Anda di halaman 1dari 11

Izumi, Volume 6, No 2, 2017

e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

MINWA : GAMBARAN NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

Yuliani Rahmah
yuliani.rahmah@live.undip.ac.id

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Abstract

[Title: MINWA: The Reflection of Japanese society’s Life ] Folklore is part of a collective culture
that is spread and passed down from generation to generation. In this paper we will discuss about
the type of oral folklore that developed in Japan. This exposure focuses on an explanation of the
values of life contained in all three. The values of life discussed include religious values, social
values and moral values. By knowing these values can be known also things that became the origin
of the formation of Japanese society identity. The results of this research is that folklor which in
Japan known as Minwa, can be categorized into 3 types and knows as Shinwa, Densetsu and
Mukashi Banashi. In the three types of folklore Mukashi Banashi is a type of folklore that is full of
life values. In mukashi banashi the religious values, social values and moral values described not
only in all the elements of the story builder, but they are expressed in more detail.

Keywords: Minwa; folklore; values of life

1. PENDAHULUAN secara turun temurun secara lisan melalui


Folklor merupakan bagian yang tidak contoh yang disertai gerak isyarat atau alat
terpisahkan dari sebuah masyarakat.Melalui bantu mengingat. Dengan demikian folklor
sebuah folklor kita bisa mengetahui karakter adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif
masyarakat dimana folklor itu berkembang yang tersebar dan diwariskan secara turun
secara turun temurun. Meskipun tidak dapat temurun dalam bentuk lisan maupun contoh
diketahui sejak kapan folklpor ada, namun ia yang disertai isyarat atau alat bantu
tumbuh dan berkembang pada masyarakat mengingat yang berada dalam berbagai
budayanya sejak manusia itu ada. kolektif apa saja, secara tradisional dan
Istilah folklor merupakan bentuk jamak mempunyai varian-varian tertentu. Karena
yang berasal dari folk yaitu sekelompok kegiatan tutur dan penyampaiannya
orang yang memiliki ciri pengenal fisik, dilakukan secara lisan maka orang
sosial, dan kebudayaan khusus, sehingga menyebutnya sebagai budaya lisan atau
dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. tradisi lisan (Danandjaja, 1998).Folklor
Dengan demikian folk merupakan kolektif terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
yang memiliki tradisi dan diwariskan dari folklor lisan (verbal folklor), folklor sebagian
generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan lisan (partly verbal folklor), dan folklor
lor adalah sebagian tradisi yang diwariskan bukan lisan (non verbal folklor).Yang

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 9


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

termasuk kelompok pertama adalah ujaran terkandung pada folklor lisan Jepang.
rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan Diharapkan dengan mengetahui nilai-nilai
tradisional, teka-teki, puisi rakyat, mite, tersebut kita dapat mengetahui pula hal-hal
legenda, dongeng, dan nyayian rakyat. Yang yang menjadi asal mula pembentuk identitas
termasuk kelompok kedua adalah agama dan masyarakat Jepang.
kepercayaan, permainan rakyat, adat-istiadat,
upacara dan pesta rakyat, dll. Sedangkan 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada kelompok ketiga, masih terbagi ke
dalam dua sub kelompok yaitu materiil dan 2.1 Tradisi Lisan dan Folklor
non materil. Contoh materil yaitu seni kriya, Folklor dikelompokkan menjadi tiga,
arsitektur, pakaian tradisioanal, makanan dan yaitu folklor lisan, folklor sebagian
minuman, dll, sedangkan yang non materiil lisan, dan folklor material (Danandjaja,
adalah gerak isyarat tradisional, dan musik 2002).Pada folklor lisan hampir seluruh
tradisional. materialnya adalah lisan, dan biasanya
Pemaparan ini berfokus pada objek folklor memiliki tradisi penuturan lisan.Tradisi
lisan yaitu cerita prosa rakyat yang meliputi penuturan tersebut ada yang masih aktif
legenda, dongeng, dan mite. Untuk folklor namun ada juga yang tinggal dokumen
lisan sendiri telah banyak penelitian yang seni saja.Hal ini juga terjadi pada
dilakukan dengan baik folklor Indonesia folklor sebagian lisan, tetapi
maupun folklor negara lain sebagai objeknya. materialnya tidak seutuhnya lisan,
Namun sesuai dengan bidang ilmu penulis, misalnya pada perangkat matsuri dan
maka pemaparan ini akan lebih berfokus pada upacara-upacara perayaan itu sendiri.
folklor lisan Jepang. Pada pemaparan Danandjaja (2002) mendefinisikan
terdahulu penulis pun pernah menuliskan tradisi lisan dengan folklor dengan
hasil pengkajian terhadap folklor Jepang, referensi yang relatifsama, yaitu budaya
khususnya dongeng Jepang. Pemaparan yang lisan dengan unsur kelisanan sebagai
pernah dilakukan antara lain mengenai dimensi yang esensial. Kelisanan
analisis struktur pembangun dongeng merupakan bagian utama dari tradisi
tersebut dengan perspektif Greimas. Tujuan lisan, sehingga pada penelitian ini
dari analisis tersebut selain untuk mengetahui tradisi lisan dengan folklor diartikan
unsur-unsur penggerak cerita dalam dongeng sama.
tersebut. Tulisan lain yang pernah diterbitkan Mengutip dari teori yang
adalah perbandingan nilai-nilai budaya yang dikemukakan Jan Harold Brunvand,
terdapat pada dongeng dua negara yaitu seorang ahli folklor Amerika, maka
Indonesia dan Jepang. Objek yang dikaji yang termasuk ke dalam jenis folklor
adalah beberapa dongeng kedua negara yang lisan adalah bahasa rakyat (logat,dialek,
mempunyai kemiripan dalam alur ceritanya. julukan) ; ungkapan tradisional
Kajian tersebut dilakukan untuk mengetahui (peribahasa, pepatah) ; teka teki
ada tidaknya unsur peniruan dalam cerita tradisional; puisi rakyat(pantun, syair,
dongeng satu sama lainnya. sajak); cerita rakyat (legenda, mite,
Kajian di atas merupakan lingkup kecil dongeng) dan nyanyian rakyat.
dari sebuah penelitian folklor lisan karena Berbeda dengan kebudayaan yang
hanya berpusat pada satu objek yaitu lainnya. Menurut Danandjaja (2002)
dongeng. Pada pemaparan kali ini penulis tradisi lisan mempunyai ciri antara lain :
ingin menjelaskan tentang nilai-nilai yang penyebarannya dilakukan melalui lisan

