Laporan KP FIXXXX
Laporan KP FIXXXX
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan kerja praktek ini adalah untuk :
1. Memenuhi persyaratan kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik,
Universitas Riau.
2. Mempelajari aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan di
PT. Pupuk Sriwidjaja.
3. Mempelajari dan memahami secara rinci berbagai macam proses dan
metode penanganan yang terjadi dalam industri serta berbagai macam
kondisi operasi yang diterapkan pada peralatan operasi di lapangan,
khususnya di PT. Pupuk Sriwidjaja.
4. Memberikan pengalaman suasana kerja pada lingkungan industri dan
mengembangkan wawasan Engineerin.
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Kerja Praktik dilaksanakan di Unit Kerja Departemen Operasi PUSRI-IIB
mulai tanggal 4 Februari – 4 Maret 2019. Pelaksanaan kerja praktik ini meliputi
kegiatan utama, yaitu:
a. Orientasi umum
Membahas tiga sistem pabrik yang ada di PT. PUSRI yaitu pabrik Utilitas,
Amonia, dan Urea.
b. Orientasi lapangan
Membandingkan teori yang telah didapat pada orientasi umum dengan
kondisi di lapangan.
Hari Senin-Kamis
Hari Jum’at
Air merupakan bahan baku pembuatan steam dan air pendingin di lingkungan
proses pabrik ini. Air juga dibutuhkan untuk keperluan domestik dan pemadam
kebakaran. Kebutuhan air baku untuk menjalankan pabrik PT. Pupuk Swiwidjaja
diperoleh dari sungai musi. Air tersebut diolah terlebih dahulu untuk dihilangkan ion-
ion dan gas-gas terlarut yang terdapat di dalam air, sehingga mempunyai kemurnian
H2O yang sangat tinggi atau disebut demin water guna mencegah kerusakan peralatan
seperti korosi, deposition, scalling, erosion, dan lain-lain. Sifat-sifat fisik air
diantaranya adalah:
Tabel 2.2. Sifat –Sifat Fisik Air
Sifat Nilai
c. Udara
Udara pada unit amoniak sangat dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di
Secondary Reformer. Selain itu, udara juga merupakan salah satu sumber untuk
pembakaran berupa oksigen dan sumber nitrogen dalam pembuatan amoniak, serta
penggerak peralatan yang bekerja secara pneumatic, fluida untuk flushing, fluida
untuk pengadukan, dan bahan untuk aerasi. Udara ambient diambil dari atmosfer
dengan komposisi 78 %-vol. nitrogen, 21 %-vol. oksigen dan 1 %-vol. argon dan
komponen lainnya yang kemudian masuk ke dalam Air Compressor 101-J empat
tahap dimana udara ditekan hingga menjadi 43.5 kg/cm2 dengan temperature
discharge 165.4oC. Jumlah udara yang disediakan untuk udara proses adalah 143332
kg/jam. Sebelum udara atmosfer masuk ke suction kompresor, udara melewati filter
udara 101-L terlebih dahulu dimana partikel padatan yang mungkin terbawa dalam
aliran udara akan disaring. Selanjutnya, udara disuplai ke peralatan yang
membutuhkan.
- Temperatur : 38 °C
(Process enggineering PT Pupuk Sriwidjaja Palembang)
b) Reforming Unit
Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air,
dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa
gas-gas hydrogen dan carbon dioxide dikirim ke Secondary Reformer dan direaksikan
dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas seperti hidrogen, nitrogen, dan karbon
dioksida. Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan Methanasi untuk
dipisahkan gas karbon dioksidanya.
