Modul
Modul
Yuliani Rahmah
yuliani.rahmah@live.undip.ac.id
Abstract
[Title: MINWA: The Reflection of Japanese society’s Life ] Folklore is part of a collective culture
that is spread and passed down from generation to generation. In this paper we will discuss about
the type of oral folklore that developed in Japan. This exposure focuses on an explanation of the
values of life contained in all three. The values of life discussed include religious values, social
values and moral values. By knowing these values can be known also things that became the origin
of the formation of Japanese society identity. The results of this research is that folklor which in
Japan known as Minwa, can be categorized into 3 types and knows as Shinwa, Densetsu and
Mukashi Banashi. In the three types of folklore Mukashi Banashi is a type of folklore that is full of
life values. In mukashi banashi the religious values, social values and moral values described not
only in all the elements of the story builder, but they are expressed in more detail.
termasuk kelompok pertama adalah ujaran terkandung pada folklor lisan Jepang.
rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan Diharapkan dengan mengetahui nilai-nilai
tradisional, teka-teki, puisi rakyat, mite, tersebut kita dapat mengetahui pula hal-hal
legenda, dongeng, dan nyayian rakyat. Yang yang menjadi asal mula pembentuk identitas
termasuk kelompok kedua adalah agama dan masyarakat Jepang.
kepercayaan, permainan rakyat, adat-istiadat,
upacara dan pesta rakyat, dll. Sedangkan 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada kelompok ketiga, masih terbagi ke
dalam dua sub kelompok yaitu materiil dan 2.1 Tradisi Lisan dan Folklor
non materil. Contoh materil yaitu seni kriya, Folklor dikelompokkan menjadi tiga,
arsitektur, pakaian tradisioanal, makanan dan yaitu folklor lisan, folklor sebagian
minuman, dll, sedangkan yang non materiil lisan, dan folklor material (Danandjaja,
adalah gerak isyarat tradisional, dan musik 2002).Pada folklor lisan hampir seluruh
tradisional. materialnya adalah lisan, dan biasanya
Pemaparan ini berfokus pada objek folklor memiliki tradisi penuturan lisan.Tradisi
lisan yaitu cerita prosa rakyat yang meliputi penuturan tersebut ada yang masih aktif
legenda, dongeng, dan mite. Untuk folklor namun ada juga yang tinggal dokumen
lisan sendiri telah banyak penelitian yang seni saja.Hal ini juga terjadi pada
dilakukan dengan baik folklor Indonesia folklor sebagian lisan, tetapi
maupun folklor negara lain sebagai objeknya. materialnya tidak seutuhnya lisan,
Namun sesuai dengan bidang ilmu penulis, misalnya pada perangkat matsuri dan
maka pemaparan ini akan lebih berfokus pada upacara-upacara perayaan itu sendiri.
folklor lisan Jepang. Pada pemaparan Danandjaja (2002) mendefinisikan
terdahulu penulis pun pernah menuliskan tradisi lisan dengan folklor dengan
hasil pengkajian terhadap folklor Jepang, referensi yang relatifsama, yaitu budaya
khususnya dongeng Jepang. Pemaparan yang lisan dengan unsur kelisanan sebagai
pernah dilakukan antara lain mengenai dimensi yang esensial. Kelisanan
analisis struktur pembangun dongeng merupakan bagian utama dari tradisi
tersebut dengan perspektif Greimas. Tujuan lisan, sehingga pada penelitian ini
dari analisis tersebut selain untuk mengetahui tradisi lisan dengan folklor diartikan
unsur-unsur penggerak cerita dalam dongeng sama.
