Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman


mycobaterium tuberculosis. Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch
pada tahun 1882. Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman dahulu,
manusia sudah berabad-abad hidup bersama dengan kuman tuberculosis. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-tulang
kerangka di mesir.
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,
dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu
orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk,
terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.
Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002.
Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang
atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti
tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV
yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab
kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa
penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001
menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada
golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit

1
TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443 penderita BTA
positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO
memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkulosis paru
menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih
menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.

2
1.2 Tujuan
Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis
khususnya mengenai TB Paru mulai dari definisi sampai penatalaksanaan.

1.3 Manfaat
a. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai TB Paru.
b. Bagi Institut Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan
yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan
dengan kasus TB Paru

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru


2.1.1 Definisi
TB paru adalah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis complex.

2.1.2 Etiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang
1 – 4 μm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup
tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan
asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai, tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut
dengan larutan asam - alkohol.

Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari
penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang
kontak erat. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuborkulosis paru adalah mulai
dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara
4 – 12 minggu untuk tuberkulosis paru.

4
2.1.3 Klasifikasi
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak
termasuk pleura. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dapat dibagi
menjadi:
1. Berdasarkan letak anatomi
 TB Paru : penyakit TB yang mengenai parenkim paru
 TB Ekstra Paru : penyakit TB yang mengenai organ lain seperti
kulit, KGB, sendi dll

2. Berdasarkan pemeriksaan dahak


 Tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA) positif adalah:
 Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari. Pada Negara yang belum
memiliki labor dengan EQA, maka TB paru BTA (+) adalah :
 Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
 Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto rontgen sesuai gambaran TB yang telah ditetapkan
oleh klinisi
 Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil kultur M.
Tuberkulosis postif.

 Tuberkulosis paru BTA negatif adalah:


 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M. tuberculosis positif.

5
3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti-
tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1
bulan.
b. Kasus kambuh (Relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologi dicurigai lesi aktif/perburukan dan terdapat gejala
klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan : Lesi
nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll).
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani tuberkulosis.
c. Kasus putus obat (default atau drop out)
Pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
f. Kasus bekas TB :
 Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung.

6
 Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi

2.1.4 Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam
paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1.Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2.Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum : menyebar ke sekitarnya salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke
lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup

7
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma )
atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

b. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)


Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer
mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang
terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya
terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu
jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali
dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Kaviti tersebut akan menjadi:

8
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan
di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula
aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

2.1.5 Gejala Klinis


Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik.

a. Gejala respiratorik, meliputi:


1. Batuk. Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2. Batuk darah. Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari
besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak napas. Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4. Nyeri dada. Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

9
b. Gejala sistemik, meliputi:
1. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
2. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.

2.1.6 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Kelainan paru pada umumnya mengenai daerah lobus superior terutama
daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan antara lain :

Suara nafas bronkial, amrofik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda-
tanda penarikan paru, mediastinum dan diafragma.

Pada perkusi ditemukan redup atau pekak.

Pada Pleuritis TB, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknnya
cairan dirongga pleura. Pada perkusi ditemukan redua atau pekak, pada
auskultasi suara nafas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan.

Pada limfadenitis TB, terlihat pembesaran kelenjer getah bening, tersering
di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang
didaerah ketiak.

Pembesaran kelenjer tersebut dapat menjadi cold abscess.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka

10
didapatkan perkusi yang redup dan pada auskultasi didapatkan juga suara
nafas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesicular lemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timpani, dan auskultasi memberikan suara amporik.

Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot intercostals. Bagian paru yang sakit jadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi
lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya
kor pulmonal dan gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda kor
polmunal dengan gagal jantung kanan seperti takipneu, takikardi, sianosis, right
ventricular lift, right atrial gallop, mur-mur Graham Steel, bunyi P2 mengeras,
tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites dan edema. Bila
tuberculosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat
agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Bahan Pemeriksaan
Untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat
penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak,
cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi.

2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan


Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi

11
hari. Bahan pemeriksaan hasil Biopsi Jarum Halus (BJH), dapat dibuat
sediaan apus kering di gelas objek atau untuk kepentingan kultur dan uji
kepekaan dapat ditambahkan NaCl 0.9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratprium mikrobiologi dan patologi anatomi.

3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain


Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasana bronkus, bilasan lambung, BAL, urin,
feses dan jaringan biopsi, dapat dilakukan dengan cara :
 Pemeriksaan Mikroskopis
Mikroskopis biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin
Menurut rekomendasi WHO : interpretasi pemeriksaan mikroskopis
dibaca dengan skala Internasional Union Against Tuberculosis and
Lung Disease (IUDTLD). Skala IUDTLD :
 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif.
 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan.
 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
 Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebutkan +++
(3+)

 Pemeriksaan Biakan Kuman


Pemeriksaan identifikasi M.tuberculosis dengan cara :
 Biakan
Lowenstein-Jensen
Pada identifikasi M. Tuberculosis, pemeriksaan dengan media
biakan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan biakan dpat mendeteksi 10-1000
mirobakterium/ml. Media biakan terdiri dari mesia padat dan

12
media cair. Media Lowenstein-Jensen adalah media padat yang
menggunakan media basa telur.
 Uji lainnya :
Uji tuberkulin, uji ini dipakai untuk mengetahui seseorang telah
terinfeksi kuman TB atau menentukan TB laten. Di Indonesia
dengan prevelensi TB yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji
ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau
apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada
malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil
negatif.

b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialan foto thoraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik atau CT Scan. Pada pemeriksaan
foto thoraks, TB dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk
(multiform). Tiga macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien
dicurigai TB:
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien
dalam posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila
terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi
lateral.

2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan
napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat
setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam

13
menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan
pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan
klavikula.

Gambaran radiologi yang dicurigai TB aktif adalah :


 Bayangan berawan/nodular di segmen Apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen labus bawah.
 Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh opak berawan atau
nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :


 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Schwarte atau penebalan pleura

Luluh Paru (destroyed lung) :


 Gambaran radiologi yang menunjukan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh baru. Gambaran radiologi
luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan fibrosis
parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologi tersebut.
 Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktivitas
proses penyakit.

c. Pemeriksaan BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang
digunakan adalah metode radiometrik. M. Tuberkulosis metabolisme asam

14
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth
indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.

d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M. Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu
untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan
dengan cara benar dan sesuai dengan standar internasional.
Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara
bronkogen, sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak
disarankan. Sebaliknya bila sampel yang diperiksa merupakan dahak dari
penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru, masih ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai sarana
diagnosis tuberkulosis paru.

e. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:

o Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA)


Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen antibodi yang terjadi.3 Kelemahan
utama dari teknik ELISA ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan
perlu dilakukan untuk mencegah ikatan nonspesifik dari imunoglobulin
manusia pada plastik.

o ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis)


Uji ICT adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi M.
Tuberkulosis dalam serum. Uji ini merupakan uji diagnostik tuberkulosis

15
yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M. Tuberculosis.

o Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel
dengan alat yang berbentuk sisir plastik.

o Uji peroksidase anti peroksidase


Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi
serologi yang terjadi.

o Uji serologi yang baru/ IgG TB Uji ini adalah salah satu pemeriksaan
serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik
untuk mikobakterium tuberkulosis.

f. Pemeriksaan Penunjang Lain


1. Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
3. Pemeriksaan darah: Laju Endap Darah (LED) jam pertama dan kedua
dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal tidak
menyingkirkan tuberkulosis. Limfosit juga kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin: positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis.

2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TB adalah :
 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas

16
 Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya
 Mencegah kekambuhan
 Mengurangi trasnmisi atau penularan kepada yang lain
 Mencegah tejadinya resistensi obat serta penularannya

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase
lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.

Tabel 1.Obat Anti Tuberkulosis

Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

 Rifampisin
 INH
 Pirazinamid
 Etambutol
 Streptomisin

 Kategori pertama :
o 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

 Pasien TB paru kasus baru


 Pasien dengan BTA (-) tetapi rontgen thoraks gambaran TB
 Pasien TB ekstra paru

17
Tabel 2. Dosis panduan OAT KDT kategori 1 : 2RHZE / 4R3H3

Tabel 3. Dosis panduan OAT kombipak kategori 1 2RHZE / 4R3H3

 Kategori Kedua
o 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)E atau 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3
Diberikan untuk :
 Pasien kambuh
 Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1
sebelumnya
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
Tabel 4. Dosis panduan OAT KDT kategori 2
2(RHZE)S / RHZE / 5(RH)3E3

18
Tabel 5. Efek Samping OAT

Pengobatan Suportif / Simptomatik

19
 Penderita Rawat Jalan
Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat,
dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau
suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.

Beberapa rekomendasi pemeberian nutrisi pada penderita TB adalah :


 Pemberiaan makanan dalam prosi kecil diberikan 6 kali perhari lebih
diindikasikan menggantikan porsi biasa tiga kali perhari.
 Bahan-bahan makanan rumah tangga seperti gula, minyak nabati,
mentega, kacang, telur dan bubuk susu kering nonlemak dan lain-lain
dapat menambah kalori dan protein tanpa menambah besar ukuran
makanan.
 Minimal 500-750 ml per hari susu atau yogurt yang dikonsumsi untuk
mencukupi asupan vitamin D dan kalsium secara adekuat.
 Minimal 5-6 pordi buah dan sayuran dikonsumsi setiap hari.
 Sumber terbaik vitamin B6 adalah jamur,terigu, liver sereal, plolng,
kentang, pisang dan tepung haver.
 Alkohol harus dihindari karena hanya mengandung kalori tinggi, tidak
memiliki vitamin juga dapat memperberat fungsi hepar.
 Menajga asupan cairan adekuat (minum minimal 6-8 gelas/hari)
 Prinsipnya pada pasien TB tidak ada pantangan.

Bila pasien demam dapat diberikan obat penurun panas/demam, bila


perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak nafas dan
keluhan lainnya.

 Penderita Rawat Inap


 Indikasi rawat inap :

20
TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)

TB di luar paru yang mengancam jiwa :


- TB paru milier
- Meningitis TB
 Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan
klinis dan indikasi rawat

Terapi Pembedahan
lndikasi operasi :
1. Indikasi Mutlak
a. Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
b. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
2. Indikasi Relative
a. Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap.

Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)


 Bronkoskopi
 Punksi pleura
 Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

2.1.9 Kriteria Sembuh

21
 BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
 Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
 Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negative

2.1.10 Evaluasi Pengobatan


Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan
efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.

Evaluasi Klinik
 Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
 Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
 Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.

Evaluasi Bakteriologi (0 - 2 - 6 /8 bulan pengobatan)


 Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
 Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

- Sebelum pengobatan dimulai


- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan

 Bila ada fasiliti biakan dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.

Evaluasi Radiologi (0 - 2 – 6/8 bulan pengobatan)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:

 Sebelum pengobatan
 Setelah 2 bulan pengobatan
 Pada akhir pengobatan

Evaluasi pasien yang telah sembuh

22
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya teteap dievaluasi
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan
foto thorak sesuai indiksi bila ada gejala.

BAB III

23
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. A
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tanjung Paku
Pekerjaan : Petani Sawah
Status : Menikah

3.2 Anamnesa
- Keluhan Utama
Batuk meningkat sejak 1 minggu yang lalu.

- Riwayat Penyakit Sekarang


o Batuk meningkat sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak, dahak
berwarna putih, kental dan susah dikeluarkan. Batuk tersebut sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
o Sesak nafas meningkat sejak 1 hari yang lalu, sesak nafas tidak
menciut. Sesak nafas sudah dirasakan sekitar 1 bulan yang lalu.
Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca, suhu dan makanan.
Sesak dirasakan saat batuk dan berkurang saat istirahat.
o Nyeri dada ± dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, nyeri dada tidak
menjalar ke bahu kiri.
o Pasien tidak mengeluhkan batuk darah
o Keringat malam dan sulit tidur ada ± sejak 1 minggu yang lalu.
o Nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu, BB terasa
berkurang 3 kg dari BB 55 kg menjadi 52 kg.
o Demam tidak ada.
o BAB dan BAK normal.
- Riwayat Penyakit Dahulu

24
o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat diabetes melitus disangkal
o Riwayat hipertensi disangkal
o Riwayat jantung disangkal
o Riwayat asma disangkal

- Riwayat Penyakit Keluarga


o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat diabetes melitus disangkal
o Riwayat hipertensi disangkal
o Riwayat jantung disangkal
o Riwayat asma disangkal

- Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan:


o Pekerjaan : Petani Sawah
o Kebiasaan :
 Merokok disangkal
 Narkoba disangkal
 Alkohol disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : CMC
- BB : 52 Kg
- TB : 149 cm
- BMI : 23,6 (Normoweight)

25
b. Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 74 x/menit
- Nafas : 24 x/menit
- Suhu : 36,6°C
c. Kepala dan Leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : tidak ada pembesaran KGB
d. Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada simetris kiri dan kanan
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sama dengan dinding
dada kanan
- Palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Rhonki (+/+) lapangan atas paru, wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)
e. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, asites (-), sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

26
g. Ekstremitas
- Akral hangat (+/+)
- Edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)

3.4 Pemeriksaan penunjang


- Pemeriksaan BTA Sputum

3.5 Pemriksaan anjuran


- Rontgen thorax PA

3.6 Diagnosis Kerja


- TB paru kasus baru

3.7 Diagnosis Banding


- Bronkopneumonia

3.8 Penatalaksanaan

a. Non farmakoterapi
 Edukasi
o Memberikan informasi kepada pasien tentang apa itu
penyakit TB, bagaimana penularannya dan bagaimana
pengobatannya
o Memberitahukan kepada pasien agar mengkonsumsi obat
TB sampai tuntas dan memberikan informasi tentang efek
samping obat TB
o Memberikan informasi kepada pasien kemungkinan apa saja
yang dapat terjadi apabila pasien tidak patuh mengkonsumsi
obat TB
o Kurangi aktivitas fisik berat dan istirahat yang cukup

27
 Terapi gizi medis
o Diet tinggi kalori tinggi protein dengan mengkonsumsi
makanan bergizi.

b. Farmakoterapi :
o Obat Anti Tuberkulosis kategori I

28
BAB IV
KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun.
Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada
disekitarnya, terutama yang kontak erat. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit
tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul,
sedangkan waktunya berkisar antara 4 – 12 minggu untuk tuberkulosis paru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dapat dibagi menjadi
: Berdasarkan letak anatomi, Berdasarkan pemeriksaan dahak dan berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.
Pada Pemeriksaan Penunjang dapat dilakukan Pemeriksaan Bakteriologi dan
Pemeriksaan Radiologi. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif dan fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
Kategori pertama : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3 sedangkan Kategori Kedua
: 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)E atau 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. 2011.


Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. 2001.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
3. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
4. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI

30

Anda mungkin juga menyukai