Anda di halaman 1dari 1046

PEMBAHASAN 2

1. Fraktur colles
• wanita 50 tahun  lengan kiri tidak bisa digerakkan setelah jatuh
• nyeri dan terdapat deformitas
• rontgen foto antebrachii sinistra didapatkan adanya fraktur distal
radius dengan fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal
dan deformitas “dinner fork”
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  fraktur colles

• Fraktur colles  fraktur radius distal disertai dislokasi pergelangan


tangan ke arah posterior (dorsal)
• Disebut juga dinner fork deformity / seperti garpu
• Biasanya disebabkan oleh karena jatuh dengan telapak tangan
menahan badan
• gejala : nyeri, bengkak, deformitas
Colles vs smith
Perbedaan Colles Smith
Dislokasi Posterior/dorsal Anterior/ventral
pergelangan
tangan
Nama lain Dinner fork deformity Reverse colles
Seperti garpu
Mekanisme Jatuh dengan telapak Jatuh dengan punggung
injury tangan menahan badan tangan menahan badan
Jawaban lainnya
• A. fraktur boxer  fraktur metacarpal 4-5
• B. fraktur galeazzi  fraktur radius disertai dengan dislokasi sendi
radioulnar distal, disebabkan oleh jatuh dengan lengan dalam posisi
hiperpronasi
• C. fraktur smith  fraktur distal radius dengan fragmen distal
bergeser ke arah ventral atau anterior, posisi jatuh dg punggung
tangan menyangga badan
• D. fraktur montegia  fraktur ulna proksimal disertai dislokasi caput
radius, disebabkan oleh jatuh dengan lengan hiperpronasi
2. Dislokasi bahu anterior
• laki laki 23 tahun  nyeri pada bahu kanan setelah bermain voli dan
tidak dapat memegang bahu kirinya
• kontur deltoid menghilang, pada bahu kanan juga terdapat
eksorotasi dan abduksi
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dislokasi bahu anterior

• Dislokasi  terlepasnya atau bergesernya sendi dari tempatnya


• Bisa terjadi di semua sendi
• Gejala : tampak tonjolan tulang di sekitar sendi, sendi terkunci pada
posisi tertentu, nyeri dapat dirasakan
DISLOKASI BAHU (SHOULDER DISLOCATION)
Dislokasi Bahu Anterior
• Lebih sering
• Fall on the hand
• Nyeri sekali, pasien menyangga
lengan yg sakit dengan lengan yg
sehat
• Lateral outline dari bahu tampak
rata
• Caput humeri dapat diraba
dibawah clavikula
• Lengan dalam posisi abduksi &
eksorotasi
Dislokasi Bahu Posterior
• Lebih jarang (<2%)
• Lengan terkunci dalam posisi
endorotasi dan adduksi
• X-Ray  caput humeri
mengalami rotasi interna
Jawaban lainnya
• B. dislokasi bahu posterior  lebih jarang dibandingkan dislokasi
anterior, lengan terkunci dalam posisi endorotasi dan adduksi
• C. dislokasi bahu inferior  caput humerus mengalami jepitan atau
terperangkap di bawah kavitas glenoidalis dimana lengan mengarah
ke atas sehingga lengan terkunci dalam posisi abduksi (luksasio
erecta)
• D. fraktur clavikula dextra  terputusnya jaringan tulang clavikula,
nyeri pada klavikula, bengkak, deformitas
• E. fraktur humerus dextra  terputusnya jaringan tulang humerus,
nyeri pada humerus, bengkak, deformitas
3. Solutio plasenta
• wanita 23 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu
• perut nyeri setelah terjatuh dari sepeda motor
• keluhan kesakitan, keadaan umum lemah, TD 110/70 mmHg, RR
22x/menit, N 92x/menit S 37,2C. Leopold 1 ditemukan bagian lunak dan
bulat, leopold 2 sebelah kiri terdapat tahanan memanjang, leopold 3
terdapat bagian bulat keras, leopold 4 kepala sudah masuk panggul.
• His (-), pembukaan (-), DJJ 150 x/menit. VT pembukaan (-), effacement
10%, selaput ketuban (+), terdapat darah kehitaman di ostium uteri
externa
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  solutio plasenta

• Solutio plasenta  salah satu jenis perdarahan antepartum,


terlepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya
• Faktor resiko  hipertensi, trauma abdomen, riwayat solusio
plasenta sebelumnya, merokok, gemelli, polihidramnion,
penyalahgunaan obat (kokain, obat bius)
• Gejala  perdarahan pervaginam, sedikit, berwarna merah gelap
atau coklat, nyeri perut, kontraksi, gerakan janin berkurang
SOLUSIO PLASENTA
• Solutio placenta adalah pelepasan placenta sebelum waktunya.
• Solusio plasenta  pelepasan sebagian atau seluruh placenta yang
normal implantasinya antara minggu ke22 sampai lahirnya anak.
Klasifikasi solusio plasenta:
• Solutio placenta dengan perdarahan keluar
• Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi
(haematoma retroplacenta)
• Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi
dan keluar
Gejala solusio plasenta
• Perdarahan disertai nyeri.
• Perdarahan hanya keluar sedikit
• Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan adanya nyeri
tekan.
• Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
• Rahim keras seperti papan.
• Anemi dan syock, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
• Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus karena isi rahim
bertambah.
• Darah berwarna merah tua/kehitaman.
Penatalaksanaan :
• Pemberian transfusi darah
• Pemecahan ketuban (amniotomi)
• Pemberian infus oksitosin
• Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
Jawaban lainnya
• A. atonia uteri  uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik,
sehingga dapat menyebabkan perdarahan setelah post partum
• B. rupture uteri  robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu
• C. vasa previa  korda umbilicus berada di antara fetus dan ostium
serviks, gejala : perdarahan berat ketika ketuban pecah saat
persalinan, resiko kematian janin akibat syok sangat tinggi
• E. plasenta previa  implantasi plasenta di atas ostium serviks
interna, gejala : bisa asimptomatis, perdarahan pervaginam yang
tidak nyeri
4. Persalinan perabdominal
• wanita 25 tahun, G1P0A0, hamil 35 minggu
• air yang keluar dari jalan lahir terus menerus sejak 2 jam yang lalu
• TD 110/70 mmHg, N 90x/mnt, RR 20x/menit, S 37C
• Leopold didapatkan presentasi kepala punggung kiri. Nitrazin test
(+), DJJ 155x/menit
• Penanganan yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ketuban pecah dini
dengan presentasi oblique

• Ketuban pecah dini  keadaan pecahnya ketuban sebelum persalinan


dan tidak diikuti oleh proses persalinan
• Gejala  keluarnya cairan ketuban dari vagina secara tiba-tiba, tidak
ada his
• Pemeriksaan  nitrazin test (pH kertas lakmus setelah ditempelkan
ke cairan menjadi biru), USG
Ketuban pecah dini
• Pecahnya ketuban sebelum dimulainya proses persalinan
• preterm < 37 minggu (PPROM)
• term  37 minggu (TPROM)
Diagnosis

• Riwayat sebelumnya
• Pemeriksaan dengan spekulum steril (hindari pemeriksaan digital)
• Cuci vagina
• Cairan terkumpul di fornik posterior
• Cairan bebas dari servik
• Pemeriksaan pH cairan (kertas nitrazin) – tidak spesifik
• Tes ferning - gambaran daun pakis
• USG-normal bila jumlah cairan cukup
Manajemen pada kehamilan aterm

• Hindari pemeriksaan dalam


• Nilai adanya infeksi
• Pertimbangkan pemberian antibiotik bila terjadi ketuban pecah dini yang
telah lama
• Manajemen aktif atau manajemen ekspektatif tergantung pada keadaan dan
keinginan pasien
Manajemen pada kehamilan preterm
(34-37 mgg)
• Hindari pemeriksaan dalam
• Pertimbangkan steroid antenatal
• Profilaksis antibiotik intrapartum
• Pantau tanda-tanda infeksi secara klinis (nadi, suhu dan denyut jantung bayi)
• Pemberian antibiotik yang sesuai bila terjadi korioamnionitis
Manajemen pada preterm (<34 mgg)

• Hindari pemeriksaan dalam


• Berikan steroid
• Pemberian antibiotik antepartum dan intrapartum
• Pantau tanda-tanda infeksi secara klinis (monitor suhu dan nadi ibu, denyut
jantung janin, dan munculnya kontraksi uterus yang iritabel)
• Pemberian antibiotik yang sesuai bila terjadi korioamnionitis
• Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat yang lebih memadai bila mungkin
• Perawatan ekspektatif
• Pada kasus juga terdapat  malpresentasi  presentasi oblique
MALPOSISI DAN MALPRESENTASI
• Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks
• Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referensi
• Masalah; janin yg dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet
Penanganan Umum
• Evaluasi kondisi ibu termasuk tanda vital
• Lakukan evaluasi kondisi janin:
1. dengarkan bjj atau CTG
2. bila ketuban pecah,lihat warna air ketuban,bila didapatkan
mekonium awasi lebih ketat atau lakukan intervensi
Bila tdk didapatkan cairan ketubanoligohidramniongawat janin?
Penanganan Umum
• Perbaiki kondisi ibu dengan suportif emosi,makanan/cairan dan
perbaiki kontraksi.
• Lakukan penilaian kemajuan persalinan dengan partograf
• Bila terjadi partus lama lakukan penilaian secara spesifik
Penilaian Klinik
• Tentukan bagian terendah janin :
• Bila bagian terendah kepala lakukan evaluasi posisi kepala janin
• Posisi oksiput transversal atau anterior adalah keadaan normal,bila
terjadi fleksi maka oksiput lebih rendah daripada sisiput.
• Pada kasus  malpresentasi dengan KPD  aman jika dilakukan
persalinan abdominal
Jawaban lainnya
• A. memperbolehkan pulang  harus dievaluasi lebih lanjut untuk
persalinannya
• B. observasi 4 jam  dapat membahayakan janin, terjadi fetal distres
• C. beri dexamethasone  pada kasus KPD kurang dari 34 minggu
• E. induksi kelahiran  tidak dapat dilakukan dg posisi terendah
kepala dan punggung kiri (oblique)
5. Axilla
• wanita 25 tahun, hamil 28 minggu,  kontrol rutin
• TD 120/80mmHg, N 88x/menit, RR 16x/menit, suhu 37C
• Leopold I: tinggi fundus uteri berada di tengah proc.xyphoideus dan
umbilicus, terdapat tahanan memanjang, Leopold II: situs
melintang, besar, bulat dan keras di sebelah kanan, dan besar, lunak
di sebelah kiri. Leopold III: bagian kecil-kecil
• bagian penunjuk terendah janin?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  malpresentasi dengan
posisi lintang

• Malpresentasi  semua presentasi janin selain verteks


• Malposisi  posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput
sebagai titik referensi
Pemeriksaan leopold
• I  untuk menilai fundus uteri dan
bagian janin yang teraba di fundus, ukur
TFU
• II  menilai bagian janin yang terdapat
di kanan dan kiri perut ibu
• III  menilai bagian terendah janin
• IV  menilai apakah bagian terendah
janin sudah masuk panggul atau belum
• Pada kasus  presentasi lintang dengan bagian terbawah janin
bagian kecil-kecil (tangan)  penunjuk terendah janin  axilla
Jawaban lainnya
• A. sacrum  pada presentasi bokong terutama bokong sempurna
• B. mentum  pada presentasi muka
• D. glabella  pada presentasi dahi
• E. ubun-ubun kecil  pada presentasi kepala
6. Infeksi nosocomial
• wanita 30 tahun, G2P1A0,  batuk-batuk selama 3 hari ini
• Sejak 6 hari yang lalu pasien dirawat di RS setelah melahirkan
• TD 140/90mmHg, N 98x/mnt, RR 32, dan suhu 37,5C dan terdapat
ronchi basah halus pada lapangan paru kanan
• bentuk infeksi pada kasus di atas?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  infeksi nosocomial

• Infeksi nosocomial  suatu infeksi yang berkembang di lingkungan


rumah sakit, penularannya didapat ketika berada di rumah sakit
• Termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah sakit dengan gejala yang
baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang terjadi
pada pekerja di rumah sakit
Jawaban lainnya
• A. super infeksi  infeksi yang disebabkan oleh mikroba yang tadinya
tidak pathogen, terjadi karena pemberian antibiotik jangka waktu
lama yang akhirnya mengganggu flora normal di tubuh
• B. infeksi silang  penularan penyakit infeksi yang terjadi dari pasien
ke operator atau sebaliknya, perpindahan mikroorganisme juga dapat
berpindah dari alat ke pasien, dari alat ke operator ataupun
sebaliknya
• C. infeksi sekunder  infeksi yang terjadi setelah infeksi yang
pertama, hal ini menjadikan adanya dobel infeksi
• D. infeksi oportunis  infeksi yang terjadi karena menurunnya sistem
imun, misalkan infeksi pada kasus AIDS
7. Mioma geburt
• wanita 40 tahun  adanya benjolan yang keluar dari kemaluan
• Sebelumnya gejala seperti ini pernah dirasakan dan benjolan dapat
dimasukkan
• Saat ini dilakukan histerektomi kemudian dilakukan pemeriksaan PA
• gambaran mikroskopis epitel berlapis gepeng dan dibawahnya
terdapat endoserviks yang melebar
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  mioma geburt

• Mioma geburt  jenis dari mioma uteri yaitu intracavity 


menggantung di dalam cavum uteri dan dapat keluar masuk ke vagina
• Mioma uteri  tumor jinak yang berasal dari jaringan otot polos
uterus
• Gejala  menoragia dan menstruasi memanjang, nyeri pelvis, gejala
desak ruang (seting BAK, konstipasi), abortus spontan, infertilitas
Mioma uteri
• Tumor jinak yang berasal dari jaringan otot polos uterus
• Suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus
• bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan
• bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi
yang banyak dan penekanan pada pelvis
Klasifikasi

Lokasi Lapisan Uterus


• Servikal (2,6%) • Submukosa
• Istmica (7,2%) • Subserosa
• Corporal (91%) • Intramural
Gejala Klinis
• Perdarahan Abnormal
• Gejala dan tanda penekanan
• Rasa nyeri
• Infertilitas dan abortus
Diagnosis
• Anamnesis
• Rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah.
• Pemeriksaan Fisik
• Abdomen  tumor padat, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,
tidak sakit
• Pemeriksaan Bimanual
• Pemeriksaan penunjang : Lab, USG Abdominal Transvaginal, MRI
Diagnosis Banding
• Tumor abdomen dibagian bawah atau panggul  mioma
• Mioma submukosum  inversio uteri
• Mioma intra mural  adenomiasis, kloriokarsinoma, karsinoma
korporis uteri atau suatu sarkoma uteri
•  kehamilan
Penatalaksanaan

Medikamentosa Operatif
• GnRH agonis • Miomektomi
• Histerektomi
Jawaban lainnya
• B. prolapse uteri  melorotnya uterus dari tempatnya, terjadi apabila
otot dasar pelvik menjadi lemah atau rusak, dan tidak lagi dapat
menyangga organ pelvis
• C. hemoroid  pembengkakan pembuluh darah di area rektum. Vena
hemoroid terletak di daerah terendah dari rektum dan anus. Kadang-
kadang vena tersebut membengkak sehingga dinding pembuluh
darah menjadi liat, tipis, dan sakit ketika terlewati feses
• D. torsi uteri  terputarnya uterus
• E. kista bartolini  kista yang terbentuk akibat sumbatan pada
duktus/kelenjar bartholini, dapat dilihat di bagian terluar vulva, lokasi
pada labia mayor, umumnya muncul pada usia reproduksi
8. Perbaiki his dengan oxytocin drip
• wanita 30 tahun  inpartu kala I lama, kenceng-kenceng sering
sudah 12 jam, ketuban pecah sudah 2 jam yang lalu
• TB=150 cm, TD 120/80mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, T 36,7 0C
• TFU: 30 cm, presentasi kepala, punggung kiri, DJJ 120x/menit, his (+)
5 menit, durasi 15 detik.
• vaginal touche didapatkan pembukaan 7 cm, kulit ketuban (-), kepala
turun di hodge II +, ubun-ubun kecil kiri lintang, ukuran panggul
dalam batas normal
• Penanganan yang harus dilakukan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  partus lama oleh karena
inersia uteri sekunder

• partus lama  persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada


primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva
• persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari
tanda-tanda persalinan
Partus lama
• persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada primigradiva, dan
lebih dari 18 jam pada multigradiva
• persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari
tanda-tanda persalinan
Penyebab
• His tidak efisien (inadekuat)
• Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
• Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
• Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar
dan pelvic kecil sehingga menyebabkan partus macet
Gejala
Ibu Janin
• 1) Gelisah • 1) Djj cepat, hebat, tidak teratur
• 2) Letih bahkan negative
• 3) Suhu badan meningkat • 2) Air ketuban terdapat mekoneum
• 4) Berkeringat kental kehijau-hijauan, cairan berbau
• 5) Nadi cepat • 3) Caput succedenium yang besar
• 6) Pernafasan cepat
• 4) Moulage kepala yang hebat
• 7) Meteorismus
• 5) Kematian janin dalam kandungan
• 8) Didaerah sering dijumpai bandle ring,
oedema vulva, oedema serviks, cairan • 6) Kematian janin intrapartal
ketuban berbau terdapat mekoneum
Tanda dan gejala klinis Diagnosis
Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 Belum inpartu, fase labor
cm) tidak didapatkan kontraksi uterus
pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 Prolonged laten phase
jam inpartu
pembukaan serviks tidak melewati garis waspada
partograf - Inersia uteri
- Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3
kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik
- Secondary arrest of dilatation atau arrest of - Disporporsi sefalopelvik
descent
- Secondary arrest of dilatation dan bagian - Obstruksi
terendah dengan caput terdapat moulase hebat,
edema serviks, tanda rupture uteri immenens, fetal
dan maternal distress
- Malpresentasi
- Kelainan presentasi (selain vertex)
Pembukaan serviks lengakap, ibu ingin kala II lama (prolonged, mengedan, tetapi tidak
ada kemajuan second stage)
Penanganan
• Prolonged active phase
• Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic Disporportion) atau
adanya obstruksi :
• 1)Berikan berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan
• 2)Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks
pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi
uterusnya.
• Pada kasus  partus lama karena inersia uteri  oxytocin drip
Jawaban lainnya
• A. menunggu 4 jam dengan observasi ketat  bila belum terjadi
partus lama
• B. persalinan dengan SC  jika disebabkan oleh CPD, malpresentasi,
atau malposisi
• C. menyuruh ibu untuk berjalan-jalan dan mengosongkan rectum 
bisa masih sangat mungkin hanya false labour
• D. tunggu 4 jam sampai pembukaan lengkap   bila belum terjadi
partus lama
9. Ondancetron IV
• wanita 25 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu  mual dan muintah
• Sejak 1 minggu tidak bisa makan apapun
• Saat ini merasakan nyeri ulu hati, mual, dan muntah
• Mata tampak cekung, dan konjunctiva tampak anemis
• TD 90/60mmHg, HR 96x/mnt, RR 20x/mnt
• Pengobatan yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hyperemesis gravidarum

• Hiperemesis gravidarum  muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai usia kehamilan 20 minggu

• Gejala  amenore disertai mual muntah yang hebat, nafsu makan


turun, BB turun, nyeri epigastrium, lemas, rasa haus yang hebat,
gangguan kesadaran, bisa sampai dehidrasi
Hiperemesis Gravidarum
• keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari
• Muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai usia kehamilan 20
minggu

• Predisposisi
• primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Gejala
• Amenorea disertai mual muntah hebat
• Nafsu makan turun
• BB turun
• Nyeri epigastrium
• Lemas
• Rasa haus yang hebat
• Gangguan kesadaran
• Bisa sampai dehidrasi
Grade
• Tingkat 1, lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri epigastrium,
nadi↑,turgor kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah kering, mata cekung.
• Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata
sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria, aseton tercium dalam
hawa pernafasan.
• Tingkat 3,KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, TD lebih
turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia,
perubahan mental.Ikterik
Penanganan
• Edukasi tentang kehamilan
• Makan porsi kecil tapi sering
• Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit dengan
teh hangat.
• Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi glukosa
• Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
Penanganan
• Terkadang diperlukan terapi psikologik
• Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5% dalam NaCl
sebanyak 2-3 liter/24 jam
• Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
• Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
• Farmakologis  antihistamin h2, piridoksin, antiemetic (ondancetron,
metochlopramid)
• Pada kasus  hyperemesis gravidarum, tetapi tidak bisa makan dan
minum  IV
Jawaban lainnya
• A. piridoksin PO  tidak bisa makan dan minum
• B. domperidone PO  tidak bisa makan dan minum
• D. dexamethasone IV  tidak perlu kortikosteroid
• E. metochlopramide PO  tidak bisa makan dan minum
10. Kehamilan ektopik terganggu
• wanita 22 tahun  nyeri perut bagian bawah sejak 1 jam yang lalu
• timbul perdarahan dari jalan lahir merah segar
• Riwayat tidak haid selama 2 bulan (+)
• TD 90/60 mmHg, VT ditemukan nyeri goyang porsio (+). Hb 6 gr/dl
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  kehamilan ektopik
terganggu

• Kehamilan ektopik terganggu  kehamilan yang implantasi


blastosisnya terjadi di luar mukosa endometrium, paling sering di
tuba fallopi, bila rupture dapat menyebabkan kematian
• Gejala  nyeri perut bawah, perdarahan per vaginam, sebelumnya
haid terlambat
Kehamilan ektopik terganggu
• Definisi
Implantasi ovum yang telah dibuahi (blastokis) diluar endometrium
cavum uteri
• Insidensi
2% dari kehamilan adalah ektopik
• Rekurensi
15% sesudah kehamilan ektopik 1x, 25% sesudah kehamilan ektopik
2x
Etiologi
• KONGENITAL - Tubal Hypoplasia , Congenital diverticuli , Accessory
ostia , Partial stenosis
• DIDAPAT
• Infeksi: PID, Abortus septik, Sepsis Puerperalis
• Operasi: Operasi rekonstruksi tuba, rekanalisasi tuba
• Tumor: Broad ligament myoma, tumor ovarian
• Penyebab lain: IUD , Endometriosis, ART (IVF & & GIFT), Riwayat ektopik
sebelumnya
Macam kehamilan ektopik
• Tuba : ampula interstisial
istmus fimbria
• Ovarium
• Kehamilan abdominal
• Serviks
• Uterus : kornu, rudimentary horn
Abdomen (< 2%)

Ampulla (>85%) Isthmus (8%)

Cornual (< 2%)

Ovary (< 2%)

Cervix (< 2%)

1)Fimbrial 2)Ampullary 3)Isthemic 4)Interstitial 5)Ovarian 6)Cervical


7)Cornual-Rudimentary horn 8)Secondary abdominal 9)Broad ligament
10)Primary abdominal
Tanda dan Gejala klinis
• Nyeri perut
• Amenorhea
• Perdarahan vaginal, oleh karena kematian janin sehingga timbul
pelepasan desidua
• Massa adnexa
• Gambaran gangguan mendadak : pingsan oleh karena rasa nyeri yang
hebat, syok, anemia.
• nyeri bahu akibat rangsangan diafragma
• Nyeri defekasi bila membentuk hematocele retrouterina
• Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas:
sedikit nyeri perut
• Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda,
dari perdarahan banyak yang tiba-tiba, sampai gejala yang tidak jelas
Diagnosis
• KU : tampak kesakitan dan pucat
• Abdomen : nyeri tekan, tampak sedikit menggembung
• Pemeriksaan ginekologi : uterus sedikit membesar, kadang teraba
tumor disamping uterus, cavum douglas menonjol, nyeri goyang
serviks
• Pemeriksaan lab : Anemia, leukosit meningkat, tes kehamilan
• Culdosintesis
• USG : tidak tampak GS intrauterine, terdapat perdarahan
intraabdominal
Culdosintesis

Cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam cavum douglas
Teknik :
-penderita dalam posisi litotomi
-preparasi vulva dan vagina
-Pasang spekulum dan cerviks posterior dijepit dengan tenakulum, dengan traksi
ke depan fornik posterior bisa ditampilkan
- tusukan jarum no 18 ke dalam cavum douglas, dan dengan spuit dilakukan
aspirasi
- Bila pada aspirasi didapatkan darah : semprotkan pada kassa dan perhatikan :
apabila darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku
: darah vena, darah coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil-kecil  KET
Terapi
• Mondok
• Resusitasi syok
• Operatif :
laparoskopi : diagnostik dan terapi, bila
kondisi stabil
Salpingektomi
Salpingostomi
• Medikamentosa, pada kehamilan ektopik yang belum terganggu :
metotreksat.
Jawaban lainnya
• A. mola hidatidosa  kehamilan abnormal dimana uterus tidak berisi
fetus, melainkan massa trofoblastik dengan villi korionik yang
membengkak
• B. abortus inkomplit  perdarahan sedang-banyak, nyeri peut
sedang-berat, lebih kecil dari usia kehamilan, OUI terbuka
• C. abortus komplit  perdarahan sedikit, nyeri perut sedikit, lebih
kecil dari usia kehamilan, OUI tertutup
• E. abortus iminen  perdarahan sedikit, nyeri perut sedang, sesuai
usia kehamilan, OUI tertutup
11. Ca cervix
• wanita 45 tahun  sering keputihan
• keluar darah dari vagina setiap setelah berhubungan
• menikah pertama kali pada usia 16 tahun
• telah 3 kali menikah dan memiliki 7 orang anak
• TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, RR 20 kali/menit
• pemeriksaan inspekulo didapatkan keputihan, portio berdarah dan
mudah rupture
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ca cervix

• Ca cervix  keganasan pada serviks, beresiko pada yg terinfeksi HPV


(16, 18, 45, 46) menikah usia muda, pertama kali koitus usia muda,
berganti-ganti psangan seks, rokok, paritas, ras
• Gejala  perdarahan pervaginam (terutama setelah berhubungan
seksual), keputihan berbau, penurunan berat badan
Kanker serviks
Kanker Leher Rahim :
Adalah kanker yang terjadi pada leher rahim (serviks)
1

Apa itu serviks ?


Serviks adalah daerah yang
menghubungkan rahim (uterus)
dan vagina.
Bagaimana Terjadinya Kanker Serviks?
Kanker serviks dapat berkembang ketika sel yang abnormal dalam serviks mulai
membelah diri tanpa terkendali

Sel yang abnormal pada serviks dapat berkumpul menjadi tumor

Jinak
• tidak berbahaya
• tetap pada daerah sumbernya,
TUMOR
tidak menyebar

Ganas
• berbahaya , dapat menjadi
kanker
• akan menyebar ke daerah
lain
Bagaimana terjadinya Kanker Serviks ?

Sel Normal Lesi Pra Kanker Kanker


Lesi Pra Kanker
Apa penyebab Kanker Serviks?
KANKER SERVIKS DISEBABKAN OLEH HUMAN PAPILLOMAVIRUSa,1,2

120 Tipe HPV telah diketahui


30-40 Tipe HPV menyerang anogenital

Low risk type ( HPV 6 & 11 ) High risk type ( HPV 16 & 18)
(tidak menyebabkan kanker) Menyebabkan kanker serviks
Menyebakan anogenital warts
Anogenital : area kelamin (termasuk kulit penis, mulut
vagina & anus)

Infeksi dengan HPV seringkali TIDAK menimbulkan gejala


Banyak orang TIDAK tidak tahu mereka terinfeksi HPV
Banyak orang dapat menularkan HPV TANPA menyadarinya
Cara Penularan
Pap Smears sebagai Deteksi Dini
Pap Smear : pengambilan sel dari serviks, diperiksa dengan mikroskop
untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks

JIKA ANDA SUDAH MENIKAH / MELAKUKAN HUBUNGAN, LAKUKAN PAP SMEAR


SECARA TERATUR
Cervical Cancer Screening

o Pap Smears
 Regular Pap smears
untuk setiap wanita
seksual aktif berapapun
usianya.
 Batas umur ????
Bagaimana mendiagnosisnya ?

Pap smear: Pengambilan sel – sel serviks dengan spatula atau


sitobrush, kemudian dioleskan di objek glas. Setelah itu diperiksa
dengan mikroskop.
Pelvic examination: Vagina dan organ sekitar diperiksa secara
visual dan bimanual (menggunakan dua tangan). Kemudian organ
– organ di raba dengan jari / tangan , dengan memakai sarung
tangan dimasukkan ke dalam vagina dan tangan lain meraba
perut.
Hasil temuan Pap Smear

The slide on the left shows normal cervical cells magnified


through a microscope. Normal cells are uniform in size and
shape. By comparison, the slide on the right shows irregular,
disfigured cervical cells — typical of cervical cancer.
Skrining secara sitologik

http://www.cervicalscreening.gov.hk/hp_taking_sampling.jpg

http://www.ps21.gov.sg/papsmear.jpg
http://www.brooksidepress.org/Pap/c5320x_lg.jpg
Bagaimana mendiagnosisnya?

Colposcopy: Jika papsmear abnormal, pasien akan disarankan


untuk dikolposkopi. Yaitu pemeriksaan pembesaran leher rahim
dengan alat dan lampu, dengan pewarnaan asam cuka dan pada
penemuan abnormal disarankan untuk biopsi.
Large loop excision of the transformation zone (LLETZ):
Sering digunakan untuk mengambil atau memotong daerah serviks
yang mengandung sel – sel abnormal .
Digunakan seperti kawat tipis dan dialiri listrik untuk memotong
daerah yang dimaksud.
Cone biopsy: Pengambilan sampel serviks yang lebih besar untuk
pemeriksaan lebih lanjut sel – sel kanker .
VIA images

NORMAL CERVIX Cervix with


ACETO-WHITE lesion
VIA VILI

http://www.brooksidepress.org/milddysp1.jpg http://www.ykhoa.net/2.2.jpg

Metoda melihat kelainan pada leher rahim dengan mengaplikasikan


asam asetat atau lugol
Faktor Risiko Kanker Servik
Penyebab kanker serviks :infeksi HPV virus.
Faktor risiko yang lain :
Aktivitas seksual yang dapat meningkatkan risiko infeksi
HPV dan kanker serviks meliputi :
 Mempunyai multipel partner seksual atau
berhubungan seks dengan partner yang mempunyai
multipel partner seks.
 Sejarah mempunyai penyakit sexually transmitted
disease (STD)
Faktor Risiko
• Hubungan seksual pertama pada usia muda (sebelum usia 18)
• Pasien atau seksual partner mempunyai penyakit kondiloma genitalia
(kutil).
• Tidak menggunakan kondom pada hubungan seksual dengan partner
baru.
• Pasangan yang lalu dari partner seks menderita kanker serviks atau
sel2 abnormal.
• Sexual partner menderita kanker penis.
Manifestasi Klinik
 Perdarahan per vaginam abnormal (e.g., spotting setelah
hubungan seksual, perdarahan diantara periode menstruasi,
jumlah darah menstruasi banyak).
 Abnormal (kuning putih, berbau) cairan vaginal,
 Low back pain
 Nyeri Cervical, noted ketika tampon , jari atau penis
dimasukkan ke dalam vagina .
 Nyeri saat berhubungan seksual.
 Nyeri saat BAK pada keadaan yang lanjut.
Manifestasi Klinik
Jika kanker sudah metastasis :
 Sulit BAK dan mungkin gagal ginjal.
 Nyeri BAK dan kadang2 kencing darah .
 Bengkak di kaki .
 Diarrhea, atau nyeri di daerah anus atau BAB berdarah
 Mual, lemas, BB turun, nafsu makan turun, dan terasa nyeri.
 Konstipasi
 Lubang Abnormal di leher rahim (fistula)
 pembesaran kelenjar limphe di leher atau ketiak.
 Penyebaran lanjut ke tulang , paru m usus atau otak memberikan
tanda – tanda abnormal.
Kanker Serviks
Stadium Kanker serviks
Stage I tumors: sel – sel kanker hanya terdapat dan terbatas pada
leher rahim.
Stage II tumors: sel tumor sudah menyebar di luar bagian dari
leher rahim, sepert bagian atas dari vagina atau jaringan di sekitar
leher rahim.
Stage III tumors: tumor sudah menyebar di organ sekitar seperti
bagian bawah dinding vagina, kelenjar getah bening terdekat atau
jaringan lemak di sekitar leher rahim sampai mencapai dinding
pelvis .
Stage IV tumors: tumor menyebar ke organ – organ di sekitar
organ genitalia ( yaitu kandung kemih atau usus) atau ke organ –
organ di luar rongga pelvis . Meliputi penyebaran ke paru, hati
atau tulang.
Stadium Klinis Kanker Leher Rahim

Source: “FIGO Annual Report on The Results of Treatment in


Gynaecological Cancer” Journal of Epidemiology and
Biostatistics, (2001) vol. 6 no. 1, page 14.
Pengobatan Kanker Serviks

Surgery
 Radiation Therapy
 External Radiation
 Chemotherapy
Jawaban lainnya
• A. endometriosis  ditemukannya jaringan endometrium di luar
uterus yang menyebabkan reaksi inflamasi, lokasi tersering: GIT,
saluran kemih, jarungan lunak, diafragma
• B. cervicitis  peradangan pada serviks, gejala : keputihan, nyeri
serviks, dyspareunia, perdarahan saar coitus
• D. vaginitis  peradangan pada vagina, gejala : keputihan
• E. mioma uteri  tumor jinak yang berasal dari jaringan otot polos
uterus, gejala : menoragia dan menstruasi memanjang, nyeri pelvis,
gejala pendesakan ruang (sering BAK, konstipasi), abortus spontan,
infertilitas
12. Atonia uteri
• wanita 36 tahun, P4A0  perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam
SMRS
• baru saja melahirkan anak ke empat di dukun, plasenta sudah keluar
utuh
• tampak lemah, anemis, perdarahan dihitung lebih dari 500 cc
• TD 80/palpasi, nadi 76x/mnt, napas 18x/mnt, pemeriksaan fisik
konjungtiva anemis,
• pemeriksaan obstetri TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi
lemah, pemeriksaan ginekologi tidak terdapat laserasi jalan lahir
• Penyebab perdarahan pada pasien?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  atonia uteri

• Atonia uteri  uterus tidak berkontraksi, teraba lembek,


menyebabkan perdarahan pasca persalinan
• Uterus lebih besar daripada ukuran seharusnya, teraba lembek
Perdarahan post partum
• Definisi Lama
• Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam
• Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC)
• Definisi Fungsional
• Setiap kehilangan darah yang memiliki potensia untuk menyebabkan
gangguan hemodinamik
• Insidens
• 5% dari semua persalinan
Etiologi
• 4T
• Tone - Atoni uterus
• Tissue - Sisa plasenta/bekuan
• Trauma - laserasi, ruptur,inversio
• Thrombin - koagulopati
Faktor Risiko
Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan

•Uterus tidak berkontraksi dan lembek •Syok Atonia uteri


•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau)
•Perdarahan segera •Pucat Robekan jalan lahir
•Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir •Lemah
•Uterus kontraksi baik •Menggigil
•Plasenta lengkap

•Plasenta belum lahir setelah 30 menit •Tali pusat putus akibat traksi berlebihan Retensio plasenta
•Perdarahan segera (P3) •Inversio uteri akibat tarikan
•Uterus kontraksi baik •Perdarahan lanjutan

•Plasenta atau sebagian selaput (mengandung •Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap fundus tidak berkurang sebagian plasenta
•Perdarahan segera (kontraksi hilang-timbul)
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan

•Uterus tidak teraba •Syok neurogenik Inversio uteri


•Lumen vagina terisi massa •Pucat dan limbung
•Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
•Perdarahan segera
•Nyeri sedikit atau berat
•Sub-involusi uterus •Anemia Perdarahan
•Nyeri tekan perut bawah •Demam terlambat
•Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Endometritis
Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan atau sisa
bervariasi (ringan atau berat, terus menerus plasenta
atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai (terinfeksi atau
infeksi) tidak)
•Perdarahan segera (Perdarahan •Syok Robekan dinding
intraabdominal dan / atau pervaginam •Nyeri tekan perut uterus (Ruptura
•Nyeri perut berat atau akut abdomen •Denyut nadi ibu cepat uteri
Penatalaksanaan
Penanganan Umum
• Jangan tinggalkan pasien sendiri
• Mintalah bantuan. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
• Lakukan pemeriksaan secara tepat KU ibu, termasuk tanda vital
• ABC (Jaga jalan napas, O2, cairan)
• Bila dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan penanganan syok.
Penatalaksanaan
• Diagnosis – Apakah ini HPP?
• Pertimbangkan faktor risiko
• Lakukan observasi jumlah
perdarahan
• Perhatikan darah yang keluar dari
vagina setelah operasi sesar
• Ingat !!!
• Darah yang hilang selalu dianggap
sedikit dari yang seharusnya
Penatalaksanaan

• SYOK(+)/ (-) ????

