Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

(TOMI UNTUK PENOMORAN MENGIKUTI ATURAN DI


BUKU PANDUAN, DIMANA:

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
(bukan dibuat 4.2, 4.2 dst….yang saya kemaren itu contoh hanya
isinya bukan model penulisannya dibuat mirip seperti
itu,,,INGAT HANYA CONTOH ISI DALAMNYA SEPERTI ITU
MODELNYA bukan MODEL PENULISANNYA)

Contoh Benar saya isikan di Pengkajian kamu…selanjutnya


kamu buat yang benarnya di diagnose dan stererusnya……

UNTUK ISTILAH DI JUDUL JANGAN MENGGUNAKAN


DIAGNOSA MEDIS TAPI GANGGUAN SISTEM
SEPERTI
Asuhan Keperawatan pada pasien Nn. N dengan DIAGNOSA MEDIS
Demam Typhoid di Pavilium Yoseph II RS. RK Charitas Palembang.
(SALAH)
Asuhan Keperawatan pada pasien Nn. N dengan gangguan system
pencernaan Demam Typhoid di Pavilium Yoseph II RS. RK Charitas
Palembang. (BENAR)
SEGERA PERBAIKI SEMUANYA
A. Pengkajian
Ada pun dalam bab ini akan dapun uraian mengenai kesenjangan dan
persamaan dan perbedaan antara konsepdasar secara teori dengan asuhan
keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Dekompensasi Cordis di Paviliu Yoseph II di RS. RK Charitas palembang
dalam lingkup pengkajian. Pengkajian adalah dasar pertama atau langkag
awal dari suatuh proses keperaawatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu
pengumpulan data, pengorganisasikan serta kemampuan menganalisa serta
merumuskan diagnosa. Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien dengan dekompensai Cordis meliputi biodata,
riwayat kesehatan, kebutuhan daasar, pemeriksaan fisik, dan data penunjang,
pada saat pengkajian penulis menggunakan instrumen pengkajian sebagai
pedoman yaitu pengkajian menurut Doengoes (2000). Pada pengkajian dasar
pada pasien Dekompensasi Kordis meliputi: Aktifitas/istirahat, sirkulasi,
neurosensori, keamanan, pela makan nutrisi dan cairan, eliminasi,
pernafasanintekritas ego, keamanan, seksualitas, dan pengetahuan.
1. Adapun data pengkajian yang terdapat pada asuhan keperawatan
padapasien gangguan kardiopaskuler dekompensasi cordis adalah:
Aktivitas istirahat keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari
Insomnia, nyeri dada dengan aktivitas. yang ditandai dengan dispnea pada
istirahat atau pada pengerahan tenaga, gelisah, perubahan status mental,
misalnya, letargi. Tanda vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi Riwayat hipertensi, episode sebelumnya, penyakit katup
jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen, "sabuk terlalu ketat" (pada gagal bagian
kanan), yang di tandai denagan tekanan darah Mungkin rendah (gagal
pemompaan); normal atau tinggi (kelebihan beban cairan/peningkatan),
Tekanan nadi Mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup. Frekuensi jantung: Takikardia (gagal jantung kiri). Irama
jantung Disritnia, fibtilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur/takikardia.
Nadi apical mungkin .menyebar dan berubah posisi secara inferior ke
kiri.Bunyi jantung Suara 3 (gallop) adalah diagnostik; Suara 4 dapat
terjadi; Suara I dan Suara 2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan
diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. nadi
perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi;
nadi sentral mungkin kuat misalnya nadi jugularis, karotis, abdominal
terlihat warnna Kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik. Punggung kuku pucat
atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar: Pembesaran/dapat
teraba. Bunyi napas rekels, ronki. Edema mungkin dependen, umum,
atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas Ego Ansietas, kuatir. takut, Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keprihatinan finansial (pelayanan perawatan medis). Yang di
tandai dengan berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansietas,
marah, ketakutan, mudah tersinggung.
4. Eliminasi Penurunan berkemih, urine berwarna gelap. Berkemih
malam hari (nokturia). Diare/konstipasi.
5. Makanan/Cairan Kehilangan napsu makan. Mual/muntah,
penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas
bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses, lemak, gula, dan kafein, penggunaan diuretik, yang di
tandaidengan penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen
(asites); edema (umum, dependen, tekanan, pitting).
6. Higiene Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan
diri, gejalanya penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
7. Neurosensori Gejala kelemahan, pening, episode pingsan. Yang di
tanda dengan letargi, kusut pikir, disorientasi. Perubahan perilaku,
mudah tersinggung.
8. Nyeri atau Kenyamanan tanda nyeri dada, angina akut atau kronis.
Nyeri abdomen kanan atas, Sakit pada otot, tidak tenang, gelisah,
fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan
beberapa bantal tandanya batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