tersebut. Tulisan lain yang pernah diterbitkan Mengutip dari teori yang
adalah perbandingan nilai-nilai budaya yang dikemukakan Jan Harold Brunvand,
terdapat pada dongeng dua negara yaitu seorang ahli folklor Amerika, maka
Indonesia dan Jepang. Objek yang dikaji yang termasuk ke dalam jenis folklor
adalah beberapa dongeng kedua negara yang lisan adalah bahasa rakyat (logat,dialek,
mempunyai kemiripan dalam alur ceritanya. julukan) ; ungkapan tradisional
Kajian tersebut dilakukan untuk mengetahui (peribahasa, pepatah) ; teka teki
ada tidaknya unsur peniruan dalam cerita tradisional; puisi rakyat(pantun, syair,
dongeng satu sama lainnya. sajak); cerita rakyat (legenda, mite,
Kajian di atas merupakan lingkup kecil dongeng) dan nyanyian rakyat.
dari sebuah penelitian folklor lisan karena Berbeda dengan kebudayaan yang
hanya berpusat pada satu objek yaitu lainnya. Menurut Danandjaja (2002)
dongeng. Pada pemaparan kali ini penulis tradisi lisan mempunyai ciri antara lain :
ingin menjelaskan tentang nilai-nilai yang penyebarannya dilakukan melalui lisan
masyarakat tersebut. Meskipun demikian, Tenno yang telah dibumbui dengan unsur
Shinwa di Jepang mempunyai susunan yang fiksi. Selain cerita keluarga Jinmu Tenno
lengkap karena cerita mengenai para dewa yang diagung-agungkan, beberapa cerita
saling berhubungan antara yang satu dengan dalan Densetsu antara lain mengisahkan
yang lainnya. tentang legenda Yamato Takeru no Mikoto
dalam usahanya meluaskan daerah dari
Dari seluruh cerita yang terdapat dalam Timur ke Barat.
mitologi Kiki, terdapat beberapa cerita dewa
yang sangat terkenal, diantaranya adalah 3. Mukashibanashi
- Cerita mengenai kunjungan Dewa Izanaki Mukashibanashi adalah istilah Jepang
no Mikoto ke negara neraka untuk dongeng. Dalam buku Nihon no Minwa
- Doa permohonan Dewi Amaterasu (1969), dijelaskan bahwa istilah
Omikami dan Dewa Susa no Onomikoto mukashibanashi yang digunakan para ahli
- Cerita mengenai Dewi Kono Hana no folklor untuk menyebut cerita rakyat diambil
Sakuya Bime dan Dewi Iwa Naga Hime dari kalimat pembuka (cara bercerita) cerita
- Cerita mengenai Dewa Umisachi Biko dan rakyat tersebut. Cerita-cerita tersebut selalu
Dewa Yamasachi Biko dimulai dengan kalimat “mukashi, aru
tokoro ni…” (dahulu, di suatu tempat). Cara
2. Densetsu bercerita seperti itu jauh sebelumnya telah
Densetsu adalah istilah bahasa Jepang terdapat dalam buku Nihon Ryouiki yang
yang digunakan untuk legenda. Densetsu ditulis pada awal zaman Heian.
sampai saat ini masih hidup di masyarakat
Jepang, sebab masih ditopang oleh Dilihat dari jenisnya mukashibanashi pun
kepercayaan masyarakat yang dianut dengan terbagi atas tiga kelompok, yaitu 動物昔話
kuat. Bila di negara lain cerita yang (doobutsu mukashibanashi) adalah istilah
melegenda seringkali sudah dianggap fiktif, Jepang untuk dongeng-dongeng binatang, 本
namun di Jepang masih dianggap benar-benar 格 昔 話 (honkaku mukashibanashi) adalah
terjadi. Misalnya, legenda tentang monster istilah untuk dongeng biasa, dan 笑 い 話
Kappa yang hidup di dalam air, atau pun
(waraibanashi) adalah istilah untuk lelucon.
