Anda di halaman 1dari 10

Konsepsi dan Operasionalisasi Keamanan Nasional1

Al Araf, SH, MDM, UNHAN, aaski1@yahoo.com

Abstraksi - Dinamika lingkungan strategis yang terus berkembang dan berubah


mengharuskan banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, melakukan penataan kembali
strategi dan sistem keamanan nasionalnya. Perkembangan isu-isu strategis seperti
globalisasi, derasnya arus gelombang demokratisasi, bergesernya kecenderungan konflik
dari inter-state menjadi intra-state, kemajuan teknologi dan arus informasi yang begitu
cepat, pengakuan universalitas HAM telah memperluas cara pandang dalam melihat
kompleksitas ancaman yang ada dan mempengaruhi perkembangan konsepsi
keamanan. Keamanan tidak lagi sebatas menjadikan “negara” sebagai obyek yang harus
di jaga tetapi juga harus menjaga dan melindungi rasa aman manusia dan kemanusiaan
itu sendiri. Keamanan dapat dilihat dalam pendekatan tradisional dan non-tradisional.
Di Indonesia persoalan keamanan dan ancaman meliputi persoalan-persoalan
keamanan yang bersifat tradisional maupun non-tradisional. Meski demikian, persoalan
yang nyata sehari-hari di hadapi pemerintah Indonesia adalah ancaman-ancaman yang
lebih bersifat non-tradisional ketimbang ancaman tradisional. Kendati ancaman yang
bersifat non-tradisional lebih dominan namun bukan berarti pemerintah tidak perlu
menyiapkan kapablitas militer yang dimiliki mengingat perang merupakan sesutu yang
selalu saja mungkin terjadi.
Meski beberapa perubahan di sektor keamanan telah dilakukan dimasa reformasi
ini, namun hal itu belum cukup apalagi memadai di dalam mewujudkan keamanan
nasional. Sebagai dasar pijakan untuk memperkuat sistem keamanan nasional maka
penting bagi pemerintah untuk menyiapkan dan membentuk regulasi politik yang
mengatur sistem dan manajemen keamanan nasional yang lebih komprehensif
(comprehensive security) melalui pembentukan undang-undang Keamanan Nasional.
Pengaturan keamanan nasional itu sepenuhnya ditujukkan untuk kepentingan nasional
bangsa sebagaimana tercantum dalam Konstitusi.

Abstract - The dynamics of strategic environment in global context has urged several
countries to reform its national security system and strategy, including Indonesia.
Development of strategic issues such as globalization, democratization, changing pattern
of conflict from inter-state to intra-state, development of technology and information
exchange, and universality of Human rights have determined the complexity of threat
which also gives its impact to the development of security concept. Therefore, security
should be seen in both traditional and non-traditional approaches that not only focused on
the country as its main actor, but also its people indeed.
Indonesia as a country, face both traditional and non-traditional threats. However,
non-traditional threats have dominated security issue in Indonesia than the other one.
Taking that into account, it should be underlined that it does not imply that Indonesian
government could pay a little attention on its military capability, considering that war or
conflict which tends to involve military could be happen anytime.
Although some changes have been made in security sector during the reformation
era, but still it is not sufficient to achieve our national security goals. As a national security
system platform, it is urgent for government to establish regulation to straighten up
comprehensive security system and management through the establishment of National
Security Act in order to achieve our national interest as stated in our Constitution.

Kata kunci :
Ancaman, Keamanan, human security, reformasi, undang-undang, keamanan nasional,
strategi, system.

Universitas Pertahanan Indonesia 87


Pendahuluan ancaman yang berkembang yang
Berubahnya strategi dan sistem nantinya dapat menjadi pijakan dasar
keamanan sebuah negara merupakan dalam membangun sistem keamanan
sesuatu hal yang niscaya terjadi. Strategi nasional melalui pembentukan undang-
dan sistem keamanan bukanlah sesuatu undang keamanan nasional.
hal yang statis melainkan bersifat
dinamis dimana perubahan sistem Keamanan : Tradisional dan Non-
keamanan sangat di pengaruhi dari Tradisional
dinamika lingkungan strategis yang terus Berbicara tentang sistem keamanan
berkembang dan terus berubah. nasional tentunya tidak bisa dilepaskan
Derasnya arus gelombang dari defenisi dan perkembangan
demokratisasi, bergesernya konsepsi keamanan itu sendiri. Usaha
kecenderungan konflik dari inter-state mewujudkan sistem keamanan nasional
menjadi intra-state, laju arus globalisasi yang kuat sudah pasti memerlukan
yang tak terelakkan, kemajuan teknologi pemahaman yang mendasar tentang
dan arus informasi yang begitu cepat, dinamika perkembangan konsepsi
pengakuan universalitas HAM serta keamanan. Sebagai sebuah konsep,
kompleksitas ancaman yang keamanan telah mengalami evolusi
berkembang pasca perang dingin pemaknaan yang luas dan berkembang
tentulah menjadi faktor-faktor yang mengikuti perkembangan dinamika
secara langung maupun tidak langsung perubahan zaman.
