Abstrak— Pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Selatan telah memulai membangun jalur-jalur evakuasi saat ini.
Salah satu jalur tersebut adalah salido-langkisau yang dibangun untuk memudahkan proses evakuasi tsunami.
Sama halnya dengan pembangunan jalur evakuasi sebelumnya, jalur tersebut dibangun dengan lapisan subgrade,
base course dan surface yangmana sesuai dengan standar kontsruksi. Banyak tes dan penelitian diadakan untuk
mengetahui kondisi jalur tersebut bisa digunakan saat evakuasi. Namun, penelitian untuk kompaksi kepadatan
subgrade belum diadakan. Penelitian ini penting diadakan untuk mengetahui nilai kompaksi di lapangan dan di
laboratorium. Nilai-nilai ini kemudian dibandingkan untuk mendapatkan persentase yang disyaratkan (96-100).
Dari penelitian ini, nilai-nilai yang didapatkan terkait uji kompasi, seperti: MDD sebesar 1,35 gr/cm3 dan OMC
sebesar 2,28%. Kemudian, rasio atau perbandingan yang didapatkan adalah 96,40%.
Abstract— The local government of Pesisir Selatan Regency has been starting to construct evacuation routes,
recently. One of them is Salido-Langkisau that is built to make simplicity in Tsunami evacution process Similarly,
the route were erected in previous time, the route has subgrade course, base course and surface which are standard
construction. Many tests was conducted to check the route has really good performance to be used in evacuation
time. However, the research has not to be done for knowing the strength of the structure on the route, for example:
the compaction test in the subgrade course. The research needs to be done to compare compaction test in
laboratorium with in the area. The value can be gotten making the ratio which is standar. From the research, the
MDD (Maximum Dry Density) value is 1,35 gr/cm3 and OMC (Optimum Moisture content) is 2,28%. Thus, the
ratio is 96,4% according the Standard of Direktorat Jendral Binamarga 2006.
33
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
terjadi pada kedalaman dangkal maka peristiwa lapisan perkerasan lainnya. Sub-base adalah
tersebut mengakibatkan gempa bumi dan lapis pondasi bawah perkerasan yang terletak
berpotensi tsunami. Oleh karena itu Indonesia antara tanah dasar dan lapis pondasi atas. Lapis
rawan akan bencana alam. ini terdiri dari material berbutir yang dipadatkan.
Road base course ialah lapis pondasi sebagai
tempat perletakan permukaan perkerasan berupa
batu atau kerikil pecah.
Asphalt base course merupakan lapis pondasi
permukaan perkerasan. Terletak di atas lapis
road base course. Terdiri dari agregat dan bahan
pengikat. Surface course adalah lapis permukaan
terletak paling atas dari suatu perkerasan jalan
yang terdiri dari agregat dan suatu bahan
pengikat. Lapis ini berfungsi untuk melindungi
lapisan yang ada di bawahnya, menahan beban
roda, dan sebagai lapis aus.
Namun, saat ini banyak terjadi kerusakan
pada perkerasan jalan raya. Banyak faktor yang
Gambar 1. Peta Negara Kesatuan Republik menyebabkan hal tersebut, diantaranya seperti
Indonesia [1] faktor cuaca dan drainase yang tidak baik serta
volume lalulintas yang terus bertambah dari
2. TINJAUAN PUSTAKA waktu ke waktu. Tak hanya itu, dalam
Gempa bumi merupakan suatu peristiwa pengerjaan konstruksi perkerasan terdapat
bergeraknya permukaan bumi yang paling atas beberapa bahan tidak sesuai mutu yang tetap
(tanah) yang dapat diakibatkan oleh aktivitas digunakan sehingga umur perkerasan tidak
tektonik atau vulkanik maupun ulah manusia sesuai dengan yang direncanakan. Salah satu
sendiri. Untuk skala yang besar gempa bumi usaha untuk menjaga umur dan mutu perkerasan
dapat mengakibatkan banyak kerugian, baik itu tetap terjaga, dilakukanlah pengujian sandcone
harta benda bahkan korban jiwa. Beberapa kasus pada subgradenya.
gempa bumi yang terjadi di laut diiringi oleh Sandcone merupakan salah satu pengujian
peristiwa tsunami. Menurut Bryant (2001:4) untuk mengetahui kepadatan tanah di lapangan
‘tsunami adalah gelombang air yang disebabkan menggunakan kerucut pasir. Berdasarkan SNI
oleh gangguan yang berhubungan dengan 03-2828-1992 derajat kepadatan lapangan
kegiatan seismik, meletusnya gunung api, tanah merupakan perbandingan berat isi kering tanah
longsor bawah laut, tubrukan meteorit dengan di lapangan dengan berat isi kering tanah di
samudera, atau dalam beberapa kasus fenomena laboratorium yang dinyatakan dalam persen’.
meteorologi’. Kerucut pasir adalah alat yang terdiri botol
Gempa bumi disertai tsunami yang terjadi di dengan corong besi pada bagian atasnya. Botol
Aceh dan Pangandaran adalah salah satu contoh dapat berupa plastik ataupun kaca. Selanjutnya
bencana alam yang banyak memakan korban botol tersebut diisi Pasir Ottawa yang telah
jiwa dan menimbulkan berbagai kerusakan. diketahui berat jenisnya. Jika botol diisi dengan
Peristiwa ini mengajarkan kita untuk lebih pasir lain maka pasir yang digunakan harus
berhati-hati jika berada di wilayah rawan gempa, dicari berat jenisnya terlebih dahulu. Pengujian
terlebih lagi daerah tersebut berada di tepi lautan. sandcone dilakukan ketika tanah dalam kondisi
Sebanyak 65% dari 467 kabupaten/kota di kering dan cuaca cerah. Lapisan yang akan diuji
Indonesia berada di pesisir pantai. Selain itu, tidak berukuran lebih dari 5 cm. Sebelum diuji,
80% dari 237 juta orang penduduk Indonesia terlebih dulu digali lubang dengan diameter
hidup di kawasan tersebut. Hal ini menunjukkan 16.51 cm dan kedalaman lubang 10-15 cm.
