KEDOKTERAN
Nabil Bahasuan
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya
Abstract: Nowadays the doctor becomes headlines in various media. One of the reasons is
the people’s common senses on the medical profession. The problem arises if the doctor
fails to provide right services to patients, so that the doctor is often considered to do a
culpha, which he/she performed it not due to his fault. Thus, it is important to study: first,
whether culpa lata performed by the doctor/dentist is written in act of medical practice.
Second, can culpa levis performed by the doctor/dentists liberate the doctor from
indictment about mal-practice. The results show that as professional health workers, the
doctors, dentists and nurses should do professionally in caring the health of patients. Their
carelessness or incompetence should be regulated in the legislation on their
professionalism. Act Number 29 of 2004 on Medical Practice does not include the
negligence, including culpa lata and culpa levis in more detail. In addition, the medical
profession is not a business profession, so that all actions the doctors as health workers
perform in providing services to patients inspite of unavailable legal basis, their
accountability can be indicted for their medical actions.
Abstrak: Profesi dokter belakangan ini menjadi sorotan berita di berbagai media massa.
Salah satu sebabnya adalah keawaman masyarakat tentang pengertian profesi kedokteran
itu sendiri. Masalah muncul jika seorang dokter gagal memberikan pelayanan kepada
pasien, sehingga tidak jarang seorang dokter dikatakan melakukan suatu kelalaian, yang
mana belum tentu kelalaian yang dilakukan seorang dokter itu akibat kesalahannya.
Dengan demikian, penting untuk dikaji: pertama, apakah culpa lata yang dilakukan oleh
seorang dokter/dokter gigi sudah tertulis di dalam undang-undang praktik kedokteran.
Kedua, apakah culpa levis yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi dapat membebaskan
dokter dari tuntutan mal praktik. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa sebagai tenaga
kesehatan yang professional, dokter, dokter gigi dan perawat tentunya harus bersikap
professional di dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien dan adanya kesembronoan atau
ketidakcakapan terhadap dirinya seharusnya diatur di dalam undang-undang
keprofesiannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran tidak mencantumkan kata kelalaian, apalagi yang lebih terperinci seperti arti
culpa lata dan culpa levis. Selain itu, profesi dokter bukan profesi bisnis, jadi segala
tindakan yang dilakukan oleh dokter yang juga termasuk sebagai tenaga kesehatan, di
dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya sekalipun tidak ditemukan dasar hukum
yang tegas, dokter tetap dapat dituntut pertanggungjawaban atas tindakan medisnya.
68
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82
1 2
Syahrul, M, Penegakan Hukum dan Pitono,S, et all, Etik dan Hukum di Bidang
Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga Kesehatan, Surabaya, hal. 126-127.
3
Melakukan Medical Malpractice, Bandung, hal. 2. Ibid, hal. 128.
69
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
71
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
bisa terjadi pada waktu dokter mem- terlihat bahwa SPM (Standard Profesi
berikan obat berbahaya atau melaku- Medik) merupakan hal yang penting bagi
kan operasi. Meskipun dokter tersebut dokter dalam melaksanakan profesinya.6
tidak mempunyai maksud untuk me-
nyebabkan kematian pada pasiennya, Makna Culpa menurut Hukum di
dia dapat dihukum karena melakukan Indonesia
pembunuhan tingkat kedua. Dalam crimineel wetboek (Kitab
Pada contoh-contoh kasus di atas Undang-Undang Hukum Pidana) tahun
dapat diambil kesimpulan bahwa dokter 1809 dicantumkan: “Kesengajaan adalah
yang melakukan criminal malpractice se- kemauan untuk melakukan atau tidak
cara medis tindakannya betul, tetapi hal melakukan perbuatan yang dilarang atau
itu secara hukum tidak dapat dibenarkan diperintahkan oleh undang-undang”.
misalnya pada operasi plastik tersebut di Umumnya para pakar sependapat bahwa
atas. Kadang-kadang tindakan itu tidak “kealpaan“ adalah bentuk kesalahan yang
merugikan pasien, bahkan menguntung- lebih ringan dari “kesengajaan”. Itulah
kan, misalnya dokter tidak melaporkan sebabnya, sanksi atau ancaman hukuman
pasiennya yang merupakan pelaku tindak terhadap pelanggaran norma pidana yang
pidana. dilakukan dengan “kealpaan” lebih
Civil malpractice terjadi apabila se- ringan.7
seorang dokter telah menyebabkan pa- Kealpaan (Culpa)
siennya menderita luka atau mati, tetapi Culpa dalam arti sempit berarti
tidak dapat dituntut secara pidana. Dalam schuld, nalatigheid, recklessness, negli-
hal ini, dia dapat digugat secara perdata gence, fahrlassigkeit, sembrono, teledor.