memaksa banyak negara untuk kembali Dalam kajian keamanan, pengertian
menata ulang strategi dan sistem konsep keamanan setidaknya dapat
keamanannya. dilihat dari dua pendekatan yakni
Di masa kini, keamanan tidak lagi pendekatan tradisional dan non-
sebatas menjadikan “negara” sebagai tradisional. Secara umum, keduanya
obyek yang harus di jaga tetapi juga sama-sama berkutat mendebatkan
harus menjaga dan melindungi rasa wilayah cakupan keamanan (refferent
aman manusia dan kemanusiaan itu object of security).2 Dalam pendekatan
sendiri. Dengan demikian keamanan tradisional, keamanan secara sederhana
harus ditempatkan sebagai barang publik diartikan sebagai keamanan sebuah
(public goods) yang berhak dinikmati negara yang dapat diancam oleh
oleh setiap warga baik individu, kekuatan militer negara lain dan harus
kelompok, maupun sebagai bangsa dipertahankan melalui kekuatan militer
dengan menempatkan kewajiban negara negara itu sendiri.3 Dalam pendekatan
untuk mengatur dan mengelolanya. ini, negara (state) menjadi subyek dan
Melalui proses reformasi sektor obyek dari upaya mengejar kepentingan
keamanan berbagai tetapan-tetapan dan keamanan. Pandangan kelompok ini
capaian-capaian positif di bidang menilai bahwa semua fenomena politik
keamanan telah dihasilkan di masa dan hubungan internasional adalah
reformasi guna memperbaiki dan fenomena tentang negara. Dalam alam
memperkuat sistem keamanan. pemikiran tradisional ini negara menjadi
Perubahan-perubahan itu meliputi inti dalam upaya menjaga keamanan
perubahan di level regulasi, intuisi negara.4
maupun perubahan peran dan fungsi Seiring dengan berakhirnya perang
aktor-aktor keamanan. Namun demikian, dingin, diskursus mengenai keamanan
perubahan-perubahan itu belum cukup pun bergeser tidak lagi hanya terfokus
apalagi memadai di dalam membangun pada aktor negara. Perkembangan isu-
sistem keamanan nasional yang isu strategis seperti globalisasi,
terintegratif. demokratisasi, penegakan HAM dan
Atas dasar itulah pembahasan dalam fenomena terorisme telah memperluas
tulisan ini mencoba untuk menjelaskan cara pandang dalam melihat
mengenai sekilas perkembangan evolusi kompleksitas ancaman yang ada dan
konsep keamanan dan kompleksitas mempengaruhi perkembangan konsepsi
88 Universitas Pertahanan Indonesia
keamanan. Ancaman tidak lagi hanya Sebagai sebuah konsepsi, human
berupa ancaman militer tetapi juga security menilai bahwa keamanan juga
meliputi ancaman politik, ancaman meliputi keamanan manusia yang
sosial, ancaman ekonomi maupun didalamnya mencakup masalah
ancaman ekologis. kesejahteraan sosial, perlindungan hak-
Barry Buzan mendefinisikan lima hak kelompok masyarakat, kelompok
sektor utama yang dicakup dalam minoritas, anak-anak, wanita dari
pengertian keamanan yakni : (1) the kekerasan fisik dan masalah-masalah
military security yang mencakup dua sosial, ekonomi dan politik. Ciri khas
tingkat pengelolaan kapabilitas perspektif ini melihat bahwa ancaman
persenjataan negara baik secara ofensif utama bagi human security adalah
maupun defensif dan persepsi negara penolakan hak-hak asasi manusia dan
terhadap intensitas satu dengan yang tidak adanya supremasi hukum.9
lainnya; (2) the political security yang Pembahasan mengenai pentingnya
menaruh perhatian pada stabilitas keamanan manusia ini makin meningkat
organisasi negara, sistem ideologi dan setelah adanya laporan UNDP tentang
ideologi yang memberi legitimasi kepada Human Development Report (1994).
pemerintahan; (3) the economic security Dalam laporan tersebut, UNDP
yang mencakup pada akses terhadap menyinggung 7 dimensi yang patut
sumberdaya, keuangan dan pasar yang dipertimbangkan dalam menciptakan
untuk menopang tingkat kesejahteraan keamanan manusia yaitu : keamanan
dan kekuatan negara yang akseptabel; ekonomi, keamanan pangan, keamanan
(4) societal security yang mencakup kesehatan, keamanan lingkungan,
kelangsungan pola tradisi dari bahasa, keamanan individu, keamanan
budaya, agama, identitas nasional dan komunitas dan keamanan politik.10
adat termasuk di dalamnya kondisi Evolusi konsepsi keamanan juga
evolusi yang bisa diterima; dan (5) dapat dilihat dari beberapa konsepsi,
environmental security yang menaruh diantaranya yaitu keamanan bersama
perhatian pada pemeliharaan lingkungan (common security), keamanan kooperatif
baik secara lokal maupun global sebagai (cooperative security) dan keamanan
sebuah dukungan penting terhadap komprehensif (comprehensive security).
