1. Fraktur colles
• wanita 50 tahun lengan kiri tidak bisa digerakkan setelah jatuh
• nyeri dan terdapat deformitas
• rontgen foto antebrachii sinistra didapatkan adanya fraktur distal
radius dengan fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal
dan deformitas “dinner fork”
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami fraktur colles
• Riwayat sebelumnya
• Pemeriksaan dengan spekulum steril (hindari pemeriksaan digital)
• Cuci vagina
• Cairan terkumpul di fornik posterior
• Cairan bebas dari servik
• Pemeriksaan pH cairan (kertas nitrazin) – tidak spesifik
• Tes ferning - gambaran daun pakis
• USG-normal bila jumlah cairan cukup
Manajemen pada kehamilan aterm
Medikamentosa Operatif
• GnRH agonis • Miomektomi
• Histerektomi
Jawaban lainnya
• B. prolapse uteri melorotnya uterus dari tempatnya, terjadi apabila
otot dasar pelvik menjadi lemah atau rusak, dan tidak lagi dapat
menyangga organ pelvis
• C. hemoroid pembengkakan pembuluh darah di area rektum. Vena
hemoroid terletak di daerah terendah dari rektum dan anus. Kadang-
kadang vena tersebut membengkak sehingga dinding pembuluh
darah menjadi liat, tipis, dan sakit ketika terlewati feses
• D. torsi uteri terputarnya uterus
• E. kista bartolini kista yang terbentuk akibat sumbatan pada
duktus/kelenjar bartholini, dapat dilihat di bagian terluar vulva, lokasi
pada labia mayor, umumnya muncul pada usia reproduksi
8. Perbaiki his dengan oxytocin drip
• wanita 30 tahun inpartu kala I lama, kenceng-kenceng sering
sudah 12 jam, ketuban pecah sudah 2 jam yang lalu
• TB=150 cm, TD 120/80mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, T 36,7 0C
• TFU: 30 cm, presentasi kepala, punggung kiri, DJJ 120x/menit, his (+)
5 menit, durasi 15 detik.
• vaginal touche didapatkan pembukaan 7 cm, kulit ketuban (-), kepala
turun di hodge II +, ubun-ubun kecil kiri lintang, ukuran panggul
dalam batas normal
• Penanganan yang harus dilakukan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami partus lama oleh karena
inersia uteri sekunder
• Predisposisi
• primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Gejala
• Amenorea disertai mual muntah hebat
• Nafsu makan turun
• BB turun
• Nyeri epigastrium
• Lemas
• Rasa haus yang hebat
• Gangguan kesadaran
• Bisa sampai dehidrasi
Grade
• Tingkat 1, lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri epigastrium,
nadi↑,turgor kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah kering, mata cekung.
• Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata
sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria, aseton tercium dalam
hawa pernafasan.
• Tingkat 3,KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, TD lebih
turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia,
perubahan mental.Ikterik
Penanganan
• Edukasi tentang kehamilan
• Makan porsi kecil tapi sering
• Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit dengan
teh hangat.
• Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi glukosa
• Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
Penanganan
• Terkadang diperlukan terapi psikologik
• Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5% dalam NaCl
sebanyak 2-3 liter/24 jam
• Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
• Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
• Farmakologis antihistamin h2, piridoksin, antiemetic (ondancetron,
metochlopramid)
• Pada kasus hyperemesis gravidarum, tetapi tidak bisa makan dan
minum IV
Jawaban lainnya
• A. piridoksin PO tidak bisa makan dan minum
• B. domperidone PO tidak bisa makan dan minum
• D. dexamethasone IV tidak perlu kortikosteroid
• E. metochlopramide PO tidak bisa makan dan minum
10. Kehamilan ektopik terganggu
• wanita 22 tahun nyeri perut bagian bawah sejak 1 jam yang lalu
• timbul perdarahan dari jalan lahir merah segar
• Riwayat tidak haid selama 2 bulan (+)
• TD 90/60 mmHg, VT ditemukan nyeri goyang porsio (+). Hb 6 gr/dl
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami kehamilan ektopik
terganggu
Cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam cavum douglas
Teknik :
-penderita dalam posisi litotomi
-preparasi vulva dan vagina
-Pasang spekulum dan cerviks posterior dijepit dengan tenakulum, dengan traksi
ke depan fornik posterior bisa ditampilkan
- tusukan jarum no 18 ke dalam cavum douglas, dan dengan spuit dilakukan
aspirasi
- Bila pada aspirasi didapatkan darah : semprotkan pada kassa dan perhatikan :
apabila darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku
: darah vena, darah coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil-kecil KET
Terapi
• Mondok
• Resusitasi syok
• Operatif :
laparoskopi : diagnostik dan terapi, bila
kondisi stabil
Salpingektomi
Salpingostomi
• Medikamentosa, pada kehamilan ektopik yang belum terganggu :
metotreksat.
Jawaban lainnya
• A. mola hidatidosa kehamilan abnormal dimana uterus tidak berisi
fetus, melainkan massa trofoblastik dengan villi korionik yang
membengkak
• B. abortus inkomplit perdarahan sedang-banyak, nyeri peut
sedang-berat, lebih kecil dari usia kehamilan, OUI terbuka
• C. abortus komplit perdarahan sedikit, nyeri perut sedikit, lebih
kecil dari usia kehamilan, OUI tertutup
• E. abortus iminen perdarahan sedikit, nyeri perut sedang, sesuai
usia kehamilan, OUI tertutup
11. Ca cervix
• wanita 45 tahun sering keputihan
• keluar darah dari vagina setiap setelah berhubungan
• menikah pertama kali pada usia 16 tahun
• telah 3 kali menikah dan memiliki 7 orang anak
• TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, RR 20 kali/menit
• pemeriksaan inspekulo didapatkan keputihan, portio berdarah dan
mudah rupture
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami ca cervix
Jinak
• tidak berbahaya
• tetap pada daerah sumbernya,
TUMOR
tidak menyebar
Ganas
• berbahaya , dapat menjadi
kanker
• akan menyebar ke daerah
lain
Bagaimana terjadinya Kanker Serviks ?
Low risk type ( HPV 6 & 11 ) High risk type ( HPV 16 & 18)
(tidak menyebabkan kanker) Menyebabkan kanker serviks
Menyebakan anogenital warts
Anogenital : area kelamin (termasuk kulit penis, mulut
vagina & anus)
o Pap Smears
Regular Pap smears
untuk setiap wanita
seksual aktif berapapun
usianya.
Batas umur ????
Bagaimana mendiagnosisnya ?
http://www.cervicalscreening.gov.hk/hp_taking_sampling.jpg
http://www.ps21.gov.sg/papsmear.jpg
http://www.brooksidepress.org/Pap/c5320x_lg.jpg
Bagaimana mendiagnosisnya?
http://www.brooksidepress.org/milddysp1.jpg http://www.ykhoa.net/2.2.jpg
Surgery
Radiation Therapy
External Radiation
Chemotherapy
Jawaban lainnya
• A. endometriosis ditemukannya jaringan endometrium di luar
uterus yang menyebabkan reaksi inflamasi, lokasi tersering: GIT,
saluran kemih, jarungan lunak, diafragma
• B. cervicitis peradangan pada serviks, gejala : keputihan, nyeri
serviks, dyspareunia, perdarahan saar coitus
• D. vaginitis peradangan pada vagina, gejala : keputihan
• E. mioma uteri tumor jinak yang berasal dari jaringan otot polos
uterus, gejala : menoragia dan menstruasi memanjang, nyeri pelvis,
gejala pendesakan ruang (sering BAK, konstipasi), abortus spontan,
infertilitas
12. Atonia uteri
• wanita 36 tahun, P4A0 perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam
SMRS
• baru saja melahirkan anak ke empat di dukun, plasenta sudah keluar
utuh
• tampak lemah, anemis, perdarahan dihitung lebih dari 500 cc
• TD 80/palpasi, nadi 76x/mnt, napas 18x/mnt, pemeriksaan fisik
konjungtiva anemis,
• pemeriksaan obstetri TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi
lemah, pemeriksaan ginekologi tidak terdapat laserasi jalan lahir
• Penyebab perdarahan pada pasien?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami atonia uteri
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit •Tali pusat putus akibat traksi berlebihan Retensio plasenta
•Perdarahan segera (P3) •Inversio uteri akibat tarikan
•Uterus kontraksi baik •Perdarahan lanjutan
•Plasenta atau sebagian selaput (mengandung •Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap fundus tidak berkurang sebagian plasenta
•Perdarahan segera (kontraksi hilang-timbul)
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan
•A = airway
•B = breathing
•C = circulation
Penatalaksanaan
• SYOK
• Tanda dan gejala :
• Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
• Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg)
• Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin, gelisah, urin sedikit
• Prinsip dasar penanganan : tujuan utama menstabilkan kondisi pasien,
memperbaiki volume cairan sirkulasi darah, mengefisiensikan sistem sirkulasi
darah.
Penanganan awal :
• Minta bantuan, periksa seksama KU ibu & td vital
• ABC :
• Jaga jalan napas, berbaring miring kiri, beri O2 5-6 L/mnt
• Infus 2 buah dengan kanula jarum besar nomor 16
• sambil diambil contoh darah untuk cross darah
• Berikan paling sedikit 2000 cc cairan dalam 1 jam pertama.