oleh pasien maupun keluarganya. Tang- Di samping sikap batin berupa kesenga-
gung jawab ini tidak berkurang walapun jaan ada pula sikap batin yang berupa
pasien tersebut tidak mampu atau pasien kealpaan. Hal ini terdapat dalam beberapa
yang tidak membayar, misalnya alat delik. Akibat ini timbul karena ia alpa, ia
untuk operasi yang tertinggal di tubuh sembrono, teledor, ia berbuat kurang hati-
pasien. hati atau kurang menduga-duga. Dalam
Penilaian atas tindak kelalaian ini Buku II KUHP terdapat beberapa pasal
sangat penting, karena merupakan salah yang memuat unsur kealpaan. Ini adalah
satu unsur utama dari apa yang dikenal delik-delik culpa (culpose delicten).
sebagai malpraktik. Ukuran yang dilaku- Delik-delik itu dimuat antara lain dalam:
kan oleh seorang dokter dikatakan “that Pasal 188: Karena kealpaannya menim-
he should show a fair, reasonable and bulkan peletusan, kebakaran dan seterus-
competent degree of skill“. Jika norma ini nya.
Pasal 231 ayat (4): Karena kealpaannya
tidak dapat dicapai, pada dasarnya dokter
sipenyimpan menyebabkan hilangnya dan
harus bertanggung jawab terhadap sebagainnya barang yang disita.
kerugian yang timbul akibat tindakannya. Pasal 359: Karena kealpaannya menye-
“The carrying out of treatment can be babkan matinya orang.
contra lege artis (malpractice) if it is
done without the proper and reasonable 6
Ibid, hal. 141-146
staandard of skill, care and competence 7
Marpaung, L, Asas, Teori dan Praktik Hukum
of the medical profession”. Sekali lagi Pidana, Jakarta, hal. 25.
73
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
74
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82
da tidak patutnya perbuatan itu dan jika begrip). Penentuan kealpaan seseorang
perbuatan itu tidak bersifat melawan harus dilakukan dari luar, harus disim-
hukum, maka tidaklah mungkin perbuat- pulkan dari situasi tertentu, bagaimana
an itu merupakan perbuatan yang ab- saharusnya si-pelaku itu berbuat.
normal, jadi tidak mungkin ada culpa.
Dalam culpoos tidak mungkin diajukan Delik Pro Parte Dolus Pro Parte Culpa
alasan pembenar (rechtvaar diggings- Delik-delik yang dirumuskan dalam
grond). Untuk terdapat pemidanaan, perlu Pasal 359, 360, 188, 409 KUHP dapat
ada kekurangan hati-hati yang cukup disebut sebagai delik culpoos dalam arti
besar, jadi harus culpa lata dan bukan yang sesungguhnya. Di samping itu, ada
culpa levis (kealpaan yang sangat ringan). delik-delik yang di dalam perumusanya
memuat unsur kesengajaan dan kealpaan
Bentuk Kealpaan sekaligus, sedang ancaman pidananya
Pada dasarnya orang berfikir dan sama. Muljatno menamakan delik-delik
berbuat secara sadar. Pada delik culpoos, tersebut sebagai delik yang salah satu
kesadaran si pelaku tidak berjalan secara unsurnya diculpakan, misalnya penadah-
tepat. Oleh karena itu, bentuk kealpaan an (Pasal 480 KUHP), delik yang me-
dapat dibagi dalam 2 bentuk, yaitu: nyangkut pencetak dan penerbit (Pasal
pertama, kealpaan yang disadari (bewuste 483 dan 484), dan delik-delik kesusilaan
schuld); disini si pelaku dapat menyadari (Pasal 287, 288, 292).
tentang apa yang dilakukan beserta aki- Rumusan yang dipakai dalam delik-
batnya, akan tetapi ia percaya dan meng- delik tersebut ialah “diketahui” atau
harapkan bahwa akibatnya tidak akan “mengerti” bentuk kesengajaan dan “se-
terjadi. Kedua, kealpaan yang tidak di- patutnya harus diduga” atau “seharusnya
sadari (onbewuste schuld); dalam hali ini menduga bentuk kealpaan. Pada delik-
si pelaku melakukan sesuatu yang tidak delik ini kesengajaan atau kealpaan hanya
menyadari kemungkinan akan timbulnya tertuju kepada salah satu unsur dari delik
sesuatu akibat, padahal seharusnya ia itu. Pada delik penadahan ditujukan ke-
dapat menduga sebelumnya. pada hal “bahwa barang yang bersang-
Perbedaan itu bukanlah berarti kutan diperoleh dari kejahatan”. Pada
bahwa kealpaan yang disadari sifatnya delik-delik kesusilaan (Pasal 287 dan
lebih berat dari pada kealpaan yang tidak Pasal 288) ditujukan kepada “umur wani-
disadari. Kerapkali justru karena tanpa ta belum lima belas tahun, atau kalau
berfikir akan kemungkinan timbulnya umurnya ternyata belum mampu di-
akibat, malah terjadi akibat yang sangat kawin”. Pada delik Pasal 292 ditujukan
berat. Van Hattum mengatakan bahwa kepada unsur “belum cukup umur dari
kealpaan yang disadari adalah suatu se- orang yang sama kelamin itu”. Pada
butan yang mudah untuk bagian kesadar- delik-delik Pasal 483 dan Pasal 484
an kemungkinan (yang ada pada pelaku), ditujukan kepada unsur “pelaku/orang
yang tidak merupakan dolus eventualis. yang menyuruh cetak pada saat
Jadi, perbedaan tersebut tidak banyak penerbitan, tidak dapat dituntut, atau me-
artinya. Kealpaan merupakan pengertian netap di luar Indonesia.
yang normatif bukan suatu pengertian Dalam surat dakwaan cukup di-
yang menyatakan keadan (bukan feitelijk cantumkan uraian kata-kata presis seperti
75
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
apa yang dirumuskan dalam undang- hui orang yang tidur di jalan itu. Kalau
undang, jadi misalnya untuk delik dalam tidak, maka ini merupakan kealpaan.9
Pasal 480 mengenai benda, yang diketa-
hui atau sepatutnya harus diduga, dipe- Ketentuan Pidana di dalam Undang-
roleh dari kejahatan. Ada dan tidak ada- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
nya kealpaan itu harus dibuktikan dalam Praktik Kedokteran
pemeriksaan pengadilan ditetapkan oleh Perbuatan manusia dalam arti luas
hakim. adalah mengenai apa yang dilakukan, apa
Pembuktiannya cukup secara nor- yang di ucapkan, dan bagaimana sikap-
matif, jadi tidak dilihat apakah terdakwa nya terhadap suatu hal atau kejadian. Di
mengetahui. Arrest Hooggerchtshof (da- dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun
lam tingkat kasasi) membatalkan kepu- 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak
tusan Raad van Justitie Medan, yang dijabarkan secara jelas mengenai hal-hal
membebaskan terdakwa yang dituduh yang berkenaan dengan wanprestasi yang
melakukan “schuldheling” (Pasal 480). dilakukan oleh seorang dokter/dokter
Hooggerechtshof (H.G.H) menyatakan gigi. Undang-undang tersebut hanya
bahwa wet tidak mengharuskan adanya mengatur surat ijin praktik10, pelaksanaan
dugaan pada terdakwa sepatutnya harus praktik11, pemberian pelayanan12, dan
menduga bahwa barang itu berasal dari ketentuan pidana terkait penyimpangan
kejahatan, dengan sama sekali tidak me- administarasi yang dilakukan oleh dokter/
nganggap penting apakah terdakwa betul- dokter gigi di dalam menjalankan
betul mempunyai dugaan atau tidak. profesinya sebagai pemberi pelayanan di
Kelapaan orang lain tidak dapat meniada- bidang kesehatan. Ketentuan pidana
kan kealpaan dari terdakwa. Contoh- tersebut diatur dalam Pasal 75, 76, 77, 78,
nya, terdakwa sebagai pengendara mobil 79, dan 80 UU No. 29 Tahun 2004 yang
tetap dipidana karena ia pada malam hari berbunyi sebagai berikut:
menabrak gerobak yang tidak memakai
lampu. Pengendara gerobak alpa, tetapi Pasal 75
ini tidak meniadakan kealpaan terdakwa. Setiap dokter atau dokter gigi yang
dengan sengaja melakukan praktik
Seorang pengemudi mobil pada
kedokteran tanpa memiliki surat tanda
pagi hari jam 03.00 melanggar sekaligus registrasi sebagaimana dimaksud dalam
4 orang yang sedang tidur di tengah jalan Pasal 29 ayat (1) dipidana penjara palikg
raya. Dalam kasus inipun tidak boleh lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
dilihat adanya “kealpaan orang lain”, banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta
tetapi tetap harus ditinjau ada dan tidak rupiah).
adanya kealpaan pada pengemudi mobil, Setiap dokter atau dokter gigi
warganegara asing yang dengan sengaja
apakah ia kurang hati-hati dan kurang-
melakukan praktiknkedokteran tanpa
menduga-duga. Selain itu, harus ditinjau memiliki surat tanda registrasi sementara
keadaan mobilnya. Kalau lampunya ku-
rang terang, maka ini merupakan indikasi 9
http://71. Arif Suhartono
dari kealpaannya. Apabila lampunya nor- blogspot.com/2012/04/kealpaan-culpa.html
10
Pasal 36, 37, dan 38 UU No. 29 Tahun 2004.
mal, maka seharusnya ia dapat mengeta- 11
Pasal 39, 40, 41, 42, 43 UU No. 29 Tahun
2004.
12
Pasal 44 dan 45 UU No. 29 Tahun 2004.
76
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82
77
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
78
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82
ter terdapat pula kelalaian atau tidak tentang: a) risiko apa yang melekat
(contoh: ditaatinya nasehat dokter).14 (inheren) pada tindakan tersebut; b) ke-
mungkinan timbulnya efek samping; c)
Tolok Ukur Kelalaian yang Dapat alternatif lain (jika ada) selain tindakan
Digugat menurut Hukum yang diusulkan; dan d) kemungkinan apa
Kelalaian dapat dipersalahkan atau yang mungkin terjadi apabila tindakan itu
dapat digugat menurut hukum apabila tidak dilakukan.
sudah memenuhi unsur 4 D, yaitu: 2. Dereliction of that duty (penyim-
1. Duty (kewajiban) pangan dari kewajiban)
Duty adalah kewajiban dari profe- Penyimpangan ini tidak boleh di-
si di bidang kesehatan untuk memper- artikan sempit, karena dalam ilmu kese-
gunakan segala ilmu dan kepandaiannya hatan terdapat kemungkinan dua pen-
untuk penyembuhan atau setidak-tidak- dapat atau lebih yang berbeda tetapi
nya meringankan beban penderitaan semuanya benar. Oleh karena itu, diper-
pasiennya (to cure and to cure) berdasar- lukan adu argumentasi untuk proses
kan standar profesinya masing masing. pembuktian antar kolega sesuai dengan
Hubungan tenaga kesehatan dengan perkembangan ilmu kesehatan mutakhir.
pasien termasuk golongan perikatan ber- Penyimpangan dari kewajiban, jika se-
usaha (inspanning vertbintenis). Ini ber- orang tenaga kesehatan menyimpang dari
arti bahwa tenaga kesehatan itu tidak apa yang seharusnya dilakukan (comis-
dapat dipersalahkan apabila hasil peng- sion) atau tidak melakukan apa yang
obatan dan perawatan ternyata tidak seharusnya (omission) menurut standar
dapat menolong sebagaimana yang diha- profesi, maka tenaga kesehatan dapat di-
rapkan, asalkan usaha tersebut telah di- persalahkan.
laksanakan sesuai dengan standar profesi. Untuk menentukan apakah terdapat
Seorang tenaga kesehatan dalam melak- penyimpangan atau tidak, harus didasar-
sanakan pelayanan kesehatan harus mem- kan pada fakta-fakta yang meliputi kasus-
perhatikan hal-hal sebagai berikut: a) nya dengan bantuan pendapat ahli dan
adanya indikasi; b) bertindak secara hati- saksi ahli. Seringkali pasien atau kelu-
hati dan teliti; c) cara bekerjanya berdsar- arganya menganggap bahwa akibat nega-
kan standar profesi; dan d) sudah ada in- tif yang timbul adalah sebagai akibat dari
formed consent. Tenaga kesehatan yang kesalahan atau kelalaian tenaga kesehat-
melakukan pelayanan kesehatan kepada an. Hal ini tidak selalu demikian. Harus
pasien harus memberikan penjelasan dibuktikan terlebih dahulu adanya hubu-
kalau mereka akan melakukan tindakan ngan kausal antara cedera atau kematian
yang bersifat invasif dan meminta per- pasien dan unsur kelalaian (jika ada).
setujuan pasiennya (informed consent). 3. Direct causation (kausa atau akibat
Persetujuan ini penting, karena merupa- langsung)
kan salah satu unsur dari tanggung jawab Setiap kasus harus ada hubungan
profesional. Tenaga kesehatan harus langsung sebagai kausal terhadap akibat
menjelaskan dengan kata-kata sederhana yang terjadi, dan hubungan kausal dan
yang dapat dimengerti oleh pasiennya akibat itu tidak dapat digeneralisasi pada
setiap tindakan pelayanan kesehatan. Se-
14
Pitono, S, et.all., Op.cit. hal. 148-1150. cara adekuat, suatu kekeliruan dalam
79
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
menegakkan diagnosa saja tidaklah cukup orang mati, yang bersalah diancam
untuk meminta pertanggung jawaban se- dengan pidana penjara paling lama
orang tenaga kesehatan. satu tahun empat bulan atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
4. Damage (kerugian)
Sedangkan kealpaan akibat merupa-
Memperhitungkan kerugian tidak
kan suatu peristiwa pidana apabila akibat
boleh berdasarkan kerugian sepihak, me-
dari kealpaan itu sendiri sudah menim-
lainkan kesebandingan antara kerugian
bulkan akibat yang dilarang oleh hukum
atas dasar biaya yang dikeluarkan untuk
pidana, misalnya cacat atau matinya
pencegahan dan biaya yang timbul dari
orang lain seperti yang diatur dalam Pasal
akibatnya. Apabila biaya untuk pence-
359, 360, 361 KUHP.
gahan dapat diperkirakan lebih murah
dari pada biaya kerugian untuk akibat Pasal 359
yang terjadi, maka ada kelalaian. Untuk Barang siapa karena kesalahannya (ke-
dapat dipersalahkan, harus ada hubungan alpaannya) menyebabkan orang lain mati,
kausal (secara langsung) antara penyebab diancam dengan pidana penjara paling
(causa) dengan kerugian (demage) yang lama lima tahun atau pidana kurungan
diderita oleh karenanya dan tidak ada paling lama satu tahun.
peristiwa atau tindakan sela diantaranya.
Pasal 360
Hal ini harus dibuktikan dengan jelas. (1) Barang siapa karena kesalahannya
Tidak bisa hanya karena hasil (outcome) (kealpaannya) menyebabkan orang
yang negatif, lantas langsung saja tenaga lain mendapat luka-luka berat, di-
kesehatannya dianggap salah atau lalai. ancam dengan pidana penjara paling
Ditinjau dari hukum pidana, kela- lama lima tahun atau pidana kurungan
laian terbagi 2 macam, yaitu kealpaan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya
perbuatan dan kealpaan akibat. Yang di- (kealpaannya) menyebabkan orang
maksud kealpaan perbuatan yaitu apabila lain luka luka sedemikian rupa se-
hanya dengan melakukan perbuatannya hingga timbul penyakit atau halangan
itu sudah merupakan suatu peristiwa menjalankan pekerjaan jabatan atau
pidana, maka tidak perlu melihat akibat pencarian selama waktu tertentu, di-
yang timbul dari perbuatan tersebut ancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana ku-
sebagaimana ketentuan Pasal 205 KUHP
rungan paling lama enam bulan atau
berikut ini. pidana denda paling tinggi empat ribu
(1) Barang siapa karena kesalahannya lima ratus rupiah.
(kealpaannya) menyebabkan barang-
barang yang berbahaya bagi nyawa Pasal 361
atau kesehatan orang, dijual, diserah- Jika kejahatan dalam bab ini bisa dilaku-
kan, atau dibagi-bagikan tanpa diketa- kan dalam menjalankan suatu jabatan
hui sifat bahayanya oleh yang mem- atau pencarian, maka pidana ditambah
beli atau yang memperoleh diancam dengan sepertiga dan yang bersalah dapat
dengan pidana penjara paling lama dicabut haknya untuk menjalankan pen-
sembilan bulan atau pidana kurungan carian dalam mana dilakukan kejahatan
paling lama enam bulan atau pidana dan hakim dapat memerintahkan supaya
denda paling banyak empat ribu lima putusannya di umumkan.
ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan
80
Perspektif Hukum, Vol. 14 No. 1 Mei 2014 : 68-82
Kealpaan yang disadari terjadi apa- 1. Pelaku berbuat atau tidak berbuat lain
bila seseorang tidak berbuat sesuatu, dari pada yang seharusnya ia perbuat
padahal dia sadar akibat perbuatan (ter- atau tidak berbuat, sehingga dengan
masuk tidak berbuat) yang dilarang oleh berbuat demikian atau tidak berbuat
hukum pidana itu pasti timbul. Sedang- ia telah melakukan perbuatan mela-
kan kealpaan yang tidak disadari ada wan hukum;
kalau pelaku tidak memikirkan kemung- 2. Pelaku telah berbuat lalai, lengah,
kinan akan adanya suatu akibat atau ke- atau kurang berpikir panjang;
adaan tertentu, sedangkan ia sepatutnya 3. Perbuatan pelaku tersebut dapat di-
telah memikirkan hal itu. Kalau ia cela dan oleh karena itu pelaku harus
memang memikirkan hal itu maka ia mempertanggungjawabkan akibat
tidak akan melakukannya. Apabila sese- yang terjadi karena perbutannya itu.
orang melakukan suatu perbuatan dan
perbuatan itu menimbulkan suatu akibat Ditinjau dari hukum perdata, ber-
yang dilarang dan diancam oleh hukum, awal dari hukum perikatan yang terjadi
oleh peraturan perundang-undangan, antara tenaga kesehatan dan pasien, tran-
walaupun perbuatannya itu tidak dilaku- saksi terapeutik antara tenaga kesehatan
kan dengan sengaja, orang itu seharusnya (dalam hal ini melakukan tindakan kura-
dapat berbuat lain, sehingga tidak menim- tif) dan pasien merupakan hubungn
bulkan akibat yang dilarang atau bahkan hukum yang kuat. Di dalam transaksi te-
sama sekali tidak melakukan perbuatan rapeutik terjadi kesepakatan antara tenaga
itu. kesehatan dan pasien untuk syarat-syarat
Dengan demikian, dalam menentu- yang telah diperjanjikan. Dalam hal ini,
kan apakah seseorang telah berbuat tidak akan muncul hak dan kewajiban yang
hati hati ialah apabila orang tersebut harus disepakati antara tenaga kesehatan
dapat berbuat lain agar akibat yang di- dan pasien. Tenaga kesehatan akan mem-
larang oleh peraturan perundang-undang- berika tindakan untuk meningkatkan ke-
an dan diancam hukuman itu tidak tim- sembuhan pasien dan pasien akan mem-
bul. Dalam hal demikian, yang menjadi berikan imbalan atas apa yang dilakukan
tolok ukur adalah pikiran dan kemampu- oleh tenaga kesehatan. Gugatan dapat ter-
an orang tersebut untuk menentukan apa- jadi apabila salah satu pihak tidak me-
kah setiap orang yang termasuk dalam menuhi apa yang telah dijanjikan atau di-
kategori yang sama dengannya dan dalam penuhi tetapi tidak sesuai dengan apa
kondisi yang sama serta dengan sarana yang dijanjikan, sehingga salah satu
yang sama akan berbuat lain. Apabila pihak merasa dirugikan.15
orang lain yang termasuk kategori yang
sama, akan berbuat sama dengan dia, Kesimpulan dan Saran
maka dapat dikatakan ada kelalaian atau Kesimpulan
kealpaan. Namun, sebaliknya jika orang Berdasarkan paparan dan pemba-
lain akan berbuat lain dengan apa yang hasan yang telah dilakukan dapat ditarik
dilakukan olehnya, maka dapat dikatakan simpulan-simpulan sebagai berikut:
bahwa ia telah berbuat kurang hati hati,
lalai dan alpa. Kealpaan atau kelalaian 15
Triwibowo, C., 2014, Etika & Hukum
hakikatnya mengandung tiga unsur: Kesehatan, Yogyakarta, hal. 284-289.
81
Nabil Bahasuan, Makna Culpa Lata Dan Culpa Levis ……….
Saran
Sebaiknya istilah hukum yang
berhubungan dengan kelalaian tenaga ke-
sehatan ditulis secara jelas di dalam
undang-undang keprofesiannya masing-
masing. Sebagai contoh adalah profesi
dokter, sebaiknya dicantumkan istilah
culpa lata dan culpa levis sehingga men-
jadi jelas dan tidak rancu jika hakim akan
memutuskan putusannya.
Sebaiknya ada mata kuliah hukum
kesehatan pada kurikulum sarjana hukum
dan diajar oleh seorang dokter, guna
menghindari kesesatan hakim di dalam
memutuskan putusannya dalam meng-
hadapi kasus yang berhubungan dengan
keprofesian di bidang kesehatan.
82