10 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

dan diwariskan dari mulut ke mulut ke masyarakat tersebut yang


generasi sesudahnya, bersifat disampaikan secara lisan dari
tradisional, bersifat anonim. masa lalu. Dongeng.

2.2 Folklor Jepang


Berkaitan dengan folklor lisan secara Istilah lain dari Minwa adalah Minkan
keseluruhan maka dapat dijelaskan Setsuwa, atau dalam bahasa Inggris dikenal
bahwa dalam folklor Jepang dalam dengan sebutan Folktale. Menurut
golongan tradisi lisan yang berbentuk Danandjaja (1997) Cerita prosa rakyat
murni lisan, antara lain bahasa rakyat Jepang (minwa) dapat dikategorikan dalam
(folkspeech) sepeti logat atau dikenal tiga kelompok, yaitu Shinwa (神 話),
dengan istilah ben dikenal beberapa Densetsu (伝説), dan Mukashibanashi(昔
dialek atau logat yang dinamakan sesuai 話).
dengan tempatnya seperti Kansaiben
yang merupakan dialek masyarakat di 1. Shinwa
daerah Kansai, ataupun Osakaben yang Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
merupakan dialek masyarakat dari kota istilah Mitologi. Folklor lisan bercerita
Osaka. Untuk kategori ungkapan mengenai para dewa, mengenai asal mula
masyarakat Jepang mengenal adanya terjadinya alam semesta, negara, manusia dan
Kanyouku. Puisi rakyat di Jepang juga kebudayaan. Shinwa terdapat pada
dikenal adanya haiku, tanka dan enka, bagian awal buku Kojiki dan Nihonshoki.
sementara untuk cerita prosa rakyat Kedua buku ini lebih dikenal dengan istilah
terdapat shinwa, densetsu, dan mitologi Kiki. Dalam mitologi Kiki tersebut
mukashibanashi. Nyanyian rakyat cerita yang disampaikan adalah asal usul
Jepang tertuang dalam Norito dan alam semesta, terjadinya daratan (termasuk di
Kayoo. Dari jenis-jenis tersebut, sesuai dalamnya cerita mengenai terbentuknya
dengan objek pengkajian kali ini maka negara Jepang), lahirnya dewa dewi dan
yang akan dipaparkan adalah folklor cerita mengenai keluarga Kaisar. Khusus
lisan jenis cerita prosa rakyat. mengenai keluarga Kaisar, cerita disusun
Dalam kesusastraan Jepang, jenis cerita sedemikian rupa untuk memberikan bukti
prosa rakyat dikenal dengan sebutan Minwa. pada rakyat mengenai keagungan kaisar dan
Dalam Kokugo Jiten (1986), disebutkan betapa besar kemuliaan yang dimiliki oleh
bahwa keluarga Kaisar.

