Isi-1
Isi-1
PENDAHULUAN
1
TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443 penderita BTA
positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO
memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkulosis paru
menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih
menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.
2
1.2 Tujuan
Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis
khususnya mengenai TB Paru mulai dari definisi sampai penatalaksanaan.
1.3 Manfaat
a. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai TB Paru.
b. Bagi Institut Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan
yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan
dengan kasus TB Paru
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang
1 – 4 μm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup
tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan
asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai, tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut
dengan larutan asam - alkohol.
Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari
penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang
kontak erat. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuborkulosis paru adalah mulai
dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara
4 – 12 minggu untuk tuberkulosis paru.
4
2.1.3 Klasifikasi
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak
termasuk pleura. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dapat dibagi
menjadi:
1. Berdasarkan letak anatomi
TB Paru : penyakit TB yang mengenai parenkim paru
TB Ekstra Paru : penyakit TB yang mengenai organ lain seperti
kulit, KGB, sendi dll
5
3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti-
tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1
bulan.
b. Kasus kambuh (Relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologi dicurigai lesi aktif/perburukan dan terdapat gejala
klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan : Lesi
nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll).
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani tuberkulosis.
c. Kasus putus obat (default atau drop out)
Pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
f. Kasus bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung.
6
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
2.1.4 Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam
paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1.Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2.Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum : menyebar ke sekitarnya salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke
lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
7
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma )
atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
8
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan
di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula
aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
9
b. Gejala sistemik, meliputi:
1. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
2. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.
10
didapatkan perkusi yang redup dan pada auskultasi didapatkan juga suara
nafas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesicular lemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timpani, dan auskultasi memberikan suara amporik.
Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot intercostals. Bagian paru yang sakit jadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi
lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya
kor pulmonal dan gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda kor
polmunal dengan gagal jantung kanan seperti takipneu, takikardi, sianosis, right
ventricular lift, right atrial gallop, mur-mur Graham Steel, bunyi P2 mengeras,
tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites dan edema. Bila
tuberculosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat
agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
11
hari. Bahan pemeriksaan hasil Biopsi Jarum Halus (BJH), dapat dibuat
sediaan apus kering di gelas objek atau untuk kepentingan kultur dan uji
kepekaan dapat ditambahkan NaCl 0.9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratprium mikrobiologi dan patologi anatomi.
12
media cair. Media Lowenstein-Jensen adalah media padat yang
menggunakan media basa telur.
Uji lainnya :
Uji tuberkulin, uji ini dipakai untuk mengetahui seseorang telah
terinfeksi kuman TB atau menentukan TB laten. Di Indonesia
dengan prevelensi TB yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji
ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau
apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada
malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil
negatif.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialan foto thoraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik atau CT Scan. Pada pemeriksaan
foto thoraks, TB dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk
(multiform). Tiga macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien
dicurigai TB:
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien
dalam posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila
terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi
lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan
napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat
setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam
13
menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan
pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan
klavikula.
c. Pemeriksaan BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang
digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam
14
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth
indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.
e. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:
15
yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M. Tuberculosis.
o Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel
dengan alat yang berbentuk sisir plastik.
o Uji serologi yang baru/ IgG TB Uji ini adalah salah satu pemeriksaan
serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik
untuk mikobakterium tuberkulosis.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TB adalah :
Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
16
Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya
Mencegah kekambuhan
Mengurangi trasnmisi atau penularan kepada yang lain
Mencegah tejadinya resistensi obat serta penularannya
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase
lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
Kategori pertama :
o 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3
17
Tabel 2. Dosis panduan OAT KDT kategori 1 : 2RHZE / 4R3H3
Kategori Kedua
o 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)E atau 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3
Diberikan untuk :
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1
sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
Tabel 4. Dosis panduan OAT KDT kategori 2
2(RHZE)S / RHZE / 5(RH)3E3
18
Tabel 5. Efek Samping OAT
19
Penderita Rawat Jalan
Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat,
dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau
suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.
20
TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
Terapi Pembedahan
lndikasi operasi :
1. Indikasi Mutlak
a. Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
b. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
2. Indikasi Relative
a. Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap.
21
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negative
Evaluasi Klinik
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
Bila ada fasiliti biakan dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
Sebelum pengobatan
Setelah 2 bulan pengobatan
Pada akhir pengobatan
22
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya teteap dievaluasi
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan
foto thorak sesuai indiksi bila ada gejala.
BAB III
23
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesa
- Keluhan Utama
Batuk meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
24
o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat diabetes melitus disangkal
o Riwayat hipertensi disangkal
o Riwayat jantung disangkal
o Riwayat asma disangkal
25
b. Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 74 x/menit
- Nafas : 24 x/menit
- Suhu : 36,6°C
c. Kepala dan Leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : tidak ada pembesaran KGB
d. Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada simetris kiri dan kanan
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sama dengan dinding
dada kanan
- Palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Rhonki (+/+) lapangan atas paru, wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)
e. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, asites (-), sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
26
g. Ekstremitas
- Akral hangat (+/+)
- Edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)
3.8 Penatalaksanaan
a. Non farmakoterapi
Edukasi
o Memberikan informasi kepada pasien tentang apa itu
penyakit TB, bagaimana penularannya dan bagaimana
pengobatannya
o Memberitahukan kepada pasien agar mengkonsumsi obat
TB sampai tuntas dan memberikan informasi tentang efek
samping obat TB
o Memberikan informasi kepada pasien kemungkinan apa saja
yang dapat terjadi apabila pasien tidak patuh mengkonsumsi
obat TB
o Kurangi aktivitas fisik berat dan istirahat yang cukup
27
Terapi gizi medis
o Diet tinggi kalori tinggi protein dengan mengkonsumsi
makanan bergizi.
b. Farmakoterapi :
o Obat Anti Tuberkulosis kategori I
28
BAB IV
KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun.
Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada
disekitarnya, terutama yang kontak erat. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit
tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul,
sedangkan waktunya berkisar antara 4 – 12 minggu untuk tuberkulosis paru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dapat dibagi menjadi
: Berdasarkan letak anatomi, Berdasarkan pemeriksaan dahak dan berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.
Pada Pemeriksaan Penunjang dapat dilakukan Pemeriksaan Bakteriologi dan
Pemeriksaan Radiologi. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif dan fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
Kategori pertama : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3 sedangkan Kategori Kedua
: 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)E atau 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3
29
DAFTAR PUSTAKA
30