I. Pendahuluan
Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia. Manifestasi komplikasi penyakit
jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal
adalah kejadian henti jantung mendadak. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, terutama jika henti jantung mendadak tersebut
disaksikan, harus secepatnya dilakukan tindakan bantuan hidup dasar.
Berdasarkan penelitian, bantuan hidup jantung dasar akan memberikan hasil
yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit.
Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua
komponen utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta
komponen bantuan hidup jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan
hidup jantung dasar berhasil dilakukan.
Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh AHA, rantai
kelangsungan hidup memiliki lima komponen utama yaitu :
1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat
segera (early access)
2. Resusitasi jantung paru segera (Early CPR)
3. Defibrilasi segera (Early Defibrilation)
4. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif (Effective ACLS)
5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi (Integrated post
cardiac arrest care)
Penelitian secara klinis dan epidemologis, membuktikan bahwa ketika
rantai kelangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang
penderita yang mengalami fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah
sakit untuk terselamatkan bisa sampai 50%. Namun pelaksanaan sistem
pelayanan gawat darurat segera pasien tidak sadarkan diri baik diluar
maupun di dalam rumah sakit sangat bergantung kepada kecepatan
pelaksanaan rantai kelangsungan hiudp yang saling terkait satu dengan
lainnya secara benar. Bila salah satu komponen tidak dilakukan secara benar,
maka peluang keberhasilan untuk menyelamatkan pasien mengalami
penurunan.
Rapid Response Team atau Tim Respon Tanggap Darurat Rumah Sakit
atau Code Blue Team adalah para petugas medis yang terlatih dalam
penanganan situasi kritis yang dimaksud tersebut. Oleh karena itu, saagatlah
dibutuhkan simulasi pelatihan code blue agar pelayanan kegawatdaruratan
kardiovaskuler dapat dilakukan secara maksimal dengan respon yang cepat.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Selain ini pelatihan ini diharapkan dapat memberikan keterampilan
kepada sumber daya manusia di Rumah Sakit Jasa Kartini dalam
meakukan usaha-usaha pencegahan kejadian henti jantung, memastikan
tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut yang dilakukan secara cepat dan
efektif pada korban henti jantung, serta melakukan perawatan paska henti
jantung yang optimal.
.
V. WAKTU PELAKSANAAN
kepada seluruh Tim Code Blue RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli.
Praktek / Simulasi
VII. Sasaran
2. Dokter Jaga
Hasil dari pelatihan akan dievaluasi setiap 6 bulan sekali dan dilaporkan..
Hasil dari pelatihan akan dievaluasi setiap 6 bulan sekali dan dilaporkan..