sistem tempat kehidupan manusia Common security percaya bahwa
bergantung. Dan masing-masing sektor hubungan antar aktor yang saling
tidak berdiri sendiri melainkan memiliki bermusuhaan bisa di rubah dengan
ikatan kuat satu sama lain.5 menciptakan kebijakan keamanan yang
Dalam pendekatan non-tradisional, saling transparan dan tidak agresif.
konsepsi keamanan ditekankan kepada Tujuan utamanya adalah untuk
kepentingan keamanan pelaku-pelaku menghilangkan rasa saling curiga akan
bukan negara (non-state actors).6 maksud pihak lain untuk mencegah
Konsepsi ini berkembang setelah konflik bersenjata (security dilema).11
menurunnya ancaman militer yang Sedangkan cooperative security
menggerogoti kedaulatan negara dimana berupaya untuk memperdalam
di sisi lain menunjukkan adanya pemahaman mengenai keamanan
peningkatan ancaman terhadap seiring berkembangnya definisi dari
keamanan manusia pada aspek lain keamanan yang tidak hanya tertumpu
seperti kemiskinan, penyakit menular, pada sektor militer tetapi juga mencakup
bencana alam, kerusakan lingkungan lingkungan, ekonomi dan sosial.12 Fokus
hidup dan lainnya.7 Wacana ini utama dari cooperative security adalah
mengemuka ketika para pakar yang mencegah terjadi konflik antar-negara
dikenal dengan ‘the Copenhagen School’ dan juga berupaya untuk memelihara
memperluas refferent object dari kondisi status quo antara dan dalam
keamanan yang tidak lagi terfokus pada negara itu sendiri. Pola kerjasama
negara melainkan juga memasukkan keamanan ini pula dapat digunakan
pentingnya keamanan manusia.8 untuk memelihara keamanan individu
Universitas Pertahanan Indonesia 89
dan kelompok dalam negara. Selain itu, ancaman yang lebih bersifat non-
aktor-aktor non negara juga ikut tradisional ketimbang ancaman
dilibatkan dalam cooperative security¸ tradisional. Kendati ancaman yang
meskipun hal tersebut bukan diartikan bersifat non-tradisional lebih dominan
adanya disain intervensi pihak luar namun bukan berarti pemerintah tidak
terhadap urusan domestik melainkan perlu menyiapkan kapablitas militer yang
hanya memberi kesempatan aktor non di miliki mengingat perang merupakan
negara untuk ikut berbicara. Dan kunci sesutu yang selalu saja mungkin terjadi.
dari pakem kerjasama ini adalah upaya Dalam buku putih pertahanan di
pembangunan kebiasaan dialog dan Indonesia di sebutkan bahwa ancaman
kerjasama antar negara dalam satu terhadap keamanan meliputi ancaman
kawasan. Sejauh ini, pola kerjasama militer dan ancaman nir-militer. Ancaman
keamanan adalah struktur keamanan militer adalah ancaman yang
regional yang paling efektif ketimbang menggunakan kekuatan bersenjata dan
pola lain pasca berakhirnya perang terorganisasi yang dinilai mempunyai
dingin.13 kemampuan membahayakan kedaulatan
Sementara comprehensive security negara, keutuhan wilayah negara, dan
lebih menjabarkan tentang pentingnya keselamatan segenap bangsa. Ancaman
memperluas pemahaman mengenai militer dapat berupa agresi, pelanggaran
keamanan. Meski konsepsi ini memiliki wilayah, pemberontakan bersenjata,
dua bentuk utama, baik yang diadopsi sabotase, spionase, aksi teror
oleh Jepang maupun negara di ASEAN, bersenjata, ancaman keamanan laut dan
kesemuanya sama-sama menekankan udara, serta konflik komunal.15
pada memperlebar definisi tentang Sedangkan ancaman nirmiliter pada
keamanan itu sendiri. Keamanan tidak hakikatnya ancaman yang menggunakan
lagi hanya terfokus hanya pada isu faktor-faktor nirmiliter yang dinilai
militer semata, tetapi juga mencakup mempunyai kemampuan yang
seluruh aspek kehidupan seperti membahayakan kedaulatan negara,
ideologi, politik dan ekonomi baik pada keutuhan wilayah negara, dan
tingkatan domestik, bilateral, regional keselamatan segenap bangsa. Ancaman
dan global.14 nirmiliter dapat berdimensi ideologi,
Dari penjelasan evolusi konsepsi politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi
keamanan di atas, kita bisa mengambil dan informasi, serta keselamatan
nilai penting dalam memaknai arti umum.16
keamanan, yakni keamanan tidak hanya Tidak jauh berbeda dengan
sebatas pada urusan menjaga batas- Indonesia, di kawasan Asia khususnya
batas teritorial negara (kedaulatan ASEAN, Ancaman Non-Tradisional
nasional), tetapi juga harus menjamin, dianggap isu utama yang mengancam
memenuhi dan melindungi keamanan keamanan kawasan. Ancaman ini terdiri
warga negara (manusia). Dalam konteks dari persoalan terorisme,
itu, usaha mewujudkan keamanan penyelundupan senjata ringan,
nasional harus bisa menanggulangi separatisme bersenjata, penjualan
persoalan-persoalan keamanan dalam wanita dan anak-anak, kebakaran hutan,
pengertian tradisional maupun non- piracy, money laundering, drugs
tradisional dengan tujuan sepenuhnya trafficking. Meski ancaman Non-
untuk melindungi dan menjamin rasa Tradisional menjadi isu utama di
aman masyarakat. kawasan Asia namun ancaman
Pada realitasnya di Indonesia tradisional masih juga potensial
persoalan keamanan dan ancaman juga menimbulkan konflik di kawasan Asia
meliputi persoalan-persoalan keamanan secara umum antara lain border
yang bersifat tradisional maupun non- disputes-issu-issu perbatasan seperti
tradisional. Meski demikian, persoalan Indonesia-Malaysia tentang masalah
yang nyata sehari-hari di hadapi Ambalat, Indonesia dan Philipina tentang
pemerintah Indonesia adalah ancaman- masalah Kepulauan Miangas, masalah
90 Universitas Pertahanan Indonesia
batas landas kontinen antara Malaysia masing-masing komponen tetap harus di
dan Singapura dan Malaysia-Thailand; bedakan.
Konflik di Korea Peninsula;17 Konflik Namun demikian, pembangunan
China-Taiwan; maupun Konflik India- sistem keamanan nasional yang
Pakistan tentang masalah Kasmir. menyeluruh itu memang memiliki
Lebih dari itu, khusus di kawasan asia kendala tersendiri secara konstitusional.
tenggara, ancaman terorisme telah Bila kita kembali melihat ke norma dasar
menjadi persoalan yang serius yang negara dalam hal ini UUD 1945 maka
harus dihadapi negara-negara istilah dan konsep keamanan nasional
dikawasan ASEAN terlebih pasca sesungguhnya tidak di kenal di
peristiwa WTC 11 September 2001. dalamnya. Konstitusi kita hanya
Harus diakui, modernisasi dan mengenal sistem Hankamrata
globalisasi sedikit banyak telah (Pertahanan dan Keamanan rakyat
mempengaruhi nature of terrorism semesta) sebagai sistem keamanannya.
menjadi lebih kompleks dan rumit. Dalam Pasal 30 ayat 2 perubahan UUD
Kelompok-kelompok teroris tidak lagi 1945 disebutkan bahwa “Usaha
bergerak dalam sebuah situasi isolasi. pertahanan dan keamanan negara
Ruang dan peluang yang dimiliki oleh dilaksanakan melalui sistem pertahanan
kelompok teroris untuk menjalankan dan keamanan rakyat semesta oleh
aksinya semakin luas. Hal ini menjadikan Tentara Nasional Indonesia dan
fenomena terorisme menjadi relatif sulit Kepolisian Negara Republik Indonesia
diprediksikan untuk menentukan kapan sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
dan di mana kelompok teroris akan sebagai kekuatan pendukung”.
melakukan aksinya. Fakta-fakta juga Kehadiran Sishankamrata di dalam
menunjukkan bahwa saat ini terorisme Konstitusi tersebut merupakan hal baru,
sulit dipisahkan dari berkembangnya sebab di dalam UUD 1945 sebelum
organisasi kejahatan transnasional amandemen, tidak ada satupun Pasal
terorganisasi (transnational organised yang mengatur tentang keberadaan
crime) dalam berbagai ragam dan Sishankamrata. Kehadiran
bentuknya. Mulai dari tindak kejahatan Sishankamrata dalam Konstitusi itulah
pencucian uang (money laundering), yang kemudian menimbulkan
perdagangan ilegal obat bius dan juga perdebatan tersendiri dalam menata
perdagangan senjata api ilegal. Respon ulang sistem keamanan nasional hingga
atas persoalan ini telah melahirkan peta hari ini. Namun demikian, kelemahan
baru pertarungan politik global, serta konstitusional tersebut bukan berarti
telah menjadi gejala restrukturisasi menutup kemungkinan untuk kita dalam
sistem politik dan keamanan di banyak menata kembali sistem keamanan
negara. nasional. Sishankamrata di dalam
konstitusi itu sebaiknya ditafsirkan
Sistem Keamanan Nasional dengan cara pandang terhadap
Indonesia? konstitusi yang non-konsekuensionalis
Evolusi konsepsi keamanan dan yakni cara pandang yang berupaya
kompleksitas ancaman yang mengkontekstualisasikan teks yang ada
berkembang sebagaimana dijelaskan di dalam konstitusi sesuai dengan
atas sesungguhnya merefleksikan perubahan dan kebutuhan-kebutuhan
bahwa sistem keamanan nasional yang baru dalam upaya memperkuat sistem
akan dibangun tidak boleh bersifat keamanan.
parsial. Sistem keamanan nasional yang Dalam tataran yang lebih operasional,
dibangun harus bersifat komprehensif pemerintah telah memiliki beberapa
dan terkoordinasi dimana seluruh peraturan perundang-undangan di
kekuatan komponen kebangsaan bidang keamanan yakni UU Pertahanan
menjadi penting untuk dilibatkan di Negara No. 3 / 2002, UU TNI No. 34 /
dalam menjaga keamanan nasional 2004, maupun UU Polri No. 2 / 2002
kendati diferensiasi fungsi dan tugas sebagai basis dasar legal dalam
Universitas Pertahanan Indonesia 91
memperkuat sistem keamanan. Sebelum undang keamanan nasional atau
beberapa peraturan perundangan undang-undang pertahanan dan
tersebut terbentuk juga terdapat TAP keamanan negara. Selain itu, terdapat
MPR No. VI / 2000 dan TAP MPR No. beberapa hal lain yang menjadi dasar
VII / 2000 yang menjadi pijakan awal mengapa undang-undang itu diperlukan
dalam melakukan perubahan di sektor yakni : pertama, masih adanya wilayah
keamanan di masa reformasi. Harus dan persoalan keamanan yang belum
diakui terbentuknya beberapa aturan tercakup dan terakomodasi dalam
tersebut merupakan capaian positif dari regulasi yang telah ada;20 kedua,
reformasi sektor keamanan. Akan tetapi, perlunya mengatur kembali peran dan
beberapa aturan tersebut masih posisi institusi-institusi yang
memiliki berbagai kelemahan dan bertanggungjawab untuk mewujudkan
kekurangan sehingga menimbulkan keamanan nasional di dalam kerangka
masalah tersendiri dalam tingkatan negara demokrasi; ketiga,
konsepsional dan implementasi.18 menyelaraskan regulasi-regulasi yang
Problem konseptual dalam undang- menyangkut keamanan nasional;21
undang bidang keamanan itu keempat, mempertegas dan memperkuat
diantaranya mengenai persoalan fungsi koordinatif dan kerjasama aktor-
pengangkatan Panglima TNI dan Kapolri aktor keamanan.
yang harus mendapatkan persetujuan
DPR sebagaimana diatur dalam UU TNI Manajemen Kamnas dalam Undang-
dan UU Polri. Pengangkatan Kapolri dan undang
Panglima TNI itu sebenarnya tidak perlu Konsep keamanan nasional mengacu
mendapatkan persetujuan DPR. pada situasi atau keadaan dimana
Pengangkatan Panglima TNI dan Kapolri unsur-unsur pokok yang membentuk
sebaiknya diangkat langsung oleh suatu negara seperti kedaulatan,
Presiden. Pelibatan parlemen dalam wilayah, penduduk atau warganegara,
pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI basis ekonomi, pemerintah dan sistem
telah menempatkan jabatan tersebut konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang
sebagai jabatan politis mengingat dianutnya terjamin eksistensinya dan
parlemen merupakan lembaga politik. dapat menjalankan fungsi sesuai
Sedangkan dalam level implementasi tujuannya tanpa gangguan atau
22
terdapat beberapa kasus yang ancaman dari pihak manapun.
