Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
4
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar
untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).
Penyuluhan merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan
program UKGS di sekolah-sekolah. Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS,
lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya
dilakukan oleh guru sekolah ataupun guru orkes yang sudah dilatih. Mereka dapat
menjalankan upaya promotif/penyuluhan ini dengan jalan memasukkan pelajaran
tentang kesehatan gigi dan mulut. Tujuan umum UKGS adalah tercapainya derajat
kesehatan gigi dan mulut murid yang optimal, sedangkan tujuan penyuluhan
dalam program UKGS agar murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya secara benar baik dalam pengetahuan,
sikap maupun tindakan (Herijulianti dkk, 2005).
5
1. Pada masa gigi susu, sedang terjadi pembentukan gigi tetap didalam
tulang. Sehingga jika ada kerusakan gigi susu yang parah dapat
mengganggu proses pembentukan gigi tetapnya. Hal ini dapat
mengakibatkan gigi tetapnya tumbuh dengan tidak normal.
2. Mulut adalah pintu utama masuknya makanan kedalam perut. Mulut
adalah lokasi pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika
terjadi gangguan pada mulut maka akan mengganggu kelancaran proses
pencernaan.
3. Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan
organ didalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal,dll. Karena infeksi
dalam mulut dapat menyebar kedalam organ-organ tersebut yang disebut
dengan fokal infeksi.
4. Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi
malas beraktivitas dan akan mengganggu proses belajar mereka.
Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu :
1. Bentuk
Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies
2. Posisi
Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal ini
cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies
6
3. Struktur
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).
7
Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang
meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringakali meliputi
permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama dapat dijumapai
pada gigi sulung bayi yang selalu mengisap dot yang berisi gula atau dicelupkan
dahulu pada larutan gula. Karies rampan dapat juga dijumpai pada gigi permanen
remaja dan hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya makan kudapan kariogenik
dan minuman manis diantara waktu makannya (Kidd dan Joyston, 1992).
Karies, penyakit periodontal, dan kondisi oral lainnya jika tidak dirawat
dapat mengarah pada nyeri, infeksi, dan kehilangan fungsi oral sehingga dapat
mempengaruhi komunikasi, nutrisi, kegiatan belajar, dan aktivitas anak lainnya
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal (Kellog, 2005).
d. Peliharalah kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur
minimal 2 kali sehari (sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam) serta
gunakan pasta yang mengandung fluor
f. Periksa gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali dengan maksud apabila terdapat
kelainan pada gigi dan mulut dapat segera ditanggulangi (Sam, 2008).
11
jumlah permukaan gigi yang terkena harus diperhitungkan. Indeks yang sama
untuk gigi sulung adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan jumlah gigi yang
dicabut (bukan tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi atau permukaan
gigi yang ditambal (Kidd & Bechal, 1992)
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Greene dan Vermillion
menggunakan indeks yang dikenal dengan Oral Hygiene Index (OHI) dan
Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). Pada awalnya indeks ini digunakan
untuk menilai penyakit peradangan gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi data
yang diperoleh ternyata kurang berarti atau bermakna. Oleh karena itu hanya
digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan menilai
efektivitas dari penyikatan gigi.
1. Oral Hygiene Index (OHI)
OHI terdiri dari komponen Debris Index dan Calculus Index, dengan
demikian OHI merupakan hasil penjumlahan dari Debris Index dan Calculus
Index, dimana setiap indeks menggunakan skala nilai 0-3.
Pada penilaian ini semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada rahang atas
maupun rahang bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu:
(1) segmen pertama, mulai dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan
rahang atas;
(2) segmen kedua, diantara kaninus kanan dan kiri; dan
(3) segmen ketiga, mulai dari mesial kaninus sampai molar ketiga kiri.
Setelah semua gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor dari setiap
segmen.
2. OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, Greene dan
Vermillion memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat
mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada
dalam rongga-rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta
permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segmen ialah:
1. Gigi 16 pada permukaan bukal
2. Gigi 11 pada permukaan labial
12
3. Gigi 26 pada permukaan bukal
4. Gigi 36 pada permukaan lingual
5. Gigi 31 pada permukaan labial
6. Gigi 46 pada permukaan lingual
Permukaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat dalam
mulut, yaitu permukaan klinis, bukan permukaan anatomis. Apabila gigi indeks
pada suatu segmen tidak ada, maka dilakukan penggantian gigi tersebut dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila gigi molar pertama tidak ada maka penilaian dilakukan pada gigi
molar kedua, apabila gigi molar pertama dan kedua tidak ada maka
penilaian dilakukan pada gigi molar ketiga akan tetapi bila gigi molar
pertama, kedua dan ketiga tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk
segmen tersebut.
2. Apabila gigi incisivus pertama kanan atas tidak ada, maka dapat diganti
oleh gigi incisivus kiri dan apabila gigi incisivus kiri bawah tidak ada,
dapat diganti dengan gigi incisivus pertama kanan bawah, akan tetapi bila
gigi incisivus pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian
untuk segmen tersebut.
3. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang
karena dicabut, gigi yang merupakan sisi akar, gigi yang merupakan
mahkota jaket baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi
sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks
akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½
tinggi mahkota klinis.
4. Penilaian dapat dilakukan apabila minimal ada dua gigi indeks yang dapat
diperiksa (Widodo, 2010).
2.7 Indeks DMF-T
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T
adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut
dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah
13
total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan
DMF-T
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Setiap gigi dicatat satu kali
2. D = Decay atau rusak
a. Ada karies pada gigi dan restorasi
b. b. Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3. M = Missing atau hilang
a. Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
b. Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
4. F = Filled atau tambal
a. Tambalan permanen dan sementara
b. Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
15