Anda di halaman 1dari 15

MAKNA CULPA LATA DAN CULPA LEVIS DALAM HUKUM

KEDOKTERAN

Nabil Bahasuan
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstract: Nowadays the doctor becomes headlines in various media. One of the reasons is
the people’s common senses on the medical profession. The problem arises if the doctor
fails to provide right services to patients, so that the doctor is often considered to do a
culpha, which he/she performed it not due to his fault. Thus, it is important to study: first,
whether culpa lata performed by the doctor/dentist is written in act of medical practice.
Second, can culpa levis performed by the doctor/dentists liberate the doctor from
indictment about mal-practice. The results show that as professional health workers, the
doctors, dentists and nurses should do professionally in caring the health of patients. Their
carelessness or incompetence should be regulated in the legislation on their
professionalism. Act Number 29 of 2004 on Medical Practice does not include the
negligence, including culpa lata and culpa levis in more detail. In addition, the medical
profession is not a business profession, so that all actions the doctors as health workers
perform in providing services to patients inspite of unavailable legal basis, their
accountability can be indicted for their medical actions.

Keywords: the doctor, culpa lata and culpa levis

Abstrak: Profesi dokter belakangan ini menjadi sorotan berita di berbagai media massa.
Salah satu sebabnya adalah keawaman masyarakat tentang pengertian profesi kedokteran
itu sendiri. Masalah muncul jika seorang dokter gagal memberikan pelayanan kepada
pasien, sehingga tidak jarang seorang dokter dikatakan melakukan suatu kelalaian, yang
mana belum tentu kelalaian yang dilakukan seorang dokter itu akibat kesalahannya.
Dengan demikian, penting untuk dikaji: pertama, apakah culpa lata yang dilakukan oleh
seorang dokter/dokter gigi sudah tertulis di dalam undang-undang praktik kedokteran.
Kedua, apakah culpa levis yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi dapat membebaskan
dokter dari tuntutan mal praktik. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa sebagai tenaga
kesehatan yang professional, dokter, dokter gigi dan perawat tentunya harus bersikap
professional di dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien dan adanya kesembronoan atau
ketidakcakapan terhadap dirinya seharusnya diatur di dalam undang-undang
keprofesiannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran tidak mencantumkan kata kelalaian, apalagi yang lebih terperinci seperti arti
culpa lata dan culpa levis. Selain itu, profesi dokter bukan profesi bisnis, jadi segala
tindakan yang dilakukan oleh dokter yang juga termasuk sebagai tenaga kesehatan, di
dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya sekalipun tidak ditemukan dasar hukum
yang tegas, dokter tetap dapat dituntut pertanggungjawaban atas tindakan medisnya.

Kata kunci: profesi dokter, culpa lata dan culpa levis

68
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

Pendahuluan dokter demi kepentingan masyarakat


Berkaitan dengan profesi kedokter- secara keseluruhan.2 Dalam kaitan
an, belakangan marak diberitakan dalam dengan tugas tenaga kesehatan (dokter
media massa, baik cetak maupun elek- atau perawat) sebagai tenaga profesional,
tronik bahwa banyak ditemui praktik- sebagai manusia biasa tidak luput dari
praktik malpraktik yang dilakukan kala- ketentuan hukum yang berlaku bagi
ngan dokter Indonesia. Bahkan me-nurut setiap orang. Di lain pihak, pasien
laporan lembaga bantuan hukum kesehat- semakin sadar akan hak-haknya dan per-
an pusat tercantum kurang lebih terdapat lindungan hukum atas dirinya, sehingga
150 kasus malpraktik di Indonesia walau permasalahan hubungan tenaga kesehatan
sebagian besar tidak sampai ke meja dengan pasien menjadi sema-kin kom-
hijau. Demikian pula laporan masyarakat pleks.3
kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Apabila dokter melakukan kesalah-
dari tahun 1998 sampai 2004 terdapat 306 an dalam menjalankan profesinya, ia
kasus pengaduan dugaan malpraktik. dapat menuntut haknya terlebih dahulu
Pemberitaan semacam ini telah menim- memenuhi tindakannya sesuai dengan
bulkan keresahan dan atau paling tidak ke standar profesi medis. Namun jika ter-
khawatiran kalangan dokter, karena pro- nyata ia tidak berhasil memenuhinya
fesi dokter ini bagaikan makan buah barulah dapat di pertanggungjawabkan
simalakama, dimakan bapak mati tidak menurut ketentuan hukum yang berlaku
dimakan ibu mati. Dengan kata lain, jika yaitu untuk mengganti kerugian. Apabila
dokter tidak memberikan pertolongan, ia pasien menderita kerugian akibat ke-
dinyatakan salah menurut hukum, dan salahan dokter dalam menjalankan pro-
jika dokter memberikan pertolongan, fesinya, maka pasien dapat menuntut
maka beresiko yaitu dituntut oleh pasien ganti rugi, baik menurut wanprestasi
atau keluarga-nya apabila tidak sesuai maupun perbuatan melawan hukum, atau
dengan harapan-nya.1 melanggar hak pasien yang timbul dari
Tidaklah tepat apabila dokter diberi kewajiban profesionalnya, atau berten-
hak sepenuhnya untuk memutuskan ma- tangan dengan kesusilaan, atau berten-
salah mati hidupnya pasien ditinjau dari tangan dengan kepatutan dalam masyara-
sudut kepentingan umum. Sebab, jika kat. Namun jika disandarkan pada
dokter sendiri yang berhak me-nentukan wanprestasi, maka ia harus mempu-nyai
apa yang harus ia lakukan terhadap bukti-bukti kerugian akibat tidak di-
pasiennya berarti hal itu meniadakan hak penuhinya kewajiban dokter, sesuai
individu pasien untuk menentukan apa dengan standar profesi medik yang ber-
yang terbaik bagi dirinya. Menurut pan- laku dalam suatu kontrak terapeutik.
dangan ini, meski-pun hukum tidak Dalam praktiknya tidak mudah untuk
sempurna dan sering tidak menjangkau melaksanakannya, karena pasien juga
kenyataan, tetapi setidak-tidaknya hukum tidak mempunyai cukup informasi dari
menjadi sarana untuk mengawasi profesi dokter mengenai tindakan-tindakan apa

1 2
Syahrul, M, Penegakan Hukum dan Pitono,S, et all, Etik dan Hukum di Bidang
Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga Kesehatan, Surabaya, hal. 126-127.
3
Melakukan Medical Malpractice, Bandung, hal. 2. Ibid, hal. 128.

69
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

yang merupakan kewajiban dokter dalam yang berarti sangat ringan/kecil.


suatu kontrak terapeutik.4 Kewajiban Ukuran yang digunakan untuk
pokok dokter dalam menjalankan profesi- culpa ini bukanlah orang/dokter yang
nya adalah memberikan pelayanan medis paling hati hati, melainkan culpa lata itu
sesuai dengan standar profesi medik. sendiri. Kelalaian bukanlah suatu pelang-
Dengan demikian, medical malpractice garan hukum atau kejahatan, apabila
atau kesalahan profesional dokter adalah kelalaian itu tidak sampai membawa
kesalahan dalam menjalankan profesi kerugian atau cedera kepada orang lain
medis yang tidak sesuai dengan standar dan orang itu dapat menerimanya. Ini
profesi medis. Seseorang dikatakan lalai, berdasar hukum “de minimus non curat
apabila ia telah bertindak kurang hati- lex” yang berarti hukum tidak men-
hati, sembrono dan acuh terhadap ke- campuri hal-hal yang dianggap sepele.
pentingan orang lain, walaupun tidak Namun jika kelalaian itu mengakibatkan
dilakukan dengan sengaja dan akibat kerugian materi, mencelakakan bahkan
yang tidak dikehendakinya. Kalau unsur merenggut nyawa orang lain, maka ini
kelalaian itu dijadikan alasan untuk diklasifikasikan sebagai kelalaian berat
mengadukan dokter ke pengadilan, maka (culpa lata), serius dan kriminil. Tolok
terjadi apa yang disebut “tuduhan mal- ukur culpa lata adalah:
praktik”. Jadi ”kelalaian” adalah suatu  Bertentangan dengan hukum;
kejadian akibat dokter tidak menjalankan  Akibatnya dapat dibayangkan;
tugas profesinya sebagaimana seharus-  Akibatnya dapat dihindarkan;
nya. Dikemukakan adanya “three element  Perbuatannya dapat dipersalahkan.
of liability” (vander mijn): Secara yuridis semua kasus dapat
 Adanya kelalaian yang dapat diper- diajukan ke pengadilan, baik pidana mau-
masalahkan (culpability); pun perdata sebagai malpraktik medik
 Adanya kerugian (damage); dan apabila terbukti bahwa dokter tidak
 Adanya hubungan kausaliltas (causal menyimpang dari SPM (Standar Profesi
relationship) Medik) serta memenuhi “informed
Perlu diketahui bahwa unsur-unsur consent”, barulah ia tidak dipidana dan
tersebut berlaku kumulatif, artinya harus dibebaskan dari membayar kerugian. Dari
terpenuhi seluruhnya. Banyak yang hal-hal yang telah diuraikan di atas, da-
berpendapat bahwa istilah culpa mengan- patlah diambil pelajaran sebagai berikut.
dung pengertian kelalaian dan kesalahan 1. Dari seorang dokter dituntut penam-
dimana dikatakan pula bahwa pada pilan yang sesuai dengan standar da-
hakikatnya culpa adalah pertentangan lam melaksanakan tugas profesinya
nurani antara kesenjangan suatu pihak serta bermakna dengan sungguh-
dengan kebetulan di pihak lain. Selanjut- sungguh dan hati-hati dalam men-
nya culpa dibagi atas: cegah komplikasi sewaktu menegak-
1. Culpa lata (gross fault/neglect), yang kan diagnosis. ”It is the duty of a
berarti kesalahan besar atau sangat physician or surgeon in diagnosing a
tidak hati hati; case to use diligence, in ascertaining
2. Culpa levis (ordinary fault/neglect), all available facts and collecting data
essential to a proper diagnosis”.
4
Ibid, hal. 140. 2. Jika pemeriksaan penderita telah di-
70
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

lakukan dengan teliti, menegakkan bat tadi.indakan dapat dikatakan sebagai


diagnosi dengan data yang memadai, tindak pidana ,apabila secara teoritis
mempertimbangkan diagnosi diferen- paling sedikit mengandung 3 (tiga) unsur
sial dengan uji-uji tambahan yang yaitu:
diperlukan dengan cara-cara yang  Melanggar hukum pidana tertulis
tepat, membuat catatan medik dengan  Bertentangan dengan hukum (me-
lengkap termasuk follow up-nya, me- langgar hukum)
nyadari dengan sungguh-sungguh apa  Berdasar suatu kelalaian /kesalahan
yang dilakukannya dan memberikan besar.
pertolongan dengan cepat dan tepat Ukuran kesalahan atau kelalaian
jika terjadi komplikasi, maka dokter dalam hukum pidana adalah kelalaian/
tidak dapat dituntut karena melakukan kesalahan besar (culpa lata), bukan kela-
kelalaian apabila terjadi hal-hal yang laian ringan (culpa levis atau levissima).
tidak diinginkan. Seperti hukum perdata penilaiannya
3. Jika suatu kasus yang diduga karena adalah terhadap seseorang/dokter dengan
malpraktik medik diajukan ke peng- tingkat kepandaian dan keterampilan rata-
adilan, maka diperlukan bukti-bukti rata, bukan dengan dokter yang terpandai.
yang cukup untuk menegaskan ke- Beberapa perbuatan yang dapat di-
benaran. Jika penderita meninggal kategorikan sebagai tindak pidana medik
dunia, diperlukan autopsi klinik untuk adalah:
menetapkan sebab kematian yang  Menipu pasien (Pasal 378 KUHP);
pasti (pada tahap sekarang ini tindak-  Tindak pelanggaran kesopanan (Pasal
an ini masih sulit dilaksanakan di 290, 294, 285, 286 KUHP);
Indonesia).5  Sengaja membiarkan pasien tidak ter-
Bertitik tolak dari latar belakang tolong (Pasal 322 KUHP);
yang diuraikan tersebut, masalah hukum  Pengguguran kandungan tanpa indi-
yang dibahas di sini menyangkut: per- kasi medik (Pasal 299, 348, 349
tama, apakah culpa lata yang dilakukan
KUHP);
oleh seorang dokter/dokter gigi sudah
 Membocorkan rahasia medik (Pasal
tertulis di dalam undang-undang praktik
322 KUHP).
kedokteran. Kedua, apakah culpa levis
yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi Tindak Pidana Perdata Medik
dapat membebaskan dokter dari tuntutan Berbeda dengan hukum pidana
mal praktik. yang bertujuan untuk menyelenggarakan
ketertiban dan keamanan dalam masya-
Pembahasan
rakat. Hukum perdata menganut prinsip
Tindak Pidana Medik
“barang siapa merugikan orang lain,
Terdapat perbedaan yang mendasar
harus memberikan ganti rugi”.
antara tindak pidana biasa yang fokusnya
Menurut hukum perdata, hubungan
adalah akibat dari tindak pidana ter-
dokter dengan pasien dapat terjadi karena
sebut.tindak pidana medis fokusnya
dua hal:
adalah justru kausa/sebab dan bukan aki-
1. Berdasar perjanjian (ius contractu), di
sini terbentuk suatu kotrak terapeutik
5
Ibid, hal. 146-147 &150-151.

71
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

secara sukarela antara dokter dan Tindak Kelalaian Medik


pasien berdasar kehendak bebas. Tun- Istilah “malpraktik” yang sudah ter-
tutan dapat dilakukan apabila diduga kenal di kalangan para tenaga kesehatan
terjadi ”wanprestasi” yaitu peng- di Indonesia sebenarnya hanya meru-
ingkaran atas apa yang di perjanjikan. pakan salah satu bentuk “medical mal-
Dasar tuntutannya adalah tidak me- practice”, yaitu “medical negligence”
lakukan, terlambat melakukan atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan
salah melakukan terhadap apa yang sebagai “kelalaian medik”. Kelalaian me-
telah diperjanjikan tersebut. Untuk dik ini tergolong sebagai criminal mal-
sahnya suatu perjanjian, menurut practice. Tindakan ini terjadi apabila
Pasal 1320 KUH Perdata disebutkan seorang dokter dalam menangani suatu
syarat-syarat: kasus telah melanggar hukum pidana dan
 Adanya kesepakatan pihak pihak menempatkan dirinya sebagai seorang
yang membuat perjanjian (di- tertuduh, misalnya:
tegaskan selanjutnya oleh Pasal - Seorang dokter yang melupakan ke-
1321 KUH Perdata); wajibannya untuk melaporkan kepada
 Kemampuan pihak pihak untuk polisi bahwa dia merawat seorang
membuat perjanjian; penjahat yang harus dilaporkan;
 Adanya objek tertentu; - Seorang ahli bedah plastik yang
 Mengenai suatu sebab/kausa yang mengubah wajah atau menghilangkan
diperbolehkan: halal, diijinkan sidik jari seorang penjahat untuk
atau lazim, tidak bertentangan mempersulit identifikasi;
dengan hukum kesusilaan atau ke- - Dengan sengaja memalsukan surat
tertiban umum/masyarakat (di- kelahiran atau surat kematian maupun
tegaskan selanjutnya dengan Pasal memberikan sumpah palsu untuk sua-
1335, 1373 KUH Perdata). tu tujuan tertentu;
2. Berdasar hukum (“ius delictu”), disini - Dengan sengaja menghasut seseorang
berlaku prinsip barang siapa menim- untuk menyembunyikan sesuatu yang
bulkan kerugian pada orang lain harus bersifat kasus kejahatan;
memberikan ganti rugi atas kerugian - Abortus provocatus criminals;
tersebut. Kemungkinan-kemungkinan - Seorang dokter yang menyebabkan
malpraktik perdata dapat terjadi untuk luka atau kematian pada pasien akibat
hal-hal sebagai berikut: pemakaian metode perawatan yang
 Wanprestasi (Pasal 1239 KUH sama sekali tidak benar dan ber-
Perdata) bahaya. Karena hal ini biasanya sulit
 Perbuatan melanggar hukum dibuktikan, maka dokter yang ber-
(Pasal 1365 KUH Perdata) sangkutan dapat digugat secara per-
data;
 Kelalaian yang mengakibatkan
- Hal yang dilakukan oleh seorang
kerugian (Pasal 1366 KUH
dokter menyebabkan pasiennya men-
Perdata)
derita luka atau mati, karena pada
waktu melakukan perawatan, dokter
tersebut sedang dalam keracunan
alkohol (mabuk). Perawatan tersebut
72
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

bisa terjadi pada waktu dokter mem- terlihat bahwa SPM (Standard Profesi
berikan obat berbahaya atau melaku- Medik) merupakan hal yang penting bagi
kan operasi. Meskipun dokter tersebut dokter dalam melaksanakan profesinya.6
tidak mempunyai maksud untuk me-
nyebabkan kematian pada pasiennya, Makna Culpa menurut Hukum di
dia dapat dihukum karena melakukan Indonesia
pembunuhan tingkat kedua. Dalam crimineel wetboek (Kitab
Pada contoh-contoh kasus di atas Undang-Undang Hukum Pidana) tahun
dapat diambil kesimpulan bahwa dokter 1809 dicantumkan: “Kesengajaan adalah
yang melakukan criminal malpractice se- kemauan untuk melakukan atau tidak
cara medis tindakannya betul, tetapi hal melakukan perbuatan yang dilarang atau
itu secara hukum tidak dapat dibenarkan diperintahkan oleh undang-undang”.
misalnya pada operasi plastik tersebut di Umumnya para pakar sependapat bahwa
atas. Kadang-kadang tindakan itu tidak “kealpaan“ adalah bentuk kesalahan yang
merugikan pasien, bahkan menguntung- lebih ringan dari “kesengajaan”. Itulah
kan, misalnya dokter tidak melaporkan sebabnya, sanksi atau ancaman hukuman
pasiennya yang merupakan pelaku tindak terhadap pelanggaran norma pidana yang
pidana. dilakukan dengan “kealpaan” lebih
Civil malpractice terjadi apabila se- ringan.7
seorang dokter telah menyebabkan pa-  Kealpaan (Culpa)
siennya menderita luka atau mati, tetapi Culpa dalam arti sempit berarti
tidak dapat dituntut secara pidana. Dalam schuld, nalatigheid, recklessness, negli-
hal ini, dia dapat digugat secara perdata gence, fahrlassigkeit, sembrono, teledor.
oleh pasien maupun keluarganya. Tang- Di samping sikap batin berupa kesenga-
gung jawab ini tidak berkurang walapun jaan ada pula sikap batin yang berupa
pasien tersebut tidak mampu atau pasien kealpaan. Hal ini terdapat dalam beberapa
yang tidak membayar, misalnya alat delik. Akibat ini timbul karena ia alpa, ia
untuk operasi yang tertinggal di tubuh sembrono, teledor, ia berbuat kurang hati-
pasien. hati atau kurang menduga-duga. Dalam
Penilaian atas tindak kelalaian ini Buku II KUHP terdapat beberapa pasal
sangat penting, karena merupakan salah yang memuat unsur kealpaan. Ini adalah
satu unsur utama dari apa yang dikenal delik-delik culpa (culpose delicten).
sebagai malpraktik. Ukuran yang dilaku- Delik-delik itu dimuat antara lain dalam:
kan oleh seorang dokter dikatakan “that Pasal 188: Karena kealpaannya menim-
he should show a fair, reasonable and bulkan peletusan, kebakaran dan seterus-
competent degree of skill“. Jika norma ini nya.
Pasal 231 ayat (4): Karena kealpaannya
tidak dapat dicapai, pada dasarnya dokter
sipenyimpan menyebabkan hilangnya dan
harus bertanggung jawab terhadap sebagainnya barang yang disita.
kerugian yang timbul akibat tindakannya. Pasal 359: Karena kealpaannya menye-
“The carrying out of treatment can be babkan matinya orang.
contra lege artis (malpractice) if it is
done without the proper and reasonable 6
Ibid, hal. 141-146
staandard of skill, care and competence 7
Marpaung, L, Asas, Teori dan Praktik Hukum
of the medical profession”. Sekali lagi Pidana, Jakarta, hal. 25.

73
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

Pasal 360: Karena kealpaannya menye- Untuk nomor 2 dan 3 disyaratkan


babkan orang luka berat dan sebagainya. hanya apabila mengetahui atau dapat
Pasal 409: Karena kealpaannya menye- mengetahui, yaitu menyangkut juga ke-
babkan alat-alat perlengkapan (jalan api
wajiban untuk menghindarkan perbuatan-
dan lain-lain) hancur dan sebagainya.
Perkataan culpa dalam arti luas nya (untuk tidak melakukan perbuatan).
berarti kesalahan pada umumnya, sedang- Kealpaan orang tersebut harus
kan dalam arti sempit adalah bentuk ditentukan secara normatif, dan tidak
kesalahan yang berupa kealpaan. Suatu secara fisik atau psikis. Tidaklah mung-
keadaan, yang sedemikian membahaya- kin diketahui bagaimana sikap batin sese-
kan keamanan orang atau barang, atau orang yang sesungguh-sungguhnya, maka
mendatangkan kerugian terhadap sese- haruslah ditetapkan dari luar bagaimana
orang yang sedemikian besarnya dan ti- seharusnya ia berbuat dengan mengambil
dak dapat diperbaiki lagi, sehingga ukuran sikap batin orang pada umumnya
undang-undang juga bertindak terhadap apabila ada dalam situasi yang sama
larangan penghati-hati, sikap sembrono dengan si pelaku itu. “Orang pada umum-
(teledor), pendek kata “schuld” (kealpaan nya” di sini berarti tidak boleh orang
yang menyebabkan keadaan tadi). yang paling cermat, paling hati-hati, pa-
ling ahli dan sebagainya. Untuk menentu-
Culpa menurut Pendapat Ahli Hukum kan adanya kealpaan ini harus dilihat
Dalam pengertian kealpaan atau peristiwa demi peristiwa. Orang yang
culpa secara sempit, beberapa ahli hukum harus memegang ukuran normatif dari
menyebut syarat-syarat untuk adanya kealpaan itu adalah hakim.
kealpaan. Hazenwinkel Suringa meng- Undang-undang mewajibkan sese-
artikan “schuld” (kealpaan) sebagai keku- orang untuk melakukan sesuatu atau
rangan penduga-duga. Menurut Van untuk tidak melakukan sesuatu. Misal-
Hamel, kealpaan mengandung dua syarat, nya, dalam peraturan lalu-lintas ada ke-
yaitu tidak mengadakan penduga-duga tentuan bahwa di simpangan jalan, apa-
sebagaimana diharuskan oleh hokum, dan bila kendaraan datang pada waktu yang
tidak mengadakan penghati-hati sebagai- bersamaan, maka kendaraan dari kiri
mana diharuskan oleh hukum. Sedangkan harus didahulukan. Seorang pengendara
Simons menyatakan bahwa pada umum- dalam hal ini dinyatakan berbuat lain
nya “schuld” (kealpaan) mempunyai dua daripada apa yang diatur apabila perbuat-
unsure, yaitu tidak adanya penghati-hati, annya itu mengakibatkan tabrakan, se-
di samping dapat diduganya akibat. hingga orang lain luka berat. Ia dapat
Selain itu, d Pompe menyebut ada 3 dikatakan karena kealpaannya meng-
macam yang masuk kategori kealpaan akibatkan orang lain luka.8
(anachtzaamheid), yaitu: Dalam hal tersebut, VOS menge-
1. Dapat mengirakan (kunnen venva- mukakan bahwa dalam delik-delik culpa
chten) timbulnya akibat; sifat melawan hukum telah tersimpul di
2. Mengetahui adanya kemungkinan dalam culpa itu sendiri. Culpa memang
(kennen der mogelijkheid); tidak mesti meliputi dapat dicelanya si-
3. Dapat mengetahui adanya kemung- pelaku, namun culpa menunjukkan kepa-
kinan (kunnen kennen van de moge-
8
lijkheid). Pasal 360 ayat (1) KUHP.

74
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

da tidak patutnya perbuatan itu dan jika begrip). Penentuan kealpaan seseorang
perbuatan itu tidak bersifat melawan harus dilakukan dari luar, harus disim-
hukum, maka tidaklah mungkin perbuat- pulkan dari situasi tertentu, bagaimana
an itu merupakan perbuatan yang ab- saharusnya si-pelaku itu berbuat.
normal, jadi tidak mungkin ada culpa.
Dalam culpoos tidak mungkin diajukan Delik Pro Parte Dolus Pro Parte Culpa
alasan pembenar (rechtvaar diggings- Delik-delik yang dirumuskan dalam
grond). Untuk terdapat pemidanaan, perlu Pasal 359, 360, 188, 409 KUHP dapat
ada kekurangan hati-hati yang cukup disebut sebagai delik culpoos dalam arti
besar, jadi harus culpa lata dan bukan yang sesungguhnya. Di samping itu, ada
culpa levis (kealpaan yang sangat ringan). delik-delik yang di dalam perumusanya
memuat unsur kesengajaan dan kealpaan
Bentuk Kealpaan sekaligus, sedang ancaman pidananya
Pada dasarnya orang berfikir dan sama. Muljatno menamakan delik-delik
berbuat secara sadar. Pada delik culpoos, tersebut sebagai delik yang salah satu
kesadaran si pelaku tidak berjalan secara unsurnya diculpakan, misalnya penadah-
tepat. Oleh karena itu, bentuk kealpaan an (Pasal 480 KUHP), delik yang me-
dapat dibagi dalam 2 bentuk, yaitu: nyangkut pencetak dan penerbit (Pasal
pertama, kealpaan yang disadari (bewuste 483 dan 484), dan delik-delik kesusilaan
schuld); disini si pelaku dapat menyadari (Pasal 287, 288, 292).
tentang apa yang dilakukan beserta aki- Rumusan yang dipakai dalam delik-
batnya, akan tetapi ia percaya dan meng- delik tersebut ialah “diketahui” atau
harapkan bahwa akibatnya tidak akan “mengerti” bentuk kesengajaan dan “se-
terjadi. Kedua, kealpaan yang tidak di- patutnya harus diduga” atau “seharusnya
sadari (onbewuste schuld); dalam hali ini menduga bentuk kealpaan. Pada delik-
si pelaku melakukan sesuatu yang tidak delik ini kesengajaan atau kealpaan hanya
menyadari kemungkinan akan timbulnya tertuju kepada salah satu unsur dari delik
sesuatu akibat, padahal seharusnya ia itu. Pada delik penadahan ditujukan ke-
dapat menduga sebelumnya. pada hal “bahwa barang yang bersang-
Perbedaan itu bukanlah berarti kutan diperoleh dari kejahatan”. Pada
bahwa kealpaan yang disadari sifatnya delik-delik kesusilaan (Pasal 287 dan
lebih berat dari pada kealpaan yang tidak Pasal 288) ditujukan kepada “umur wani-
disadari. Kerapkali justru karena tanpa ta belum lima belas tahun, atau kalau
berfikir akan kemungkinan timbulnya umurnya ternyata belum mampu di-
akibat, malah terjadi akibat yang sangat kawin”. Pada delik Pasal 292 ditujukan
berat. Van Hattum mengatakan bahwa kepada unsur “belum cukup umur dari
kealpaan yang disadari adalah suatu se- orang yang sama kelamin itu”. Pada
butan yang mudah untuk bagian kesadar- delik-delik Pasal 483 dan Pasal 484
an kemungkinan (yang ada pada pelaku), ditujukan kepada unsur “pelaku/orang
yang tidak merupakan dolus eventualis. yang menyuruh cetak pada saat
Jadi, perbedaan tersebut tidak banyak penerbitan, tidak dapat dituntut, atau me-
artinya. Kealpaan merupakan pengertian netap di luar Indonesia.
yang normatif bukan suatu pengertian Dalam surat dakwaan cukup di-
yang menyatakan keadan (bukan feitelijk cantumkan uraian kata-kata presis seperti

75
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

apa yang dirumuskan dalam undang- hui orang yang tidur di jalan itu. Kalau
undang, jadi misalnya untuk delik dalam tidak, maka ini merupakan kealpaan.9
Pasal 480 mengenai benda, yang diketa-
hui atau sepatutnya harus diduga, dipe- Ketentuan Pidana di dalam Undang-
roleh dari kejahatan. Ada dan tidak ada- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
nya kealpaan itu harus dibuktikan dalam Praktik Kedokteran
pemeriksaan pengadilan ditetapkan oleh Perbuatan manusia dalam arti luas
hakim. adalah mengenai apa yang dilakukan, apa
Pembuktiannya cukup secara nor- yang di ucapkan, dan bagaimana sikap-
matif, jadi tidak dilihat apakah terdakwa nya terhadap suatu hal atau kejadian. Di
mengetahui. Arrest Hooggerchtshof (da- dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun
lam tingkat kasasi) membatalkan kepu- 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak
tusan Raad van Justitie Medan, yang dijabarkan secara jelas mengenai hal-hal
membebaskan terdakwa yang dituduh yang berkenaan dengan wanprestasi yang
melakukan “schuldheling” (Pasal 480). dilakukan oleh seorang dokter/dokter
Hooggerechtshof (H.G.H) menyatakan gigi. Undang-undang tersebut hanya
bahwa wet tidak mengharuskan adanya mengatur surat ijin praktik10, pelaksanaan
dugaan pada terdakwa sepatutnya harus praktik11, pemberian pelayanan12, dan
menduga bahwa barang itu berasal dari ketentuan pidana terkait penyimpangan
kejahatan, dengan sama sekali tidak me- administarasi yang dilakukan oleh dokter/
nganggap penting apakah terdakwa betul- dokter gigi di dalam menjalankan
betul mempunyai dugaan atau tidak. profesinya sebagai pemberi pelayanan di
Kelapaan orang lain tidak dapat meniada- bidang kesehatan. Ketentuan pidana
kan kealpaan dari terdakwa. Contoh- tersebut diatur dalam Pasal 75, 76, 77, 78,
nya, terdakwa sebagai pengendara mobil 79, dan 80 UU No. 29 Tahun 2004 yang
tetap dipidana karena ia pada malam hari berbunyi sebagai berikut:
menabrak gerobak yang tidak memakai
lampu. Pengendara gerobak alpa, tetapi Pasal 75
ini tidak meniadakan kealpaan terdakwa. Setiap dokter atau dokter gigi yang
dengan sengaja melakukan praktik
Seorang pengemudi mobil pada
kedokteran tanpa memiliki surat tanda
pagi hari jam 03.00 melanggar sekaligus registrasi sebagaimana dimaksud dalam
4 orang yang sedang tidur di tengah jalan Pasal 29 ayat (1) dipidana penjara palikg
raya. Dalam kasus inipun tidak boleh lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
dilihat adanya “kealpaan orang lain”, banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta
tetapi tetap harus ditinjau ada dan tidak rupiah).
adanya kealpaan pada pengemudi mobil, Setiap dokter atau dokter gigi
warganegara asing yang dengan sengaja
apakah ia kurang hati-hati dan kurang-
melakukan praktiknkedokteran tanpa
menduga-duga. Selain itu, harus ditinjau memiliki surat tanda registrasi sementara
keadaan mobilnya. Kalau lampunya ku-
rang terang, maka ini merupakan indikasi 9
http://71. Arif Suhartono
dari kealpaannya. Apabila lampunya nor- blogspot.com/2012/04/kealpaan-culpa.html
10
Pasal 36, 37, dan 38 UU No. 29 Tahun 2004.
mal, maka seharusnya ia dapat mengeta- 11
Pasal 39, 40, 41, 42, 43 UU No. 29 Tahun
2004.
12
Pasal 44 dan 45 UU No. 29 Tahun 2004.

76
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 surat izin praktik sebagaimana dimaksud


ayat (1) dipidana dengan pidana penjara dalam Pasal 73 ayat (20 dipidana dengan
paling lama 3 (tiga) tahun atau dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
paling banyak Rp.100.000.000,00 atau denda paling banyak Rp.
(seratus juta rupiah). 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
Setiap dokter atau dokter gigi warga rupiah).
negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa Pasal 79
memiliki surat tanda registrasi bersyarat
Dipidana dengan pidana kurungan paling
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
lama 1 (satu) tahun atau denda paloing
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
palling banyak Rp. 100.000.000,00
yang:
(seratus juta rupiah).
Dengan sengaja tidak memasang papan
nama sebagaimana dimaksud pada Pasal
Pasal 76
41 ayat (1);
Setiap dokter dan dokter gigi yang Dengan sengaja tidak membuat rekam
dengan sengaja melakukan praktik medis sebagai mana dimaksud dalam
kedokteran tanpa memiliki surat izin Pasal 46 ayat (1); atau
praktik sebagaimana dimaksud dalam Dengan sengaja tidak memenuhi
Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara kewajiban sebagai mana dimaksud dalam
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf
paling banyak Rp. 100.000.000,00 d, huruf e.
(seratus juta rupiah). Pasal 80
Setiap orang yang dengan sengaja
Pasal 77 memperkejakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42,
Setiap orang dengan sengaja
dipidana dengan pidana penjara paling
menggunakan identitas berupa gelar atau
lama 10 (sepuluh) tahun atau dengan
bentuklain yang menimbulkan kesan bagi
paling banyak Rp. 300.000.00,00
masyarakat seolah-olah yang
(tigaratus juta rupiah).
bersangkutan adalah dokter atau dokter
Dalam hal tindak pidana sebagaimana
gigi yang telah memiliki surat tanda
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
registrasi dokter gigi dan/atau surat izin
korporasi, maka pidana yang dijatuhkan
praktik sebagaimana dimaksud dalam
adalah pidana denda sebagaimana
Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana
dimaksud pada ayat (1) ditambah
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
sepertiga atau dijatuhi hukuman
denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
tambahan be.rupa pencabutan izin.
(seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 78 Culpa Levis dan Tuntutannya di


Bidang Hukum bagi Dokter/Dokter
Setiap orang yang dengan sengaja
Gigi
menggunakan alat, metode atau cara-cara
lain dalam memberikan pelayanan kepada Profesi kedokteran atau kedokteran
masyarakat yang menimbulkan kesan gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran
seolah-olah yang bersangkutan adalah atau kedokteran gigi yang dilaksanakan
dokter atau dokter gigi yang telah berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi
memiliki surat tanda registrasi dokter yang di peroleh melalui pendidikan yang
atau surat tanda registrasi dokter gigi atau berjenjang, dan kode etik yang bersifat

77
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

melayani masyarakat. Dari pengertian  Pasal 44 (sakit jiwa);


tersebut maka hakikat profesi adalah  Pasal 48 (adanya unsur daya paksa/
panggilan hidup untuk mengabdikan diri overmacht);
pada kemanusian yang didasarkan pada  Pasal 49 (pembelaan diri terpaksa);
pendidikan yang harus dilaksanakan  Pasal 50 (melaksanakan ketentuan
dengan kesungguhan niat dan tanggung undang-undang);
jawab penuh.13  Pasal 51 (melaksanakan perintah ja-
batan).
Makna Culpa Levis dalam Hukum
Selain itu dikenal beberapa keadaan
Pengertian culpa levis atau levis-
sebagai dasar peniadaan hukuman di luar
sima adalah sangat ringan. Ukuran yang
undang-undang tersebut, yaitu tidak ada
digunakan untuk culpa levis bukanlah
hukuman walaupun memenuhi semua
orang/dokter yang paling hati-hati, me-
unsur delik, karena hilangnya sifat ber-
lainkan culpa lata itu sendiri. Kelalaian
tentangan dengan hukum material; dan
bukanlah suatu pelanggaran hukum atau
tidak ada hukuman karena tidak ada
kejahatan apabila kelalaian itu tidak
kesalahan.
sampai membawa kerugian atau cedera
Secara umum dikatakan bahwa di
kepada orang lain dan orang itu dapat
luar keadaan-keadaan tersebut, tidak ada
menerimanya. Ini berdasarkan hukum”de
lagi dasar-dasar peniadaan hukuman.
minimus non curat lex” yang berarti
Namun untuk bidang kedokteran, ada
hukum tidak mencampuri hal-hal yang
faktor-faktor khusus yang tidak dijumpai
dianggap sepele. Dalam hukum terdapat
pada hukum yang berlaku umum, yaitu:
suatu kaidah yang berbunyi “Res Ipsa
 Resiko pengobatan (Risk of treat-
Loquitur” yang berarti faktanya telah ber-
ment) yang meliputi: resiko yang me-
bicara, misalnya terdapat kain kasa yang
lekat/inheren, reaksi alergi, dan kom-
tertinggal. Perlu ditekankan bahwa culpa
plikasi dalam tubuh pasien;
levis atau levisimma hanya dapat di-
 Kecelakaan medik (medical acci-
gunakan dalam bidang hukum perdata
dent);
dan hukum disiplin tenaga kesehatan. Ini
 Kekeliruan penilaian klinis (non neg-
berbeda dengan culpa lata yang dikena-
ligent error of judgment);
kan dalam hukum pidana. Dalam bidang
 Volenti non fit iniura: didasarkan atas
kedokteran suatu kesalahan kecil dapat
pandangan bahwa bila seseorang telah
menimbulkan akibat berupa kerugian
mengetahui adanya suatu resiko dan
besar. Perkembanga akibat-akibat ini me-
secara sukarela bersedia menanggung
nunjukkan adanya keinginan masyarakat
resiko tersebut. Jika kemudian resiko
untuk membawa kedokteran ke pengadil-
itu benar-benar terjadi, maka ia tidak
an untuk diadili secara hukum. Terdapat
lagi menuntut;
dasar-dasar peniadaan hukuman dalam
hukum kedokteran yang tercantum dalam  Contributory negligence, istilah ini
beberapa Pasal KUHP bagi dokter yang secara umum digunakan untuk sikap-
telah melakukan malpraktik medik, yaitu: sikap tindak yang tidak wajar dari
pihak pasien, yang mengakibatkan
13
Machmud, S., Penegakan Hukum dan kerugian/cedera pada dirinya, tanpa
Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga memandang apakah pada pihak dok-
Melakukan Medical Malpraktik, hal. 235-236.

78
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

ter terdapat pula kelalaian atau tidak tentang: a) risiko apa yang melekat
(contoh: ditaatinya nasehat dokter).14 (inheren) pada tindakan tersebut; b) ke-
mungkinan timbulnya efek samping; c)
Tolok Ukur Kelalaian yang Dapat alternatif lain (jika ada) selain tindakan
Digugat menurut Hukum yang diusulkan; dan d) kemungkinan apa
Kelalaian dapat dipersalahkan atau yang mungkin terjadi apabila tindakan itu
dapat digugat menurut hukum apabila tidak dilakukan.
sudah memenuhi unsur 4 D, yaitu: 2. Dereliction of that duty (penyim-
1. Duty (kewajiban) pangan dari kewajiban)
Duty adalah kewajiban dari profe- Penyimpangan ini tidak boleh di-
si di bidang kesehatan untuk memper- artikan sempit, karena dalam ilmu kese-
gunakan segala ilmu dan kepandaiannya hatan terdapat kemungkinan dua pen-
untuk penyembuhan atau setidak-tidak- dapat atau lebih yang berbeda tetapi
nya meringankan beban penderitaan semuanya benar. Oleh karena itu, diper-
pasiennya (to cure and to cure) berdasar- lukan adu argumentasi untuk proses
kan standar profesinya masing masing. pembuktian antar kolega sesuai dengan
Hubungan tenaga kesehatan dengan perkembangan ilmu kesehatan mutakhir.
pasien termasuk golongan perikatan ber- Penyimpangan dari kewajiban, jika se-
usaha (inspanning vertbintenis). Ini ber- orang tenaga kesehatan menyimpang dari
arti bahwa tenaga kesehatan itu tidak apa yang seharusnya dilakukan (comis-
dapat dipersalahkan apabila hasil peng- sion) atau tidak melakukan apa yang
obatan dan perawatan ternyata tidak seharusnya (omission) menurut standar
dapat menolong sebagaimana yang diha- profesi, maka tenaga kesehatan dapat di-
rapkan, asalkan usaha tersebut telah di- persalahkan.
laksanakan sesuai dengan standar profesi. Untuk menentukan apakah terdapat
Seorang tenaga kesehatan dalam melak- penyimpangan atau tidak, harus didasar-
sanakan pelayanan kesehatan harus mem- kan pada fakta-fakta yang meliputi kasus-
perhatikan hal-hal sebagai berikut: a) nya dengan bantuan pendapat ahli dan
adanya indikasi; b) bertindak secara hati- saksi ahli. Seringkali pasien atau kelu-
hati dan teliti; c) cara bekerjanya berdsar- arganya menganggap bahwa akibat nega-
kan standar profesi; dan d) sudah ada in- tif yang timbul adalah sebagai akibat dari
formed consent. Tenaga kesehatan yang kesalahan atau kelalaian tenaga kesehat-
melakukan pelayanan kesehatan kepada an. Hal ini tidak selalu demikian. Harus
pasien harus memberikan penjelasan dibuktikan terlebih dahulu adanya hubu-
kalau mereka akan melakukan tindakan ngan kausal antara cedera atau kematian
yang bersifat invasif dan meminta per- pasien dan unsur kelalaian (jika ada).
setujuan pasiennya (informed consent). 3. Direct causation (kausa atau akibat
Persetujuan ini penting, karena merupa- langsung)
kan salah satu unsur dari tanggung jawab Setiap kasus harus ada hubungan
profesional. Tenaga kesehatan harus langsung sebagai kausal terhadap akibat
menjelaskan dengan kata-kata sederhana yang terjadi, dan hubungan kausal dan
yang dapat dimengerti oleh pasiennya akibat itu tidak dapat digeneralisasi pada
setiap tindakan pelayanan kesehatan. Se-
14
Pitono, S, et.all., Op.cit. hal. 148-1150. cara adekuat, suatu kekeliruan dalam
79
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

menegakkan diagnosa saja tidaklah cukup orang mati, yang bersalah diancam
untuk meminta pertanggung jawaban se- dengan pidana penjara paling lama
orang tenaga kesehatan. satu tahun empat bulan atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
4. Damage (kerugian)
Sedangkan kealpaan akibat merupa-
Memperhitungkan kerugian tidak
kan suatu peristiwa pidana apabila akibat
boleh berdasarkan kerugian sepihak, me-
dari kealpaan itu sendiri sudah menim-
lainkan kesebandingan antara kerugian
bulkan akibat yang dilarang oleh hukum
atas dasar biaya yang dikeluarkan untuk
pidana, misalnya cacat atau matinya
pencegahan dan biaya yang timbul dari
orang lain seperti yang diatur dalam Pasal
akibatnya. Apabila biaya untuk pence-
359, 360, 361 KUHP.
gahan dapat diperkirakan lebih murah
dari pada biaya kerugian untuk akibat Pasal 359
yang terjadi, maka ada kelalaian. Untuk Barang siapa karena kesalahannya (ke-
dapat dipersalahkan, harus ada hubungan alpaannya) menyebabkan orang lain mati,
kausal (secara langsung) antara penyebab diancam dengan pidana penjara paling
(causa) dengan kerugian (demage) yang lama lima tahun atau pidana kurungan
diderita oleh karenanya dan tidak ada paling lama satu tahun.
peristiwa atau tindakan sela diantaranya.
Pasal 360
Hal ini harus dibuktikan dengan jelas. (1) Barang siapa karena kesalahannya
Tidak bisa hanya karena hasil (outcome) (kealpaannya) menyebabkan orang
yang negatif, lantas langsung saja tenaga lain mendapat luka-luka berat, di-
kesehatannya dianggap salah atau lalai. ancam dengan pidana penjara paling
Ditinjau dari hukum pidana, kela- lama lima tahun atau pidana kurungan
laian terbagi 2 macam, yaitu kealpaan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya
perbuatan dan kealpaan akibat. Yang di- (kealpaannya) menyebabkan orang
maksud kealpaan perbuatan yaitu apabila lain luka luka sedemikian rupa se-
hanya dengan melakukan perbuatannya hingga timbul penyakit atau halangan
itu sudah merupakan suatu peristiwa menjalankan pekerjaan jabatan atau
pidana, maka tidak perlu melihat akibat pencarian selama waktu tertentu, di-
yang timbul dari perbuatan tersebut ancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana ku-
sebagaimana ketentuan Pasal 205 KUHP
rungan paling lama enam bulan atau
berikut ini. pidana denda paling tinggi empat ribu
(1) Barang siapa karena kesalahannya lima ratus rupiah.
(kealpaannya) menyebabkan barang-
barang yang berbahaya bagi nyawa Pasal 361
atau kesehatan orang, dijual, diserah- Jika kejahatan dalam bab ini bisa dilaku-
kan, atau dibagi-bagikan tanpa diketa- kan dalam menjalankan suatu jabatan
hui sifat bahayanya oleh yang mem- atau pencarian, maka pidana ditambah
beli atau yang memperoleh diancam dengan sepertiga dan yang bersalah dapat
dengan pidana penjara paling lama dicabut haknya untuk menjalankan pen-
sembilan bulan atau pidana kurungan carian dalam mana dilakukan kejahatan
paling lama enam bulan atau pidana dan hakim dapat memerintahkan supaya
denda paling banyak empat ribu lima putusannya di umumkan.
ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan

80
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82

Kealpaan yang disadari terjadi apa- 1. Pelaku berbuat atau tidak berbuat lain
bila seseorang tidak berbuat sesuatu, dari pada yang seharusnya ia perbuat
padahal dia sadar akibat perbuatan (ter- atau tidak berbuat, sehingga dengan
masuk tidak berbuat) yang dilarang oleh berbuat demikian atau tidak berbuat
hukum pidana itu pasti timbul. Sedang- ia telah melakukan perbuatan mela-
kan kealpaan yang tidak disadari ada wan hukum;
kalau pelaku tidak memikirkan kemung- 2. Pelaku telah berbuat lalai, lengah,
kinan akan adanya suatu akibat atau ke- atau kurang berpikir panjang;
adaan tertentu, sedangkan ia sepatutnya 3. Perbuatan pelaku tersebut dapat di-
telah memikirkan hal itu. Kalau ia cela dan oleh karena itu pelaku harus
memang memikirkan hal itu maka ia mempertanggungjawabkan akibat
tidak akan melakukannya. Apabila sese- yang terjadi karena perbutannya itu.
orang melakukan suatu perbuatan dan
perbuatan itu menimbulkan suatu akibat Ditinjau dari hukum perdata, ber-
yang dilarang dan diancam oleh hukum, awal dari hukum perikatan yang terjadi
oleh peraturan perundang-undangan, antara tenaga kesehatan dan pasien, tran-
walaupun perbuatannya itu tidak dilaku- saksi terapeutik antara tenaga kesehatan
kan dengan sengaja, orang itu seharusnya (dalam hal ini melakukan tindakan kura-
dapat berbuat lain, sehingga tidak menim- tif) dan pasien merupakan hubungn
bulkan akibat yang dilarang atau bahkan hukum yang kuat. Di dalam transaksi te-
sama sekali tidak melakukan perbuatan rapeutik terjadi kesepakatan antara tenaga
itu. kesehatan dan pasien untuk syarat-syarat
Dengan demikian, dalam menentu- yang telah diperjanjikan. Dalam hal ini,
kan apakah seseorang telah berbuat tidak akan muncul hak dan kewajiban yang
hati hati ialah apabila orang tersebut harus disepakati antara tenaga kesehatan
dapat berbuat lain agar akibat yang di- dan pasien. Tenaga kesehatan akan mem-
larang oleh peraturan perundang-undang- berika tindakan untuk meningkatkan ke-
an dan diancam hukuman itu tidak tim- sembuhan pasien dan pasien akan mem-
bul. Dalam hal demikian, yang menjadi berikan imbalan atas apa yang dilakukan
tolok ukur adalah pikiran dan kemampu- oleh tenaga kesehatan. Gugatan dapat ter-
an orang tersebut untuk menentukan apa- jadi apabila salah satu pihak tidak me-
kah setiap orang yang termasuk dalam menuhi apa yang telah dijanjikan atau di-
kategori yang sama dengannya dan dalam penuhi tetapi tidak sesuai dengan apa
kondisi yang sama serta dengan sarana yang dijanjikan, sehingga salah satu
yang sama akan berbuat lain. Apabila pihak merasa dirugikan.15
orang lain yang termasuk kategori yang
sama, akan berbuat sama dengan dia, Kesimpulan dan Saran
maka dapat dikatakan ada kelalaian atau Kesimpulan
kealpaan. Namun, sebaliknya jika orang Berdasarkan paparan dan pemba-
lain akan berbuat lain dengan apa yang hasan yang telah dilakukan dapat ditarik
dilakukan olehnya, maka dapat dikatakan simpulan-simpulan sebagai berikut:
bahwa ia telah berbuat kurang hati hati,
lalai dan alpa. Kealpaan atau kelalaian 15
Triwibowo, C., 2014, Etika & Hukum
hakikatnya mengandung tiga unsur: Kesehatan, Yogyakarta, hal. 284-289.

81
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….

1. Sebagai tenaga kesehatan yang profe- Daftar Bacaan


sional seperti dokter, dokter gigi dan Machmud, S., Penegakan Hukum dan
perawat tentunya harus bersikap pro- Perlindungan Hukum bagi Dokter
fesional di dalam pelayanan kesehat- yang Diduga Melakukan Medical
Malpraktik.
an terhadap pasien dan adanya ke-
Marpaung, L, Asas-Teori-Praktik Hukum
sembronoan atau ketidakcakapan ter- Pidana, Jakarta.
hadap dirinya seharusnya diatur di Pitono, S., et.all., Etik dan Hukum di
dalam undang-undang keprofesiannya Bidang Kesehatan, Surabaya.
masing-masing. Undang-Undang Triwibowo, C., 2014, Etika & Hukum
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Prak- Kesehatan, Yogyakarta.
tik Kedokteran tidak mencantumkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran
kata kelalaian, apalagi yang lebih ter-
(Lembaran Negara Republik
perinci seperti arti culpa lata dan Indonesia Nomor 116 Tahun 2004,
culpa levis. Tambahan Lembaran Negara
2. Profesi dokter bukan profesi bisnis, Republik Indonesia Nomor 4431)
jadi segala tindakan yang dilakukan http://71. Arif Suhartono
oleh dokter yang juga termasuk se- blogspot.com/2012/04/kealpaan-
bagai tenaga kesehatan, di dalam culpa.html
memberikan pelayanan kepada pa-
siennya sekalipun tidak ditemukan
dasar hukum yang tegas, dokter tetap
dapat dituntut pertanggungjawaban
atas tindakan medisnya.

Saran
Sebaiknya istilah hukum yang
berhubungan dengan kelalaian tenaga ke-
sehatan ditulis secara jelas di dalam
undang-undang keprofesiannya masing-
masing. Sebagai contoh adalah profesi
dokter, sebaiknya dicantumkan istilah
culpa lata dan culpa levis sehingga men-
jadi jelas dan tidak rancu jika hakim akan
memutuskan putusannya.
Sebaiknya ada mata kuliah hukum
kesehatan pada kurikulum sarjana hukum
dan diajar oleh seorang dokter, guna
menghindari kesesatan hakim di dalam
memutuskan putusannya dalam meng-
hadapi kasus yang berhubungan dengan
keprofesian di bidang kesehatan.

82

Anda mungkin juga menyukai