• Setelah kehilangan cairan terkoreksi berikan infus rumatan 500-1000 cc per-6-8 jam
• Kateterisasi, ukur urin
• Pantau tanda-tanda vital tiap 5’ 15’ 30’ 1 jam
Penanganan khusus :
Kompresi bimanual
Kompresi aorta abdominalis
perdarahan (+)
Tampon uterus
Rujuk RS
Tetanus lokal
• Paling ringan
• Rasa kaku, kencang, nyeri otot di sekitar luka
• Bisa berkambang menjadi generalisata
Tetanus sefalik
• Biasa terjadi setelah ada luka pada kepala atau wajah
• Kelemahan dan paralisis otot-otot wajah
• Spasme otot wajah, spasme lidah, spasme tenggorokan
dysarthria, disfonia, disfagia
• Bisa berkembang menjadi generalisata
• Prognosis paling buruk
Klasifikasi ablett
Derajat I (ringan)
• Trismus ringan sampai sedang
• Kekakuan umum : kaku kuduk, opistotonus, perut papan
• Tidak dijumpai disfagia atau ringan
• Tidak dijumpai kejang
• Tidak dijumpai gangguan respirasi
Derajat II (sedang)
• Trismus sedang
• Kekakuan jelas
• Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
• Takipneu
• Disfagia ringan
Derajat III (berat)
• Trismus berat
• Otot spastis, kejang spontan
• Takipneu, takikardi
• Serangan apneu (apneic spell)
• Disfagia berat
• Aktivitas autonomy meningkat
180
DIAGNOSIS
Pasti : M. Tuberkulosis
Sulit : - Pengambilan sampel
- Jumlah Kuman Sedikit
Diagnosis kerja :
- klinis, radiologis (tidak spesifik)
- Tuberkulin
- Lab lain
181
Gejala dan tanda umum atau nonspesifik
tuberkulosis anak :
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi.
• Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).
• Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau ISNA), dapat disertai keringat malam.
• Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit dan biasanya
multipel.
• Batuk lama lebih dari 30 hari.
• Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
182
Gejala dan tanda spesifik sesuai organ yang terkena :
1. TB kulit / skrofuloderma
2. TB tulang dan sendi
- Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
- Tulang panggul (koksitis) : pincang
- Tulang lutut : pincang dan / bengkak
Dengan gejala pembengkakan sendi, gibbus, pincang, sulit membungkuk
3. TB otak dan saraf
- Meningitis : iritabel, kaku kuduk, muntah – muntah dan kesadaran menurun.
4. TB mata
- Conjunctivitis phlyctenularis
- Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
5. TB organ – organ lainnya
183
Foto Rontgen :
- Rontgen tidak khas kecuali Milier
“BP, KP belum dpt disingkirkan, proses spesifik masih mungkin” ??
184
Uji Tuberkulin
Positif
1. Infeksi TB alamiah
a. Infeksi TB tanpa sakit
b. Infeksi TB dan sakit TB
c. Pasca terapi TB
Negatif
1. Tidak ada infeksi TB
2. Masa inkubasi infeksi TB
3. Anergi
185
Petunjuk WHO untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
a. Dicurigai Tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan :
Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak baik dengan pengobatan untuk penyakit pernapasan
Pembesaran kelenjar superfisial yang tidak sakit
b. Mungkin Tuberkulosis
Anak yang dicurigai tuberkulosis ditambah :
Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis
Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT
186
Sistem Skoring Diagnosis TB Anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga BTA (+)
(BTA negatif atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin Negatif Positif (=10mm,
atau = 5 mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat BB/TB<90% atau Klinis gizi buruk atau
badan/keadaan BB/U<80% BB/TB <70% atau
gizi BB/U<60%
188
Tabel 1.Obat antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya
Nama obat Dosis harian Dosis maksimal Efek samping
(mg/Kg BB/hari) (mg per hari)
10 – 14 2 tablet 2 tablet
15 – 19 3 tablet 3 tablet
20 – 32 4 tablet 4 tablet
Catatan
• Bila BB > 33 Kg, dosis di sesuaikan dengan tabel 1 (perhatikan dosisi maksimal).
• Bila BB < 5 kg sebaiknya dirujuk ke RS.
• Obat Tidak Boleh diberikan setengah dosis tablet.
• Anak dengan BB antara 9 – 10 diberikan 1 tablet. 190
Evaluasi Terapi
Penting : Keadaan Klinis
191
• Pada kasus TB paru anak, regimen yang diberikan 2RHZ / 4RH
• Kontraindikasi ethambutol, dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, neuritis optic, buta warna pada anak
Jawaban lainnya
• A. rifampisin menurunkan efektivitas KB hormonal, menstruasi
ireguler, urin berwarna merah, purpura dan renjatan, defisiensi asam
folat, strong enzim inducer, hepatotoksik
• B. isoniazid neuropati perifer, anemia
• C. pyrazinamide paling hepatotoksik, meningkatkan kadar asam
urat, nyeri sendi
• E. streptomisin ototoksik, embriotoksik, nefrotoksik
18. Pungsi lumbal
• anak perempuan 5 tahun kejang sebanyak 2 kali
• Kejang terjadi selama 15 menit di mana tangan dan kaki anak
kelojotan dan mata mendelik ke atas, kemudian tidak sadarkan diri
hingga dibawa ke UGD
• anak mengalami batuk dan pilek selama 2 hari terakhir
• HR 120x/menit, RR 16x/menit, T 38,5⁰C
• Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya segara dilakukan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami kejang demam kompleks
Intermitten
• Kelainan neurologis berat, missal CP
• Berulang 4 kali atau lebih dalam 1 tahun
• Usia <6 bulan
• Kejang pada suhu <39 C
• Kejang demam sebelumnya suhu meningkat dengan cepat
Jangka panjang/rumatan
• KDK dengan kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang (paresis
Tod’s, CP, hidrosefalus); kejang lama >15 menit; kejang fokal
Profilaksis jangka panjang/rumatan
• Obat yang biasa digunakan :
• Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
• Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
• Fenitoin dan carbamazepine tidak efektif untuk pencegahan kejang
demam
• Kebutuhan :
• Anak/dewasa : 20 – 30 mg/hari
• Ibu hamil & menyusui (buteki) : + 20 mg
Jawaban lainnya
• A. beri-beri defisiensi tiamin (B1), gejala : polyneuritis, lelah, hilang
nafsu makan, BB turun, gangguan pencernaan, edema pada kaki
sampai badan
• B. impetigo infeksi kulit karena streptococcus atau stafilokokus,
gejala : ada krustosa atau bulosa
• C. kwashiorkor kekurangan protein, BB/TB > 70%, edema tungkai,
mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti jagung, mudah dicabut
dan rontok, cengeng, wajah sembab, rewel atau apatis, pembesaran
hepar
• D. pellagra defisiensi niasin, gejala : 3D, diare, dermatitis, dementia
20. Ceftriaxon
• laki-laki 2 tahun kejang kelojotan dari tangan dan kaki
• demam 2 hari. Kejang 2x dalam sehari selama 10 menit
• Ibu tidak memberikan obat penurun panas
• anak tidak sadarkan diri, nadi 145x/menit, pernafasan 30x/menit,
suhu 39⁰C
• Kaku kuduk (+), didapatkan PMN meningkat, none pandy (+)
• Terapi yang dapat diberikan untuk pasien ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami meningoenchepalitis
Meningitis Encephalitis
•Demam •Demam
•Nyeri kepala •Penurunan
•Kaku kuduk kesadaran
•Kejang
Meningitis
• Peradangan pada meninges
• Fungsi neuro intak tidak ada deficit neuro fokal
• Letargi
Encephalitis
• Peradangan pada parenkim otak
• Seringkali dengan peradangan meninges (meningoencephalitis)
dan medulla spinalis (encephalomyelitis)
• Berefek pada fungsi otak perubahan status mental, deficit
sensori/motoric, perubahan kepribadian, gangguan bicara/gerak
Pemeriksaan
• Meningeal sign
meningitis (+)
• Lumbal pungsi
menentukan
penyebab
Tata laksana
meningitis
Tata laksana encephalitis
• Asiklovir tata laksana empiric karena tingginya insidensi
encephalitis herpes simpleks
• Setelah penyebab diketahui, sesuai dg pathogen penyebab
• Pada kasus meningoenchepalitis > 3 bulan, antibiotik yang digunakan
cefotaxime atau ceftriaxone dan vancomycin
21. KEP tipe campuran
• laki-laki 2 tahun 5 bulan diare terus menerus sejak 10 hari yang
lalu
• malas makan dan apabila makan/minum pasien memuntahkannya
• PF: BB 7,1 kg, TB 60 cm, otot hipotrofi, jaringan lemak sub kutis -,
turgor kulit menurun, edem pada dorsum pedis +
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami KEP tipe campuran
Rambut masih
hitam
Atrofi otot,
Lemak sangat tipis/habis
Iga gambang, sangat kurus
Marasmus kwashiorkor
• berat badan/umur sangat rendah ( < 60 SD) sangat kurus
• edema
• berat badan/tinggi sangat rendah
• gejala lain campuran antara gejala marasmus dan gejala kwashiorkor
Faktor resiko
• Berat badan lahir rendah
• HIV
• Infeksi TB
• Pola asuh yang salah
Penyakit infeksi penyerta KEP
• Dermatosis
- hipo/hiperpigmentasi
- deskuamasi (kulit mengelupas)
- lesi ulserasi eksudatif/menyerupai luka bakar
- sering disertai infeksi sekunder
• Parasit cacing
• Diare
• Tuberkulosis
Penyakit gizi lain yang menyertai MEP
• Defisiensi vitamin A
• Defisiensi zat besi,folat dan B12
• Defisiensi vitamin B2
• Defisiensi seng/Zn
• Pada KEP berat selalu disertai kekurangan vitamin dan mineral
Pemeriksaan
• Tanda dehidrasi
• Tanda defisiensi vit A konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia
• LILA <11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
• Lab : GD, Hb, Hct, preparat apusan darah, urin rutin, feses
• Antropometri
• Foto toraks
• Uji tuberkulin
Penentuan MEP dengan antropometri
• KEP ringan BB/U 70%-80% WHO-NCHS
• KEP sedang BB/U 60%-70% WHO-NCHS
• KEP berat BB/U <60% WHO-NCHS
Pencegahan
• Mempertahankan status gizi anak
• Mengurangin resiko terjadinya infeksi
• Meminimalkan akibat penyakit infeksi
• Rehabilitasi penderita KEP yang masih dalam fase dini
Tata laksana
Jawaban lainnya
• A. diare akut pada kasus ini menjadi salah satu penyebab KEP nya
• B. KEP tipe marasmus tidak didapatkan edema pada tubuh
• C. malnutrisi akut BB/TB <80%
• E. anemia gizi anemia yang disebabkan oleh karena defisiensi zat
gizi tubuh
22. Metronidazole
• laki-laki 9 tahun BAB encer dan berdarah
• demam tidak terlalu tinggi
• hepar dan lien tidak ditemukan adanya pembesaran
• feses ditemukan adanya entamoeba histolitica
• Pengobatan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami amebiasis
• Gejala
• Mata merah
• Visus turun mendadak
• Injeksi silier
• Nyeri fotofobia
Jawaban lainnya
• B. ulkus kornea disebabkan oleh infeksi sebelumnya/keratitis,
penyakit sistemik, idiopatik; terdapatnya ulkus di kornea, gejala :
mirip gejala keratitis, tes fluorescein (+)
• C. endoftalmitis peradangan bola mata yang melibatkan vitreous
dan segmen anterior, dapat juga melibatkan koroid dan retina, gejala :
visus turun mendadak, nyeri, edema palpebral, konjungtiva
hiperemis, edema kornea, hipopion, vitritis
• D. uveitis anterior peradangan pada iris, gejala : nyeri, nrocos,
injeksi silier, flare, KP, hipopion, sinekia posterior
• E. konjungtivitis peradangan pada konjungtiva, gejala : mata
merah, nrocos, keluar kotoran, visus tetap
28. Kortikosteroid
• wanita 29 tahun mata kiri berair, merah, dan silau terkena cahaya
matahari
• Lima hari sebelumnya pasien mengaku matanya terkena bubuk
deterjen dan sudah dibilas dengan air bersih dan tidak pernah diberi
obat tetes mata
• mata berair, merah, dan penurunan penglihatan
• visus OS 20/40 tidak maju dengan pinhole, OD visus 20/20
• konjungitva hiperemis, berair, KP +, sinekia posterior, kornea sedikit
keruh dengan kedalaman COA dangkal, secret +
• Pengobatan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami uveitis anterior
• Gejala
• Mata merah
• Visus turun
• Fotofobia
• Tata laksana pada kasus uveitis anterior kortikosteroid
29. Otitis media efusi
• anak laki-laki 7 tahun telinga terasa penuh selama 1 minggu
• Selama 1 tahun ini, pasien sering bersin-bersin dan hidung meler
• pemeriksaan otoskopi di dapatkan secret yang kental pada cavum
timpani
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami otitis media efusi
• HEIMLICH MANUEVER
HEIMLICH MANUEVER
• Letakkan kepalan tangan di atas
pusar
• Berikan tekanan ke atas sebanyak
5x
HEIMLICH MANUEVER PADA BAYI
• Posisikan bayi telungkup di atas pangkuan
• Posisi kepala ke arah bawah
• Berikan 5x pukulan di punggung dengan telapak tangan
• Posisi bayi terlentang
• Berikan 5x dorongan pada tulang dada dengan menggunakan 2 ujung
jari
HEIMLICH MANUEVER PADA BAYI
• Sudah dilakukan pertolongan pertama untuk mencoba mengambil
dan tidak bisa BAWA KE IGD
31. Miringotomi
• anak laki-laki 4 tahun keluar cairan dari telinga kiri, cairan berwarna
bening kekuningan
• 3 hari yang lalu anak mengeluhkan nyeri di telinga kirinya disertai dengan
demam hingga 39OC dan anak sangat kesakitan
• Awalnya anak mengalami batuk dan nyeri tenggorokan sebelum telinganya
sakit
• Namun saat ini anak sudah tenang dan tidak lagi mengeluhkan telinga
nyeri, namun saat ini telinga mengeluarkan cairan bening kekuningan
• tindakan yang seharusnya dilakukan saat pasien mengalami nyeri hebat di
telinga dan demam tinggi serta cairan belum keluar dari telinga?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami otitis media akut stadium
perforasi
80 24
82 16
85 8
88 4
91 2
94 1
97 ½
100 ¼
Noise Induced Hearing Loss
• NIHL mengenai kedua telinga
• Tahap awal hanya dapat diketahui dengan tes pendengaran. Pekerja
yang terkena bisa tidak menyadarinya ( walaupun audiogram ada dip
di 4000Hz)
• Keluhan lain bisa menyertai yaitu mendenging (Tinnitus), recruitment,
vertigo
• Tahap berat timbul kesulitan menangkap pembicaraan dan terganggu
komunikasinya berpengaruh pada kehidupan sosialnya.
Pekerja berisiko :
Intensitas kebisingan tinggi dengan akitivitas menggunakan peralatan
kecepatan tinggi :
• Grinding
• Sawing
• Drilling
Biasanya pada tempat produksi :
• Metal
• Pengolahan perkayuan
• Konstruksi
Kerusakan organ :
Organ Corti ,
membrane, stereocilia,
haircell,
Subceluler organ ,
stria vascularis
sel rambut koklea normal Sel rambut koklea yang rusak
Source –dangerous level dBA SPL
Produces pain 140 – 150
Jet aircraft during takeoff (20
meters) 130
Rock concert
110
• manuver
• dix-hallpike
terapi
• komunikasi dan informasi
• penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yg berbahaya dan
prognosisnya baik serta hilang spontan
Antihipertensi
• apabila TDS > 180 mmHg atau • Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah
mean Arterial Pressure (MAP) > antihipertensi parenteral dengan dosis titrasi.
130 mmHg, tekanan darah Pilihan obat nicardipin atau diltiazem
diturunkan dengan menggunakan
antihipertensi intravena secara
continue dengan pemantauan • Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah
tekanan darah setiap 5 menit. 120 mmHg) dapat diberikan vasopressors,
dimana hal ini untuk melindungi jaringan
iskemik penumbra yang mungkin terjadi
• Penurunan tekanan darah akibat vasospasme.
hendaknya perlahan (maksimal
25% dalam 2 jam pertama pada
stroke hemoragik).
Tindakan operatif
• bell’s palsy Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Gejala mata tidak dapat menutup sebelah, tidak bisa angkat alis,
tidak bisa menggembungkan pipi, dll
Bell’s palsy
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Etiologi masih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi
HSV-1 & herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
• Kemungkinan infeksi HSV-1 dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia
nervus cranialis
• Sering ditemukan pada orang dewasa, dg DM, wanita hamil
Manifestasi klinis
Tata laksana
• Prognosis baik
• Terapi steroid (dalam 72 jam pasca onset) prednisone 1
mg/kgBB/hari atau 60mg/hari selama 6 hari diikuti tapering off 10
mg/hari, dengan durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antiviral asiklovir, valasiklovir
• Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg (varicella
zoster)
• Valasiklovir 3x1000 mg selama 7 hari
• Lindungi mata
• Lubrikasi ocular topical (artifisial air mata pada siang hari) dapat mencegah
corneal exposure
• Fisioterapi mempercepat perbaikan dan menurunkan sekuele
Jawaban lainnya
• A. stroke non hemoragik deficit neurologis yang disebabkan oleh adanya
sumbatan thrombus atau emboli di pembuluh darah otak, gejala : deficit
neurologis (hemiparesis), biasanya setelah bangun tidur pagi
• B. tics facialis kejang saraf muka. Gejalanya antara lain; gerakan otot
incolunter yang berupa kontraksi otot setempat, sejenak, namun berkali
• D. lagoftalmos kelainan di mata karena kelopak mata tidak dapat
menutup bola mata. Disebabkan oleh bola mata yang menonjol keluar,
kelumpuhan kelopak mata, kelopak mata ditarik jaringan parut
• E. spasme hemifacialis kedutan separuh wajah yang sifatnya periodik,
sehingga kadang-kadang kedutan ini berhenti. Kedutan biasanya terjadi
pada mata, pipi, dan bibir hingga leher yang tertarik tanpa bisa
dikendalikan
39. Prednisone
• wanita 28 tahun mata kiri tiba-tiba tidak dapat menutup dengan
rapat sejak 3 jam yang lalu
• tidak dapat menaikkan alis kirinya, tidak dapat menggembungkan
pipi, dan mulut mencong ke kanan
• sebelumnya berpergian jauh dengan menggunakan motor pada
malam hari
• Tata laksana?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami bell’s palsy
• bell’s palsy Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Gejala mata tidak dapat menutup sebelah, tidak bisa angkat alis,
tidak bisa menggembungkan pipi, dll
Bell’s palsy
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan
mempengaruhi LMN. Idiopathic facial paralysis
• Etiologi masih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi
HSV-1 & herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
• Kemungkinan infeksi HSV-1 dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia
nervus cranialis
• Sering ditemukan pada orang dewasa, dg DM, wanita hamil
Manifestasi klinis
Tata laksana
• Prognosis baik
• Terapi steroid (dalam 72 jam pasca onset) prednisone 1
mg/kgBB/hari atau 60mg/hari selama 6 hari diikuti tapering off 10
mg/hari, dengan durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antiviral asiklovir, valasiklovir
• Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg (varicella
zoster)
• Valasiklovir 3x1000 mg selama 7 hari
• Lindungi mata
• Lubrikasi ocular topical (artifisial air mata pada siang hari) dapat mencegah
corneal exposure
• Fisioterapi mempercepat perbaikan dan menurunkan sekuele
• Tata laksana yang tepat untuk kasus bell’s palsy prednisone
40. n. medianus
• wanita 42 tahun
• bekerja sebagai buruh cuci
• tangan kanannya terasa nyeri dan kesemutan terutama pada jari 1,
2, dan 3
• Nyeri bertambah berat apabila digunakan untuk mencuci dan
beraktivitas lainnya
• Sering kali nyeri hilang dengan tangan kanan dikibas-kibaskan
• pemeriksaan fisik didpaatkan tinel test (+)
• Letak kelainan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami CTS (carpal tunnel
syndrome)
• Tahap lanjut jari-jarinya menjadi kurang terampil ex: saat menyulam atau
memungut benda-benda kecil; atrofi otot-otot thenar dan otot lainnya yang
diinervasi oleh nervus medianus
Pemeriksaan fisik
Flick’s sign Thenar wasting Wrist extention test
Reaksi Anafilaktoid
Bila terjadi reaksi serupa tetapi tidak melalui
jalur interaksi antigen antibodi
Contoh : reaksi akibat radiografi kontras
Mekanisme & Pencetus Anafilaksis
Antibiotik Hormon
Analgetik Zat kontras
NSAID Venom & saliva
Zat warna Enzim
Zat pengawet Produk darah
Serum Anestesi lokal
Antibodi monoklonal Makanan
Sitokin Produk lateks
Reaksi Anafilaktik
1. Reaksi lokal
- Urtikaria & angioedema.
- Jarang menimbulkan kematian
2. Reaksi sistemik
- Melibatkan berbagai organ.
- Biasanya terjadi dalam 30 menit setelah paparan.
- Dapat fatal
Gejala Klinis Anafilaksis (1)
* Reaksi ringan dapat dibagi lagi, disertai atau tidak ada angiodema
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang
melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang
merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir-lidah-uvula), paling
sedikit satu dari gejala berikut :
• Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stridor, penurunan arus
puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
• Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ
(hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens)
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• 2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah
terpapar serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai
jam):
• Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-
kemerahan, edema pada bibir-lidah-uvula)
• Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stidor, penurunan APE,
hipoksemia)
• Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps,
pingsan, inkontinens)
• Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah)
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
• Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa
menit sampai jam)
• Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan
lebih dari 30% tekanan darah sistolik.
• Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih
dari 30% nilai basal pasi
Minta bantuan
Pasang infus
BILA HIPOTENSI
Akses i.v.tambahan (jarum 14G atau 16G pada orang dewasa) utk infus NaCl fisiologis.
NaCl fisiologis bolus atau infus 20 mL/kg diberikan secepatnya bila perlu dengan
tekanan
Penatalaksanaan anafilaksis
2. Bila respons tidak adekuat, keadaan mengancam kehidupan, atau memburuk:
Mulai dengan adrenalin sesuai dengan panduan/protocol rumah sakit
ATAU
Ulang adrenalin i.m setiap 3-5 menit
1-adrenergic 2-adrenergic
1-receptor 2-receptor
receptor receptor
Px Penunjang :
KOH Hifa panjang bersekat dan artospora
Px Penunjang :
KOH Hifa panjang bersekat dan artospora
• Herpes zoster infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
Varisela-zoster.
• Gejala Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi, Dapat
disertai demam, pusing, dan malaise, Setelah itu timbul gejala kulit
kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok
dengan dasar eritem dan edema
HERPES ZOSTER
• Herpes Zoster infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster.
• Jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien muda
dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada pasien
yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal.
Keluhan
• Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi
• Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema.
Faktor Risiko
1. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
2. Imunodefisiensi
MANIFESTASI
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf
spinal atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya
TERAPI
• Tata laksana yang tepat pada kasus herpes zoster anti virus
acyclovir
48. Ramsay hunt syndrome
• laki-laki 30 tahun nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu
• adanya mulut yang perot, tinnitus (+)
• pemeriksaan liang telinga ditemukan vesikel yang bergerombol
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami ramsay hunt syndrome
Eiologi :
• Ancylostoma braziliense
• Ancylostoma caninum
Cara penularan :
Kontak langsung dengan larva
Faktor Risiko :
• Jarang menggunakan alas kaki
• Sering berkontak dengan tanah atau pasir
Predileksi :
• Kaki, bokong, tangan, dan genital
MANIFESTASI KLINIS
• Saat masuknya, larva terasa gatal dan panas
• Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-kelok, kemerahan. Lesi
serpiginosa
• Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari
PEMERIKSAAN
Anamnesis :
• Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi
• Awalnya lesi berbentuk papul lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok
yang terus memanjang
• Ada riwayat kontak dengan tanah, pasir / jarang menggunakan alas kaki
Px fisik :
• Terdapat papul, kemudian lesi linier atau berkelok-kelok kemerahan
TATA LAKSANA
DRUG ADULT DOSE PEDIATRIC DOSE
Albendazole 400 mg per day PO for 3 to Children aged >2 years : 400 mg per
7 days day PO for 3 days.
This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age
Ivermectin 200 mcg/kg PO as a single Children over 15 kg weight : 200
dose mcg/kg PO as a single dose
Eiologi :
• Ancylostoma braziliense
• Ancylostoma caninum
Cara penularan :
Kontak langsung dengan larva
Faktor Risiko :
• Jarang menggunakan alas kaki
• Sering berkontak dengan tanah atau pasir
Predileksi :
• Kaki, bokong, tangan, dan genital
MANIFESTASI KLINIS
• Saat masuknya, larva terasa gatal dan panas
• Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-kelok, kemerahan. Lesi
serpiginosa
• Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari
PEMERIKSAAN
Anamnesis :
• Pasien mengeluh gatal dan panas pada tempat infeksi
• Awalnya lesi berbentuk papul lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok
yang terus memanjang
• Ada riwayat kontak dengan tanah, pasir / jarang menggunakan alas kaki
Px fisik :
• Terdapat papul, kemudian lesi linier atau berkelok-kelok kemerahan
TATA LAKSANA
DRUG ADULT DOSE PEDIATRIC DOSE
Albendazole 400 mg per day PO for 3 to Children aged >2 years : 400 mg per
7 days day PO for 3 days.
This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age
Ivermectin 200 mcg/kg PO as a single Children over 15 kg weight : 200
dose mcg/kg PO as a single dose
Sinonim :
Gudik
Budukan
Gatal agogo
Penularan :
• Kontak langsung kulit jabat tangan
• Kontak tidak langsung penggunaan alat tidur, pakaian,
handuk bersama
FAKTOR RISIKO
• Durasi gejala
>= 1 bulan
Gambaran klinis
• Gangguan
• Halusinasi
• Ilusi
• Halusinasi pencerapan tanpa adanya suatu rangsangan (objek)
yang jelas dari luar diri klien terhadap panca indera pada saat klien
dalam keadaan sadar atau bangun (kesan/pengalaman sensori yang
salah)
• Ada bermacam-macam visual, auditorik, olfatorik, gustatorik,
kinestetik (phantom limb), visceral, dll
• Ilusi pencerapan yang sungguh-sungguh terjadi dengan adanya
suatu rangsangan (objek) yang jelas/nyata dari luar diri klien pada
panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun,
karena adanya gangguan pada panca indera maka
interprestasi/penilaiannya yang salah terhadap rangsangan/objek
tersebut
Jawaban lainnya
• A. derealisasi perasaan aneh pada lingkungan, tidak sesuai dengan kenyataan
dan semuanya sebagai suatu mimpi
• B. depersonalisasi perasaan yang aneh/terasing terhadap dirinya sendiri, orang
lain atau lingkungan, dirinya sudah tidak seperti biasanya, bagian tubuhnya sudah
bukan miliknya lagi atau sudah di luar dirinya (out of body experience)
• C. ilusi auditorik pencerapan yang sungguh-sungguh terjadi dengan adanya
suatu rangsangan (objek) yang jelas/nyata dari luar diri klien pada panca indera
pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun, karena adanya gangguan pada
panca indera maka interprestasi/penilaiannya yang salah terhadap
rangsangan/objek tersebut, yang didapatkan lewat pendengaran
• E. sisip pikir ada pikiran orang lain yang disisipkan di dalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
58. Gangguan klaustrafobik
• wanita 30 tahun sesak bila naik lift
• disertai berdebar, dada terasa berat, lemas, tenggorokan teras
kering, gemetar, dan berkeringat dingin, seperti kehabisan oksigen
• adik pasien meninggal karena sesak 3 bulan yang lalu
• Sejak itu, pasien selalu merasa sesak bila berada di ruangan sempit
• Pemeriksaan fisik dalam batas normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami gangguan ansietas fobik
(jenis klaustrafobia)
• Kondisi lain yang berasal dari individu itu sendiri, seperti takut akan
adanya penyakit (nosofobia), dan takut perubahan bentuk badan
(dismorfofobia) dimasukkan dalam klasifikasi gangguan hipokondrik
AGORAFOBIA FOBIA SOSIAL FOBIA KHAS
• Kecemasan timbul ketika berada • Rasa takut yang berlebihan akan • Rasa takut yang kuat dan
di tempat atau situasi di mana dipermalukan atau melakukan persisten terhadap suatu objek
meyelamatkan diri sulit hal yang memalukan pada atau situasi, antara lain: hewan,
dilakukan (atau memalukan) berbagai situasi sosial, seperti bencana, ketinggian, penyakit,
atau tidak tersedia pertolongan bicara di depan umum, berkemih cedera, dan kematian.
pada saat terjadi serangan panik. di toilet umum, atau makan di • Acrophobia fear of heights
• • Agoraphobia fear of open places
Situasi tersebut mencakup berada tempat umum.
di luar rumah seorang diri, di • Ailurophobia fear of cats
keramaian, atau bepergian • Hydrophobia fear of water
dengan bus, kereta, atau mobil. • Claustrophobia fear of closed
spaces
•
Cynophobia fear of dogs
• Mysophobia fear of dirt and
germs
• Pyrophobia fear of fire
•
Xenophobia fear of strangers
Tata laksana
• Cognitive behavior therapy
• Insight oriented psychotherapy
• Hypnosis
• Family therapy
• Exposure therapy/desensitisasi
• Farmakoterapi
Jawaban lainnya
• B. gangguan depresi salah satu jenis gangguan jiwa dimana pasien
mengalami mod depresif, hilangnya minat atau rasa senang,
menurunnya atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan, sulit
atau banyak tidur, ada ide bunuh diri, dll
• C. gangguan cemas/ansietas gangguan cemas secara umum,
biasanya tidak terbatas pada situasis atau objek tertentu
• D. psikosis akut gejala mirip skizofrenia, waktu < 2 minggu
• E. gangguan waham hanya ada gejala waham yang menonjol,
sistematik, khas pribadi, menetap dalam waktu > 3 bulan, tidak ada
halusinasi
59. Gangguan obsesif kompulsif
• laki-laki 32 tahun sering kembali memeriksa pintu apakah pintu
sudah dikunci, padahal pintu sudah dikunci oleh pasien
• sejak 1 bulan yang lalu
• Pasien merasakan cemas
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami gangguan obsesif kompulsif
DUA
DUA KATA
KATA
KATA GORI SKOR.
GORI.
GORI ATAU
LEBIH
BINO CHI
K.S.
UJI. MIAL. SQUARE
Dua Variabel tidak berkaitan.
VARIABEL VARIABEL SATU.
DUA. NOMINAL. ORDINAL. INTERVAL.
2 KEL > 3 KEL KEL. SKOR SKOR DIST NORM
N 2 CHI MANN
FISHER
SQUARE
O KELOMPOK WHIT ANOVAR 1
M = / > DARI CHI FAKTOR.
KRUSK
I 3 KELOM SQUARE WALLIS
ANOVAR
O KELOMPOK. KENDALL’ S
TREND.
R
D
KEN
I SKOR.
DALL
SKOR
DISTRIBUSI PEARSON r.
NORMAL.
Dua Variabel berkaitan.
VARIABEL II VARIABEL I
2 KEL. 3 > KEL KEL. SCORE
I 2 t BERKAITAN
Mc. COECH SIGN WILCOX
T KELOM NEMAR RAN Q. TEST. -
ATAU
E POK ANOVAR.
R
V =>3
A ANOVAR
KELOM
L 2 FACTOR.
POK
O
R
KELOM PAGE’ ANOVAR
D
POK. sL
I
N
• Pada kasus akan membandingkan sebelum dan setelah perlakuan
uji T berpasangan
Jawaban lainnya
• A. uji chi square untuk variable dg skala kategorik
• B. uji T independen untuk variable dengan skala numeric dengan
data tidak berpasangan
• D. uji korelasi relative salah satu teknik analisis dalam statistik yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat
kuantitatif, Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena
adanya hubungan sebab akibat atau dapat pula terjadi karena
kebetulan saja
• E. uji ANOVA satu arah untuk lebih dari 2 kelompok dengan data
tidak berpasangan
62. Ratio odd
• studi observasional menguji tentang peningkatan kejadian tumor otak
dengan penggunakan telepon genggam/seluler. 30 orang penderita
glioblastoma multiformis dan 30 subjek sehat sebagai kelompok
pembanding dengan jenis kelamin dan umur yang sebanding antara
kedua kelompok
• Kedua kelompok tersebut kemudian diwawancarai tentang riwayat
penggunaan telepon seluler dan akan dilakukan pengukuran untuk
kejadian tumor otak
• Metode pengambilan resiko ?
• Metode pengambilan resiko ratio odd
Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)
• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up
• Studi Prevalensi
FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional
POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)
E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol
E+ Exposed
D+
E- Desease
E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit
.
Studi Kohort
D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)
(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional
Kriteria Studi potong-lintang Studi kasus-kontrol Studi kohor
Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)
Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu
Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu
Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal
Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”
Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
• Pada kasus merupakan studi case control, sehingga menggunakan
odd ratio
Jawaban lainnya
• B. resiko relative digunakan pada studi dengan cohort
• C. ratio prevalensi digunakan pada studi cross sectional
• D. koefisien kontingensi uji korelasi antara dua variabel yang
berskala data nominal. Fungsinya adalah untuk mengetahui asosiasi
atau relasi antara dua perangkat atribut
• E. population abilitable risk mengukur kejadian penyakit pada
populasi beresiko
63. Case control
• Di suatu daerah dilakukan suatu penelitian analitik mengenai hubungan
antara Diabetes Mellitus pada remaja dengan perilaku pemberian
makanan
• Variabel penelitian pada penelitian ini adalah remaja yang menderita DM
(Juvenille diabetes mellitus), perilaku ibu dalam memberikan makanan,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga serta informasi mengenai komposisi
gula dalam makanan
• Kemudian dilakukan identifikasi kasus berdasarkan standar kadar gula
dalam darah dan kontrol pada penelitian ini adalah remaja yang tidak
menderita DM
• Selanjutnya dilakukan pengukuran secara retrospektif dengan metode
recall terhadap kasus dan kontrol
• desain penelitian yang digunakan pada penelitian ?
• Desain penelitian case control
Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)
• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up
• Studi Prevalensi
FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional
POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)
E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol
E+ Exposed
D+
E- Desease
E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit
.
Studi Kohort
D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)
(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional
Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)
Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu
Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu
Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal
Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”
Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
Jawaban lainnya
• A. cross sectional studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,
maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,
penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari
suatu populasi pada suatu saat
• B. cohort studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit
• D. randomize control trial salah satu jenis penelitian dengan mengacak random
untuk sampel dan perlakuan kepada sampel
• E. experimental penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti
64. Cross sectional
• Di suatu daerah tertentu, seorang dokter Puskesmas ingin membuat
penelitian tentang petugas KB dan cakupan KB terhadap dua
kelurahan A dan B namun tidak ada hubungan antara keduanya
• Dokter ingin menanyakan ke petugas dan para ibu terkait dengan KB
• desain penelitian yang paling sesuai?
• Desain penelitian cross sectional
Cohort
(prospective)
Rancangan Cross Sectional
• Suatu Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko (penyebab) dan efek
(penyakit) dengan pendekatan transversal (sesaat)
• Pendekatan transversal ; variabel penelitian (FR dan Efek) diobservasi dalam waktu yang sama
tanpa follow up
• Studi Prevalensi
FR Eksternal FR Internal
F. Risiko : Faktor/ kondisi yang dapat memperberat atau mempermudah
timbulnya Penyakit.
Langkah Operasional Cross Sectional
POPULASI
SAMPEL
F.RISIKO (+) F.RISIKO (-)
E+D-
E+ = terpapar
E-D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
D- = tak berpenyakit
Studi Kasus Kontrol
E+ Exposed
D+
E- Desease
E+ = terpapar
E+
D- E- = tak terpapar
D+ = berpenyakit
E- D- = tak berpenyakit
.
Studi Kohort
D+
E+
D-
E+ = terpapar
E- = tak terpapar
D+ D+ = berpenyakit
E-
D- = tak berpenyakit
D-
Studi Eksperimental
T+
Sampel (Variabel hasil
terukur dalam skala
T-
kontinu)
(a)
D-
T+
Sampel D+ (Variabel hasil
terukur dalam skala
D-
T- dikotomi)
(b) D+
T+= mendapat intervensi D+= berpenyakit
T- = tidak mendapat intervensi D- = tidak berpenyakit
.
Perbandingan Tiga Desain Studi Observasional
Desain pencuplikan Sampel random atau sampel Sampel terpisah untuk Sampel terpisah untuk terpapar dan
(sampling design) terpisah kasus dan kontrol tak terpapar (fixed-exposure
(fixed-disease sampling)
sampling)
Arah pengusutan Non-directional, satu titik Retrospektif Prospektif / followup selama periode
waktu waktu tertentu
Kronologi pengumpulan Data historis maupun data Data historis maupun data Data historis maupun data sewaktu
data sewaktu sewaktu
Tingkat kausalitas Hubungan (asosiasi) antara Faktor kausal awal Faktor kausal dengan bukti
penyakit dan faktor risiko sekuensi temporal
Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai Odds sebagai pengganti Insidensi (R), Incidence Rate (IR)
pengganti “risiko” “risiko”
Perbandingan risiko Prevalence (Rate) Ratio, Odds Ratio RR, IRR, Odds Ratio
(relatif) Prevalence Odds Ratio
Jawaban lainnya
• A. case control studi analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan
menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih
dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko)
• B. cohort studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit
• D. clinical trial suatu penelitian eksperimental yang dilakukan di klinik, artinya
si peneliti menentukan kelompok mana yang mendapat perlakuan yang diujikan
dan kelompok mana yang mendapat plasebo atau perlakuan pembanding, dan
kemudian si peneliti melakukan analisis terhadap hasil intervensi tersebut
• E. descriptive penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang
65. Skala ordinal
• Seorang dokter akan melakukan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kasus kontrol berjudul “Hubungan antara Kadar
HbA1C dengan Retinopati Diabetika pada penderita DM tipe II”
• Populasi target adalah penderita diabetes mellitus (DM), sedangkan
populasi terjangkau adalah penderita DM tipe II
• Variabel kadar HbA1c dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kurang dari
normal, normal dan lebih dari normal
• skala yang paling tepat untuk variabel tersebut?
