ke Unit Gawat Darurat, meskipun pada akhirnya
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan organ tubuh. Gambaran
tahap IV ini sebagai berikut :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


a. Jantung berdebar (takikardi)
b. Sesak napas (takipneu)
c. Badan gemetar, dingin dan berkeringat
d. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
e. Pingsan (sinkop)

2.1.5 Manifestasi Klinis Stres (Reaksi terhadap stres)


Sesuai definisinya, stres dapat menghasilkan berbagai respon.
Beberapa peneliti membuktikan bahwa respon-respon tersebut berguna
sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan sebagai alat ukur
untuk menentukan tingkat stres yang dialami individu. Stres juga dapat
dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota tubuh,
diantaranya6:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan
(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak
jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinnitus).
d. Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang
menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres tampak tegang, dahi berkerut, mimik
tampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau
tertawa dan kulit muka mengalami kedutan (tic facialis).
f. Mulut dan bibir
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Selain itu, terasa adanya ganjalan pada tenggorokan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps).
g. Kulit
Orang yang mengalami stres dapat mengalami reaksi kulit bermacam-
macam. Sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau mengalami
keringat berlebih. Reaksi lain dapat berupa kelembaban kulit yang
berubah dan kulit menjadi lebih kering. Selain itu, perubahan kulit
lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria, gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat
berlebihan.
h. Sistem Pernapasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu
misalnya napas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan
pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot
rongga dada. Napas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot
rongga dada antar tulang iga mengalami spasme dan tidak atau kurang
elastis dibanding kondisi biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan
tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya
penyakit asma disebabkan karena otot-otot pada saluran napas juga
mengalami spasme.
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar,
pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan tampak mukanya merah atau pucat.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Pembuluh darah perifer terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau
kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
j. Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada
sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual
dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan
(hiperacidity). Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan
perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk
buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita diabetes melitus.
l. Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada organ
sistem muskuloskeletal. Yang bersangkutan sering mengeluh otot
terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu,
keluhan-keluhan pada persendian sering pula dialami, misalnya rasa
ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya.
m. Sistem Endokrin
Gangguan sistem endokrin pada mereka yang mengalami stres adalah
kadar gula yang meningkat; gangguan hormonal lain misalnya pada
wanita adalah gangguan menstruasi berupa siklus yang tidak teratur
dan disertai rasa sakit (dysmenorrhoe).
Selain respon tubuh yang disebutkan di atas, stres yang dihadapi
seseorang dapat menimbulkan respon berupa reaksi psikologis. Reaksi
psikologi tersebut meliputi6 :
1) Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


2) Emosi
Stres dapat menimbulkan reaksi emosional berupa perasaaan takut,
sedih, marah dan fobia.
3) Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu
dapat berperilaku positif maupun negatif. Misal, Bencana alam dapat
membuat individu berperilaku lebih kooperatif dan saling membantu.
Namun dalam kondisi lain juga bisa menyebabkan timbulnya perilaku
lebih agresif.

2.1.6 Reaksi Adaptasi terhadap Stres


Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful
event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
Adaptasi terhadap stres terbagai menjadi 2 dimensi, yaitu adaptasi
terhadap24 :
1) Respon Fisiologis.
Dalam respon fisiologis ada dua pendekatan, yaitu Sindrom
Adaptasi Lokal (LAS) dan Sindrom Adaptasi Umum (GAS). LAS
adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya yang
sifatnya setempat/lokal. GAS adalah respon pertahanan dari
keseluruhan tubuh terhadap stres.
2) Respon Psikologis.
Perilaku adaptif psikologis disebut dengan istilah mekanisme
koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas (Problem
Focused Coping Strategy), yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau
dapat juga berfokus pada mekanisme pertahanan ego (Emotion
focused Coping Strategy), yang tujuannya adalah untuk mengatur
distres emosional dan memberikan perlindungan individu terhadap
ansietas dan stres.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


2.2 Kerentanan terhadap Stres
2.2.1 Kerentanan Stres (Stress Vulnerability)
Teori interaksional yang dikemukakan oleh Lazarus menyatakan
bahwa setiap individu memiliki perbedaan dalam kerentanan mereka
terhadap stres dan cara mereka bereaksi terhadap stres.26 Stres
mempengaruhi individu secara berbeda-beda sesuai dengan
kerentanannya. Individu yang rentan terhadap stres tidak dapat beradaptasi
dengan stressor sehingga menerima dampak buruk stres secara terus
menerus, sementara individu yang kebal terhadap stres dapat
mengembangkan respon fisiologis dan psikologis sehingga dapat
meminimalisir dampak negatif dari stressor.28
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya teori Model
Kerentanan Stres (Stress Vulnerability Model) yang diusulkan oleh Zubin
dan Spring. Model ini mengemukakan bahwa setiap individu diberkahi
dengan derajat kerentanan yang jika bertemu dengan situasi tertentu yang
sesuai, akan diekspresikan dalam episode gangguan mental. 29
Kerentanan terbentuk oleh dua komponen utama, yaitu komponen
pembawaan sejak lahir (inborn vulnerability) dan komponen yang didapat
(acquired vulnerability). Komponen bawaan sejak lahir meliputi : faktor
genetik yang direfleksikan dalam lingkungan internal dan neurofisiologi
individu. Komponen yang didapat meliputi : pengaruh dari trauma,
penyakit spesifik, komplikasi perinatal, pengalaman dan permasalahan
dalam keluarga, interaksi saat masa remaja, dan peristiwa kehidupan
lainnya yang dapat meningkatkan ataupun menghambat perkembangan
gangguan selanjutnya. 29
Individu dengan derajat kerentanan tinggi adalah seseorang yang
jika dihadapkan dengan sejumlah kemungkinan dalam kehidupan sehari-
hari, sudah cukup untuk mengantarkannya pada sebuah episode gangguan
mental. Sebaliknya, individu dengan derajat kerentanan rendah adalah
seseorang yang jika dihadapkan dengan kejadian langka dan bencana,
kejadian tersebut tidak menimbulkan suatu episode, ataupun jika
menimbulkan episode, hanya dalam waktu yang singkat(Gambar 2.1). 29

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Terdapat bukti yang menyatakan bahwa stressor berupa peristiwa
kehidupan memiliki peranan penting dalam mencetuskan gangguan fisik
ataupun gangguan mental. Stressor tersebut memiliki kaitan yang erat
dengan derajat kerentanan yang dimiliki oleh individu. 29
Apabila stres yang disebabkan oleh peristiwa hidup yang
menantang berada dibawah ambang batas kerentanan, seseorang akan
merespon stres tersebut dengan cara homeostatik elastis sehingga individu
tersebut tetap baik-baik saja dan berada dalam kondisi yang wajar.
Sebaliknya, apabila stres melebihi ambang batas, seseorang akan
cenderung untuk mengembangkan episode psikopatologis(Gambar 2.1).29

Stress Vulnerability Model

Gambar 2.1 Hubungan antara kerentanan stres dengan


peristiwa hidup yang menantang29

Reaktivitas individu terhadap stres juga dapat menentukan


kerentanan stres individu dalam bebagai kondisi. Reaktivitas adalah
kemungkinan bagaimana reaksi fisik dan emosional individu dalam
menghadapi stressor hariannya dan bergantung kepada ketahanan atau
kerentanan yang dimilikinya. Sumber daya personal (misal : pendidikan,
pendapatan, penguasaan dan kontrol atas lingkungan, dan kesehatan fisik)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


serta sumber daya lingkungan (misalnya, dukungan sosial) mempengaruhi
bagaimana individu dapat mengatasi pengalaman dan stressor hariannya.29

Gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya waktu tidur,


ketidakteraturan jadwal makan, dan kurangnya waktu santai dapat
berkontribusi terhadap kerentanan stres. Sehingga diperlukan perubahan
perilaku dan gaya hidup untuk dapat menurunkan kerentanan stres
seseorang.30

2.2.2 Alat Ukur Kerentanan Stres

Derajat kerentanan terhadap stres seseorang dapat diukur dari alat


ukur yang telah dikembangkan dan dikenal dengan sebutan Skala Miller &
Smith atau Stress Vulnerability Scale. Pada alat ukur ini terdapat 20
aktivitas dan kondisi yang dialamin individu dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat meningkatkan atau menurunkan derajat kerentanannya terhadap
stres. Masing-masing jenis aktivitas diberi nilai (score) dari 1 hingga 5.31
Pengukuran kekebalan ini dapat dilakukan oleh diri yang bersangkutan (self
assessment) dengan cara pengisian kuesioner.

2.2.3 Upaya Meningkatkan Kekebalan Stres


Seorang individu dapat meningkatkan kekebalan stres atau
menurunkan kerentanannya terhadap stress dengan melakukan langkah
sebagai berikut31:
a. Makanan
Makan dan minum hendaknya yang halus dan yang baik serta tidak
berlebihan. Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang dan malam dan
diusahakan jangan sampai telat.
b. Tidur
Tidur adalah solusi alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan
fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan
makhluk hidup, terutama manusia; oleh karena itu jadwal tidur
hendaknya teratur. Lamanya tidur yang baik adalah antara 7-8 jam
dalam semalam.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


c. Olah raga
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun
mental, olah raga adalah salah satu caranya.
d. Menghindari merokok
Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
e. Menghindari minuman keras
Tidak meminum minuman beralkohol adalah kebiasaan hidup yang baik
bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh

2.3 Merantau dan Indekos


2.3.1 Definisi Merantau
Dalam suku Minangkabau, dikenal sebuah pola migrasi yang sering
disebut dengan istilah Merantau. Kata ini merupakan suatu tipe khusus
dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Barat manapun.
Masyarakat minangkabau mengartikan rantau sebagai aktivitas
meninggalkan kampung halaman dan pergi ke daerah lain sehingga
memberi ruang untuk bergerak serta memiliki jarak dengan tempat asli si
perantau tersebut. Meskipun saat ini istilah merantau lebih digunakan
untuk menerangkan seseorang yang berpergian keluar Sumatera Barat,
namun dalam sudut pandang sosiologi, seseorang dapat dikatakan
merantau apabila memenuhi setidaknya enam unsur pokok sebagai
berikut.32 :
1) Meninggalkan kampung halaman.
2) Dengan kemauan sendiri.
3) Untuk jangka waktu lama atau tidak.
4) Dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari
pengalaman.
5) Biasanya dengan maksud kembali pulang
6) Merantau ialah lembaga sosial membudaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


2.3.2 Definisi Mahasiswa Perantau
Perantau merupakan individu yang mencari penghidupan, ilmu dan
sebagainya di daerah lain yang bukan merupakan daerah/tempat asalnya.33
Mahasiswa yang memilih untuk meninggalkan kampung halaman demi
melanjutkan pendidikan yang lebih baik sering disebut sebagai mahasiswa
perantau. Mahasiswa perantau dapat didefinisikan sebagai individu yang
tinggal di daerah lain untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dan
mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu keahlian jenjang perguruan tinggi
diploma, sarjana, magister, atau spesialis.18

2.3.3 Definisi Mahasiswa Indekos


Mahasiswa perantau biasanya akan menginap bersama sanak keluarga
di lokasi terdekat atau menyewa tempat kos dan disebut sebagai mahasiswa
indekos. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi indekos adalah
tinggal di rumah orang lain dengan atau tanpa makan (dengan membayar setiap
bulan).19 Tempat kos merupakan suatu tempat tinggal yang disewakan kepada
pihak lain dengan fasilitas-fasilitas tertentu dengan harga lebih terangkau.18
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa indekos merupakan
mahasiswa yang tinggal di rumah orang lain dan mendapatkan fasilitas-fasilitas
tertentu dengan membayar setiap bulan.

2.3.4 Stres pada Mahasiswa Perantau dan Indekos

Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh


mahasiswa perantau dapat berupa masalah stres kultural yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan gaya hidup, hubungan sosial, kemampuan komunikasi pada
kebudayaan yang berbeda, masalah terkait akademik,20 serta perubahan pada
sistem dukungan sosial.21 Stres kultural tersebut memiliki korelasi positif yang
signifikan dengan tingkat depresi, ansietas dan stres yang dialami oleh
mahasiswa.20
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wenhua dan Zhe
yang menyebutkan bahwa permasalahan yang akan dialami oleh mahasiswa
perantau meliputi: faktor kehidupan sehari-hari (permasalahan akomodasi,
keuangan, makanan sehat dan bergizi), faktor sosial budaya (diskriminasi,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18
penyesuaian dengan budaya dan norma baru, permasalahan hubungan sosial),
dan faktor psikologis (homesickness).34

Selain itu, Sukami mengemukakan bahwa masalah lain yang dialami


mahasiswa perantau saat melakukan penyesuaian, yaitu terkait dengan
akademik, misalnya: perencanaan studi, cara belajar, pengenalan peraturan
terhadap sistem akademik, persaingan lebih besar, lebih banyak tugas, gaya
belajar yang berbeda, tugas yang banyak, dan kualitas standar yang lebih
tinggi.35
Faktor-faktor yang menyebabkan stres pada subjek bersumber dari
stressor kuliah yang meliputi: transportasi, kedatangan kuliah, penilaian, tugas,
penggunaan fasilitas. Stressor keluarga yang dialami mencakup : anak dan
kesehatan. Stressor ekonomi yang dihadapi seperti .biaya hidup dan keuangan.
Stressor lingkungan yang ditemukan subjek selama berada dirantau adalah :
sosialisasi dan lingkungan tempat tinggal.36
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa indekos juga
menyatakan bahwa mahasiswa indekos mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan tempat tinggal yang baru, mulai dari menyesuaikan
dengan teman-teman baru, adat dan kebiasaan baru, juga harus menyesuaikan
diri dengan iklim ilmiah di perguruan tinggi yang sangat berbeda dengan SMA,
merasa harus menghadapi tugas-tugas dari dosen, jadwal kuliah yang padat
termasuk bagaimana mengisi waktu luang.37
Kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa perantau dan indekos
dalam penyesuaian dirinya terhadap perubahan-perubahan dalam hidupnya
sebagaimana telah dijabarkan di atas, dapat menjadi stressor yang
mempengaruhi kehidupannya dari berbagai aspek, termasuk aspek akademik.

2.4 Prestasi Akademik


2.4.1 Definisi Prestasi Akademik
Prestasi akademik adalah nilai yang diperoleh dari kegiatan
persekolahan atau perkuliahan yang bersifat kognitif (berupa pengetahuan dan
kecakapan intelektual) dan ditentukan melalui penilaian.37 Prestasi akademik
juga dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


mahasiswa terhadap tugas belajar di kampus dalam periode tertentu yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.38
Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah
laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan
tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar.
Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan
maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat
diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang berstandar.39
Dalam lingkungan kampus, nilai yang didapat biasanya dikenal dengan
istilah indeks Prestasi (IP) yang dapat dilihat pada setiap akhir semester yang
tselah dilalui. Adapun pengertian dari indeks prestasi sendiri adalah angka
yang memperlihatkan pencapaian seseorang dalam belajar atau bekerja selama
jangka waktu tertentu.40

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik


Dalam pencapaiannya, prestasi akademik mahasiswa ditentukan oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi.
Setidaknya terdapat dua jenis faktor yang menentukan keberhasilan seseorang
dalam belajar, yaitu41 :
1) Faktor internal (yang berasal dalam diri) yaitu:
a. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang sakit dapat mengakibatkan
seseorang menjadi tidak bergairah untuk belajar. Demikian juga bila
seseorang mengalami gangguan kejiwaan atau kesehatan rohani dapat
mengganggu atau mengurangi semangat belajar seseorang.
b. Intelegensi dan bakat
Seseorang dengan intelegensi yang baik (IQ tinggi) umumnya mudah
belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya seseorang
dengan intelegensi rendah, cenderung sukar dalam belajar, lambat
berpikir sehingga prestasinya pun rendah. Selain itu bakat juga
berpengaruh dalam prestasi belajar.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


c. Minat dan motivasi
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari
hati sanubari. Minat yang besar merupakan modal awal untuk
mencapai tujuannya. Dengan adanya minat mendorong timbulnya
motivasi. Motivasi sendiri adalah pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar.
Kuat atau lemahnya minat dan motivasi seseorang dalam belajar dapat
berpengaruh terhadap prestasinya.
d. Cara belajar
Cara belajar dapat berpengaruh terhadap prestasi karena tanpa
memperhatikan teknik dan faktor fisiologi, psikologis, dan ilmu
kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Setiap
orang mempunyai teknik belajar berbeda-beda namun yang perlu
diperhatikan adalah; bagaimana cara membaca, mencatat, menggaris
bawahi, meringkas dan lain-lain. Selain itu waktu, tempat, fasilitas,
serta penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran
juga ikut mempengaruhi prestasi belajar.
2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
a. Keluarga
Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurangnya perhatian serta rukun tidaknya orang tua dan
kedekatan orang tua dengan anaknya ikut mempengaruhi prestasi
anak.
b. Sekolah
Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, fasilitas peraturan yang berlaku di lingkungan
tempat menutut ilmu ikut mempengaruhi.
c. Masyarakat
Masyarakat ikut berpengaruh karena jika di sekitar masyarakat
disekitar tempat tinggal berpendidikan, terutama anak-anaknya
bersekolah tinggi maka akan mendorong agar lebih giat beajar.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


d. Lingkungan Sekitar
Apabila keadaan lingkungan tidak mendukung misalnya; lokasi yang
terlalu bising, rumah yang rapat dan panas ikut mempengaruhi hasil
belajar.

2.5 Hubungan antara Derajat Kerentanan Stres dengan Prestasi


Akademik

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di


Lithuanian University of Health Science menunjukkan bahwa tingginya
derajat kerentanan terhadap stres pada mahasiswa kedokteran berkaitan
dengan rendahnya prestasi akademik mahasiswa, baik pada nilai masuk
universitas, Indeks Prestasi Kumulatif sementara, hingga nilai ujian histologi
mahasiswa yang dilakukan di dalam rentang waktu penelitian.23

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


KERANGKA TEORI

Stressor Eksternal

Stres

Stressor Internal

Inborn
Vulnerability
(Faktor
Kerentanan Genetik dan
Reaksi Stres Neurofisiologi)
Adaptasi
(Stress
terhadap Stres
Vulnerability)
Acquired
Vulnerability
(Pengaruh
Trauma,
Penyakit
Respon Respon Spesifik,
fisiologis psikososial Komplikasi
Perinatal,
Permasalahan
keluarga, dll)

Stres Positif Stres Negatif


(Eustress) (Distress)

Dampak terhadap
Prestasi Akademik

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitan

Merantau
Stressor Akademik

Stressor Ekonomi
Stres
Psikososial

Stressor Keluarga

Stressor Lingkungan
Mahasiswa
Indekos

Inborn
Vulnerability
Mekanisme Kerentanan
Koping Stres
Acquired
Vulnerability

Problem Emotion
Focused Focused
Coping Coping
Strategy Strategy

Keterangan :

Variabel yang diteliti


Prestasi
Akademik Variabel yang tidak
Mahasiswa diteliti
Indekos

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


3.2 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara derajat kerentanan terhadap stres dengan
prestasi akademik mahasiswa indekos program studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2016.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan
desain cross sectional yang mana variabel dependen dan independen
didapatkan pada saat yang bersamaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2018 sampai dengan
Maret 2018.

4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa indekos pada
program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
angkatan 2016 dengan jumlah 109 mahasiswa.

4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu
mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa indekos studi profesi dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas angkatan 2016 (minimal selama 6 bulan).
b. Memiliki Indeks Prestasi semester genap tahun 2016.
2. Kriteria Eksklusi
a. Tinggal bersama keluarga.
b. Tidak bersedia menjadi responden pada penelitian.
c. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
d. Menderita penyakit kronis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar.
e. Tidak mengikuti salah satu blok pada satu semester
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26
4.3.3 Besar Sampel
Perhitungan dilakukan dengan rumus sampel minimal oleh Taro
Yamane dan Slovin dan populasi sebanyak 109 mahasiswa.

n= N
N.d2 + 1

Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d2 : Derajat kesalahan yaitu 5%
berdasarkan rumus diatas maka besar sampel pada penelitian ini adalah
n= 109 = 85,66 (dibulatkan menjadi 86 sampel)
109 x 0.052 + 1
Dropout 10% = 8,6 (dibulatkan menjadi 9 sampel)
Sehingga besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah sebanyak 95
sampel.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik consecutive
sampling. Pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh
mahasiswa indekos pada program studi profesi dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas angkatan 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dari 114 orang yang tersedia, dengan sampel minimal 95 orang.

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


4.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependen) : Indeks Prestasi (IP)
2. Variabel Bebas (Independen) : Derajat Kerentanan terhadap Stres

4.4.2 Definisi Operasional


1. Variabel Terikat (Dependen) : Indeks Prestasi (IP)

a. Definisi : ukuran hasil belajar pada semester tertentu.


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27
Penelitian ini menggunakan IP semester genap tahun 2016.
b. Cara Ukur : Observasi dan wawancara terpimpin
c. Alat Ukur : Kuesioner dan Angket Kartu Hasil Studi

d. Hasil Ukur :
Berdasarkan pada Keputusan Rektor Universitas Andalas tahun 2014:
1) Memuaskan (2,00 – 2,74)
2) Sangat memuaskan (2,75 – 3,50)
3) Dengan pujian (3,51 – 4,00)
e. Skala Ukur : Skala Ordinal

2. Variabel Bebas (Independen) : Skala Kerentanan Stres


a. Definisi : Skala yang menunjukkan derajat kerentanan seseorang
terhadap stres
b. Cara Ukur : Observasi
c. Alat Ukur : Kuesioner SVS (Stress Vulnerability Scale – Miller Smith)
d. Hasil Ukur :
Berdasarkan Stress Vulnerability Scale :
1) Kerentanan rendah (Kebal terhadap stres) : < 30
2) Kerentanan sedang (Kurang kebal terhadap stres) : 30 – 50
3) Kerentanan tinggi (Tidak kebal terhadap stres) : >50 – 80

e. Skala Ukur : Skala Ordinal

4.5 Instrumen Penelitian


1. Persetujuan ikut serta
2. Angket Kartu Hasil Studi semester genap tahun ajaran 2016/2017.
3. Kuesioner SVS (Stress Vulnerability Scale) oleh Miller & Smith.
Kuesioner ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan
telah divalidasi oleh Cut Mey pada tahun 2014. Uji realibilitas dan
validitas menunjukkan Croncbach’s Alpha 0,74 yang artinya telah
reliabel dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Proses dalam pengambilan dan pengumpulan data untuk penelitian


ini memerlukan beberapa tahap, diantaranya:
1. Meminta surat pengantar pada Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas untuk melakuan penelitian setelah proposal disetujui oleh
pembimbing & penguji.
2. Menuliskan penjelasan tentang manfaat penelitian, tujuan penelitian
dan kerahasiaan informasi serta meminta kerja sama responden untuk
menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner dengan jujur dan sesuai
dengan keadaan yang dialami oleh responden pada lembar kuesioner.
3. Memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan pada responden dan
meminta responden untuk menandatangani informed consent pada
lembar paling depan kuesioner.
4. Memberikan kesempatan pada responden untuk mengajukan
pertanyaan bila ada pertanyaan dalam kuesioner yang kurang jelas.
5. Memberikan waktu 15-20 menit kepada responden untuk mengisi
kuesioner.
6. Responden menyerahkan kembali kuesioner kepada peneliti kemudian
peneliti melakukan wawancara terpimpin kepada masing-masing
responden untuk mengonfirmasi jawaban pada lembar kuesioner
sehingga data yang ada dapat diproses dan dianalisis.

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data adalah suatu cara yang digunakan
untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh
agar data-data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, tetapi
dapat juga dipahami oleh orang lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


4.7.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing, yaitu data diperiksa kelengkapan dan kejelasannya terlebih
dahulu
b. Coding, yaitu proses pemberian kode pada setiap data variabel yang
telah terkumpul yang berguna untuk memudahkan pengolahan
selanjutnya
c. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program Statistical
Program for Social Sciences (SPSS) secara single entry
d. Cleaning, yaitu data yang telah dientry, diperiksa kembali untuk
memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan baik
kesalahan dalam pengkodean ataupun kesalahan dalam membaca
kode.

4.7.2 Analisis Data


1. Analisis univariat
Analisis univariat memiliki fungsi untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang pada
umumnya analisis ini hanya menunjukkan distribusi frekuensi dan
presentase dari setiap variabel. Pada penelitian ini, analisis univariat
dilakukan untuk mengetahui karakteristik variabel bebas berupa
derajat kerentanan terhadap stres dan variabel terikat berupa Indeks
Prestasi (IP).
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian adalah uji
Chi-Square dengan variabel independent berupa skala ordinal dan
variabel dependent berupa skala ordinal.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Data Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas mengenai Hubungan Derajat Kerentanan Stres dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa Indekos pada Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Data awal yang diperoleh
peneliti ada 102 mahasiswa indekos FK Unand angkatan 2016 yang
mengisi dan mengembalikan kuesioner yang disebar. Dari jumlah tersebut
terdapat 98 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan
menjadi sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini telah
mencukupi jumlah sampel minimal penelitian.
Sampel pada penelitian ini sebanyak 98 orang, dengan gambaran
demografi sebagai berikut :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden (n = 98)
Karakteristik Frekuensi %
Jenis Laki-laki 26 26.5
Kelamin
Perempuan 72 73.5
Usia 17 1 1
18 9 9.2
19 45 45.9
20 36 36.7
21 5 5.1
22 2a 2

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa responden terbanyak


berusia 19 tahun yaitu sebanyak 45.9%. dan terdapat responden laki-laki
sebanyak 26.5% orang dan responden perempuan sebanyak 73.5% orang.
Responden terbanyak pada penelitian ini adalah responden perempuan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


5.2 Analisis dan Hasil Penelitian
5.2.1 Derajat Kerentanan Stres
Distribusi frekuensi derajat kerentanan stres dapat dilihat pada
tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Derajat Kerentanan Stres Mahasiswa


Indekos pada program studi Profesi Dokter FK Unand
Angkatan 2016
Derajat Kerentanan f %
Stres
Kerentanan Rendah 1 1
Kerentanan Sedang 85 86.7
Kerentanan Tinggi 12 12.2
Total 98 100

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa sebagian besar dari


responden dikelompokkan dalam derajat kerentanan sedang (86.7%),
sebagian kecil dari responden dikelompokkan dalam derajat kerentanan
tinggi (12.2%), dan terdapat satu responden yang memiliki derajat
kerentanan sedang (1%). Kategori kerentanan rendah digabung dengan
kerentanan sedang karena hanya terdapat 1 mahasiswa indekos yang
memiliki derajat kerentanan stres rendah.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


5.2.2 Indeks Prestasi (IP)
Distribusi frekuensi gambaran indeks prestasi mahasiswa dapat
dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Indeks Prestasi Semester Genap


Mahasiswa Indekos pada program studi Profesi Dokter FK
Unand Angkatan 2016
IP Semester f %
Memuaskan 21 21.4
Sangat memuaskan 77 78.6
Dengan pujian - -
Total 98 100

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa sebagian besar dari


responden dikelompokkan dalam gambaran IP Semester sangat
memuaskan (78.6%) dan sebagian kecil dari responden dikelompokkan
dalam gambaran IP Semester memuaskan (21.4%).

5.2.3 Hubungan Derajat Kerentanan Stres dengan Prestasi


Akademik
Berdasarkan uji statistik, hubungan derajat kerentanan stres dengan
prestasi akademik mahasiswa indekos program studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dapat dilihat pada tabel 5.4
dibawah ini :

Tabel 5.4 Hubungan derajat kerentanan stres dengan prestasi akademik

Sangat
Memuaskan Memuaskan Total
P
f % f % f % Value
Kerentanan sedang 15 15.3 71 72.4 86 87.8
0.019
Kerentanan tinggi 6 6.1 6 6.1 12 12.2
21 21.4 77 78.6 98 100

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


Berdasarkan tabel 5.4 diperolah data dari 86 responden yang
memiliki derajat kerentanan stres sedang, sebanyak 71 responden (72.4%)
memiliki indeks prestasi sangat memuaskan dan sebanyak 15 responden
(15.3%) memiliki indeks prestasi memuaskan. Responden yang memiliki
derajat kerentanan stres tinggi sebanyak 12 responden, dengan 6 responden
(6.1%) memiliki indeks prestasi memuaskan dan 6 responden (6.1%)
memiliki indeks prestasi sangat memuaskan.
Hasil uji chi square dari tabel diatas memperlihatkan nilai p-value
sebesar 0.019 (p-value < 0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara derajat kerentanan terhadap stres dengan
prestasi akademik mahasiswa indekos pada program studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Derajat Kerentanan Stres Mahasiswa Indekos


Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 98
mahasiswa indekos yang terdiri dari 72 (73.5%) responden perempuan dan
26 (26.5%) responden laki-laki. Dari 98 responden tersebut didapatkan
bahwa sebagian besar responden memiliki derajat kerentanan stres sedang
(86.7%). Angka ini lebih tinggi daripada penelitian yang dilakukan
sebelumnya di Lithuanian University of Health Sciences oleh Bunevicius
dimana terdapat 78% mahasiswa kedokteran yang memiliki derajat
kerentanan stres sedang.23 Sementara penelitian yang dilakukan oleh Sari
di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta
menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu didapatkan sebayak 90.5%
mahasiswa kedokteran yang memiliki derajat kerentanan stres sedang.42
Data tersebut sejalan dengan penelitian yang membuktikan bahwa
tingkat stres mahasiswa kedokteran lebih tinggi jika dibandingkan dengan
mahasiswa jurusan lain.9 Tingginya stres yang dialami mahasiwa
kedokteran disebabkan karena beberapa stressor berupa : tekanan
akademik, masalah psikosial,10 tingginya ekspektasi orang tua,
kekhawatiran terhadap masa depan, kurangnya waktu dan fasilitas
hiburan, frekuensi ujian akademik, kondisi hidup di hostel, kesulitan tidur
karena gangguan di hostel, kualitas makanan, perasaan kesepian serta
masalah finansial.11
Sebagian kecil dari responden penelitian ini memiliki derajat
kerentanan stres tinggi (12.2%) dan tidak terdapat mahasiswa dengan
derajat kerentanan stres rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Sari
yang menemukan bahwa terdapat 9.5% responden yang mempunyai
toleransi terhadap stres yang kurang atau memiliki derajat kerentanan stres
tinggi.42 Sementara itu, penelitian Bunevicius menunjukkan bahwa tidak
terdapat mahasiswa kedokteran yang memiliki derajat kerentanan stres