民話は庶民の生活感情や地 Shinwa sendiri awalnya berasal dari


方色を素材として,昔から伝 hayalan dan cerita orang-orang terdahulu
yang muncul dari pengalaman kontak dengan
えられてきた説話。昔話。
peristiwa alam yang terjadi di sekitar mereka.
(Matsumura,1986:1175).
Tema-tema tersebut melahirkan
Minwa adalah cerita yang lahir penggabunga tema masyarakat pribumi yang
dari kalangan rakyat biasa yang berasal dari daratan Asia Timur, dan
mencerminkan kehidupan, kemudian dipengaruhi oleh ajaran Budhisme
perasaan dan ciri khas dari dan Taoisme yang masuk dalam kehidupan

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 11


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

masyarakat tersebut. Meskipun demikian, Tenno yang telah dibumbui dengan unsur
Shinwa di Jepang mempunyai susunan yang fiksi. Selain cerita keluarga Jinmu Tenno
lengkap karena cerita mengenai para dewa yang diagung-agungkan, beberapa cerita
saling berhubungan antara yang satu dengan dalan Densetsu antara lain mengisahkan
yang lainnya. tentang legenda Yamato Takeru no Mikoto
dalam usahanya meluaskan daerah dari
Dari seluruh cerita yang terdapat dalam Timur ke Barat.
mitologi Kiki, terdapat beberapa cerita dewa
yang sangat terkenal, diantaranya adalah 3. Mukashibanashi
- Cerita mengenai kunjungan Dewa Izanaki Mukashibanashi adalah istilah Jepang
no Mikoto ke negara neraka untuk dongeng. Dalam buku Nihon no Minwa
- Doa permohonan Dewi Amaterasu (1969), dijelaskan bahwa istilah
Omikami dan Dewa Susa no Onomikoto mukashibanashi yang digunakan para ahli
- Cerita mengenai Dewi Kono Hana no folklor untuk menyebut cerita rakyat diambil
Sakuya Bime dan Dewi Iwa Naga Hime dari kalimat pembuka (cara bercerita) cerita
- Cerita mengenai Dewa Umisachi Biko dan rakyat tersebut. Cerita-cerita tersebut selalu
Dewa Yamasachi Biko dimulai dengan kalimat “mukashi, aru
tokoro ni…” (dahulu, di suatu tempat). Cara
2. Densetsu bercerita seperti itu jauh sebelumnya telah
Densetsu adalah istilah bahasa Jepang terdapat dalam buku Nihon Ryouiki yang
yang digunakan untuk legenda. Densetsu ditulis pada awal zaman Heian.
sampai saat ini masih hidup di masyarakat
Jepang, sebab masih ditopang oleh Dilihat dari jenisnya mukashibanashi pun
kepercayaan masyarakat yang dianut dengan terbagi atas tiga kelompok, yaitu 動物昔話
kuat. Bila di negara lain cerita yang (doobutsu mukashibanashi) adalah istilah
melegenda seringkali sudah dianggap fiktif, Jepang untuk dongeng-dongeng binatang, 本
namun di Jepang masih dianggap benar-benar 格 昔 話 (honkaku mukashibanashi) adalah
terjadi. Misalnya, legenda tentang monster istilah untuk dongeng biasa, dan 笑 い 話
Kappa yang hidup di dalam air, atau pun
(waraibanashi) adalah istilah untuk lelucon.
adanya makhluk bertubuh manusia,
berhidung panjang dan dapat terbang yang
disebut Tengu. 2.3 Nilai-Nilai dalam Folklor Jepang
Seperti Legenda pada umumnya, cerita
dalam Densetsu pun banyak yang Folklor sebagai hasil sebuah kebudayaan
berhubungan dengan tempat dan periode tentu sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang
tertentu. Meskipun tokoh dalam Densetsu menjadi bagian dari kehidupan
biasanya tokoh terkenal ataupun pahlawan, masyarakatnya. Keberagaman nilai dalam
namun Densetsu bukanlah sebuah kenyataan budaya atau kultur manusia, berdasarkan arah
atau sebuah cerita yang benar-benar terjadi di tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan
masa lampau. Dalam Densetsu cerita yang manusia dapat digolongkan menjadi tiga
dipaparkan hanyalah sebuah fiksi atau jenis, yaitu
pengalaman seseorang yang mempunyai latar
belakang sejarah. Salah satu kisah dalam (1) Nilai ketuhanan manusia,
Densetsu yang tertulis dalam Kojiki dan (2) Nilai sosial kehidupan manusia, dan
Nihonshoki adalah tentang kehidupan Jinmu (3) Nilai kehidupan pribadi manusia