menunjukkan tumpang tindih kerja antar Keamanan nasional juga pada
aktor keamanan akibat kelemahan dalam hakikatnya merupakan state of mind dari
regulasi politik bidang keamanan sekelompok manusia yang terikat dalam
tersebut. Hal ini bisa terlihat dari suatu entitas politik yang namanya
pengakuan anggota Detasemen 88 negara. Tetapi perlu ditambahkan bahwa
(antiteror) Polda Jawa Tengah, yang state of mind itu tidak terbentuk dengan
menurutnya seseorang yang dicurigai sendirinya melainkan di dasarkan pada
terkait dengan bom di Jimbaran dan Kuta basis material kapabilitas nasional yaitu
gagal ditangkap karena terlalu kekuatan militernya yang di dukung oleh
banyaknya satuan Intel yang turun dan unsur-unsur kekuatan nasional lainnya.23
tak berkomunikasi. Target sudah kabur Hakikat keamanan nasional
karena ternyata di tempat itu sudah ada sesungguhnya perwujudan dari
intel Kopassus, intel Kodam dan keamanan yang menyeluruh
sebagainya. Menurutnya seperti ada (comprehensive security). Konsep
rivalitas dan tidak ada komunikasi keamanan komprehensif meyakini
sehingga banyak hal menjadi mubazir.19 bahwa ancaman dapat tertuju bukan
Kelemahan-kelemahan legislasi hanya kepada wilayah negara dan
bidang keamanan itu adalah salah satu otoritas negara tetapi juga pada segala
faktor mengapa pentingnya melakukan sesuatu yang langsung maupun tidak
penataan ulang sistem keamanan langsung berkaitan dengan
nasional melalui pembentukan undang- kesejahteraan manusia.24
92 Universitas Pertahanan Indonesia
Comprehensive security menempatkan mempertimbangkan konteks dan
keamanan sebagai konsep eskalasi ancaman, manifestasi konflik,
multidimensional sehingga efesiensi dan efektifitas penggunaan
mengharuskan negara menyiapkan sumber daya pertahanan dan keamanan
beragam aktor keamanan untuk negara dan penghormatan atas nilai-nilai
mengelolanya. kemanusiaan, demokrasi dan hak-hak
Konseptualisasi keamanan nasional asasi manusia.27 Di sini, penting untuk
setidaknya terjadi dalam tiga aras : dihindari terciptanya kondisi securitisasi
pertama, proliferasi substansial, serta penggunaan alat kekerasan
khususnya ketika keamanan nasional merupakan pilihan yang terakhir.
tidak cukup hanya bergumul dengan Lebih lanjut, kebijakan keamanan
keamanan negara tetapi juga harus yang menyeluruh (comprehensive
memberikan ruang untuk keamanan security) sebagai hakikat dari keamanan
warganegara; kedua, proliferasi sektoral nasional sesungguhnya mengharuskan
dengan masuknya berbagai lingkup non- pemerintah untuk mengembangkan
teritorial seperti keamanan lingkungan, kebijakan keamanan yang menyeluruh
keamanan ekonomi, dan keamanan dengan tahapan-tahapan yang jelas,
energy; dan ketiga, proliferasi vertical diawali dengan pembentukan sistem
dengan masuknya dimensi-dimensi non- peringatan dini, mekanisme pencegahan
militer sebagi sesuatu yang dianggap kejahatan, prosedur penindakan, dan
sebagi ancaman terhadap keamanan proses penegakan hukum.28 Dengan
nasional, dalam arti terbatas sebagai demikian, pelibatan aktor-aktor yang
keamanan kedaulatan pemerintahan beragam untuk menjalankan tahapan-
maupun dalam arti luas yang tahapan tersebut menjadi sebuah
mengedepankan keamanan umat keharusan, yakni lembaga intelejen
manusia.25 menjalankan fungsi deteksi dini,
Secara sederhana, tujuan kepolisian menjalankan fungsi
pengelolaan keamanan nasional penegakkan hukum, TNI menjalankan
sepenuhnya ditujukkan untuk melindungi fungsi penindakan dalam menghadapi
segenap bangsa dan seluruh tumpah ancaman khususnya ancaman militer
darah Indonesia, memajukan serta komponen keamanan lainnya
kesejahteraan umum, mencerdaskan menjalankan fungsi-fungsi yang sudah
kehidupan bangsa dan ikut serta seharusnya.
melaksanakan ketertiban dunia seperti Namun demikian, karena ancaman
sebagaimana di maksud dalam yang berkembang semakin kompleks
Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai dan aktor keamanan yang
tujuan tersebut maka Indonesia perlu menghadapinya semakin beragam maka
memiliki strategi keamanan nasional. rencana pembentukan UU keamanan
Karena lingkungan strategis Indonesia nasional sebaiknya lebih dominan
terus berubah, maka setidaknya membahas dan mengatur tentang aktor-
Indonesia harus melakukan tiga tindakan aktor keamanan yang memiliki
penting dalam strategi keamanan penggunaan kewenangan koersif/
nasionalnya, yakni : 1) mengambil kekerasan. Di sini, UU keamanan
keputusan-keputusan sehubungan nasional sepantasnya lebih fokus untuk
dengan perubahan-perubahan mengatur tugas, fungsi, kedudukan,
lingkungan eksternal dan internalnya; 2) hubungan koordinasi dan persoalan-
memobilisasi sumber-sumber daya untuk persoalan manajemen keamanan
menjalankan keputusan yang telah nasional lainnya yang terkait dengan
diambil; 3) mengaplikasikan instrument TNI, Polri maupun Intelejen. Sementara
tertentu untuk mendukung keputusan itu, untuk komponen keamanan lainnya
yang telah diambil.26 sebaiknya diberikan ruang dalam satu
Strategi keamanan nasional untuk pasal bahwa dalam penyelenggaraan
menghadapi dinamika ancaman tersebut kebijakan keamanan nasional diluar
hendaknya disusun dengan penyelenggara kebijakan yang
Universitas Pertahanan Indonesia 93
dijalankan TNI, Polri dan Intelijen akan tentang pengelolaan sumber daya. Untuk
dilakukan oleh kelembagaan negara membantu tugas Presiden tersebut maka
lainnya yang memiliki kompetensi dalam dibutuhkanlah Dewan Keamanan
menghadapi ancaman keamanan Nasional (DKN) yang merupakan
nasional yang ada. perangkat kepresidenan yang berfungsi
Akan tetapi adalah penting untuk membantu Presiden untuk (1)
diingat bahwa pengaturan TNI dan Polri menentukan masalah-masalah yang
di dalam undang-undang keamanan dapat dikategorikan sebagai masalah
nasional tidak boleh sampai keamanan nasional; dan (2)
menimbulkan terjadinya celah peluang merekomendasikan alternatif kebijakan
penggabungan kembali struktur dan dalam menangani masalah keamanan
organisasi TNI dan Polri dalam satu nasional tersebut.29
kesatuan sebagaimana terjadi di masa Selain itu, prinsip supremasi sipil dan
orde baru. Perlu ditegaskan bahwa prinsip negara demokrasi juga
fungsi utama Polri adalah melakukan mensyaratkan pentingnya untuk
penegakkan hukum sedangkan fungsi memisahkan antara institusi pembuat
utama TNI adalah sebagai alat kebijakan (departemen) dengan institusi
pertahanan negara. Dalam konteks itu pelaksana kebijakan (TNI, Polri) di dalam
pemisahan struktur antara TNI dan Polri sistem keamanan nasionalnya. Hal ini
merupakan sesuatu yang tidak bisa di bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
ganggu gugat lagi. kerja dan mempertegas akuntabilitas
Mengingat penataan aktor-aktor masing-masing kelembagaan. Dalam
keamanan itu berada dalam sistem konteks itu, UU keamanan nasional juga
negara demokrasi maka adalah penting harus bisa mengakomodasi perubahan
untuk menjadikan prinsip supremasi sipil kedudukan TNI dan Polri dari di bawah
sebagai dasar pijakan di dalam menata presiden menjadi terintegratif di bawah
sistem keamanan nasional. Pada departemen.
dasarnya, diskursus prinsip supremasi Tidak hanya itu, ancaman terhadap
sipil itu hadir dalam suatu nuansa keamanan nasional tidak bisa dihadapi
kebangsaan yang sedang berusaha secara terpisah dan tidak bisa dilakukan
menata dan membangun kembali tata secara sendiri-sendiri. Ancaman yang
hubungan sipil-militernya. Akan tetapi, berkembang telah memperlihatkan
tidak bisa dipungkiri bahwa prinsip ini bahwa dalam batas-batas dan kasus-
juga bisa menjadi dasar bagi otoritas sipil kasus tertentu (konflik komunal,
dalam mengontrol aktor-aktor keamanan terorisme, kejahatan lintas batas/negara
lainnya seperti Polri maupun intelejen. dan lainnya) butuh ditangani secara
Karena, di dalam sistem negara bersama dan dihadapi secara
demokrasi adalah sebuah kewajiban terintegratif antar aktor keamanan
bagi seluruh aktor keamanan, tidak khususnya antara TNI dan Polri. Di titik
hanya militer, untuk tunduk dan patuh inilah tugas perbantuan dari TNI ke
pada otoritas politik yang telah terpilih Polri/pemerintah menjadi sesuatu hal
melalui pemilihan umum. Dalam konteks yang sangat penting untuk diatur di
ini peran Presiden dan parlemen menjadi dalam UU keamanan nasional dengan
penting untuk mewujudkan keamanan tetap harus memperhatikan tingkat
nasional. eskalasi ancaman yang berkembang dan
Lebih lanjut, atas dasar prinsip sesuai dengan fungsi dan tugasnya
supremasi sipil tersebut maka secara masing-masing.
langsung Presiden mendapatkan mandat
selaku penanggungjawab tertinggi dalam Kesimpulan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan Dinamika lingkungan strategis yang
keamanan nasional yang diantaranya terus berubah dan diikuti dengan
meliputi perumusan anggaran, kompleksitas ancaman yang
pernyataan deklarasi perang dan berkembang ternyata mengharuskan
keadaan darurat, dan pengaturan banyak negara, tidak terkecuali
94 Universitas Pertahanan Indonesia
Indonesia, untuk melakukan penataan
kembali strategi keamanan nasionalnya. [7] Lihat Bob Sugeng Hadiwinata,
Meski beberapa perubahan di sektor Transformasi Isu dan Aktor di dalam
keamanan telah dilakukan dimasa Studi Hubungan Internasional: Dari
reformasi ini, namun hal itu belum cukup Realisme hingga Konstruktivisme, dalam
apalagi memadai di dalam mewujudkan Transformasi dalam Studi Hubungan
keamanan nasional. Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi,
Sebagai dasar pijakan untuk Yulius P Hermawan (ed),(Yogyakarta:
memperkuat sistem keamanan nasional Graha Ilmu, 2007), halaman 13
maka penting bagi pemerintah untuk [8] Tokoh-tokoh the Copenhagen School
menyiapkan dan membentuk regulasi antara lain Barry Buzan, Ole Waever dan
politik yang mengatur sistem dan Jaap de Wilde. Lebih lanjut baca Barry
manajemen keamanan nasional dalam Buzan, Ole Waever dan Jaap Wilde,
hal ini UU Keamanan Nasional. Security: a New Framework for Analysis,
Pengaturan keamanan nasional itu (Boulder. Colorado: Lynne Rienner:
sepenuhnya ditujukkan untuk 1998). Ibid.
