Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF (C1 -C3)

SISWA MELALUI PENDEKATAN SAVI PADA MATERI


SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM
KELAS IV D

Megawati
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Muhammadiyah Muara Bungo
e-mail: megastkipmmb@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar ranah kognitif (C1-C3) siswa melalui pendekatan SAVI pada
materi saling ketergantungan dalam ekositem kelas VII D. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode angket, dan tes hasil belajar.
Indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar kognitif (C1-C3) siswa didasarkan pada
kriteria ketuntasan minimal materi saling ketergantungan dalam ekosistem yaitu 75 dengan
persentase ketuntasan hasil belajar ranah kognitif (C1-C3) mencapai 75%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar ranah kognitif (C1-
C3) hanya mencapai 63.15%, persentase tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan hasil
belajar yang telah ditentukan, sehingga dilakukan perbaikan di siklus II. Pada siklus II
persentase ketuntasan hasil belajar ranah kognitif (C1-C3) dapat meningkat sangat
signifikan yaitu mencapai 89.5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
SAVI pada materi saling ketergantungan dalam ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif (C1-C3) siswa. Disarankan pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI
dapat menjadi pilihan bagi guru dalam menyampaikan materi saling ketergantungan dalam
ekosistem.

Kata kunci: Pendekatan SAVI, hasil belajar ranah kognitif

PENDAHULUAN setiap program dirancang secara


Kemajuan Ilmu Pengetahuan jelas dan aplikatif. Nuryani (2005)
dan Teknologi (IPTEK) turut menjelaskan bahwa betapapun
mewarnai perkembangan dunia baiknya program pendidikan yang
pendidikan. Tantangan dalam dikembangkan oleh para ahli, apabila
peningkatan mutu dan efektivitas guru tidak dapat melaksanakan
pendidikan serta tuntutan nasional tugasnya dengan baik, maka
yang sejalan dengan perkembangan pelaksanaan dan hasil belajarnya
dan kemajuan masyarakat menyimpang dari tujuan. Guru adalah
berimplikasi secara nyata dalam peramu kegiatan pembelajaran dan
program pendidikan dan kurikulum salah satu subyek inti didalam
sekolah. Revisi dan perbaikan menerapkan kurikulum sekolah,
kurikulum sekolah sampai saat ini khususnya dalam program
terus diupayakan untuk memperbaiki pengajaran. Hal tersebut
kualitas pembelajaran dan mengindikasikan bahwa guru dituntut
meningkatkan mutu pendidikan baik memiliki kemampuan mendesain
dari segi input maupun output. program pengajaran secara
Tujuan dari program kurikulum maksimal untuk meningkatkan
dapat tercapai dengan baik jika kualitas pengajaran yang berimplikasi
meningkatnya mutu pendidikan sintesis, dan evaluasi.Kedua aspek
siswa. Hal ini sejalan dengan pertama disebut kognitif tingkat
pendapat Nuryani (2005) juga rendah dan keempat aspek
menambahkan bahwa setiap rencana berikutnya termasuk kognitif tingkat
kegiatan yang telah dipersiapkan tinggi (Sudjana, 1992).Pada materi
dengan baik akan dapat saling ketergantungan dalam
dilaksanakan dengan baik juga. ekosistem, ranah kognitif siswa
Biologi sebagai salah satu diukur dari tingkatan pengetahuan,
rumpun dari ilmu SAINS masih pemahaman, dan aplikasi (C1-C3).
dianggap sebagian besar siswa Guru menjelaskan bahwa para siswa
sebagai mata pelajaran yang belum mampu menguasai tingkatan
membosankan. Hal tersebut lebih kognitif yang lebih tinggi seperti
dikarenakan banyak sekali teori-teori analisis, sintesis, dan evaluasi.
yang harus dipahami siswa, dan Berdasarkan beberapa kondisi
istilah-istilah dalam biologi sebagian tersebut dianalisis bahwa akar
besar menggunakan bahasa latin masalah kurang maksimalnya hasil
yang sangat sulit dihafalkan oleh belajar siswa lebih dikarenakan
siswa, oleh sebab itu para siswa tidak paradigma mengajar yang dipahami
memiliki minat untuk mempelajari oleh guru hanya sebatas
biologi secara lebih mendalam. menyampaikan ilmu pengetahuan
Keadaan ini juga dialami oleh siswa atau memberikan stimulus sebanyak-
kelas VII SMP Muhammadiyah 8 banyaknya. Pengetahuan pada
Yogyakarta.Berdasarkan hasil dasarnya tidak diberikan oleh guru
observasi dan wawancara, kepada para siswanya, melainkan
didapatkan beberapa informasi siswa sendiri yang akan membangun
bahwa konsep saling ketergantungan pengetahuannya melalui serangkaian
dalam ekosistem sulit dipahami oleh aktivitas intelektual didalam diri
sebagian besar siswa. Guru telah mereka, tentunya atas bimbingan dan
mengupayakan pembelajaran di arahan dari guru. Wina Sanjaya
kelas dengan mengaktifkan siswa (2006) menambahkan mengajar lebih
melalui kegiatan diskusi dan dipandang sebagai proses mengatur
tanyajawab tentang konsep tersebut, lingkungan agar siswa belajar sesuai
namun banyak siswa yang masih dengan kemampuan dan potensi
cenderung pasif, kurang merespon yang dimilikinya.
pembelajaran, serta menunjukkan Pembelajaran akanlebih optimal
kejenuhan belajar. Hasil pre-test apabila aktivitas intelektual dan
pada siklus I juga menunjukkan semua alat indra dipadukan dalam
persentase ketuntasan hasil belajar suatu kegiatan pembelajaran. Belajar
hanya mencapai 47.3%. berdasarkan aktivitas berarti
Penilaian hasil belajar siswa bergerak secara aktif secara fisik
pada dasarnyamencakup tiga ranah, ketika belajar, dengan memanfaatkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. indra peraba, penglihatan dan
Sebagian besar guru menitikberatkan pendengaran sebanyak mungkin dan
penilaian ranah kognitif sebagai tolak membuat seluruh tubuh atau fikiran
ukur ketuntasan hasil belajar terlibat dalam proses belajar.Joni
siswa.Ranah kognitif berkenaan Raka (1980) menambahkan setiap
dengan hasil belajar intelektual yang peristiwa pembelajaran menuntut
terdiri dari enam aspek, yakni keterlibatan intelektual-emosional
pengetahuan atau ingatan, siswa melalui asimilasi dan
pemahaman, aplikasi, analisis, akomodasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, peraba, melibatkan fisik dan
tindakan, serta pengalaman langsung menggerakkan tubuh sewaktu
dalam rangka membentuk belajar, belajar auditori adalah belajar
keterampilan (motorik, kognitif, dan yang mengutamakan berbicara dan
sosial), penghayatan serta mendengarkan, belajar visualadalah
internalisasi nilai-nilai dalam dengan cara mengamati dan
pembentukan sikap.Jadi belajar menggambarkan, dan belajar
berdasarkan aktivitas secara umum intelektual terfokus pada belajar
jauh lebih efektif daripada belajar dengan memecahkan suatu masalah
yang menitikberatkan pada dan berfikir.
penguasaan materi.
Peneliti pendidikan telah banyak METODE PENELITIAN
membuktikan bahwa belajar Penelitian ini tergolong dalam
menggunakan aktivitas dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
pengalaman lebih tepat dibandingkan Subjek pada penelitian ini adalah
belajar dengan duduk di depan siswaSMP Muhammadiyah 8
penceramah, televisi atau komputer. Yogyakarta yaitu kelas VII D dengan
sehingga melibatkan tubuh dalam jumlah siswa 19 orang, terdiri dari 10
belajar cenderung meningkatkan siswa laki-laki dan 9 siswa
kerjasama sepenuhnya. Penggunaan perempuan. Penelitian ini
pendekatan pembelajaran dimana dilaksanakan pada tanggal 16 april –
aktivitas intelektual dan semua alat 17 April 2010. Pelaksanaan
indra terlibat didalamnya merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
tujuan dari pendekatan SAVI, mengacu pada model yang
sehingga pendekatanini merupakan dikembangkan oleh Suharsini
salah satu cara yang dapat ditempuh Arikunto. Salah satu ciri utama
guru untuk meningkatkan aktivitas penelitian tindakan kelas adalah
siswa dalam belajar guna langkah tindakan bersifat siklik.
meningkatkan hasil belajar Setiap siklusnya terdiri dari empat
siswa.Melalui pendekatan SAVI, tahap, yaitu: Perencanaan (planning),
siswa yang kurang aktif menjadi lebih Pelaksanaan (acting), Pengamatan
aktif karena belajar dengan bergerak (observing), dan Reflekting
aktif secara fisik dengan (reflekting).(Suharsimi, 2007).
memanfaatkan indra sebanyak Metode pengambilan data
mungkin, dan membuat seluruh dilakukan melalui observasi, angket,
tubuh atau pikiran terlibat dalam dan tes hasil belajar kognitif, dengan
proses belajar (Susilo, 2006). menggunakan instrumen berupa
Dave Meier (2002) menyatakan lembar observasi, lembar angket dan
bahwapendekatan SAVI merupakan soal tes hasil belajar kognitif. Adapun
suatu pendekatan pembelajaran instrumen soal tes hasil belajar
dengan menggabungkan gerak fisik kognitif telah terlebih dahulu diujikan
dengan aktifitas intelektual.Unsur- kepada 35 siswa kelas VII-A2 melalui
unsur yang terdapat dalam SAVI try out. Hasil try out selanjutnya diuji
adalah Somatik, Auditori, Visual dan validitas dan uji reliabilitasnya
Intelektual. Keempat unsur ini harus dengan bantuan computer program
ada dalam satu peristiwa SPSS 13.0 terapan yang
pembelajaran sehingga dapat memberikan fasilitas untuk mengukur
optimal.Dave Meier (2002) reliabilitas dengan uji statistic
mendefinisikan bahwa belajar Cronbach Alpha(Triton, 2006). Data
somatik adalah belajar dengan indera yang telah terkumpul kemudian
dianalisis secara deskriptif. Adapun materi yang disampaikan kurang
analisis soal-soal sebagai evaluasi maksimal.Hal serupa juga dialami
ranah kognitif oleh para anggota kelompok yang
Dapat dihitung dengan masih enggan untuk bertanya dan
menggunakan persamaan: menanggapi persentasi teman
M   mereka, sehingga hanya sebagian
X
N siswa yang menunjukkan keaktifan
Keterangan belajar.Setelah semua kelompok
M = Mean (rata-rata) selesai persentasi, guru kemudian
∑X = Jumlah nilai total yang mengambil alih pembelajaran dengan
diperoleh dari hasil meluruskan pemahaman siswa yang
penjumlahan nilai masih keliru, melengkapi materi yang
setiap individu dibahas dan menyimpulkan materi
N = Banyak individu yang disampaikan.
Observer mengamati dan
HASIL PENELITIAN DAN menilai jalannya pembelajaran
PEMBAHASAN menggunakanpatokan penilaian pada
Pelaksanaan siklus I dilakukan lembar observasi. Observasi
pada hari senin, 16 April bertujuan untuk mengetahui
2010.Peneliti berperan sebagai guru, pelaksanaan pembelajaran biologi
dibantu oleh guru mitra dan 3 dengan menggunakan pendekatan
observer. Sebelum pembelajaran SAVI.Di akhir pembelajaran guru
dimulai, guru memperkenalkan memberikan post-test kepada siswa
pembelajaran SAVIkepada siswa dan untuk mengetahui tingkat
kompetensi dasar yang akan pengetahuan siswa setelah diberikan
diajarkan.Pembelajaran dilakukan di pengajaran. Perbandingan hasil pre-
luar kelas yaitu di sawah dan test dan post-testpada siklus I
lapangan di sekitar lingkungan disajikan pada Tabel 1.
sekolah. Pembelajaran diawali
dengan memberikan pre-test kepada Tabel 1: Perbandingan Hasil Pre-test dan
siswa untuk mengetahui Post-test Pada siklus I
pengetahuan awal mereka tentang Test Rata-rata Siswa yang
telah tuntas
materi yang akan dipelajari. Guru belajar
membagi siswa menjadi 5 kelompok. Pre-test 6.421053 15
Setiap kelompok ditugaskan Post-test 7.210526 17
mengamati dan mencatat setiap Selisih 0,789 2
makhluk hidup yang ditemukan di Hasil penilaian observer yang dituangkan
dalam lembar observasi disajikan pada Tabel
ekosistem sawah ekosistem
2.
lapangan, kemudian menganalisis Tabel 2: Lembar observasi proses
berbagai interaksi yang kemungkinan pembelajaran siklus I
terjalin diantara makhluk hidup di N
o
Proses Pembelajaran Y/T Ket

kedua ekosistem tersebut, dan 1 Guru memperkenalkan Y


pembelajaran dengan
membuat rantai makanan serta menggunakan pendekatan SAVI
jaring-jaring makanannya. Semua Siswa memperhatikan penjelasan
guru dan bertanya bila tidak
Y

data dan keterangan yang telah paham


2 Guru memberikan pengantar Y
terkumpul selanjutnya materi saling ketergantungan
dalam ekosistem
dipersentasikan di depan kelompok Guru memberikan pre-test untuk Y
lain. Pada saat persentasi, setiap menjajagi pemahaman awal siswa
kepada siswa secara individu
wakil kelompok mengalami rasa grogi 3 mengamati lokasi atau daerah Y
yang telah ditentukan guru
dan tidak percaya diri, sehingga Setiap kelompok diberi tugas untuk Y
mengamati lokasi atau daerah
yang telah ditentukan guru. khususnya pada saat persentasi dan
4 Setiap kelompok menuliskan nama Y
beberapa organisme (tumbuhan & tanyajawab lebih dimaksimalkan. Hasil
hewan) serta hal-hal lain yang evaluasi pembelajaran siklus I kemudian
mempengaruhi keadaan ekosistem
yang teramati
dijadikan sebagai landasan untuk
Guru memberikan pendampingan Y memperbaiki pembelajaran pada siklus II.
saat pengamatan berlangsung. Pembelajaran pada siklus II
5 Setiap kelompok melakukan Y
diskusi untuk menyusun rantai dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17
makanan, jaring-jaring makanan April 2010. Peneliti masih berperan sebagai
dan piramida makanan dari hasil
pengamatan yang diperoleh.
guru, dibantu oleh guru mitra dan seorang
Perwakilan kelompok Y teman sebagai observer.Materi yang
mempersentasikan dari hasil disampaikan pada siklus II masih sama
diskusi
6 Guru bersama siswa Y dengan siklus I yakni saling ketergantungan
menyimpulkan dari hasil dalam ekosistem. Sebenarnya sub pokok
pembelajaran
Guru memberikan post-test Y
pembahasan dalam materi ini cukup singkat,
kepada siswa secara individu namun hasil belajar pada siklus I belum
mencapai indikator ketercapaian kompetensi,
Berdasarkan data Tabel 1, sehingga materi tersebut diberikan kembali
menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai pada siklus II, perbedaannya hanya terletak
rata-rata antara pre-testdenganpost-test. pada lokasi belajar. Pada siklus I proses
Pada siklus I rata-rata pre-test siswa adalah belajar mengajar dilakukan di luar kelas,
6.42, sedangkankriteria ketuntasan minimal sedangkan pada siklus II proses belajar
adalah 6.2, hal tersebut menunjukkan belum mengajar dilakukan didalam kelas, karena
terjadi peningkatan hasil belajarnya. Siswa alokasi waktu pada siklus II lebih pendek. .
yang telah lulus belajar pada pre-test hanya Pembelajaran siklus II diawali dengan
9 berdoa bersama, dan menjelaskan kepada
9 siswa. Bila dipersentasekan x 100% =
19
siswa bahwa tahap-tahap pelaksanaan
47.3 %. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa
pembelajaran SAVI masihsama dengan
persentase ketuntasan hasil belajar kognitif
pertemuan sebelumnya. Guru juga
(C1-C3) hanya mencapai 47.3%, masih
menambahkan bahwa materi yang dipelajari
sangat jauh dari batas minimal kriteria
masih tetap sama, karena hasil yang dicapai
ketuntasan klasikal yaitu 75%. Ketentuan ini
masih belum memuaskan, maka materi
sesuai dengan prinsip belajar tuntas menurut
tersebut harus diulang dan dijelaskan
Djamarah (2005) yaitu nilai ketuntasan
kembaliSebelum guru menjelaskan materi
persentase pada ranah kognitif siswa yaitu
tersebut, guru memberikan pre-test terlebih
75%.Nilai rata-rata post-test siswa mencapai
dahulu kepada para siswa untuk mengukur
7.21, maka telah terjadi peningkatan nilai
tingkat pemahaman siswa dan mengetahui
sebesar 0.789%. Dari hasil pre-test,
apakah para siswa telah belajar sebelumnya
diperoleh siswa yang telah tuntas belajar
dirumah. Setelah hasil pre-test dikumpulkan,
sebanyak 12 siswa, dengan persentase
12 guru meminta agar siswa membentuk
klasikal adalah x 100% = 63.15 %, hasil kelompok sesuai dengan kelompok awal.
19
tersebut juga belum bisa dikatakan siswa Setelah kondisi siswa dapat dikondisikan,
tuntas secara klasikal, karena siswa yang guru memulai menjelaskan materi saling
memperoleh nilai di atas 6.2 belum ketergantungan dalam ekosistem dengan
mencapai 75 %. memberikan pertanyaan-pertanyaan
Berdasarkan data Tabel 1 dan 2 pada mengenai pembelajaran sebelumnya kepada
prinsipnya siswa dalam mengikuti proses tiap-tiap kelompok secara acak, hal ini
belajar sudah dapat menerima pembelajaran bertujuan untuk memotivasi siswa diawal
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Setelah 10 menit berlalu, guru
SAVI.Semua indikator proses pembelajaran kemudian menugaskan tiap-tiap kelompok
pada lembar observasi terlaksana sesuai mendiskusikan bagaimana membentuk suatu
dengan rencana yang dirancang. Hal ini rantai makanan, jaring-jaring makanan dan
terbukti adanya peningkatan persentase piramida makanan dengan mengkaitkan
ketuntasan klasikal, walaupun baru langsung pada pembelajaran sebelumnya
mencapai 0.789%.Berdasarkan saran dari saat melakukan pengamatan langsung di
para observer, masih banyak kekurangan sawah dan di lapangan, serta mendiskusikan
dan kelemahan yang terdapat pada siklus I, bagaimana aliran energi yang berlangsung di
khususnya dalam pengorganisasian siswa, dua ekosistem tersebut.
sehingga pembelajaran pada pertemuan Pembelajaran siklus II berjalan dengan
selanjutnya perlu mendapatkan lebih banyak lancar dan siswa terlihat semangat dalam
perhatian, dan pengorganisasian siswa berdiskusi, selain itu diskusi juga terjadi
sangat hangat diantara anggota diskusi untuk menyusun rantai
makanan, jaring-jaring makanan
kelompoknya. Waktu 20 menit berlalu yang dan piramida makanan dari hasil
mengharuskan siswa untuk menutup pengamatan yang diperoleh.
Perwakilan kelompok Y
diskusinya yang kemudian akan dilanjutkan mempersentasikan dari hasil
dengan mempersentasikan hasil diskusi diskusi
masing-masing kelompok. Berdasarkancara 6 Guru bersama siswa Y
menyimpulkan dari hasil
menjelaskan dan menanggapi berbagai pembelajaran
pertanyaan dari siswa lain secara garis besar Guru memberikan post-test Y
kepada siswa secara individu
siswa sudah mampu memahami materi yang
dipelajari jika dibandingkan pertemuan
sebelumnya, sehingga guru tinggal Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan
menyempurnakan jawaban dari siswa yang bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata
dirasa masih kurang. Setelah semua antara pre-test dengan post-test. Pada siklus
kelompok telah melakukan persentasi, II hasil rata-rata pre-test siswa adalah 7.31
kemudian guru menyimpulkan dari hasil sedangkan nilai rata-rata post-test siswa
diskusi dengan membuat peta konsep agar adalah 7.94.Nilai rata-rata pre-test siswa
siswa lebih mudah dalam 7.31 dengan kriteria ketuntasan minimal 6.2
memahaminya.Sebagai langkah untuk menunjukkanbahwa telah terjadi peningkatan
melakukan evaluasi, diakhir pembelajaran hasil belajar para siswa. Siswa yang telah
guru juga memberikan post-test secara lulus belajar pada pre-test ini sudah
15
individu dengan tujuan untuk mengetahui mencapai 15 Siswa. Bila x 100% = 78.94
19
tingkat penguasaan materi.Perbandingan %, sehingga hasil tersebut sudah dapat
hasil pre-test dan post-testpada siklus II dikatakan siswa telah tuntas secara klasikal
disajikan pada Tabel 3. Proses pembelajaran karena yang memperoleh nilai di atas 6.2
mulai dari awal sampai akhir juga diamati telah mencapai 75%. Siswa yang
dan dinilai oleh observer menggunakan memperoleh nilai kurang dari 6.2 atau belum
lembar observasi sebagai pedoman lulus dari nilai yang ditentukan oleh sekolah
penilaiannya. tinggal 4 siswa. Hasil rata-rata post-test
Tabel 3: Perbandingan Hasil Pre-test dan diperoleh hasil 7.94 maka telah terjadi
Post-test Pada siklus I peningkatan nilai sebesar 0.63 dari hasil pre-
Test Rata-rata Siswa yang test, dan diperoleh siswa yang telah tuntas
telah tuntas 17
belajar dengan persentase klasikal adalah
19
belajar
x 100% = 89,5 %, hasil tersebut
Pre-test 7.315789 15
menunjukkan bahwa siswa telah tuntas
Post-test 7.947368 17
secara klasikal dan menunjukkan
Selisih 0,6315 2
peningkatan yang sangat baik, karena yang
Hasil penilaian observer yang dituangkan memperoleh nilai di atas 6,2 telah mencapai
dalam lembar observasi disajikan pada Tabel lebih dari 75%. Proses pembelajaran juga
4. terlaksana sangat baik, hal itu terbukti dari
Tabel 4: Lembar observasi proses
hasil penilaian observer yang menilai bahwa
pembelajaran siklus II semua indikator penilaian pembelajaran
N Proses Pembelajaran Y/T Ket
o terlaksana dengan baik.
1 Guru memperkenalkan Y Hasil angket siswa tentang
pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SAVI pembelajaran biologi dengan menggunakan
Siswa memperhatikan penjelasan Y pendekatan SAVI pada materi saling
guru dan bertanya bila tidak
paham
ketergantungan dalam ekosistem
2 Guru memberikan pengantar Y menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik
materi saling ketergantungan dengan pendekatan SAVI, hasil tanggapan
dalam ekosistem
Guru memberikan pre-test untuk Y siswa yang tertuang dalam angket
menjajagi pemahaman awal siswa mendapatkan rata-rata sebesar 83,55.
kepada siswa secara individu
3 mengamati lokasi atau daerah Y
Terdapat 2 item pernyataan yang
yang telah ditentukan guru menunjukkan bahwa siswa setuju,
Setiap kelompok diberi tugas untuk Y sedangkan 8 item pernyataan yang lain
mengamati lokasi atau daerah
yang telah ditentukan guru. menunjukkan siswa sangat setuju.
4 Setiap kelompok menuliskan nama Y Perbandingan hasil pembelajaran siklus I
beberapa organisme (tumbuhan &
hewan) serta hal-hal lain yang
dan II disajikan pada gambar 1.
mempengaruhi keadaan ekosistem Grafik 1: Grafik Perbandingan hasil
yang teramati pembelajaran siklus I dan II
Guru memberikan pendampingan Y
saat pengamatan berlangsung.
5 Setiap kelompok melakukan Y
sebagai hasil akhir pembelajaran materi
saling ketergantungan dalam ekosistem
menunjukkan bahwa siswa telah tuntas
belajar dengan persentase ketercapaian 89.5
%.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini,


ada beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan dalam penggunaan
pendekatan SAVI untuk pembelajaran
biologi, yaitu sebagai berikut:
1. Mengingat pembelajaran SAVI
Berdasarkan Grafik 1 dapat disimpulkan menekankan penggabungan gerak fisik
bahwa pembelajaran menggunakan dengan aktifitas intelektual, yang
pendekatan SAVI pada materi saling didalamnya terdapat unsur somatik,
ketergantungan dalam ekosistem dapat auditori, visual dan intelektual, maka pada
meningkatkan hasil belajar kognitif (C1-C3) saat melakukan penelitian setiap unsur
secara bertahap dan kontinyu. harus diteliti secara cermat sehingga
penilaian proses pembelajarannya dapat
KESIMPULAN DAN SARAN terpetakan dengan baik.
Proses pembelajaran biologi dengan 2. Mengingat pembelajaran SAVI
menggunakan pendekatan SAVI pada materi melibatkan siswa secara penuh, maka
saling ketergantungan dalam ekosistem dapat segala sesuatu yang terlibat didalamnya
terlaksana sesuai dengan langkah-langkah seperti suasana kelas, harus diatur
pembelajarannya. Hal ini tergambar dari sebaik-baiknya agar pembelajaran bisa
keterlaksanaan semua langkah-langkah berjalan secara optimal.
pembelajaran pada saat 3. Setiap selesai melaksanakan tindakan
observasi.Kemampuan ranah kognitif (C1-C3) kelas sebaiknya peneliti dan guru kelas
siswa dapat ditingkatkan dalam 2 siklus selalu mengkoordinasikan tentang
tindakan. Berdasarkan hasil observasi yang rencana tindakan berikutnya agar terjadi
tergambar langsung di dalam proses keserasian dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dari 2 siklus yang telah pembelajaran biologi.
dilaksanakan, dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan aktivitas belajar siswa selalu DAFTAR PUSTAKA
mengalami peningkatan. Pada siklus I telah Dave, Meier. 2002. The Accelerates
menunjukkan peningkatan, tetapi masih Learning Hand Book. Bandung: Kaifa
sangat kecil keberhasilannya, kemudian
dilakukan perbaikan pada siklus II dengan Djamarah,Syaiful Bahri. 2005. Guru dan
lebih mengaktifkan siswa, mengoptimalkan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
kondisi kelas, dan melibatkan siswa secara Jakarta: Rhineka Cipta
penuh didalam belajar, sehingga proses
pembelajarannya mengalami peningkatan Joni, T Raka. 1980. Cara Belajar Siswa Aktif:
yang signifikan. Wawasan Kependidikan dan
Hasil penelitian yang telah Pembaruan Pendidikan Guru. Malang:
dilaksanakan, menunjukkan bahwa ranah IKIP Malang.
kognitif (C1-C3) siswa kelas VII D SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta dalam Nuryani, Rustaman (2005). Strategi Belajar
mengikuti pembelajaran biologi pada materi Mengajar Biologi. Malang: Universitas
saling ketergantungan dalam ekosistem Negeri Malang.
dapat ditingkatkan, meskipun hasil belajar
siswa pada siklus I hanya sebagian kecil Sudjana, N. 1992.Penilaian Hasil Proses
siswa yang telah mencapai kriteria Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
ketuntasan minimal, namun jika Rosdakarya.
dipersentasekan belum mencapai 75%.
Dikarenakan hasil belajar pada siklus I nilai Suharsimi, dan Supardi, 2007. Penelitian
persentasenya baru mencapai 63.15%, oleh Tindakan Kelas. Jaharta: Bumi Aksara.
sebab itu dilakukan perbaikan kembali pada
Susilo, M.J. 2006. Dasar-Dasar dan Proses
siklus II. Pada siklus II hasil belajarnya
Pembelajaran. Yogyakarta: Pinus
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal
ini dapat dilihat dari hasil post-test siswa
Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset
Statistik Parametrik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Anda mungkin juga menyukai