12 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

(Amir, dalam Sukatman 1992:15) sebagian besar masyarakat Jepang. Cerita


Folklor yang merupakan hasil imajinasi dan tentang asal mula dewa-dewi yang tertulis
kreativitas masyarakat tertentu yang sarat dalam Nihonshoki dan Kojiki memaparkan
dengan pesan-pesan tersebut kemudian dengan jelas segala hal yang berhubungan
diwariskan secara turun temurun dari dengan keberadaan Tuhan dan proses
generasi ke generasi lainnya. Pesan yang penciptaan negara Jepang sendiri. Ameterasu
disampaikan kemudian dijadikan tuntunan dianggap sebagai yang paling penting dalam
oleh masyarakat penggunannya. kumpulan dewa dewi ajaran agama Shinto.
Selain Ameterasu dalam kepercayaan Shinto
Tiga kelompok besar nilai kehidupan tersebut pun dikenal adanya Tsukiyomi (Dewa Bulan )
selanjutnya dapat dikelompokkan dalam dan Susanoo (Dewa Laut dan Badai). Ada
bentuk yang lebih kecil, yaitu dari nilai pula cerita dewa-dewa lainnya seperti
ketuhanan atau nilai religi dapat terdiri atas misalnya cerita tentang seorang Dewa
nilai tauhid, nilai pengetahuan, dan nilai bernama Izanaki no Mikoto yang melakukan
penyerahan diri kepada takdir. Nilai sosial kunjungan ke negara neraka.
terdiri dari nilai gotong royong,
musyawarah,kepatuhan,kesetiaan dan Selain dibuktikan dengan cerita dalam kedua
keikhlasan, sementara nilai kehidupan buku kuno tersebut, kepercayaan masyarakat
pribadi manusia (moral) terdiri atas nilai Jepang terhadap keberadaan Ameterasu
kejujuran,nilai kesopanan, ketabahan dan sebagai Tuhan mereka ini ditandai dengan
menuntut malu atau harga diri adanya sebuah gua benama Takachiho yang
(Zahafudin,1996;22) dipercaya sebagai tempat yang pernah
digunakan oleh Dewi Matahari ketika sedang
Minwa yang merupakan tradisi lisan warisan berduka karena perbuatan adik laki-lakinya.
turun temurun masyarakat Jepang juga
menjadi media nenek moyang untuk b. Nilai religi dalam Densetsu
meneruskan pemikiran pemikirannya tentang
kehidupan. Nilai-nilai kehidupan mereka pun Seperti halnya nilai religius yang dapat
tercermin dari karya-karya sastra kunonya, ditemukan pada sebuah Shinwa, maka pada
khususnya Shinwa (legenda), Densetsu Densetsu pun nilai religius nya berhubungan
(mitologi) dan Mukashi Banashi (dongeng). dengan nilai kepercayaan masyarakat Jepang
pada hal-hal yang berhubungan dengan
1. Nilai Religi keberadaan dewa-dewi, makhluk-makhluk
gaib dan sebagainya. Salah satunya
a. Nilai Religi dalam Shinwa kepercayaan masyarakat akan keberadaan
Nilai religi merupakan hal yang paling negeri bawah laut dan makhluk gaib bernama
dominan dalam legenda Jepang. Bila kita Kappa. Kepercayaan tersebut berhubungan
berbicara tentang religi yang dianut oleh dengan salah satu Densetsu berjudul
masyarakat Jepang, maka secara tidak Urashima Taro, yang akan penulis ambil
langsung kita bercerita tentang sosok dewa sebagai contoh untuk memaparkan nila-nilai
yang menjadi sumber kepercayaan mereka. kehidupan yang terdapat dalam sebuah
Legenda Jepang tidak terlepas dari sosok Densetsu. Urashima Tarou sendiri menurut
Dewi matahari atau Ameterasu yang menjadi penulis berhubungan dengan kepercayaan
dasar kepercayaan agama Shinto yang dianut masyarakat Jepang akan keberadaan Kappa

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 13


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

yang merupakan sosok kura-kura besar. kepercayaan masyarakat Jepang akan


Dalam Urashima Taro sosok ini menjadi kekuatan gaib sosok yang berwujud kura-
tokoh yang membawa Urashima menuju kura. Dalam Densetsu ini sang kura-kura
istana bawah laut. Kini kepercayaan akan diceritakan bisa mempunyai kekuatan untuk
Kappa sendiri telah menjadi legenda sebuah menembus dalamnya lautan.
kota kecil di prefektur Iwate. Masyarakat
Jepang percaya bahwa Kappa ini hidup di c. Nilai religi dalam mukashibanashi
sebuah danau bernama Tono. Nilai religi dalam mukashi banashi yang
Urashima Taro adalah sebuah legenda yang berkembang di Jepang, dapat ditemui
yang menceritakan kehidupan seorang pada beberapa aspek intrinsik ceritanya,
pemuda bernama Urashima Taro yang hidup seperti misalnya tema, latar ataupun
ratusan tahun di negeri bawah laut. pemilihan sosok tokoh-tokoh dalam dongeng.
Kehidupan yang dijalaninya merupakan buah Banyakmukashi banashi yang menggunakan
kebaikannya menolong seekor kura-kura judul-judul bernuansa religi seperti misalnya
yang tengah diganggu anak-anak. Kura-kura mukashi banashi berjudul Kozuki jizousama,
yang ditolongnya itulah yang kemudian Sonbutsu no kaminarisama,Chikarabaasama
mengajaknya hidup di bawah laut. Berikut dan sebagainya. Dari penggunanan
kutipannya “kamisama/~sama” tersebut jelas terlihat
adanya tema “ketuhanan” dalam isi dongeng.
それから、なん日かすぎた日 のことです。 Tokoh-tokoh dalam dongeng tersebut
berhubungan langsung dengan Tuhannya
たろうがうみでつりをしていると、なみにあいだ
dalam setiap aspek kehidupan. Selain itu,
から、このあいだのかめのかおを出して、「きょうは、
latar masyarakat agraris yang mendominasi
おれいに、あなたをりゅうぐうへごあんないします。」
isi cerita selalu dibumbui dengan adanya
と、たろうにいいました。
keterikatan para petani pada sosok-sosok
・・・・・・・・・・・・・・・ spiritual atau benda-benda yang dianggap
Tuhan mereka. Seperti terlihat pada beberapa
たろうがせなかにのると、かめはなみをけって kutipan dongeng berikut.
およぎ、うみの中へもぐっていきました。
(Gakken,2005;17) Pertama,dongeng berjudul Kozuki jizousama.
Dongeng ini menceritakan sepasang suami
Beberapa hari kemudian. Ketika Taro sedang
memancing diantara riakan ombak tersembul
istri yang hidup di sebuah desa terpencil di
wajah seekor kura-kura dan berkata pada Taro, lereng gunung. Pada tempat tersebut terdapat
“Hari ini sebagai ucapan terima kasih saya akan sebuah patung kayu kecil yang disebut
mengajakmu mengunjungi istana bawah laut” Ojizousama. Berikut kutipannya tentang
keberadaan Ojizousama sebagai sosok dewa
・・・・・・・・・・・・・・・
yang dipercayai suami istri tersebut.
Begitu Taro naik ke atas punggungnya kura-
kura tersebut berenang membelah ombak dan むかーしむかし、やまおくのちいさなむらのはず
menukik ke arah dasar laut. れにぽつんと一つ、おじぞうさまがたっておられた。
(Kodansha,1988;60)

Dahulu kala, di sebuah desa terpencil di


Dari kutipan di atas jelas terlihat bahwa ujung gunung terdapat sebuah (patung)
ada sosok kura-kura besar yang membawa Ojizousama.
Urashima Taro melihat istana bawah laut.
Kura-kura besar tersebut menjadi bagian ・・・・・・・・・・・・・・・・・

14 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Di setiap harinya mereka akan menghaturkan Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana
ucapan yang sama pada patung tersebut, bergantungnya seorang petani pada dewa
seperti yang terlihat pada kutipan berikut. yang disembahnya. Ketika tidak ada
seorangpun yang dapat membantunya petani
ふうふは、まいにちおじぞうさまへのおまいりをか
tersebut mendatangi kuil karena percaya
かさなかった。
bahwa Tuhannya dapat membantu. Dengan
「きょうも一にち、げんきではたらけますように。で keterbatasan pengetahuan bahkan seorang
は、いって きますだ。」 petani sangat yakin bahwa kekuatan Tuhan
akan mampu membukakan jalan keluar untuk
(Kodansha,1988;60)
semua masalah yang sedang dihadapinya.
Suami istri tersebut setiap hari tidak pernah
lupa untuk berdoa di hadapan Ojisousama
2. Nilai Sosial
“Hari ini kami mohon agar diberikan
kesehatan sehingga dapat bekerja dengan a. Nilai sosial dalam Shinwa
baik. Kami pamit pergi dulu” begitu doa
sepasang suami istri itu setiap pagi. Seperti kita ketahui kisah dewa dewi dalam
Shinwa diceritakan seperti kisah anak
manusia pada umumnya. Meskipun ceritanya
merupakan tuntunan dan pengetahuan dalam
Refleksi nilai religi lainnya bisa dilihat pada
agama Shinto, namun beberapa bagian cerita
kutipan yang terdapat dalam dongeng
dalam Shinwa menggambarkan peristiwa-
berjudul Nanushiga kureta Nae. Dalam peristiwa yang mengandung nilai sosial
dongeng ini terdapat bagian cerita dimana seperti gotong royong, musyawarah,
ketika seorang petani mengalami kesulitan kepatuhan dan nilai sosial lainnya.
dalam pekerjaannya dia mencari solusi dan
bantuan dengan pergi mengunjungi sebuah Nilai sosial dalam Shinwa salah satunya
kuil. Berikut kutipannya dapat dilihat dari sebuah bagian cerita dimana
Ameterasu berseteru dengan adik laki-
きゅうさくおやこは、むらじゅうを たのんでまわっ
lakinya,Susanoo. Dalam cerita tersebut
て みたが、どのいえにも、あまったなえなど な
Ameterasu yang merasa sangat marah dan
かったんじゃあ。
berduka atas perbuatan adiknya memutuskan
こまったおやこは、じんじゃにおまいりにいった。 untuk bersembunyi di sebuah gua. Akibatnya
「どうしたらいいだ。どうかおたすけくだせえ。」 dunia menjadi gelap gulita karena tidak
(Kodansha 1988;68) adanya sinar matahari. Para dewa yang
merasa prihatin akan keadaan tersebut
Bapak Kyuussaku dan anaknya mencoba
berusaha membujuk Ameterasu untuk keluar
berkeliling desa untuk meminta bibit, namun
dari gua, namun usaha mereka satu persatu
tidak ada satu rumahpun yang memilikinya.
mengalami kegagalan karena Ameterasu
Bapak dan anak yang kebingungan itu tidak juga mau keluar dari gua tersebut.
kemudian pergi ke sebuah kuil dan berdoa Kemudian para dewa bekerjasama untuk
“Kami harus bagaimana? Tolong bantulah membuat sebuah pertunjukan kecil di sekitar
kami” gua. Hingga akhirnya tarian dan nyanyian

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 15


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

para dewa dewi tersebut berhasil membuat 「きょうは、おれいに、あなたをりゅうぐうへごあんな


Ameterasu keluar dari persembunyiaannya. いします。」と、たろうにいいました。
(Gakken,2005;17)
Dari penggalan cerita di atas, maka dapat
dilihat bahwa kerjasama para dewa dalam “Hari ini sebagai ucapan terima kasih saya akan
menghasilkan ide diawali dengan mengajakmu mengunjungi istana bawah laut”
musyawarah mencari cara terbaik untuk
menyelesaikan masalah.Mereka pun
mewujudkan ide tersebut secara bergotong Dari kedua kutipan di atas, nilai sosial dapat
royong untuk dapat menampilkan tarian dan terlihat dari ketulusan dan keikhlasan tokoh
nyanyian yang membuat Ameterasu tertarik Urashima Tarou menolong kura-kura
untuk keluar. Inilah yang menjadi salah satu tersebut. Dia menghalau anak-anak yang
bukti adanya nilai sosial dalam Shinwa menyakiti si kura-kura. Kebaikan hati Taro
masyarakat Jepang. mendapat balasan dari si kura-kura yang pada
suatu hari datang kembali menemui Taro
untuk membalas kebaikan yang diterimanya.
b. Nilai sosial dalam Densetsu
Nilai sosial yang penulis temukan dalam c. Nilai sosial dalam Mukashi Banashi
Densetsu Urashima Taro berhubungan
dengan penokohan atau karakteristik yang Mukashi Banashi adalah tradisi lisan yang
tergambar dari tokoh-tokohnya, diantaranya berkembang secara cepat di masyarakat dan
tokoh Taro dan sang kura-kura sendiri. masih dapat dikenali sampai sekarang.
Dilihat dari batasan nilai sosial sendiri kedua Meskipun banyak yang muncul dalam
tokoh tersebut mempunyai ketulusan dan berbagai versi, mukashi banashi
keikhlasan dalam memberikan bantuan satu mencerminkan kehidupan sosial masyarakat
sama lain. Ada unsur saling timbal balik pembuatnya. Oleh karena itu banyak nilai
untuk membalas budi baik diantara keduanya. sosial yang terkadung dalam sebuah dongeng
Nilai sosial seperti ini yang kelak menjadi karena pada umumnya seorang pengarang
dasar adanya omoiyari dan amae dalam akan memanfaatkan keadaan masyarakat
kehidupan masyarakat Jepang. sekitarnya. Dari sekian banyak mukashi
banashi, penulis mengambil contoh nilai
「これこれ、かわいそうなことをするんじゃない。か sosial dalam dongeng Sonbutsu no
めがないてるよ。はんしてやりな。」 Kaminarisama.
たろうは、子どもたちにこづかいをやって、かめを むかあし、やまんなかの ちいさな いえに、じ
うみににがしてやりました。(Gakken,2005;16) いさまと まごむすめのおはなが くらしておった。
“Hei!ini bukan hal yang lucu. Lihat si kura-kuranya ふたりは、ちいさなはたけに、はるは まめ、なつ
menangis!Jangan menganggunya” は うり、あきは だいこん……と、せっせせっせと
Taro membujuk anak-anak dengan memberikan つく っては く らし ておった んじゃ。
uang dan kemudian melepaskan kura-kura tersebut (Kodansha,1988;98)
ke laut. Dahulu kala di sebuah rumah kecil di kaki
・・・・・・・・・・・・・ gunung, hiduplah seorang kakek bersama cucu
perempuannya.
Keduanya bekerja di ladang kecil yang mereka
miliki.Pada musim semi mereka menamam kacang,

16 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

musim panas menjualnya, musim gugur menanam kemudian pergi seorang diri menuju kuil tempat
lobak...begitu seterusnya mereka bekerja dengan obake berada.
giat/tanpa kenal lelah.
・・・・・・・・・・・・・・・・・
Dari penggalan di atas terlihat bahwa tokoh
Kutipan di atas menunjukkan keadaan si tasuke mempunyai keikhlasan untuk
kakek dan cucu nya yang sarat nilai sosial berkorban. Demi dapat menjual obatnya
karena mereka mampu bekerja dengan penuh Tasuke memutuskan untuk menangkap
keikhlasan dan ketekunan meskipun hanya Obake terlebih dahulu sebagai bukti
menggarap sebuah ladang yang tidak luas. kepatuhannya pada janjinya sendiri. Tasuke
Keikhlasan tersebut terlihat dari bagaimana yang segera menuju Tera berusaha untuk
mereka memanfaatkan lahan kecil dengan bersungguh-sungguh menyelesaikan
tanaman yang berbeda-beda di setiap tugasnya hingga akhirnya dia pun berhasil.
musimnya. Nilai sosial lain terlihat dari
pemilihan karakter tokoh yaitu sang kakek ・・・・・・・・・・・・・・・・・
dan cucu perempuannya. Terdapat nilai
むらのひとたちは、およろこびで、たすけのくすり
kepatuhan pada diri si cucu perempuan yang
を たくさんかった。(Kodansha,1988;60)
juga sama giatnya setiap hari bekerja di
ladang menemani sang kakek. Sebagai Para penduduk desa menyambutnya dengan
seorang cucu tokoh Ohana ini dengan patuh gembira, mereka segera memborong obat-obatan
membantu dan bergotong royong dengan Tasuke
sang kakek demi kelangsungan hidup mereka. Kutipan di atas adalah penggalan cerita
Kemudian nilai sosial lainnya dapat kita ketika akhirnya Tasuke berhasil
temukan pada dongeng Tasuke to Obake. mengalahkan Obake. Dari kutipan tersebut
dapat dilihat bahwa penduduk desa pun telah
Dalam penggalan dongeng tersebut mengajarkan nilai sosial yaitu dengan
diceritakan tentang kisah seorang pemuda bersikap patuh pada kesepakatan yang telah
bernama Tasuke yang membuat kesepakatan dibuat dengan Tasuke untuk membeli obat-
dengan penduduk sebuah desa untuk obatnya.
membantu mengusir Obake yang selama ini
meresahkan.
おそろしい ばけもののことを きいたたすけは、 3. Nilai Moral
むらのひとにいった。「みなさんに くすりをかって Nilai moral merupakan nilai kehidupan
もらうおれいに、わたしが、ばけものをたいじしてき pribadi manusia yang mengajarkan tentang
ましょう」というわけで、たすけは、ひとりで てらへ nilai-nilai baik seperti nilai kejujuran,nilai
でかけたのじゃ。(Kodansha,1988;49) kesopanan, berusaha untuk tabah dalam
Tasuke yang mendengar cerita tentang Obake yang menghadapi cobaan dan sebagainya. Sebagai
meresahkan tersebut berkata pada penduduk desa, sebuah media yang memberikan pengajaran
pada masyarakatnya Minwa pun sarat dengan
“Saya akan menangkap Obake itu. Anggap ini
nila-nilai moral.Melalui cerita-ceritanya para
sebagai rasa terimakasih saya bila nanti anda
semua membeli obat saya, “ berkata Tasuke dan pembuat cerita zaman dahulu berusaha
menyampaikan pesan moral dengan contoh

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 17


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

kongkrit isi cerita. Secara keseluruhan yang mengagumkan. Nilai kebaikan sendiri
Minwa yang merupakan pengajaran lisan diangkat melalui penokohan Urashima Taro
untuk masyarakat tradisional mengajarkan dan tokoh ohime sama yang mengizinkan
nilai –nilai kebaikan dalam kehidupan Urashima Taroo tinggal di istananya.
manusia, sehingga nila-nilai moral yang Kemudian nilai kejujuran disampaikan
terdapat pada ketiga jenis Minwa tidak melalui penyesalan Urashima Taro yang
mempunyai perbedaan yang signifikan. menjadi tua karena melanggar pesan
Ohimesama agar tidak membuka kotak
a. Nilai moral dalam Shinwa titipannya. Berikut kutipan yang dapat
Shinwa yang merupakan kumpulan cerita dimaknai sebagai pengajaran nilai moral
para dewa menyajikan cerita-cerita yang
menunjukkan kasih sayang para dewa dalam
menciptakan Negara Jepang. Para dewa c. Nilai moral dalam Mukashi banashi
dalam mitologi ini menjaga dan membuat
kemakmuran bagi Negara Jepang, bahkan Sebagi sebuah bahan cerita yang ditujukan
menciptakan pemimpin Negara Jepang bagi anak-anak, mukashi banashi pun sarat
seorang kaisar yang dipercaya sebagai dengan nilai moral yang menuntun generasi
keturunan langsung dari Ameterasu. mudanya untuk mengamalkan nilai-nilai
Kemudian terdapat juga cerita yang kebaikan sebagai sebuah pribadi. Berikut
mengisahkan bagaimana dengan penuh kasih penulis berikan contoh nilai moral yang
sayangnya Dewi matahari mengajari manusia terdapat dalam mukashi banashi Tasukate
bercocok tanam dan memperbaiki keadaan Obake. Dalam dongeng tersebut setidaknya
bumi yang porak poranda akibat kemarahan terdapat 3 (tiga ) nillai moral yang
dewa Susanoo. disampaikan, yaitu nilai ketabahan, nilai
kerja keras dan nilai kesopanan. Nilai
Nilai kehidupan yang disampaikan melalui ketabahan dan kerja keras terlihat dari tokoh
cerita-cerita tersebut tentu saja menjadi Tasuke yang seorang penjual obat-obatan.
panduan masyarakat tradisional agar Dia bekerja setiap hari berkeliling untuk
senantiasa mengedepankan kepribadian yang berjualan. Nilai ketabahannya diceritakan
baik penuh kasih sayang sesama seperti para ketika tokoh Tasuke sedang berusaha
dewa yang mengasihi umat manusia. Dengan mengalahkan Obake yang menakutkan.
adanya tuntunan moral dari agama yang Sementara nilai kesopanan ditunjukkan
diyakini maka manusia dapat hidup dengan sikap Tasuke dan para penduduk desa
berdampingan dengan damai tidak saja ketika berkomunikasi satu dengan yang
dengan alam tapi juga dengan sesama untuk lainnya. Berikut kutipan dari nilai-nilai moral
menjaga keberlangsungan dunia. tersebut
たろうは、子どもたちにこづかいをやって、かめを
うみににがしてやりました。(Gakken,2005;16)
b. Nilai moral dalam Densetsu
Taro membujuk anak-anak dengan memberikan
Dalam Densetsu Urashima Taro, nilai moral uang dan kemudian melepaskan kura-kura tersebut
yang diangkat dalam ceritanya adalah nilai ke laut.
kebaikan, kejujuran dan nilai balas budi.
Kura-kura yang ditolong Urashima Tarou ・・・・・・・・・・・・・
membalas kebaikan pemuda tersebut dengan
mengajaknya memasuki istana bawah laut

18 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

「きょうは、おれいに、あなたをりゅうぐうへごあんな Nilai-nilai kehidupan yang diwariskan secara


いします。」と、たろうにいいました。 turun-temurun tersebut tidak hanya tercermin
(Gakken,2005;17) dari isi cerita Shinwa, Densetsu dan Mukashi
banashi namun juga direalisasikan pada
“Hari ini sebagai ucapan terima kasih saya akan
mengajakmu mengunjungi istana bawah laut” kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang
yang terkenal dengan budaya kerja keras dan
・・・・・・・・・・・・・ budaya malu nya.
「うらしまさん、ようこそいらっしゃいませ。かめをた
すけてくれたおれいです。どうぞゆっくりすごしてく
ださい。」りゅうぐうのおとひめさまにむかえられて、 DAFTAR PUSTAKA
たろうは,ごてんの中にはいりました。
(Gakken,2005;18)
________ Manga Nihon Mukashi Banashi.
“Selamat datang Urashima san. Sebagai ucapan Tokyo : Kodansha,1988
terimakasih karena telah menolong si kura-kura,
silahkan nikmati suasana disini”, berkata sang
putri ketika menyambut kedatangan Urashima yang
Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia.
kemudian masuk ke dalam istana. Jakarta: Depdikbud.

・・・・・・・・・・・・・ Hamajima Shoten, Kokugo Binren,


とほうにくれたたろうは、「あけてはならない。」とい
Hamajima Shoten Kabugaisha, Nagoya, 1997
うたまてばこを、そっとひらいてみました。 Isoji Asoo, Nihon Bungakushi.Terjemahan
すると、中から白いけむりが立ちのぼって、たろう oleh Staff Pengajar Jurusan Asia Timur
はたちまち、しらがのおじいさんになってしまった Seksi Jepang Fakultas Sastra Universitas
というはなしです。(Gakken,2005;19) Indonesia. UI Press, Jakarta,1983.

Di tengah jalan, Tarou yang penasaran Sukatman. 1992. Nilai-nilai Kultural


dengan isi kotak yang tidak boleh dibuka Edukatif dalam Peribahasa Indonesia. Tesis.
tersebut perlahan membukanya. S2 yang tidak dipublikasikan. Malang: IKIP
Seketika dari dalam kotak muncul asap putih Program Pasca Sarjana.
dan seketika itu pula Taro berubah menjadi
kakek tua. Zulfahnur,dkk.2006.Teori Sastra. Jakarta :
Depdikbud
travel.rakuten.co.id/campaign/ranking/folklo
3. KESIMPULAN re/
Dari penjelasan di atas maka dapat griyawardani.wordpress.com/2011/05/24/nil
disimpulkan bahwa sebagai bagian dari ai-nilai-dalam-sastra/
budaya yang dihasilkan oleh sebuah
masyarakat ketimuran, Minwa dalam
kebudayaan lisan masyarakat Jepang mampu
mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang
selama ini dianut oleh masyarakat Jepang.

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 19

Anda mungkin juga menyukai