PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
(bukan dibuat 4.2, 4.2 dst….yang saya kemaren itu contoh hanya
isinya bukan model penulisannya dibuat mirip seperti
itu,,,INGAT HANYA CONTOH ISI DALAMNYA SEPERTI ITU
MODELNYA bukan MODEL PENULISANNYA)
B. Diagnosa Keperawatan .
Dalam BAB ini akan di bahass mengenai persamaan dan perbedaan
antara konsep dasar secara teori dengan dengan asuhan keperawatan pada
Ny. M dengan gangguan Kardiovaskuler Dekompensasi cordis menurut
Doengoes, (2000) yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah
jantung
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membrane kapiler alveolus
Setelah penulis mengumpulkan data pada pengkajian dan
menganalisa data maka penulis dapat menegakan diagnosa dalam teori
dan juga terdapat dalam kasus diantaranya adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial.
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: Pasien mengatakan dada terasa berdebar-debar,
badan terasa lemaah dan pasien tampak menahan sakit, tanda-tanda
0
vital tekanan 36 c, hasil rongen thorak kardiomegali dalam
bendungan.
Secara patofisiologis penurunan curah jantung merupakan
suatuh keadaan pompa darah dari jantung yang tidak adekuat untuk
mencapai kebutuhan metabolisme tubuh tanpa dapat dirasakan orang
lain, mencakup pola fisik, dan perubahan hidup seseorang.
Penurunan curah jantung merupakan tanda dan gejala penting yang
dapat menunjukan telah terjadinya gangguan fisiologokal.
Alasan mempriolitasi diagnosa pertama karnanmerupakan
keluhan yang utama sekali yang di ungkapkan pasien saat
dilakukanpengkajian, dan apabilamasalah masalah keperawatan ini
tidak ditangani maka mengakibatkan pasien merasa keletihan pusing,
kekacauan mental, intoleransi aktipitas dan lain sebagainya.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah
jantung
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: pasien mengatakan kedua kaki dan perutnya
membesar, nafas terasa sesak jika banyak bergerak dan tampak kedua
kaki dan perut membesar lingkar perut 89 cm, berat badan pasien 60 kg
dan hasil rongen thorax kardiomegali dalam bendungan.
Menegakan diagnosa ini diprioritaskan sebagai prioritas
keperawatan kedua karna masalah keperawatan ini penyebab dari
gangguan sirkulasi jantung apabila masalah keperawatan ini tidak cepat
di tangani maka bisaterjadi syok.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
Diagnosa ini di tegakan karna pada pengkajian penulis
menemukan data: pasien mengatakan bila banyak bergerak dadanya
terasa berdebar-debar dan tampak semua aktivitas pasien di bantu
keluarga dan perawat, seperti makan, mandi, BAB dan BAK menggukan
Dower Cateter.
Alasan memperioritaskan masalah intoleransi aktivitas sebagai
prioritas masalah keperawatan ketiga adalah karna masalah keperawatan
inimerupakan penyebab tidak terpenuhinya ebutuhan pasien
secaramandiri namun untuk memenuhinya pasien dapat di bantu ileh
perawat dan keluarga, dan pasien dalam kedaanbedrest masalah ini tidak
diatasi akan terjadi gangguan aktivitas menetap.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis
menyusun perencanaan yang meliputi prioritas masalah perumusan, tujuan,
penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan dalam memberikan tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan
teoritis yang sesuai dengan kondisi yang berhubungan dengan dialami klien.
Dalam menyusun rencana keperawatan, penulis berdasarkan pada teori
Doengoes (1999), adapun rencana keperawatan untuk masing-masing
diagnosa antara lain; rencana keperawatan yang diperoleh berdasarkan teori
berdasarkan Doengoes (1999), Penurunan Curah Jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas miokardial antara lain; kaji tanda-tanda
penurunan curah jantung (kulit pucat, peningkatan kongesti vena, sesak nafas,
letargi), observasi tanda-tanda vital(tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan),
berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi, tinggikan kaki
hindari tekanan pada bawah lutut, berikan obat sesuai indikasi: Diuretik,
berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Untuk rencana keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan
dengan perubahan membrane kapiler alveoli antara lain; kaji pola nafas
(frekuensi, irama, bunyi nafas), anjurkan klien batuk efektif, napas dalam,
pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-
30 derajat, posisi semi fowler. sokong tangan dengan bantal, berikan oksigen
tambahan sesuai indikasi, berikan obat sesuai indikasi, Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Untuk rencana keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan curah jantung rencana yang disusun berdasarkan teori
antara lain; kaji integritas kulit, observasi lokasi daerah kulit, pantau haluaran
urine, catat jumlah dan warna urine, observasi tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan), pertahankan duduk atau tirah baring dengan
posisi semi-fowler selama fase akut, pemberian obat sesuai indikasi.
Untuk rencana keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan imobilisasi; kaji tingkat kemampuan aktivitas klien, berikan bantuan
dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas, implementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan harapan akan memenuhi
kebutuhan klien, pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan diagnosa yang timbul. Penulis melakukan pelaksanaan dalam waktu 3
hari yaitu pada tanggal 13 Juli 2010 mulai pukul 06.30-13.00 WIB, pada
tanggal 15 Juli 2010 mulai pukul 13.00-20.00 WIB, pada tanggal 16 Juli 2010
mulai pukul 06.30-13.00 sedangkan pada jam-jam selanjutnya dilanjutkan
oleh perawat ruangan.
1. Diagnosa keperawatan penurunan Curah Jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial mengkaji tanda-tanda penurunan
curah jantung (kulit pucat, peningkatan kongesti vena, sesak nafas,
letargi), mengobservasi tanda-tanda vital(tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan), memberikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau
kursi, meninggikan kaki hindari tekanan pada bawah lutut, memberikan
obat sesuai indikasi: Diuretik yaitu Lasix 1x1 tab, tiaryt 1 x ½ tab,
diovan 1x1 tab, ubi Q 1 x1 tablet, memberikan oksigen tambahan 3 strip
dengan kanula nasal sesuai indikasi.
2. Diagnosa keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan dengan
perubahan membrane kapiler alveoli; mengkaji pola nafas (frekuensi,
irama, bunyi nafas), menganjurkan klien batuk efektif, napas dalam,
mempertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur
tinggi 20-30 derajat, memberikan posisi semi fowler atau setengah
duduk, memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi, memberikan obat
sesuai indikasi pasien dapat amroxol 3 x1 sendok makan.
3. Diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan curah jantung pelaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan
antara lain; mengkaji integritas kulit, mengobservasi lokasi daerah kulit,
memantau haluaran urine, mencatat jumlah dan warna urine,
mengobservasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan),
mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi-fowler
selama fase akut, pemberian obat sesuai indikasi.
4. Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi pelaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan; mengkaji
tingkat kemampuan aktivitas klien, memberikan bantuan dalam aktivitas
perawatan diri sesuai indikasi, mengevaluasi peningkatan intoleran
aktivitas, mengimplementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan ruang perawatan yang berisik
pelaksanaan keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu; mengkaji pola
tidur klien, memutarkan musik yang lembut atau suara yang jernih,
melengkapi jadwal tidur dan ritual yang teratur, berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat anti sedative, lihat kulit, mencatat
penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.
6. Diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya edema; mengkaji integritas kulit klien,
memijat area kemerahan atau yang memutih, memberikan perawatan
kulit.
7. Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakit; mendiskusikan fungsi jantung normal,
mendiskusikan pentingnya pembatasan natrium, mendiskusikan obat,
tujuan dan efek samping, menjelaskan dan diskusikan peran klien dalam
mengontrol faktor risiko (contoh, merokok) dan faktor pencetus atau
pemberat (contoh, diet tinggi garam), memberikan kesempatan
klien/orang terdekat untuk menanyakan, mendiskusikan masalah dan
membuat perubahan pola hidup yang perlu.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan
dalam melaksanakana asuhan keperawatan yang telah diberikan, dengan
demikian dapat ditemukan apakah perencanaan dapat diteruskan atau distop.
Adapun evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. “P” dengan
gangguan system kardiovaskuler; congestif heart failure selama tiga hari
dari tanggal 13 Juli 2010 sampai 15 Juli 2010 yaitu:
1. Diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial hasil evaluasi yaitu; masalah
teratasi sebagian, hal terlihat dari data obyektif; jantung berdebar tidak
ada, tanda-tanda vital TD: 110/70 mmgHg, N : 80 x/mnt dengan irama
teratur dan pulsasi kuat, S : 36,8 OC, P : 20 x/mnt.
2. Diagnosa keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubugan dengan
perubahan membrane kapiler alveoli masalah teratasi sebagian hal ini
dilihat data obyektif; klien tidak sesak lagi, pernafasan teratur 20x/mnt.
3. Diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan curah jantung hasil evaluasi keperawatan masalah teratasi
sebagian karena dilihat dari data obyektif, asites berkurang dengan
lingkar perut 84 cm, kedua kaki masih bengkak, klien tidak sesak.
4. Diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
imobilisasi, masalah teratasi karena secara obyektif aktivitas klien tidak
lagi dibantu keluarga seutuhnya.