adanya makhluk bertubuh manusia,
berhidung panjang dan dapat terbang yang
disebut Tengu. 2.3 Nilai-Nilai dalam Folklor Jepang
Seperti Legenda pada umumnya, cerita
dalam Densetsu pun banyak yang Folklor sebagai hasil sebuah kebudayaan
berhubungan dengan tempat dan periode tentu sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang
tertentu. Meskipun tokoh dalam Densetsu menjadi bagian dari kehidupan
biasanya tokoh terkenal ataupun pahlawan, masyarakatnya. Keberagaman nilai dalam
namun Densetsu bukanlah sebuah kenyataan budaya atau kultur manusia, berdasarkan arah
atau sebuah cerita yang benar-benar terjadi di tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan
masa lampau. Dalam Densetsu cerita yang manusia dapat digolongkan menjadi tiga
dipaparkan hanyalah sebuah fiksi atau jenis, yaitu
pengalaman seseorang yang mempunyai latar
belakang sejarah. Salah satu kisah dalam (1) Nilai ketuhanan manusia,
Densetsu yang tertulis dalam Kojiki dan (2) Nilai sosial kehidupan manusia, dan
Nihonshoki adalah tentang kehidupan Jinmu (3) Nilai kehidupan pribadi manusia
Di setiap harinya mereka akan menghaturkan Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana
ucapan yang sama pada patung tersebut, bergantungnya seorang petani pada dewa
seperti yang terlihat pada kutipan berikut. yang disembahnya. Ketika tidak ada
seorangpun yang dapat membantunya petani
ふうふは、まいにちおじぞうさまへのおまいりをか
tersebut mendatangi kuil karena percaya
かさなかった。
bahwa Tuhannya dapat membantu. Dengan
「きょうも一にち、げんきではたらけますように。で keterbatasan pengetahuan bahkan seorang
は、いって きますだ。」 petani sangat yakin bahwa kekuatan Tuhan
akan mampu membukakan jalan keluar untuk
(Kodansha,1988;60)
semua masalah yang sedang dihadapinya.
Suami istri tersebut setiap hari tidak pernah
lupa untuk berdoa di hadapan Ojisousama
2. Nilai Sosial
“Hari ini kami mohon agar diberikan
kesehatan sehingga dapat bekerja dengan a. Nilai sosial dalam Shinwa
baik. Kami pamit pergi dulu” begitu doa
sepasang suami istri itu setiap pagi. Seperti kita ketahui kisah dewa dewi dalam
Shinwa diceritakan seperti kisah anak
manusia pada umumnya. Meskipun ceritanya
merupakan tuntunan dan pengetahuan dalam
Refleksi nilai religi lainnya bisa dilihat pada
agama Shinto, namun beberapa bagian cerita
kutipan yang terdapat dalam dongeng
dalam Shinwa menggambarkan peristiwa-
berjudul Nanushiga kureta Nae. Dalam peristiwa yang mengandung nilai sosial
dongeng ini terdapat bagian cerita dimana seperti gotong royong, musyawarah,
ketika seorang petani mengalami kesulitan kepatuhan dan nilai sosial lainnya.
dalam pekerjaannya dia mencari solusi dan
bantuan dengan pergi mengunjungi sebuah Nilai sosial dalam Shinwa salah satunya
kuil. Berikut kutipannya dapat dilihat dari sebuah bagian cerita dimana
Ameterasu berseteru dengan adik laki-
きゅうさくおやこは、むらじゅうを たのんでまわっ
lakinya,Susanoo. Dalam cerita tersebut
て みたが、どのいえにも、あまったなえなど な
Ameterasu yang merasa sangat marah dan
かったんじゃあ。
berduka atas perbuatan adiknya memutuskan
こまったおやこは、じんじゃにおまいりにいった。 untuk bersembunyi di sebuah gua. Akibatnya
「どうしたらいいだ。どうかおたすけくだせえ。」 dunia menjadi gelap gulita karena tidak
(Kodansha 1988;68) adanya sinar matahari. Para dewa yang
merasa prihatin akan keadaan tersebut
Bapak Kyuussaku dan anaknya mencoba
berusaha membujuk Ameterasu untuk keluar
berkeliling desa untuk meminta bibit, namun
dari gua, namun usaha mereka satu persatu
tidak ada satu rumahpun yang memilikinya.
mengalami kegagalan karena Ameterasu
Bapak dan anak yang kebingungan itu tidak juga mau keluar dari gua tersebut.
kemudian pergi ke sebuah kuil dan berdoa Kemudian para dewa bekerjasama untuk
“Kami harus bagaimana? Tolong bantulah membuat sebuah pertunjukan kecil di sekitar
kami” gua. Hingga akhirnya tarian dan nyanyian
musim panas menjualnya, musim gugur menanam kemudian pergi seorang diri menuju kuil tempat
lobak...begitu seterusnya mereka bekerja dengan obake berada.
giat/tanpa kenal lelah.
・・・・・・・・・・・・・・・・・
Dari penggalan di atas terlihat bahwa tokoh
Kutipan di atas menunjukkan keadaan si tasuke mempunyai keikhlasan untuk
kakek dan cucu nya yang sarat nilai sosial berkorban. Demi dapat menjual obatnya
karena mereka mampu bekerja dengan penuh Tasuke memutuskan untuk menangkap
keikhlasan dan ketekunan meskipun hanya Obake terlebih dahulu sebagai bukti
menggarap sebuah ladang yang tidak luas. kepatuhannya pada janjinya sendiri. Tasuke
Keikhlasan tersebut terlihat dari bagaimana yang segera menuju Tera berusaha untuk
mereka memanfaatkan lahan kecil dengan bersungguh-sungguh menyelesaikan
tanaman yang berbeda-beda di setiap tugasnya hingga akhirnya dia pun berhasil.
musimnya. Nilai sosial lain terlihat dari
pemilihan karakter tokoh yaitu sang kakek ・・・・・・・・・・・・・・・・・
dan cucu perempuannya. Terdapat nilai
むらのひとたちは、およろこびで、たすけのくすり
kepatuhan pada diri si cucu perempuan yang
を たくさんかった。(Kodansha,1988;60)
juga sama giatnya setiap hari bekerja di
ladang menemani sang kakek. Sebagai Para penduduk desa menyambutnya dengan
seorang cucu tokoh Ohana ini dengan patuh gembira, mereka segera memborong obat-obatan
membantu dan bergotong royong dengan Tasuke
sang kakek demi kelangsungan hidup mereka. Kutipan di atas adalah penggalan cerita
Kemudian nilai sosial lainnya dapat kita ketika akhirnya Tasuke berhasil
temukan pada dongeng Tasuke to Obake. mengalahkan Obake. Dari kutipan tersebut
dapat dilihat bahwa penduduk desa pun telah
Dalam penggalan dongeng tersebut mengajarkan nilai sosial yaitu dengan
diceritakan tentang kisah seorang pemuda bersikap patuh pada kesepakatan yang telah
bernama Tasuke yang membuat kesepakatan dibuat dengan Tasuke untuk membeli obat-
dengan penduduk sebuah desa untuk obatnya.
membantu mengusir Obake yang selama ini
meresahkan.
おそろしい ばけもののことを きいたたすけは、 3. Nilai Moral
むらのひとにいった。「みなさんに くすりをかって Nilai moral merupakan nilai kehidupan
もらうおれいに、わたしが、ばけものをたいじしてき pribadi manusia yang mengajarkan tentang
ましょう」というわけで、たすけは、ひとりで てらへ nilai-nilai baik seperti nilai kejujuran,nilai
でかけたのじゃ。(Kodansha,1988;49) kesopanan, berusaha untuk tabah dalam
Tasuke yang mendengar cerita tentang Obake yang menghadapi cobaan dan sebagainya. Sebagai
meresahkan tersebut berkata pada penduduk desa, sebuah media yang memberikan pengajaran
pada masyarakatnya Minwa pun sarat dengan
“Saya akan menangkap Obake itu. Anggap ini
nila-nilai moral.Melalui cerita-ceritanya para
sebagai rasa terimakasih saya bila nanti anda
semua membeli obat saya, “ berkata Tasuke dan pembuat cerita zaman dahulu berusaha
menyampaikan pesan moral dengan contoh
kongkrit isi cerita. Secara keseluruhan yang mengagumkan. Nilai kebaikan sendiri
Minwa yang merupakan pengajaran lisan diangkat melalui penokohan Urashima Taro
untuk masyarakat tradisional mengajarkan dan tokoh ohime sama yang mengizinkan
nilai –nilai kebaikan dalam kehidupan Urashima Taroo tinggal di istananya.
manusia, sehingga nila-nilai moral yang Kemudian nilai kejujuran disampaikan
terdapat pada ketiga jenis Minwa tidak melalui penyesalan Urashima Taro yang
mempunyai perbedaan yang signifikan. menjadi tua karena melanggar pesan
Ohimesama agar tidak membuka kotak
a. Nilai moral dalam Shinwa titipannya. Berikut kutipan yang dapat
Shinwa yang merupakan kumpulan cerita dimaknai sebagai pengajaran nilai moral
para dewa menyajikan cerita-cerita yang
menunjukkan kasih sayang para dewa dalam
menciptakan Negara Jepang. Para dewa c. Nilai moral dalam Mukashi banashi
dalam mitologi ini menjaga dan membuat
kemakmuran bagi Negara Jepang, bahkan Sebagi sebuah bahan cerita yang ditujukan
menciptakan pemimpin Negara Jepang bagi anak-anak, mukashi banashi pun sarat
seorang kaisar yang dipercaya sebagai dengan nilai moral yang menuntun generasi
keturunan langsung dari Ameterasu. mudanya untuk mengamalkan nilai-nilai
Kemudian terdapat juga cerita yang kebaikan sebagai sebuah pribadi. Berikut
mengisahkan bagaimana dengan penuh kasih penulis berikan contoh nilai moral yang
sayangnya Dewi matahari mengajari manusia terdapat dalam mukashi banashi Tasukate
bercocok tanam dan memperbaiki keadaan Obake. Dalam dongeng tersebut setidaknya
bumi yang porak poranda akibat kemarahan terdapat 3 (tiga ) nillai moral yang
dewa Susanoo. disampaikan, yaitu nilai ketabahan, nilai
kerja keras dan nilai kesopanan. Nilai
Nilai kehidupan yang disampaikan melalui ketabahan dan kerja keras terlihat dari tokoh
cerita-cerita tersebut tentu saja menjadi Tasuke yang seorang penjual obat-obatan.
panduan masyarakat tradisional agar Dia bekerja setiap hari berkeliling untuk
senantiasa mengedepankan kepribadian yang berjualan. Nilai ketabahannya diceritakan
baik penuh kasih sayang sesama seperti para ketika tokoh Tasuke sedang berusaha
dewa yang mengasihi umat manusia. Dengan mengalahkan Obake yang menakutkan.
adanya tuntunan moral dari agama yang Sementara nilai kesopanan ditunjukkan
diyakini maka manusia dapat hidup dengan sikap Tasuke dan para penduduk desa
berdampingan dengan damai tidak saja ketika berkomunikasi satu dengan yang
dengan alam tapi juga dengan sesama untuk lainnya. Berikut kutipan dari nilai-nilai moral
menjaga keberlangsungan dunia. tersebut
たろうは、子どもたちにこづかいをやって、かめを
うみににがしてやりました。(Gakken,2005;16)
b. Nilai moral dalam Densetsu
Taro membujuk anak-anak dengan memberikan
Dalam Densetsu Urashima Taro, nilai moral uang dan kemudian melepaskan kura-kura tersebut
yang diangkat dalam ceritanya adalah nilai ke laut.
kebaikan, kejujuran dan nilai balas budi.
Kura-kura yang ditolong Urashima Tarou ・・・・・・・・・・・・・
membalas kebaikan pemuda tersebut dengan
mengajaknya memasuki istana bawah laut