•A = airway
•B = breathing
•C = circulation
Penatalaksanaan
• SYOK
• Tanda dan gejala :
• Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
• Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg)
• Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin, gelisah, urin sedikit
• Prinsip dasar penanganan : tujuan utama menstabilkan kondisi pasien,
memperbaiki volume cairan sirkulasi darah, mengefisiensikan sistem sirkulasi
darah.
Penanganan awal :
• Minta bantuan, periksa seksama KU ibu & td vital
• ABC :
• Jaga jalan napas, berbaring miring kiri, beri O2 5-6 L/mnt
• Infus 2 buah dengan kanula jarum besar nomor 16
• sambil diambil contoh darah untuk cross darah
• Berikan paling sedikit 2000 cc cairan dalam 1 jam pertama.
• Setelah kehilangan cairan terkoreksi berikan infus rumatan 500-1000 cc per-6-8 jam
• Kateterisasi, ukur urin
• Pantau tanda-tanda vital tiap 5’  15’  30’ 1 jam

Penanganan khusus :

• Identifikasi dan atasi penyebab syok


• Dalam obstetri  syok ec perdarahan
Penatalaksanaan
• Diagnosis – Apa penyebab?
• Nilai fundus
• Periksa saluran genitalia bawah
• Eksplorasi uterus
• Sisa plasenta
• Ruptur uterus
• Inversio uterus
• Nilai faktor perdarahan
Penanganan Khusus

• Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :


• Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
• Berikan oksitosin 20 unit drip dalam RL 500 cc
• 20-40 tetes / menit
• Lakukan kateterisasi, pantau cairan keluar-masuk
• Periksa kelengkapan plasenta
• Periksa kemungkinan robekan perineum, vagina, serviks atau ruptura
uteri
• Jika perdarahan terus berlangsung, siapkan rujukan
• Jika perdarahan teratasi, periksa kadar hemoglobin :
• Hb < 7 g/dl atau Ht < 20% (anemia berat) :
• Beri transfusi sampai dengan Hb >7 g/dl
• Hb 7-11 g/dl :
• Beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg
per oral sekali sehari selama 6 bulan
1. Atonia uteri

Masase uterus, pasang minimal 2 IV line


Oksitosin 20-40 IU dlm RL 500 cc 20-40 tts, Ergometrin 0,2 mg IM/IV

Perlukaan (-), retensio/ sisa plasenta (-)


Uterus tidak berkontraksi
Ergometrin 0,2 mg dapat diulang 15’ dari I
Misoprostol 1000 mcg rektal

Kompresi bimanual
Kompresi aorta abdominalis
perdarahan (+)
Tampon uterus
Rujuk RS

Ligasi arteri atau histerektomi


• Management - Bimanual Massage
Jawaban lainnya
• B. rupture perineum  robekan pada perineum karena proses
persalinan maupun episiotomi, banyaknya perdarahan tergantung
derajat ruptur
• C. gangguan pembekuan darah  gangguan pada proses pembekuan
darah, menyebabkan perdarahan ketika persalinan
• D. laserasi jalan lahir  adanya robekan pada jalan lahir,
menyebabkan perdarahan pasca persalinan
• E. retensio plasenta  plasenta yang tidak dapat keluar setelah lebih
dari 30 menit, perlu dilakukan manual plasenta
13. Trichomonas vaginalis
• wanita 28 tahun  keputihan sejak 1 minggu lalu
• nyeri saat berkemih dan tidak nyaman saat melakukan hubungan
suami-istri
• didapatkan serviks kemerahan dan cairan dalam jumlah banyak yang
berwarna kuning dan berbau
• laboratorium ditemukan parasit yang sedang bergerak
• Parasit penyebab?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  trikomoniasis

• Trikomoniasis  infeksi pada vagina dan serviks yang menyebabkan


keputihan pada wanita, disebabkan oleh parasite trichomonas
vaginalis
• Gejala : keputihan warna kuning kehijauan, nyeri saat berkemih, tidak
nyaman saat berhubungan seksual, serviks kemerahan
Trikomoniasis
• Trichomoniasis vaginalis adalah infeksi spesifik yang disebabkan oleh
protozoa atrial Trichomonas vaginalis pada tractus genitourinarius
baik perempuan maupun laki-laki.
• T.vaginalis pertama kali diuraikan oleh Donne (1836) dari sekret
purulen organ genital wanita. Infeksinya ditemukan di seluruh dunia
dan organisme dapat ditemukan bila dilakukan pemeriksaan bahan
dengan benar.
Gejala Klinis
• Pada wanita
• Sekitar 50- 90% wanita dengan trichomoniasis menunjukkan gejala
klinis dan seringkali pada penderita ini juga menderita penyakit sexual
yang lain sehingga sulit untuk mengidentifikasi gejala klinis
trichomoniasis yang jelas.
• Discharge vagina dapat ditemukan pada 50 – 75% penderita, tetapi
discharge yang berbau hanya terdapat pada sekita 10% penderita.
• Tempat hidup T. vaginalis spesifik dan biasanya tidak dapat hidup di
luar sistem urogenital.
• Setelah masuk mulailah terjadi proliferasi, yang mengakibatkan
timbulnya peradangan dan trofozoit dalam jumlah yang besar dalam
jaringan serta timbulnya sekresi.
• Sekret vaginal digambarkan sebagai cairan berwarna kehijauan/
kekuningan, kadang-kadang berbuih dan berbau busuk. Apabila
infeksi makin kronis, sekret yang purulen akan berkurang, dan jumlah
organisme juga berkurang.
• Masa inkubasi yang normal berkisar antara 4 – 28 hari. Timbulnya
gejala pruritus dan keluarnya cairan dari vagina atau vulva seringkali
mendadak dan terjadinya selama atau setelah menstruasi sebagai
akibat meningkatnya asiditas.
• Kira-kira 20% wanita dengan trichomoniasis vagina menderita disuria,
suatu gejala yang dapat terjadi sebelum gejala-gejala lainnya.
• Gejala sakit pada perut bagian bawah terdapat pada 10% penderita
dan keadaan ini mungkin berhubungan dengan salpingitis oleh
penyebab yang lain.
• Gejala lain berupa eritema pada vulva terdapat pada 50 –75%
penderita sedangkan eritema pada dinding vagina terdapat pada 20 –
75%.
Vaginal discharge
Srawberry cervix
Diagnosis
• Identifikasi dari T. vaginalis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan basah dari sekret vagina, uretra atau prostat. Karena
morfologi dari T. vaginalis sangat mirip dengan T. hominis yang non-
patogen, sangat penting untuk mencegah kontaminasi spesimen
dengan tinja.
• Tes diagnostik selain dengan sediaan basah, dapat juga digunakan
pulasan permanen, pulasan fluoresen dan biakan.
Pengobatan
• Metronidazole : 2,0 g dosis tunggal atau 250 mg 3x sehari, selama 10
hari. Pada wanita menyusui sebaiknya dihentikan selama 24 jam
setelah terapi dosis tunggal.
• Pada wanita hamil : hindari pemakaian metronidazol pada kehamilan
trimester I, dan sebagai gantinya dapat digunakan Clotrimazole 100
mg intravaginal pada malam hari selama 7 hari.
• Pengobatan sebaiknya juga dilakukan pada pasangan
• Pada pria dosisnya 250 mg 2X sehari selama 10 hari.
• Pada bayi yang memperlihatkan gejala trichomoniasis dapat diberi
metronidazol 10-30 mg/kg bb selama 5-8 hari
• Kasus di atas adalah trikomoniasis, penyebab  trichomonas
vaginalis
14. Oksigen masker, antibiotik, antipiretik,
rujuk ke RS
• anak perempuan 2 tahun  batuk, pilek, dan demam sejak 5 hari
yang lalu
• Anak tampak gelisah dan rewel
• suhu 40⁰C, pernafasan 65x/menit
• auskultasi didapatkan nafas vesikuler dikedua lapang paru dan
ronkhi basah kasar nyaring di kedua lapang paru dan sedikiti
wheezing
• Tata laksana yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pneumonia

• Pneumonia  Infeksi saluran napas bagian bawah yang ditandai


dengan adanya keradangan pada parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan eksudat, disertai infiltrasi sel radang ke dinding alveoli
PNEUMONIA
• Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi
oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan, akibat
kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
• Pneumonia  proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
atau alveoli.
• Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia).
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Berdasarkan Sumber Berdasarkan Kuman Berdasarkan


Infeksi penyebab Predileksi / tempat
infeksi
• Pneumonia yg didapat di • Pneum. bakterial
masyarakat • Pneumonia lobaris
(Community-acquired pn.) • Pneum. atipikal (lobar pneumonia)
• Pneumonia yg didapat di • Pneum. ok virus • Bronchopneumonia
RS (Hospital-acquired pn. )
• Pneum. ok jamur • Pneum interstitialis
• Pneumonia sspirasi
/ patogen lainnya (interstitial pneumonia)
• Pne. Immunocompr. host
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchii
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting, tetapi takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas dan iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non produktif/produktif),
takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk (non
produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi pleura, nyeri kepala,
dehidrasi, suara nafas menurun dan letargi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Chest X ray  Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar,
bronchial); abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
• AGD  pO2, pCO2
• Blood test 
• Elektrolit  Na dan Cl mungkin rendah
• Aspirasi / biopsi jaringan paru - bronchoscopy
PNEUMONIA…
Pemeriksaan Penunjang
 Gambaran radiologis: foto toraks lateral, gambaran infiltrat sampai
gambaran konsolidasi (berawan), dapat disertai air bronchogram.

 Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih


dari 10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.

 Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan biakan


dahak, biakan darah, dan serologi.

 Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosis


respiratorik.
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan
• Berat 
• Rawat inap
• Anti Biotik
• O2 th/
• Nebulizer
• Postural Drainage
• Cairan dan elektrolit
• Hydration/Fever Control/Nutritional Support
Pengobatan
• Tergantung tingkat keparahan gejala dan jenis organisme yang
menyebabkan infeksi
• Streptococcus pneumonia : penicillin, ampicillin-clavulanate
(Augmentin) dan erythromycin
• Hemophilus influenza : antibiotik, seperti cefuroxime (Ceftin),
ampicillin-clavulanate (Augmentin), ofloxacin (Floxin), dan
trimethoprim-sulfanethoxazole (Bactrim and Septra)
• Legionella pneumophilia dan Staphylococcus aureus : antibiotik,
seperti erythromycin
• A. oksigen nasal, antibiotik, antipiretik, rawat di puskes  pada kasus
termasuk pneumonia berat, harus dirujuk ke RS
• C. oksigen headbox, infus, antipiretik, rujuk ke RS oksigen headbox
diberikan pada neonates
• D. rujuk ke puskes  pada kasus termasuk pneumonia berat, harus
dirujuk ke RS

• E. oksigen headbox, antipiretik, mukolitik, rawat di puskes  pada


kasus termasuk pneumonia berat, harus dirujuk ke RS
15. Metronidazole
• anak laki-laki 4 tahun  kejang, posisi melenting leher-kepala, dan
didapatkan trismus (+)
• Ada luka bernanah di kaki
• Antibiotik yang dapat diberikan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tetanus

• Tetanus  infeksi yang disebabkan oleh clostridium tetani,


menghasilkan toksin tetanolisin dan tetanospasmin
• Gejala  trismus, kaku kuduk, opistotonus, perut papan, bisa sampai
kejang, disfagia, ganggua respirasi
tetanus
• Penyebab  clostridium tetani (basil gram +) anaerob berspora
• Toksin  tetanolisin, tetanospasmin
• Masuk melalui :
• Luka tusuk dalam, luka bakar, kotor
• Otitis media, karies gigi, luka kronis
• Pemotongan tali pusat tidak steril
Manifestasi klinis
Tetanus generalisata
• Paling sering
• Hipertonus otot, spasme, trismus
• Kaku di leher, bahu, ekstremitas (ekstensi)
• Abdomen papan
• Risis sardonicus
• Opistotonus
• Spasme otot-otot pernapasan

Tetanus lokal
• Paling ringan
• Rasa kaku, kencang, nyeri otot di sekitar luka
• Bisa berkambang menjadi generalisata
Tetanus sefalik
• Biasa terjadi setelah ada luka pada kepala atau wajah
• Kelemahan dan paralisis otot-otot wajah
• Spasme otot wajah, spasme lidah, spasme tenggorokan
 dysarthria, disfonia, disfagia
• Bisa berkembang menjadi generalisata
• Prognosis paling buruk
Klasifikasi ablett
Derajat I (ringan)
• Trismus ringan sampai sedang
• Kekakuan umum : kaku kuduk, opistotonus, perut papan
• Tidak dijumpai disfagia atau ringan
• Tidak dijumpai kejang
• Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (sedang)
• Trismus sedang
• Kekakuan jelas
• Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
• Takipneu
• Disfagia ringan
Derajat III (berat)
• Trismus berat
• Otot spastis, kejang spontan
• Takipneu, takikardi
• Serangan apneu (apneic spell)
• Disfagia berat
• Aktivitas autonomy meningkat

Derajat IV (terminal) : III ditambah


• Gangguan autonomy berat (autonomic storm)
• Hipertensi berat dan takikardi, atau
• Hipotensi dan bradikardi
Tatalaksana umum imunoterapi Antibiotik

• Perawatan di ruang • Human tetanun IG • Metronidazol


isolasi (gelap dan 3000-5000 U IM 500mg/6 jam PO
tenang) single dose dg atau IV selama 10
• Hindari stimulus beberapa dosisi di hari
taktil atau suara pd infiltrasikan di • Penicillin prokain 1,2
ps sekitar luka atau juta U / 6 jam IM
• Pembersihan dan • Anti tetatus serum atau IV selama 10
debridemen luka 50000 U IM diikuti hari
kotor dg 50000 U infus • Tetrasiklin 30-50
• Diat TKTP, bila perlu lambat  skintest mg/kg/hari dibagi 4
NGT dosis atau
• Support airway, eritromicin 50
breathing mg/kg/hari dibagi 4
dosis selama 10 hari
Kontrol spasme dan kejang
• Benzodiazepin : diazepam 5 mg IV atau lorazepam 2 mg IV, dinaikkan bertahap hingga mencapai
control spasme tanpa menyebabkan distress respirasi
• Bila pasien kejang, berikan diazepam 0,5 mg/kg/kali (IV bolus lambat) dg dosis optimum 10mg/kali
tiap kejang, kemudian diikuti diazepam oral 0,5mg/kg/kali tiap 4 jam (dosis maks 240 mg/hari)
Imunisasi tetanus
• Tetanus tidak menginduksi imunitas
• Pada pasien yang belum pernah diimunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian TT yang pertama
dilakukan bersamaan dg antitoksin namun dg spuit yang berbeda dan sisi penyuntikan yang
berbeda. Dosis 0,5 ml TT IM
• Dosis kedua TT = 1-2 bulan setalah dosis pertama. Dosis ketiga 6-12 bulan setelah dosis kedua.
Booster dilakukan tiap 10 tahun
Pencegahan tetanus pada luka
• Antibiotik yang dapat diberikan pada kasus tetanus 
• Metronidazole
• Penisilin prokain
• Tetrasiklin
• Eritromisin
16. Nebulisasi
• anak perempuan 4 tahun  sesak napas sejak tadi pagi
• Sesak disertai dengan batuk pilek, dan demam 3 hari yang lalu
• tampak sesak napas, RR 46x/menit, Nadi 96x/menit, dan suhu 37.7⁰C
• pemeriksaan paru didapatkan perkusi dalam batas normal dan saat
auskultasi terdengar wheezing dan rhonki
• Pemberian obat yang tepat pada pasien ini adalah melalui?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pneumonia

• Pneumonia  Infeksi saluran napas bagian bawah yang ditandai


dengan adanya keradangan pada parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan eksudat, disertai infiltrasi sel radang ke dinding alveoli
PNEUMONIA
• Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi
oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan, akibat
kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
• Pneumonia  proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
atau alveoli.
• Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia).
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Berdasarkan Sumber Berdasarkan Kuman Berdasarkan


Infeksi penyebab Predileksi / tempat
infeksi
• Pneumonia yg didapat di • Pneum. bakterial
masyarakat • Pneumonia lobaris
(Community-acquired pn.) • Pneum. atipikal (lobar pneumonia)
• Pneumonia yg didapat di • Pneum. ok virus • Bronchopneumonia
RS (Hospital-acquired pn. )
• Pneum. ok jamur • Pneum interstitialis
• Pneumonia sspirasi
/ patogen lainnya (interstitial pneumonia)
• Pne. Immunocompr. host
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchii
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting, tetapi takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas dan iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non produktif/produktif),
takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk (non
produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi pleura, nyeri kepala,
dehidrasi, suara nafas menurun dan letargi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Chest X ray  Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar,
bronchial); abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
• AGD  pO2, pCO2
• Blood test 
• Elektrolit  Na dan Cl mungkin rendah
• Aspirasi / biopsi jaringan paru - bronchoscopy
PNEUMONIA…
Pemeriksaan Penunjang
 Gambaran radiologis: foto toraks lateral, gambaran infiltrat sampai
gambaran konsolidasi (berawan), dapat disertai air bronchogram.

 Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih


dari 10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.

 Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan biakan


dahak, biakan darah, dan serologi.

 Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosis


respiratorik.
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan
• Berat 
• Rawat inap
• Anti Biotik
• O2 th/
• Nebulizer
• Postural Drainage
• Cairan dan elektrolit
• Hydration/Fever Control/Nutritional Support
Pengobatan
• Tergantung tingkat keparahan gejala dan jenis organisme yang
menyebabkan infeksi
• Streptococcus pneumonia : penicillin, ampicillin-clavulanate
(Augmentin) dan erythromycin
• Hemophilus influenza : antibiotik, seperti cefuroxime (Ceftin),
ampicillin-clavulanate (Augmentin), ofloxacin (Floxin), dan
trimethoprim-sulfanethoxazole (Bactrim and Septra)
• Legionella pneumophilia dan Staphylococcus aureus : antibiotik,
seperti erythromycin
• Pada kasus, pemberian obat yang tepat pada pasien  nebulisasi 
kondisi sesak napas perlu diberikan obat dg cepat, shingga diberikan
nebulisasi yang akan langsung masuk ke saluran napas
17. Ethambutol
• anak laki – laki 2 tahun  batuk berdahak sejak kemarin
• anak sering batuk pilek, berat badan sulit naik dan sulit makan
dalam 6 bulan belakangan ini
• BB 10 kg suhu 38,3⁰C, ditemukan limfadenopati leher, multiple
• Obat yang menjadi kontraindikasi pada kasus di atas?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  TB paru

• TB paru  infeksi paru oleh karena kuman M. tuberculosis


• Gejala  batuk berdahak > 2 minggu, batuk bisa berdarah, sesak
napas, nyeri dada, demam, penurunan berat badan, penurunan nafsu
makan, berkeringat di malam hari, atau didapatkan gejala TB ekstra
paru
Tuberkulosis
- TBC, KP, flek, paru basah
- Masalah kesehatan utama dunia
- TB anak = TB dewasa
- TB anak: TB Primer “Reservoir” penyakit masa mendatang

Gejala TB anak tidak khas

180
DIAGNOSIS
Pasti : M. Tuberkulosis
Sulit : - Pengambilan sampel
- Jumlah Kuman Sedikit

Diagnosis kerja :
- klinis, radiologis (tidak spesifik)
- Tuberkulin
- Lab lain

181
Gejala dan tanda umum atau nonspesifik
tuberkulosis anak :
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi.
• Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).
• Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau ISNA), dapat disertai keringat malam.
• Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit dan biasanya
multipel.
• Batuk lama lebih dari 30 hari.
• Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

182
Gejala dan tanda spesifik sesuai organ yang terkena :

1. TB kulit / skrofuloderma
2. TB tulang dan sendi
- Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
- Tulang panggul (koksitis) : pincang
- Tulang lutut : pincang dan / bengkak
Dengan gejala pembengkakan sendi, gibbus, pincang, sulit membungkuk
3. TB otak dan saraf
- Meningitis : iritabel, kaku kuduk, muntah – muntah dan kesadaran menurun.
4. TB mata
- Conjunctivitis phlyctenularis
- Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
5. TB organ – organ lainnya

183
Foto Rontgen :
- Rontgen tidak khas kecuali Milier
“BP, KP belum dpt disingkirkan, proses spesifik masih mungkin” ??

- Non sugestif : infiltrat minimal (flek paru)


- Sugestif :
- Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dgn / tanpa infiltrat
- Konsolidasi segmental / Lobar
- Milier
- Kalsifikasi
- Bronkiektasis
- Kavitas
- Efusi pleura,
- destroyed lung

184
Uji Tuberkulin
Positif
1. Infeksi TB alamiah
a. Infeksi TB tanpa sakit
b. Infeksi TB dan sakit TB
c. Pasca terapi TB

2. Imunisasi BCG (Infeksi buatan)

3. Infeksi M. Atipik / M. Leprae

Negatif
1. Tidak ada infeksi TB
2. Masa inkubasi infeksi TB
3. Anergi
185
Petunjuk WHO untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
a. Dicurigai Tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan :
 Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
 Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak baik dengan pengobatan untuk penyakit pernapasan
 Pembesaran kelenjar superfisial yang tidak sakit

b. Mungkin Tuberkulosis
Anak yang dicurigai tuberkulosis ditambah :
 Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
 Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis
 Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT

c. Pasti Tuberkulosis (confirmed TB)


Ditemukan hasil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan
Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan

186
Sistem Skoring Diagnosis TB Anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga BTA (+)
(BTA negatif atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin Negatif Positif (=10mm,
atau = 5 mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat BB/TB<90% atau Klinis gizi buruk atau
badan/keadaan BB/U<80% BB/TB <70% atau
gizi BB/U<60%

Demam tanpa > 2 minggu


sebab jelas
Batuk = 3 minggu
Pembesaran > 1cm, jumlah .1,
gelenjar limfe tidak nyeri
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan Ada pembengkakan
tulang / sendi
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/kelahir Gambaran sugestif
an tidak jelas TB*
Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ini ditegakan oleh dokter.
• Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma, langsung didiagnosis TB.
• Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
• Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku 187
• Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
Tatalaksana
1. Medika Mentosa
2. Penataan Gizi
3. Lingkungan : TB anak tidak menular
TB dewasa ! (sentrifetal – sentrifugal)

– Obat utama ( first line ) : INH,ripamfisin,PZA,ETB,Strep


– Obat lain ( second line ) : RAS, viomisin, siklosepin,
etionamid, kanamisin, kapriomisin.

188
Tabel 1.Obat antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya
Nama obat Dosis harian Dosis maksimal Efek samping
(mg/Kg BB/hari) (mg per hari)

Isoniazid 5 – 15* 300 Hepatiis, neurit is


perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin** 10 – 20 600 Gastrointestinal,
hepatitis,
peningkatan
enzim hati, cairan
tubuh oranye
kemerahan
Pirazinamid 15 – 30 2000 Toksitas hati,
artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15 – 20 1250 Neuritis optik,
ketajaman mata
berkurang, buta
warna merah –
hijau
Streptomisin 15 – 40 1000 Ototoksik,
nefrotoksik terganggu
**Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain, bioavailabilitas 189
Tabel 2. Dosis kombinasi pada TB anak
Berat badan (kg) 2 bulan 4 bulan

RHZ (75/50/150 RHZ (75/50 mg)


mg)
5–9 1 tablet 1 tablet

10 – 14 2 tablet 2 tablet

15 – 19 3 tablet 3 tablet

20 – 32 4 tablet 4 tablet

Catatan
• Bila BB > 33 Kg, dosis di sesuaikan dengan tabel 1 (perhatikan dosisi maksimal).
• Bila BB < 5 kg sebaiknya dirujuk ke RS.
• Obat Tidak Boleh diberikan setengah dosis tablet.
• Anak dengan BB antara 9 – 10 diberikan 1 tablet. 190
Evaluasi Terapi
Penting : Keadaan Klinis

- Rontgen hanya penunjang


“Kritisi : status quo ante ,
bertambah buruk”

- Tuberkulin tes : (+) tetap (+)


- LED tidak spesifik

191
• Pada kasus TB paru anak, regimen yang diberikan  2RHZ / 4RH
• Kontraindikasi  ethambutol, dapat menyebabkan  gangguan
penglihatan, neuritis optic, buta warna pada anak
Jawaban lainnya
• A. rifampisin  menurunkan efektivitas KB hormonal, menstruasi
ireguler, urin berwarna merah, purpura dan renjatan, defisiensi asam
folat, strong enzim inducer, hepatotoksik
• B. isoniazid  neuropati perifer, anemia
• C. pyrazinamide  paling hepatotoksik, meningkatkan kadar asam
urat, nyeri sendi
• E. streptomisin  ototoksik, embriotoksik, nefrotoksik
18. Pungsi lumbal
• anak perempuan 5 tahun  kejang sebanyak 2 kali
• Kejang terjadi selama 15 menit di mana tangan dan kaki anak
kelojotan dan mata mendelik ke atas, kemudian tidak sadarkan diri
hingga dibawa ke UGD
• anak mengalami batuk dan pilek selama 2 hari terakhir
• HR 120x/menit, RR 16x/menit, T 38,5⁰C
• Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya segara dilakukan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  kejang demam kompleks

• Kejang demam kompleks  bangkitan kejang yang terjadi pada


kenaikan suhu tubuh (>38 C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat, gangguan elektrolit, atau metabolic lain
• Kejang berlangsung > 15 menit, bersifat fokal atau parsial, berulang
dalam 24 jam
Kejang demam

• Bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5


tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C),
yang tidak disebabkan oleh proses intraklanial.
Kejang demam sederhana (KDS): Kejang demam kompleks (KDK):
Durasi <15 menit Durasi >15 menit
Sifat umum tonik-klonik Sifat fokal, atau fokal jadi umum
Kejang tidak berulang dalam 24 jam Kejang berulang dalam 24 jam
Anti kejang pada neonatus

Fenobarbital 20 mg/kgBB IV dlm 10-15 menit, ulang


dg dosis 10mg/kgBB sebanyak 2x dg jarak 30 menit

Fenitoin 20mg/kgBB IV dalam garam fisiologis dg


kecepatan 1mg/kgBB/menit

Midazolam bolus 0,2mg/kgBB lanjut titrasi 0,1-


0,4mg/kgBB/jam IV
Faktor resiko berulangnya kejang demam
• Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• Usia kurang dari 12 bulan
• Suhu badan saat kejang <39 C
• Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan kejang
• Kejang demam pertama KDK
• Bila ada semua factor  kemungkinan berulang 80%
• Bila tidak ada factor  10-15%
• Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama setelah awitan
kejang
Indikasi profilaksis kejang demam

Intermitten
• Kelainan neurologis berat, missal CP
• Berulang 4 kali atau lebih dalam 1 tahun
• Usia <6 bulan
• Kejang pada suhu <39 C
• Kejang demam sebelumnya suhu meningkat dengan cepat

Jangka panjang/rumatan
• KDK dengan kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang (paresis
Tod’s, CP, hidrosefalus); kejang lama >15 menit; kejang fokal
Profilaksis jangka panjang/rumatan
• Obat yang biasa digunakan :
• Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
• Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
• Fenitoin dan carbamazepine tidak efektif untuk pencegahan kejang
demam

Selama 1 tahun bebas kejang


Profilaksis intermitten
• Antipiretik  tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi resiko terjadinya kejang demam
• Tapi tetap diberikan
• Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari, tidak lebih dari 5 kali
• Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali

Antikonvulsan  diazepam oral 0,3 mg/kg per 8 jam pada saat


demam menurunkan resiko berulangnya kejang pd 30-60% kasus,
sama dg diazepam rektal 0,5 mg/kg per 8 jam pd suhu >38,5 C
• Pada kasus tersebut, karena merupakan kejang demam kompleks,
menjadi indikasi untuk  pemeriksaan pungsi lumbal
19. Scurvy
• anak laki-laki 5 tahun  gusi yang berdarah sejak 2 bulan yang lalu
• gigi mudah digoyangkan dari gusi, petekie di kulit seluruh tubuh
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  scurvy

• Scurvy  gangguan nutrisi yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C


yang menyebabkan kegagalan sintesis kolagen dan pembentukan
osteoid yang mengakibatkan osteoporosis dan disertai perdarahan
subperiostal dan submukous
• Gejala  Gusi terlihat kebiru-biruan, bengkak yang lunak terutama
pada gigi seri sentral atas, petekie, hematemesis, hematuria dapat
terjadi
Scurvy
• gangguan nutrisi yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C yang
menyebabkan kegagalan sintesis kolagen dan pembentukan osteoid
yang mengakibatkan osteoporosis dan disertai perdarahan
subperiostal dan submukous
Gejala
• kegagalan pertumbuhan pada bayi
• kegagalan pertumbuhan tulang
• sakit sendi
• luka yang sulit sembuh
• mudah infeksi
• perdarahan (gusi dan kulit)
• Kulit kering
• anemia
• fatique (kelelahan)
• Sumber :
• buah-buahan
• sayuran

• Kebutuhan :
• Anak/dewasa : 20 – 30 mg/hari
• Ibu hamil & menyusui (buteki) : + 20 mg
Jawaban lainnya
• A. beri-beri  defisiensi tiamin (B1), gejala : polyneuritis, lelah, hilang
nafsu makan, BB turun, gangguan pencernaan, edema pada kaki
sampai badan
• B. impetigo  infeksi kulit karena streptococcus atau stafilokokus,
gejala : ada krustosa atau bulosa
• C. kwashiorkor  kekurangan protein, BB/TB > 70%, edema tungkai,
mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti jagung, mudah dicabut
dan rontok, cengeng, wajah sembab, rewel atau apatis, pembesaran
hepar
• D. pellagra  defisiensi niasin, gejala : 3D, diare, dermatitis, dementia
20. Ceftriaxon
• laki-laki 2 tahun  kejang kelojotan dari tangan dan kaki
• demam 2 hari. Kejang 2x dalam sehari selama 10 menit
• Ibu tidak memberikan obat penurun panas
• anak tidak sadarkan diri, nadi 145x/menit, pernafasan 30x/menit,
suhu 39⁰C
• Kaku kuduk (+), didapatkan PMN meningkat, none pandy (+)
• Terapi yang dapat diberikan untuk pasien ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  meningoenchepalitis

• Meningoenchepalitis  peradangan atau infeksi pada otak dan


selaput pembungkus otak
• Gejala : demam, nyeri kepala, kaku kuduk, penurunan kesadaran,
kejang
Infeksi sistem saraf pusat

Meningitis Encephalitis

•Demam •Demam
•Nyeri kepala •Penurunan
•Kaku kuduk kesadaran
•Kejang
Meningitis
• Peradangan pada meninges
• Fungsi neuro intak  tidak ada deficit neuro fokal
• Letargi

Encephalitis
• Peradangan pada parenkim otak
• Seringkali dengan peradangan meninges (meningoencephalitis)
dan medulla spinalis (encephalomyelitis)
• Berefek pada fungsi otak  perubahan status mental, deficit
sensori/motoric, perubahan kepribadian, gangguan bicara/gerak
Pemeriksaan

• Meningeal sign
 meningitis (+)
• Lumbal pungsi 
menentukan
penyebab
Tata laksana
meningitis
Tata laksana encephalitis
• Asiklovir  tata laksana empiric karena tingginya insidensi
encephalitis herpes simpleks
• Setelah penyebab diketahui, sesuai dg pathogen penyebab
• Pada kasus meningoenchepalitis > 3 bulan, antibiotik yang digunakan
 cefotaxime atau ceftriaxone dan vancomycin
21. KEP tipe campuran
• laki-laki 2 tahun 5 bulan  diare terus menerus sejak 10 hari yang
lalu
• malas makan dan apabila makan/minum pasien memuntahkannya
• PF: BB 7,1 kg, TB 60 cm, otot hipotrofi, jaringan lemak sub kutis -,
turgor kulit menurun, edem pada dorsum pedis +
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  KEP tipe campuran

• Marasmus  gizi buruk karena kekurangan kalori


• Gejala  sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti
orang tua, wasting, iga gambang, kulit keriput, jaringan lemak
subkutan minimal
• Kwashiorkor  gizi buruk karena kekurangan protein di dalam tubuh
• Gejala  edema tungkai, mata sayu, rambut tipis seperti jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, wajah sembab, rewel atau
apatis
Malnutrisi Energi - Protein
• Penyakit akibat kekurangan energy dan protein umumnya disertai
dengan defisiensi nutrisi lain
• Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
Etiologi
• Langsung
• Penyakit infeksi
• Defisiensi energi dan protein
• Tidak langsung
• Tingkat pendidikan
• Tingkat pengetahuan gizi
• Tingkat pendapatan
• Pekerjaan orang tua
• Besar anggota keluarga
• Pola asuh
• Sosio budaya
• Pola penyapihan
• Pola pemberian makanan padat
Etio - infeksi
• Hubungan antara KEP dan penyakit infeksi  sinergis
• Penyakit infeksi yang menyebabkan KEP
• Cacar air
• Batuk rejan
• TBC
• Malaria
• Diare
• Cacing mis : Ascaris Lumbricoides
• Orang yang menderita KEP mudah terkena infeksi dan akan memperberat kondisinya dan
sebaliknya.
Klasifikasi
• Kwashiorkor
• Marasmus
• Marasmus kwashiorkor
Kwashiorkor
• Perubahan mental (apatis, tampak lesu, rewel) sering dijumpai
• Edema
• Wajah sembab
• Pandangan sayu
• Dermatosis pada kulit, warna rambut merah atau belang (crazy
pavement dermatosis)
• Masih tampak jaringan lemak dibawah kulit
• Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah divabut
tanpa sakit, rontok
• Berat badan/umur turun tidak terlalu rendah
• Sering dijumpai pembesaran hati/hepatomegali
• Nafsu makan sangat buruk
• Pemeriksaan lab: serum albumin rendah
Hepatomegali
Edema
Marasmus
• tak tampak lemak dibawah kulit, kulit kering/keriput
• wajah seperti orang tua
• tampak dehidrasi
• perubahan mental (iritabel atau apatis) jarang dijumpai
• berat badan/umur sangat rendah (< 60 SD)  sangat kurus
• iga gambang
• baggy pants
• nafsu makan baik
• tidak tampak perubahan warna kulit dan rambut
• tidak dijumpai pembesaran hati
• pemeriksaan lab : serum albumin normal
Wajah spt orang tua

Rambut masih
hitam

Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis
Iga gambang, sangat kurus
Marasmus kwashiorkor
• berat badan/umur sangat rendah ( < 60 SD)  sangat kurus
• edema
• berat badan/tinggi sangat rendah
• gejala lain campuran antara gejala marasmus dan gejala kwashiorkor
Faktor resiko
• Berat badan lahir rendah
• HIV
• Infeksi TB
• Pola asuh yang salah
Penyakit infeksi penyerta KEP
• Dermatosis
- hipo/hiperpigmentasi
- deskuamasi (kulit mengelupas)
- lesi ulserasi eksudatif/menyerupai luka bakar
- sering disertai infeksi sekunder
• Parasit cacing
• Diare
• Tuberkulosis
Penyakit gizi lain yang menyertai MEP
• Defisiensi vitamin A
• Defisiensi zat besi,folat dan B12
• Defisiensi vitamin B2
• Defisiensi seng/Zn
• Pada KEP berat selalu disertai kekurangan vitamin dan mineral
Pemeriksaan
• Tanda dehidrasi
• Tanda defisiensi vit A  konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia
• LILA <11,5 cm untuk anak 6-59 bulan

• Lab : GD, Hb, Hct, preparat apusan darah, urin rutin, feses
• Antropometri
• Foto toraks
• Uji tuberkulin
Penentuan MEP dengan antropometri
• KEP ringan  BB/U 70%-80% WHO-NCHS
• KEP sedang  BB/U 60%-70% WHO-NCHS
• KEP berat  BB/U <60% WHO-NCHS
Pencegahan
• Mempertahankan status gizi anak
• Mengurangin resiko terjadinya infeksi
• Meminimalkan akibat penyakit infeksi
• Rehabilitasi penderita KEP yang masih dalam fase dini
Tata laksana
Jawaban lainnya
• A. diare akut  pada kasus ini menjadi salah satu penyebab KEP nya
• B. KEP tipe marasmus  tidak didapatkan edema pada tubuh
• C. malnutrisi akut  BB/TB <80%
• E. anemia gizi  anemia yang disebabkan oleh karena defisiensi zat
gizi tubuh
22. Metronidazole
• laki-laki 9 tahun  BAB encer dan berdarah
• demam tidak terlalu tinggi
• hepar dan lien tidak ditemukan adanya pembesaran
• feses ditemukan adanya entamoeba histolitica
• Pengobatan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  amebiasis

• Amebiasis  infeksi pada gastrointestinal yang disebabkan


entamoeba hystolitica
• Gejala  diare lender dan darah, lender > darah, tenesmus
disentri
• penyakit yang berhubungan dengan usus, yaitu suatu penyakit
peradangan usus yang di tandai dengan sakit perut dan buang air
besar, tinja berlendir bercampur darah.Buang air besar ini berulang-
ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan
darah.
Diagnosa
• Pemeriksaan tinja Pemeriksaa ini merupakan pemeriksaan laboratorium
yang sangat penting.Biasanya tinja berbau busuk,berlendir dan bercampur
darah. Pemeriksaan ini meliputi :
• Makroskopis: Disentri amoeba dapat di tegakkan bila di temukan bentuk tropozoit
dan kista dalam tinja
• Benzidin test
• Mikroskopis: Leukosit fecal (petanda adanya kolitis ),darah fecal
• Biakan tinja: Media agar macconkey,xylose-lysinedioxycholate (XLD ), agar
SS
• Pemeriksaan darah rutin: Leukositosis(5000-15000 sel/mm3) kadang-
kadang di temukan leukopenia
Amebiasis
• Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
• Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
• Sakit perut hebat (kolik)
• Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan
pada 1/3 kasus)
Siklus hidup
Entamoeba histolytica
Terapi
• Pengobatan yang dapat diberikan pada kasus amebiasis 
METRONIDAZOLE
23. Protein
• anak perempuan 7 tahun  demam sejak 2 hari yang lalu
• Anak rewel dan gelisah
• anak pertama dari empat bersaudara
• Kedua orang tua bekerja sebagai pemulung
• Anak jarang makan daging, telur, dan tidak minum susu
• Pemeriksaan fisik didapatkan kulit kusam pucat, rambut jarang dan
kering, serta hepatomegaly
• Jenis nutrisi yang kurang?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  kwashiorkor