bahwa besarnya potensi korban jiwa akibat Kemudian timbang berat tanah (Wwet) dari
bencana gempa bumi dan tsunami berada di lubang tersebut dan hitung kadar airnya. Setelah
wilayah pesisir pantai. Subgrade merupakan mendapatkan hasilnya lalu berat kering tanah
lapis perkerasan yang berupa tanah dasar yang dari lubang dapat dicari menggunakan rumus
dipadatkan untuk kemudian diletakkan lapisan- sebagai berikut :
34 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
5. KESIMPULAN
36 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
DAFTAR PUSTAKA
No Contoh Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Berat tanah basah + cetakan
gr 5400 5535 5586 5700 5760 5790 5800
(B2)
Berat cetakan (B1) gr 4149,4 4149,4 4149,4 4149,4 4149,4 4149,4 4149,4
Berat Tanah basah gr 1250,6 1385,6 1436,6 1550,6 1610,6 1640,6 1650,6
Volume cetakan cm3 936,85 936,85 936,85 936,85 936,85 936,85 936,85
Berat isi tanah basah gr/cm3 1,335 1,479 1,533 1,655 1,719 1,751 1,762
Berat isi tanah kering gr/cm3 1,251 1,307 1,318 1,351 1,347 1,328 1,288
Kepadatan ZAV 2,270 1,980 1,865 1,672 1,541 1,446 1,349
No Contoh Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Berat
Tanah
Gr 27,68 30,61 50,46 37,1 37,7 45,2 49,5
Basah +
Cawan
Berat
Tanah
Gr 26,49 28 44,59 31,9 31,4 36,3 38,5
Kering +
Cawan
Berat
Gr 8,82 8,2 8,62 8,78 8,57 8,37 8,6
Cawan
Berat Air Gr 1,19 2,61 5,87 5,2 6,3 8,9 11
Berat
Tanah Gr 17,67 19,8 35,97 23,12 22,83 27,93 29,9
kering
Kadar Air
% 6,73 13,18 16,32 22,49 27,60 31,87 36,79
(w)
Titik. 1 Titik. 1 Titik. 2 Titik. 2 Titik. 3 Titik. 3 Titik. 4 Titik. 4 Titik. 5 Titik. 5
No. Titik Kode
lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2
Berat botol +
B1 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0 718,0
Corong (gr)
Berat botol
penuh air + B2 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0 5490,0
Corong (gr)
Volume botol
Vb 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0 4772,0
(cm3)
Berat botol
penuh pasir + B3 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0 8190,0
Corong (gr)
Berat isi pasir 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Berat botol +
sisa pasir + B4 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0 6795,0
Corong (gr)
Berat pasir
dalam corong B5 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0 1395,0
(B3 – B4) (gr)
38 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
berat air (gr) Ww 3,80 5,10 3,46 6,06 4,87 4,01 3,32 6,28 4,09 3,71
berat tanah
Ws 11,30 15,50 9,04 16,34 13,23 11,09 9,28 17,92 11,71 11,59
kering (gr)
kadar air (%) W 33,63 32,90 38,27 37,09 36,81 36,16 35,78 35,04 34,93 32,01
Titik. 1 Titik. 1 Titik. 2 Titik. 2 Titik. 3 Titik. 3 Titik. 4 Titik. 4 Titik. 5 Titik. 5
No. Titik Kode
lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2 lap 1 lap 2
Berat wadah
B6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
kosong (gr)
Berat wadah +
B7 2995,00 3065,00 2877,00 3120,00 3004,00 2945,00 3497,00 3071,00 3527,00 3163,00
tanah (gr)
Berat tanah
basah (B7 – B6) B8 2995,00 3065,00 2877,00 3120,00 3004,00 2945,00 3497,00 3071,00 3527,00 3163,00
(gr)
Berat botol +
pasir + corong B9 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00 8190,00
(gr)
Berat botol + sisa
pasir + corong B10 3690,00 3730,00 3826,00 3638,00 3717,00 3612,00 3529,00 3790,00 3651,00 3691,00
(gr)
Berat pasir
dalam lubang
B11 3105,00 3065,00 2969,00 3157,00 3078,00 3183,00 3266,00 3005,00 3144,00 3104,00
[(B9 – B10) – B5]
(gr)
Volume pasir
dalam lubang VL 1983,01 1957,47 1896,15 2016,22 1965,77 2032,83 2085,83 1919,15 2007,92 1982,37
(cm3)
Berat isi tanah
1,51 1,57 1,52 1,55 1,53 1,45 1,68 1,60 1,76 1,60
basah (gr/cm3)
Kadar air (%) w 0,34 0,33 0,38 0,37 0,37 0,36 0,36 0,35 0,35 0,32
Berat isi tanah
1,13 1,18 1,10 1,13 1,12 1,06 1,23 1,18 1,30 1,21
kering (gr/cm3)
40 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017