Pembuatan pupuk urea PT. Pupuk Sriwijaya dibagi menjadi enam unit proses,
yaitu unit sintesa, unit purifikasi, unit kritaliser, unit priling, unit recovery dan unit
proses kondensat treatment Berikut ini penjelasan masing-masing unit.
a) Unit Sintesis
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea. Proses mensintesa urea
dengan cara mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam reaktor urea. Larutan
recycle karbamat yang berasal dari bagian Unit Recovery juga dimasukkan ke dalam
reaktor ini. Reaksi reversible dan konversi ammonium karbamat menjadi urea
berlangsung pada fase cair sehingga butuh temperatur dan tekanan tinggi. Tekanan
operasi di sintesa adalah 175 kg/cm2G. Hasil sintesa urea dikirim ke bagian
purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya setelah
dilakukan stripping oleh CO2.
b) Unit Purifikasi
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit
sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua
step penurunan tekanan yaitu pada 17 kg/cm2G dan 22,2 kg/cm2G. Hasil peruraian
berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian recovery, sedangkan larutan ureanya
dikirim ke bagian kristaliser.
c) Unit Kristaliser
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalisasikan dibagian ini secara vacuum.
Kemudian kristal ureanya dipisahkan di centrifuge. Panas yang diperlukan untuk
menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi
urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke High Pressure Absorber
(HPA) dari recovery.
d) Unit Prilling
Kristal urea keluaran centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling tower untuk
dilelehkan dan didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor
dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan
produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.
e) Unit Recovery
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil
kembali dengan dua step absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagai
absorben kemudiab di recycle kembali ke bagian sintesa.
Pada unit feed treating, dapat dilakukan suatu proses pengolahan umpan awal
terhadap gas alam untuk mendapatkan gas metana (CH4) yang murni dari zat-zat
pengotor lainnya. Kandungan impurities yang terdapat di dalam gas alam ini
dihilangkan guna memperke cil mungkin gangguan yang akan diakibatkannya apabila
terbawa dalam proses. Impurities utama yang terkandung di dalam gas alam yang
berasal dari PT. Pertamina adalah Sulfur organik (R-S-R) dan sulfur anorganik (H2S).
Sulfur merupakan racun bagi semua katalis yang digunakan baik di primary reformer,
secondary reformer, LTS, ataupun methanator, serta akan mengganggu proses
sintesis di ammonia converter. Sehingga, diperlukannya suatu tahapan feed treatment
untuk menghilangkan kadar sulfur tersebut.
Total kapasitas produksi keempat pabrik yang dimiliki PT. PUSRI adalah
sebesar 1.149.000 ton per tahun amonia dan 2.280.000 ton per tahun urea. Pada tahun
1997 dibentuk Holding BUMN pupuk di Indonesia dan PT. PUSRI ditunjuk sebagai
induk perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam Holding tersebut
adalah :
a) PT. Pupuk Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan.
b) PT. Petrokimia Gresik yang berdiri pada 31 Mei 1975 di Gresik, Jawa timur.
c) PT. Pupuk Kujang yang berdiri pada 9 Juni 1975 di Cikampek, Jawa Barat.
d) PT. Pupuk Kalimantan Timur yang berdiri pada 7 Desember 1977 di Bontang,
Kalimantan Timur.
e) PT. Pupuk Iskandar Muda yang berdiri pada 24 Februari 1982 di Lhoksemawe,
Nanggroe Aceh Darussalam.
Misi:
"Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara efisien,
berkualitas prima dan memuaskan pelanggan"
Tata Nilai:
Makna Perusahaan:
“PUSRI untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan Yang Lebih Baik”
Keterangan Gambar :
A. Pos satpam 1. Primary reformer
B. Kantor Utama 2. Secondary reformer
C. Lapangan 3. Stripper
D. Perumahan 4. Absorber
E. Gedung Serba Guna 5. Methanator
F. Diklat 6. HTSC dan LTSC
G. Sekolah 7. ARU
H. Kolam 8. HRU, PGRU
I. Masjid 9. Molecular sieve
J. Rumah Makan 10. Kompresor
K. Parkir 11. Refrigeran
L. Tenik Proses 12. Reaktor amonia
M. Dinas K3 13. Seksi Recovery
N. Main Lab 14. Seksi purifikasi
O. Ammonia Storage 15. Seksi kristalisasi dan prilling
P. Kantor 16. Seksi sintesis urea
Q. Wisma 17. Sistem pembangkit listrik
R. Lapangan Olahraga 18. Package boiler
S. Pabrik II B 19. Waste heat boiler
T. Gudang 20. Kantor dan pusat kontrol
U. Dermaga 21. Cooling tower
V. PPU 22. GMS (Gas Metering Station).
W. Rumah sakit 23. Unit penukar anion, kation
X. Wisma dan penukar anion-kation
24. Filter water
25. Sand filter
26. Tangki klarifikasi
27. Kantor instrumentasi
operasional pada suatu perusahaan. Tugas operasional dapat sesuai dengan surat
dilaksanakan oleh dewan-dewan direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang
1. Direktur Keuangan
2. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum
3. Direktur Produksi
4. Direktur Teknik & Pengembangan
5. Direktur Komersil
Tetapi terjadi suatu perubahan pada struktur organisasi di PT PUSRI Palembang
yang menuju penyempurnaan pada awal tahun 2011. Prinsip utama penyempurnaan
yang ramping, efisien, serta fleksibel. Struktur Organisasi Perusahaan ini yang
utama pada PT PUSRI Palembang yang dilaksanakan oleh dewan direksi yang dapat
Kepala Satuan General Manager General Manager Riset General Manager General Manager General Manager
Pengawasan Intern Operasi & Pengembangan Pengadaan Keuangan Sumber Daya Manusia
Divisi Teknologi
Divisi ini bertanggung jawab dalam memliharan dan merawat peralatan pabrik,
serta kendaraan yang berhubungan dengan operasional. Divis ini dikepalai oleh
seorang general manager dengan beberapa departemen yaitu departemen
pemeliharaan mekanikal, departemen pemeliharaan listrik dan instrument,
departemen perbengkelan dan umum, dan departemen rendal pemeliharaan.
2.4.1 Struktur Organisasi dan Manajemen Departemen/Unit Kerja
MANAGER OPERASI P-IIB
Andri Azmi
Yoyok Noviantoro
BAB V
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas
terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun
petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh
sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Maksudnya ialah:
1. Alat Penukar Panas Kontak Langsung
Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida
dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan. Misalnya
ejector, daerator dan lain-lain.
2. Alat penukar panas kontak tak langsung.Pada alat ini fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau
peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-
lain.
<1 2,5 5
1–5 5 7,5
5 – 15 7,5 10
25 – 50 10 15
> 50 Consult mechanical group
Tabel 5.2 Heat Duty dan Temperatur Plate HE 6A-124-C1/C2 Unit Ammonia P-IIB
Temperatur Fluida Proses
Heat Duty
(℃)
Bulan (MW)
Design Aktual
Design Aktual In Out In Out
Oktober 22,40 17,75 88,3 38 77,5 35,6
November 22,40 25,26 88,3 38 77,2 35,8
Desember 22,40 27,00 88,3 38 77,3 35,2
Tabel 5.3 Heat Duty dan Temperatur Plate HE 6A-101-JC1 Unit Ammonia P-IIB
Tabel 5.4 Heat Duty dan Temperatur Plate HE 6A-101-JC2 Unit Ammonia P-IIB
6.3 Pembahasan
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Heat Exchanger berupa
konduksi dan konveksi. Pada Heat Exchanger perpindahan panas secara konduksi
terjadi pada dinding pipa atau tube yaitu dari bagian luar dinding ke bagian dalam
atau sebaliknya. Perpindahan secara konveksi adalah perpindahan energi panas dari
bagian fluida yang panas ke bagian fluida dingin dengan pencampuran, ketika fluida
dingin mulai menerima aliran panas dari fluida panas setelah aliran panas tersebut
melewati dinding-dinding pipa secara konduksi, maka didalam fluida dingin akan
terjadi perpindahan panas secara konveksi karena pencampuran sampai temperature
di fluida dingin seragam.
Heat duty digunakan untuk mengetahui besarnya panas yang dapat ditransfer
dari fluida panas ke fluida dingin pada HE. Nilai heat duty desain merupakan nilai
performa panas yang dimiliki oleh unit penukar panas (heat exchanger) yang
diperoleh dari data perancangan peralatan heat exchanger. Heat duty desain sering
juga dikenal dengan heat duty maksimum, menunjukkan nilai ambang batas
maksimum performa panas heat exchanger. Heat exchanger dapat dikatakan efisien
apabila nilai heat duty aktual tidak lebih dari nilai heat duty desain. Semakin kecil
nilai heat duty aktual yang diperoleh maka efisiensi heat exchanger semakin baik.
Heat duty dapat dihitungan dengan menggunakan rumus:
𝑄 = 𝑀 × 𝐶𝑝ℎ × (𝑇1 − 𝑇2 )
𝑄 = 𝑀 × 𝐶𝑝ℎ × (𝑡2 − 𝑡1 )
Apabila nilai heat duty aktual lebih besar dari nilai heat duty desain, bukan
berarti heat exchanger tidak layak lagi untuk digunakan, namun dilakukan
pendekatan dengan menganalisis temperature aktual inlet dan outlet fluida proses
terhadap temperature desain-nya. Performa heat exchanger yang baik akan
memberikan nilai ∆T aktual yang tidak melebihi ∆T desain fluida proses.
Fouling factor merupakan suatu parameter yang menunjukkan besarnya faktor
pengotor dalam alat penukar panas yang diakibatkan terbentuknya lapisan yang
memberikan tahanan tambahan terhadap aliran panas (mempengaruhi heat duty).
Lapisan ini dimungkinkan berasal dari korosi pada bahan konstruksi heat exchanger
atau endapan yang terdapat dalam heat exchanger setelah heat exchanger dipakai
untuk beberapa lama. Oleh karena itu peran dari dilaksanakannya Turn Around (TA)
sangatlah penting untuk membersihkan endapan endapan yang terdapat pada HE 6A-
101-JC2, 6A-101-JC3, 6A-116-C dan 6A-115-C.
6.3.3 Heat Duty HE HE 6A-128-C Unit Ammonia P-IIB
Analisa pada unit HE 6A-128-C menunjukkan bahwa performa heat
exchanger menurun pada bulan November, terjadi peningkatan nilai head duty actual.
Peningkatan nilai head duty aktual ini dikarenakan masa pakai peralatan dan
terdapatnya faktor pengotor (fouling factor) yang mempengaruhi proses perpindahan
panas didalam heat exchanger. Fouling merupakan proses terbentuknya deposit
material pada permukaan peralatan. Fouling yang terjadi pada Heat Exchanger dapat
menurunkan kinerja Heat Exchanger karena pada umumnya fouling memiliki
konduktivitas yang lebih rendah dibanding material aslinya sehingga dapat
menurunkan harga koefisien perpindahan panas (U). Efisiennya kondisi heat
exchanger dikarenakan masa penggunaannya yang masih baru, mengingat umur
pabrik yang belum lama.
Q = M . Cp . ΔT
Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa M berbanding lurus dengan Q (heat duty),
sehingga semakin kecil laju alir umpan maka harga Q juga akan semakin kecil.
Peningkatan nilai head duty aktual ini dikarenakan masa pakai peralatan dan
terdapatnya faktor pengotor (fouling factor) yang mempengaruhi proses perpindahan
panas didalam heat exchanger. Efisiensi heat exchanger ditentukan oleh umur pakai
dari peralatan tersebut. Semakin lama umur pakainya, maka efektifitas dari heat
exchanger akan berkurang karena fouling akan menumpuk, apabila tidak dilakukan
pembersihan maka fouling akan mendominasi heat exchanger. Oleh karena itu peran
dari dilaksanakannya Turn Around (TA) sangatlah penting untuk membersihkan
endapan endapan yang terdapat pada heat exchanger.
6.3.6 Heat Duty HE HE 6A-101-JC2 Unit Ammonia P-IIB
Analisa pada unit HE 6A-101-JC2 menunjukkan bahwa performa heat
exchanger masih baik dan layak untuk digunakan. Selama tiga bulan, terjadi
peningkatan nilai head duty aktual, namun tidak ada yang melebihi nilai heat duty
desain. Meningkatnya nilai heat duty aktual menyebabkan menurunnya harga
koefisien perpindahan panas dan menyebabkan efektifitas dari heat exchanger
berkurang. Hal ini masih disebabkan karena korosi dan fouling factor yang terdapat
dalam heat exchanger. Jenis fouling yang terdapat dalam heat exchanger berupa
korosi peralatan heat exchanger, endapan yang terbawa saat proses dan juga slime
yang terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme. Selain meninjau dari nilai heat duty
untuk menentukan performa heat exchanger, analisa nilai ∆T aktual dan ∆T desain
juga dipertimbangkan. Berdasarkan analisa, walaupun nilai heat duty meningkat dan
melewatis batas head duty desain maksimum, namun ∆T aktual masih kecil dari dari
∆T desain sehingga performa heat exchanger dikategorikan baik.
BAB VI
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai Heat Duty aktual pada Heat Exchanger HE 6A-128-C selama bulan
Oktober, Desember besar dari Heat Duty desain dan terjadi peningkatan pada
bulan November, namun ∆T masih menunjukkan data yang efisien yang
menandakan bahwa Heat Exchanger HE 6A-128-C memiliki performance yang
bagus.
2. Nilai Heat Duty aktual pada Heat Exchanger 6A-124-C1/C2 selama bulan
Oktober, Desember besar dari Heat Duty desain dan terjadi peningkatan pada
bulan November, namun ∆T masih menunjukkan data yang efisien yang
menandakan bahwa Heat Exchanger 6A-124-C1/C2 memiliki performance
yang bagus.
3. Nilai Heat Duty aktual pada Heat Exchanger HE 6A-101-JC1 selama bulan
Oktober hingga Desember terus meningkat melampaui Nilai Heat Duty desain
namun ∆T masih menunjukkan data yang efisien yang menandakan bahwa
Heat Exchanger 6A-101-JC3 memiliki performance yang bagus.
4. Nilai Heat Duty aktual pada Heat Exchanger HE 6A-101-JC2 selama bulan
Oktober, November dan Desember kecil dari Heat Duty desain yang
menandakan bahwa Heat Exchanger HE 6A-101-JC2 memiliki performance
yang bagus.
5.2 Saran
Berdasarkan analisa penulis, dilaksanakannya Turn Around (TA) sangatlah
penting untuk membersihkan endapan endapan (fouling) yang terdapat pada heat
exchanger. Cleaning dianjurkan tidak menggunakan metode Chemical Cleaning
karna penambahan bahan-bahan kimia akan mengganggu proses. Untuk itu,
Mechanical Cleaning sangat dianjurkan untuk cleaning heat exchanger, seperti:
1. Drilling atau Turbining
Pembersihan ini dilakukan dengan mengedrill deposit yang menempel pada
dinding tube. Pembersihan ini paling dianjurkan untuk tube yang tertutup total.
2. Hydro jeting
Pembersihan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube pada
tekanan tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
3. Sand blasting
Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran air dengan
pasir ke dalam tube pada tekanan tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pada bulan Oktober nilai heat duty actual lebih kecil dibandingkan nilai heat
duty desain, ini menandakan performa alat heat exchanger pada bulan
heat duty desain, ini menandakan performa alat heat exchanger yang sudah
mulai berkurang.
3. Pada bulan Desember terdapat dua alat heat exchanger yang nilai heat duty
actual lebih besar dari nilai heat duty desain dan dua alat heat exchanger
mempunyai nilai heat duty actual yang lebih kecil dari nilai heat duty desain.
4.2 Saran
mechanical cleaning, yaitu dengan menembakkan water jet ke dalam alat heat
exchanger. Cara yang lain adalah dengan chemical cleaning yaitu mensirkulasikan
bahan kimia. Bahan kimia yang sirkulasikan tergantung dari zat-zat yang
yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah
polifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor
yang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah
kadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu
inhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut batas kritis. Pemakaian inhibitor
yang melebihi batas kritis akan menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun
dibawah batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula menyebabkan
pitting.