• Kwashiorkor  gizi buruk karena kekurangan protein di dalam tubuh


• Gejala  edema tungkai, mata sayu, rambut tipis seperti jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, wajah sembab, rewel atau
apatis
Kwashiorkor
• Perubahan mental (apatis, tampak lesu, rewel) sering dijumpai
• Edema
• Wajah sembab
• Pandangan sayu
• Dermatosis pada kulit, warna rambut merah atau belang (crazy
pavement dermatosis)
• Masih tampak jaringan lemak dibawah kulit
• Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah divabut
tanpa sakit, rontok
• Berat badan/umur turun tidak terlalu rendah
• Sering dijumpai pembesaran hati/hepatomegali
• Nafsu makan sangat buruk
• Pemeriksaan lab: serum albumin rendah
Hepatomegali
Edema
Jawaban lainnya
• A. karbohidrat  marasmus, gizi buruk karena kekurangan kalori,
Gejala : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti
orang tua, wasting, iga gambang, kulit keriput, jaringan lemak
subkutan minimal
• B. lemak  sering merasa kedinginan, gangguan jantung dan
pembuluh darah, merasa cepat lapar dan sering lapar, depresi
• D. vitamin  gejala muncul tergantung jenis vitamin apa yang kurang
• E. mineral  gejala muncul tergantung jenis mineral apa yang kurang
24. Pterigium
• wanita 28 tahun  mata kanan berair sejak 3 hari yang lalu
• seperti ada yang mengganjal di kelopak mata atas kanannya
• pemeriksaan mata didapatkan VOD 6/6, terdapat selaput putih
berbentuk segitiga yang mencapai tepi limbus kornea
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pterigium

• Pterigium  pertumbuhan jaringan fibrovaskular subepitelial


berbentuk segitiga pada jaringan konjungtiva bulbar hingga kornea
• Gejala  mata berair, mengganjal, adanya selaput berbentuk segitiga
pada konjungtiva
Pterigium
• Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degenerative
dan invasive
• Terletak di celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva
yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan puncak di bagian
sentral atau di daerah kornea
Gejala
• Mata sering berair
• Tampak merah
• Rasa gatal
• Seperti ada benda asing
• Nyeri dan rasa panas
• Gangguan penglihatan
• Diplopia
Tata laksana

• Edukasi pada pasien untuk


mengurangi iritasi maupun
Konservatif paparan sinar UV dengan
menggunakan kacamata anti UV
dan pemberian air mata buatan

• Conjunctival graft menggunakan


Operatif
free graft
Jawaban lainnya
• A. hordeolum  peradangan pada kelenjar sebase mata, gejala :
nodul di kelopak mata dapat di luar atau di dalam, nyeri, hangat,
bengkak
• B. kalazion  peradangan kronis pada kelenjar meibom, gejala :
nodul di kelopak mata, tidak nyeri
• D. pinguekula  benjolan atau bintik berwarna kuning yang tumbuh
pada konjungtivalapisan bening di sepanjang kelopak mata dan
menutupi bagian putih mata (sklera)
• E. pseudopterigium  jaringan tidak menempel ke konjungtiva, mirip
peterigium, tes sonde (+)
25. Kalazion
• laki-laki 20 tahun  bintitan pada kelopak atas mata kiri
• Sebelumnya pasien telah berobat ke puskesmas dan diberikan salep
antibiotik, tetapi tidak ada perubahan
• pemeriksaan didapatkan papul di palpebra superior, tidak merah,
dan tidak nyeri
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  kalazion

• Kalazion  peradangan kronis pada kelenjar meibom,


• gejala  nodul di kelopak mata, tidak nyeri
Kalazion
• Peradangan kronik pada kelenjar meibom
• Disebabkan oleh reaksi granulomatosa

• Gejala  nodul di kelopak mata, tidak nyeri

• Tata laksana  insisi dan kuretase


Jawaban lainnya
• A. hordeolum interna  peradangan pada kelenjar sebasea mata, interna :
kelenjar meibom, gejala : nodul di kelopak mata dapat di luar atau di
dalam, nyeri, hangat, bengkak
• B. hordeolus eksterna  peradangan pada kelenjar sebasea mata,
eksterna: kelenjar zeis atau moll, gejala : nodul di kelopak mata dapat di
luar atau di dalam, nyeri, hangat, bengkak
• D. blefaritis  peradangan pada tepi kelopak mata dapat disertai
terbentuknya ulkus dan melibatkan kelopak mata
• E. pterigium  Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degenerative dan invasive, Terletak di celah kelopak bagian nasal maupun
temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan
puncak di bagian sentral atau di daerah kornea
26. Astigmat miopi simplex
• laki-laki 30 tahun  pandangan kabur sejak 2 bulan yang lalu
• visus diperoleh OD -2,50, OS -2,75 C-1,50 aksis 180
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  astigmat miopi simplex

• Astigmatisma  kondisi penglihatan yang biasanya dialami orang


yang kornea matanya tidak simetris
• Kornea normal bentuknya bundar seperti bola bisbol. Mata penderita
astigmatisma bentuknya sangat lengkung seperti bola rugby
• Gejala  pandangan kabur
Astigmatisma
• kondisi penglihatan yang biasanya dialami orang yang kornea matanya
tidak simetris
• Bisa muncul pada penderita rabun jauh dan rabun dekat
• Karena mata dengan kondisi astigmatisma melengkung asimetris,
fokusnya pada sumbu yang satu tepat tapi fokus pada sumbu yang
lain tidak tepat
• Cahaya yang masuk ke dalam mata tidak jatuh ke satu titik saja pada
retina sehingga benda yang letaknya dekat maupun jauh akan tampak
buram atau bias
Gejala
• Benda yang letaknya jauh maupun dekat sama-sama terlihat buram
• Penderita tidak dapat membaca tulisan yang ukurannya kecil
• Penderita selalu mengernyitkan mata
Jenis
• Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian utamanya
emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik.
• Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik,
meridian lainnya miopi
• Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama
hipermetropik dengan derajat berbeda.
• Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya miopik
dengan derajat berbeda
• Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik,
meridian yang lain miopik
Jawaban lainnya
• A. astigmat mixtus  satu meridian utamanya hipermetropik,
meridian yang lain miopik
• C. astigmat hipermetrop simpleks  satu meridian utamanya
emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik
• D. astigmat myopia compositus  kedua meridian utamanya miopik
dengan derajat berbeda
• E. astigmat hipermetrop compositus  kedua meridian utama
hipermetropik dengan derajat berbeda
27. Keratitis
• laki-laki 30 tahun  mata kiri kabur dan nyeri
• Beberapa jam yang lalu pasien mengaku mata kirinya terkena daun
teh
• VOD 6/6 dan VOS 6/20
• OS: spasme palpebra, injeksi konjungitva +, kornea tampak lesi
melingkar dengan infiltrate putih pada kornea, hipopion +, BMD
dalam, fundus dapat dinilai dan normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  keratitis

• Keratitis  peradangan pada kornea


• Gejala  mata merah, visus turun mendadak, injeksi silier, nyeri
fototobia
Keratitis
• Peradangan pada kornea

• Gejala
• Mata merah
• Visus turun mendadak
• Injeksi silier
• Nyeri fotofobia
Jawaban lainnya
• B. ulkus kornea  disebabkan oleh infeksi sebelumnya/keratitis,
penyakit sistemik, idiopatik; terdapatnya ulkus di kornea, gejala :
mirip gejala keratitis, tes fluorescein (+)
• C. endoftalmitis  peradangan bola mata yang melibatkan vitreous
dan segmen anterior, dapat juga melibatkan koroid dan retina, gejala :
visus turun mendadak, nyeri, edema palpebral, konjungtiva
hiperemis, edema kornea, hipopion, vitritis
• D. uveitis anterior  peradangan pada iris, gejala : nyeri, nrocos,
injeksi silier, flare, KP, hipopion, sinekia posterior
• E. konjungtivitis  peradangan pada konjungtiva, gejala : mata
merah, nrocos, keluar kotoran, visus tetap
28. Kortikosteroid
• wanita 29 tahun  mata kiri berair, merah, dan silau terkena cahaya
matahari
• Lima hari sebelumnya pasien mengaku matanya terkena bubuk
deterjen dan sudah dibilas dengan air bersih dan tidak pernah diberi
obat tetes mata
• mata berair, merah, dan penurunan penglihatan
• visus OS 20/40 tidak maju dengan pinhole, OD visus 20/20
• konjungitva hiperemis, berair, KP +, sinekia posterior, kornea sedikit
keruh dengan kedalaman COA dangkal, secret +
• Pengobatan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  uveitis anterior

• Uveitis anterior  peradangan badan uvea (iris, badan silier, koroid),


anterior: iris
• Gejala  mata merah, visus turun, fotofobia
Uveitis
• Peradangan pada uvea (iris, badan silier, koroid)

• Gejala
• Mata merah
• Visus turun
• Fotofobia
• Tata laksana pada kasus uveitis anterior  kortikosteroid
29. Otitis media efusi
• anak laki-laki 7 tahun  telinga terasa penuh selama 1 minggu
• Selama 1 tahun ini, pasien sering bersin-bersin dan hidung meler
• pemeriksaan otoskopi di dapatkan secret yang kental pada cavum
timpani
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  otitis media efusi

• Otitis media efusi  peradangan pada telinga tengah yang


disebabkan oleh adanya transudate serosa di dalam telinga tengah
• Bisa disebabkan oleh disfungsi tuba eusthachius atau kelanjutan dari
OMA
• Gejala  gangguan pendengaran, tidak nyeri, tidak ada gejala
sistemik, membrane timpani tampak suram, tidak hiperemis,
mobilitas berkurang (tes Toynbee dan valsava negatif)
Otitis media efusi
• peradangan di telinga tengah dengan pengumpulan cairan di rongga
telinga tengah
• Tidak terdapat tanda infeksi akut dan tidak ada perforasi MT
• Insidens tinggi pada anak, merupakan penyebab ketulian tersering
pada anak
Gejala
• rasa penuh di telinga dan
• kurang pendengaran,
• MT suram, keabuan atau kemerahan,
• Kadang-kadang tampak adanya gelembung udara atau cairan di
kavum timpani,
• MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada posisi normal,
• MT menipis/menebal, vaskularisasi bertambah.

• Diagnosis pasti memerlukan pemeriksaan timpanometri


Tata laksana
• Obat yang dapat diberikan adalah antibiotik dan dekongestan serta
mukolitik ditambah dengan perasat Valsalva.
• Antihistamin diberikan bila ada tanda rinitis alergi.
• Miringotomi dan pemasangan grommet bila penyakit menetap lebih
dari 2 bulan
Jawaban lainnya
• A. otitis media akut  peradangan telinga tengah yang disebabkan oleh
streptococcus pneumonia, gejala tergantung stadium
• B. mastoiditis kronis  radang mukosa dari sebagian atau seluruh sel
mastoid dengan atau tanpa kerusakan tulang mastoid, gejala: nyeri di
belakang telinga, gangguan pendengaran
• D. otitis media kronis  peradangan telinga tengah yang disebabkan OMA
yang gagal mengalami stadium resolusi, lebih dari 2 bulan, gejala : keluar
cairan dari telinga
• E. mastioditis akut  infeksi bakteri pada tulang mastoid. Tanpa
pengobatan yang adekuat, dapat menyebabkan meningitis dan abses otak.
Biasanya didahului oleh OMA yang tidak mendapatkan pengobatan
adekuat
30. Membawa ke IGD
• wanita 17 tahun  kesulitan bernapas karena tersedak makan
bakso
• Pasien sadar dan sulit bicara
• Sudah dicoba untuk mengeluarkan bakso namun gagal
• Penanganan selanjutnya ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tersedak (choking)

• Tersedak  tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing,


muntah, darah, atau cairan lain. Tersedak merupakan keadaan darurat
medis.
TERSEDAK
Penyebab :
• Muntah
• Benda asing
• Makanan
• mainan
• Pembengkakan (reaksi alergi)
• Spasme (air masuk saluran napas tiba-tiba)
TERSEDAK
Tanda-tanda:
• Tidak bisa bernapas
• Tidak bisa berbicara
• Menjadi kebiruan

• HEIMLICH MANUEVER
HEIMLICH MANUEVER
• Letakkan kepalan tangan di atas
pusar
• Berikan tekanan ke atas sebanyak
5x
HEIMLICH MANUEVER PADA BAYI
• Posisikan bayi telungkup di atas pangkuan
• Posisi kepala ke arah bawah
• Berikan 5x pukulan di punggung dengan telapak tangan
• Posisi bayi terlentang
• Berikan 5x dorongan pada tulang dada dengan menggunakan 2 ujung
jari
HEIMLICH MANUEVER PADA BAYI
• Sudah dilakukan pertolongan pertama untuk mencoba mengambil
dan tidak bisa  BAWA KE IGD
31. Miringotomi
• anak laki-laki 4 tahun  keluar cairan dari telinga kiri, cairan berwarna
bening kekuningan
• 3 hari yang lalu anak mengeluhkan nyeri di telinga kirinya disertai dengan
demam hingga 39OC dan anak sangat kesakitan
• Awalnya anak mengalami batuk dan nyeri tenggorokan sebelum telinganya
sakit
• Namun saat ini anak sudah tenang dan tidak lagi mengeluhkan telinga
nyeri, namun saat ini telinga mengeluarkan cairan bening kekuningan
• tindakan yang seharusnya dilakukan saat pasien mengalami nyeri hebat di
telinga dan demam tinggi serta cairan belum keluar dari telinga?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  otitis media akut stadium
perforasi

• Otitis media akut  peradangan akut sebagian atau seluruh


periosteum telinga tengah, biasanya berhubungan dengan akumulasi
cairan di telinga tengah
• Gejala  tergantung stadium
Otitis media akut
• peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu

• kronis  infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang


berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya
disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak
tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan di telinga tengah
dan mastoid yang menetap > 12 minggu.
Pemeriksaan Diagnostik

• berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.


• Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani.
• Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan
terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.
Dibagi dlm 4 stadium
• Stadium resolusi  perbaikan menjadi normal atau gagal menjadi
kronis
• nyeri hebat di telinga dan demam tinggi serta cairan belum keluar dari
telinga  stadium supurasi
• Tindakan seharusnya  miringotomi
Jawaban lainnya
• A. mastoidektomi  dilakukan pada kasus mastoiditis atau tumor
mastoid
• B. ekstraksi serumen  dilakukan pada kasus serumen prop
• D. timpanoplasti  dilakukan untuk memperbaikin membrane
timpani yang sudah perforasi
• E. irigasi serumen  dilakukan pada kasus serumen prop
32. Noise induced hearing lost
• laki-laki 65 tahun  penurunan pendengaran pada telinga kiri,
pernah bekerja di pabrik baja sebelumnya
• pemeriksaan tes penala didapatkan hasil: rinne (+), tes weber
lateralisasi ke kanan, dan scwabach memendek
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  noise induced hearing loss

• NIHL  tuli sensorineural akibat bising. Ketulian berangsur-angsur


dalam jangka panjang dan bersifat menetap
• Gejala  penurunan pendengaran, tinnitus, vertigo, dll
Noise Induced Hearing Loss
• NIHL merupakan tuli sensorineural akibat bising. Ketulian berangsur-
angsur dalam jangka panjang dan bersifat menetap
Bisa dicegah, langkah preventif sangat penting dan perlu kerjasama
semua bidang
• Paparan kebisingan secara terus menerus
( continues noise )
>85 dBA
8 jam per hari
40 jam per minggu
Batas yang diperbolehkan terhadap
Paparan Kebisingan
Noise Intensity Duration limit per
(dBA) day ( hour )

80 24
82 16
85 8
88 4
91 2
94 1
97 ½
100 ¼
Noise Induced Hearing Loss
• NIHL mengenai kedua telinga
• Tahap awal hanya dapat diketahui dengan tes pendengaran. Pekerja
yang terkena bisa tidak menyadarinya ( walaupun audiogram ada dip
di 4000Hz)
• Keluhan lain bisa menyertai yaitu mendenging (Tinnitus), recruitment,
vertigo
• Tahap berat timbul kesulitan menangkap pembicaraan dan terganggu
komunikasinya  berpengaruh pada kehidupan sosialnya.
Pekerja berisiko :
Intensitas kebisingan tinggi dengan akitivitas menggunakan peralatan
kecepatan tinggi :
• Grinding
• Sawing
• Drilling
Biasanya pada tempat produksi :
• Metal
• Pengolahan perkayuan
• Konstruksi
Kerusakan organ :

Organ Corti ,
membrane, stereocilia,
haircell,
Subceluler organ ,
stria vascularis
 sel rambut koklea normal  Sel rambut koklea yang rusak
Source –dangerous level dBA SPL
Produces pain 140 – 150
Jet aircraft during takeoff (20
meters) 130

Discomfort level, tractor without


cab 120

Rock concert
110

Hammer,chain saw, pneumatic drill


100 – 105

Semi-trailers (20 meters)


90
Source dBA SPL
Heavy traffic 80
Automobile (20 meters) 70
Vacuum cleaner 65
Conversational speech (1 meter) 60
Quiet business office 50
Residential area at night 40
Whisper, 20
Rustle of leaves 10
Diagnosa NIHL
• Anamnesis :
- Usia
- Lama bekerja
- Riwayat penyakit .
- Onset Penurunan pendengaran
 mendadak, berangsur-angsur
- Riwayat Keluarga
FAKTOR YANG BERPENGARUH
Riwayat penyakit
• Masalah telinga dan gejalanya
• Riwayat trauma kepala atau telinga
• Pemakaian obat-obatan
• Pekerjaan sebelumnya, militer
• Paparan bahan beracun / toxic (toluene, styrene, CO, Pb, Mercury)
• Aktivitas diluar pekerjaan
FAKTOR YANG BERPENGARUH

Riwayat paparan kebisingan


• Intensitas bising
• Tipe bising ( spektrum frekwensi )
• Sifat bising
• Jarak dengan sumber bunyi
• Posisi telinga
• Lama bekerja ( paparan kumulatif )
• Kerentanan individu
• Pemeriksaan Fisik :
• a. Keadaan Umum.
• b. Pemeriksaan telinga.
• c. Otoskopi.
• d. Tes Audiometri.
Penanganan NIHL
• Fase akut dengan terapi vasodilatator
• Ketulian berakibat gangguan komunikasi
• diperlukan konseling
• rehabilitatif :
• latihan mendengar
• latihan membaca gerak bibir
• Alat Bantu Dengar
Jawaban lainnya
• A. presbiakusis  gangguan pendengaran sensorineural pada usia
lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi
secara perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga
• B. tuli kongenital  ketulian yang terjadi pada seorang bayi
disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun
pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli sebagian (hearing
impaired) atau tuli total (deaf)
• C. sudden sensory hearing lost  kehilangan pendengaran tiba-tiba
• E. idiopatik  tidak diketahui penyebabnya
33. Stroke infark
• wanita 67 tahun  kelemahan anggota gerak kiri setelah bangun
tidur pagi hari
• TD 160/100, lain-lain dalam batas normal
• pemeriksaan neurologi didapatkan paresis N. cranialis VII dan XII
UMN sinistra dan paresis anggota gerak sinistra
• GDS 140 mg/dl, kolesterol total 312 mg/dl, LDL 208 mg/dl, HDL 48
mg/dl, trigliserida 300 mg/dl
• Gambaran CT scan didapatkan lesi hipodens di capsula interna
dextra
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  stroke infark

• Stroke infark  defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi


mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor
vaskuler, disebabkan oleh adanya thrombus atau emboli yang
menyebabkan infark
• Gejala  deficit neurologis akut, hemiparesis
stroke
• defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler
keluhan
pemeriksaan

• vital sign : napas, nadi, suhu, tekanan darah


(kanan-kiri)
• jantung-paru
• bruit karotis dan subklavia
• abdomen
• ekstremitas
• neurologis
• kesadaran : GCS
• meningeal sign
• nervus kranialis (terutama VII, XII, IX/X)
• motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis dan
patologis
• sensorik
• fungsi serebelum dan kognitif (bahasa, memori)
• pada pasien yang tidak sadar
• pola pernapasan : cheyne-stokes,
hiperventilasi neurogenik sentral, apneuistik,
ataksik
• refleks cahaya (pupil)
• refleks kornea
• refleks muntah
• refleks okulo-sefalik (doll's eye phenomenon)
pemeriksaan penunjang
tata laksana
tata laksana - iskemik
tata laksana - hemoragik
Jawaban lainnya
• B. stroke inkomplet  gangguan neurologi yang timbul belum
menetap atau permanen
• C. stroke komplet  gangguan neurologi yang timbul sudah menetap
atau permanen
• D. perdarahan subarchnoid  jenis stroke hemoragik, dengan
tambahan gejala kaku kuduk, dan nyeri kepala hebat
• E. perdarahan intracranial  jenis stroke hemoragik, gejala : nyeri
kepala, penurunan kesdaran, kejang, dll
34. BPPV
• wanita 60 tahun  pusing berputar sesaat dan berulang terutama
setelah melakukan gerakan kepala atau gerakan mau tidur terlentang
atau bangun dari terlentang
• Pasien pernah mengalami trauma pada kepala kurang lebih satu
tahun yang lalu
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  BPPV

• BPPV  gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik


serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan
dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
• Gejala  pusing berputar, setelah menggerakan kepala
bening paroxismal positional vertigo (BPPV)
• gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan
vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
• penyebab vertigo dg prevalensi 2,4%
• wanita>laki-laki

• etiologi : kanalith di dalam kanalis semisirkularis


gambaran klinis
• timbul mendadak pada perubahan posisi (miring ke satu sisi,
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk, menegakkan kembali
badan, menunduk, menengadah)
• serangan berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 10-30 detik)
• dirasakan berputar
• bisa disertai mual, kadang muntah
• setelah rasa berputar menghilang, ps bisa merasa melayang dan
diikuti disekulibrium (ketidakseimbangan) selama beberapa hari -
minggu
• dapat muncul kembali
pemeriksaan

• manuver
• dix-hallpike
terapi
• komunikasi dan informasi
• penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yg berbahaya dan
prognosisnya baik serta hilang spontan

• obat antivertigo seringkali tidak diperlukan, namun apabila terjadi


disekulibrium pasca BPPV, pemberian betahistine akan berguna u/
mempercepat kompensasi
• untuk BPPV kanal posterior
• manuver epley
• prosedur semont
• metode brand daroff
Jawaban lainnya
• A. spondilosis servikalis  suatu kondisi yang diakibatkan oleh kerusakan
ruas tulang leher dan bantalannya, sehingga menekan saraf tulang
belakang dan menimbulkan gejala umum berupa nyeri leher, bahu, dan
kepala
• B. Meniere syndrome  Gangguan telinga tengah yang menyebabkan
vertigo yang disebabkan oleh peningkatan tekanan endolimpe di telinga
tengah, gejala : tinnitus, vertigo, penurunan pendengaran
• C. vertibuler neuritis  peradangan pada saraf telinga bagian dalam
(vestibulocochlearis), gejala : vertigo mendadak parah, gangguan
kseimbangan, mual, muntah
• D. vertigo post trauma  vertigo yang terjadi setelah trauma, biasanya
bertahan kurang dari satu menit atau dapat menetap, tidak berkaitan
dengan perubahan posisi
35. Stroke hemoragik
• laki-laki 49 tahun  nyeri kepala, semakin lama semakin bertambah
berat
• disertai dengan keluhan mual-mual kadang sampai muntah, kesadaran
penderita masih baik, tetapi berjalan agak sempoyongan
• perokok aktif kurang lebih 1-2 bungkus sehari
• Ibu penderita meninggal 2 th yang lalu karena penyakit lumpuh separuh
• BMI 28, TD 210/125 mmHg, nadi 112X/menit regular, afebrile, RR
28x/menit
• tiba-tiba penderita kejang dan bicara pelo tapi setelah kejang penderita
tetap sadar dengan GCS 14 dan kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
dilakukan pemeriksaan tensi ulang didapatkan hasil 270/140 mmHg
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  stroke hemoragik

• Stroke hemoragik  defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi


mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor
vaskuler
• Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
• Gejala  nyeri kepala, penurunan kesadaran, kejang
stroke
• defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler
keluhan
pemeriksaan

• vital sign : napas, nadi, suhu, tekanan darah


(kanan-kiri)
• jantung-paru
• bruit karotis dan subklavia
• abdomen
• ekstremitas
• neurologis
• kesadaran : GCS
• meningeal sign
• nervus kranialis (terutama VII, XII, IX/X)
• motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis dan
patologis
• sensorik
• fungsi serebelum dan kognitif (bahasa, memori)
• pada pasien yang tidak sadar
• pola pernapasan : cheyne-stokes,
hiperventilasi neurogenik sentral, apneuistik,
ataksik
• refleks cahaya (pupil)
• refleks kornea
• refleks muntah
• refleks okulo-sefalik (doll's eye phenomenon)
pemeriksaan penunjang
tata laksana
tata laksana - iskemik
tata laksana - hemoragik
Jawaban lainnya
• B. hipertensi emergency  peningkatan tekanan darah mencapai
>180/120 dengan disertai adanya keterlibatan kerusakan organ.
Contoh organ yang terlibat diantaranya otak, mata, jantung dan ginjal.
• C. hipertensi urgency  peningkatan tekanan darah mencapai
>180/120 namun tanpa disertai adanya keterlibatan kerusakan organ.
• D. ensefalopati hipertensi  sindrom klinik akut reversibel yang
dicetuskan oleh kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga
melampaui batas autoregulasi otak, nyeri kepala hebat, mual,
muntah, gangguan penglihatan, confusion, pingsan sampai koma
• E. accelerated hipertensi benigna  tidak ada, adanya accelerated
hipertensi maligna
36. Diturunkan bertahap
• laki-laki 49 tahun  nyeri kepala, semakin lama semakin bertambah
berat
• disertai dengan keluhan mual-mual kadang sampai muntah, kesadaran
penderita masih baik, tetapi berjalan agak sempoyongan
• perokok aktif kurang lebih 1-2 bungkus sehari
• Ibu penderita meninggal 2 th yang lalu karena penyakit lumpuh separuh
• BMI 28, TD 210/125 mmHg, nadi 112X/menit regular, afebrile, RR
28x/menit
• tiba-tiba penderita kejang dan bicara pelo tapi setelah kejang penderita
tetap sadar dengan GCS 14 dan kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
dilakukan pemeriksaan tensi ulang didapatkan hasil 270/140 mmHg
• Prinsip pengelolaan dalam menurunkan TD ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  stroke hemoragik

• Stroke hemoragik  defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi


mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor
vaskuler
• Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
• Gejala  nyeri kepala, penurunan kesadaran, kejang
stroke
• defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler
keluhan
pemeriksaan

• vital sign : napas, nadi, suhu, tekanan darah


(kanan-kiri)
• jantung-paru
• bruit karotis dan subklavia
• abdomen
• ekstremitas
• neurologis
• kesadaran : GCS
• meningeal sign
• nervus kranialis (terutama VII, XII, IX/X)
• motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis dan
patologis
• sensorik
• fungsi serebelum dan kognitif (bahasa, memori)
• pada pasien yang tidak sadar
• pola pernapasan : cheyne-stokes,
hiperventilasi neurogenik sentral, apneuistik,
ataksik
• refleks cahaya (pupil)
• refleks kornea
• refleks muntah
• refleks okulo-sefalik (doll's eye phenomenon)
pemeriksaan penunjang
tata laksana
tata laksana - iskemik
tata laksana - hemoragik
tatalaksana
Manajemen Prahospital Manajemen gawat darurat
• Stabilisasi Jalan Napas dan
Pernapasan
• Deteksi • Stabilisasi Hemodinamik
• Berikan cairan kristaloid atau
• Pengiriman pasien koloid intravena
• Optimalisasi tekanan darah
• Transportasi
• Pengendalian Peninggian Tekanan
Intrakranial (TIK)
• Penanganan transformasi hemoragik
• Pengendalian kejang
• Pengendalian Suhu Tubuh
Tatalaksana (Cont’d)

Antihipertensi
• apabila TDS > 180 mmHg atau • Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah
mean Arterial Pressure (MAP) > antihipertensi parenteral dengan dosis titrasi.
130 mmHg, tekanan darah Pilihan obat nicardipin atau diltiazem
diturunkan dengan menggunakan
antihipertensi intravena secara
continue dengan pemantauan • Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah
tekanan darah setiap 5 menit. 120 mmHg) dapat diberikan vasopressors,
dimana hal ini untuk melindungi jaringan
iskemik penumbra yang mungkin terjadi
• Penurunan tekanan darah akibat vasospasme.
hendaknya perlahan (maksimal
25% dalam 2 jam pertama pada
stroke hemoragik).
Tindakan operatif

Indikasi Letak perdarahan di supratentorial Kontra indikasi


• intracerebral • Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3)
PIS dengan lesi struktural seperti atau defisit neurologis minimal.
• aneurisma malformasi AV atau
angioma cavernosa dibedah jika
mempunyai harapan outcome yang • Pasien dengan GCS <4.
baik dan lesi strukturnya terjangkau.
• GCS >8
Usia 50-69 tahun • Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan
• intraserebral disertai kompresi batang otak
• Pasien dengan volume perdarahan
>30 mL dan terdapat di 1 cm dari
masih mungkin untuk life saving.
permukaan.
Tatalaksana (aneurisma yang ruptur)
• Pencegahan vasospasme • Terapi lain.
• Nimodipin 60 mg peroral 4 kali
sehari II. • Laksansia (pencahar)
• NaCl 3% intravena 50 ml 3 kali
sehari (hati-hati terhadap
timbulnya komplikasi berupa
Central Pontine Myelinolisis
(CPM) • Analgesik:
• Delayed vasospasm • Asetaminofen ½-1 g/4-6 jam dengan dosis
• Stop dimodipin, antihipertensi maksimal 4 g/hari.
dan diuretika
• Berikan 5% albumin 250 ml • Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6
intravena
• Bila memungkinkan lakukan jam.
pemasangan Swangans dan
usahakan wedge preasure 12-
14 mmHg
• Tylanol dengan kodein.
• Jaga cardiac index sekitar 4
L/min/sg.meter
• Berikan dobutamin 2-15
ug/kg/min
Cont’d
• Pada pasien dengan sangat gelisah • Cegah terjadinya “stress ulcer”
dapat diberikan: dengan memberikan:
• Haloperidol IM 1-10 mg tiap 6 jam. • Antagonis H2
• Petidin IM 50-100 mg atau morfin SC atau • Antasida
IV 5-10 mg/4-6 jam. • Inhibitor pompa proton selama beberapa
• Midazolam 0,06-1,1 mg/kg/jam. hari.
• Propofol 3-10 mg/kg/jam. • Pepsid 20 mg IV 2 kali sehari atau zantac
50 mg IV 2 kali sehari.
• Sucralfate 1 g dalam 20 mL air 3 kali
sehari.
• Prinsip untuk menurunkan tekanan darah pada kasus stroke
hemoragik  diturunkan bertahap
37. Cauda equine syndrome
• wanita 45 tahun  nyeri punggung bawah dan lemah kedua tungkai
sejak 3 minggu yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan kedua ekstremitas bawah lemah, reflek
kedua ekstremitas bawah menurun, dan didapatkan saddle anestesi
(+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  cauda equine syndrome

• cauda equine syndrome  kelainan langka yang biasanya merupakan


kondisi darurat akibat operasi. Pada penderita cauda equina
syndrome, akar saraf tulang belakang tertekan, sehingga harus segera
ditangani supaya tidak menimbulkan inkontinensia (tak bisa menahan
buang air) maupun kelumpuhan kaki.
Cauda equine syndrome
• kelainan langka yang biasanya merupakan kondisi darurat akibat
operasi
• akar saraf tulang belakang tertekan, sehingga harus segera ditangani
supaya tidak menimbulkan inkontinensia (tak bisa menahan buang
air) maupun kelumpuhan kaki
• tergolong jarang, namun bisa terjadi pada anak-anak yang memiliki
kelainan tulang belakang sejak lahir, atau pernah mengalami cedera
tulang belakang
Gejala
• Tidak mudah mendiagnosis cauda equina syndrome
• Gejalanya bisa bervariasi dan muncul secara bertahap
• Bahkan sering kali gejalanya menyerupai penyakit lain

• Nyeri tak tertahankan pada punggung bawah.


• Rasa nyari, atau mati rasa, atau lemah, pada salah satu atau kedua kaki yang
menyebabkan Anda sering terjatuh atau sulit bangkit dari duduk.
• Berkurang atau hilangnya sensasi di kaki, bokong, paha dalam, bagian belakang
tungkai kaki, atau telapak kaki, yang makin lama makin parah.
• Masalah saat buang air, misalnya kesulitan buang air kecil sampai tuntas, atau
kesulitan menahan kencing (inkontinensia urin).
• Disfungsi seksual yang muncul tiba-tiba
Penyebab
• Pecahnya disk di area lumbar (pinggang)
• Menyempitnya saluran spinal (tulang belakang), disebut juga stenosis
• Luka tulang belakang atau tumor ganas
• Infeksi, peradangan, perdarahan, atau keretakan tulang belakang
• Komplikasi akibat cedera tulang lumbar seperti pada kecelakaan lalu
lintas, terjatuh, luka tembak, atau tusukan benda tajam
• Cacat lahir, misalnya koneksi abnormal antar pembuluh darah
(arteriovenous malformation).
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik untuk mengecek kekuatan, refleks, sensasi,
stabilitas, keseimbangan, dan gerakan, Anda juga mungkin perlu tes
darah.
• Magnetic resonance imaging (MRI), yang menggunakan medan
magner dan komputer untuk menghasilkan gambar tiga dimensi dari
tulang belakang Anda.
• Myelogram alias rontgen saluran tulang belakang setelah disuntikkan
dengan zat kontras, yang dapat menunjukkan letak tekanan pada
saraf tulang belakang.
• CT scan
Terapi
• Operasi untuk melepaskan tekanan pada saraf
• Jika karena infeksi  antibiotik
• Jika karena tumor  radiasi atau kemoterapi
Jawaban lainnya
• A. ALS  Kondisi ini terjadi saat sistem saraf di mana sel-sel tertentu
(neuron) di dalam otak dan sumsum tulang mati secara perlahan
• C. protusi diskus intervertebralis  penonjolan diskus intervertebralis
atau HNP, gejala : low back pain
• D. siringomelia  kondisi kista yang berkembang. Kista berisi cairan
ini dapat tumbuh meluas dan memanjang di sepanjang tulang
belakang. Kista yang tumbuh menekan dan merusak jaringan saraf
tulang belakang.
• E. kompresi medulla spinalis  penekanan pada medulla spinalis,
biasanya berasal dari cedera, dll
38. bell’s palsy
• wanita 28 tahun  mata kiri tiba-tiba tidak dapat menutup dengan
rapat sejak 3 jam yang lalu
• tidak dapat menaikkan alis kirinya, tidak dapat menggembungkan
pipi, dan mulut mencong ke kanan
• sebelumnya berpergian jauh dengan menggunakan motor pada
malam hari
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  bell’s palsy

• bell’s palsy  Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Gejala  mata tidak dapat menutup sebelah, tidak bisa angkat alis,
tidak bisa menggembungkan pipi, dll
Bell’s palsy
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Etiologi  masih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi
HSV-1 & herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
• Kemungkinan infeksi HSV-1 dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia
nervus cranialis
• Sering ditemukan pada orang dewasa, dg DM, wanita hamil
Manifestasi klinis
Tata laksana
• Prognosis baik
• Terapi steroid (dalam 72 jam pasca onset)  prednisone 1
mg/kgBB/hari atau 60mg/hari selama 6 hari diikuti tapering off 10
mg/hari, dengan durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antiviral  asiklovir, valasiklovir
• Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg (varicella
zoster)
• Valasiklovir 3x1000 mg selama 7 hari
• Lindungi mata
• Lubrikasi ocular topical (artifisial air mata pada siang hari) dapat mencegah
corneal exposure
• Fisioterapi  mempercepat perbaikan dan menurunkan sekuele
Jawaban lainnya
• A. stroke non hemoragik  deficit neurologis yang disebabkan oleh adanya
sumbatan thrombus atau emboli di pembuluh darah otak, gejala : deficit
neurologis (hemiparesis), biasanya setelah bangun tidur pagi
• B. tics facialis  kejang saraf muka. Gejalanya antara lain; gerakan otot
incolunter yang berupa kontraksi otot setempat, sejenak, namun berkali
• D. lagoftalmos  kelainan di mata karena kelopak mata tidak dapat
menutup bola mata. Disebabkan oleh bola mata yang menonjol keluar,
kelumpuhan kelopak mata, kelopak mata ditarik jaringan parut
• E. spasme hemifacialis  kedutan separuh wajah yang sifatnya periodik,
sehingga kadang-kadang kedutan ini berhenti. Kedutan biasanya terjadi
pada mata, pipi, dan bibir hingga leher yang tertarik tanpa bisa
dikendalikan
39. Prednisone
• wanita 28 tahun  mata kiri tiba-tiba tidak dapat menutup dengan
rapat sejak 3 jam yang lalu
• tidak dapat menaikkan alis kirinya, tidak dapat menggembungkan
pipi, dan mulut mencong ke kanan
• sebelumnya berpergian jauh dengan menggunakan motor pada
malam hari
• Tata laksana?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  bell’s palsy

• bell’s palsy  Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Gejala  mata tidak dapat menutup sebelah, tidak bisa angkat alis,
tidak bisa menggembungkan pipi, dll
Bell’s palsy
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Etiologi  masih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi
HSV-1 & herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
• Kemungkinan infeksi HSV-1 dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia
nervus cranialis
• Sering ditemukan pada orang dewasa, dg DM, wanita hamil
Manifestasi klinis
Tata laksana
• Prognosis baik
• Terapi steroid (dalam 72 jam pasca onset)  prednisone 1
mg/kgBB/hari atau 60mg/hari selama 6 hari diikuti tapering off 10
mg/hari, dengan durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antiviral  asiklovir, valasiklovir
• Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg (varicella
zoster)
• Valasiklovir 3x1000 mg selama 7 hari
• Lindungi mata
• Lubrikasi ocular topical (artifisial air mata pada siang hari) dapat mencegah
corneal exposure
• Fisioterapi  mempercepat perbaikan dan menurunkan sekuele
• Tata laksana yang tepat untuk kasus bell’s palsy  prednisone
40. n. medianus
• wanita 42 tahun
• bekerja sebagai buruh cuci
• tangan kanannya terasa nyeri dan kesemutan terutama pada jari 1,
2, dan 3
• Nyeri bertambah berat apabila digunakan untuk mencuci dan
beraktivitas lainnya
• Sering kali nyeri hilang dengan tangan kanan dikibas-kibaskan
• pemeriksaan fisik didpaatkan tinel test (+)
• Letak kelainan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  CTS (carpal tunnel
syndrome)

• CTS  Kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang terjadi termasuk


kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal (carpal tunnel)
• Gejala yang termasuk  mati rasa, paraestesia, dan nyeri pada
distribusi saraf medianus
definisi
• Kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang terjadi termasuk
kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal (carpal
tunnel)
• Gejala yang termasuk  mati rasa, paraestesia, dan nyeri
pada distribusi saraf medianus
etiologi
• Carpal tunnel dilewati oleh nervus medianus dan beberapa tendon
flexor, kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya
terowongan/tunnel  penekanan di nervus  gejala CTS

• Sebagian kasus, etiologi tidak diketahui terutama pada orang usia


lanjut, sering dikaitkan dengan gerakan yang berulang pada tunnel tsb
Etiologi Keterangan
Herediter Neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy (hereditary motory and
sensory neuropathies type III)
Trauma Dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan. Sprain dan
trauma langsung pada pergelangan tangan.
Pekerjaan Gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang
(mengetik, angkat beban berat, pemain piano, gitar)
Infeksi Tenosinovitis, tb tulang, sarkoidosis
Metabolik Amiloidosis, gout
Endokrin Akrmegali, terapi estrogen atau androgen, DM, hipotiroid, kehamilan
Neoplasma Kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, myeloma
Penyakit klagen RA, polimialgia reumatika, scleroderma, SLE
vaskular
Degeneratif OA
Iatrogenik Pungsi arteri radialis, pemasangan shunt vascular untuk dialysis, hematoma, komplikasi dan
terapi antikoagulan
Faktor stress
Inflamasi Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
Gambaran klinis
Tahap awal
• Gangguan sensorik saja
• Gangguan motoric terjadi pada keadaan yang berat
• Awal  paresthesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan
setengan sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari
• Gejala menonjol pada malam hari
Gejala lainnya
• Nyeri di tangan yang juga dirasakan lebh berat pada malam hari  sering membangunkan
ps dari tidur
• Nyeri berkurang jika dipijat atau menggerakan tangannya atau meletakan tangan pd posisi
yang lebih tinggi atau diistirahatkan
• Kadang nyeri terasa sampai ke lengan atas dan leher
• Pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan
terutaram di pagi hari
• Gejala berkurang setelah ps mulai menggunakan tangannya
• Hipestesia dapat djumpai pada daerah yang impuls sensoriknya di inervasi oleh
nervus medianus

• Tahap lanjut  jari-jarinya menjadi kurang terampil ex: saat menyulam atau
memungut benda-benda kecil; atrofi otot-otot thenar dan otot lainnya yang
diinervasi oleh nervus medianus
Pemeriksaan fisik
Flick’s sign Thenar wasting Wrist extention test

• Ps diminta • Inspeksi dan palpasi • Ps melakukan


mengibaskan tangan terdapat atrofi otot- ekstensi secara
atau menggerak- otot thenar maksimal, sebaiknya
gerakan jarinya dilakukan secara
• Bila keluhan serentak pada
berkurang atau kedua tangan
menghilang (+) sehingga dapat
dibandingkan
• Bila dalam 60 detik
timbul gejala spt
CTS, test (+)
Phalen’s test Torniquet test Tinel’s sign

• Ps melakukan • Dilakukan • Bila timbul


fleksi tangan pemasangan paresthesia atau
secara maksimal tourniquet dengan nyeri pada daerah
• Bila dalam 60 menggunakan distribusi nervus
detik timbil gejala tensimeter di atas medianus apabila
CTS, test (+) siku dengan dilakukan perkusi
tekanan sedikit pada carpal tunnel
diatas sistolik dengan posisi
• Bila dalam waktu tangan sedikit
1 menit timbul dorsofleksi
gejala CTS, test (+)
• Pemeriksaan fungsi otonom  diperhatikan adalah
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas
pada daerah inervasi nervus medianus

• Pemeriksaan sensibilitas  bila ps tidak dapat membedakan


dua titik pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, test (+)
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan EMG  menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-
otot thenar, bisa normal pada 31% kasus
• Nerve conduction study (NCS)  kecepatan hantar saraf pada 15-
20% kasus bisa normal, CTS  kecepatan hantar saraf menurun dan
masa laten distal dapat memanjang, menunjukkan ada gangguan
pada konduksi saraf di pergelangan tangan; masa laten sensorik lebih
sensitive dari masa laten motorik
• Pemeriksaan radiologis  rontgen pada pergelangan tangan dapat
membantu apakah penyebab dari CTS (fraktur atau arthritis)

• Pemeriksaan laboratorium  etiologi belum jelas pda usia muda


tanpa adanya gerakan tangan yang repetitive, dapat dilakukan px GD,
hormone tiroid ataupun darah lengkap
Tata laksana
• Terapi konservatif (langsung)
• Istirahatkan pergelangan tangan
• NSAID
• Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan (terus
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu)
• Injeksi steroid  dexamethasone 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20/40 mg diinjeksikan ke dalam carpal tunnel
dengan jarum no 23/25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris
longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu
atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi
belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan
• Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretic
• Vitamin B6  piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan
• Fisioterapi  dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan

Tindakan operatif  neurolisis nervus medianus pada pergelangan


tangan; dilakukan pada kasus yang tidak membaik dengan terapi
konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya
atrofi otot-otot thenar. Indikasi relative  hilangnya sensibilitas
persisten
• Pada kasus carpal tunnel syndrome, terjadi kompresi pada  nervus
medianus
41. Cluster type headache
• wanita 30 tahun  nyeri kepala sebelah kanan
• Nyeri dirasakan di sekitar mata
• Saat mengalami serangan, nyeri kepala juga disertai dengan mata
kanan merah dan berair, serta hidung kanan tersumbat
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  cluster type headache

• cluster type headache  Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu


unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi,
berlangsung 15 – 180 menit dan terjadi dengan frekuensi dari sekali
tiap dua hari sampai 8 kali sehari.
• Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang
sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun
karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional
seseorang.
Cluster headache
• Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita, supraorbita,
temporal atau kombinasi, berlangsung 15 – 180 menit dan terjadi
dengan frekuensi dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari.

• Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang


sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun
karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional
seseorang.
Prevalensi
• Nyeri kepala ini lebih jarang dibandingkan dengan migren.
• Frekuensi nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1%
dari populasi wanita.
• Nyeri kepala cluster lebih banyak ditemukan pada pria. Mulai pada
decade ke dua – ketiga.
Etiologi dan faktor resiko
• Alkohol, rokok
• Penggunaan obat  nitrogliserin
• Gangguan tidur
• Faktor hormonal
• Stress, alergi, perubahan musim
Gambaran klinis
• Khas ditandai dengan nyeri yang sangat berat yang berlangsung 15 –
180 menit
• Periode serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 – 3
serangan perhari, sering berakhir antara 3 – 16 minggu. Dengan
interval antara 6 bulan dan 5 tahun.
433
Kriteria diagnosis
• Setidaknya serangan terjadi 5 kali dan memenuhi daftar B_D di bawah ini.
• Sakit kepala berat terjadi 15-180 menit jika tidak diobati. Sakit kepala terjadi unilateral di
area orbital, supraorbital, dan atau temporal.
• Sakit kepala berkaitan dengan sedikitnya satu dari tanda-tanda berikut ini, tanda-tanda
yang didapatkan muncul pada sisi kepala yang sakit:
• Injeksi konjungtiva
• Lakrimasi
• Kongesti hidung.
• Rinorea
• Keringat di area wajah dan dahi.
• Miosis
• Ptosis
• Edema palpebra
• Frekuensi serangan: mulai dari 2 hari sekali hingga 8 kali / hari.
Tata laksana
• Tidak ada terapi definitive untuk cluster headache
• Tujuan terapi  mengurangi keparahan, mengurangi waktu serangan,
mencegah serangan
• Terapi simtomatik
• Oksigen 10% 7-10 L/menit selama 10-15 menit
• Sumatripan 10 mg  subkutan, intranasal
• Ergotamin  1 mg spray
• Litium sirup  300mg PO 1-3 x/hari
• Verapamil  80 mg
• Terapi pencegahan
• Antikonvulsan  fenobarbital
• Kortikosteroid  prednison 30-100mg/hari tappering off
• Endometasin 300mgx3/hari  untuk CH kronis
• CCB : verapamil, diltiazem
• Lithium
• Amitriptilin
Jawaban lainnya
• A. tension type headache  Nyeri kepala tipe tegang, Bentuk sakit kepala
yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu
dan peningkatan stress
• C. neuralgia trigeminal  nyeri di wajah yang timbulnya mendadak,
biasanya unilateral. Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu
cabang nervus trigeminus, nyeri wajah dengan gejala khas berupa nyeri
unilateral, tiba – tiba, seperti tersengat aliran listrik berlangsung singkat
• D. unspesific migraine  gejala migraine yang tidak spesifik dengan aura
atau tanpa aura
• E. migraine classic  Nyeri kepala primer dengan kualitas vascular
(berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia,
gangguan tidur, dan depresi, dengan aura
42. Oksigen
• wanita 30 tahun  nyeri kepala sebelah kanan
• Nyeri dirasakan di sekitar mata
• Saat mengalami serangan, nyeri kepala juga disertai dengan mata
kanan merah dan berair, serta hidung kanan tersumbat
• Tata laksana awal?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  cluster type headache

• cluster type headache  Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu


unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi,
berlangsung 15 – 180 menit dan terjadi dengan frekuensi dari sekali
tiap dua hari sampai 8 kali sehari.
• Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang
sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun
karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional
seseorang.
Cluster headache
• Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita, supraorbita,
temporal atau kombinasi, berlangsung 15 – 180 menit dan terjadi
dengan frekuensi dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari.

• Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang


sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun
karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional
seseorang.
Prevalensi
• Nyeri kepala ini lebih jarang dibandingkan dengan migren.
• Frekuensi nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1%
dari populasi wanita.
• Nyeri kepala cluster lebih banyak ditemukan pada pria. Mulai pada
decade ke dua – ketiga.
Etiologi dan faktor resiko
• Alkohol, rokok
• Penggunaan obat  nitrogliserin
• Gangguan tidur
• Faktor hormonal
• Stress, alergi, perubahan musim
Gambaran klinis
• Khas ditandai dengan nyeri yang sangat berat yang berlangsung 15 –
180 menit
• Periode serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 – 3
serangan perhari, sering berakhir antara 3 – 16 minggu. Dengan
interval antara 6 bulan dan 5 tahun.
446
Kriteria diagnosis
• Setidaknya serangan terjadi 5 kali dan memenuhi daftar B_D di bawah ini.
• Sakit kepala berat terjadi 15-180 menit jika tidak diobati. Sakit kepala terjadi unilateral di
area orbital, supraorbital, dan atau temporal.
• Sakit kepala berkaitan dengan sedikitnya satu dari tanda-tanda berikut ini, tanda-tanda
yang didapatkan muncul pada sisi kepala yang sakit:
• Injeksi konjungtiva
• Lakrimasi
• Kongesti hidung.
• Rinorea
• Keringat di area wajah dan dahi.
• Miosis
• Ptosis
• Edema palpebra
• Frekuensi serangan: mulai dari 2 hari sekali hingga 8 kali / hari.
Tata laksana
• Tidak ada terapi definitive untuk cluster headache
• Tujuan terapi  mengurangi keparahan, mengurangi waktu serangan,
mencegah serangan
• Terapi simtomatik
• Oksigen 10% 7-10 L/menit selama 10-15 menit  awal
• Sumatripan 10 mg  subkutan, intranasal
• Ergotamin  1 mg spray
• Litium sirup  300mg PO 1-3 x/hari
• Verapamil  80 mg
• Terapi pencegahan
• Antikonvulsan  fenobarbital
• Kortikosteroid  prednison 30-100mg/hari tappering off
• Endometasin 300mgx3/hari  untuk CH kronis
• CCB : verapamil, diltiazem
• Lithium
• Amitriptilin
• Tata laksana awal untuk kasus cluster migraine  OKSIGEN
43. Melebarkan bronkus
• laki-laki 25 tahun  gatal-gatal dan sekujur tubuhnya kemerahan
• Sebelumnya pasien datang berobat ke puskesmas dengan keluhan
nyeri tenggorokan dan diberikan obat-obatan
• tekanan darah 90/60 mmHg, HR 96x/menit RR 24x/menit
• Setelah meminum obat, pasien mengalami keluhan
• Pasien kemudian diberikan injeksi adrenalin oleh dokter yang
bertugas
• Apakah tujuan pemberian adrenalin ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  syok anafilaktik

• Syok anafilaktik  Respons klinis terhadap reaksi imunologik tipe I


yang terjadi antara antigen dengan antibodi (IgE)
• reaksi alergi sistemik yang berat, dapat menyebabkan kematian,
terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau pencetus
lainnya
Syok anafilaktik

• Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat


menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar
oleh alergen atau pencetus lainnya
Reaksi Anafilaktik
Respons klinis terhadap reaksi imunologik tipe I
yang terjadi antara antigen dengan antibodi (IgE)

Reaksi Anafilaktoid
Bila terjadi reaksi serupa tetapi tidak melalui
jalur interaksi antigen antibodi
Contoh : reaksi akibat radiografi kontras
Mekanisme & Pencetus Anafilaksis

Anafilaksis (melalui IgE)

Antibiotik (penisilin, sefalosporin)


Ekstrak alergen (bisa tawon, polen)
Obat (analgetik, anestesi, thiopental, suksinilkolin)
Enzim (kemopapain, tripsin)
Serum heterolog (antitoksin tetanus,
globulin antilimfosit)
Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)
Penyebab

Antibiotik Hormon
Analgetik Zat kontras
NSAID Venom & saliva
Zat warna Enzim
Zat pengawet Produk darah
Serum Anestesi lokal
Antibodi monoklonal Makanan
Sitokin Produk lateks
Reaksi Anafilaktik

1. Reaksi lokal
- Urtikaria & angioedema.
- Jarang menimbulkan kematian

2. Reaksi sistemik
- Melibatkan berbagai organ.
- Biasanya terjadi dalam 30 menit setelah paparan.
- Dapat fatal
Gejala Klinis Anafilaksis (1)

1. Reaksi sistemik ringan

• Rasa gatal, hangat sering disertai rasa


penuh di mulut dan tenggorokan
• Hidung tersumbat, bersin-bersin
• Edema di sekitar mata serta berair
• Kulit gatal
• Onset biasanya terjadi 2 jam setelah
paparan antigen
Gejala Klinis Anafilaksis (2)

2. Reaksi sistemik sedang

• Serupa reaksi sistemik ringan disertai


spasme bronkus &/atau edema saluran
napas
• Sesak, batuk, dan mengi
• Angioedema, urtikaria menyeluruh, mual,
dan muntah
• Gatal, badan terasa hangat, serta gelisah
Gejala Klinis Anafilaksis (3)

3. Reaksi sistemik berat

• Spasme bronkus, edema laring, serak,


stridor, sesak, sianosis, henti napas
• Sakit menelan, kejang perut, diare, muntah
• Hipotensi, aritmia, syok, koma
• Kejang
• Terjadi mendadak

Syok anafilaktik bagian dari reaksi sistemik berat


Gejala & Tanda Anafilaksis Berdasarkan
Organ Sasaran
Sistem Gejala dan Tanda
Umum Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan,
Prodromal rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung
& palatum
Pernapasan
- Hidung Hidung gatal, bersin, & tersumbat
- Larings Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor,
edema, spasme
- Lidah Edema
- Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme
Kardiovaskular Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi
sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T
datar, terbalik, atau tanda infark miokard
Gastrointestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadang
disertai darah, peristaltik usus meninggi
Kulit Urtika, angioedema di bibir, muka atau ekstremitas
Mata Gatal, lakrimasi
Susunan saraf pusat Gelisah, kejang
Gejala anafilaksis
• Mulut : gatal, bengkak pada bibir dan atau lidah
• Tenggorokan : gatal, tercekik, hoarseness
• Kulit : gatal, kemerahan, bengkak
• Sal cerna : muntah, diare, cramps
• Paru: sesak nafas, batuk, wheezing
• Jantung : nadi halus, pusing, TD turun
• Saraf : sakit kepala, penglihatan kabur,
penurunan kesadaran, gelisah
Grading of anaphylactic reactions according to severity of clinical symptoms
Symptoms
Grade Dermal Abdominal Respiratory Cardiovascular
I Pruritus
Flush
Urticaria
Angiodema
II Pruritus Nausea Rhinorrhoea Tachycardia (> 20 bpm)
Flush Cramping Hoarseness Blood pressure change (>
Urticaria Dyspnoea 20 mmHg systolic)
Angiodema (not Arrhytmia
mandatory)
III Pruritus Vomiting Laryngeal oedema Shock
Flush Defecation Bronchospasm
Urticaria Diarroea Cyanosis
Angiodema (not
mandatory)
IV Pruritus Vomiting Respiratory arrest Cardiac arrest
Flush Defecation
Urticaria Diarrhoea
Angiodema (not
mandatory)
Bpm = beats perminute
Ring J, Brockow K & Behrendt. History and classification of anaphylaxis. In Anaphylaxis. Novartis Foundation 2004:12
Derajat berat reaksi hipersensitivitas yang luas
Derajat Gambaran klinik
Ringan (hanya kulit dan jaringan Eritema luas,edema periorbita,atau
submukosa)* angioedema
Sedang (keterlibatan Sesak, stridor, mengi, mual, muntah,
pernapasan, pusing, presinkop diaforesis, rasa
kardiovaskuler,atau tertekan di dada atau tenggorok atau
gastrointestinal sakit perut
Berat (hipoksia,hipotensi,atau Sianosis, atau SpO2 < 92% pada tiap
defisit neurologik) tingkat, hipotensi (tek sistolik < 90 mm
Hg pd dewasa), bingung kolaps, hilang
kesadaran atau inkontinens

* Reaksi ringan dapat dibagi lagi, disertai atau tidak ada angiodema
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang
melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang
merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir-lidah-uvula), paling
sedikit satu dari gejala berikut :
• Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stridor, penurunan arus
puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
• Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ
(hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens)
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• 2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah
terpapar serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai
jam):
• Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-
kemerahan, edema pada bibir-lidah-uvula)
• Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stidor, penurunan APE,
hipoksemia)
• Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps,
pingsan, inkontinens)
• Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah)
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa
menit sampai jam)
• Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan
lebih dari 30% tekanan darah sistolik.
• Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih
dari 30% nilai basal pasi

* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70 mm


Hg antara 1 bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg [2x
umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang dari 90 mm Hg dari 11
sampai 17 tahun.
Penatalaksanaan anafilaksis
1. Hentikan pencetus, nilai beratnya dan berikan terapi yang sesuai

Minta bantuan

Adrenalin i.m 0.01mg/kg boleh sampai 0.5mg

Pasang infus

Berbaring rata/ tinggikan posisi kaki bila bias

Berikan oksigen aliran tinggi,alat bantu napas/ventilasi bila diperlukan

BILA HIPOTENSI

Akses i.v.tambahan (jarum 14G atau 16G pada orang dewasa) utk infus NaCl fisiologis.
NaCl fisiologis bolus atau infus 20 mL/kg diberikan secepatnya bila perlu dengan
tekanan
Penatalaksanaan anafilaksis
2. Bila respons tidak adekuat, keadaan mengancam kehidupan, atau memburuk:
Mulai dengan adrenalin sesuai dengan panduan/protocol rumah sakit
ATAU
Ulang adrenalin i.m setiap 3-5 menit

Pertimbangkan hal-hal berikut


 Hipotensi
o Ulangi infuse NaCl fisiologis 10-20 ml/kg dapat mencapai 50 ml/kg dalam 30 menit.
o i.v. atropine 0.02 mg/kg bila bradikardi berat dosis minimum 0.1 mg
o i.v vasopresor untuk mengatasi vasodilatasi. Pada henti jantung adrenalin dapat
ditingkatkan menjadi 3-5 mg setiap 2-3 menit mungkin efektif.
o i.v. glucagons pada pasien yang memakai obat penyekat beta. Dosis orang dewasa
1-5 mg diikuti 5-15 ug/mnt
 Bronkospasme
o Inhalasi salbutamol secara kontinyu
o i.v. hidrokortison 5mg/kg diikuti prednisone 1mg/kg maksimal (50 mg) selama 4 hari
 Obstruksi saluran napas bagian atas
o Adrenalin inhalasi (5 mg atau 5 ml sediaan adrenalin 1;1000) mungkin membantu.
o Persiapkan tindakan bedah.
Penatalaksanaan anafilaksis
3 . Lama observasi dan tindak lanjut
1 Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda menghilang.
 Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat datang, 1 jam
setelahnya, dan sebelum dipulangkan.
 Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama pasien yang
mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma yang tidak terkontrol dan
pasien yang datang pada malam hari.
2 Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai alergen
tersangka dan upaya penghindarannya
Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi terutama pada kasus yang
sedang – berat, dan yang ringan karena alergi makanan yang disertai asma.
3 Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan sebagian pasien di
berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15 mg yang siap pakai
Pharmacology of epinephrine
Epinephrine

 1-adrenergic  2-adrenergic
1-receptor 2-receptor
receptor receptor

 vasoconstriction  insulin release  inotropy  bronchodilation


 peripheral vascular resistance  neropinephrine release  chronotropy  vasodilation
 mucosal edema  glycogenolysis
 mucosal edema
• Pada kasus syok anafilaktik, tujuan pemberian adrenalin  untuk
melebarkan bronkus
44. Selulitis
• laki-laki 30 tahun  kaki kanannya nyeri dan memerah sejak 3 hari
yang lalu
• disertai demam
• pemeriksaan fisik didapatkan lesi eritematosa difus dengan indurasi,
batas tidak tegas dan meninggi serta dijumpai rasa hangat pada
perabaan dan tanda-tanda peradangan pada kaki kanannya
• belum pernah mengalami hal yang serupa dan riwayat alergi
disangkal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  selulitis

• Selulitis  peradangan pada kulit dan jaringan ikat di bawahnya,


biasanya akibat suatu luka atau ulkus
• dapat terjadi pada bagian manapun dari tubuh, namun area yang
sering terkena adalah kaki. Penderita yang berisiko mengalami
selulitis adalah mereka yang terkena trauma atau luka pada daerah
kulit
Selulitis
• peradangan pada kulit dan jaringan ikat di bawahnya, biasanya akibat
suatu luka atau ulkus
• dapat terjadi pada bagian manapun dari tubuh, namun area yang
sering terkena adalah kaki. Penderita yang berisiko mengalami
selulitis adalah mereka yang terkena trauma atau luka pada daerah
kulit

• Disebabkan oleh S.aureus, GABHS


Gejala
• Lesi berupa infiltrate eritematosa difus, batas tidak tegas, letak lebih
dalam dari erysipelas
Terapi
Jawaban lainnya
• A. tromboflebitis superficialis  peradangan pada pembuluh darah balik (vena),
yang memicu terbentuknya gumpalan darah pada satu vena atau lebih.
Umumnya tromboflebitis terjadi pada vena di tungkai, gejala : pembengkakan
dan rasa sakit pada bagian yang mengalami peradangan
• B. dermatitis stasis  manifestasi chronic venous disease (CVD) atau penyakit
pada pembuluh darah yang terlihat lewat peradangan kulit akibat insufisiensi
kronik pembuluh darah vena pada bagian bawah tungkai
• C. dermatitis kontak  kondisi yang tidak berbahaya bagi kesehatan tetapi dapat
mengganggu. Penyakit ini disebabkan oleh paparan kulit terhadap penyebab
iritasi (iritan), seperti bahan kimia pada kosmetik, atau tanaman beracun
• E. eritrasma  infeksi kulit superfisial (sering kronis) yang disebabkan oleh
proliferasi Corynebacterium minutissimum yang berlebihan pada stratum
korneum
45. Krim mikonazol
• laki-laki 18 tahun  gatal di daerah selangkangan sejak 5 hari yang
lalu
• warna kemerahan didaerah yang gatal dan bila berkeringat terasa
semakin gatal
• pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa dengan sentral
healing di daerah inguinal dan gluteal
• Terapi yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tinea kruris

• Tinea kruris  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,


epidermophyton, microsporum) yang berlokasi di daerah kruris
(genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bagian bawah)
• Gejala  bercak merah bersisik, gatal (+), riwayat kontak dengan
orang yang mengalami dermatofitosis (+)
DERMATOFITOSIS
Definisi :

• Dermatofitosis  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton, epidermophyton,


microsporum)

• Sifat  mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.

• Penularan  kontak langsung dengan agen penyebab


KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbae  dagu dan jenggot
• Tinea krueis  genitokrural, sekitar anus, bokong, perut
bagian bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea korporis  bagian lain yg tidak termasuk kelima
tinea diatas
• Tinea imbrikata  seluruh tubuh
FAKTOR RISIKO
• Lingkungan yang lembab dan panas
• Immunodefisiensi
• Obesitas
• DM
• Tinea pedis  Sering memakai sepatu tertutup
Para pekerja dengan kaki yang sering
basah (contoh : tukang cuci)
PEMERIKSAAN
Anamnesis : Pasien datang dengan keluhan terdapat bercak merah bersisik,
gatal (+), riwayat kontak dengan orang yang mengalami
dermatofitosis (+)

Px Fisik : Lesi berbentuk infiltrat, eritematosa, berbatas tegas, dengan tepi


lebih aktif dari bagian tengah , central healing, konfigurasi polisiklik

Px Penunjang :
KOH  Hifa panjang bersekat dan artospora

Komplikasi : Jarang, infeksi bakter sekunder


TATALAKSANA
1. Jaga kebersihan, hindari penggunaan handuk/pakaian bersama

2. Lesi terbatas, dapat diberi obat topikal :


Krim klotrimazol
Krim mikonazol
Krim Terbinafin

3. Lesi luas, dapat diberi terapi sistemik :


Griseofulvin  Dewasa : 0,5-1 gr/hari
 Anak- anak : 0,25-0,5 gr/hari terbagi dalam 2 dosis
Golongan azol  Ketokonazol 200 mg/hari
 Itrakonazol 100 mg/hari
 Terbinafin 250 mg/hari
Tx selama 14 hari pada pagi hari setelah makan
• Pada kasus tinea, terapi yang tepat  anti fungal  krim mikonazol
46. Tinea kruris
• laki-laki 18 tahun  gatal di daerah selangkangan sejak 5 hari yang
lalu
• warna kemerahan didaerah yang gatal dan bila berkeringat terasa
semakin gatal
• pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa dengan sentral
healing di daerah inguinal dan gluteal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tinea kruris

• Tinea kruris  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,


epidermophyton, microsporum) yang berlokasi di daerah kruris
(genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bagian bawah)
• Gejala  bercak merah bersisik, gatal (+), riwayat kontak dengan
orang yang mengalami dermatofitosis (+)
DERMATOFITOSIS
Definisi :

• Dermatofitosis  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton, epidermophyton,


microsporum)

• Sifat  mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.

• Penularan  kontak langsung dengan agen penyebab


KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbae  dagu dan jenggot
• Tinea krueis  genitokrural, sekitar anus, bokong, perut
bagian bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea korporis  bagian lain yg tidak termasuk kelima
tinea diatas
• Tinea imbrikata  seluruh tubuh
FAKTOR RISIKO
• Lingkungan yang lembab dan panas
• Immunodefisiensi
• Obesitas
• DM
• Tinea pedis  Sering memakai sepatu tertutup
Para pekerja dengan kaki yang sering
basah (contoh : tukang cuci)
PEMERIKSAAN
Anamnesis : Pasien datang dengan keluhan terdapat bercak merah bersisik,
gatal (+), riwayat kontak dengan orang yang mengalami
dermatofitosis (+)

Px Fisik : Lesi berbentuk infiltrat, eritematosa, berbatas tegas, dengan tepi


lebih aktif dari bagian tengah , central healing, konfigurasi polisiklik

Px Penunjang :
KOH  Hifa panjang bersekat dan artospora

Komplikasi : Jarang, infeksi bakter sekunder


TATALAKSANA
1. Jaga kebersihan, hindari penggunaan handuk/pakaian bersama

2. Lesi terbatas, dapat diberi obat topikal :


Krim klotrimazol
Krim mikonazol
Krim Terbinafin

3. Lesi luas, dapat diberi terapi sistemik :


Griseofulvin  Dewasa : 0,5-1 gr/hari
 Anak- anak : 0,25-0,5 gr/hari terbagi dalam 2 dosis
Golongan azol  Ketokonazol 200 mg/hari
 Itrakonazol 100 mg/hari
 Terbinafin 250 mg/hari
Tx selama 14 hari pada pagi hari setelah makan
Jawaban lainnya
• A. candidiasis mukokutan  infeksi ringan dan kandidiasis di mukosa
dan kulit
• B. candidiasis intertriginosa  infeksi ringan dan kandidiasis di lipatan
tubuh
• D. erysipelas  infeksi akut berupa bercak di kulit yang biasanya
muncul di tungkai kaki, tangan, muka, dan jari-jari.
• E. eritrasma  infeksi kulit superfisial (sering kronis) yang disebabkan
oleh proliferasi Corynebacterium minutissimum yang berlebihan pada
stratum korneum
47. Acyclovir
• wanita 24 tahun  bercak kemerahan pada lengan kiri saja sejak 2
hari lalu
• bercak bergerombol dengan dasar eritematous tersusun
dermatomal. Bercak dirasakan gatal dan nyeri
• Riwayat sex (-), riwayat menderita cacar air waktu kecil (+)
• Terapi yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  herpes zoster

• Herpes zoster  infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
Varisela-zoster.
• Gejala  Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi, Dapat
disertai  demam, pusing, dan malaise, Setelah itu timbul gejala kulit
kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok
dengan dasar eritem dan edema
HERPES ZOSTER
• Herpes Zoster  infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster.

• Merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.

• Jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien muda
dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada pasien
yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal.
Keluhan
• Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi

• Dapat disertai  demam, pusing, dan malaise

• Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema.

Faktor Risiko
1. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
2. Imunodefisiensi
MANIFESTASI
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf
spinal atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya
TERAPI
• Tata laksana yang tepat pada kasus herpes zoster  anti virus 
acyclovir
48. Ramsay hunt syndrome
• laki-laki 30 tahun  nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu
• adanya mulut yang perot, tinnitus (+)
• pemeriksaan liang telinga ditemukan vesikel yang bergerombol
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ramsay hunt syndrome

• Ramsay hunt syndrome  sekelompok gejala akibat komplikasi


infeksi virus yang disebut herpes zoster, kelumpuhan otot wajah dan
kehilangan pendengaran di telinga yang terinfeksi
• Gejala  lecet kecil yang terjadi di dalam dan sekitar telinga, pada
membran timpani telinga, dan di sepanjang sisi mulut
Ramsay hunt syndrome
• sekelompok gejala akibat komplikasi infeksi virus yang disebut herpes
zoster
• kelumpuhan otot wajah dan kehilangan pendengaran di telinga yang
terinfeksi
• jarang terjadi pada anak-anak tetapi sering terjadi pada orang tua,
baik laki-laki dan perempuan
Gejala
• lecet kecil yang terjadi di dalam dan sekitar telinga, pada membran
timpani telinga, dan di sepanjang sisi mulut
• Tinitus
• Nyeri di telinga
• Kelumpuhan salah satu sisi wajah
Jawaban lainnya
• A. steven Johnson syndrome  sindrom (kumpulan gejala) langka
yang terjadi karena kulit dan membran mukosa menimbulkan reaksi
berlebihan terhadap suatu obat atau infeksi, gejala : ruam merah atau
keunguan di kulit yang terasa sakit dan menyebar atau bahkan
melepuh, nyeri persendian, hingga pembengkakan di wajah dan lidah
• B. neuralgia post herpetic  nyeri pada bekas luka herpes zoster
• D. Asperger syndrome  salah satu gejala autisme di mana para
penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima
• E. herpes zoster  infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh
virus Varisela-zoster, gejala : plenting bergerobol sesuai dg dermatom
49. Creeping eruption
• wanita 48 tahun  sangat gatal dan rasa terbakar pada punggung
kaki kanan sejak 2 hari yang lalu
• sering berkebun tanpa alas kaki, bekerja sebagai buruh pemetik the
• pemeriksaan lokalis tampak lesi berbentuk vesikuler berkelok-kelok,
merah, dan didapatkan ekskoriasi dengan lesi serpigenous
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  creeping eruption (CLM)

• CLM  Kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atay


berkelok-kelok, menimbul dan progresif yang disebabkan oleh invasi
larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing
• Gejala  gatal dan panas, Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-
kelok, kemerahan. Lesi serpiginosa, Rasa gatal biasanya lebih hebat
pada malam hari
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING
ERUPTION
Definisi :
Kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atay berkelok-kelok,
menimbul dan progresif yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang
yang berasal dari anjing dan kucing

Eiologi :
• Ancylostoma braziliense
• Ancylostoma caninum
Cara penularan :
Kontak langsung dengan larva

Faktor Risiko :
• Jarang menggunakan alas kaki
• Sering berkontak dengan tanah atau pasir

Predileksi :
• Kaki, bokong, tangan, dan genital
MANIFESTASI KLINIS
• Saat masuknya, larva terasa gatal dan panas
• Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-kelok, kemerahan. Lesi
serpiginosa
• Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari
PEMERIKSAAN
Anamnesis :
• Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi
• Awalnya lesi berbentuk papul  lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok
yang terus memanjang
• Ada riwayat kontak dengan tanah, pasir / jarang menggunakan alas kaki

Px fisik :
• Terdapat papul, kemudian lesi linier atau berkelok-kelok kemerahan
TATA LAKSANA
DRUG ADULT DOSE PEDIATRIC DOSE
Albendazole 400 mg per day PO for 3 to Children aged >2 years : 400 mg per
7 days day PO for 3 days.
This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age
Ivermectin 200 mcg/kg PO as a single Children over 15 kg weight : 200
dose mcg/kg PO as a single dose

Tiabendazole : 50 mg/Kg/hari selama 2 x sehari selama 2 hari


EDUKASI
Jawaban lainnya
• A. larva eruption  diagnosis yang tepat creeping eruption atau
cutaneous larva migrans
• B. dermatitis venenata  dermatitis kontak iritan akut yang
disebabkan oleh toksin pederin yang disekresikan oleh serangga
paederus
• C. Norwegian skabies  salah saju jenis skabies, muncul pada orang
dengan imunitas yang buruk sekali
• D. miasis  peristiwa infeksi oleh larva lalat (belatung) yang
memakan jaringan hidup maupun mati dari inang yang
ditumpanginya. Belatung ini juga dapat memakan cairan tubuh
inangnya atau makanan yang telah dimakan inangnya
50. Albendazol
• wanita 48 tahun  sangat gatal dan rasa terbakar pada punggung
kaki kanan sejak 2 hari yang lalu
• sering berkebun tanpa alas kaki, bekerja sebagai buruh pemetik the
• pemeriksaan lokalis tampak lesi berbentuk vesikuler berkelok-kelok,
merah, dan didapatkan ekskoriasi dengan lesi serpigenous
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  creeping eruption (CLM)

• CLM  Kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atay


berkelok-kelok, menimbul dan progresif yang disebabkan oleh invasi
larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing
• Gejala  gatal dan panas, Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-
kelok, kemerahan. Lesi serpiginosa, Rasa gatal biasanya lebih hebat
pada malam hari
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING
ERUPTION
Definisi :
Kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atay berkelok-kelok,
menimbul dan progresif yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang
yang berasal dari anjing dan kucing

Eiologi :
• Ancylostoma braziliense
• Ancylostoma caninum
Cara penularan :
Kontak langsung dengan larva

Faktor Risiko :
• Jarang menggunakan alas kaki
• Sering berkontak dengan tanah atau pasir

Predileksi :
• Kaki, bokong, tangan, dan genital
MANIFESTASI KLINIS
• Saat masuknya, larva terasa gatal dan panas
• Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-kelok, kemerahan. Lesi
serpiginosa
• Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari
PEMERIKSAAN
Anamnesis :
• Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi
• Awalnya lesi berbentuk papul  lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok
yang terus memanjang
• Ada riwayat kontak dengan tanah, pasir / jarang menggunakan alas kaki

Px fisik :
• Terdapat papul, kemudian lesi linier atau berkelok-kelok kemerahan
TATA LAKSANA
DRUG ADULT DOSE PEDIATRIC DOSE
Albendazole 400 mg per day PO for 3 to Children aged >2 years : 400 mg per
7 days day PO for 3 days.
This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age
Ivermectin 200 mcg/kg PO as a single Children over 15 kg weight : 200
dose mcg/kg PO as a single dose

Tiabendazole : 50 mg/Kg/hari selama 2 x sehari selama 2 hari


EDUKASI
• Tata laksana yang tepat pada kasus CLM  anti helmintik 
albendazole
51. Dermatitis insect bite
• laki-laki 26 tahun  tengkuk gatal dan terasa panas terbakar sejak 4
hari yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan lesi yang menjalar ke
sternokleidomastoideus dengan effloresensi eritem dengan batas
tegas dan didapatkan beberapa vesikel diatasnya
• pasien setiap tidur pasien mematikan lampunya dan dibelakang
rumah pasien terdapat banyak pohon dan tetangga banyak yang
menderita hal yang sama
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dermatitis insect bite

• dermatitis insect bite  infeksi kulit yang disebabkan oleh gigitan


serangga, menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan reaksi kulit
langsung
• Gigitan biasanya disebabkan oleh spesies seperti semut, kutu, lalat,
dan nyamuk
• Gejala  nyeri dmkulit, gatal, kemerahan, bengkak, sensasi terbakar,
mati rasa
Dermatitis insect bite
• infeksi kulit yang disebabkan oleh gigitan serangga, menimbulkan rasa
sakit dan menyebabkan reaksi kulit langsung
• Gigitan biasanya disebabkan oleh spesies seperti semut, kutu, lalat,
dan nyamuk
• Biasanya orang‐orang yang tinggal di area hutan atau sering pergi ke
hutan akan lebih sering terkena gigitan serangga daripada yang
tinggal di daerah perkotaan
Gejala
• Rasa nyeri di kulit
• Gatal
• Kemerahan
• Bengkak di daerah yang digigit
• Sensasi terbakar
• Mati rasa
Tata laksana
• Kortikosteroid  untuk mengurangi peradangan
• Antihistamin  mengurangi gatal

• Pencegahan  dg rappelent (lotion)


Jawaban lainnya
• A. DKI cairan serangga  muncul setelah bberapa kali terpapar (iritan),
jarang akibat cairan serangga
• B. DKA cairan serangga  muncul pertama kali terkena paparan (allergen),
jarang cairan serangga
• D. dermatitis numularis  penyakit pada kulit yang ditandai dengan nyeri
atau pedih pada bagian kulit. Daerah kulit yang terasa nyeri ini seringkali
berbentuk koin atau oval yang muncul setelah terjadi kerusakan pada
permukaan kulit, misalnya karena luka bakar, gesekan atau gigitan serangga
• E. dermatitis atopi eksudatif  penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari
oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan
gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila
residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat
bahan kimia atau iritan
52. Kortikosteroid
• laki-laki 26 tahun  tengkuk gatal dan terasa panas terbakar sejak 4
hari yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan lesi yang menjalar ke
sternokleidomastoideus dengan effloresensi eritem dengan batas
tegas dan didapatkan beberapa vesikel diatasnya
• pasien setiap tidur pasien mematikan lampunya dan dibelakang
rumah pasien terdapat banyak pohon dan tetangga banyak yang
menderita hal yang sama
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dermatitis insect bite

• dermatitis insect bite  infeksi kulit yang disebabkan oleh gigitan


serangga, menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan reaksi kulit
langsung
• Gigitan biasanya disebabkan oleh spesies seperti semut, kutu, lalat,
dan nyamuk
• Gejala  nyeri dmkulit, gatal, kemerahan, bengkak, sensasi terbakar,
mati rasa
Dermatitis insect bite
• infeksi kulit yang disebabkan oleh gigitan serangga, menimbulkan rasa
sakit dan menyebabkan reaksi kulit langsung
• Gigitan biasanya disebabkan oleh spesies seperti semut, kutu, lalat,
dan nyamuk
• Biasanya orang‐orang yang tinggal di area hutan atau sering pergi ke
hutan akan lebih sering terkena gigitan serangga daripada yang
tinggal di daerah perkotaan
Gejala
• Rasa nyeri di kulit
• Gatal
• Kemerahan
• Bengkak di daerah yang digigit
• Sensasi terbakar
• Mati rasa
Tata laksana
• Kortikosteroid  untuk mengurangi peradangan
• Antihistamin  mengurangi gatal

• Pencegahan  dg rappelent (lotion)


• Tata laksana pada kasus insect bite  KORTIKOSTEROID
53. Obati seluruh anggota keluarga
• wanita hamil 27 tahun  bintil-bintil gatal di perut bagian bawah
dan pantat
• Gatal dirasakan memberat saat malam hari
• Suaminya diketahui menderita gatal-gatal hampir di seluruh tubuh
yang juga memberat saat malam hari
• pemeriksaan dermatologik pada sekitar umbilikus, perut bagian
bawah, dan pantat didapatkan papul eritem multipel tersebar, pada
sekitar umbilikus didapatkan burrow
• Saran yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  skabies

• Skabies  Penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi kulit


oleh Sarcoptes scabiei
• Gejala  Terdapat lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli), warna
putih atau abu-abu, panjang rata-rata 1 cm, Ujung terowongan 
papul, vesikel (jika infeksi sekunder : pustul, ekskoriasi, dsb)
Skabies
Definisi :
Penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi kulit oleh
Sarcoptes scabiei

Sinonim :
Gudik
Budukan
Gatal agogo

Penularan :
• Kontak langsung kulit  jabat tangan
• Kontak tidak langsung  penggunaan alat tidur, pakaian,
handuk bersama
FAKTOR RISIKO

1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat, contoh :


asrama, pesantren
2. Higiene buruk
3. Sosial ekonomi rendah
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
PREDILEKSI
MANIFESTASI
• Terdapat lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli), warna putih atau
abu-abu, panjang rata-rata 1 cm
• Ujung terowongan  papul, vesikel (jika infeksi sekunder : pustul,
ekskoriasi, dsb)
TERAPI
• Pada kasus skabies, saran yang paling penting diberikan  obati
seluruh anggota keluarga
54. Skizofrenia paranoid
• wanita 24 tahun  mengamuk. Ia juga sering mengurung diri,
merasa takut, seperti ada yang mengejar dan akan membunuhnya
• sering mendengar bisikan-bisikan suara tanpa wujud dan menjadi
kehilangan kontrol
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  skizofrenia paranoid

• Skizofrenia paranoid  halusinasi, waham yang mngancam penderita


(dikejar, dibicarakan, dikendalikan)
• Gejala : halusinasi, waham
skizofrenia
• Dalam bahasa Inggris: Schizophrenia
• Asalnya dari bahasa Yunani: ”schizein” (terpisah/pecah) dan ”phrenia” (jiwa)
• Menunjukkan adanya ketidakselarasan antara kognisi (pikiran), emosi
(perasaan) dan perilaku
• Oleh karenanya sering disalahartikan sebagai kepribadian ganda
• Merupakan gangguan jiwa berat, dengan ciri utama kegagalan dalam
reality testing
• Akibat peningkatan aktivitas dopamin
Kriteria diagnosis

• Durasi gejala
 >= 1 bulan
Gambaran klinis

• Tidak memiliki simtom


esensial: manifestasi
gangguan dapat berbeda dari
orang ke orang
• Tidak memiliki gejala yang
“patognomonik” (gejala khas
yang membedakan dengan
gangguan lain)
Misalnya : halusinasi, salah
satu simptom utama
skizofrenia, mungkin saja
dialami seseorang yang
mengalami demam tinggi
atau pasien demensia
-gejala positif-
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada pada kebanyakan orang:

Delusi (Waham) Halusinasi

• Pengertian: keyakinan salah yang dipegang • Pengertian: pengalaman sensoris yang


teguh, tidak sesuai dengan kenyataan, dan dialami tanpa adanya stimulasi sensoris;
tidak dapat diubah (resisten) meskipun bedakan dengan ilusi
diberikan bukti-bukti yang menunjukkan • Bentuk yang umum: halusinasi visual,
kebalikannya halusinasi auditorik: mendengar suara,
• Bentuk yang umum: persecutory (misal: percakapan-saling bersahutan, suara yang
dikejar-kejar intel/Densus 88), thought mengomentari perilaku
insertion, thought broadcasting, waham • Ditemukan peningkatan aktivitas di daerah
kebesaran (grandiose), ideas of reference Broca di otak, ketika halusinasi terjadi
-gejala negative-
Simptom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, tapi
tak dimiliki pasien:
• avolition/apathy (hilang minat/tidak mampu melaksanakan aktivitas rutin)
• alogia (miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan)
• anhedonia (tidak mampu menikmati kesenangan)
• abulia (kehilangan kehendak)
• asosialitas (gangguan/buruk dalam hubungan sosial)
• afek datar
Semakin banyak simptom negatif yang muncul, merepresentasikan prognosis
yang semakin buruk terkait kualitas hidup setelah perawatan rumah sakit
-gejala disorganisasi-
• Disorganisasi bicara (gangguan pemikiran formal) :
• Inkoherensi
• Ketidakmampuan untuk mengorganisir ide-ide
• Asosiasi longgar (derailment)
• Rambles, Kesulitan untuk mempertahankan suatu topik pembicaraan
• Disorganisasi perilaku
• Perilaku yang “aneh”
• Agitasi, “silliness”, memakai pakaian yang tidak umum
• Misalnya memakai pakaian berlapis-lapis dan tebal pada cuaca panas
-gejala lainnya-
• Katatonia
• Abnormalitas motorik
• Gerakan-gerakan yang repetitif dan kompleks
• Biasanya pada tangan dan jari-jari tangan
• Kegembiraan berlebih, sambil “mengepak-kepakkan” tangan secara berlebihan
• Imobilitas katatonik
• Mempertahankan postur tubuh yang tidak biasa dalam jangka waktu yang cukup panjang
• Misalnya berdiri di atas satu kaki
• Waxy flexibility
• Lengan dapat dimanipulasi dan “dibentuk” oleh orang lain
• Afek yang tidak sesuai
• Respons emosional tidak sesuai dengan situasi
• Misalnya tertawa keras dan terbahak-bahak ketika menceritakan tentang kematian keluarga
Tata laksana
antipsikotik
-terapi psikologis-
Intervensi psikososial sebagai pendamping pengobatan medis:
• Pelatihan keterampilan sosial:
• Membantu penderita mengatasi masalah interpersonal melalui bermain peran dan
latihan-latihan
• Bisa dalam kelompok maupun secara individual
• Terapi keluarga untuk mengurangi ekspresi emosi:
• Mengajarkan pada keluarga mengenai skizofrenia
• Menekankan pentingnya pengobatan medis
• Membantu keluarga agar tidak menyalahkan pasien
• Meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah dalam keluarga
• Mendorong pengembangan dukungan sosial: support group
• Menumbuhkan harapan
• Cognitive behavioral therapy
• Mengenali dan men-challenge keyakinan yang sifatnya delusional
• Mengenali dan men-challenge harapan terkait dengan simtom negatif
• Misal: ”saya toh tidak bisa sembuh, jadi buat apa berobat?”

• Cognitive enhancement therapy (CET)


• Meningkatkan perhatian, ingatan, pemecahan masalah dan simtom-simtom lain yang dasarnya
kognitif
Jawaban lainnya
• A. psikotik akut  gejala mirip skizofrenia, waktu < 2 minggu
• C. waham menetap  hanya ada gejala waham yang menonjol,
sistematik, khas pribadi, menetap dalam waktu > 3 bulan, tidak ada
halusinasi
• D. skizoafektif  gejala skizofrenia dan afektif sama-sama menonjol
dan muncul bersamaan, dapat berupa tipe manik, tipe depresi,
ataupun tipe campuran
• E. stress akut  ada kaitan waktu dengan adanya stressor luar biasa
dengan gejala, onset muncul < 4 minggu setelah stressor, durasi
antara 2hari hingga 4 minggu
55. Alprazolam
• perempuan 40 tahun tiba-tiba sesak napas, seperti tercekik, keluar keringat dingin
dan berdebar-debar
• rasanya seperti mau mati
• pernah dialami oleh pasien 2 minggu sebelumnya sehingga menjalani rawat inap di RS
selama 5 hari
• Pada saat itu, tekanan darah pasien 150/90 mmHg
• Setelah kejadian pertama tersebut sampai saat ini, pasien sering merasa khawatir
mengalami serangan jantung atau stroke
• Badan terasa tidak sehat sehingga tidak dapat bekerja
• pasien juga menjadi tidak nafsu makan dan nafsu seks menurun
• pemeriksaan status mental didapatkan free floating anxiety dan preokupasi terhadap
serangan jantung atau stroke.
• Terapi farmako awal ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan cemas
menyeluruh

• gangguan cemas menyeluruh  gangguan cemas dimana penderita


harus menunjukan ansietas sebagai dejala primer yang berlangsung
hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,
yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
tertentu saja, sifatnya free floating atau mengambang
• Gejala  kecemasan, ketegangan motorik, overaktivitas otonom
Gangguan Cemas Menyeluruh
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai), dan
• Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, serta keluhan somatic berulang yang menonjol)
• Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatik berulang yang menonjol
• Adanya gejala lain yang sifatnya sementara, khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, anxietas fobik,
gangguan panic, atau OCD.
Tata laksana
• Benzodiazepin
• Non-benzodiazepine  sulpride, buspirone, hydroxizyne
• Tata laksana pada kasus GAD  benzodiazepine  alprazolam
Jawaban lainnya
• A. haloperidol  merupakan antipsikotik, diberikan pada kasus
skizofrenia, psikotik
• B. risperidone  merupakan antipsikotik, diberikan pada kasus
skizofrenia, psikotik
• C. trifluoroperazine  merupakan antipsikotik, diberikan pada kasus
skizofrenia, psikotik
• E. lithium  merupakan anti manik, diberikan pada kasus bipolar kini
manik, atau mania saja
56. Sindrom putus sedative + hipnotik
• laki-laki 37 tahun  berkeringat banyak, mual-mual disertai
muntah, ketakutan, kadang marah-marah
• sering mengkonsumsi obat-obatan setiap mau pentas di depan
umum atau mau tidur dan beberapa hari ini tidak meminum obat
karena tidak punya uang untuk membelinya
• pemeriksaan fisik didapatkan kedua tangannya gemetaran serta
lidahnya tampak bergetar-getar dan tremor
• denyut nadi 110 x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
napas 20 x/menit, temperatur 37 °C
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  sindrom putus
sedative+hipnotik

• sindrom putus sedative+hipnotik  sindrom yang muncul karena


beberapa saat tidak memakai atau meminum obat tertentu yang
sebelumnya telah dikonsumsi rutin obat sedative+hipnotik
• Gejala  Hiperaktivitas otonom, tremor, insomnia, mual/muntah,
halusinasi, agitasi, ansietas, kejang
NAPZA Intoksikasi Withdrawal (putus obat)
Opioid (morfin, petidin, Bradikardi, hipotensi, Takikardi, hipertensi,
papaverin, kodein) hipotermia, sedasi, pin point hipertermi, insomnia, midriasis,
pupil diaphoresis, lakrimasi, rhinorea
Tx: naloxone
Alkohol Cadel, inkordinasi, unsteady Hiperaktivitas otonom, tremor,
gait, nistagmus, gangguan insomnia, mual/muntah,
memori/perhatian, halusinasi, agitasi, ansietas,
stupor/koma kejang
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, Miosismidriasis,
mual, muntah, nafas pendek, mengantuk/koma, cadel,
konstipasi, midriasis, gangguan gangguan perhatian/memori
jiwa
Kokain Takikardia/bradikardia, dilatasi Disforik mood, fatigue, mimpi
pupil, peningkatan/penurunan buruk, insomnia/hypersomnia,
tekanan darah, menggigil, mual, peningkatan nafsu makan,
muntah, agitasi, depresi napas, retardasi psikomotor
aritmia, kejang
NAPZA Intoksikasi Withdrawal (putus obat)
Kanabis/ganja Injeksi konjungtiva, penigkatan Mudah marah, cemas dan
nafsu makan, mulut kering, gugup, depresi, gelisah,
takikardia perubahan pola tidur,
perubahan pola makan
(menurun), mual, sakit perut,
berkeringat, panas dingin,
demam, gemetaran
Amfetamin Takikardia/bradikardia, dilatasi Disforik mood, fatigue, mimpi
pupil, , peningkatan/penurunan buruk, insomnia/hypersomnia,
tekanan darah, menggigil, mual, peningkatan nafsu makan,
muntah, agitasi, depresi napas, retardasi psikomotor
aritmia, kejang
Benzodiazepin Cadel, inkordinasi, unsteady Hiperaktivitas otonom, tremor,
(sedative+hipnotik) gait, nistagmus, gangguan insomnia, mual/muntah,
memori/perhatian, halusinasi, agitasi, ansietas,
stupor/koma kejang
Jawaban lainnya
• A. sindrom putus amfetamin Disforik mood, fatigue, mimpi buruk,
insomnia/hypersomnia, peningkatan nafsu makan, retardasi
psikomotor
• C. sindrom putus kanabis  Mudah marah, cemas dan gugup,
depresi, gelisah, perubahan pola tidur, perubahan pola makan
(menurun), mual, sakit perut, berkeringat, panas dingin, demam,
gemetaran
• D. sindrom putus opioid  Takikardi, hipertensi, hipertermi,
insomnia, midriasis, diaphoresis, lakrimasi, rhinorea
• E. sindrom putus metadon  Takikardi, hipertensi, hipertermi,
insomnia, midriasis, diaphoresis, lakrimasi, rhinorea
57. Halusinasi auditorik
• laki-laki 18 tahun tampak bingung, mondar-mandir, dan
pembicaraannya kadang-kadang tidak bisa dipahami maksudnya
• merasa mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain
dan yakin bahwa arwah kakeknya masuk ke dalam tubuhnya
• Menurut orang tuanya, saat ini pasien sedang mempersiapkan diri
untuk menghadapi ujian akhir nasional, sehingga mereka menduga
pasien mengalami stres yang berat
• riwayat keluarga diketahui bahwa adik laki-laki ibunya juga pernah
mengalami gangguan serupa
• Gangguan presepsi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan persepsi
halusinasi auditorik

• Halusinasi  satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa


adanya rangsang (stimulus) eksternal
• Perubahan persepsi sensori, salah satu gejala gangguan jiwa yang
mana pasien mengalami perubahan persepsi sensori seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara (auditorik), penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghidu
Gangguan persepsi
• Persepsi  daya mengenal barang, kualitas, hubungan, perbedaan
sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan
mengartikannya setelah panca indera mendapatkan rangsangan

• Gangguan
• Halusinasi
• Ilusi
• Halusinasi  pencerapan tanpa adanya suatu rangsangan (objek)
yang jelas dari luar diri klien terhadap panca indera pada saat klien
dalam keadaan sadar atau bangun (kesan/pengalaman sensori yang
salah)
• Ada bermacam-macam  visual, auditorik, olfatorik, gustatorik,
kinestetik (phantom limb), visceral, dll
• Ilusi  pencerapan yang sungguh-sungguh terjadi dengan adanya
suatu rangsangan (objek) yang jelas/nyata dari luar diri klien pada
panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun,
karena adanya gangguan pada panca indera maka
interprestasi/penilaiannya yang salah terhadap rangsangan/objek
tersebut
Jawaban lainnya
• A. derealisasi  perasaan aneh pada lingkungan, tidak sesuai dengan kenyataan
dan semuanya sebagai suatu mimpi
• B. depersonalisasi  perasaan yang aneh/terasing terhadap dirinya sendiri, orang
lain atau lingkungan, dirinya sudah tidak seperti biasanya, bagian tubuhnya sudah
bukan miliknya lagi atau sudah di luar dirinya (out of body experience)
• C. ilusi auditorik  pencerapan yang sungguh-sungguh terjadi dengan adanya
suatu rangsangan (objek) yang jelas/nyata dari luar diri klien pada panca indera
pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun, karena adanya gangguan pada
panca indera maka interprestasi/penilaiannya yang salah terhadap
rangsangan/objek tersebut, yang didapatkan lewat pendengaran
• E. sisip pikir  ada pikiran orang lain yang disisipkan di dalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
58. Gangguan klaustrafobik
• wanita 30 tahun  sesak bila naik lift
• disertai berdebar, dada terasa berat, lemas, tenggorokan teras
kering, gemetar, dan berkeringat dingin, seperti kehabisan oksigen
• adik pasien meninggal karena sesak 3 bulan yang lalu
• Sejak itu, pasien selalu merasa sesak bila berada di ruangan sempit
• Pemeriksaan fisik dalam batas normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan ansietas fobik
(jenis klaustrafobia)

• gangguan ansietas fobik  Dicetuskan oleh adanya situasi atau objek


yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat
kejadian tidak membahayakan.
• Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi
dengan rasa terancam
Gangguan ansietas
Gangguan Anxietasfobik
Fobik
• Dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian tidak
membahayakan.

• Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau


dihadapi dengan rasa terancam

• Kondisi lain yang berasal dari individu itu sendiri, seperti takut akan
adanya penyakit (nosofobia), dan takut perubahan bentuk badan
(dismorfofobia) dimasukkan dalam klasifikasi gangguan hipokondrik
AGORAFOBIA FOBIA SOSIAL FOBIA KHAS
• Kecemasan timbul ketika berada • Rasa takut yang berlebihan akan • Rasa takut yang kuat dan
di tempat atau situasi di mana dipermalukan atau melakukan persisten terhadap suatu objek
meyelamatkan diri sulit hal yang memalukan pada atau situasi, antara lain: hewan,
dilakukan (atau memalukan) berbagai situasi sosial, seperti bencana, ketinggian, penyakit,
atau tidak tersedia pertolongan bicara di depan umum, berkemih cedera, dan kematian.
pada saat terjadi serangan panik. di toilet umum, atau makan di • Acrophobia fear of heights
• • Agoraphobia fear of open places
Situasi tersebut mencakup berada tempat umum.
di luar rumah seorang diri, di • Ailurophobia fear of cats
keramaian, atau bepergian • Hydrophobia fear of water
dengan bus, kereta, atau mobil. • Claustrophobia fear of closed
spaces

Cynophobia fear of dogs
• Mysophobia fear of dirt and
germs
• Pyrophobia fear of fire

Xenophobia fear of strangers
Tata laksana
• Cognitive behavior therapy
• Insight oriented psychotherapy
• Hypnosis
• Family therapy
• Exposure therapy/desensitisasi
• Farmakoterapi
Jawaban lainnya
• B. gangguan depresi  salah satu jenis gangguan jiwa dimana pasien
mengalami mod depresif, hilangnya minat atau rasa senang,
menurunnya atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan, sulit
atau banyak tidur, ada ide bunuh diri, dll
• C. gangguan cemas/ansietas  gangguan cemas secara umum,
biasanya tidak terbatas pada situasis atau objek tertentu
• D. psikosis akut  gejala mirip skizofrenia, waktu < 2 minggu
• E. gangguan waham  hanya ada gejala waham yang menonjol,
sistematik, khas pribadi, menetap dalam waktu > 3 bulan, tidak ada
halusinasi
59. Gangguan obsesif kompulsif
• laki-laki 32 tahun  sering kembali memeriksa pintu apakah pintu
sudah dikunci, padahal pintu sudah dikunci oleh pasien
• sejak 1 bulan yang lalu
• Pasien merasakan cemas
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan obsesif kompulsif

• gangguan obsesif kompulsif  Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir


setiap hari mengalami gejala-gejala Diketahui/disadari sebagai, pikiran,
bayangan atau impuls dari diri individu sendiri, Pikiran, bayangan, atau
impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(ego-distonik), Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran, bayangan
atau impuls tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas), Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak
berhasil dilawan/ dielakkan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi
dilawan/dielakkan oleh penderita
Butir-butir Diagnostik
Gangguan obsesif kompulsif
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala-gejala
obsesif kompulsif yang memiliki ciri-ciri berikut :
• Diketahui/disadari sebagai, pikiran, bayangan atau impuls dari diri individu sendiri
• Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (ego-distonik)
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran, bayangan atau impuls tersebut di atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas)
• Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan/ dielakkan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan/dielakkan oleh penderita
Gejala-gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas sehari-hari (disability).
Tata laksana
• Trisiklik
• Clomipramine
• SSRI
• Fluxetine 20-80 mg/hari (first line)
• Sertraline
Jawaban lainnya
• A. gangguan manik  mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien
memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau
lebih bila hanya mood iritabel)
• B. gangguan depresif  salah satu jenis gangguan jiwa dimana pasien
mengalami mod depresif, hilangnya minat atau rasa senang,
menurunnya atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan, sulit
atau banyak tidur, ada ide bunuh diri, dll
• C. gangguan ansietas  gangguan cemas secara umum, biasanya
tidak terbatas pada situasis atau objek tertentu
• D. gangguan kepribadian  gangguan pribadi diri, terdapat tipe
paranoid, antisosial, histrioik, skizotipal, dll
60. Fluoxetine
• laki-laki 32 tahun  sering kembali memeriksa pintu apakah pintu
sudah dikunci, padahal pintu sudah dikunci oleh pasien
• sejak 1 bulan yang lalu
• Pasien merasakan cemas
• Tata laksana ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan obsesif kompulsif

• gangguan obsesif kompulsif  Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir


setiap hari mengalami gejala-gejala Diketahui/disadari sebagai, pikiran,
bayangan atau impuls dari diri individu sendiri, Pikiran, bayangan, atau
impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(ego-distonik), Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran, bayangan
atau impuls tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas), Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak
berhasil dilawan/ dielakkan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi
dilawan/dielakkan oleh penderita
Butir-butir Diagnostik
Gangguan obsesif kompulsif
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala-gejala
obsesif kompulsif yang memiliki ciri-ciri berikut :
• Diketahui/disadari sebagai, pikiran, bayangan atau impuls dari diri individu sendiri
• Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (ego-distonik)
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran, bayangan atau impuls tersebut di atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas)
• Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan/ dielakkan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan/dielakkan oleh penderita
Gejala-gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas sehari-hari (disability).
Tata laksana
• Trisiklik
• Clomipramine
• SSRI
• Fluxetine 20-80 mg/hari (first line)
• Sertraline
Jawaban lainnya
• A. lithium  anti manik, untuk kasus mania atau bipolar kini manik
• B, risperidone  antipsikotik, untuk kasus psikotik akut atau
skizofrenia
• D. benzodiazepine  antiansietas, diberikan pada kasus gangguan
cemas
• E. haloperidol  antipsikotik, untuk kasus psikotik akut atau
skizofrenia
61. Uji T berpasangan
• studi Intervensi tentang apakah senam hamil serial dapat
meningkatkan kemampuan respirasi ibu hamil
• Sebanyak 70 ibu hamil bersedia diteliti, kemudian dibandingkan VEP
(Volume ekspirasi paksa) (ml/menit) sebelum dan setelah senam
kehamilan
• Distribusi data diasumsikan normal
• Uji statistic ?
• Uji statistic yang sesuai dengan studi  uji T berpasangan

• Uji T berpasangan  untuk data sampel berpasangan


membandingkan rata-rata dua variabel untuk suatu grup sampel
tunggal
Hal yg perlu diperhatikan dalam
Memilih Uji Statistik.
1. Jumlah variabel
2. Skala ukuran
3. Cara pengambilan sampel
4. Besar sampel

Untuk jumlah variabel, skala pengukuran, jumlah


dan cara pengambilan sampel yang berbeda
Pakai uji statistik yang berbeda
Jumlah Variabel.

Yaitu nilai atau sifat dari benda, orang, kejadian


atau segala sesuatu yang dapat bervariasi.
Misalnya:
1. variabel = Tinggi Badan.
2. variabel = Status kesehatan & imunisasi.
3. variabel = status kes, imunisasi & jenis
kelamin
Jumlah variabel tergatung dari pernyataan
penelitian
Untuk jumlah variabel yang berbeda
Pakai uji statistik yang berbeda
Skala Pengukuran.
Untuk skala pengukuran yang berbeda
Pakai uji statistik yang berbeda

Nominal dan ordinal : Non Parametrik


Interval dan rasio: Paremetrik &
Non Parametrik.
Cara Pengambilan Sampel.

Hal yang diperlu diparhatikan:


1. Indipenden/ unrelated: Pemilihan
Individu, tak dipengarui oleh faktor
tertentu

2. Dependent / releted: Pemilihan


individu yang dipengarui oleh faktor
tertentu
Untuk cara pengambilan sampel yang
berbeda
Pakai uji statistik yang berbeda
Besar Sampel.

Hal yang perlu diperhatikan


Makin besar sampel maka mendekati
keadaan sebenarnya

Uji non parametrik sampel kecil


Untuk jumlah sampel yang berbeda,

Pakai uji statistik yang berbeda


Memilih Uji Statistik.
Uji 1 variabel: Uji 3 variabel
Bionominal Anova
Chi-square Multipel
K.S. regresi
Run tes
• Uji 2 variabel
• Chi-square Mc. Nemar
• Fisher Exact Uji tanda
• K.S. Cochran’S
• Unpair- t-test Pair-t-test
• Peorsons’s Wilcoxon
Tingkat Pengukuran dan Test Statistik yang cocok
untuk masing- masing Tingkat.

SKALA HUBUNGAN YG CONTOH STAT. T. STATISTIK


MEMBATASI. YG COCOK. YG SESUAI.

NOMINAL. EKIUVALENSI MODUS


FREQUENSI NON
KOEF. PARAMETRIK.
KONTINGENSI.

ORDINAL. EKIUVALENSI MEDIAN.


LEBIH BESAR PERSENTIL.
DARI SPEARMAN rs. NON
KENDALL t. PARAMETRIK.
KENDALL w. .
SKALA HUBUNGAN YG CONTOH STAT. T. STATISTIK
MEMBATASI. YG COCOK. YG SESUAI.

INTERVAL EKIUVALENSI. MEAN.


LEBIH BESAR DEV. STANDAR NON
DARI. KORELASI PARAMETRIK.
RASIO PEARSON. DAN.
SEMBARANG 2 KARELASI PARAMETRIK..
INTERVAL MOMEN HASIL
DIKETAHUI. X GANDA.

RASIO. •IDEM DIATAS MEAN


+ GEOMETRIK.
NON
RASIO KOEFISIEN PARAMETRIK.
SEMBARANG 2 VARIASI.
HARGA SKALA DAN.
DIKETAHUI. PARAMETRIK..
Pemilihan Uji Statistik.

VARIABEL. NOMINAL. ORDINAL.

DUA
DUA KATA
KATA
KATA GORI SKOR.
GORI.
GORI ATAU
LEBIH

BINO CHI
K.S.
UJI. MIAL. SQUARE
Dua Variabel tidak berkaitan.
VARIABEL VARIABEL SATU.
DUA. NOMINAL. ORDINAL. INTERVAL.
2 KEL > 3 KEL KEL. SKOR SKOR DIST NORM

N 2 CHI MANN
FISHER
SQUARE
O KELOMPOK WHIT ANOVAR 1
M = / > DARI CHI FAKTOR.
KRUSK
I 3 KELOM SQUARE WALLIS

ANOVAR
O KELOMPOK. KENDALL’ S
TREND.
R
D
KEN
I SKOR.
DALL

SKOR
DISTRIBUSI PEARSON r.
NORMAL.
Dua Variabel berkaitan.
VARIABEL II VARIABEL I
2 KEL. 3 > KEL KEL. SCORE

I 2 t BERKAITAN
Mc. COECH SIGN WILCOX
T KELOM NEMAR RAN Q. TEST. -
ATAU
E POK ANOVAR.
R
V =>3
A ANOVAR
KELOM
L 2 FACTOR.
POK

O
R
KELOM PAGE’ ANOVAR
D
POK. sL
I
N
• Pada kasus akan membandingkan sebelum dan setelah perlakuan 
uji T berpasangan
Jawaban lainnya
• A. uji chi square  untuk variable dg skala kategorik
• B. uji T independen  untuk variable dengan skala numeric dengan
data tidak berpasangan
• D. uji korelasi relative  salah satu teknik analisis dalam statistik yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat
kuantitatif, Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena
adanya hubungan sebab akibat atau dapat pula terjadi karena
kebetulan saja
• E. uji ANOVA satu arah  untuk lebih dari 2 kelompok dengan data
tidak berpasangan
62. Ratio odd
• studi observasional menguji tentang peningkatan kejadian tumor otak
dengan penggunakan telepon genggam/seluler. 30 orang penderita
glioblastoma multiformis dan 30 subjek sehat sebagai kelompok
pembanding dengan jenis kelamin dan umur yang sebanding antara
kedua kelompok
• Kedua kelompok tersebut kemudian diwawancarai tentang riwayat
penggunaan telepon seluler dan akan dilakukan pengukuran untuk
kejadian tumor otak
• Metode pengambilan resiko ?
• Metode pengambilan resiko  ratio odd

• Ratio odd  ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian


penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada kelompok
berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit
pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko)
Penelitian Analitis

Cross sectional Case control


(Potong Lintang) (retrospective)

Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)

• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up

• Studi Prevalensi

Agens Individu Efek /Penyakit

FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional

• Identifikasi Variabel (FR dan Efek)


• Penetapan Subjek Penelitian
• Observasi/ Pengukuran variabel
• Analisis Korelasi
1. (Risiko Relatif ; Rasio Prevalensi)

POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)

Efek (+) Efek (-)


Efek (+) Efek (-)
(C) (D)
(A) (B)
Keunggulan dan Kelemahan
Rancangan Cross Sectional
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Pelaksanaannya mudah, 1. Sulit mengetahui meknisme
hasilnya cepat diperoleh sebab akibat
2. Dapat meneliti banyak variabel 2. Bila faktor risiko jarang
sekaligus ditemuka perlu banyak subjek
3. Resiko subjek drop out kecil yang dibutuhkan
4. Tidak banyak mengalami 3. Kurang cocok untuk penyakit
kendala etik dengan durasi pendek.
4. Kesimpulan korelasinya paling
lemah
Studi Potong-Lintang
E+D+ E-D+
EXPOSED = TERPAPAR =
TERKENA SEBAB

DISEASE = KASUS = AKIBAT

E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol

E+ Exposed
D+
E- Desease

E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit

.
Studi Kohort

D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)

(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional
Kriteria Studi potong-lintang Studi kasus-kontrol Studi kohor

Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)

Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu

Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu

Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”

Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
• Pada kasus merupakan studi case control, sehingga menggunakan
odd ratio
Jawaban lainnya
• B. resiko relative  digunakan pada studi dengan cohort
• C. ratio prevalensi  digunakan pada studi cross sectional
• D. koefisien kontingensi  uji korelasi antara dua variabel yang
berskala data nominal. Fungsinya adalah untuk mengetahui asosiasi
atau relasi antara dua perangkat atribut
• E. population abilitable risk  mengukur kejadian penyakit pada
populasi beresiko
63. Case control
• Di suatu daerah dilakukan suatu penelitian analitik mengenai hubungan
antara Diabetes Mellitus pada remaja dengan perilaku pemberian
makanan
• Variabel penelitian pada penelitian ini adalah remaja yang menderita DM
(Juvenille diabetes mellitus), perilaku ibu dalam memberikan makanan,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga serta informasi mengenai komposisi
gula dalam makanan
• Kemudian dilakukan identifikasi kasus berdasarkan standar kadar gula
dalam darah dan kontrol pada penelitian ini adalah remaja yang tidak
menderita DM
• Selanjutnya dilakukan pengukuran secara retrospektif dengan metode
recall terhadap kasus dan kontrol
• desain penelitian yang digunakan pada penelitian ?
• Desain penelitian  case control

• Case control  studi analitik yang menganalisis hubungan kausal


dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit
(outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab
(faktor risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini dapat diketahui
dari register medis atau berdasarkan wawancara dari responden
penelitian
Penelitian Analitis

Cross sectional Case control


(Potong Lintang) (retrospective)

Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)

• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up

• Studi Prevalensi

Agens Individu Efek /Penyakit

FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional

• Identifikasi Variabel (FR dan Efek)


• Penetapan Subjek Penelitian
• Observasi/ Pengukuran variabel
• Analisis Korelasi
1. (Risiko Relatif ; Rasio Prevalensi)

POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)

Efek (+) Efek (-)


Efek (+) Efek (-)
(C) (D)
(A) (B)
Keunggulan dan Kelemahan
Rancangan Cross Sectional
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Pelaksanaannya mudah, 1. Sulit mengetahui meknisme
hasilnya cepat diperoleh sebab akibat
2. Dapat meneliti banyak variabel 2. Bila faktor risiko jarang
sekaligus ditemuka perlu banyak subjek
3. Resiko subjek drop out kecil yang dibutuhkan
4. Tidak banyak mengalami 3. Kurang cocok untuk penyakit
kendala etik dengan durasi pendek.
4. Kesimpulan korelasinya paling
lemah
Studi Potong-Lintang
E+D+ E-D+
EXPOSED = TERPAPAR =
TERKENA SEBAB

DISEASE = KASUS = AKIBAT

E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol

E+ Exposed
D+
E- Desease

E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit

.
Studi Kohort

D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)

(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional

Kriteria Studi potong-lintang Studi kasus-kontrol Studi kohor

Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)

Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu

Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu

Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”

Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
Jawaban lainnya
• A. cross sectional  studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,
maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,
penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari
suatu populasi pada suatu saat
• B. cohort  studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit
• D. randomize control trial  salah satu jenis penelitian dengan mengacak random
untuk sampel dan perlakuan kepada sampel
• E. experimental  penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti
64. Cross sectional
• Di suatu daerah tertentu, seorang dokter Puskesmas ingin membuat
penelitian tentang petugas KB dan cakupan KB terhadap dua
kelurahan A dan B namun tidak ada hubungan antara keduanya
• Dokter ingin menanyakan ke petugas dan para ibu terkait dengan KB
• desain penelitian yang paling sesuai?
• Desain penelitian  cross sectional

• Cross sectional  studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi,


distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan
mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara
serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat
Penelitian Analitis

Cross sectional Case control


(Potong Lintang) (retrospective)

Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)

• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up

• Studi Prevalensi

Agens Individu Efek /Penyakit

FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional

• Identifikasi Variabel (FR dan Efek)


• Penetapan Subjek Penelitian
• Observasi/ Pengukuran variabel
• Analisis Korelasi
1. (Risiko Relatif ; Rasio Prevalensi)

POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)

Efek (+) Efek (-)


Efek (+) Efek (-)
(C) (D)
(A) (B)
Keunggulan dan Kelemahan
Rancangan Cross Sectional
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Pelaksanaannya mudah, 1. Sulit mengetahui meknisme
hasilnya cepat diperoleh sebab akibat
2. Dapat meneliti banyak variabel 2. Bila faktor risiko jarang
sekaligus ditemuka perlu banyak subjek
3. Resiko subjek drop out kecil yang dibutuhkan
4. Tidak banyak mengalami 3. Kurang cocok untuk penyakit
kendala etik dengan durasi pendek.
4. Kesimpulan korelasinya paling
lemah
Studi Potong-Lintang
E+D+ E-D+
EXPOSED = TERPAPAR =
TERKENA SEBAB

DISEASE = KASUS = AKIBAT

E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol

E+ Exposed
D+
E- Desease

E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit

.
Studi Kohort

D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)

(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional

Kriteria Studi potong-lintang Studi kasus-kontrol Studi kohor

Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)

Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu

Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu

Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”

Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
Jawaban lainnya
• A. case control  studi analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan
menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih
dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko)
• B. cohort  studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit
• D. clinical trial  suatu penelitian eksperimental yang dilakukan di klinik, artinya
si peneliti menentukan kelompok mana yang mendapat perlakuan yang diujikan
dan kelompok mana yang mendapat plasebo atau perlakuan pembanding, dan
kemudian si peneliti melakukan analisis terhadap hasil intervensi tersebut
• E. descriptive  penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang
65. Skala ordinal
• Seorang dokter akan melakukan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kasus kontrol berjudul “Hubungan antara Kadar
HbA1C dengan Retinopati Diabetika pada penderita DM tipe II”
• Populasi target adalah penderita diabetes mellitus (DM), sedangkan
populasi terjangkau adalah penderita DM tipe II
• Variabel kadar HbA1c dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kurang dari
normal, normal dan lebih dari normal
• skala yang paling tepat untuk variabel tersebut?
• skala yang paling tepat untuk variable  skala ordinal

• Skala ordinal  data hasil pengamatan diklasifikasikan ke dalam


kategori-kategori, dan diantara kategori ada suatu urutan. Skala
ordinal merupakan skala pengukuran yang
sifatnya membedakan dan mengurutkan. Misalnya seseorang diminta
untuk mengurutkan tiga buah produk berdasarkan tingkat kepuasan
terhadap produk
Jawaban lainnya
• A. skala rasio  skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran
yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa
dibandingkan
• C. skala nominal  skala pengukuran paling sederhana atau tingkatannya
paling rendah di dalam suatu penelitian, Skala ini hanya digunakan untuk
memberikan kategori saja. Misalnya digunakan untuk memberi label,
simbol, lambang, atau nama pada sebuah kategori sehingga akan
mempermudah pengelompokan data menurut kategorinya
• D. skala interval  skala pengukuran yang bisas digunakan untuk
menyatakan peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar
tingkatan pun sudah jelas, hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak
• E. skala gutmann  skala yang menginginkan jawaban tegas seperti
jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah
66. Koma miksedema
• wanita 28 tahun  bengkak pada kedua bagian bawah mata dan
tungkai, kulit kering, dan dingin
• sulit BAB beberapa hari ini
• TD 110/70, nadi 48x/menit, makroglosia
• Data hasil laboratorium tidak ada
• Komplikasi yang mungkin ?
• Saat ini kemungkinan komplikais yang terjadi pada pasien  koma
miksedema

• Koma miksedema  stadium hipotiroid yang paling ekstrim dan


berat, Pasien mengalami hipotermi dan tidak sadarkan diri, Diawali
dari letargi berlanjut ke stupor dan kemudian koma
Koma Miksedema
• Merupakan stadium hipotiroid yang paling ekstrim dan berat
• Pasien mengalami hipotermi dan tidak sadarkan diri
• Diawali dari letargi berlanjut ke stupor dan kemudian koma
• kondisi hilangnya fungsi otak dikarenakan komplikasi hipotiroidisme
jangka panjang pada penderitanya
• dapat membahayakan jiwa penderita sehingga harus segera ditangani
dan diobati.
• Sekitar 50% penderita koma miksedema mengalami kematian akibat
penanganan yang kurang baik
• komplikasi jangka panjang dari hipotiroidisme. Oleh karena itu, biasanya penderita koma
miksedema terlebih dahulu akan mengalami gejala-gejala hipotiroidisme, seperti:
• Kelelahan.
• Lesu.
• Gangguan mental.
• Depresi.
• Tidak tahan dingin.
• Parau.
• Kulit kering.
• Kenaikan berat badan.
• Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
• Sembelit
• Sakit kepala.
Ketika hipotiroidisme menjadi semakin parah, dapat muncul gejala-gejala koma, seperti:
• Hipotermia. Umumnya suhu tubuh penderita berada di bawah 27 C.
• Mengalami edema (penumpukan cairan) di berbagai organ tubuh yang ditandai dengan
pembengkakan mata dan penebalan lidah.
• Terjadi penumpukan cairan pada paru-paru (efusi pleura) dan jantung (efusi
perikardium).
• Kehilangan fungsi saluran pencernaan.
• Hipotensi berat.
• Denyut jantung lambat.
• Rambut rontok (alopesia).
• Tidak tahan dingin.
• Mengalami pembesaran kelenjar tiroid (gondok)
• Lesu dan lemah.
• Laju pernapasan lambat.
• Ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut).
• Mengalami halusinasi, kebingungan, pelambatan refleks, kejang, dan lambat dalam
berbicara.
Pemicu
• Obat-obatan, terutama golongan sedatif, narkotika,
anestesia, lithium, dan amiodarone.
• Stroke.
• Hipotermia.
• Tidak meminum obat-obatan hipotiroidisme seperti yang diperintahkan dokter.
• Gagal jantung.
• Infeksi.
• Perdarahan saluran pencernaan.
• Gangguan metabolisme, seperti hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, dan
hiperkapnia.
• Cedera atau kerusakan pada pembuluh darah ke otak (trauma serebrovaskular).
• Luka bakar.
Diagnosis
• Tes fungsi tiroid. Tes fungsi tiroid akan mendeteksi hormon T3 dan T4 yang
dihasilkan oleh tiroid, serta TSH yang dihasilkan oleh hipofisis untuk
mengatur kelenjar tiroid. Pada umumnya, kadar T3 dan T4 dalam darah
pada penderita koma miksedema sangat kecil, sedangkan kadar TSH akan
mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa gangguan
terjadi pada kelenjar tiroid. Namun, apabila kadar TSH dalam darah
mengalami penurunan yang diikuti oleh penurunan T3 da T4, maka
gangguan yang terjadi adalah pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
• Pemeriksaan darah. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kadar nutrisi
dan mineral dalam darah untuk mendeteksi adanya kemungkinan berbagai
faktor yang memicu koma miksedema. Tes ini meliputi pemeriksaan kadar
natrium untuk mengetahui adanya hiponatremia, pemeriksaan kadar gula
darah untuk mengetahui adanya hipoglikemia, dan pemeriksaan kadar
oksigen dalam darah untuk mengetahui adanya penurunan kadar oksigen
• EKG. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya bradikardia dan gagal
jantung akibat infark miokard sebagai gejala koma miksedema.
• Rontgen dada. Pemindaian pada daerah dada dengan menggunakan
sinar-X dapat membantu dokter mengetahui adanya efusi pleura atau
efusi perikardial.
• Skrining infeksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terjadi infeksi pada penderita karena infeksi dapat memicu terjadinya
koma miksedema.
Tata laksana
• Penanganan hipotermia. Hipotermia merupakan salah satu kondisi yang
dapat menyebabkan munculnya koma miksedema pada seseorang. Untuk
menangani hipotermia, pastikan pasien ditempatkan diruang yang hangat
dan gunakan selimut biasa, bukan selimut penghangat. Penggunaan
selimut penghangat dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah
dengan cepat dan justru memicu hipotensi.
• Menjaga pernapasan. Pada beberapa pasien koma miksedema, dapat
muncul kegagalan pernapasan. Oleh karena itu, penting agar aliran udara
dan fungsi pernapasan pada penderita koma miksedema dipastikan terjaga
dengan baik. Untuk keperluan tersebut dapat menggunakan mesin atau
alat bantu napas selama 36-48 jam pertama. Namun, pada beberapa
pasien, penggunaan alat untuk pernapasan tetap diperlukan hingga 2
minggu.
• Penanganan hiponatermia. Kekurangan natrium dalam darah dapat
juga memicu terjadinya koma miksedema. Untuk
penanganan hiponatremia dapat diberikan larutan saline (garam)
kepada penderita.
• Penanganan hipoglikemia. Hipoglikemia dapat ditangani dengan
pemberian dextrosa(gula sederhana) kepada pasien melalui
pembuluh darah (intravena).
• Penanganan infeksi. Infeksi juga dapat memicu terjadinya koma
miksedema pada penderita hipotiroidisme. Untuk mengatasinya,
dapat diberikan antibiotik berspektrum luas terlebih dahulu hingga
diketahui penyebab infeksi.
Jawaban lainnya
• B. tirotoksikosis  manifestasi klinis akibat peningkatan hormone tiroid
dalam darah
• C. krisis tiroid  suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi, pembedahan, terapi
iodium radioaktif, kontras iodium, gejala : meningkatnya tanda hipertiroid
yang sudah ada, hipertermia, penurunan kesadaran
• D. koma tiroid  bisa disebabkan oleh krisis tiroid atau koma miksedema
• E. krisis adrenal  suatu kondisi yang terjadi akibat kegagalan
kelenjar adrenal memproduksi hormon glukokortikoid dan/atau
mineralokortikoid secara normal. Gejala krisis adrenal pada bayi tidak
spesifik, namun diagnosis dini dan tata laksana yang tepat akan
menentukan prognosis pasien
67. Ketoasidosis diabetikum
• wanita 56 tahun  penurunan kesadaran sejak 2 jam yang lalu
• Sebelumnya pasien mengeluhkan sangat haus dan lemas
• Saat ini pasien terlihat napasnya cepat dan dalam.
• TD 90/60, nadi 115 kali permenit, RR 28 kali permenit, suhu afebris
• nafas kusmaull, napas bau aseton, lain-lain dalam batas normal
• Pemeriksaan GDS 347 mg/dl, keton urin (++), AGD pH turun
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ketoasidosis diabetikum

• ketoasidosis diabetikum  salah satu komplikasi dari DM, dimana


kadar gula darah tinggi menjadi keton dan menjadikan asidosis
metabolic
• Gejala  dehidrasi, syok, napas cepat dan dalam, gangguan
kesadaran
Ketoasidosis diabetikum (KAD)

TRIAS : hiperglikemik (>250mg/dl), asidosis (pH arteri


<7,3), ketosis

Tampilan klinis : nafas kussmaul, dehidrasi, syok,


napas bau aseton

Kriteria diagnosis : GD >250, pH arteri <7,3, HCO3


<15mEq/L (rendah ), ketosis (ketonuria, ketonemia)
Tata laksana
• Rehidrasi
• Insulin
• Bicarbonat
• Koreksi kalium
Jawaban lainnya
• A. stroke iskemik  deficit neurologis yang menetap dikarenakan
adanya sumbatan di pembuluh darah otak karena thrombus ataupun
emboli, gejala : hemiparesis, deficit neurologis lainnya
• B. stroke hemoragik  deficit neurologis yang menetap dikarenakan
pecahnya pembuluh darah otak, gejala : nyeri kepala hebat,
penurunan kesadaran, tanda peningkatan TIK
• D. HHS  salah satu komplikasi DM, gejala : dehidrasi, gangguan
kesadaran, hiperglikemia, hiperosmolar
• E. koma hipoglikemia  komplikasi akut dari DM, dimana kadar gula
terlalu rendah (< 60), gejala : lapar, keringat dingin, mual, sampai
penurunan kesadaran
68. Hiperglikemik hyperosmolar state
• laki-laki 67 tahun  penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu
• Sebelumnya pasien mengeluhkan sangat haus dan lemas
• TD 100/60, nadi 115 kali permenit, RR 26 kali permenit, suhu afebris
• GDS 667 mg/dl, keton urin (-), AGD pH normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hiperglikemik
hyperosmolar state

• hiperglikemik hyperosmolar state  salah satu komplikasi DM, gejala


: dehidrasi, gangguan kesadaran, hiperglikemia, hiperosmolar
• Gejala  dehidrasi, gangguan kesadaran
Hiperglikemik hyperosmolar state (HHS)
Trias
• Hiperglikemia (GD >600), hyperosmolar (>=320 mOSm/kg), dehidrasi

Kriteria diagnosis (ADA)


• Glukosa darah >600 mg/dl
• Osmolaritas serum efektif >=320 mOSm/kg
• Dehidrasi hingga (8-12) L dengan peniingkatan BUN
• pH arteri >=7,3
• HCO3 >=15 mEq/L
• Ketonuria minimal, ketonemia (-)
• Gangguan kesadaran
Tampilan klinis
• Kehausan
• Produksi urin meningkat
• Riw konsumsi diuretik

Tata laksana
• Rehidrasi
• Insulin
• Koreksi kalium
Jawaban lainnya
• A. stroke iskemik  deficit neurologis yang menetap dikarenakan adanya
sumbatan di pembuluh darah otak karena thrombus ataupun emboli,
gejala : hemiparesis, deficit neurologis lainnya
• B. stroke hemoragik  deficit neurologis yang menetap dikarenakan
pecahnya pembuluh darah otak, gejala : nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran, tanda peningkatan TIK
• C. KAD  alah satu komplikasi dari DM, dimana kadar gula darah tinggi
menjadi keton dan menjadikan asidosis metabolic, Gejala: dehidrasi, syok,
napas cepat dan dalam, gangguan kesadaran
• E. koma hipoglikemia  komplikasi akut dari DM, dimana kadar gula
terlalu rendah (< 60), gejala : lapar, keringat dingin, mual, sampai
penurunan kesadaran
69. Gout
• laki-laki 34 tahun  nyeri di ibu jari kaki kanannya sejak 2 hari yang
lalu
• Nyeri dirasakan semakin memberat
• ibu jari kaki kanannya bengkak
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya tofus di ibu jari kanannya,
merah, bengkak, dan teraba hangat
• asam urat 9,7 mg/dl
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gout

• Gout  gangguan yang disebabkan penimbunan asam urat (hasil


metabolism purin) yang tertimbun di jaringan, terutama di bagian
sendi
• Gejala  nyeri di sendi, biasanya sendi kecil, bengkak, merah, asam
urat meningkat
Hiperurisemia – Gout
• Kadar asam diatas normal
• Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan
2,6-6 mg/dl
• Kondisi yg tidak bergejala

• Gout merupakan gangguan yang disebabkan penimbunan asam urat (hasil


metabolism purin) yang tertimbun di jaringan, terutama di bagian sendi
Faktor resiko
• Usia dan jenis kelamin
• Obesitas
• Alkohol
• Hipertensi
• Gangguan fungsi ginjal
• Penyakit-penyakit metabolic
• Pola diet
• Obat : aspirin dosisi rendah, diuretic, obat TB
Klasifikasi
• Primer : eksresi asam urat terganggu akibat gangguan ginjal serta
pembentukannya yang berlebih (mutasi gen PRPP sintetase)
• Sekunder : gangguan gaya hidup, kemoterapi, makanan tinggi purin
dan alkohol, dan intoleransi fruktosa
Klasifikasi GOUT
Primer (kasus 90%) Sekunder (kasus 10%)
Defek enzim tak diketahui Terjadi peningkatan pertukaran asam nukelar
(leukemia)
Defek enzim diketahui (defisiensi HGPRT parsial) Ginjal kronis

Kelainan metabolism bawaan (defisiensi HGPRT total


yg disebut sindrom Lesch-Nyhan)
Stadium
Hiperurisemia asimptomatik
• Terjadi peningkatan asam urat di darah tetapi belum menunjukkan gejala

Arthritis gout akut


• Timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
• Dalam tahap ini terjadi pengendapan Kristal mononatrium sulfat di sinovium. Endapannya tampak
pucat memanjang seperti jarum. Tampak adanya infiltrasi neutrofil. Menyebabkan edema dan
kongerti local.
• Pasien mengeluhkan nyeri, bengkak, tidak dapat berjalan, terasa hangat, hiperemis, demam,
menggigil, dan lelah. Biasanya menyerang MTP-1 (meta tarso falangeal) yang biasanya disebut
podagra.
• Faktor pencetusnya : trauma local, diet tinggi purin, lelah, stress, pasca oprasi, pemakaian obat
antidiuretik.
Gout interkritikal
• Kelanjutan stadium akut
• Tidak ditemukan tanda-tanda radang
• Tapi bila di aspirasi sendinya ditemukan Kristal urat. Sehingga walaupun gejala sudah menghilang,
tapi ternyata proses peradangannya masih berjalan
• Bila penanganan kurang baik, bisa menyebabkan kekambuhan yang lebih sering dan dapat
ditemukan di lebih dari 1 sendi.
Gout tofus kronis
• Biasanya pada pasien yang mengobatai dirinya sendiri
• Tahap ini bisa terjadi di beberapa sendi.
• Terjadi setelah serangan berulang. Terdapat pengendapan besar irregular Na-urat tampak seperti
kapur putih (tofus). Endapan ini memicu reaksi peradangan granulomatosa kronis membentuk
massa amorf/kristalina yang dikelilingi makrofag, limfosit, dan fibroblast.
• Tofus yang ada sering pecah dan makin sulit untuk diobati. Bisa juga menyebabkan infeksi sekunder.
• Tempat yang paling sering kena : cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon achiles, jari tangan
• Bisa juga ditemukan batu saluran kemih dan menyebabkan sakit ginjal.
Manifestasi klinis
• Serangan sering kali terjadi pd malam hari, dg gejala panas,
kemerahan dan pembengkakan pada sendi, nyeri pd saat disentuh.
• Umumnya pada persendian ibu jari kaki, atau pada persendian lain
seperti pada pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan,
dan siku.
Diagnosis
• Pemeriksaan lab  untuk mengarahkan dan memastikan penyebab
• Pemeriksaan darah rutin untuk asam urat darah dan kreatinin  kadar, kadang-kadang
didapatkan leukositosis ringan dan LED sedikit meningkat. asam urat tinggi >7 mg/dl
• Pemeriksaan cairan tofi  di temukan gambaran kristal asam urat pd sediaan mikroskopi
(seperti lidi)
• Pemeriksaan urin rutin untuk asam urat 24 jam dan kreatinin
• Pemeriksaan x-ray  bengkak asimetris pada sendi
Tata laksana
• Tujuan
• menghentikan serangan akut
• mencegah kambuh
• mencegah komplikasi karena adanya kristal asam urat di jaringan

• Terapi non farmakologi


• mengurangi konsumsi makanan tinggi purin
• menghindari konsumsi alcohol
• menurunkan berat badan jika obesitas
• mengurangi stress
Algoritma pengobatan utk artritis gout akut
Artritis gout akut

Kontraindikasi
terhadap NSAID?
yes No

Onset gejala < 48 jam? NSAID pilihan


yes No

Respon tdk
mencukupi
kolkisin

Jumlah sendi yg
Respon tdk terlibat
mencukupi
1 >1

Intraartikular Parenteral atau oral


Cortikosteroid kortikosteroid
Tugas Farmakoterapi/Kel. 4/Gout & Asthma
Farmakologi – serangan akut
Nama generik Dosis dan Frekuensi
• NSAID Etodolac 300 mg 2 kali sehari
• Obat AINS sbg terapi utama karena Fenoprofen 300–600 mg 3-4 kali sehari
memiliki kemanfaatan yg baik dan Ibuprofen 800 mg 4 kali sehari
toksisitas minimal utk penggunaan Indomethacin 25–50 mg 4 kali sehari selama 3
jangka pendek. hari, lalu 2 kali sehari selama 4-7
• Terapi harus dimulai dg dosis max. yg hari
dianjurkan selama gejala gout terjadi dan Ketoprofen 75 mg 4 kali sehari
dilanjutkan selama 24 jam setelah Naproxen 500 mg 2 kali sehari selama 3
serangan akut hari, lalu 250–500 mg perhari
salama 4-7 hari
Piroxicam 20 mg sekali sehari atau 10 mg 2
kali sehari
Sulindac 200 mg 2 kali sehari selama 7–10
hari
• Kolkisin  suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangan gout akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari.
• Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5-0,6 mg setiap hari, sampai
gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti
timbulnya efek samping gastrointestinal.
• Dosis maksimum adalah 6 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan.
• Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat, muntah-muntah dan diarhea,
dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
• Kortikosteroid
• Digunakan untuk serangan artritis gout akut, diberikan sbg cadangan
terutama untuk pasien yang kontraindikasi dengan AINS dan kolkisin.
• Prednison dosis 2-3 mg sehari selama 3 hari.
• Triamsinolon hexacetonide, 20-40 mg diberikan secara injeksi intraartikuler.
Farmakologi – gout kronis
• Menurunkan produksi asam urat. Contoh : Alopurinol  menghambat
pembentukan asam urat dari prekusornya (xantin dan hipoxantin) dengan
menghambat enzim xantin oksidase. Karena t ½ dari oxipurinol panjang, maka
dapat diberikan sehari sekali. Dosis oral harian 100mg dan max. 800mg / hari.
• Meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Contoh : obat-obatan urikosurik (ex : Probenesid &
Sulfinpirazon)  meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat reabsorbsi tubulus
ginjal.
• Dosis awal probenesid 250 mg 2 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian 500 mg 2 kali sehari
selama 2 minggu. Kemudian dosis dapat ditingkatkan hingga 2g /hari
• Dosis sulfinpirazon  50 mg 2 kali sehari selama 3-4 hari, kemudian 100 mg 2 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan 100 mg/ minggu hingga mencapai 800 mg/ hari.
• Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin
yang tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti
manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya
dibatasi.
• Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan
sendi, maka dilakukan pembedahan.
Jawaban lainnya
• A. rheumatoid arthritis  inflamasi sendi kronis yang belum diketahui
pasti penyebabnya, gejala : kekakuan sendi pagi hari, lebih dari 3
sendi, pada sendi tangan, simetris, nodul (+), swan neck (+)
• B. osteoarthritis  kerusakan sendi akibat proses degenerasi, paling
sering di sendi lutut, nyeri bila digerakkan, pengurangan ROM,
krepitasi (+)
• C. osteomyelitis  peradangan pada tulang, biasanya karena ada
trauma sebelumnya, gejala : nyeri di tulang, merah, bengkak
• E. pseudogout  mirip dengan gout, Kristal yang terdeposisi bukan
monosodium urat
70. Kolkisin
• laki-laki 34 tahun  nyeri di ibu jari kaki kanannya sejak 2 hari yang
lalu
• Nyeri dirasakan semakin memberat
• ibu jari kaki kanannya bengkak
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya tofus di ibu jari kanannya,
merah, bengkak, dan teraba hangat
• asam urat 9,7 mg/dl
• Tata laksana ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gout

• Gout  gangguan yang disebabkan penimbunan asam urat (hasil


metabolism purin) yang tertimbun di jaringan, terutama di bagian
sendi
• Gejala  nyeri di sendi, biasanya sendi kecil, bengkak, merah, asam
urat meningkat
Hiperurisemia – Gout
• Kadar asam diatas normal
• Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan
2,6-6 mg/dl
• Kondisi yg tidak bergejala

• Gout merupakan gangguan yang disebabkan penimbunan asam urat (hasil


metabolism purin) yang tertimbun di jaringan, terutama di bagian sendi
Faktor resiko
• Usia dan jenis kelamin
• Obesitas
• Alkohol
• Hipertensi
• Gangguan fungsi ginjal
• Penyakit-penyakit metabolic
• Pola diet
• Obat : aspirin dosisi rendah, diuretic, obat TB
Klasifikasi
• Primer : eksresi asam urat terganggu akibat gangguan ginjal serta
pembentukannya yang berlebih (mutasi gen PRPP sintetase)
• Sekunder : gangguan gaya hidup, kemoterapi, makanan tinggi purin
dan alkohol, dan intoleransi fruktosa
Klasifikasi GOUT
Primer (kasus 90%) Sekunder (kasus 10%)
Defek enzim tak diketahui Terjadi peningkatan pertukaran asam nukelar
(leukemia)
Defek enzim diketahui (defisiensi HGPRT parsial) Ginjal kronis

Kelainan metabolism bawaan (defisiensi HGPRT total


yg disebut sindrom Lesch-Nyhan)
Stadium
Hiperurisemia asimptomatik
• Terjadi peningkatan asam urat di darah tetapi belum menunjukkan gejala

Arthritis gout akut


• Timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
• Dalam tahap ini terjadi pengendapan Kristal mononatrium sulfat di sinovium. Endapannya tampak
pucat memanjang seperti jarum. Tampak adanya infiltrasi neutrofil. Menyebabkan edema dan
kongerti local.
• Pasien mengeluhkan nyeri, bengkak, tidak dapat berjalan, terasa hangat, hiperemis, demam,
menggigil, dan lelah. Biasanya menyerang MTP-1 (meta tarso falangeal) yang biasanya disebut
podagra.
• Faktor pencetusnya : trauma local, diet tinggi purin, lelah, stress, pasca oprasi, pemakaian obat
antidiuretik.
Gout interkritikal
• Kelanjutan stadium akut
• Tidak ditemukan tanda-tanda radang
• Tapi bila di aspirasi sendinya ditemukan Kristal urat. Sehingga walaupun gejala sudah menghilang,
tapi ternyata proses peradangannya masih berjalan
• Bila penanganan kurang baik, bisa menyebabkan kekambuhan yang lebih sering dan dapat
ditemukan di lebih dari 1 sendi.
Gout tofus kronis
• Biasanya pada pasien yang mengobatai dirinya sendiri
• Tahap ini bisa terjadi di beberapa sendi.
• Terjadi setelah serangan berulang. Terdapat pengendapan besar irregular Na-urat tampak seperti
kapur putih (tofus). Endapan ini memicu reaksi peradangan granulomatosa kronis membentuk
massa amorf/kristalina yang dikelilingi makrofag, limfosit, dan fibroblast.
• Tofus yang ada sering pecah dan makin sulit untuk diobati. Bisa juga menyebabkan infeksi sekunder.
• Tempat yang paling sering kena : cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon achiles, jari tangan
• Bisa juga ditemukan batu saluran kemih dan menyebabkan sakit ginjal.
Manifestasi klinis
• Serangan sering kali terjadi pd malam hari, dg gejala panas,
kemerahan dan pembengkakan pada sendi, nyeri pd saat disentuh.
• Umumnya pada persendian ibu jari kaki, atau pada persendian lain
seperti pada pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan,
dan siku.
Diagnosis
• Pemeriksaan lab  untuk mengarahkan dan memastikan penyebab
• Pemeriksaan darah rutin untuk asam urat darah dan kreatinin  kadar, kadang-kadang
didapatkan leukositosis ringan dan LED sedikit meningkat. asam urat tinggi >7 mg/dl
• Pemeriksaan cairan tofi  di temukan gambaran kristal asam urat pd sediaan mikroskopi
(seperti lidi)
• Pemeriksaan urin rutin untuk asam urat 24 jam dan kreatinin
• Pemeriksaan x-ray  bengkak asimetris pada sendi
Tata laksana
• Tujuan
• menghentikan serangan akut
• mencegah kambuh
• mencegah komplikasi karena adanya kristal asam urat di jaringan

• Terapi non farmakologi


• mengurangi konsumsi makanan tinggi purin
• menghindari konsumsi alcohol
• menurunkan berat badan jika obesitas
• mengurangi stress
Algoritma pengobatan utk artritis gout akut
Artritis gout akut

Kontraindikasi
terhadap NSAID?
yes No

Onset gejala < 48 jam? NSAID pilihan


yes No

Respon tdk
mencukupi
kolkisin

Jumlah sendi yg
Respon tdk terlibat
mencukupi
1 >1

Intraartikular Parenteral atau oral


Cortikosteroid kortikosteroid
Tugas Farmakoterapi/Kel. 4/Gout & Asthma
Farmakologi – serangan akut
Nama generik Dosis dan Frekuensi
• NSAID Etodolac 300 mg 2 kali sehari
• Obat AINS sbg terapi utama karena Fenoprofen 300–600 mg 3-4 kali sehari
memiliki kemanfaatan yg baik dan Ibuprofen 800 mg 4 kali sehari
toksisitas minimal utk penggunaan Indomethacin 25–50 mg 4 kali sehari selama 3
jangka pendek. hari, lalu 2 kali sehari selama 4-7
• Terapi harus dimulai dg dosis max. yg hari
dianjurkan selama gejala gout terjadi dan Ketoprofen 75 mg 4 kali sehari
dilanjutkan selama 24 jam setelah Naproxen 500 mg 2 kali sehari selama 3
serangan akut hari, lalu 250–500 mg perhari
salama 4-7 hari
Piroxicam 20 mg sekali sehari atau 10 mg 2
kali sehari
Sulindac 200 mg 2 kali sehari selama 7–10
hari
• Kolkisin  suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangan gout akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari.
• Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5-0,6 mg setiap hari, sampai
gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti
timbulnya efek samping gastrointestinal.
• Dosis maksimum adalah 6 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan.
• Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat, muntah-muntah dan diarhea,
dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
• Kortikosteroid
• Digunakan untuk serangan artritis gout akut, diberikan sbg cadangan
terutama untuk pasien yang kontraindikasi dengan AINS dan kolkisin.
• Prednison dosis 2-3 mg sehari selama 3 hari.
• Triamsinolon hexacetonide, 20-40 mg diberikan secara injeksi intraartikuler.
Farmakologi – gout kronis
• Menurunkan produksi asam urat. Contoh : Alopurinol  menghambat
pembentukan asam urat dari prekusornya (xantin dan hipoxantin) dengan
menghambat enzim xantin oksidase. Karena t ½ dari oxipurinol panjang, maka
dapat diberikan sehari sekali. Dosis oral harian 100mg dan max. 800mg / hari.
• Meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Contoh : obat-obatan urikosurik (ex : Probenesid &
Sulfinpirazon)  meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat reabsorbsi tubulus
ginjal.
• Dosis awal probenesid 250 mg 2 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian 500 mg 2 kali sehari
selama 2 minggu. Kemudian dosis dapat ditingkatkan hingga 2g /hari
• Dosis sulfinpirazon  50 mg 2 kali sehari selama 3-4 hari, kemudian 100 mg 2 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan 100 mg/ minggu hingga mencapai 800 mg/ hari.
• Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin
yang tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti
manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya
dibatasi.
• Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan
sendi, maka dilakukan pembedahan.
• Pada kasus gout akut, terapi yang dapat diberikan  KOLKISIN
71. Fraktur terbuka derajat II
• laki-laki 21 tahun datang ke IGD RS  nyeri dan luka di kaki
kanannya sejak 1 jam yg lalu setelah kecelakaan
• TD 110/70, nadi 110 kali permenit, RR 23 kali permenit, suhu afebris
• luka terbuka ukuran 2x3x5 cm dengan tampak tulang, krepitasi (+)
deformitas (+). Kulit di sekitar luka tampak tak beraturan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  fraktur terbuka derajat II

• Fraktur terbuka  Adanya hubungan antara tulang yang fraktur


dengan dunia luar melalui luka trumatik
• Gejala  nyeri dan luka tampak tulang, krepitasi, deformitas
OPEN FRACTURE
• Adanya hubungan antara tulang yang fraktur dengan dunia luar
melalui luka trumatik
• Tulang bersifat steril  fraktur terbuka menyebabkan kontaminasi
dan resiko tinggi untuk terjadi infeksi
KLASIFIKASI OPEN FRACTURE
MENEJEMEN FRAKTUR TERBUKA
• ATLS (Initial trauma survey & resuscitation)
• Safe the life then safe the limb
• Pencegahan infeksi
• Antibiotik profilaxis (IV/Local), ATS, debridement luka
• Stabilisasi fraktur
• ORIF / OREF
• Early soft tissue coverage
• Skin graf
• Luka ukuran 1-10 cm  derajat II
72. Ruptur ACL
• laki-laki 16 tahun  nyeri di sendi lutut kanannya sejak 1 jam yang
lalu
• Nyeri bertambah saat digunakan untuk berjalan atau menapak
• Sebelumnya pasien terjatuh saat bermain bulutangkis dan pasien
berkata terdengar bunyi klik di lututnya
• Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada lutut, lachman test
(+), anterior drawer sign (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  rupture ACL

• Ruptur ACL  rupture atau robek pada anterior cruciate ligament di


lutut
• Gejala  nyeri lutut, efusi, hamarthrosis, nyeri tekan, sensasi
pop/plop
Knee Injuri
ACL PCL
Jawaban lainnya
• A. rupture meniscus  rupture atau robek pada meniscus
(fibrokartilago di lutut antara condyles femur dan tibial plateau),
gejala  nyeri pada lutut media atau lateral, locking, delayed
swelling, apley (+), mc murray (+)
• B. rupture tendon achiless  rupture atau robekan pada tendon
Achilles, gejala  nyeri di atas tumit, terdapat gap di atas tumit,
Thomson (+)
• D. rupture PCL  rupture atau robek pada posterior cruciate ligament
di lutut, Gejala: nyeri lutut, efusi, hamarthrosis, nyeri di belakang
lutut, instability
• E. dislokasi genu  bergesernya tulang dari sendinya (tempatnya)
73. Ruptur meniscus
• laki-laki 18 tahun  nyeri lutut kanan bagian dalam, lutut terasa
seperti terkunci
• Sebelumnya pasien terjatuh saat bermain bola
• pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di lutut sebelah medial,
apley test (+), mc murray (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  rupture meniscus

• Ruptur meniscus  rupture atau robek pada meniscus (fibrokartilago


di lutut antara condyles femur dan tibial plateau),
• gejala  nyeri pada lutut media atau lateral, locking, delayed
swelling, apley (+), mc murray (+)
Meniscus Injury
Meniscus Injury
Jawaban lainnya
• B. rupture tendon achiless  rupture atau robekan pada tendon
Achilles, gejala  nyeri di atas tumit, terdapat gap di atas tumit,
Thomson (+)
• C. rupture ACL  rupture atau robek pada anterior cruciate ligament
di lutut, Gejala : nyeri lutut, efusi, hamarthrosis, nyeri tekan, sensasi
pop/plop
• D. rupture PCL  rupture atau robek pada posterior cruciate ligament
di lutut, Gejala: nyeri lutut, efusi, hamarthrosis, nyeri di belakang
lutut, instability
• E. dislokasi genu  bergesernya tulang dari sendinya (tempatnya)
74. Tenosinovitis supuratif
• wanita 35 tahun  nyeri di jari tengah tangan kanannya sejak 3 hari
yang lalu
• Nyeri semakin dirasakan ketika digerakan dan diluruskan
• Nyeri disertai dengan bengkak
• Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada jari tengah tangan
kanan dan bengkak serta konsistensi lunak, kanavel’s sign (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tenosynovitis supuratif

• tenosynovitis supuratif  infeksi pada sarung tendo fleksi, biasanya


disebabkan karena ada luka tusukan atau laserasi sebelumnya
• Gejala  pembengkakan local, konsistensi lunak, sangat nyeri saat
dilakukan gerakan ekstensi pasif
Jawaban lainnya
• B. gout  peradangan sendi karena deposisi krital monosodium urat,
gejala : nyeri sendi, tofus, bengkak, merah
• C. osteomyelitis  peradangan pada tulang, biasanya karena ada
trauma sebelumnya, gejala : nyeri di tulang, merah, bengkak
• D. selulitis  infeksi pada kulit karena s. aureus, GABHS, gejala : lesi
infiltrate eritema difus, batas tidak tegas, letak lebih dalam dari
erysipelas
• E. erysipelas  nfeksi pada kulit karena GABHS, gejala : lesi infiltrate
warna merah cerah, letak superfisial, batas tegas, edema, predileksi di
wajah dan tungkai
75. Ankle sprain
• laki-laki 25 tahun  nyeri pada tungkai kiri
• Sebelumnya pasien bermain bola dan tiba-tiba tungkai kiri nyeri dan
tidak dapat berjalan
• Pemeriksaan fisik didapatkan krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan
pada ankle kiri
• Pemeriksaan rontgen tidak didapatkan kelainan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ankle sprain

• Sprain  regangan atau robekan pada ligament atau kapsul sendi


• Gejala  nyeri local, bisa ada bengkak dan agak kemerahan
SPRAIN (Cedera Ligamen)
• GRADE I
• Regengan (stretch) ligament  nyeri dan bengkak ringan
• No joint laxity
• GRADE II
• Robekan (tear) parsial ligament  nyeri dan bengkak moderate
• Moderate joint laxity
• GRADE III
• Robekan (tear) komplit ligament  nyeri dan bengkak berat
• Gross joint laxity
Jawaban lainnya
• B. rupture tendon Achilles  rupture atau robekan pada tendon Achilles,
gejala  nyeri di atas tumit, terdapat gap di atas tumit, Thomson (+)
• C. dislokasi ankle  bergesernya tulang dari sendi atau tempatnya, gejala :
nyeri, sendi seperti terkunci, ada tampak tonjolan tulang
• D. tarsal tunnel syndrome  penyakit langka yang mempengaruhi saraf di
antara tabung metatarsal. Saraf ini berperan sebagai sensasi penyerap dan
pengendali gerakan pada pergelangan kaki dan kaki. Penyakit ini
menyebabkan sensasi terbakar pada pergelangan kaki dan kaki bagian
bawah
• E. fraktur cruris  terputusnya kontinuitas jaringan tulang di region cruris,
gejala : nyeri, deformitas, krepitasi
76. Reduksi manual
• laki-laki 25 tahun  nyeri pada tungkai kiri
• Sebelumnya pasien bermain bola dan tiba-tiba tungkai kiri nyeri dan
tidak dapat berjalan
• Pemeriksaan fisik didapatkan krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan
pada ankle kiri
• Pemeriksaan rontgen tidak didapatkan kelainan
• Prinsip terapi, kecuali?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ankle sprain

• Sprain  regangan atau robekan pada ligament atau kapsul sendi


• Gejala  nyeri local, bisa ada bengkak dan agak kemerahan
SPRAIN (Cedera Ligamen)
• GRADE I
• Regengan (stretch) ligament  nyeri dan bengkak ringan
• No joint laxity
• GRADE II
• Robekan (tear) parsial ligament  nyeri dan bengkak moderate
• Moderate joint laxity
• GRADE III
• Robekan (tear) komplit ligament  nyeri dan bengkak berat
• Gross joint laxity
• Prinsip terapi pada kasus sprain  RICE  rest, ice, compression,
elevation
77. Ruptur tendon Achilles
• laki-laki 35  nyeri di bagian belakang kaki kiri sejak 1 hari yang lalu
• Sebelum merasakan nyeri pasien bermain bulutangkis dan
melakukan loncatan
• Pemeriksaan fisik didapatkan adanya gap di atas tumit kiri dan
bengkak. Tes Thomson (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  rupture tendon achillles

• Ruptur tendon Achilles  rupture atau robekan pada tendon Achilles,


• gejala  nyeri di atas tumit, terdapat gap di atas tumit, Thomson (+)
Ruptur Tendon Achilles
• Sering terjadi pada usia dewasa
(40-50 tahun)
• Laki-laki>perempuan
• Mekanisme cedera : dorsofleksi
paksa pada kaki yang plantarfleksi
 aktivitas olahraga : basket,
tenis, berenang
Ruptur Tendon Achilles
• Sudden “snap” in heel
• Nyeri akut berat di belakang tumit
• Tidak mampu plantarfleksi
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Tes Thompson (+)

• Pemeriksaan penunjang : USG, MRI, Foto


polos untuk ekslusi kelainan lain
Jawaban lainnya
• A. sprain  regangan atau robekan pada ligament atau kapsul sendi,
Gejala : nyeri local, bisa ada bengkak dan agak kemerahan
• B. strain  regangan atau robekan pada otot atau tendon, Gejala :
nyeri local, bisa ada bengkak dan agak kemerahan
• C. fraktur cruris  terputusnya kontinuitas jaringan tulang di region
cruris, gejala : nyeri, deformitas, krepitasi
• D. dislokasi ankle  bergesernya tulang dari sendi atau tempatnya,
gejala : nyeri, sendi seperti terkunci, ada tampak tonjolan tulan
78. Spondilitis TB
• laki-laki 46 tahun  nyeri punggung sejak 2 bulan yang lalu
• demam ringan pada malam hari dan keringat malam kurang lebih 2
bulan
• nafsu makan menurun
• Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada punggung bagian
bawah
• foto rontgen lumbosacral didapatkan gambaran wedges
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  spondylitis TB

• Spondilitis TB  TB ekstraparu, vertebra merupakan lokasi TB tulang


tersering
• M. Tuberkulosis dapat mencapai vertebra secara hematogen,
limfogen, penyebaran dari paru
• Lokasi  vertebra thorakalis bawah dan lumbalis
Spondilitis TB (Pott’s Diseases)
• TB ekstraparu, vertebra merupakan lokasi TB tulang
tersering
• M. Tuberkulosis dapat mencapai vertebra secara
hematogen, limfogen, penyebaran dari paru
• Lokasi  vertebra thorakalis bawah dan lumbalis
• 10-45% kasus  mengalami deficit neurologis serius
SPONDILITIS TB
• Gejala Klasik TB  lemas,
penurunan nafsu makan,
penurunan BB, keringat malam
hari, demam subfebris
• Deformitas kifosis, small knuckle
kyphosis pada palpasi processus
spinosus, GIBBUS
Jawaban lainnya
• A. osteoporosis  kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun.
Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak, gejala :
nyeri punggung, pasien bertambah pendek
• C. spondilosis  proses degenerasi dari tulang belakang, gejala :
tanpa gejala atau nyeri di punggung, radikulopati
• D. low back pain  nyeri punggung yang disebabkan oleh banyak hal,
salah satunya bisa karena saraf yg terjepit
• E. spondilolisthesis  pergeseran dari vertebra, gejala : nyeri tulang
belakang, memberat dengan aktivitas, deficit sensori atau motorik
79. Genu varus
• anak usia 1,5 tahun  ketika berjalan tampak aneh dan sedikit
kesulitan
• Orang tua pasien memperhatikan sejak lahir kaki anaknya seperti ada
yang aneh
• Didapatkan hasil adanya celah yang tampak nyata di antara lutut
ketika sedang berdiri dengan merapatkan kedua kaki
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  genu varus

• Genu varus  Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang
menyebabkan kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara
usia 12 dan 18 bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
Genu Varum
• Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang menyebabkan
kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara usia 12 dan 18
bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
-penyebab-
• Pembentukan Lutut biasanya disebabkan oleh:
• Penyakit Blount (masalah pengembangan lempeng pertumbuhan pada aspek
lutut bagian dalam)
• Infeksi atau cedera sebelumnya
• Rakhitis
• Kondisi ini dapat berkembang secara spontan pada remaja dengan
berat tubuh berlebihan, yang sebelumnya memiliki kaki lurus.
-gejala-
• Celah yang tampak nyata di antara lutut ketika sedang berdiri dengan merapatkan
kedua kaki
• Biasanya tidak terasa nyeri.
• Kelak, cacat bentuk semakin memburuk jika tidak dirawat
Genu Valgum
• istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau bentuk
kaki seperti huruf X.
• Bentuk kaki X ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian
bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh,
sementara pergelangan kaki terpisah.
• Pola berjalan pada penderita ini adalah dengan melangkah tanpa
menapakkan bagian tungkai kaki secara sempurna pada bidang
pijakan (lantai).
• Tak hanya mekanisme gaya dan pola berjalannya saja yang terganggu,
ciri fisiknya juga tampak cacat dan adanya rasa sakit pada bagian lutut
anterior dan medial.
-penyebab-
• Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti katak. Jika berlangsung lama,
kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
• Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk dengan posisi kaki membentuk
huruf W.
• Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping, kaki
anak dibiarkan melingkari tubuh ibu (yang menggendong) dan membentuk sudut
90 derajat.
• Memakaian popok sekali pakai dengan cara dan pada saat yang tidak tepat,
misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar berjalan. Hal ini membuat
anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
• Memakaian babywalker. Anak yang belum cukup kuat menopang berat tubuhnya
akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga seluruh berat tubuhnya.
Akibatnya tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang terlatih, sehingga terjadi
ketidakseimbangan kekuatan otot.
-gejala klinis-

• pendeknya psotur tubuh anak, karena pada esktr


emitas bawah anak, terbentuk garis kesejajaran ti
bia dan femur yang abnormal
• pola jalan yang abnormal, pola jalan abnormal ini
sering menimbulkan kesulitan berjalan pada anak
, karena langkah anak akan melambat
Jawaban lainnya
• A. club foot  Salah satu kelainan bawaan pada kaki yang terpenting,
Mudah didiagnosa, Kelainan yang terjadi : Equinus pada tumit, Seluruh
hindfoot varus, Midfoot dan forefoot aduksi dan supinasi
• B. pes planus  hilangnya lengkungan longitudinal medial kaki. Ada
berbagai jenis dan penyebab kaki datar. Biasanya, pengobatan hanya
diperlukan jika PP yang baru, menyakitkan atau maju, atau ketika ada
kelainan tetap atau masalah terkait lainnya
• C. pes valgus  erjadi karena produksi lemak pada kaki anak. Valgus bisa
disebabkan oleh penyakit Blount, yakni tulang kering melengkung dan tidak
secara tepat masuk dalam sendi lutut
• E. genu valgum  Bentuk kaki X ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki
bagian bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling
menyentuh, sementara pergelangan kaki terpisah
80. Drop foot
• laki-laki 45 tahun  bagian depan kakinya sulit digerakan
• Hal ini terjadi setelah pasien terjatuh
• hasil pemeriksaan didapatkan kaki bagian depan tidak bisa diangkat,
dan hanya yang sebelah kiri saja
• Dokter mengatakan kemungkinan terdapat cedera di salah satu saraf
di kaki
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  drop foot

• Drop foot  ketidakmampuan kaki untuk mengangkat bagian depan


dari kaki
• Disebabkan oleh cedera di nervus peroneal
CLAW FOOT, DROP FOOT
• Cavus foot is often caused by a neurologic disorder or other medical
condition such as cerebral palsy, Charcot-Marie-Tooth disease, spina
bifida, polio, muscular dystrophy, or stroke. In other cases of cavus
foot, the high arch may represent an inherited structural abnormality.
Jawaban lainnya
• A. claw foot  kelainan tapak kaki yang berupa lengkungan (arch)
lebih tinggi dari kaki normal, dan sering kali jari kaki berbentuk cakar
• B. claw toes  suatu kondisi dimana jari kaki menekuk seperti cakar
• D. pes planus  hilangnya lengkungan longitudinal medial kaki. Ada
berbagai jenis dan penyebab kaki datar. Biasanya, pengobatan hanya
diperlukan jika PP yang baru, menyakitkan atau maju, atau ketika ada
kelainan tetap atau masalah terkait lainnya
• E. genu varum  Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut
yang menyebabkan kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di
antara usia 12 dan 18 bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua
lutut
81. Nervus peroneal
• laki-laki 45 tahun  bagian depan kakinya sulit digerakan
• Hal ini terjadi setelah pasien terjatuh
• hasil pemeriksaan didapatkan kaki bagian depan tidak bisa diangkat,
dan hanya yang sebelah kiri saja
• Dokter mengatakan kemungkinan terdapat cedera di salah satu saraf
di kaki
• Nervus yang mungkin cedera ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  drop foot

• Drop foot  ketidakmampuan kaki untuk mengangkat bagian depan


dari kaki
• Disebabkan oleh cedera di nervus peroneal
CLAW FOOT, DROP FOOT
• Cavus foot is often caused by a neurologic disorder or other medical
condition such as cerebral palsy, Charcot-Marie-Tooth disease, spina
bifida, polio, muscular dystrophy, or stroke. In other cases of cavus
foot, the high arch may represent an inherited structural abnormality.
• Pada kasus drop foot, terdapat cedera pada nervus peroneal
82. Claw hand
• keluhan nyeri pada jari 4 dan 5 tangan kanan
• Nyeri disertai dengan ketidakmampuan jari untuk lurus
• Jari disebut selalu seperti ditekuk
• hasil pemeriksaan didapatkan bahwa jari 4 dan 5 fleksi dan tidak
mampu untuk adduksi
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  claw hand

• Claw hand  kerusakan pada nervus ulnar yang menyebabkan jari


sulit digerakkan, terutama jari 4 dan 5
CLAW HAND, DROP HAND
Jawaban lainnya
• A. drop hand  drop pergelangan tangan yang dapat disebabkan karena
trauma pada nervus radialis, gejala : paralisis otot ekstensor pergelangan
tangan, tidak dapat ekstensi pergerangan tangan
• C. carpal tunnel syndrome  kompresi nervus medianus di dalam carpa
tunnel, gejala : nyeri di pergelangan tangan bagian ventral, rasa kebas di
telapak tangan bagian radial dan jari 1-4, flick sign (+), tinnel sign (+),
phalen sign (+)
• D. cubital tunnel syndrome  penekanan nervus ulnaris saat melewati
cubital tunnel, gejala : claw hand, jari kelingking dalam posisi abduksi, tidak
bisa adduksi jempol
• E. guyon tunnel syndrome  penekanan nervus ulnaris saat melewati
canalis ulnaris (guyon tunnel), gejala sama dengan cubital tunnel syndrome
83. Nervus ulnaris
• keluhan nyeri pada jari 4 dan 5 tangan kanan
• Nyeri disertai dengan ketidakmampuan jari untuk lurus
• Jari disebut selalu seperti ditekuk
• hasil pemeriksaan didapatkan bahwa jari 4 dan 5 fleksi dan tidak
mampu untuk adduksi
• Saraf yang mengalami kelainan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  claw hand

• Claw hand  kerusakan pada nervus ulnar yang menyebabkan jari


sulit digerakkan, terutama jari 4 dan 5
CLAW HAND, DROP HAND
• Pada kasus claw hand, nervus yang mengalami cedera  nervus
ulnaris
84. Ulkus tropikum
• anak 4 tahun  adanya luka di tungkai bawah kanan sejak 10 hari
yang lalu
• Awalnya luka hanya berupa bintil kecil kemudian berisi air dan
pecah menjadi luka
• Sebelumnya anak bermain di halaman rumah
• hasil pemeriksaan, terdapat ulkus di tungkai bawah kanan
berukuran 2 cm. Z score antara -3SD dan -2SD
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ulkus tropikum

• Ulkus tropikum  Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya


pada tungkai bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak
kurang gizi di daerah tropis
ULKUS PADA TUNGKAI
• Luka terbuka disertai hilangnya epidermis dan sebagian atau seluruh
dermis pada ekstremitas bawah maupun ekstremitas atas yang
disebabkan oleh infeksi, gangguan pembuluh darah, atau keganasan
• Insidensi meningkat dengan bertambahnya usia
Keluhan
• Datang dengan luka pada tungkai bawah
• Luka biasanya disertai dengan nyeri atau tanpa nyeri
• Terdapat penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan pembuluh darah
dan jaringan saraf perifer

• Faktor resiko :
• Usia, BB, jenis pekerjaan, gizi buruk, hygiene buruk
• Penyakit penyerta yg menimbulkan kerusakan pembuluh darah
Ulkus Tropikum
• Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada tungkai
bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak kurang gizi di
daerah tropis
Ulkus Varikosum
• Ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah vena
-penyebab-
-gejala klinis-
Ulkus Arteriosum
• Ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran darah arteri
-penyebab-
-gejala klinis-
Ulkus Neurotrofik
• Ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma pada kulit yang
anestetik
• Misal :
• DM
• Kusta
• Trauma berulang
-gejala klinis-
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Urinalisa
• Kadar gula darah dan kolesterol
• Biakan kuman
Tata Laksana
• Non medikamentosa
• Perbaiki keadaan gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi, serta
vitamin, dan mineral
• Hindari suhu yang dingin
• Hindari rokok
• Menjaga berat badan
• Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan
• Medikamentosa
• Sesuai dengan tipe ulkus
• Ulkus varikosum  meninggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan
aliran pada vena, sementara varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi elastin agar
dapat membantu kerja otot tungkai bawah memompa darah ke jantung
• Ulkus arteriosum  pengobatan untuk penyebabnya dilakukan konsul ke bedah
Jawaban lainnya
• A. ulkus varikosum  Ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah vena, gejala : edema, bengkak pada kaki
yang meningkat saat berdiri, kaki gatal, pegal, rasa terbakar tidak
nyeri, berdenyut
• B. ulkus arteriosum  Ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran
darah arteri, gejala : eritem, nyeri, bagian tengah berwarna kebiruan,
ulkus yg dalam, berbentuk pion, dll
• C. ulkus neurotrofik  Ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma
pada kulit yang anestetik, terjadi pada tempat yang kuat menerima
tekanan
• E. ulkus diabetikum luka yang terjadi akibat komplikasi DM
85. Poliomielitis
• anak perempuan 5 tahun  kaki kanannya tidak dapat digerakkan
sejak 4 hari yang lalu.
• Sebelumnya anak demam sekitar 1 minggu yang lalu.
• Pemeriksaan fisik didapatkan paralisis flaccid kaki kanan, tidak ada
deficit sensori maupun hilangnya sensasi propiosepsi, hyperesthesia
pada kaki kanan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  poliomyelitis

• Poliomyelitis  Infeksi virus akut


• Terjadi desktruksi neuron motoric yang disebabkan oleh poliovirus
(human enteric)
• Sering kali terjadi pd anak-anak
• Menyebabkan paralisis yang progresif, hiporefleks
poliomyelitis
• Infeksi virus akut
• Terjadi desktruksi neuron motoric yang disebabkan oleh poliovirus
(human enteric)
• Sering kali terjadi pd anak-anak
• Transmisi  orang-orang, fecal-oral
• Menyebabkan paralisis yang progresif, hiporefleks
klasifikasi

• Asimptomatik 90-95%
• Gejala minor 4-8 %  infeksi saluran
napas atas, gangguan gastro, flu-like
• Meningitis aseptic non paralitik 1-2 %
• Poliomyelitis paralitik 0,1-0,5 %
diagnosis
• Paralisis flaccid (LMN), asimetris
• Progresi yang cepat dari paralisis (1-2 hari)
• Tidak ada deficit sensorik atau hilangnya sensasi propiosepsi
• Kontrol otonom dan volunteer dari bladder dan usus tidak terganggu
• Biasanya ada riwayat demam
• Hiperesthesia atau paresthesia pada ekstremitas dan nyeri otot
umum ditemukan
• Terkadang ada nyeri tekan otot
Tata laksana
• NO CURE
• Pengobatan suportif : mengurangi gejala (analgesic), mencegah
komplikasi dg latihan dan nutrisi
Jawaban lainnya
• A. guilain barre syndrome  Polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut,
gejala : Dimulai dari rasa baal, paresthesia pada bagian distal dan diikuti
secara cepat oleh paralisis keempat ekstreitas yang bersifat ascenden
• B. miastenia gravis  suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot
dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun, gejala : kelemahan otot spesifik
• D. rhakitis  pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau
gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium,
berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk
• E. genu varum  Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang
menyebabkan kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara usia 12
dan 18 bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
86. Rabies
• wanita 35 tahun  nyeri pada leher seperti tercekik
• demam yang cukup tinggi, menjadi banyak mengeluarkan liur, dan
takut untuk mandi
• sebelumnya digigit hewan
• TD 100/60, nadi 110 kali permenit, RR 24 kali permenit, suhu 39 C
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya luka gigitan di tangan,
hipersalivasi, hidrofobia
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  rabies

• Rabies  Infeksi akut dan progresif virus rabies (genus Lyssa-virus)


pada SSP melalui saraf perifer
• Gejala  nyeri faring seperti tercekik, demam tinggi, hipersalivasi,
hidrofobia, dll hinga kematian
rabies
• Infeksi akut dan progresif virus rabies (genus Lyssa-virus) pada SSP
melalui saraf perifer
• Ditularkan terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing,
monyet, kucing, kelelawar, serigala)
• Inkubasi virus = 2 mg- 2 th (3-8 mg)
• Prognosis hamper selalu fatal (mortalitas mencapai 100%) apabila
virus telah menginfeksi SSP
Tampilan klinis
• Riwayat gigitan hewan (anjing, kucing, dll) dan hewan yang menggigit
mati dalam watu satu minggu atau positif rabies
• Gatal dan paraestesia di daerah bekas luka gigitan
• Encephalitis rabies  agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi
persisten, nyeri pd faring terasa cpt tercekik, hipersalivasi, hidrofobia,
aerofobia
Tanda dan gejala pada hewan
Tanda dan gejala pd manusia
(anjing)
• Stadium prodromal  flu-like • Tak mengenal dan mematuhi
• Stadium sensoris  nyeri, panas, pemiliknya, mudah terkejut
kesemutan pada tempat bekas • Mudah berontak
luka, cemas, reaksi berlebihan thd • Fotofobia
rangsang sensoris • Gelisah
• Stadium eksitasi  tonus otot>>, • Beringas
aktivitas simpatis >>, hyperhidrosis,
• Kelumpuhan tenggorokan
hipersalivasi, hiperlakrimasi,
midriasis, hydrofobia, apneu, • Kelumpuhan kaki belakang
konvulsi, takikardi, henti jantung • Dalam 10-14 hari akan mati
• Stadium paralisis  pada ps yang
tidak menunjukkan gejala eksitasi,
paresis otot progresif
Tata laksana profilaksis (PEP-post exposure
prophylaxis)

Wound treatment Serum anti rabies/RIG Vaksin anti rabies

• Segera cuci luka gigitan dg • Human RIG (homolog)  • Purified Vero Rabies
sabun+air mengalir atau air 20 IU/kg Vaccine
saja selama 15 menit • Equine RIG (heterolog  • 0,5mg/kali, IM (deltoid,
• Debridemen dan desinfeksi 40 IU/kg aterolateral paha u/ <2th)
luka dg detergen, alcohol • Infiltrasikan di sekitar luka • 5 dosis  hari 0,3,7,14,28
70%, povidon iodin sebanyak2nya, sisanya IM (WHO)
• Antibiotik (jauh dr lokasi injeksi • 2-1-1  hari 0,7,21
• Profilaksis tetanus vaksin) • Hari 0 2 dosis (deltoid kaki)
• Bila RIG tidak ada,
pemberiannya dpt ditunda
maks 7 hari stlah VAR yg
pertama
Jawaban lainnya
• A. serangan panic  munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-
tiba. Kondisi yang juga disebut dengan serangankegelisahan ini ditandai dengan
detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot
menjadi tegang, atau gemetar
• B. gangguan cemas menyeluruh  kecemasan yang berlebihan dan tidak normal
dalam waktu lama, sumber kecemasan itu juga terkadang tidak diketahui pastinya
• C. poliomyelitis  Infeksi virus akut, Terjadi desktruksi neuron motoric yang
disebabkan oleh poliovirus (human enteric), Menyebabkan paralisis yang
progresif, hiporefleks
• E. guillane barre syndrome  Polineuropati yang bersifat ascending dan akut
yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut, gejala : Dimulai
dari rasa baal, paresthesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh
paralisis keempat ekstreitas yang bersifat ascenden
87. CD4
• Seorang laki-laki 40 tahun  diare terus menerus sejak 1 bulan yang
lalu
• pasien sudah mengonsumsi obat, namun tidak ada perbaikan
• penurunan berat badan yang cukup besar dan demam sumer-sumer
• pemeriksaan fisik ditemukan kandidiasis oral
• Pemeriksaan apakah yang diperlukan sebelumnya untuk memulai
terapi?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  HIV/AIDS

• HIV/AIDS  Infeksi oleh HIV (human imunodefisiensi virus)


• Penularan melalui : darah dan hubungan seksual
Hiv/aids tanpa komplikasi

• Infeksi oleh HIV (human


imunodefisiensi virus)
• Penularan melalui : darah
dan hubungan seksual
Fase HIV

Window period (masa jendela)


• Waktu dari infeksi primer sampai terbentuknya
(terdeteksinya) antibody
• Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2
minggu – 3 bulan setelah terinfeksi HIV

Fase akut
• Flu-like syndrome (2-1 minggu pasca pajanan)
Fase kronis / fase laten
•Virus hidup dan bereplikasi secara lambat
•Tidak ada gejala
AIDS
•Semua pasien terinfeksi HIV dg CD4 <200
cells/mm3 (atau presentase CD4 <14%)
Pemeriksaan penunjang HIV

Deteksi
Viral load CD4 Kultur virus
antibody HIV
• Rapid test, • Deteksi viral • Untuk • Mahal, lama
ELISA, replication menentukan • Sulit
western blot rate (PCR) dimulainya terdeteksi
• Pilihan • Bisa dipakai terapi (CD4 untuk yang
utama untuk <350) viral load
(WHO) u/ skrining rendah
screening : newborn
rapid test
Terapi
ARV
Anjuran ARV lini pertama

• 2 NRTI +
1 NNRTI
• Pemeriksaan yang digunakan sebagai standar untuk memulai terapi
pada kasus HIV/AIDS  pemeriksaan CD4
88. Meniere’s disease
• wanita 54 tahun  pusing berputar sejak 3 hari yang lalu
• penurunan pendengaran dan telinga berdenging
• Pemeriksaan fisik didapatkan Romberg test (+), dan penurunan
pendengaran di telinga kiri
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  Meniere’s disease

• Meniere’s disease  Gangguan telinga tengah yang menyebabkan


vertigo yang disebabkan oleh peningkatan tekanan endolimpe di
telinga tengah.
Meniere’s disease
• Gangguan telinga tengah yang menyebabkan vertigo yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan endolimpe di telinga tengah.

• Etiologi: Unknown

• Patogenesis:
• Terjadi perubahan tekanan dan volum pada endolimpe di labirintis 
mempengaruhi telinga dlam tekanan tinggi saculla dan urikula
bergerak berlebihan  timbul sensasi berputar
Manifestasi klinis
• Trias Menier Disease:
• Tinitus/perasaan adanya tekanan pada telinga
• Vertigo
• Gangguan pendengaran (biasanya unilateral)

• Gejala lain:
• biasanya terjadi pada usia 20-60 tahun
• serangan biasanya 20- beberapa jam termaksud vertigo, dan bisa disertai
mual atau muntah
• 15-50% gangguan pendengaran menjadi bilateral
Tata laksana
• Betahistine : 24mg x 2
• Diuretic
• Antiemetic
• Mengurangi konsumsi garam
• Labyrinthectomy

• Pencegahan :
• diuretic (HCT)
• steroid
Jawaban lainnya
• A. BPPV  gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik
serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan
dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
• C. vertigo sentral  Sensasi yang salah terhadap pergerakan
diri/lingkungan. Yang menyebabkan timbulnya perasaan berputar
atau seperti mengeliling, penyebab di sentral (otak)
• D. presbiakusis  kehilangan pendengaran yang terjadi perlahan-
lahan seiring bertambahnya usia
• E. otitis media  infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah,
gejala : nyeri telinga, penurunan pendengaran, telinga berdenging
89. Epilepsi
• anak laki-laki 10 tahun  kejang 30 menit yang lalu
• Kejang disebutkan kelojotan, tangan dan kaki bergerak semua, mata
mendelik ke atas.
• Kejang selama 5 menit, sebanyak 2 kali hari ini.
• Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya dan diberi obat tetapi
tidak diminum rutin.
• Sebelum kejang pasien bermain dengan tetangganya.
• Pemeriksaan EEG didapatkan gelombang spike
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  epilepsy

• Epilepsi  suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi


berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi
• bangkitan epilepsi : manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas
listrik yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak
Epilepsi
• suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang
berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi

• bangkitan epilepsi : manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas


listrik yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak
etiologi
• idiopatik
• tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis dan diperkirakan tidak mempunyai
predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dg usia

• kriptogenik
• dianggap simptomatik tetapi penyebabnya belum diketaui, termasuk sindroma West, sidroma Lennox-
Gastaut, dan epilepsi mioklonik

• simptomatik
• bangkitan epilepsi disebabkan kelainan/lesi struktural pada otak, misalnya
cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan
neurodegeneratif
klasifikasi
Jenis epilepsi yg paling sering dijumpai:
1. Petit mal/ absence
antara beberapa detik – 30 detik
2. Grand mal/tonik- klonik
Lama serangan 1 – 2 menit
3. Status epileptikus
Serangan lebih dari 30 menit,cepat tanpa diselingi keadaan sadar.
klinis
• kejang berulang tanpa demam
pemeriksaan
• EEG : spikes and wave
• CT-Scan
• MRI
tata laksana
• bila ps terdiagnosis sebagai epilepsi, untuk penanganan awal ps harus
ditrujuk ke dokter spesialis saraf

• OAE diberikan bila


• diagnosis epilepsi sudah dipastikan
• pastikan faktor pencetus dapat dihindari (alkohol, stress, kurang tidur)
• terdapat minimum 2 bangkitan dalam setahun
• ps dan keluarga sudah menerima penjelasan thd tujuan pengobatan
• ps dan keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping dari OAE
• terapi dimulai dengan monoterapi menggunakan OAE pilihan
sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsi
pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan
dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau
timbul efek samping
bila pada penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka dapat dirujuk kembali
untuk mendapatkan penambahan OAE kedua
Jawaban lainnya
• A. kejang demam sederhana  kejang yang terjadi karena demam
sebelumnya, kejang satu kali dalam 24 jam, kurang dari 15 menit,
kejang general
• B. kejang demam kompleks  kejang yang terjadi karena demam
sebelumnya, kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam, lebih dari 15
menit, kejang fokal
• D. status epileptikus  bangkitan yang terjadi lebih dari 30 menit
atau adanya dua bangkitan atau lebih dimana diantara bangkita-
bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran
• E. meningoencephalitis  infeksi meinger dan otak, gejala : nyeri
kepala, kejang, penurunan kesadaran, kaku kuduk
90. Diuretik
• wanita 54 tahun  pusing berputar sejak 3 hari yang lalu
• penurunan pendengaran dan telinga berdenging
• Pemeriksaan fisik didapatkan Romberg test (+), dan penurunan
pendengaran di telinga kiri
• Prinsip terapi?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  Meniere’s disease

• Meniere’s disease  Gangguan telinga tengah yang menyebabkan


vertigo yang disebabkan oleh peningkatan tekanan endolimpe di
telinga tengah.
Meniere’s disease
• Gangguan telinga tengah yang menyebabkan vertigo yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan endolimpe di telinga tengah.

• Etiologi: Unknown

• Patogenesis:
• Terjadi perubahan tekanan dan volum pada endolimpe di labirintis 
mempengaruhi telinga dlam tekanan tinggi saculla dan urikula
bergerak berlebihan  timbul sensasi berputar
Manifestasi klinis
• Trias Menier Disease:
• Tinitus/perasaan adanya tekanan pada telinga
• Vertigo
• Gangguan pendengaran (biasanya unilateral)

• Gejala lain:
• biasanya terjadi pada usia 20-60 tahun
• serangan biasanya 20- beberapa jam termaksud vertigo, dan bisa disertai
mual atau muntah
• 15-50% gangguan pendengaran menjadi bilateral
Tata laksana
• Betahistine : 24mg x 2
• Diuretic
• Antiemetic
• Mengurangi konsumsi garam
• Labyrinthectomy

• Pencegahan :
• diuretic (HCT)
• steroid
• Prinsip terapi pada kasus Meniere’s disease  diuretic untuk
mengurangi cairan endolimfe di telinga dalam
91. Status epileptikus
• anak laki-laki 10 tahun  kejang 45 menit yang lalu.
• Kejang disebutkan kelojotan, tangan dan kaki bergerak semua, mata
mendelik ke atas.
• Kejang selama 45 menit, sebanyak 2 kali hari ini, yang pertama selama 15
menit.
• Di antara kedua kejang pasien tidak sadar.
• Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya dan diberi obat tetapi tidak
diminum rutin.
• Sebelum kejang pasien bermain dengan tetangganya.
• Pemeriksaan EEG didapatkan gelombang spike
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  status epileptikus

• Status epileptikus  bangkitan yang terjadi lebih dari 30 menit atau


adanya dua bangkitan atau lebih dimana diantara bangkita-bangkitan
tidak terdapat pemulihan kesadaran
status epileptikus
• bangkitan yang terjadi lebih dari 30 menit atau adanya dua bangkitan
atau lebih dimana diantara bangkita-bangkitan tidak terdapat
pemulihan kesadaran

• keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan dan terapi


segera guna menghentikan bangkitan (dalam waktu 30 menit)

• diagnosis pasti status epileptikus : bila pemberian benzodiazepin awal


tidak efektif dalam menghentikan bangkitan
keluhan
• kejang
• lebih dari 30 menit
• tidak sadar diantara 2 kejang
• RP epilepsi? obat OAE? penghentian tiba-tiba?
tata laksana
• harus dirujuk ke faskes sekunder yang memiliki Sp.S
• sebelum di rujuk :
• stadium 1 (0-10 menit)
• memperbaiki fungsi kardiorespirasi
• memperbaiki jalan napas, pemberian oksigen, resusitasi bila perlu
• pemberian benzodiazepin rektal 10 mg

• stadium 2 (10-60 menit)


• pemeriksaan status neurologis
• pengukutan tekanan darah, nadi , dan suhu
• pemeriksaan EKG
• memasang infus pada pembuluh darah besar dengan NaCl 0,9%
• diazepam 0,3 mg/mg/KgBB IV max 20 mg, dapat diulang setiap 5 menit
Jawaban lainnya
• A. kejang demam sederhana  kejang yang terjadi karena demam
sebelumnya, kejang satu kali dalam 24 jam, kurang dari 15 menit,
kejang general
• B. kejang demam kompleks  kejang yang terjadi karena demam
sebelumnya, kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam, lebih dari 15
menit, kejang fokal
• D. epilepsy  suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi
berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi
• E. meningoencephalitis  infeksi meinger dan otak, gejala : nyeri
kepala, kejang, penurunan kesadaran, kaku kuduk
92. Guillane barre syndrome
• wanita 23 tahun  kelemahan pada kedua kakinya sejak 2 hari yang
lalu.
• Sebelumnya hanya seperti kesemutan saja, tapi sekarang tidak
dapat digerakkan.
• Sebelumnnya pasien mengatakan demam 1 minggu yang lalu.
• Pemeriksaan fisik didapatkan glove and stocking phenomenon
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  guillane barre syndrome

• Guilane barre syndrome  Polineuropati yang bersifat ascending dan


akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi
akut
• Sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flaccid yang terjadi
secara akut berhubungan dengan proses autoimun, targetnya adalah
saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis
Guillane barre syndrome
• Polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang
sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah
infeksi akut
• Sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flaccid
yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses
autoimun, targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan
nervus kranialis
• Jarang (1-2 orang per 100.000)
• Mempengaruhi saraf penutup (myelin sheath)  demielinasi 
sinyal saraf untuk bergerak jadi lebih lambat

• Etiologi  antibody terhadap pathogen tertentu (C. jejuni/bakteri)


bereaksi silang dengan myelin system saraf perifer; dihubungkan
dengan infeksi saluran napas dan cerna; penyebab virus paling sering
(CMV, HIV, measles, HSV)
klasifikasi

Acute motor-sensory axonal neuropathy (AMSAN)


• Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan perbaikan
yang lambat dan buruk
• Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C. jejuni

Acute motor-axonal neuropathy (AMAN)


• Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C. jejuni dan titer antibody
gangliosid meningkat
• Memiliki gejala klinis motoric dan secara klinis khas untuk tipe demielinisasi
dengan ascending dan paralisis simetris
• Perbaikan cepat, disabilitas yang dialami ps + 1 tahun
Miller fisher syndrome
• 5% dari kasus GBS
• Ataksia, ophtalmoplegia, arefleksia
• Ataksia terlihat pada gaya jalan dan batang tubuh, jarang yang meliputi
ekstremitas
• Motorik biasanya tidak terkena
• Perbaikan sempurna dalam minggu - bulan

Chronic inflammatory demyelinative polyneuropathy (CIDP)


• Perkembangan gejala neurologisnya bersifat kronis
• Pada sebagian anak, kelainan motoric lebih dominan dan kelemahan otot
lebih berat pada bagian distal
Acute pandysautonomia
•Tanpa sensorik dan motoric
•Tipe GBS yang jarang terjadi
•Disfungsi dari system simpatis dan
parasimpatis yang berat  hipotensi
postural, retensi saluran kemih dan saluran
cerna, anhidrosis, penurunan saliva dan
lakrimasi, abnormalitas dari pupil
Gambaran klinis
• Dimulai dari rasa baal, paresthesia pada bagian distal dan diikuti
secara cepat oleh paralisis keempat ekstreitas yang bersifat ascenden
• Parestesia biasanya bilateral
• Refleks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama
sekali
• Kerusakan saraf motoric biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan
menyebar secara progresif ke ekstremitas atas, tubuh, dan saraf pusat
• Kerusakan saraf motoris bervariasi : mulai dari kelemahan sampai
quadriplegia flaccid
• Keterlibatan saraf pusat (50% kasus) biasanya berupa facial diplegia
• Kelemahan otot pernapasan dapat timbul secara signifikan (20% ps perlu
ventilator)

• Kerusakan saraf sensoris kurang signifikan dibandingkan dengan kelemahan


pada otot
• Rasa sakit dan kram juga dapat menyertai kelemahan otot terutama pada
anak

• Kelaianan saraf otonom tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan


kematian (takikardi, hipotensi, atau hipertensi, aritmia, cardiac arrest,
facial flushing, sfingter yang tidak terkontrol, kelainan dalam berkeringat)
• Kelainan pada SSP  disfagia, kesulitan bicara, bilateral facial palsy (50%)

• Gejala tambahan
• Kesulitan untuk mulai BAK
• Inkontinensia urin dan alvi
• Konstipasi
• Kesulitas menelan dan bernapas
• Perasaan tidak dapat menaril napas dalam
• Penglihatan kabur (blurred vision)
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan neurologis  kelemahan otot yang bersifat difus dan
paralisis
• Refleks tendon akan menurun atau bahkan menghilang
• Batuk yang lemah dan aspirasi  mengindikasikan kelemahan otot
intercostal
• Tanda rangsang meningeal  kernig dan kaku kuduk mungkin
ditemukan
• Refleks patologis (-)
Pemeriksaan penunjang
LCS EMG MRI

• Kenaikan kadar protein • Pada awal penyakit dbn • Hasil bermakna jika
(1-1,5 g/dl) tanpa diikuti • Minggu pertama  dilakukan pada hari ke 13
kenaikan jumlah sel keterlambatan atau setelah timbul gejala 
(disosiasi albumin bahkan blok dalam gambaran cauda equine
sitologis) penghantaran impuls, yang bertambah besar
• 48 jam pertama normal gelombang F yang (95% kasus)
• Kenaikan protein terjadi memanjang dan latensi
minggi pertama atau distal yang memanjang
kedua • Minggu kedua 
• Jumlah sel MN <10/mmk penurunan potensial aksi
dari beberapa otot, dan
menurunnya kecepatan
keonduksi saraf motorik
• Pemeriksaan serum CK biasanya normal atau
meningkat sedikit
• Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada
stadium awal, pada stadium lanjut terlihat adanya
denervation atrophy
Kriteria diagnostic
• Menurut The National Institute of Neurological and
Communicative Disorders and Stroke (NINCDS)
• Gejala utama :
• Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih
ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataksia
• Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
• Gejala tambahan :
• Progresifitas : kelemahan motoric berlangsung cepat, maksimal dalam
4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3
minggu, dan 90% dalam 4 minggu
• Relatif simetris
• Gejala gangguan sensibilitas ringan
• Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral, saraf
yang lain yg mempersarafi lidah dan otot menelan, kadang <5% kasus
neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
• Pemulihan : dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat
memanjang sampai beberapa bulan
• Disfungsi otonom : takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi,
dan gejala vasomotor
• Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
•Pemeriksaan LCS  peningkatan protein, sel MN
< 10/microliter

•Pemeriksaan elektrodiagnostik  terlihat


adanya perlambatan atau blok pada konduksi
impuls saraf
Tata laksana
• Terapi definitive (-)
• Tujuan  mempercepat pemulihan, mengurangi gejala, mengobati
komplikasi, memperbaiki prognosis

• Stadium awal perlu dirawat di RS untuk terus dilakukan observasi


tanda vital
• Ps dengan gejala berat harus segera di rawat di RS untuk mendapat
bantuan pernapasan, pengobatan, dan fisioterapi
Plasma Exchange Therapy
Fisioterapi Immunoglobulin IV
(PET) / plasmaferesis
• Fisioterapi dada secara • Tujuan untuk mengeluarkan • Menetrelisasi autoantibodi
teratur untuk mencegah faktor autoantibodi yang patologis yang ada atau
retensi sputum dan kolaps beredar menekan produksi
paru • Hasil baik  perbaikan klinis autoantibodi
• Gerakan pasif pada kaki yang yang lebih cepat, • Mempercepat katabolisme
lumpuh mencegah kekakuan penggunaan alat bantu nafas IgG, yang kemudian
sendi yang lebih sedikit, dan lama menetralisir antigen dari
• Segera setelah fase perawatan yang lebih virus atau bakteri sehingga T
rekonvalesen, fisioterapi aktif pendek cells patologis tidak
dimulau untuk melatih dan • Waktu yang paling efektif  terbentuk
meningkatkan kekuatan otot dalam 2minggu setelah • Lebih menguntungkan
munculnya gejala dibandingkan dg
• Jumlah plasma yang plasmaferesis karena efek
dikeluarkan per exchange  samping/komplikasi lebih
40-50 ml/kg dalam waktu 7- ringan
10 hari dilakukan 4-5 kali • Dilakukan dalam 2 minggu
exchange setelah gejala muncul, dosis
0,4 g/kgBB/hari selama 5
hari
• Kortikosteroid 
• Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa pengunaan
steroid tidak mempunyai nilai atua tidak bermanfaat
untuk GBS
• Tetapi digunakan pada GBS yang tipe CIPD
komplikasi
• Gagal napas
• Aspirasi makanan atau cairan ke dalam paru
• Pneumonia
• Meningkatkan resiko terjadinya infeksi
• DVT/ trombosis vena dalam
• Paralisis permanen pada bagian tubuh tertentu
• Kontraktur pada sendi
Jawaban lainnya
• A. poliomyelitis  infeksi virus polio yang mengakibatkan paralisis
dengan cepat, segera setelah demam muncul, biasanya asimetris,
sering kali disertai dengan nyeri pada bagian yang lemah
• B. miastenia gravis  suatu penyakit autoimun dimana
persambungan otot dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi
secara tidak normal dan menyebabkan kelemahan otot menahun,
gejala : kelemahan otot spesifik
• C. stroke iskemik  deficit neurologis yang menetap > 72 jam, seperti
hemiparesis, parese nervus cranialis, dll
• D. trancient iskemik attack  deficit neurologis yang kembali menjadi
normal < 72 jam
93. Miastenia gravis
• wanita 35 tahun  mata kiri tidak bisa membuka penuh sejak 5 hari
yang lalu.
• Keluhan dirasakan semakin memberat ketika sore hari
• Pemeriksana fisik didapatkan ptosis mata kiri, tes tensilon (+).
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  miastenia gravis

• Miastenia gravis  suatu penyakit autoimun dimana persambungan


otot dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal
dan menyebabkan kelemahan otot menahun
• Gejala  ptosis, memburuk sore hari
Miastenia gravis
• suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf
(neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun
• Lebih sering terjadi pada wanita ( F:M = 6 : 4 ) dan biasanya timbul
pada usia 20-40 tahun
• Prevalensi di dunia 1 : 10.000
etiologi
• Etiologi  penyakit autoimun dimana terdapat antibody yang
memblok reseptor asetilkolin di presinaps

• Idiopathic
• Penicillamine
• Antibodi Ach-R ditemukan 90% pada pasien dengan MG sekunder
terhadap paparan penicillamine
Drugs
• Obat :
• Antibiotics
(Aminoglycosides, • Procainamide
ciprofloxacin, ampicillin, • Verapamil
erythromycin) • Quinidine
• B-blocker (propranolol) • Chloroquine
• Lithium • Prednisone
• Magnesium • Timolol
• Anticholinergics
patofisiologi
• Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)

• menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari neuromuscular junction

• akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di presinaps motoris dari otot lurik


• Kelemahan otot
Gambaran klinis
• Kelemahan pada otot wajah
• Kelemahan pada kelopak mata
• Kelemahan pada otot mata, sehingga terjadi penglihatan ganda
• Kelemahan pada lengan dan tungkai
• Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olahraga
• Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan

Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang diperlukan


untuk pernafasan
• Biasanya mengenai otot yang spesifik dibanding umum
• Ptosis (tersering), pasien tidak bisa mempertahankan membuka mata
• Gejala semakin sore semakin memburuk
diagnosis
• Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, yaitu jika seseorang mengalami kelemahan umum
• Tes edrofonium/tensilon/penghambat kolinesterase (pharmacological testing)
• Elektromiogram
• Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi dalam terhadap asetilkolin
• CT scan dada untuk menemukan adanya timoma
Workup Pharmacological testing/tensilon
• Apabila tidak ada efek
samping sesudah tes 1-2 mg
intravena, maka disuntikkan
lagi 5-8 mg tensilon.
• Reaksi dianggap positif
apabila ada perbaikan
kekuatan otot yang jelas
(misalnya dalam waktu 1
menit), menghilangnya ptosis,
lengan dapat dipertahankan
dalam posisi abduksi lebih
lama, dan meningkatnya
kapasitas vital.
Before After
• Reaksi ini tidak akan
berlangsung lebih lama dari 5
menit.
Tata laksana
• AChE inhibitor
• Pyridostigmine bromide (Mestinon)
• Mulai kerja dalam 30-60 menit dan bertahan sampai 3-6 jam
• Dosis dewasa :
• 60-960mg/d PO
• 2mg IV/IM q2-3h
• Yang lain: Neostigmine Bromide
• Terapi imunomodulasi
• Prednison
• Paling sering dipakai di US
• Perbaikan signifikan  penurunan titer antibody biasanya 1-4 bulan
• Mulai dengan dosis rendahn dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif
• Pasien dengan obat diuretic harus dimonitor terkait dengan hypokalemia
komplikasi
• Gagal napas
• Disfagia
• Komplikasi penggunaan obat
• Steroid jangka lama
• Osteoporosis, katarak, hyperglycemia
• Gastritis, ulkus peptikus
• Pneumocystis carinii
Jawaban lainnya
• A. bell’s palsy  kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi
otot di wajah yang yang bersifat sementara, parese nervus facialis,
gejala : lagoftalmos, mulut merot, dll
• B. stroke iskemik  deficit neurologis yang menetap > 72 jam, seperti
hemiparesis, parese nervus cranialis, dll
• D. guillane barre syndrome  Polineuropati yang bersifat ascending
dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi
akut
• E. poliomyelitis  infeksi virus polio yang mengakibatkan paralisis
dengan cepat, segera setelah demam muncul, biasanya asimetris,
sering kali disertai dengan nyeri pada bagian yang lemah
94. Pyridostigmine bromide
• wanita 35 tahun  mata kiri tidak bisa membuka penuh sejak 5 hari
yang lalu.
• Keluhan dirasakan semakin memberat ketika sore hari
• Pemeriksana fisik didapatkan ptosis mata kiri, tes tensilon (+).
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  miastenia gravis

• Miastenia gravis  suatu penyakit autoimun dimana persambungan


otot dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal
dan menyebabkan kelemahan otot menahun
• Gejala  ptosis, memburuk sore hari
Miastenia gravis
• suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf
(neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun
• Lebih sering terjadi pada wanita ( F:M = 6 : 4 ) dan biasanya timbul
pada usia 20-40 tahun
• Prevalensi di dunia 1 : 10.000
etiologi
• Etiologi  penyakit autoimun dimana terdapat antibody yang
memblok reseptor asetilkolin di presinaps

• Idiopathic
• Penicillamine
• Antibodi Ach-R ditemukan 90% pada pasien dengan MG sekunder
terhadap paparan penicillamine
Drugs
• Obat :
• Antibiotics
(Aminoglycosides, • Procainamide
ciprofloxacin, ampicillin, • Verapamil
erythromycin) • Quinidine
• B-blocker (propranolol) • Chloroquine
• Lithium • Prednisone
• Magnesium • Timolol
• Anticholinergics
patofisiologi
• Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)

• menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari neuromuscular junction

• akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di presinaps motoris dari otot lurik


• Kelemahan otot
Gambaran klinis
• Kelemahan pada otot wajah
• Kelemahan pada kelopak mata
• Kelemahan pada otot mata, sehingga terjadi penglihatan ganda
• Kelemahan pada lengan dan tungkai
• Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olahraga
• Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan

Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang diperlukan


untuk pernafasan
• Biasanya mengenai otot yang spesifik dibanding umum
• Ptosis (tersering), pasien tidak bisa mempertahankan membuka mata
• Gejala semakin sore semakin memburuk
diagnosis
• Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, yaitu jika seseorang mengalami kelemahan umum
• Tes edrofonium/tensilon/penghambat kolinesterase (pharmacological testing)
• Elektromiogram
• Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi dalam terhadap asetilkolin
• CT scan dada untuk menemukan adanya timoma
Workup Pharmacological testing/tensilon
• Apabila tidak ada efek
samping sesudah tes 1-2 mg
intravena, maka disuntikkan
lagi 5-8 mg tensilon.
• Reaksi dianggap positif
apabila ada perbaikan
kekuatan otot yang jelas
(misalnya dalam waktu 1
menit), menghilangnya ptosis,
lengan dapat dipertahankan
dalam posisi abduksi lebih
lama, dan meningkatnya
kapasitas vital.
Before After
• Reaksi ini tidak akan
berlangsung lebih lama dari 5
menit.
Tata laksana
• AChE inhibitor
• Pyridostigmine bromide (Mestinon)
• Mulai kerja dalam 30-60 menit dan bertahan sampai 3-6 jam
• Dosis dewasa :
• 60-960mg/d PO
• 2mg IV/IM q2-3h
• Yang lain: Neostigmine Bromide
• Terapi imunomodulasi
• Prednison
• Paling sering dipakai di US
• Perbaikan signifikan  penurunan titer antibody biasanya 1-4 bulan
• Mulai dengan dosis rendahn dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif
• Pasien dengan obat diuretic harus dimonitor terkait dengan hypokalemia
komplikasi
• Gagal napas
• Disfagia
• Komplikasi penggunaan obat
• Steroid jangka lama
• Osteoporosis, katarak, hyperglycemia
• Gastritis, ulkus peptikus
• Pneumocystis carinii
• Terapi pada kasus miastenia gravis  pyridostigmine bromide
95. Tarsal tunnel syndrome
• wanita 35 tahun  kesemutan dan mati rasa di sekitar pergelangan
kaki dan permukaan punggung kaki sampai ke jari-jari kaki sejak 5
hari yang lalu.
• Nyeri dirasakan seperti terbakar, memberat ketika beraktivitas dan
hilang ketika istirahat.
• Pemeriksaan fisik didapatkan eversion test (+).
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tarsal tunnel syndrome

• Tarsal tunel syndrome  Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang


menjadi nyeri akibat terjadinya penekanan pada nervus tibia yang
melewati tarsal tunnel
• Tarsal tunnel  arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia
posterior, fleksor longus digitorum, fleksor longus halluces
• TTS  mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik,
dan kesemutan pada telapak kaki dan tumit
Tarsal tunnel syndrome
• Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang menjadi nyeri akibat terjadinya
penekanan pada nervus tibia yang melewati tarsal tunnel

• Tarsal tunnel  arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia posterior, fleksor
longus digitorum, fleksor longus halluces

• TTS  mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik, dan
kesemutan pada telapak kaki dan tumit
etiologi
Gambaran klinis
• Kesemutan dan atau mati rasa di sekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga ke arah jari-jari kaki
• Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi
diekspresikan sebagai kram
• Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktivitas dan berdiri
• Nyeri akan hilang ketika beristirahat
• Gejala terkadang muncul akibat trauma langsung atau berhubungan
dengan tergelincirnya inervasi pada pergelangan kaki (kesleo)
• Lebih sering akibat overuse ex: terlalu lama berdiri, berjalan, olahraga
• Gejala jarang menyebar
• 43% kasus nyeri memberat pada malam hari
• Pada kasus berat  kelemahan pada otot plantar yang menyebabkan
susah untuk jari kaki terbuka
Pemeriksaan fisik

• Tinel sign  perkusi nervus tibia posterior yang


terletak di pergelangan kaki bagian medial dan kaki
dalam posisi dorsofleksi; (+) jila terdapat nyeri atau
rasa kesemutan pada telapak kaki dalam watu 5-10
detik
• Dorsofleksi-eversion test  kaki berada pada posisi
dorsofleksi dan eversi sehingga terjadi pemanjanngan
pada sendi MTP, (+) apabila terasa nyeri pada bagian
tumit
• Pemeriksaan sensoris  hipestesia pada area nervus
plantar medial
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan EMG dan NCS


• Menunjukkan fungsi dari saraf tibialis posterior
bagian distal sampai ke otot abductor hallicus
Radiologi (plain x-rays, MRI)
• Untuk menilai abnormalitas dari tulang pada tarsal
tunnel
Tata laksana
• Konservatif  injeksi steroid ke dalam tarsal tunnel untuk
mengurangi nyeri; terapi fisik (mengurangi edema local)
• Operatif  dekompresi
Jawaban lainnya
• A. peroneal palsy  cedera pada nervus peroneal, gejala : penurunan
fungsi sensorik dan motorik pada tungkai bawah dan kaki
• C. calcaneal spur  bagian tulang yang mengeras dan menjadi taji,
gejala : nyeri di tumit, memberat untuk berjalan atau menapak
• D. plantar fasciitis  kondisi di mana kaki mengalami inflamasi
(bengkak) yang menyebabkan nyeri tumit
• E. pes planus  suatu kondisi di mana lengkungan atau kura-kura kaki
kaki turun sehingga menyentuh tanah
96. Dekompresi
• wanita 35 tahun  kesemutan dan mati rasa di sekitar pergelangan
kaki dan permukaan punggung kaki sampai ke jari-jari kaki sejak 5
hari yang lalu.
• Nyeri dirasakan seperti terbakar, memberat ketika beraktivitas dan
hilang ketika istirahat.
• Pemeriksaan fisik didapatkan eversion test (+).
• Terapi definitive ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tarsal tunnel syndrome

• Tarsal tunel syndrome  Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang


menjadi nyeri akibat terjadinya penekanan pada nervus tibia yang
melewati tarsal tunnel
• Tarsal tunnel  arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia
posterior, fleksor longus digitorum, fleksor longus halluces
• TTS  mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik,
dan kesemutan pada telapak kaki dan tumit
Tarsal tunnel syndrome
• Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang menjadi nyeri akibat terjadinya
penekanan pada nervus tibia yang melewati tarsal tunnel

• Tarsal tunnel  arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia posterior, fleksor
longus digitorum, fleksor longus halluces

• TTS  mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik, dan
kesemutan pada telapak kaki dan tumit
etiologi
Gambaran klinis
• Kesemutan dan atau mati rasa di sekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga ke arah jari-jari kaki
• Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi
diekspresikan sebagai kram
• Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktivitas dan berdiri
• Nyeri akan hilang ketika beristirahat
• Gejala terkadang muncul akibat trauma langsung atau berhubungan
dengan tergelincirnya inervasi pada pergelangan kaki (kesleo)
• Lebih sering akibat overuse ex: terlalu lama berdiri, berjalan, olahraga
• Gejala jarang menyebar
• 43% kasus nyeri memberat pada malam hari
• Pada kasus berat  kelemahan pada otot plantar yang menyebabkan
susah untuk jari kaki terbuka
Pemeriksaan fisik

• Tinel sign  perkusi nervus tibia posterior yang


terletak di pergelangan kaki bagian medial dan kaki
dalam posisi dorsofleksi; (+) jila terdapat nyeri atau
rasa kesemutan pada telapak kaki dalam watu 5-10
detik
• Dorsofleksi-eversion test  kaki berada pada posisi
dorsofleksi dan eversi sehingga terjadi pemanjanngan
pada sendi MTP, (+) apabila terasa nyeri pada bagian
tumit
• Pemeriksaan sensoris  hipestesia pada area nervus
plantar medial
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan EMG dan NCS


• Menunjukkan fungsi dari saraf tibialis posterior
bagian distal sampai ke otot abductor hallicus
Radiologi (plain x-rays, MRI)
• Untuk menilai abnormalitas dari tulang pada tarsal
tunnel
Tata laksana
• Konservatif  injeksi steroid ke dalam tarsal tunnel untuk
mengurangi nyeri; terapi fisik (mengurangi edema local)
• Operatif  dekompresi
• Terapi definitive pada kasus tarsal tunnel syndrome  dekompresi
97. Hernia nukelus pulposus
• laki-laki 50 tahun  nyeri menjalar dari pinggang sampai ke tungkai
bawah kanan sejak dua minggu yang lalu.
• Nyeri dirasakan lebih nyeri di bagian tungkai.
• Nyeri memberat dengan batuk, bersin, dan mengejan.
• Pasien mengatakan sulit untuk menggerakan punggung.
• pemeriksaan fisik didapatkan laseque test (+), bragard test (+),
penurunan reflex patella dan achiles, penurunan sensorik
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hernia nucleus pulposus

• HNP  Herniasi matriks nucleus pulposus melalui annulus fibrosus ke


dalam kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal
• Kebanyakan setinggi L4/L5 atau L5/S1
• Gejala  Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari pinggung hingga ke
tungkai bawah atau kaki (ischialgia); nyeri tungkai bawah lebih sakit
daripada nyeri punggung
Hernia nucleus pulposus
• Herniasi matriks nucleus pulposus melalui annulus fibrosus ke dalam
kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal
• Kebanyakan setinggi L4/L5 atau L5/S1
• Di cervical paling sering di C6/C7
Sebagian besar HNP pada L4-5-S1 ?
• Mempunyai tugas yang paling berat
• Mobilitas terutama fleksi ekstensi sangat tinggi
• Daerah L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamen longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus
• Herniasasi yang paling sering ke postero lateral
Faktor resiko
• Yang tidak dapat dirubah
 Umur : makin tua makin tinggi
 Jenis Kelamin : laki-laki > perempuan
 Riwayat cedera punggung
• Yg dapat dirubah
 Pekerjaan dan aktivitas
 Olah raga yang tidak teratur
 Merokok  nikotin dan racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus menyerap nutrisi
 Berat badan berlebihan
 Batuk lama dan berulang
HNP lumbal
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari pinggung hingga ke tungkai bawah atau kaki
(ischialgia); nyeri tungkai bawah lebih sakit daripada nyeri punggung
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (valsava maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda regangan radiks
• Straight leg raise (SLR=laseque test) (+) atau cressed SLR (+)  menandakan keterlibatan
radiks L5, S1
• Femoral stretch test  menandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motoric yang diikuti dengan penurunan reflex fisiologis
patella dan Achilles
• Perubahan sensorik (baal, kesemutan, rasa panas, rasa seperti
ditusuk-tusuk) sesuai dermatom
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi urin
• SLR (laseque) test  mencari ischialgia
• Bragard test  mempertajam laseque test; laseque dengan
dorsofleksi ankle
• Reverse straight leg raise (femoral stretch) test  pada posisi pasien pronasi,
lutut difleksikan lalu hip diekstensikan ke atas, menyebabkan nyeri pada punggung
bawah dan paha bagian depan. Bila (+)  radikulopati L2, L3, L4
HNP cervical

• Nyeri yang menjalar di area lengan pada


distribusi radiks, diperburuk dengan ekstensi
leher, rotasi ipsilateral, dan fleksi lateral
• Tanda dan gejala lesi LMN (kelemahan motoric,
penurunan reflex fisiologis bisep dan triseps)
atau hipestesia sesuai dengan dermatome
• Protusi discus cervical sentralis menyebabkan
mielopati dan radikulopati
• Lhermitte test (+)  menekan atau kompresi
kepala pasien untuk mendeteksi ada tidaknya
penekanan di foramen intervertebralis bagian
cervical
Pemeriksaan penunjang
• Neuroimaging
• Foto polos  untuk eksklusi diagnosis banding spt spondilosis, spondilolisthesis, fraktur,
keganasan, infeksi, degenerasi, penyempitan DIV (dapat melihat tulang, tapi tidak bisa
melihat herniasi diskus)
• CT scan  dapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan foto polos,
namun tidak bisa mengevaluasi radix saraf
• MRI  dapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif dibandingkan CT SCAN.
Paling disarankan untuk penegakan diagnosis herniated disc
• CT myelografi  jarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks saraf spinal
dan disarankan pada pasien herniated disc yang intolerasi atau memiliki kontraindikasi
terhadap MRI.
• Elektrodiagnosis
• NCS
• EMG
• Digunakan apabila temuan neuroimaging tidak konsisten dengan presentasi
klinis ps
• Dx tinggi pada radikulopati dengan kelemahan otot yang sudah ada minimal 3
minggu
• Pada radikulopati, NCS dan EMG dapat melokalikasikan radiks nervui spinal
yang bermasalah
CT myelogram
CT SCAN  MRI 
Foto polos
terdapat terdapat HNP
lumbosacral
spondylolysis pada IV disc
L2-L3 L4-L5
Tata laksana
Konservatif
• Analgesik golongan NSAID
• Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama, membungkuk, mengangkat barang)
• Fisioterapi, program olahraga
• Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
• Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radicular yang hebat di lumbal

Indikasi bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
• Hasil EMG  terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur  discectomy anterior servical atau laminectomy
Jawaban lainnya
• A. osteoporosis  kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun.
Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak, gejala :
nyeri punggung, tambah pendek
• B. spondylitis  embengkakan satu atau lebih vertebra, seperti pada
spondilitis ankilosa, bentuk inflamasi radang sendi pada tulang
belakang
• D. spondilosis  perubahan degeneratif pada tulang belakang seperti
taji tulang dan degenerasi diskus intervertebralis (bantalan antar
tulang belakang)
• E. spondilolisthesis  pergeseran ke depan atau ke belakang dari
badan vertebra dalam kaitannya dengan vertebra yang berdekatan
98. MRI
• laki-laki 50 tahun  nyeri menjalar dari pinggang sampai ke tungkai
bawah kanan sejak dua minggu yang lalu.
• Nyeri dirasakan lebih nyeri di bagian tungkai.
• Nyeri memberat dengan batuk, bersin, dan mengejan.
• Pasien mengatakan sulit untuk menggerakan punggung.
• pemeriksaan fisik didapatkan laseque test (+), bragard test (+),
penurunan reflex patella dan achiles, penurunan sensorik
• Pemeriksaan penunjang gold standar?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hernia nucleus pulposus

• HNP  Herniasi matriks nucleus pulposus melalui annulus fibrosus ke


dalam kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal
• Kebanyakan setinggi L4/L5 atau L5/S1
• Gejala  Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari pinggung hingga ke
tungkai bawah atau kaki (ischialgia); nyeri tungkai bawah lebih sakit
daripada nyeri punggung
Hernia nucleus pulposus
• Herniasi matriks nucleus pulposus melalui annulus fibrosus ke dalam
kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal
• Kebanyakan setinggi L4/L5 atau L5/S1
• Di cervical paling sering di C6/C7
Sebagian besar HNP pada L4-5-S1 ?
• Mempunyai tugas yang paling berat
• Mobilitas terutama fleksi ekstensi sangat tinggi
• Daerah L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamen longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus
• Herniasasi yang paling sering ke postero lateral
Faktor resiko
• Yang tidak dapat dirubah
 Umur : makin tua makin tinggi
 Jenis Kelamin : laki-laki > perempuan
 Riwayat cedera punggung
• Yg dapat dirubah
 Pekerjaan dan aktivitas
 Olah raga yang tidak teratur
 Merokok  nikotin dan racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus menyerap nutrisi
 Berat badan berlebihan
 Batuk lama dan berulang
HNP lumbal
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari pinggung hingga ke tungkai bawah atau kaki
(ischialgia); nyeri tungkai bawah lebih sakit daripada nyeri punggung
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (valsava maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda regangan radiks
• Straight leg raise (SLR=laseque test) (+) atau cressed SLR (+)  menandakan keterlibatan
radiks L5, S1
• Femoral stretch test  menandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motoric yang diikuti dengan penurunan reflex fisiologis
patella dan Achilles
• Perubahan sensorik (baal, kesemutan, rasa panas, rasa seperti
ditusuk-tusuk) sesuai dermatom
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi urin
• SLR (laseque) test  mencari ischialgia
• Bragard test  mempertajam laseque test; laseque dengan
dorsofleksi ankle
• Reverse straight leg raise (femoral stretch) test  pada posisi pasien pronasi,
lutut difleksikan lalu hip diekstensikan ke atas, menyebabkan nyeri pada punggung
bawah dan paha bagian depan. Bila (+)  radikulopati L2, L3, L4
HNP cervical

• Nyeri yang menjalar di area lengan pada


distribusi radiks, diperburuk dengan ekstensi
leher, rotasi ipsilateral, dan fleksi lateral
• Tanda dan gejala lesi LMN (kelemahan motoric,
penurunan reflex fisiologis bisep dan triseps)
atau hipestesia sesuai dengan dermatome
• Protusi discus cervical sentralis menyebabkan
mielopati dan radikulopati
• Lhermitte test (+)  menekan atau kompresi
kepala pasien untuk mendeteksi ada tidaknya
penekanan di foramen intervertebralis bagian
cervical
Pemeriksaan penunjang
• Neuroimaging
• Foto polos  untuk eksklusi diagnosis banding spt spondilosis, spondilolisthesis, fraktur,
keganasan, infeksi, degenerasi, penyempitan DIV (dapat melihat tulang, tapi tidak bisa
melihat herniasi diskus)
• CT scan  dapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan foto polos,
namun tidak bisa mengevaluasi radix saraf
• MRI  dapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif dibandingkan CT SCAN.
Paling disarankan untuk penegakan diagnosis herniated disc
• CT myelografi  jarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks saraf spinal
dan disarankan pada pasien herniated disc yang intolerasi atau memiliki kontraindikasi
terhadap MRI.
• Elektrodiagnosis
• NCS
• EMG
• Digunakan apabila temuan neuroimaging tidak konsisten dengan presentasi
klinis ps
• Dx tinggi pada radikulopati dengan kelemahan otot yang sudah ada minimal 3
minggu
• Pada radikulopati, NCS dan EMG dapat melokalikasikan radiks nervui spinal
yang bermasalah
CT myelogram
CT SCAN  MRI 
Foto polos
terdapat terdapat HNP
lumbosacral
spondylolysis pada IV disc
L2-L3 L4-L5
Tata laksana
Konservatif
• Analgesik golongan NSAID
• Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama, membungkuk, mengangkat barang)
• Fisioterapi, program olahraga
• Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
• Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radicular yang hebat di lumbal

Indikasi bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
• Hasil EMG  terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur  discectomy anterior servical atau laminectomy
• Pemeriksaan penunjang gold standar untuk kasus HNP  MRI
99. Perdarahan epidural
• laki-laki 18 tahun  nyeri kepala hebat sejak 1 jam yang lalu setelah KLL.
• Saat ini pasien juga merasakan mual dan mengantuk.
• Keluarga pasien mengatakan pasien sempat pingsan saat dibawa ke RS.
• Pemeriksaan tanda vital TD 100/60, nadi 115 kali permenit, RR 24 kali
permenit, suhu afebris.
• Pemeriksaan fisik didapatkan luka pada kepala region parietotemporal
kanan dengan krepitasi (+), lain-lain dalam batas normal.
• Setelah diperiksa pasien kembali tidak sadar, GCS 1-1-3
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  perdarahan epidural

• Perdarahan epidural  Perdarahan intracranial yang terjadi karena


fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara tabula interna kranii
dengan diramater
• Paling sering terjadi di daerah parietotemporal akibat robekan arteri
meningea media
Perdarahan epidural

• Perdarahan intracranial yang terjadi karena


fraktur tulang tengkorak dalam ruang
antara tabula interna kranii dengan
diramater
• Gejala sisa yang serius akibat cedera kepala
dan menyebabkan angka mortalitas sekitar
50%
• Paling sering terjadi di daerah
parietotemporal akibat robekan arteri
meningea media
etiologi
• Gangguan struktur duramater dan embuluh darah kepala karena
fraktur (trauma kapitis)
• Terjadi kerusakan struktur arteri dan mengalir ke dalam ruang antara
duramater dan tengkoran
Gambaran klinis

• Kesadaran menurun secara Gejala lain :


progresif  Penurunan kesadaran, sampai koma
• Bisa tampak memar di sekitar  Bingung
mata dan di belakang telinga  Penglihatan kabut
 Sesah bicara
• Sering tampak juga cairan yang
 Nyeri kepala hebat
keluar dari hidung dan telinga
 Mual
 Pusing
 Berkeringat
diagnosis

Foto polos kepala


• Tidak dapat mendiagnosa pasti epidural hematom
• Proyeksi AP, lateral  fraktur tulang yang memotong sulcus arteri meningea media

CT scan
• Menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedera intracranial lainnya
• Epidural  pada satu bagian saja (single) tapi bisa kedua sisi (bilateral), berbentuk
bikonveks, paling sering di daerah parietotemporal
• Densitas daerah yang homogeny (hiperdens), bertagas tegas, midline terdorong ke sisis
kontralateral
• Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematom
Epidural
hematoma
• MRI  menggambarkan
massa hiperintensitas
bikonveks yang menggeser
posisi duramater, berada di
antara tulang tengkorak dan
duramater; batas fraktur yang
terjadi
Tata laksana

Penanganan darurat
•Dekompresi dengan trepanasi
sederhana
•Kraniotomi untuk mengevakuasi
hematom
-terapi medikamentosa-
Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
• Usahakan jalan napas selalu bebas, bersihkan lender dan darah yang dapat
menghalangi aliran udara napas
• Bila perlu pada pipa oro/nasofaringeal dan pemberian oksigen
• Infus dipasang terutama untuk membula jalur intravena  NaCl 0,9% atau
dextrose in saline

Mengurangi edema otak


• Hiperventilasi
• Cairan hyperosmolar
• Kortikosteroid
• Barbiturat
--mengurangi edema otak--

Hiperventilasi Cairan hiperosmolar Kortikosteroid Barbiturat

• Untuk menurunkan paO2 • Manitol 10-15% per infus • Menstabilkan sawar • Untuk membius pasien 
darah  mencegah untuk menarik air dari darah otak metabolism otak dapat
vasodilatasi ruang intersel ke dalam • Dexametason 100mg ditekan serendah
• Suplai O2 yang terjaga ruang intravascular  bolus diikuti dengan 4dd mungkin  kebutuhan
dapat membantu dikeluarkan melalui 4mg oksigen menurun  otak
menekan metabolism diuresis • Metilprednisolon 6dd 15 relative lebih terlindung
anaerob  • Dosis cukup dalam waktu mg dari kemungkinan
mengurangikemungkinan singkat; 0,5 g/kgBB dalam kerusakan akibat hipoksia
• Triamsinolon 6dd 10mg
asidosis 10-30 menit • Dengan pengawasan ketat
• paO2 >100mmHg; paCO2
25-30 mmHg
-indikasi operasi-
• Volume hematom >30 ml
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah >5mm
• Fraktur tengkorak terbuka
• Fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman >1cm
• EDH dengan ketebalan >5mm dan pergeseran garis tengan dengan
GCS 8/<
• Tanda local dan peningkatan TIK >25 mmHg
komplikasi
• Edema serebri
• Kompresi batang otak
Jawaban lainnya
• A. perdarahan subdural  Perdarahan yang terjadi antara duramater dan
arachnoid, Biasanya sering di daerah frontal, parietal, dan temporal, Yang
mengalami perdarahan bridging vein, tampak hiperdensitas berbentuk
bulan sabit
• B. perdarahan subarachnoid  perdarahan yang terjadi di ruang
subarachnoid, tampak gambaran hiperdensitas yg mengikuti sulcus dan
gyrus cerebri
• D. perdarahan intraserebral  perdarahan yang terjadi di dalam parenkim
otak, lokasi bisa dimana saja, tampak hiperdensitas di parenkim otak
• E. perdarahan intraventrikuler  perdarahan yang terjadi di vantrikel otak,
tampak hiperdensitas di ventrikel cerebri
100. Hiperdensitas berbentuk bikonveks
• laki-laki 18 tahun  nyeri kepala hebat sejak 1 jam yang lalu setelah KLL.
• Saat ini pasien juga merasakan mual dan mengantuk.
• Keluarga pasien mengatakan pasien sempat pingsan saat dibawa ke RS.
• Pemeriksaan tanda vital TD 100/60, nadi 115 kali permenit, RR 24 kali
permenit, suhu afebris.
• Pemeriksaan fisik didapatkan luka pada kepala region parietotemporal
kanan dengan krepitasi (+), lain-lain dalam batas normal.
• Setelah diperiksa pasien kembali tidak sadar, GCS 1-1-3
• Hasil CT scan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  perdarahan epidural

• Perdarahan epidural  Perdarahan intracranial yang terjadi karena


fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara tabula interna kranii
dengan diramater
• Paling sering terjadi di daerah parietotemporal akibat robekan arteri
meningea media
Perdarahan epidural

• Perdarahan intracranial yang terjadi karena


fraktur tulang tengkorak dalam ruang
antara tabula interna kranii dengan
diramater
• Gejala sisa yang serius akibat cedera kepala
dan menyebabkan angka mortalitas sekitar
50%
• Paling sering terjadi di daerah
parietotemporal akibat robekan arteri
meningea media
etiologi
• Gangguan struktur duramater dan embuluh darah kepala karena
fraktur (trauma kapitis)
• Terjadi kerusakan struktur arteri dan mengalir ke dalam ruang antara
duramater dan tengkoran
Gambaran klinis

• Kesadaran menurun secara Gejala lain :


progresif  Penurunan kesadaran, sampai koma
• Bisa tampak memar di sekitar  Bingung
mata dan di belakang telinga  Penglihatan kabut
 Sesah bicara
• Sering tampak juga cairan yang
 Nyeri kepala hebat
keluar dari hidung dan telinga
 Mual
 Pusing
 Berkeringat
diagnosis

Foto polos kepala


• Tidak dapat mendiagnosa pasti epidural hematom
• Proyeksi AP, lateral  fraktur tulang yang memotong sulcus arteri meningea media

CT scan
• Menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedera intracranial lainnya
• Epidural  pada satu bagian saja (single) tapi bisa kedua sisi (bilateral), berbentuk
bikonveks, paling sering di daerah parietotemporal
• Densitas daerah yang homogeny (hiperdens), bertagas tegas, midline terdorong ke sisis
kontralateral
• Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematom
Epidural
hematoma
• MRI  menggambarkan
massa hiperintensitas
bikonveks yang menggeser
posisi duramater, berada di
antara tulang tengkorak dan
duramater; batas fraktur yang
terjadi
Tata laksana

Penanganan darurat
•Dekompresi dengan trepanasi
sederhana
•Kraniotomi untuk mengevakuasi
hematom
-terapi medikamentosa-
Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
• Usahakan jalan napas selalu bebas, bersihkan lender dan darah yang dapat
menghalangi aliran udara napas
• Bila perlu pada pipa oro/nasofaringeal dan pemberian oksigen
• Infus dipasang terutama untuk membula jalur intravena  NaCl 0,9% atau
dextrose in saline

Mengurangi edema otak


• Hiperventilasi
• Cairan hyperosmolar
• Kortikosteroid
• Barbiturat
--mengurangi edema otak--

Hiperventilasi Cairan hiperosmolar Kortikosteroid Barbiturat

• Untuk menurunkan paO2 • Manitol 10-15% per infus • Menstabilkan sawar • Untuk membius pasien 
darah  mencegah untuk menarik air dari darah otak metabolism otak dapat
vasodilatasi ruang intersel ke dalam • Dexametason 100mg ditekan serendah
• Suplai O2 yang terjaga ruang intravascular  bolus diikuti dengan 4dd mungkin  kebutuhan
dapat membantu dikeluarkan melalui 4mg oksigen menurun  otak
menekan metabolism diuresis • Metilprednisolon 6dd 15 relative lebih terlindung
anaerob  • Dosis cukup dalam waktu mg dari kemungkinan
mengurangikemungkinan singkat; 0,5 g/kgBB dalam kerusakan akibat hipoksia
• Triamsinolon 6dd 10mg
asidosis 10-30 menit • Dengan pengawasan ketat
• paO2 >100mmHg; paCO2
25-30 mmHg
-indikasi operasi-
• Volume hematom >30 ml
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah >5mm
• Fraktur tengkorak terbuka
• Fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman >1cm
• EDH dengan ketebalan >5mm dan pergeseran garis tengan dengan
GCS 8/<
• Tanda local dan peningkatan TIK >25 mmHg
komplikasi
• Edema serebri
• Kompresi batang otak
• Pada kasus epidural hematom, gambaran CT scan yang akan tampak
 hiperdensitas berbentuk bikonveks

Anda mungkin juga menyukai