iwayat penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernapasan, mis,
oksigen atau medikasi. pernapasan takipnea, napas dangkal,
pernapasan labored; penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal
flaring, batuk sering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemben-tukan sputum. Sputum mungkin
bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas
mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar dan mengi. Fungsi
mental mungkin menurun; letargi; kegelisahan.
10. Keamanan Gejala perubahan dalam fungsi mental, pehilangan
kekuatan/tonus otot. Kulit lecet.
11. Interaksi Sosial Gejalanya penurunan keikutsertaan dalam aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
Dan data pengkajian yang penulis lakikan pada studi kasus pada
Ny. M dengan diagnosa Dekompensasi cordis, penulis menemukan
pengkajian yang sesuai dengan teori, data-data yangpenulis temukan
adalah: Pasien mengatakan dada terasa berdebar-debar, pasien mengatakan
badan terasa lemah dan tampak pasien menahan sakit. tanda-tanda vital
tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 72 kali/menit, irama jantung tidak
teratur, pernafasan 22 kali/menit dan suhu 36,8oC, Posisi tidur setengah
duduk. Terpasang oksigen 3 liter. Pada tanggal 21 Mei 2015: hasil rontgen
thorax kardiomegali dengan bendungan hasil Echo: CAD (Coronary Artery
Desease).
Selain itu pasien juga mengeluh kaki dan perut terasa besar. Pasien
mengatakan nafas terasa sesak bila banyak bergerak. Dan tampak kedua kaki
bengkak dan teraba padat, pitting edema (positif) perut tampak asites lingkar
perut 89 cm perkusi abdomen pekak, BB: 60 kg, tanggal 21 may 2015 : hasil
rontgen thorax kardiomegali dengan bendungan. Klien mengatakan badan
terasa lemah, aien mengatakan bila berjalan dadanya terasa berdebar-debar.
Dan pasien mengatakan semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
seperti pemeliharaan.
Setelah menganalisa pengkajian penulis menemukan kesenjangan di
teori dan kasus seperti rasa dada pasien berdebar-debar, kedua kaki dan perut
mem besardan semua aktivitas pasien dan kebutuhan pasien dalam bantuan
perawat dan keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan .
Dalam BAB ini akan di bahass mengenai persamaan dan perbedaan
antara konsep dasar secara teori dengan dengan asuhan keperawatan pada
Ny. M dengan gangguan Kardiovaskuler Dekompensasi cordis menurut
Doengoes, (2000) yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah
jantung
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membrane kapiler alveolus
Setelah penulis mengumpulkan data pada pengkajian dan
menganalisa data maka penulis dapat menegakan diagnosa dalam teori
dan juga terdapat dalam kasus diantaranya adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial.
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: Pasien mengatakan dada terasa berdebar-debar,
badan terasa lemaah dan pasien tampak menahan sakit, tanda-tanda
0
vital tekanan 36 c, hasil rongen thorak kardiomegali dalam
bendungan.
Secara patofisiologis penurunan curah jantung merupakan
suatuh keadaan pompa darah dari jantung yang tidak adekuat untuk
mencapai kebutuhan metabolisme tubuh tanpa dapat dirasakan orang
lain, mencakup pola fisik, dan perubahan hidup seseorang.
Penurunan curah jantung merupakan tanda dan gejala penting yang
dapat menunjukan telah terjadinya gangguan fisiologokal.
Alasan mempriolitasi diagnosa pertama karnanmerupakan
keluhan yang utama sekali yang di ungkapkan pasien saat
dilakukanpengkajian, dan apabilamasalah masalah keperawatan ini
tidak ditangani maka mengakibatkan pasien merasa keletihan pusing,
kekacauan mental, intoleransi aktipitas dan lain sebagainya.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah
jantung
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: pasien mengatakan kedua kaki dan perutnya
membesar, nafas terasa sesak jika banyak bergerak dan tampak kedua
kaki dan perut membesar lingkar perut 89 cm, berat badan pasien 60 kg
dan hasil rongen thorax kardiomegali dalam bendungan.
Menegakan diagnosa ini diprioritaskan sebagai prioritas
keperawatan kedua karna masalah keperawatan ini penyebab dari
gangguan sirkulasi jantung apabila masalah keperawatan ini tidak cepat
di tangani maka bisaterjadi syok.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: pasien mengatakan bila banyak bergerak dadanya
terasa berdebar-debar dan tampak semua aktivitas pasien di bantu
keluarga dan perawat, seperti makan, mandi, BAB dan BAK menggukan
Dower Cateter.
Alasan memperioritaskan masalah intoleransi aktivitas sebagai
prioritas masalah keperawatan ketiga adalah karna masalah keperawatan
inimerupakan penyebab tidak terpenuhinya ebutuhan pasien
secaramandiri namun untuk memenuhinya pasien dapat di bantu ileh
perawat dan keluarga, dan pasien dalam kedaanbedrest masalah ini tidak
diatasi akan terjadi gangguan aktivitas menetap.

C. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis
menyusun perencanaan yang meliputi prioritas masalah perumusan, tujuan,
penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan dalam memberikan tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan
teoritis yang sesuai dengan kondisi yang berhubungan dengan dialami klien.
Dalam menyusun rencana keperawatan, penulis berdasarkan pada teori
Doengoes (1999), adapun rencana keperawatan untuk masing-masing
diagnosa antara lain; rencana keperawatan yang diperoleh berdasarkan teori
berdasarkan Doengoes (1999), Penurunan Curah Jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas miokardial antara lain; kaji tanda-tanda
penurunan curah jantung (kulit pucat, peningkatan kongesti vena, sesak nafas,
letargi), observasi tanda-tanda vital(tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan),
berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi, tinggikan kaki
hindari tekanan pada bawah lutut, berikan obat sesuai indikasi: Diuretik,
berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Untuk rencana keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan
dengan perubahan membrane kapiler alveoli antara lain; kaji pola nafas
(frekuensi, irama, bunyi nafas), anjurkan klien batuk efektif, napas dalam,
pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-
30 derajat, posisi semi fowler. sokong tangan dengan bantal, berikan oksigen
tambahan sesuai indikasi, berikan obat sesuai indikasi, Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Untuk rencana keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan curah jantung rencana yang disusun berdasarkan teori
antara lain; kaji integritas kulit, observasi lokasi daerah kulit, pantau haluaran
urine, catat jumlah dan warna urine, observasi tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan), pertahankan duduk atau tirah baring dengan
posisi semi-fowler selama fase akut, pemberian obat sesuai indikasi.
Untuk rencana keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan imobilisasi; kaji tingkat kemampuan aktivitas klien, berikan bantuan
dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas, implementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan harapan akan memenuhi
kebutuhan klien, pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan diagnosa yang timbul. Penulis melakukan pelaksanaan dalam waktu 3
hari yaitu pada tanggal 13 Juli 2010 mulai pukul 06.30-13.00 WIB, pada
tanggal 15 Juli 2010 mulai pukul 13.00-20.00 WIB, pada tanggal 16 Juli 2010
mulai pukul 06.30-13.00 sedangkan pada jam-jam selanjutnya dilanjutkan
oleh perawat ruangan.
1. Diagnosa keperawatan penurunan Curah Jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial mengkaji tanda-tanda penurunan
curah jantung (kulit pucat, peningkatan kongesti vena, sesak nafas,
letargi), mengobservasi tanda-tanda vital(tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan), memberikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau
kursi, meninggikan kaki hindari tekanan pada bawah lutut, memberikan
obat sesuai indikasi: Diuretik yaitu Lasix 1x1 tab, tiaryt 1 x ½ tab,
diovan 1x1 tab, ubi Q 1 x1 tablet, memberikan oksigen tambahan 3 strip
dengan kanula nasal sesuai indikasi.
2. Diagnosa keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan dengan
perubahan membrane kapiler alveoli; mengkaji pola nafas (frekuensi,
irama, bunyi nafas), menganjurkan klien batuk efektif, napas dalam,
mempertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur
tinggi 20-30 derajat, memberikan posisi semi fowler atau setengah
duduk, memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi, memberikan obat
sesuai indikasi pasien dapat amroxol 3 x1 sendok makan.
3. Diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan curah jantung pelaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan
antara lain; mengkaji integritas kulit, mengobservasi lokasi daerah kulit,
memantau haluaran urine, mencatat jumlah dan warna urine,
mengobservasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan),
mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi-fowler
selama fase akut, pemberian obat sesuai indikasi.
4. Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi pelaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan; mengkaji
tingkat kemampuan aktivitas klien, memberikan bantuan dalam aktivitas
perawatan diri sesuai indikasi, mengevaluasi peningkatan intoleran
aktivitas, mengimplementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan ruang perawatan yang berisik
pelaksanaan keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu; mengkaji pola
tidur klien, memutarkan musik yang lembut atau suara yang jernih,
melengkapi jadwal tidur dan ritual yang teratur, berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat anti sedative, lihat kulit, mencatat
penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.
6. Diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya edema; mengkaji integritas kulit klien,
memijat area kemerahan atau yang memutih, memberikan perawatan
kulit.
7. Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakit; mendiskusikan fungsi jantung normal,
mendiskusikan pentingnya pembatasan natrium, mendiskusikan obat,
tujuan dan efek samping, menjelaskan dan diskusikan peran klien dalam
mengontrol faktor risiko (contoh, merokok) dan faktor pencetus atau
pemberat (contoh, diet tinggi garam), memberikan kesempatan
klien/orang terdekat untuk menanyakan, mendiskusikan masalah dan
membuat perubahan pola hidup yang perlu.