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


tinggi dan terdapat 22.2% mahasiswa yang memiliki derajat kerentanan
stres rendah.23
Perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan stressor yang dialami oleh populasi dari negara yang berbeda,
misal : faktor sosiokultural dan sistem pembelajaran yang berbeda
(Lihuanian University of Health Science menggunakan pembelajaran
berbahasa inggris sehingga banyak menarik minat mahasiswa perantau),
serta faktor finansial (Lithuania merupakan salah satu negara di Eropa
dengan biaya pendidikan sekolah kedokteran termurah).43
Derajat kerentanan stres didapat dengan menggunakan instrumen
Stress Vulnerability Scale (SVS) atau juga dikenal sebagai Miller-Smith
Scale yang terdiri dari 20 pertanyaan yang masing-masingnya menjelaskan
faktor yang mempengaruhi kerentanan stres. Faktor tersebut meliputi
perilaku makan dan tidur, konsumsi kafein dan alkohol, kondisi emosional
dan sosial, kondisi finansial, kondisi kesehatan, manajemen waktu, dan
lain-lain(Gambar 6.1).31
Gambar 6.1 menunjukkan bahwa dari dua puluh faktor risiko yang
dapat mempengaruhi derajat kerentanan stres, sebagian besar mahasiswa
indekos FK UNAND angkatan 2016 termasuk dalam kategori jarang
melakukan perilaku positif seperti : tidur cukup dan teratur, olahraga rutin
dua kali seminggu, serta partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.
Beberapa mahasiswa termasuk dalam kategori kadang-kadang dalam
kemampuan mengekspresikan emosinya ketika marah dan cemas serta
dalam kemampuannya mengatur waktu. Minimnya frekuensi dalam
menjalani gaya hidup positif tersebut mempengaruhi kerentanan
mahasiswa terhadap stres.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36


Identifikasi Faktor Risiko
yang mempengaruhi Derajat Kerentanan Stres
Mahasiswa Indekos FK UNAND Angkatan 2016
berdasarkan kuesioner SVS

1. MAKANAN BERGIZI & TERATUR 2

2. TIDUR CUKUP & TERATUR 4

3. KASIH SAYANG CUKUP 1

4. ORANG YANG DAPAT DIANDALKAN 2

5. OLAHRAGA RUTIN 2X/MINGGU 4

6. ROKOK <1/2 BUNGKUS/MINGGU 1

7. TEH <5CANGKIR/MINGGU 1

8. BB IDEAL 1

9. KONDISI FINANSIAL 1

10. KEYAKINAN 1

11. KEGIATAN KEMASYARAKATAN 4

12. RELASI 2

13. ADANYA TEMPAT CURHAT 2

14.KONDISI KESEHATAN 2

15. KEMAMPUAN EKSPRESI EMOSI 3

16.KOMUNIKASI MASALAH 2

17.HIBURAN 1X/MINGGU 1

18.MANAJEMEN WAKTU 3

19.KONSUMSI KOPI <3X/HARI 1

20. ISTIRAHAT CUKUP 1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Keterangan Frekuensi :
1 : SELALU
2 : SERING
3 : KADANG-KADANG
4 : JARANG
5 : TIDAK PERNAH

Gambar 6.1 Identifikasi Faktor Risiko yang mempengaruhi Derajat


Kerentanan Stres Mahasiswa Indekos FK Unand
Angkatan 2016

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


Reaktivitas individu terhadap stres juga dapat menentukan
kerentanan stres seseorang terhadap beragam kondisi. Reaktivitas adalah
kemungkinan seseorang bereaksi secara emosional maupun fisik untuk
menghadapi stres harian yang bergantung kepada kerentanannya terhadap
stres.44 Selain itu, jalur reaktivitas stressor juga menggambarkan bahwa
faktor sosial demografi, psikososial, dan kesehatan mengubah bagaimana
stres harian mempengaruhi kesehatan sehari-hari. Sumber daya pribadi
(misalnya pendidikan, kondisi finansial, kontrol atas lingkungan dan
kesehatan fisik) dan sumber daya lingkungan (misalnya dukungan sosial
dan kasih sayang) juga berpengaruh dalam jalur reaktivitas stressor.45

6.2 Gambaran Indeks Prestasi Mahasiswa Indekos


Pada penelitian ini, sebanyak 78.6% responden mendapatkan
Indeks Prestasi kategori sangat memuaskan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alvin (2017) yang menunjukkan bahwa
terdapat 75.2% mahasiswa kedokteran Universitas Andalas mendapatkan
Indeks Prestasi kategori sangat memuaskan.46
Indeks prestasi mahasiswa ditentukan oleh banyak faktor yang
terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.41 Faktor internal adalah
faktor dalam diri mahasiswa yang meliputi kesehatan, intelegensi dan
bakat, minat dan motivasi, cara belajar,41 kematangan kondisi emosional,47
olahraga atau latihan fisik,48 serta kemampuan manajemen waktu.49
Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
mahasiswa yang meliputi faktor keluarga, dukungan sosial, kondisi
finansial, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.41

6.3 Hubungan Derajat Kerentanan Stres dengan Gambaran


Indeks Prestasi Mahasiswa Indekos
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan software SPSS for
Windows dengan metode chi-square, diperoleh p-value sebesar 0.019 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara derajat
kerentanan stres dengan prestasi akademik mahasiswa indekos. Hal ini
juga membuktikan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bunevicius (2016) di Lithuanian University of Health Sciences yang
menunjukkan adanya hubungan antara kerentanan stres dengan prestasi
akademik mahasiswa kedokteran. Mahasiswa dengan derajat kerentanan
stres yang lebih tinggi memiliki prestasi akademik yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan mahasiswa dengan derajat kerentanan yang lebih
rendah.23
Derajat kerentanan stres dikemukakan oleh Lazarus dalam teori
interaksional yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki perbedaan
dalam kerentanan mereka terhadap stres dan cara mereka bereaksi
terhadap stres.26 Stres mempengaruhi individu secara berbeda-beda sesuai
dengan kerentanannya. Individu yang rentan terhadap stres tidak dapat
beradaptasi dengan stressor sehingga menerima dampak buruk stres secara
terus menerus, sementara individu yang kebal terhadap stres dapat
mengembangkan respon fisiologis dan psikologis sehingga dapat
meminimalisir dampak negatif dari stressor.28
Kerentanan terbentuk oleh dua komponen utama, yaitu komponen
pembawaan sejak lahir (inborn vulnerability) dan komponen yang didapat
(acquired vulnerability). Komponen bawaan sejak lahir meliputi : faktor
genetik yang direfleksikan dalam lingkungan internal dan neurofisiologi
individu. Komponen yang didapat meliputi : pengaruh dari trauma,
penyakit spesifik, komplikasi perinatal, pengalaman dan permasalahan
dalam keluarga, interaksi saat masa remaja, dan peristiwa kehidupan
lainnya yang dapat meningkatkan ataupun menghambat perkembangan
gangguan kejiwaan selanjutnya. 29
Penelitian yang dilakukan oleh Banjong (2015) menunjukkan
bahwa terdapat beberapa stressor harian yang berpengaruh dan memiliki
korelasi negatif yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa
perantau, yaitu meliputi : perasaan kesepian (homesickness) dan kebutuhan
finansial.50 Selain itu, mahasiswa perantau juga mengalami beberapa
tantangan lain seperti penyesuaian tempat tinggal, penyesuaian
sosiokultural dan psikologis, masalah keterbatasan berbahasa serta

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


masalah kesehatan jiwa.51 Hal-hal tersebut berkaitan dengan beberapa
komponen yang menentukan derajat kerentanan stres seperti : kasih
sayang, sistem dukungan sosial, kondisi keuangan dan sosialisasi dengan
masyarakat sekitar.

Gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya waktu tidur,


ketidakteraturan jadwal makan, kurangnya olahraga dan kurangnya waktu
santai juga dapat berkontribusi terhadap kerentanan stres.30 Diperlukan
perubahan perilaku dan gaya hidup untuk dapat menurunkan kerentanan
stres serta meningkatkan prestasi akademik mahasiswa indekos.30

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum ditelitinya


perbedaan derajat kerentanan stres mahasiswa indekos dengan mahasiswa
yang tinggal di rumah bersama keluarganya. Selain itu, kelemahan dalam
penelitian ini berhubungan dengan teknik pengambilan data Indeks
Prestasi mahasiswa. Peneliti tidak diberikan izin untuk melihat data nilai
akademik mahasiswa lain sehingga data Indeks Prestasi Semester yang
dikumpulkan merupakan data primer yang langsung dituliskan oleh
responden sesuai dengan nilai yang tertera di website portal universitas.
Hal ini membuat beberapa responden merasa tidak nyaman memberikan
data Indeks Prestasi mereka jika sekiranya mereka memperoleh nilai yang
rendah. Selain itu, ketidaklengkapan data nilai di portal juga menjadi
keterbatasan dalam memperoleh data indeks prestasi yang lengkap dan
akurat untuk diolah.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40


BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden memiliki derajat kerentanan stres


sedang.
2. Sebagian besar responden mendapatkan indeks prestasi kategori
sangat memuaskan.
3. Terdapat hubungan antara derajat kerentanan stres dengan prestasi
akademik mahasiswa indekos pada program studi profesi dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dibuktikan dengan
analisis data menggunakan uji chi square yang menunjukkan nilai
p-value 0.019 (p<0.05).

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan antara derajat


kerentanan stres mahasiswa indekos dengan mahasiwa yang tinggal
di rumah bersama keluarga.
2. Bagi institusi pendidikan untuk mempertimbangkan hasil penelitian
ini dalam upaya pengendalian stres serta peningkatan prestasi
akademik mahasiswa indekos.
3. Bagi fakultas kedokteran untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan
mengenai pengendalian stres serta upaya untuk menurunkan derajat
kerentanan stres mahasiswa kedokteran.
4. Bagi mahasiswa kedokteran untuk meningkatkan kekebalan
terhadap stres dengan melakukan perubahan menuju perilaku dan
gaya hidup positif serta saling memberikan dukungan sosial antar
sesama mahasiswa, terutama dukungan untuk mahasiswa indekos.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 41


DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World


Health Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/
-Diakses Januari 2018
2. World Health Organization. World report on disability 2011. Switzerland:
World Health Organization. 2011. http://www.who.int/disabilities/world_
report/2011/report.pdf -Diakses Januari 2018.
3. World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020.
Switzerland: World Health Organization. 2013. http://apps.who.int/iris/
bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng.pdf?ua=1 -Diakses
Desember 2017
4. World Health Organization. Depression and other common mental
disorders: global health estimates. Switzerland: World Health Organization.
2017. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/254610/1/WHO-MSD-MER-
2017.2-eng.pdf -Diakses Januari 2018
5. Skipworth K. Relationship between perceived stress and depression in
college students (thesis). Arizona State University; 2011. p.60-61.
6. Hawari D. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. 2nd ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2008. p.3 -127
7. Kumar S, Bhukar JP. Stress level and coping strategies of college students.
J Phys Educ Sport Manag. 2013;4(1):5–11.
8. Elias H, Ping WS, Abdullah MC. Stress and academic achievement among
undergraduate students in Universiti Putra Malaysia. Elsevier Procedia -
Soc Behav Sci. 2011;29:646-647.
9. Jafri SA, Zaidi E, Aamir IS, Aziz HW, Din I, Shah MA. Stress level
comparison of medical and non-medical students: a cross sectional study
done at various professional colleges in Karachi, Pakistan. J iMedPub.
2017;3(2):4-5.
10. Swaminathan A, Viswanathan S, Gnanadurai T, Ayyavoo S, Manickam T.
Perceived stress and source of stress among first-year medical
undergraduate students in a private medical college - Tamil Nadu. Natl J
Physiol Pharm Pharmacol. 2016;6:9-14.
11. Sreeramareddy CT, Shankar PR, Binu VS, Mukhopadhyay, Ray B,
Menezes RG. Psychological morbidity, sources of stress and coping
strategies among undegraduate medical students of Nepal. BMC Med Ed.
2007;7(26):3-4.
12. Sherina MS, Rampal L, Kaneson N. Psychlogical stress among
undergraduate students. Med J Malaysia. 2004;59(2):207-11.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15559171 -Diakses Januari 2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 42


13. Eva EO, Islam MZ, Mosaddek AS, Rahman MF, Rozario RJ, Iftekhar AF,
et al. Prevalence of stress among medical students: a comparative study
between public and private medical schools in Bangladesh. BMC Res
Notes. 2015;8:3-5.
14. Koochaki GM, Charkazi A, Hasanzadeh A, Saedani M, Qorbani M,
Marjani A. Prevalence of stress among Iranian medical students: a
questionnare survey. East Medit H J. 2011;17(7):593-598.
15. Saipanish R. Stress among medical students in a Thai medical school. Med
Teach. 2003;25:502–6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14522672.
Diakses Januari 2018.
16. Zareena S. Prevalence of stress among medical students and music to
alleviate the stress. Int J Res Med Sci. 2017;5(6):2512-15.
17. Sani M, Mahfouz MS, Bani I, Alsomily AH, Alagi D, Alsomily NY, et al.
Prevalence of stress among medical students in Jizan University , Kingdom
of Saudi Arabia. Gulf Med J. 2012;1(1):19–25.
18. Lingga RW, Tuapattinaja JM. Gambaran virtue mahasiswa perantau. J
Predicara. 2012;1:59-68.
19. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/indekos -Diakses
Desember 2017.
20. Thomson J, Rosenthal D, Russell J. Cultural stress among international
students at an Australian University. Australian International Education
Conference 2006. http://aiec.idp.com/uploads/pdf/Thomson%20(Paper)
%20Fri%201050%20MR5.pdf -Diakses Januari 2018.
21. Thomas M, Choi JB. Acculturative stress and social support among Korean
and Indian immigrant adolescents in the United Students. J of Sociol and
Soc Welf. 2006;33:123-144.
22. Sohail N. Stress and academic performance among medical students. J Coll
Physicians Surg Pak. 2013;23(1):67-71. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/23286627 -Diakses Januari 2018.
23. Bunevicius A, Juska D, Buneviciene I, Kupcinskas J. Vulnerability to stress
, academic achievements and examination stress in medical students.
2016;18(1):9–13.
24. Sarafino EP. Health Psychology : Biopsychososial Interactions. Fifth
Edition. USA : John Wiley & Sons; 2006.
25. Folkman S, Lazarus RS, Dunkel-Schetter C, DeLongis A, Gruen RJ.
Dynamics of a stressful encounter: cognitive appraisal, coping, and
encouter outcomes. J Personality and Social Psychology. 1986; 50: 992–
1003.
26. Gaol NTL. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Bul Psikol.
2016;24(1):1–11.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 43


27. Rice FP. Adolesence: Development, Relationship, and Culture. USA: Allyn
& Bacon; 1993.
28. Del GM, Ellis BJ, Shirtcliff EA. The Adaptive Calibration Model of stress
responsivity. Neurosci Biobehav Rev. 2011;35:1562–1592.
29. Zubin J, Spring B. Vulnerability : A New View of Schizophrenia. J
Abnorm Psychol. 1977;86:103–26.
30. Martins C, Bispo L, Campos S, Moreira T, Martins R, Viera M. Stress
Vulnerability : Implication for teacher well-being and satisfaction. Europe
Soc and Behav Sci. 2016:746-757.
31. Hawari D. Psikometri : Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2009. p.117-137
32. Naim M. Merantau : Pola Migrasi Suku Minangkabau. Jakarta: Rajawali
Press; 2013.
33. Kato T. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah.
Jakarta: Balai Pustaka; 2005.
34. Wenhua H, Zhe Z. International students’ adjustment problems at
university: a critical literature review. Acad Res Int. 2013;4(2):400–6.
35. Adiwaty MR, Fitriyah Z. Efektivitas Strategi Penyesuaian Mahasiswa Baru
Pada Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi. J NeO-Bis. 2015;9(1):95.
36. Perpustakaan Universitas Gunadarma(2018). Stres pada Mahasiswa yang
Merantau. http://library.gunadarma.ac.id/journal/view/8206/stres-pada-
mahasiswa-yang-merantau.html/. -Diakses Desember 2017
37. Siwi FR. Culture Shock pada Mahasiswa Luar Jawa di Universitas
Muhammadiyah Surakarta ditinjau dari Etnis dan Dukungan Sosial
(skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta; 1991. p. 6-9.
38. Sukarti. Studi Mengenai Prediksi terhadap Prestasi Belajar di STM di
Yogyakarta (disertasi). Universitas Gadjah Mada; 1986.
39. Sobur. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia; 2006.
40. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Nasional; 2001.
41. Dalyono M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2001.
42. Sari DF. Hubungan antara toleransi stres engan indeks prestasi pada
mahasiswa baru fakultas kedokteran universitas islam indonesia semester
dua angkatan 2004(skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia Jogjakarta. 2007.
43. Zemaitis A (2016). Education in Lithuania. http://www.truelithuania.com/
education-in-lithuania-3576. –Diakses Maret 2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 44


44. Bolger N, Zuckerman A. A framework for studying personality in the stress
process. J of Personal and Soc Psychology. 1995;69:890-902.
45. Lazarus RS. Stress and emotion: A new synthesis. New York: Springer.
1999.
46. Alvin A. Hubungan gaya belajar dengan indeks prestasi pada mahasiswa
tahap akademik profesi dokter Universitas Andalas(skripsi). Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2017.
47. Bhagat V, Izad Y, Jayaraj J, Husain R, Mat KC, Aung MM. Emotional
maturity among medical students and its impact on their academic
performance. Transaction on Science and Technology. 2017;4(1):48-54.
48. Chomitz VR, Slining MM, McGowan RJ, Mitchell SE, Dawson GF,
Hacker KA. Is there a relationship between physical fitness and academic
achievement? Positive result from public school children in the
northeastern United States. J of School Health. 2009;79(1):30-37.
49. Karakose T. The relationship between medical student’s time management
skills and academic achievement. Ethno Med. 2015;9(1):19-24.
50. Banjong DN. International student’s enhanced academic performance:
effects of campus resources. J of International Students. 2015;5(1):132-
142.
51. Hyun J, Quinn B, Madon T, Lustig S. Mental health need, awareness, and
use of counseling services among international graduate students. Journal
of American College Health. 2007;56(2):109-118.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 45

Anda mungkin juga menyukai