• skala yang paling tepat untuk variable skala ordinal
Tata laksana
• Rehidrasi
• Insulin
• Koreksi kalium
Jawaban lainnya
• A. stroke iskemik deficit neurologis yang menetap dikarenakan adanya
sumbatan di pembuluh darah otak karena thrombus ataupun emboli,
gejala : hemiparesis, deficit neurologis lainnya
• B. stroke hemoragik deficit neurologis yang menetap dikarenakan
pecahnya pembuluh darah otak, gejala : nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran, tanda peningkatan TIK
• C. KAD alah satu komplikasi dari DM, dimana kadar gula darah tinggi
menjadi keton dan menjadikan asidosis metabolic, Gejala: dehidrasi, syok,
napas cepat dan dalam, gangguan kesadaran
• E. koma hipoglikemia komplikasi akut dari DM, dimana kadar gula
terlalu rendah (< 60), gejala : lapar, keringat dingin, mual, sampai
penurunan kesadaran
69. Gout
• laki-laki 34 tahun nyeri di ibu jari kaki kanannya sejak 2 hari yang
lalu
• Nyeri dirasakan semakin memberat
• ibu jari kaki kanannya bengkak
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya tofus di ibu jari kanannya,
merah, bengkak, dan teraba hangat
• asam urat 9,7 mg/dl
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami gout
Kontraindikasi
terhadap NSAID?
yes No
Respon tdk
mencukupi
kolkisin
Jumlah sendi yg
Respon tdk terlibat
mencukupi
1 >1
Kontraindikasi
terhadap NSAID?
yes No
Respon tdk
mencukupi
kolkisin
Jumlah sendi yg
Respon tdk terlibat
mencukupi
1 >1
• Genu varus Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang
menyebabkan kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara
usia 12 dan 18 bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
Genu Varum
• Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang menyebabkan
kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara usia 12 dan 18
bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
-penyebab-
• Pembentukan Lutut biasanya disebabkan oleh:
• Penyakit Blount (masalah pengembangan lempeng pertumbuhan pada aspek
lutut bagian dalam)
• Infeksi atau cedera sebelumnya
• Rakhitis
• Kondisi ini dapat berkembang secara spontan pada remaja dengan
berat tubuh berlebihan, yang sebelumnya memiliki kaki lurus.
-gejala-
• Celah yang tampak nyata di antara lutut ketika sedang berdiri dengan merapatkan
kedua kaki
• Biasanya tidak terasa nyeri.
• Kelak, cacat bentuk semakin memburuk jika tidak dirawat
Genu Valgum
• istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau bentuk
kaki seperti huruf X.
• Bentuk kaki X ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian
bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh,
sementara pergelangan kaki terpisah.
• Pola berjalan pada penderita ini adalah dengan melangkah tanpa
menapakkan bagian tungkai kaki secara sempurna pada bidang
pijakan (lantai).
• Tak hanya mekanisme gaya dan pola berjalannya saja yang terganggu,
ciri fisiknya juga tampak cacat dan adanya rasa sakit pada bagian lutut
anterior dan medial.
-penyebab-
• Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti katak. Jika berlangsung lama,
kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
• Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk dengan posisi kaki membentuk
huruf W.
• Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping, kaki
anak dibiarkan melingkari tubuh ibu (yang menggendong) dan membentuk sudut
90 derajat.
• Memakaian popok sekali pakai dengan cara dan pada saat yang tidak tepat,
misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar berjalan. Hal ini membuat
anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
• Memakaian babywalker. Anak yang belum cukup kuat menopang berat tubuhnya
akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga seluruh berat tubuhnya.
Akibatnya tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang terlatih, sehingga terjadi
ketidakseimbangan kekuatan otot.
-gejala klinis-
• Faktor resiko :
• Usia, BB, jenis pekerjaan, gizi buruk, hygiene buruk
• Penyakit penyerta yg menimbulkan kerusakan pembuluh darah
Ulkus Tropikum
• Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada tungkai
bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak kurang gizi di
daerah tropis
Ulkus Varikosum
• Ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah vena
-penyebab-
-gejala klinis-
Ulkus Arteriosum
• Ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran darah arteri
-penyebab-
-gejala klinis-
Ulkus Neurotrofik
• Ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma pada kulit yang
anestetik
• Misal :
• DM
• Kusta
• Trauma berulang
-gejala klinis-
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Urinalisa
• Kadar gula darah dan kolesterol
• Biakan kuman
Tata Laksana
• Non medikamentosa
• Perbaiki keadaan gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi, serta
vitamin, dan mineral
• Hindari suhu yang dingin
• Hindari rokok
• Menjaga berat badan
• Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan
• Medikamentosa
• Sesuai dengan tipe ulkus
• Ulkus varikosum meninggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan
aliran pada vena, sementara varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi elastin agar
dapat membantu kerja otot tungkai bawah memompa darah ke jantung
• Ulkus arteriosum pengobatan untuk penyebabnya dilakukan konsul ke bedah
Jawaban lainnya
• A. ulkus varikosum Ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah vena, gejala : edema, bengkak pada kaki
yang meningkat saat berdiri, kaki gatal, pegal, rasa terbakar tidak
nyeri, berdenyut
• B. ulkus arteriosum Ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran
darah arteri, gejala : eritem, nyeri, bagian tengah berwarna kebiruan,
ulkus yg dalam, berbentuk pion, dll
• C. ulkus neurotrofik Ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma
pada kulit yang anestetik, terjadi pada tempat yang kuat menerima
tekanan
• E. ulkus diabetikum luka yang terjadi akibat komplikasi DM
85. Poliomielitis
• anak perempuan 5 tahun kaki kanannya tidak dapat digerakkan
sejak 4 hari yang lalu.
• Sebelumnya anak demam sekitar 1 minggu yang lalu.
• Pemeriksaan fisik didapatkan paralisis flaccid kaki kanan, tidak ada
deficit sensori maupun hilangnya sensasi propiosepsi, hyperesthesia
pada kaki kanan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami poliomyelitis
• Asimptomatik 90-95%
• Gejala minor 4-8 % infeksi saluran
napas atas, gangguan gastro, flu-like
• Meningitis aseptic non paralitik 1-2 %
• Poliomyelitis paralitik 0,1-0,5 %
diagnosis
• Paralisis flaccid (LMN), asimetris
• Progresi yang cepat dari paralisis (1-2 hari)
• Tidak ada deficit sensorik atau hilangnya sensasi propiosepsi
• Kontrol otonom dan volunteer dari bladder dan usus tidak terganggu
• Biasanya ada riwayat demam
• Hiperesthesia atau paresthesia pada ekstremitas dan nyeri otot
umum ditemukan
• Terkadang ada nyeri tekan otot
Tata laksana
• NO CURE
• Pengobatan suportif : mengurangi gejala (analgesic), mencegah
komplikasi dg latihan dan nutrisi
Jawaban lainnya
• A. guilain barre syndrome Polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut,
gejala : Dimulai dari rasa baal, paresthesia pada bagian distal dan diikuti
secara cepat oleh paralisis keempat ekstreitas yang bersifat ascenden
• B. miastenia gravis suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot
dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun, gejala : kelemahan otot spesifik
• D. rhakitis pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau
gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium,
berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk
• E. genu varum Kelainan Kaki O yaitu, kurvatur bagian luar lutut yang
menyebabkan kaki 'bengkok'. Penampilannya paling nyata di antara usia 12
dan 18 bulan. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua lutut
86. Rabies
• wanita 35 tahun nyeri pada leher seperti tercekik
• demam yang cukup tinggi, menjadi banyak mengeluarkan liur, dan
takut untuk mandi
• sebelumnya digigit hewan
• TD 100/60, nadi 110 kali permenit, RR 24 kali permenit, suhu 39 C
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya luka gigitan di tangan,
hipersalivasi, hidrofobia
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami rabies
• Segera cuci luka gigitan dg • Human RIG (homolog) • Purified Vero Rabies
sabun+air mengalir atau air 20 IU/kg Vaccine
saja selama 15 menit • Equine RIG (heterolog • 0,5mg/kali, IM (deltoid,
• Debridemen dan desinfeksi 40 IU/kg aterolateral paha u/ <2th)
luka dg detergen, alcohol • Infiltrasikan di sekitar luka • 5 dosis hari 0,3,7,14,28
70%, povidon iodin sebanyak2nya, sisanya IM (WHO)
• Antibiotik (jauh dr lokasi injeksi • 2-1-1 hari 0,7,21
• Profilaksis tetanus vaksin) • Hari 0 2 dosis (deltoid kaki)
• Bila RIG tidak ada,
pemberiannya dpt ditunda
maks 7 hari stlah VAR yg
pertama
Jawaban lainnya
• A. serangan panic munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-
tiba. Kondisi yang juga disebut dengan serangankegelisahan ini ditandai dengan
detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot
menjadi tegang, atau gemetar
• B. gangguan cemas menyeluruh kecemasan yang berlebihan dan tidak normal
dalam waktu lama, sumber kecemasan itu juga terkadang tidak diketahui pastinya
• C. poliomyelitis Infeksi virus akut, Terjadi desktruksi neuron motoric yang
disebabkan oleh poliovirus (human enteric), Menyebabkan paralisis yang
progresif, hiporefleks
• E. guillane barre syndrome Polineuropati yang bersifat ascending dan akut
yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut, gejala : Dimulai
dari rasa baal, paresthesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh
paralisis keempat ekstreitas yang bersifat ascenden
87. CD4
• Seorang laki-laki 40 tahun diare terus menerus sejak 1 bulan yang
lalu
• pasien sudah mengonsumsi obat, namun tidak ada perbaikan
• penurunan berat badan yang cukup besar dan demam sumer-sumer
• pemeriksaan fisik ditemukan kandidiasis oral
• Pemeriksaan apakah yang diperlukan sebelumnya untuk memulai
terapi?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami HIV/AIDS
Fase akut
• Flu-like syndrome (2-1 minggu pasca pajanan)
Fase kronis / fase laten
•Virus hidup dan bereplikasi secara lambat
•Tidak ada gejala
AIDS
•Semua pasien terinfeksi HIV dg CD4 <200
cells/mm3 (atau presentase CD4 <14%)
Pemeriksaan penunjang HIV
Deteksi
Viral load CD4 Kultur virus
antibody HIV
• Rapid test, • Deteksi viral • Untuk • Mahal, lama
ELISA, replication menentukan • Sulit
western blot rate (PCR) dimulainya terdeteksi
• Pilihan • Bisa dipakai terapi (CD4 untuk yang
utama untuk <350) viral load
(WHO) u/ skrining rendah
screening : newborn
rapid test
Terapi
ARV
Anjuran ARV lini pertama
• 2 NRTI +
1 NNRTI
• Pemeriksaan yang digunakan sebagai standar untuk memulai terapi
pada kasus HIV/AIDS pemeriksaan CD4
88. Meniere’s disease
• wanita 54 tahun pusing berputar sejak 3 hari yang lalu
• penurunan pendengaran dan telinga berdenging
• Pemeriksaan fisik didapatkan Romberg test (+), dan penurunan
pendengaran di telinga kiri
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami Meniere’s disease
• Etiologi: Unknown
• Patogenesis:
• Terjadi perubahan tekanan dan volum pada endolimpe di labirintis
mempengaruhi telinga dlam tekanan tinggi saculla dan urikula
bergerak berlebihan timbul sensasi berputar
Manifestasi klinis
• Trias Menier Disease:
• Tinitus/perasaan adanya tekanan pada telinga
• Vertigo
• Gangguan pendengaran (biasanya unilateral)
• Gejala lain:
• biasanya terjadi pada usia 20-60 tahun
• serangan biasanya 20- beberapa jam termaksud vertigo, dan bisa disertai
mual atau muntah
• 15-50% gangguan pendengaran menjadi bilateral
Tata laksana
• Betahistine : 24mg x 2
• Diuretic
• Antiemetic
• Mengurangi konsumsi garam
• Labyrinthectomy
• Pencegahan :
• diuretic (HCT)
• steroid
Jawaban lainnya
• A. BPPV gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik
serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan
dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
• C. vertigo sentral Sensasi yang salah terhadap pergerakan
diri/lingkungan. Yang menyebabkan timbulnya perasaan berputar
atau seperti mengeliling, penyebab di sentral (otak)
• D. presbiakusis kehilangan pendengaran yang terjadi perlahan-
lahan seiring bertambahnya usia
• E. otitis media infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah,
gejala : nyeri telinga, penurunan pendengaran, telinga berdenging
89. Epilepsi
• anak laki-laki 10 tahun kejang 30 menit yang lalu
• Kejang disebutkan kelojotan, tangan dan kaki bergerak semua, mata
mendelik ke atas.