E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan
dalam melaksanakana asuhan keperawatan yang telah diberikan, dengan
demikian dapat ditemukan apakah perencanaan dapat diteruskan atau distop.
Adapun evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. “P” dengan
gangguan system kardiovaskuler; congestif heart failure selama tiga hari
dari tanggal 13 Juli 2010 sampai 15 Juli 2010 yaitu:
1. Diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial hasil evaluasi yaitu; masalah
teratasi sebagian, hal terlihat dari data obyektif; jantung berdebar tidak
ada, tanda-tanda vital TD: 110/70 mmgHg, N : 80 x/mnt dengan irama
teratur dan pulsasi kuat, S : 36,8 OC, P : 20 x/mnt.
2. Diagnosa keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan dengan
perubahan membrane kapiler alveoli masalah teratasi sebagian hal ini
dilihat data obyektif; klien tidak sesak lagi, pernafasan teratur 20x/mnt.
3. Diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan curah jantung hasil evaluasi keperawatan masalah teratasi
sebagian karena dilihat dari data obyektif, asites berkurang dengan
lingkar perut 84 cm, kedua kaki masih bengkak, klien tidak sesak.
4. Diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi, masalah teratasi karena secara obyektif aktivitas klien tidak
lagi dibantu keluarga seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai