Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Pedoman yang
berjudul “Hak dan Kewajiban Pasien dalam Asuhan”. Berkat bimbingan
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka Pedoman yang berjudul “Hak
dan Kewajiban Pasien dalam Asuhan” ini dapat terselesaikan.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI................................................................................................................... 1
ii
BAB I
DEFINISI
1
b. Bagi pasien dibawah umur 18 tahun dan tidak memiliki orang tua,
urutan hak wali pasien adalah sebagai berikut :
1) Kakek atau nenek kandung
2) Saudara-saudara kandung dewasa
3) Wali yang sah
c. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, urutan hak wali pasien
adalah sebagai berikut :
1) Ayah atau ibu kandung
2) Kakek atau nenek kandung
3) Saudara-saudara kandung dewasa
d. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle) atau
perwalian, urutan hak wali pasien adalah sebagai berikut :
1) Wali yang sah
2) Curator (yang bertanggung jawab pada hidup orang yang diampu)
e. Bagi pasien dewasa yang telah menikah atau telah menjadi orang tua,
urutan hak wali pasien adalah sebagai berikut :
1) Suami atau Istri
2) Ayah atau ibu kandung
3) Anak kandung dewasa
4) Saudara-saudara kandung dewasa
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
9. Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk
mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan
disampaikan melalui keluarga.
10. Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga
harus ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit.
4
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh kemanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit
15. Mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya.
16. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata maupun pidana
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketetntuan
peraturan perundang-undangan
III. Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga
a. Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang
berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga
atau pihak lain.
b. Pasien diinformasikan tentang kerahasian informasi dalam rekam medik
pasien
c. Pembukaan atas kerahasian informasi mengenai pasien dalam rekam
medis diperbolehkan dalam UU No 29 tahun 2004 ,yaitu sebagai berikut:
1) Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum misalnya,visum et repartum
2) Atas permintaan sendiri
3) Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri
4) Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,misalnya;
undang-undang wabah,undang-undang karantina, dan sebagainya.
d. Pasien diminta persetujuannya untuk membuka informasi yang tidak
tercakup dalam undang-undang dan peraturan.
5
e. Rumah sakit menghormati kerahasian informasi kesehatan pasien dengan
membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medik,tidak meletakan
rekam medis pasien ditempat umum,dan sebagainya.
f. Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya
untuk pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan
kepercayaan pasien. Respon tersebut antara lain dengan menyediakan
rohaniawan serta buku doa
g. Menyediakan partisi/sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di
ruang perawatan
h. Menyediakan locker/lrmari untuk menyimpan harta benda pasien
i. Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti
ICU,ICCU,NICU,ruang bayi ,dan lainnya serta area rumah sakit yang
jauh dari keramaian.
j. Memasang finger print pada area yang mempunyai akses terbatas ,seperti
ruang bayi, ruang rekam medis ,tempat penyimpanan obat-obatan
berbahaya di gudang farmasi,dan sebagainya.
k. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat
pengunjung yang masuk ruang perawatan serta mewajibkan pengunjung
memakai ID Card
l. Menyediakan tenaga satpol PP untuk memantau area di lingkungan
rumah sakit
m. Menyediakan gelang berwarna ungu dalam menghormati hak pasien dan
keluarga terhadap pilihan keputusan DNR
n. Menyediakan kamar mandi khusus untuk manula dan orang cacat
o. Menyediakan tenaga penerjemah ,baik bagi pasien yang tidak bisa
memahami bahasa Indonesia
p. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi
pasien yang membutuhkan
q. Memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan
r. Menyediakan formulir permintaan rohaniawan
s. Menyediakan formulir permintaan menyimpan harta benda
6
t. Menyediakan formulir pelepasan informasi
u. Menyediakan formulir permintaan privasi
v. Menyediakan formulir permintaan penterjemah
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien mencari dokter lain
atau mencari Second Opinion di tempat lain.
Pasien menjadikan dirinya sebagai “Partner” diskusi yang sejajar
bagi dokter. Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari
pihak manapun, tentunya sedikit banyak harus mengetahui, apakah
penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua profesi memiliki prosedur
masing- masing, dan semua Kebenaran tindakan dapat diukurn dari
kesesuaiin tindakan tersebut dengan standar prosedur yang seharusnya.
Begitu juga dengan dunia kedokteran. Ada yang disebut guideline atau
Panduan Praktek Klinis (PPK) dalam menangani penyakit.
Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita mengetahui peran
penting kita dalam tindakan medis, apa yang dapat kita lakukan? Karena,
tindakan medis apapun, harusnya disetujui oleh pasien (Informed
Consent) sebelum dilakukan setelah dokter memberikan Informasi yang
cukup. Bila pasien tidak menghendaki, maka tindakan medis seharusnya
tidak dapat dilakukan. Pihak dokter atau RS seharusnya memberikan
kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan atau sebaliknya
menyatakan penolakan. Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tulisan.
Selanjutnya, UU no. 29/2004 pada pasal 46 menyatakan dokter
WAJIB mengisi rekam medis untuk mencatat tindakan medis yang
dilakukan terhadap pasien secara clear, correct, dan complete. Dalam
pasal 47, dinyatakan rekam medis merupakan milik Rumah Sakit yang
wajib dijaga kerahasiaannya, tetapi ISI- nya merupakan milik pasien.
Artinya, pasien BERHAK mendapatkan salinan rekam medis dan pasien
BERHAK atas kerahasiaan dari isi rekam medis miliknya tersebut,
sehingga rumah sakit tidak bisamember informasi terkait data-data medis
pasien kepada orang pribadi/ perusahaan asuransi atau ke media cetak/
elektronik tanpa seijin dari pasiennya.
9
III. Pada Saat Perawatan
Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik
secara wawancara klinis, saat dilakukan tindakan maupun menentukan
siapa yang boleh mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan rohani,
pasien berhak mendapatkan pelayanan rohani baik secara rutin maupun
secara isidensial manakala dibutuhkan
10
BAB IV
DOKUMENTASI
Rujukan
1. Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang RI No.29/2004 pada pasal 46 tentang Praktik Kedokteran.
3. Kementrian Kesehatan RI. Standar Akreditasi Rumah Sakit 2011.
11