• Kejang selama 5 menit, sebanyak 2 kali hari ini.
• Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya dan diberi obat tetapi
tidak diminum rutin.
• Sebelum kejang pasien bermain dengan tetangganya.
• Pemeriksaan EEG didapatkan gelombang spike
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami epilepsy
• kriptogenik
• dianggap simptomatik tetapi penyebabnya belum diketaui, termasuk sindroma West, sidroma Lennox-
Gastaut, dan epilepsi mioklonik
• simptomatik
• bangkitan epilepsi disebabkan kelainan/lesi struktural pada otak, misalnya
cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan
neurodegeneratif
klasifikasi
Jenis epilepsi yg paling sering dijumpai:
1. Petit mal/ absence
antara beberapa detik – 30 detik
2. Grand mal/tonik- klonik
Lama serangan 1 – 2 menit
3. Status epileptikus
Serangan lebih dari 30 menit,cepat tanpa diselingi keadaan sadar.
klinis
• kejang berulang tanpa demam
pemeriksaan
• EEG : spikes and wave
• CT-Scan
• MRI
tata laksana
• bila ps terdiagnosis sebagai epilepsi, untuk penanganan awal ps harus
ditrujuk ke dokter spesialis saraf
• Etiologi: Unknown
• Patogenesis:
• Terjadi perubahan tekanan dan volum pada endolimpe di labirintis
mempengaruhi telinga dlam tekanan tinggi saculla dan urikula
bergerak berlebihan timbul sensasi berputar
Manifestasi klinis
• Trias Menier Disease:
• Tinitus/perasaan adanya tekanan pada telinga
• Vertigo
• Gangguan pendengaran (biasanya unilateral)
• Gejala lain:
• biasanya terjadi pada usia 20-60 tahun
• serangan biasanya 20- beberapa jam termaksud vertigo, dan bisa disertai
mual atau muntah
• 15-50% gangguan pendengaran menjadi bilateral
Tata laksana
• Betahistine : 24mg x 2
• Diuretic
• Antiemetic
• Mengurangi konsumsi garam
• Labyrinthectomy
• Pencegahan :
• diuretic (HCT)
• steroid
• Prinsip terapi pada kasus Meniere’s disease diuretic untuk
mengurangi cairan endolimfe di telinga dalam
91. Status epileptikus
• anak laki-laki 10 tahun kejang 45 menit yang lalu.
• Kejang disebutkan kelojotan, tangan dan kaki bergerak semua, mata
mendelik ke atas.
• Kejang selama 45 menit, sebanyak 2 kali hari ini, yang pertama selama 15
menit.
• Di antara kedua kejang pasien tidak sadar.
• Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya dan diberi obat tetapi tidak
diminum rutin.
• Sebelum kejang pasien bermain dengan tetangganya.
• Pemeriksaan EEG didapatkan gelombang spike
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami status epileptikus
• Gejala tambahan
• Kesulitan untuk mulai BAK
• Inkontinensia urin dan alvi
• Konstipasi
• Kesulitas menelan dan bernapas
• Perasaan tidak dapat menaril napas dalam
• Penglihatan kabur (blurred vision)
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan neurologis kelemahan otot yang bersifat difus dan
paralisis
• Refleks tendon akan menurun atau bahkan menghilang
• Batuk yang lemah dan aspirasi mengindikasikan kelemahan otot
intercostal
• Tanda rangsang meningeal kernig dan kaku kuduk mungkin
ditemukan
• Refleks patologis (-)
Pemeriksaan penunjang
LCS EMG MRI
• Kenaikan kadar protein • Pada awal penyakit dbn • Hasil bermakna jika
(1-1,5 g/dl) tanpa diikuti • Minggu pertama dilakukan pada hari ke 13
kenaikan jumlah sel keterlambatan atau setelah timbul gejala
(disosiasi albumin bahkan blok dalam gambaran cauda equine
sitologis) penghantaran impuls, yang bertambah besar
• 48 jam pertama normal gelombang F yang (95% kasus)
• Kenaikan protein terjadi memanjang dan latensi
minggi pertama atau distal yang memanjang
kedua • Minggu kedua
• Jumlah sel MN <10/mmk penurunan potensial aksi
dari beberapa otot, dan
menurunnya kecepatan
keonduksi saraf motorik
• Pemeriksaan serum CK biasanya normal atau
meningkat sedikit
• Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada
stadium awal, pada stadium lanjut terlihat adanya
denervation atrophy
Kriteria diagnostic
• Menurut The National Institute of Neurological and
Communicative Disorders and Stroke (NINCDS)
• Gejala utama :
• Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih
ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataksia
• Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
• Gejala tambahan :
• Progresifitas : kelemahan motoric berlangsung cepat, maksimal dalam
4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3
minggu, dan 90% dalam 4 minggu
• Relatif simetris
• Gejala gangguan sensibilitas ringan
• Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral, saraf
yang lain yg mempersarafi lidah dan otot menelan, kadang <5% kasus
neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
• Pemulihan : dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat
memanjang sampai beberapa bulan
• Disfungsi otonom : takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi,
dan gejala vasomotor
• Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
•Pemeriksaan LCS peningkatan protein, sel MN
< 10/microliter
• Idiopathic
• Penicillamine
• Antibodi Ach-R ditemukan 90% pada pasien dengan MG sekunder
terhadap paparan penicillamine
Drugs
• Obat :
• Antibiotics
(Aminoglycosides, • Procainamide
ciprofloxacin, ampicillin, • Verapamil
erythromycin) • Quinidine
• B-blocker (propranolol) • Chloroquine
• Lithium • Prednisone
• Magnesium • Timolol
• Anticholinergics
patofisiologi
• Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)
• menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari neuromuscular junction
• akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di presinaps motoris dari otot lurik
•
• Kelemahan otot
Gambaran klinis
• Kelemahan pada otot wajah
• Kelemahan pada kelopak mata
• Kelemahan pada otot mata, sehingga terjadi penglihatan ganda
• Kelemahan pada lengan dan tungkai
• Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olahraga
• Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan
• Idiopathic
• Penicillamine
• Antibodi Ach-R ditemukan 90% pada pasien dengan MG sekunder
terhadap paparan penicillamine
Drugs
• Obat :
• Antibiotics
(Aminoglycosides, • Procainamide
ciprofloxacin, ampicillin, • Verapamil
erythromycin) • Quinidine
• B-blocker (propranolol) • Chloroquine
• Lithium • Prednisone
• Magnesium • Timolol
• Anticholinergics
patofisiologi
• Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)
• menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari neuromuscular junction
• akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di presinaps motoris dari otot lurik
•
• Kelemahan otot
Gambaran klinis
• Kelemahan pada otot wajah
• Kelemahan pada kelopak mata
• Kelemahan pada otot mata, sehingga terjadi penglihatan ganda
• Kelemahan pada lengan dan tungkai
• Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olahraga
• Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan
• Tarsal tunnel arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia posterior, fleksor
longus digitorum, fleksor longus halluces
• TTS mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik, dan
kesemutan pada telapak kaki dan tumit
etiologi
Gambaran klinis
• Kesemutan dan atau mati rasa di sekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga ke arah jari-jari kaki
• Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi
diekspresikan sebagai kram
• Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktivitas dan berdiri
• Nyeri akan hilang ketika beristirahat
• Gejala terkadang muncul akibat trauma langsung atau berhubungan
dengan tergelincirnya inervasi pada pergelangan kaki (kesleo)
• Lebih sering akibat overuse ex: terlalu lama berdiri, berjalan, olahraga
• Gejala jarang menyebar
• 43% kasus nyeri memberat pada malam hari
• Pada kasus berat kelemahan pada otot plantar yang menyebabkan
susah untuk jari kaki terbuka
Pemeriksaan fisik
• Tarsal tunnel arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia posterior, fleksor
longus digitorum, fleksor longus halluces
• TTS mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik, dan
kesemutan pada telapak kaki dan tumit
etiologi
Gambaran klinis
• Kesemutan dan atau mati rasa di sekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga ke arah jari-jari kaki
• Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi
diekspresikan sebagai kram
• Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktivitas dan berdiri
• Nyeri akan hilang ketika beristirahat
• Gejala terkadang muncul akibat trauma langsung atau berhubungan
dengan tergelincirnya inervasi pada pergelangan kaki (kesleo)
• Lebih sering akibat overuse ex: terlalu lama berdiri, berjalan, olahraga
• Gejala jarang menyebar
• 43% kasus nyeri memberat pada malam hari
• Pada kasus berat kelemahan pada otot plantar yang menyebabkan
susah untuk jari kaki terbuka
Pemeriksaan fisik
Indikasi bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
• Hasil EMG terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur discectomy anterior servical atau laminectomy
Jawaban lainnya
• A. osteoporosis kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun.
Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak, gejala :
nyeri punggung, tambah pendek
• B. spondylitis embengkakan satu atau lebih vertebra, seperti pada
spondilitis ankilosa, bentuk inflamasi radang sendi pada tulang
belakang
• D. spondilosis perubahan degeneratif pada tulang belakang seperti
taji tulang dan degenerasi diskus intervertebralis (bantalan antar
tulang belakang)
• E. spondilolisthesis pergeseran ke depan atau ke belakang dari
badan vertebra dalam kaitannya dengan vertebra yang berdekatan
98. MRI
• laki-laki 50 tahun nyeri menjalar dari pinggang sampai ke tungkai
bawah kanan sejak dua minggu yang lalu.
• Nyeri dirasakan lebih nyeri di bagian tungkai.
• Nyeri memberat dengan batuk, bersin, dan mengejan.
• Pasien mengatakan sulit untuk menggerakan punggung.
• pemeriksaan fisik didapatkan laseque test (+), bragard test (+),
penurunan reflex patella dan achiles, penurunan sensorik
• Pemeriksaan penunjang gold standar?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami hernia nucleus pulposus
Indikasi bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
• Hasil EMG terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur discectomy anterior servical atau laminectomy
• Pemeriksaan penunjang gold standar untuk kasus HNP MRI
99. Perdarahan epidural
• laki-laki 18 tahun nyeri kepala hebat sejak 1 jam yang lalu setelah KLL.
• Saat ini pasien juga merasakan mual dan mengantuk.
• Keluarga pasien mengatakan pasien sempat pingsan saat dibawa ke RS.
• Pemeriksaan tanda vital TD 100/60, nadi 115 kali permenit, RR 24 kali
permenit, suhu afebris.
• Pemeriksaan fisik didapatkan luka pada kepala region parietotemporal
kanan dengan krepitasi (+), lain-lain dalam batas normal.
• Setelah diperiksa pasien kembali tidak sadar, GCS 1-1-3
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami perdarahan epidural
CT scan
• Menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedera intracranial lainnya
• Epidural pada satu bagian saja (single) tapi bisa kedua sisi (bilateral), berbentuk
bikonveks, paling sering di daerah parietotemporal
• Densitas daerah yang homogeny (hiperdens), bertagas tegas, midline terdorong ke sisis
kontralateral
• Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematom
Epidural
hematoma
• MRI menggambarkan
massa hiperintensitas
bikonveks yang menggeser
posisi duramater, berada di
antara tulang tengkorak dan
duramater; batas fraktur yang
terjadi
Tata laksana
Penanganan darurat
•Dekompresi dengan trepanasi
sederhana
•Kraniotomi untuk mengevakuasi
hematom
-terapi medikamentosa-
Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
• Usahakan jalan napas selalu bebas, bersihkan lender dan darah yang dapat
menghalangi aliran udara napas
• Bila perlu pada pipa oro/nasofaringeal dan pemberian oksigen
• Infus dipasang terutama untuk membula jalur intravena NaCl 0,9% atau
dextrose in saline
• Untuk menurunkan paO2 • Manitol 10-15% per infus • Menstabilkan sawar • Untuk membius pasien
darah mencegah untuk menarik air dari darah otak metabolism otak dapat
vasodilatasi ruang intersel ke dalam • Dexametason 100mg ditekan serendah
• Suplai O2 yang terjaga ruang intravascular bolus diikuti dengan 4dd mungkin kebutuhan
dapat membantu dikeluarkan melalui 4mg oksigen menurun otak
menekan metabolism diuresis • Metilprednisolon 6dd 15 relative lebih terlindung
anaerob • Dosis cukup dalam waktu mg dari kemungkinan
mengurangikemungkinan singkat; 0,5 g/kgBB dalam kerusakan akibat hipoksia
• Triamsinolon 6dd 10mg
asidosis 10-30 menit • Dengan pengawasan ketat
• paO2 >100mmHg; paCO2
25-30 mmHg
-indikasi operasi-
• Volume hematom >30 ml
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah >5mm
• Fraktur tengkorak terbuka
• Fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman >1cm
• EDH dengan ketebalan >5mm dan pergeseran garis tengan dengan
GCS 8/<
• Tanda local dan peningkatan TIK >25 mmHg
komplikasi
• Edema serebri
• Kompresi batang otak
Jawaban lainnya
• A. perdarahan subdural Perdarahan yang terjadi antara duramater dan
arachnoid, Biasanya sering di daerah frontal, parietal, dan temporal, Yang
mengalami perdarahan bridging vein, tampak hiperdensitas berbentuk
bulan sabit
• B. perdarahan subarachnoid perdarahan yang terjadi di ruang
subarachnoid, tampak gambaran hiperdensitas yg mengikuti sulcus dan
gyrus cerebri
• D. perdarahan intraserebral perdarahan yang terjadi di dalam parenkim
otak, lokasi bisa dimana saja, tampak hiperdensitas di parenkim otak
• E. perdarahan intraventrikuler perdarahan yang terjadi di vantrikel otak,
tampak hiperdensitas di ventrikel cerebri
100. Hiperdensitas berbentuk bikonveks
• laki-laki 18 tahun nyeri kepala hebat sejak 1 jam yang lalu setelah KLL.
• Saat ini pasien juga merasakan mual dan mengantuk.
• Keluarga pasien mengatakan pasien sempat pingsan saat dibawa ke RS.
• Pemeriksaan tanda vital TD 100/60, nadi 115 kali permenit, RR 24 kali
permenit, suhu afebris.
• Pemeriksaan fisik didapatkan luka pada kepala region parietotemporal
kanan dengan krepitasi (+), lain-lain dalam batas normal.
• Setelah diperiksa pasien kembali tidak sadar, GCS 1-1-3
• Hasil CT scan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami perdarahan epidural
CT scan
• Menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedera intracranial lainnya
• Epidural pada satu bagian saja (single) tapi bisa kedua sisi (bilateral), berbentuk
bikonveks, paling sering di daerah parietotemporal
• Densitas daerah yang homogeny (hiperdens), bertagas tegas, midline terdorong ke sisis
kontralateral
• Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematom
Epidural
hematoma
• MRI menggambarkan
massa hiperintensitas
bikonveks yang menggeser
posisi duramater, berada di
antara tulang tengkorak dan
duramater; batas fraktur yang
terjadi
Tata laksana
Penanganan darurat
•Dekompresi dengan trepanasi
sederhana
•Kraniotomi untuk mengevakuasi
hematom
-terapi medikamentosa-
Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
• Usahakan jalan napas selalu bebas, bersihkan lender dan darah yang dapat
menghalangi aliran udara napas
• Bila perlu pada pipa oro/nasofaringeal dan pemberian oksigen
• Infus dipasang terutama untuk membula jalur intravena NaCl 0,9% atau
dextrose in saline
• Untuk menurunkan paO2 • Manitol 10-15% per infus • Menstabilkan sawar • Untuk membius pasien
darah mencegah untuk menarik air dari darah otak metabolism otak dapat
vasodilatasi ruang intersel ke dalam • Dexametason 100mg ditekan serendah
• Suplai O2 yang terjaga ruang intravascular bolus diikuti dengan 4dd mungkin kebutuhan
dapat membantu dikeluarkan melalui 4mg oksigen menurun otak
menekan metabolism diuresis • Metilprednisolon 6dd 15 relative lebih terlindung
anaerob • Dosis cukup dalam waktu mg dari kemungkinan
mengurangikemungkinan singkat; 0,5 g/kgBB dalam kerusakan akibat hipoksia
• Triamsinolon 6dd 10mg
asidosis 10-30 menit • Dengan pengawasan ketat
• paO2 >100mmHg; paCO2
25-30 mmHg
-indikasi operasi-
• Volume hematom >30 ml
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah >5mm
• Fraktur tengkorak terbuka
• Fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman >1cm
• EDH dengan ketebalan >5mm dan pergeseran garis tengan dengan
GCS 8/<
• Tanda local dan peningkatan TIK >25 mmHg
komplikasi
• Edema serebri
• Kompresi batang otak
• Pada kasus epidural hematom, gambaran CT scan yang akan tampak
hiperdensitas berbentuk bikonveks