kepentingan nasional bangsa [9] Penekanan akan pentingnya hak
sebagaimana tercantum dalam asasi manusia sebagai komponen dasar
pembukaan UUD 1945. human security sebenarnya sudah
berasal sejak perjanjian Peace of
Westphalia, yang tertuang dalam Traktat
DAFTAR REFERENSI Osnabruck dan Munster 1648, lihat Andi
Widjajanto, Human Security, (Jakarta:
[1] Sebagian dari makalah ini pernah di Makalah, 2006), halaman 2
paparkan dalam Seminar Nasional yang [10] Bob Sugeng Hadiwinata, Op Cit.,
di selenggarakan oleh ikatan alumni halaman 13
LEMHAMNAS (IKAL) dengan tema [11] Edy Prasetyono, Op Cit., halaman
“Keamanan Nasional dalam Era 270
Demokrasi dan Globalisasi,”, Jakarta. [12] D Dewitt dalam Craig A Snyder,
Dalam penyusunan makalah ini penulis Regional Security Structures, dalam
mengucapkan terimakasih kepada Anton Contemporary Security and Strategy,
Aliabbas yang memberikan masukan Craig A Snyder (ed), Op. Cit., halaman
dan tanggapan atas makalah yang 114
dibuat. [13] Ibid., halaman 115-117
[2] Barry Buzan, People, States and Fear: [14] Craig A Snyder, Regional Security
an Agenda for International Security Structures, dalam Contemporary
Studies in the Post-Cold War. (Boulder: Security and Strategy, Craig A Snyder
Lynne Rienner Publisher, 1991). (ed), Op. Cit., halaman 113
[3] David Mutimer, Beyond Strategy: [15] Buku Putih Pertahanan Indonesia,
Critical Thinking and the New Security (Jakarta: Departemen Pertahanan),
Studies, dalam Contemporary Security Dephan, 2008, halaman 27
and Strategy, Craig A Snyder (ed), [16] Ibid., halaman 31
(London: Macmillan Press Ltd, 1999), [17] Untuk lebih jelas melihat isu-isu dan
halaman 77 ancaman di kawasan Asia lihat Connie
[4] Edy Prasetyono, Konsep-Konsep Rahakundini Bakrie, Pertahanan Negara
Keamanan”, dalam Merumuskan dan Postur TNI Ideal, (Jakarta: Obor,
Kembali Kebangsaan Indonesia, Indra J 2007), halaman 64
Piliang, Edy Prasetyono, Hadi Soesastro [18] Untuk lebih lengkap melihat
(eds), (Jakarta: CSIS, 2006), halaman kelemahan-kelemahan regulasi bidang
267-269 keamanan lihat T Hari Prihatono (ed),
[5] Barry Buzan, Op Cit., halaman 19-20 Penataan Kerangka Regulasi Keamanan
[6] Edy Prasetyono, Op Cit., halaman 269 Nasional, (Jakarta: Propatria Institute,
2006).
[19] Koran Tempo, 3 Oktober 2005
Universitas Pertahanan Indonesia 95
[20] T Hari Prihatono (ed), Op Cit.,
halaman 2
[21] Tim Propatria Institute, Mencari
Format Komprehensif Sistem
Pertahanan dan Keamanan Negara,
(Jakarta: Propatria, 2006), halaman 4-5
[22] Aleksius Jemadu, Politik Global
dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), halaman 139
[23] Ibid., halaman 140
[24] Kusnanto Anggoro, Paradigma
Keamanan Nasional dan Pertahanan
Negara di Negara Demokrasi, dalam
buku Al Araf et al (eds), Dinamika
Reformasi Sektor Keamanan, ( Jakarta:
Imparsial, 2005), halaman 6
[25] Ibid
[26] Bantarto Bandoro, Hubungan Luar
Negeri Indonesia dan Strategi
Keamanan Nasional, dalam Perspektif
Baru Keamanan Nasional, Bantarto
Bandoro (ed), (Jakarta: CSIS, 2005),
halaman 128
[27] Tim Propatria, Op.Cit, halaman 8
[28] Tim Propatria, Op.Cit, halaman 9
[29] Tim Propatria Institute, Naskah
Akademik RUU Keamanan Nasional,
2003

96 Universitas Pertahanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai