Anda di halaman 1dari 58

Diktat Perkuliahan

Matematika Terapan

TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN


TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI
BIDANG TEKNIK ELEKTRO
MATEMATIKA TERAPAN

Materi
I. Review
Definisi Dasar
Fungsi
Variabel
Turunan/Derivatif
Beberapa aturan pada operasi turunan
Latihan Soal
Integral
Beberapa sifat pada operasi integral
Beberapa sifat trigonometri yang perlu diperhatikan
Latihan Soal
II Persamaan Diferensial Biasa
Pengertian persamaan diferensial
Pembentukan persamaan diferensial
Orde persamaan diferensial
Persamaan diferensial biasa
Solusi persamaan Diferensial
Solusi umum
Solusi khusus
Masalah nilai awal dan nilai batas
Latihan Soal
III. Persamaan Diferensial Orde 1
Bentuk Sederhana persamaan diferensial orde pertama
Pemisahan Variabel
Contoh Soal Cerita
IV. Persamaan Diferensial Linear Orde 1
Ciri-ciri sifat linearitas pada Persamaan Diferensial
Persamaan Diferensial Eksak
Metode Faktor Pengintegralan
Solusi Persamaan Diferensial Non Eksak Dengan Faktor Pegintegaralan
V. Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial linear Orde 2
Persamaan Diferensial Linear Homogen Orde 2 dengan Koefisien Konstan (Second
Order Homogeneous Linear Differential Equations With Constant Coefficients)
Akar-akarnya adalah bilangan riil dan sama
Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda
Akar-akarnya adalah bilangan kompleks
Persamaan Diferensial Linear Non-Homogen Orde 2 dengan Koefisien Konstan (Second
Order Homogeneous Linear Differential Equations With Constant Coefficients)
I. REVIEW

Definisi Dasar
Fungsi

output. Input yang diberikan akan dilewatkan ke sebuah blok fungsi, dan menghasilkan output
sesuai dengan karakteristik blok fungsi. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
aturan
input output

Gambar 1. Hubungan antara input, output, dan blok fungsi

dari nilai
input. fungsi tersebut apabila dituliskan secara matematis adalah sebagai berikut :
f : x 2x ,
atau ditulis secara lebih kompak
f ( x) 2 x
dan digambarkan sebagai berikut :

Fungsi
input kalikan 2 f
input output x 2x

Input suatu fungsi disebut sebagai argumen. Pada fungsi f ( x) 2 x , yang menjadi
argumen adalah x. Jika x diganti dengan nilai 3, maka : f (3) 2.3 6 , dengan nilai argumen
adalah 3.
Sebuah fungsi dapat digambarkan secara grafik dengan memakai kordinat kartesius.
Fungsi f ( x) 2 x dapat digambarkan dengan menguji nilai f ( x) untuk beberapa nilai x sebagai
berikut.

x = 2, f ( x) = 4 4
x = 1, f ( x) = 2
x = 0, f ( x) = 0 2

x = -1, f ( x) = -2 -2 -1 0 1 2
x = -2, f ( x) = -4 -2
dst.
bebas) dan y adalah variabel dependent (variabel tak-bebas), mengingat nilai y ditentukan oleh
nilai variabel x.
Contoh I.1
a. y x 4 5x 2 , variabel dependent = y. variabel independent = x
dq
b. 6q 3t 2 , variabel dependent = q. variabel independent = t
dt
d2 y
c. 2
9 x et , variabel dependent = y, variabel independent = x, t
dt
pada contoh b dan c terlihat bahwa pada persamaan differensial, variabel dependent-nya adalah
variabel dalam bentuk turunannya.

TURUNAN/DERIVATIF
Berikut ini adalah turunan dari beberapa fungsi.

Tabel I.1. Beberapa fungsi yang sering digunakan beserta turunannya

Fungsi, y(x) Turunan, y Fungsi, y(x) Turunan, y


Konstanta 0 1
sin (ax b) a
1 (ax b ) 2
xn nx n 1
cos 1 (ax b) a
1 (ax b ) 2
ex ex tan 1 (ax b) a
1 (ax b) 2
e x e x sinh(ax b) a cosh(ax b)
e ax aeax cosh(ax b) a sinh(ax b)
ln x 1 tanh(ax b) a sec h2 (ax b)
x
sin x cos x cos ech(ax b) a cos ech(ax b) coth(ax b)

cos x sin x sec h(ax b) a s ech(ax b) tanh(ax b)


sin(ax b) a cos(ax b) coth(ax b) a cos ech 2 (ax b)
cos(ax b) a sin(ax b) sinh 1 (ax b) a
( ax b )2 1
tan(ax b) a sec2 (ax b) cosh 1 (ax b) a
2
Beberapa Aturan Pada Operasi Turunan
Jika u dan v adalah sebuah fungsi, dan c adalah konstanta, maka :
1. (u v)' u ' v '
2. (uv) ' u ' v uv '
3. (cu )' cu '
u u ' v uv '
4. ( )'
v v2
dy dy dz
5. Jika y y( z) , dan z z ( x) , maka : *
dx dz dx

Contoh I.2
Carilah turunan dari fungsi y berikut ini :
1. y ( x 2 sin x)
jawab :
d ( x 2 ) d (sin x)
y'
dx dx
y ' 2x cos x

2.
y x sin x .
misalkan : u x, v sin x
u ' 1 , dan v ' cos x
maka y menjadi y uv .
y ' (uv)'
y ' u ' v uv '
y sin x x cos x

3. y 10cos x
Jawab :
y ' 10sin x
t2
4. y .
2t 1
Jawab :
Misalkan u t 2 dan v 2t 1 .
u ' 2t , dan v ' 2
u u u ' v uv '
y ( ) , maka y ' ( ) '
v v v2
Jawab :
dy dy dz
y ( x 2 1)6 , *
dx dz dx
6 z 5 .2 x
12 x.z 5
12 x( x 2 1)5

Latihan Soal I.1


Temukan turunan dari
1. y e 7x
2. y tan(3x 2)
3. y x5
4. y sin( x )
1
5. y 5
t
6. y cos(4 t )
7. y
8. y cos 1 (4t 3)
9. y sin 1 ( 2t 3)
1
10. y
sin(5x 3)
11. y 3sin(5t ) 2e4t
12. y 2e3t 17 4sin(2t )
1 cos5t
13. y
t3 2
2w e4 w
3
14. y
3 2
15. y x ln( x )
16. y 3sin 1 (2t ) 5cos 1 (3t )
1
17. y tan 1 (t 2) 4cos 1 (2t 1)
2
t 3 5t 2
18. Sebuah fungsi : y (t ) 4t 1
3 2
Latihan Soal I. 2
Carilah turunan dari fungsi berikut ini :
1. y sin x cos x
2. y xe x
3. y et sin t cos t
4. y et sin t cos t
(nomor 1-4, gunakan aturan perkalian)
cos x
5. y
sin x
e 2t
6. y
t3 1
3x 2 2 x 9
7. y
x3 1
8. y ln( x2 1)
9. y sin 3 (3t 2)
1
10. y
t 1

INTEGRAL
Proses mengintegralkan suatu fungsi merupakan kebalikan turunan/derivatif. Suatu
d ( fx)
fungsi f(x) dapat kita turunkan menjadi : . Apabila kita ingin mencari suatu fungsi f(x)
dx
dari turunan/derivatif-nya, maka dinamakan : integral

Tabel I.2. Beberapa fungsi yangs sering digunakan beserta integral fungsi tersebut

Fungsi, f(x) f ( x)dx Fungsi, f(x) f ( x)dx


K, kx c tan ax ln | sec ax |
Konstanta c
a
xn xn 1 tan(ax b) ln | sec(ax b) |
c, n 1 c
n 1 a
ex e x c cos ec(ax b) 1
ln | co sec(ax b) cot(ax b) | c
a

x x s ec(ax b) 1
sin x cos x c 1 1 x
2 2
tan 1 c
a x a a
sin ax cos ax
c
a
sin(ax b) cos(ax b)
c
a
cos x sin x c
cos ax sin ax
c
a
cos(ax b) sin(ax b)
c
a
tan x ln | sec x | c

Contoh I.3
Temukan fungsi y jika :
(a) y ' 6 x
(b) y ' 4 x3
(c) y ' cos x x

jawab :
1. y 6 xdx
y 3x2 c , dengan c adalah suatu konstanta sembarang.
Perlu diingat, bahwa turunan dari suatu konstanta adalah nol.
2. y 4 x3dx
4
y x (3 1) , y x4 c
(3 1)
3. y (cos x x)dx
1 2
y sin x x c
2

Beberapa sifat pada operasi integral (sifat linearitas):


1. ( f g )dx fdx gdx
2. Afdx A fdx
Beberapa sifat trigonometri yang perlu diingat :
1. sin 2 t cos2 t 1
1 cos 2t
2. cos 2 t
2
1 cos 2t
3. sin 2 t
2
sin t
4. tan t
cos t
5. sin 2t 2sin t cos t
6. cos 2t 1 2sin 2 t 2cos 2 t 1 cos2 t sin 2 t
7. tan 2 t 1 sec2 t
8. 1 cot 2t co sec2 t
9. sin( A B) sin A cos B sin B cos A
10. cos( A B) cos A cos B sin A sin B
tan( A B)
11. tan( A B)
1 tan A tan B
12. 2sin A cos B sin( A B) sin( A B)
13. 2sin A sin B cos( A B) cos( A B)
14. 2cos A cos B cos( A B) cos( A B)

Latihan Soal I.3


Temukan fungsi y jika : 9. cos2 tdt
1. y sin(3x 2)
2. y 5.9 10. sin 2 tdt
3. y e 3t 11. xe2 x dx
1 et sin tdt
4. y 12.
x5
nomor 5 dst, gunakan sifat linear integral 13. (3x 1)5 dx
5. y 3t 2 t 2

sin x cos x 14. sin t cos 2 tdt


6. y 1
2 4
15. dx
7. y 7 cos ec( ) (5 x 7)
2
8. y 4cos(9x 2)
nomor 9 dst. Carilah :
II. Persamaan Diferensial Biasa
(Ordinary Differential Equations)

II. 1 Pengertian Persamaan Diferensial


Persamaan Diferensial/PD adalah persamaan yang di dalamnya berisi turunan
(derivative atau differential) satu atau lebih variabel. Persamaan diferensial orde 1 dengan y
sebagai variabel independent dan x sebagai variabel dependent ditulis secara matematis sebagai
dy
berikut : f ( x, y ) . Sedangkan persamaan diferensial dalam orde 2 ditulis secara matematis
dx
d2y dy
sebagai : 2
f ( x, y, ) dengan catatan, tidak semua variabel dari fungsi f harus muncul
dx dx
dalam persamaan. Contoh dari persamaan diferensial antara lain:
dy
(1) ex sin x
dx
(x adalah variabel independent, y adalah variabel dependent yang nilainya tergantung x)
(2) y" 2 y' y cos x
2 2
u u u
(3) 2 2
x y t
2
(4) 3x dx 2 ydy 0

II Pembentukan persamaan diferensial


Persamaan diferensial muncul ketika terjadi perubahan pada suatu besaran, yang biasanya
dinyatakan dalam suatu fungsi matematis. Contoh (1), (2), (3) dan (4 ) merupakan persamaan
diferensial yang secara matematis diekspresikan tanpa mengetahui latar belakang
pembentukan/terjadinya persamaan diferensial tersebut.
Contoh pembentukan persamaan diferensial dalam dunia riil adalah persamaan
differensial yang terbentuk dari suatu objek yang sedang bergerak. Dimisalkan objek tersebut
d2x dx
bergerak dengan karakteristik persamaan : 6 2 x 3t dengan :
dt 2 dt
x menyatakan jarak
d2x
(yaitu turunan kedua fungsi jarak) menyatakan percepatan, dan
dt 2
dx
(turunan pertama) menyatakan kecepatan.
dt
R VR
i
Vs +
C
- Vc

Gambar II.1 Suatu Rangkaian listrik dengan saklar

Berdasarkan hukum kirchof, jumlah tegangan pada loop tertutup dari suatu rangkaian listrik
adalah nol. Jika dituliskan : VS VR VC , atau VR VS VC .
Vs = tegangan sumber
Vc = tegangan pada kapasitor
VR = tegangan pada resistor

Berdasarkan hukum Ohm, arus yang mengalir pada resistor (pada rangkaian tertutup)
Vs Vc
dapat dicari dengan rumus : i .
R
dVc
Arus yang mengalir pada kapasitor adalah : i C .
dt
Oleh karena arus yang mengalir pada kapasitor = arus yang mengalir pada resistor, maka :
Vs Vc dVc
C .
R dt
dVc
Sehingga didapatkan : RC Vc Vs .Persamaan ini merupakan persamaan diferensial
dt
dengan Vc adalah variabel dependent, dan t merupakan variabel independent.
Lebih lanjut tentang aplikasi persamaan diferensial dalam bidang elektro, dapat dipelajari
di bagian akhir bab ini.

Orde Persamaan Diferensial


Orde persamaan diferensial adalah orde tertinggi dari turunan yang ada di dalam
persamaan diferensial tersebut.
dq q
R 3 , adalah persamaan diferensial orde pertama dalam q
dt C
d
sin( )
dt
x '' 4t 2 0 , adalah persamaan diferensial orde kedua dalam x
Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang melibatkan dua atau lebih
variabel independent. Contoh : persamaan diferensial parsial orde 1 dengan 2 variabel
y
independent : x1 dan x2 ditulis dalam bentuk : f ( x1, x 2, y) , dan bukan
x1
dy
f ( x1, x2, y ) .
dx1

Solusi Persamaan Diferensial


Solusi persamaan differensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan diferensial
yang dimaksudkan. Pada kedua kasus di atas adalah dimaksudkan untuk mencari nilai x(t) dan
q(t). Solusi persamaan differensial dapat berupa solusi analitis, dimana jawaban dari persamaan
differensial tersebut dapat dinyatakan dalam fungsi-fungsi dasar seperti et, sin t, cos t, dst. Tidak
semua persamaan diferensial dapat dicari solusinya secara analitis. Solusi persamaan differensial
dapat juga dicari dengan menggunakan metode numerik yang menghasilkan solusi dengan nilai
pendekatan.
dx
Contoh II.1: Tunjukkan bahwa x = t3 adalah solusi dari persamaan diferensial : 3t 2
dt
Jawab :
dx
Untuk membuktikan bahwa x = t3 adalah solusi dari persamaan diferensial 3t 2 , maka
dt
dx
substitusikan x = t3 kedalam persamaan 3t 2 .
dt
d (t 3 )
3t 2 , 3t 2 3t 2 , berlaku untuk semua nilai t, sehingga x = t3 adalah solusi dari
dt
dx
3t 2 .
dt
Contoh II.2 : Tunjukkan bahwa y t 2 3t 3.5 adalah solusi dari persamaan diferensial
y '' 3 y ' 2 y 2t 2 .
Jawab : y t 2 3t 3.5 , y ' 2t 3 , y '' 2 . Substistusikan ke dalam persamaan diferensial
y '' 3 y ' 2 y 2t 2 , sehingga :
2 3(2t 3) 2(t 2 3t 3.5) 2t 2
2t 6t 9 2t 2 6t 7 2t 2
2t 2 2t 2
Solusi ini berlaku untuk semua nilai t. Sehingga y t 2 3t 3.5 merupakan solusi dari
persamaan diferensial y '' 3 y ' 2 y 2t 2
Persamaan differensial dalam bidang teknik umumnya digunakan untuk memodelkan
sistem dinamis, yaitu sistem yang berubah terhadap waktu. Contoh dari beberapa sistem dinamis
antara lain:
1. Rangkaian listrik dengan arus/tegangan yang merupakan fungsi waktu.
2. Dalam produksi kimia, dimana tekanan, laju aliran, dst selalu berubah terhadap waktu.
3. Peralatan semikonduktor, dimana kerapatan hole dan elektron selalu berubah.

Masalah Nilai Awal dan Nilai Batas


Jika dalam suatu persamaan diferensial diberikan suatu kondisi tambahan dengan sebuah
nilai yang sama pada variabel independent-nya (baik fungsi maupun turunannya), maka dikatakan
bahwa persamaan diferensial tersebut sebagai masalah nilai-awal (initial-value problem). Jika
kondisi tambahan yang diberikan merupakan nilai yang berbeda pada variabel independent-nya,
maka dikatakan sebagai masalah nilai-batas (boundary-value problem).
Contoh II.3 :
Sebuah persamaan diferensial :
y 2y e x ; y( ) 1,y ( ) 2
merupakan bentuk initial-value problem, karena terdapat dua kondisi tambahan yaitu pada x
, dengan = 1 dan = 2.
Sedangkan pada persamaan diferensial :
y 2y e x ; y( 0 ) 1, y( 1 ) 1
merupakan bentuk boundary-value problem, karena dua kondisi tambahan diberikan pada nilai x
yang berbeda, yaitu pada x 0 and x 1 .

Latihan Soal II.1:


1. Tunjukkan bahwa : y 3sin 2 x adalah solusi dari persamaan diferensial :
d2y
4y 0
dx 2
dy
2. Jika y Ae2 x adalah solusi umum dari 2 y , carilah solusi khusus yang memenuhi
dx
y(0) = 3.
3. Identifikasi variabel dependent dan independent dari persamaan diferensial berikut ini.
Dan sebutkan orde persamaan diferensial tersebut!
d3y dy
(a) 3
5 cos x
dx dx
dy
(b) 9y 0
dx
dy d 2 y dy
(c) ( )( 2 ) 9 0
dx dx dx
2
III. Persamaan Diferensial Orde 1

Sebelum membahas persamaan diferensial orde tinggi, akan dibahas terlebih dahulu
persamaan diferensial orde 1.
Bentuk Sederhana
dy
Bentuk sederhana persamaan diferensial orde 1 adalah : f ( x) . Fungsi y dapat
dx
dicari dengan cara mengintegralkan f(x), yaitu : y f ( x)dx . Namun d, kebanyakan pada
demikian, persamaan diferensial yang dijumpai dalm soal umumnya tidak sesederhana itu
bentuknya..
Contoh III.1
dy
5sin 2 x . Untuk mencari fungsi y (x), persamaan tersebut diintegralkan :
dx
5
Maka y 5sin 2 xdx , y cos 2 x C
2

Pemisahan Variabel
dy
Jika persamaan diferensial memiliki bentuk : f ( x) g ( y ) , maka penyelesaian
dx
persamaan diferensial tersebut dapat dicari dengan metode pemisahan variabel, yaitu :
1
( y )dy f ( x)dx .
g
Berikut ini adalah contoh penyelesaian persamaan diferensial dengan metode pemisahan variabel.
Perhatikan bahwa variabel dikelompokkan sesuai dengan variabel sejenisnya, yaitu variabel x
dengan dx, variabel y dengan dy.
Contoh III.2
Temukan solusi persamaan diferensial berikut dengan metode pemisahan variabel :
dy x2
(a)
dx y

dy x2
(b)
dx y 1 x3

dy x
(c) , y(0) = 1
dx y
y2 x3 2x3
yd y x2 d x C y 2C , cukup ditulis:
2 3 3
2 x3
y C
3
dy x2 x2
(b) Persamaan diferensial menjadi ydy d x sehingga
dx y 1 x3 1 x3

x2 y2 1 2
yd y dx ln 1 x 3 C y ln 1 x 3 C'
1 x3 2 3 3
(c) Pisahkan variabel yang sama sehingga persamaan diferensialnya menjadi :

ydy xdx , integralkan kedua ruas :

1 2 1 2
ydy xdx y x c,
2 2
Kalikan kedua ruas dengan 2 sehingga menjadi : y 2 x 2 c ( seharusnya
adalah 2c, namun karena masih bersifat konstanta, cukup ditulis c saja). Untuk mencari
nilai c, substitusikan nilai y(0) = 1.
12 02 c , c 1
dy x
Sehingga solusi persamaan diferensial adalah : x2 y2 1
dx y
dm
(d) 2 m sin t , m(0) 4 . Pisahkan variabel yang sama sehingga :
dt
dm dm
2sin tdt , 2 sin t dt ,
m m
1 1
m 2 dm 2 sin t dt , 2m 2 2cos t c , m cos t c
2
oleh karena c = 3, maka m 3 cos t

Latihan Soal
dx
1. 10
dt
dy 2x
dx 3cos 2t 8sin 4t
5.
dt x2 x
dy 3sin t
6. , y(0) = 2
dt y
dy 6x2
7. , y(0) = 1
dx y
dy
8. x2 2 y2 yx
dx
dy
9. y sin x
dx
dx ( x 2 1)
10. temukan solusi umum dari persamaan diferensial : . Tentukan solusi
dt t
khusus yang memenuhi : x(0) = 5

Contoh Soal Cerita


Contoh III.3
Laju pertumbuhan penduduk suatu negara adalah 1,3 kali jumlah penduduk saat ini. Jika jumlah
penduduk saat ini adalah 80, berapakah jumlah penduduk setelah 100 minutes ?
Jawab :
Langkah 1 Pemodelan menjadi persamaan diferensial
dN
1.3N
dt
Langkah 2 Integralkan
dN
1.3dt , ln | N | 1.3t c
N

Langkah 3 Jadikan N sebagai subjek :


N e1.3t c

Langkah 4 Susun kembali persamaan N dengan konstanta yang bersangkutan:


N e1.3t ec , N Ae1.3t dengan A = ec
Langkah 5 Cari nilai konstanta :
80 Ae0 A 80 (didapat dari N(0) = 80)
Langkah 6 Temukan solusinya :
N 80e1.3 100 , N 2.298 1058 individu

Contoh III.4
dM dM
k (20 M ) , k dt
dt 20 M
ln | 20 M | kt c
Langkah 3 Jadikan M sebagai subjek :
ln | 20 M | kt c , 20 M ekt c , M 20 ekt c
Langkah 4 Susun kembali persamaan M dengan konstanta yang bersangkutan:
M 20 ekt e c , M 20 Aekt , dengan A = ec
Langkah 5 Cari nilai konstanta
Gunakan nilai kondisi awal : M(0) = 10, M(60) = 9.5
10 20 Ae0 A 10 ,
9.5 20 Ae , 10e60 k 10.5 , e60 k 1.05 ,
60 k

60k ln1.05 , k 0.000813


maka M 20 10e0.000813t

Langkah 6 Temukan solusinya :


M 20 10e0.000813t , M (120) 20 10e0.000813 120 ,
M (120) 8.975 kg

Contoh III.5
Jawab :
Laju pertumbuhan suatu kultur bakteri adalah sebanding (proporsional) dengan fungsi
eksponensial pangkat t, dengan t adalah waktu (dalam jam). Disebabkan karena pertumbuhan
bakteri yang sangat cepat, maka terjadi overcrowding, sehingga laju pertumbuhan bakteri juga
berbanding terbalik dengan pangkat empat dari jumlah bakteri saat itu. Lewat eksperimen
diketahui bahwa konstanta proporsionalnya adalah 1. Jika pada awalnya hanya terdapat 1
bakteria, berapa banyak bakteria dalam waktu 5 jam ?
Solusi :
dn et
pemodelan matematis : , n(0) 1 , ditanyakan : n(5) = ???
dt n4
4 cos 0 c 2 1 c
n5
n4 dn et d , n4 dn et dt , et c , n5 5et c
5
15 5e0 c 1 5 c
evaluasi nilai c :
c 4
5 t 5 t
n 5e 4, n 5e 4, n(5) 5
5e5 4
4
dy
5 xy 7x2 , P(x) = 5x
dx
Q(x) = 7x2
dy 2y 2
4e x , P(x) =
dx x x
Q(x) = 4e x

Metode Faktor Pengintegralan


Persamaan linear orde pertama dapat dicari solusinya dengan metode : faktor

dy
sehingga : Py Q , dengan P dan Q merupakan fungsi dengan variabel x.
dx
Pdx
e
. Ide dari penggunaan
faktor pengintegaralan ini adalah menjadikan persamaan diferensial tersebut bersifat eksak, yakni
dy d
sisi kiri persamaan diferensial Py Q dapat ditulis sebagai : ( y) Q( x) .
dx dx
d dy d
Ingat bahwa : ( y) y ( dari rumus (uv) ' u ' v uv ' ). Sehingga :
dx dx dx
dy dy d
Py y , disederhanakan menjadi :
dx dx dx
d
y Py
dx
d d
P, P
dx dx
Pdx
maka akan didapatkan : e
kembali ke persamaan diferensial mula-mula :
d
( y) Q( x) , y Qdx
dx
1
y Qdx

Contoh IV.1
dy y
Tentukan penyelesaian dari : 5 dengan faktor pengintegralan
dx x
Jawab :
dy y 1
15 2 5
y x C, y x C
x2 2

Latihan Soal :
d Pdx
1. Buktikan bahwa solusi dari persamaan diferensial P adalah : e .
dx
dy
2. 4 y 8, y (0) 1
dx
dx
3. 3x 8
dt
dy
4. y 2x 8
dx
dy
5. x y x3
dx

Persamaan Diferensial Eksak


Sebuah persamaan diferensial dengan bentuk :
M ( x, y)dx N ( x, y)dy 0
dinamakan persamaan diferensial eksak (exact differential equation) jika terdapat sebuah fungsi f
f f
sedemikian rupa sehingga M and N pada daerah tertentu. Oleh karenanya,
x y
f f
persamaan di atas dapat ditulis kembali menjadi : dx dy 0 . Solusi dari persamaan ini
x y
adalah f ( x, y) k , k adalah nilai konstanta tertentu.

f f
Apabila M ( x , y) dan N ( x, y) maka persamaan diferensial dalam bentuk
x y
M N
M ( x, y)dx N ( x, y)dy 0 dikatakan eksak jika dan hanya jika .
y x

Contoh IV.2
Buktikan bahwa persamaan diferensial berikut bersifat eksak dan tentukan solusi persamaan
diferensial tersebut :

(a) 9 x 2 y 1 dx 4y x dy 0
M
M ( x, y) 9x 2 y 1 1
y
N
N ( x , y) 4y x 1
x
oleh karenanya, persamaan diferensial tersebut eksak. Fungsi diferensialnya adalah :
f
9x 2 y 1 f ( x, y) 9x 2 y 1 dx 3x 3 xy x C1 ( y)
x
f
4y x f ( x, y) 2y2 x y C2 ( x )
y
dengan membandingkan kedua persamaan di atas maka didapatkan :
f ( x, y) 3x 3 xy x 2y2
Oleh karenanya, solusi umum persamaan diferensial tersebut adalah :
3x 3 xy x 2y2 k
(b) Untuk persamaan diferensial ini :
M
M ( x, y) e x sin y 2 y sin x e x cos y 2 sin x
y
N
N ( x, y) e x cos y 2 cos x e x cos y 2 sin x
x
adalah merupakan persamaan diferensial bersifat eksak. Fungsi diferensialnya adalah :
f
e x sin y 2 y sin x f ( x, y ) e x sin y 2 y cos x C1 ( y)
x
f
e x cos y 2 cos x f ( x, y ) e x sin y 2 y cos x C2 ( x)
y
dengan membandingkan kedua persamaan di atas maka didapatkan :
f ( x , y) e x sin y 2 y cos x
Oleh karenanya, solusi umum persamaan diferensial tersebut adalah :
e x sin y 2 y cos x k
1 M N
a. jika f ( x) , dengan f(x) adalah fungsi dalam x, maka faktor
N y x
f ( x ) dx
integralnya adalah : e
1 M N
b. jika g ( y) , dengan g(y) adalah fungsi dalam y, faktor integralnya
N y x
g ( y ) dy
adalah e

Contoh IV.3
Temukan faktor pengintegralan dari persamaan diferensial biasa berikut dan tentukan
solusinya :

3x 2 y 2 x y y 3 dx x2 y 2 dy 0

solusi:
M ( x, y ) 3 x 2 y 2 x y y3
M M
3x 2 2 x 3 y 2 dan 6x y 2 y
y x
N N
N ( x, y ) x2 y2 2 x dan 2y
x y

1 M N
terlihat bahwa 3 . Oleh karenanya, faktor pengintegralannya adalah :
N y x
exp 3d x e 3x sehingga persamaan diferensial-nya menjadi

e3 x 3x 2 y 2 x y y 3 dx e 3 x x 2 y 2 dy 0

fungsi diferensialnya adalah f ( x, y )

f
e 3 x 3x 2 y 2 x y y3
x

f y3
e 3x x 2 y2 f ( x, y ) e 3x x 2 y C ( x)
y 3
f 3x 3x 2 y3
e 2x y 3e x y C' ( x)
y3
f ( x, y ) e 3x x 2 y k
3
Contoh IV.3
Selesaikan : (2 xy 4e y 2 xy 3 y)dx ( x 2 y 4e y x 2 y 2 3x)dy 0
Jawab :
Kita periksa terlebih dahulu apakah persamaan diferensial tersebut bersifat eksak ataukah
tidak.
M
8xy 3e y 2 xy 4e y 6 xy 2 1
y
N
2 xy 4e y 2 xy 2 3
x
N
M
persamaannya tidak eksak karena . Selanjutnya dicari faktor integralnya :
x
y
M N
M N y x 4
8 xy 3e y 8 xy 2 4 , dan g ( y)
y x N y
dy
4
y 4ln y 1
maka faktor integralnya adalah : e e
y4
kalikan persamaan diferensial (2 xy 4e y 2 xy3 y)dx ( x 2 y 4e y x 2 y 2 3x)dy 0
1
dengan faktor integralnya, yaitu : , sehingga persamaan diferensialnya berbentuk :
y4
y x 1 x2 x
(2 xe 2 3
)dx ( x 2e y 3 ) 0 dan persamaan diferensial ini eksak.
y y y2 y3

x 1
Selanjutnya : ambil = Mdx (2 xe y 2 )dx
y y3
2 y x2 x
xe ( y)
y y3
x2 x
sehingga : x2e y 3 '( y) = N
y y2 y4
x2 x x2 x
x 2e y 3 '( y ) x 2 y
e 3 4
y2 y 4
y 2
y
sehingga '( y) 0 , maka ( y ) konstanta
oleh karenanya, solusi persamaan diferensial
(2 xy 4e y 2 xy 3 y )dx ( x2 y 4e y x2 y 2 3x)dy 0
V. Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial linear Orde 2
Persamaan diferensial linear orde 2 memiliki bentuk umum sebagai berikut : :
d2y dy
p ( x) 2
q( x ) r ( x ) y f ( x)
dx dx
dengan p( x), q( x), r ( x) dan f ( x) adalah fungsi dengan variabel x. Apabila f ( x) = 0, maka
persamaan diferensial ini dikatakan homogen. Sebaliknya, jika f ( x) 0 , maka dikatakan
sebagai persamaan diferensial linear tidak homogen orde 2.
d2y dy
p ( x) q ( x) r ( x) y 0 , homogen
dx2 dx
d2y dy
p ( x) 2 q( x ) r ( x) y sin x , tidak homogen
dx dx
contoh persamaan diferensial linear orde 2 antara lain :
2d2 y dy 1
x x y sin x
dx 2 dx x

Persamaan Diferensial Linear Homogen Orde 2 dengan Koefisien Konstan (Second Order
Homogeneous Linear Differential Equations With Constant Coefficients)

Orde 2 : pangkat tertinggi dari turunan (derivatif) yang terdapat pada persamaan diferensial :
d 2x
Contoh :
dt 2
d 2 x dx
Homogen : tiap elemen mengandung unsur : , ,x
dt 2 dt
d 2x dx x
Contoh : x 2
3 0 homogen
dt dt t
d 2x dx
2
3 t 3 tidak homogen
dt dt
d 2 x dx
Linear : tiap elemen persamaan mengandung setidaknya satu unsur : , , x dan tidak
dt 2 dt
2
dx d 2x
terdapat unsur : atau x 2 .
dt dt
Persamaan diferensial dikatakan linear jika :
2
eksponensial, dst.

dx
Contoh : 4t
dt
d 2x
4t
dt 2
d2x dx x
t 2 3 0 Linear, karena syarat (1),(2),(3) terpenuhi
dt dt t
2
d 2x dx x
t 2 3 0, Tidak linear karena menyalahi syarat (2)
dt dt t
d2y
2
y 2 0 , Tidak linear karena menyalahi syarat (1)
dx
dy
cos y 0 , Tidak linear karena menyalahi syarat (3)
dx
d 2 x dx
Koefisien Konstan : koefisien , , x adalah konstanta
dt 2 dt
Solusi Umum
Contoh dari persamaan diferensial linear homogen orde 2 dengan koefisien konstan antara lain :
d 2x dx d 2x
: 6x 0 , 4x 0 , dst
dt 2 dt dt 2

Berikut ini contoh dalam mencari solusi umum persamaan diferensial linear homogen orde 2
dengan koefisien konstan

Contoh V.1
Carilah solusi dari persamaan diferensial :
d 2x dx
2
4 3x 0 .
dt dt
Jawab :
dx d2x
Misalkan x Ce t , maka C e t , dan C 2e t

dt dt 2
2 t t t 2
Substitusikan sehingga menjadi : C e 4C e 3Ce 0, 4 3 0
2
Bentuk 4
3 0 merupakan persamaan karakteristik. Selanjutnya substitusikan
d 2x dx
x Ce t ke persaman 4 3x 0 menghasilkan persamaan 2 4 3 0 , dengan
d 2x dx
2
2 15 x 0
dt dt
dx d 2x
jawab : misalkan x Ce t , maka C e t , dan C 2e t

dt dt 2
2
C 2e t
2C e t
15 Ae t
0, 2 15 0
Didapatkan = 5, -3.
Solusi umum : x C1e5t C2e 3t

Catatan :
d 2x dx
2
4 3x 0 memiliki persamaan karakteristik 2 4 3 0
dt dt
2
d x dx
2
2 15 x 0 memiliki persamaan karakteristik 2 2 15 0
dt dt
2
d x 2 dx
jadi : 2
, , x 1
dt dt
d 2x dx 2
maka : 2
5 6x 0 5 6 0
dt dt

Akar-akar persamana karakteristik dapat memiliki 3 kemungkinan :


1. Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda
2. Akar-aknya adalah bilangan kompleks dan sama
3. Akar-akarnya adalah bilangan kompleks
4. Akar-aknya adalah bilangan riil dan sama

Latihan Soal :
Tuliskan persamaan karakteristik dari :
d 2x dx
(a) 2
3 x 0
dt dt
d 2 x dx
(b) 0
dt 2 dt
d2x
(c) 3x 0
dt 2

Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda


Jika akar persamaan karakteristik adalah dan , maka solusi dari persamaan diferensial
1. Tuliskan persamaan karakteristik dan cari nilai
2. Tuliskan solusi umum
3. Cari nilai konstanta dari solusi umum
Jawab :
(1) 2 4 3 0 ( 3)( 1) 0 3, 1
(2) x C1e 3t C2e t
(3) (i) x(0) 1 1 C1 C2
(ii) x 3C1e 3t C2e t , x (0) 0 0 3C1 C2
maka dicari nilai C1 dan C2 dari persamaan : 1 = C1 + C2 dan 0 = -3C1 -C2
C1 1 C2 , 0 3(1 C2 ) C2
3 1
C2 C1
2 , 2
2
d x dx 1 3t 3 t
sehingga solusi dari 2
4 3x 0, x(0) 1, x (0) 0 adalah x e e
dt dt 2 2
apabila digambar dalam grafik akan terlihat seperti gambar berikut :

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4
1 3t 3 t
Gambar. Grafik dari x e e
2 2

Contoh V.4
Temukan solusi dari persamaan diferensial :
d 2x dx
2
7 12 x 0 x(0) 1 x ( 0 ) 0
dt dt
Jawab :
2
(1) 7 12 0 ( 3)( 4) 0 3, 4
3t 4t
(2) x C1e C2e , x (0) 0 0 3C1 4C2
50

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
-50

-100

-150

-200

-250

-300

-350

-400

Gambar V.1 grafik fungsi x 4e3t 3e4t

Jika akar-akar persamaan karakteristik merupakan bilangan kompleks dan sama.


Jika akar persamaan karakteristik adalah , maka solusi dari persamaan diferensial tersebut
adalah : y C1 cos x C2 sin x
Perhatikan contoh soal berikut :
Contoh V.5
d2y
Tentukan solusi dari : 4y 0
dx 2
Jawab :
d2y
Persamaan karakteristik dari 4y 0 adalah :
dx 2
2 2
4 0, 4 , maka 2
oleh karenanya, solusi umum yang didapatkan adalah :
y C1e2 jx C2e 2 jx

berdasarkan sifat trigonometri :


e2 jx cos 2 x j sin 2x
e 2 jx cos 2 x j sin 2 x
maka didapatkan :
y C1 (cos 2 x j sin 2x) C2 (cos 2 x j sin 2 x)
jika C1 C2 A
C1 j C2 j B
maka : y A cos 2 x B sin 2 x

Jika akar-akar persamaan karakteristik merupakan bilangan kompleks


jawab :
Persamaan karakteristik : 2 2 4 0
Akar persamaan dicari dengan menggunakan rumus abc :
b b2 4ac
2a
2 22 4.1.4
2.1
2 4 16
, 1 3j
2
maka solusi umumnya adalah :
y e x ( A cos 3x B sin 3x)

Jika akar persamaan karakteristik berupa bilangan riil dan sama


maka solusi umumnya berbentuk : y x.e x

Contoh V.6
y '' 9 0
Persamaan karakteristik : 2 9 0 , 3
Solusi dari persamaan diferensial tersebut adalah : y x.e3 x

Latihan Soal
di 2 di 1
1. tentukan persamaan karakteristik dari : L 2 R i 0
dt dt C
2. tentukan solusi dari persamaan diferensial homogen orde 2 berikut :
d 2 y dy
a. 8y 0
dx 2 dx
d 2 y dy
b. 2y 0
dx 2 dx
d 2x
c . 2 16 x 0
dt
d 2 x 5dx
d. 6x 0
dt 2 dt
2
d y dy
e. y 0
dx 2 dx
jika f ( x) 0 , maka solusi khusus persamaan diferensial tersebut dicari dengan mencobanya
dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut : :

f(x) Solusi coba-coba


Konstanta Konstanta
Polinomial x dengan derajat n Polinomial x dengan derajat n
cos kx a cos kx b sin kx
sin kx a cos kx b sin kx
aekx ae kx

Solusi total merupakn penjumlahan dari solusi khusus dan solusi umum.
Solusi_total = Solusi_Umum + Solusi_Khusus

Contoh V.7
Carilah solusi dari persamaan diferensial :
d2y dy
2
6 8 y 3cos x
dx dx

(1). Mencari solusi umum


d2y dy 2
Persamaan karakteristik dari 2
6 8y 0 adalah : 6 8 0
dx dx
( 4)( 2) 0
1 2, 2 4
Sehingga solusi umumnya adalah : C1e 2 x C2e 4 x
(2) Mencari solusi khusus
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan solusi khusus :
1. Cari fungsi yang merupakan solusi khusus berdasarkan tabel
Berdasarkan tabel, maka solusi khusus dimisalkan adalqh fungsi :
y p ( x) a cos x b sin x
2. Cari turunan pertama dan kedua, kemudian substitusikan ke dalam persamaan
diferensial
Turunan pertamanya : y ' p ( x) a sin x b cos x
Turunan keduanya : y '' p ( x) a cos x b sin x
d2y dy
Selanjutnya substitusikan ke persamaan diferensial 2
6 8y 3cos x
dx dx
( y '' p ( x) a cos x b sin x ) 6( y ' p ( x) a sin x b cos x )+ (
Untuk koefisien sin x :
( b 6a 8b)sin x 0
( b 6a 8b) 0
(6a 7b) 0
21 18
Maka dapat dicari nilai a dan b, yaitu : a ,b
85 85
3. Substitusikan nilai konstanta yang didapat ke dalam solusi khusus persamaan
diferensial
Solusi khusus : y p ( x) a cos x b sin x adalah :
21 18
y p ( x) cos x sin x
85 85
solusi_total = Solusi_Umum + Solusi_Khusus
21 18
= C1e 2 x C2e 4 x + cos x sin x
85 85

Latihan Soal :
Temukan solusi khusus dari :
d2y dy
1. 2
6 8y x
dx dx

LATIHAN SOAL TERPADU


dy y
1. Tentukan solusi dari persamaan diferensial , dengan , , , adalah
dx y
konstanta.
2. Temukan solusi persamaan diferensial berikut dengan metode pemisahan variabel :
dy
(a) y 2 sin x 0
dx
3. Pergerakan suatu benda yang jatuh ke bumi memiliki persamaan :
dv
g bv
d t
Tentukan kecepatan benda tersebut pada waktu t, jika v(0) 0 .
4. Inti bahan radioaktif mengalami peluruhan dengan fungsi peluruhan :
dN
(c) buktikan bahwa fungsi yang diberikan merupakan solusi dari persamaan diferensial
tersebut :
dy
i. t y, y ct 4
dt
dy
ii. y t , y 2 t 2 c, y 0
dt
d2y dy
iii. t 2 t y 4, y 3t.e t 4
dt dt
2
d y dy
iv. 3 y 2 2 6 y( )2 2, y3 t 2
dt dt

6. Temukan solusi dari persamaan diferensial dengan kondisi awal berikut ini :
dy
a. 6t 0, y (1) 6
dt
dy
b. 5 y sin(12t ), y (0) 0
dt
dy
c. 3 y 0, y (0) 1
dt
dy
d. 4 y 4, y(0) 2
dt
1 dy
e. 6 y 3sin(5t ) 2cos(5t ), y(0) 0
2 dt
dy
f. 3 2 y e t , y (0) 3
dt
7. Temukan faktor pengintegralan dari persamaan diferensial biasa berikut dan tentukan
solusinya :
(a) y 2 dx xydy 0

(b) ( x 2 y 2 x)dx xy dy 0
8. Buktikan bahwa persamaan diferensial berikut bersifat eksak dan tentukan solusi dari
persamaan diferensial tersebut :
(a) ax by dx bx cy dy 0

(b) 2 x 2 y 2 x dy 2x y 2 2 y dx 0

Aplikasi Persamaan Diferensial Dalam Bidang Teknik Elektro


3. Tegangan pada kapasitor adalah sebanding dengan muatan elektrik pada kapasitor, yaitu q,
1
yang dirumuskan dengan : Vc .q , dengan C adalah kapasitansi kapasitor (dalam
C
satuan farad) dan muatan q dalam satuan coulombs.
4. Tegangan pada induktor sebanding dengan laju perubahan arus listrik yang mengalir
di
dalam satu satuan waktu. Dirumuskan sebagai : VL L , dengan L adalah induktansi
dt
induktor yang diukur dalam satuan : henri.

Gambar VI. Rangkaian RLC dalam loop tertutup.

Berdasarkan hukum II Kirchof (KVL II) :


di 1
L iR q v(t ) .
dt C
dq di d dq d 2q
Oleh karena i (t ) , maka: ( ) . Sehingga persamaan
dt dt dt dt dt 2
di 1 d 2q dq q
L iR q v(t ) menjadi : L 2 R v(t )
dt C dt dt c

Contoh VI.1
Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari komponen R, C, dan sumber tegangan sebagai berikut :
R VR
i
Vs +
C
- Vc

Jika pada saat t=0 switch tertutup, tegangan pada kapasitor adalah Vo, yaitu Vc (0) = Vo maka :
1. Buktikan bahwa persamaan diferensial yang terbentuk merupakan persamaan diferensial
linear orde pertama
2. Carilah solusi dari persamaan diferensial tersebut menggunakan metode faktor
Jawab :
1. berdasark hukum II Kirchof tentang tegangan : Vs(t ) VR Vc .
Arus yang mengalir pada resistor = arus yang mengalir pada kapasitor
Vs VR dVc
C , sehingga persamaan diferensial yang terbentuk adalah :
R dt
dVc
RC Vc Vs , yang dapat disederhanakan menjadi bentuk :
dt
dVc Vc Vs
(persamaan diferensial orde pertama linear)
dt RC RC

2. dari pembentukan persamaan diferensial di atas terlihat bahwa :


1 Vs
P= , Q= , sehingga faktor pengintegralan ( ) diberikan sebagai :
RC RC
1
Pdt Pdt dt
e , e , e RC

t
e RC

1
solusi dapat dicari dengan rumus : Vc Qdt , dengan Vs V cos t . Maka :
t
1 ( RC ) 1
Vc t
e V cos t
( RC )
RC
e
t
V ( RC )
Vc t
e cos t .
( RC )
RC.e
t
t
( RC ) R 2C 2e ( RC ) cos t
Sedangkan e cos t sin t + K. Maka :
R 2C 2 2 1 RC
t
t
V .R 2C 2e ( RC ) cos t ( RC )
Vc t
sin t + K. e
RC
RCe ( RC )
( R 2C 2 2
1)
t
VR C cos t ( RC )
Vc 2 2 2
sin t + K. e
(R C 1) RC

Dengan kondisi pada saat t=0, Vc = Vo, maka :


V
K Vo . Substitusikan nilai K ke persamaan sehingga :
(R C 2
2 2
1)
t
VR C cos t V ( RC )
Vc 2 2 2
sin t (Vo 2 2 2
)e
(R C 1) RC (R C 1)

3. Dengan mengganti Vo = 0, maka didapatkan :fungsi zero state- response nya adalah :
t
VR C cos t V ( RC )
Vc 2 2 2
sin t 2 2 2
e
(R C 1) RC (R C 1)
4. Dengan mengganti Vs = V = 0,maka dari persamaan diferensial
t
VR C cos t V ( RC )
Vc 2 2 2
sin t (Vo 2 2 2
)e didapatkan
(R C 1) RC (R C 1)
fungsi zero input- response nya adalah :
t
( RC )
Vc Vo.e
5. Terlihat bahwa solusi persamaan diferensial dari point (2) merupakan jumlah antara zero
state- response dan zero input- response
t
( RC ) VR C cos t V
Vtotal Vo.e +( Vc sin t )
( R C 2 2 1)
2
RC (R C 2
2 2
1)
yang merupakan solusi yang didapatkan dari (2), yaitu :
t
VR C cos t V ( RC )
Vc 2 2 2
sin t (Vo 2 2 2
)e
(R C 1) RC (R C 1)

Latihan soal :
t
t 2 2 ( RC )
( RC ) RCe cos t
1. Buktikan bahwa : e cos t sin t
R 2C 2 2 1 RC
Contoh VI.2
Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari R, L, n C tersusun paralel seperti pada gambar :

Is(t) R L C

Sumber arus adalah Is(t), arus yang mengalir adalah I, dengan persamaan :
L di d 2i
1. Persamaan diferensial bentuk apakah LC i is (t ) ?
R dt dt 2
d 2i L di
2. Carilah solusi untuk persamaan diferensial LC 2 i is (t )
dt R dt
3. Carilah zero input- response, yaitu kondisi pada saat is (t ) 0
di
4. Carilah zero state- response, yaitu saat i=0 dan 2 untuk t=0
dt
5. Tunjukkan bahwa solusi (1) merupakan penjumlahan antara zero input- response dan
zero state- response
jawab :
d 2i L di d 2i di
1. LC i is (t ) , i e 2t
dt 2 R dt dt 2 dt
2
persamaan karkteristik adalah : 1 0.
b b 2 4ac
Akar persamaan karkteristik adalah :
2a
1 12 4.1.1
,
2.1
1 3 1
, 3j
2 2
solusi umumnya oleh karenanya adalah :
t/2 3 3
i e ( A cos t B sin t)
2 2
solusi khusus dicari dengan mencoba-coba, oleh karena f(x) = e 2t , maka diandaikan
i e 2t , i ' 2 e 2t , i '' 4 e 2t , subtitusikan ke persamaan diferensial :
i " i ' 1 e 2t
4 e 2 t 2 e 2t + e 2t = e 2t

1
sehingga 3 1,
3
1 2t
sehinggs solusi khususnya adalah : i e
3
solusi keseluruhan =solusi umum + solusi khusus
t/2 3 3 1 2t
i e ( A cos t B sin t) + e
2 2 3
untuk mencari nilai konstanta A dan B, maka digunakan bantuan kondisi awal.
di t/2 3 3 3 3 1 t/2 3 3 2 t/2
e ( A sin t B cos t) e ( A cos t B sin t) e
dt 2 2 2 2 2 2 2 3
di
saat t=0, 2 , sehingga
dt
3 1 2
2 B A
2 2 3
3 1 2 2
2 B ( )
2 2 3 3
3
2 B 1
2
3
3 B
2
B 2 3
sehingga solusi lengkapnya adalah :
t /2 2 3 3 1 2t
i e ( cos t 2 3 sin t) + e
3 2 2 3

2. zero input- response, yaitu kondisi pada saat is (t ) 0


dari (1) telah didapatkan solusi umumnya, yaitu :
t /2 3 3
is (t ) e ( A cos t B sin t)
2 2
3. kerjakan
4. kerjakan

MATLAB
Solusi persamaan diferensial biasa linear

MatLab merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mencari solusi persamaan
diferensial secara mudah. Sintaks perintah yang digunakan untuk mencari persamaan diferensial
adalah perintah dsolve.

Sebagai contoh, persamaan diferensial orde 2 sebagai berikut :


y'' + y = cos(2x)
dengan kondisi y'(0) = 0 dan y(0) = 1,
dengan y'' = d2y/dx2 dan y' = dy/dx.
solusi tersebut dapat disederhanakan :

contoh 2 : cari solusi persamaan diferensial homogen linear orde 2 dengan koefisien konstan
berikut : y'' + 2y' + 5y = 0.
Jawab :

Apabila persamaan diferensial di atas berbentuk y'' + 2y' + 5y = -sin(x),dengan

apabila digambarkan/diplot :

0.8

0.6

0.4

0.2

-0.2

-0.4
5

-5

-10

-15

-20

-25

-30

-35

-40

-45
0 0.5 1 1.5 2

BAB 2. TRANSFORMASI LAPLACE


2.1 Pengertian Transformasi
2.1.1 Latar Belakang Penggunaan Transformasi
2.1.2 Contoh Sederhana Penggunaan Transformasi
2.2 Pengertian Transformasi Laplace dan inverse Transformasi Laplace
2.2.1 Latar Belakang Penggunaan Transformasi Laplace
2.2.2 Mengubah Persamaan Deferensial ke kawasan S
2.2.3 Transformasi Laplace Beberapa Fungsi Sederhana
2.3 Beberapa Sifat Transformasi Laplace
2.3.1 Linearitas
2.3.2 Pergeseran dalam s
2.3.3 Pergeseran dalam S dan inversenya
2.3.4 Konvolusi
2.3.5 Integrasi
2.3.6 perkalian dengan konstanta
2.3.7 scaling
2.4 Menyelesaikan Partial Fraction dari Transformasi Laplace
2.4.1. Metode Cover Up
2.4.2. Metode Substitusi
2.4.3. Metode Equate Coefficient
2.5 Transformasi Laplace Untuk Mencari Solusi Persamaan Deferensial Biasa
2.6 Contoh Soal & Aplikasi Transformasi Laplace
2.7 Menyelesaikan Transformasi Laplace Dengan Bantuan Matlab
BAB 2. TRANSFORMASI LAPLACE

2.1 Pengertian Transformasi


Transformasi adalah teknik atau formula matematis yang digunakan untuk
mengubah representasi persamaan matematika dari satu bentuk ke bentuk representasi
yang lain. Adanya transformasi mengharuskan juga adanya inverse transformasi, yang
melakukan hal yang sebaliknya.
2.1.1 Latar Belakang Penggunaan Transformasi
Transformasi diperlukan sebagai alat bantu untuk memecahkan persoalan
matematika yang rumit. Penggunaan transformasi dan inversenya dapat diilustrasikan
pada gambar di bawah ini.

Permasalahan Transformasi Solusi inverse Solusi permasalahan


dalam bentuk asal Transformasi Transformasi dalam bentuk asal

Gambar. Penggunaan Transformasi dan Inversenya

Terdapat beberapa tipe/jenis transformasi yang digunakan, tergantung pada


persamaan matematika yang ingin dicari penyelesaiannya. Beberapa contoh
transformasi yang digunakan dalam bidang teknik antara lain :
1. Transformasi Laplace
2. Transformasi Z
3. Trasnformasi Fourier
4. Trasnformasi Wavelet
5. DLL
Dalam hal ini, Transformasi Laplace digunakan untuk memecahkan Persamaan
Langkah pertama adalah mengubah/lakukan transformasi perhitungan 1234 x
5678 menjadi logaritma basis 10. Langkah ke dua adalah menyelesaikan kalkulasi
algoritmanya. Langkah terakhir adalah mencari inverse logaritma ( 10x ), sehingga hasil
akhir dari inverse logaritma ini adalah solusi dari 1234 x 5678. Apabila dikerjakan
menjadi :
Langkah ke-1. Ubah/transformasi ke logaritma basis 10
1234 x 5678 => Log (1234 x 5678)
Langkah ke-2. Selesaikan kalkulasi algoritma.
Log (1234) + Log (5678) = 3,0913 + 3,7542
= 6,8455
Langkah ke-3. Gunakan inverse transformasi untuk mencari solusi dari 1234 x 5678.
Dalam hal ini, inverse transformasinya adalah : 10 x, sehingga :
6,8455 => 10 6,8455
= 7.006.482
Dengan menggunakan kalkulator, didapatkan jawaban eksak dari 1234 x 5678 =
7.006.652. Tampak bahwa jawaban yang didapat dengan menggunakan transformasi
logaritma (dan inverse logaritma) mendekati jawaban eksaknya.
Perhitungan menggunakan transformasi Laplace dapat dilakukan secara
langsung melalui penggunaan formula/rumus transformasi, dan dengan menggunakan
bantuan tabel Tranformasi Laplace. Pada tabel telah dicantumkan Transformasi Laplace
dari bentuk-bentuk umum Persamaan Differensial Biasa yang sering digunakan.
Penggunaan tabel Transformasi Laplace ini memudahkan pencarian solusi, karena tidak
diperlukan kalkulasi Transformasi Laplace dengan menggunakan rumus transformasi.

2.2 Pengertian Transformasi Laplace


Transformasi Laplace Y (s) dari fungsi y(t), untuk t > 0 adalah :
Permasalahan Transformasi Solusi Inverse Solusi permasalahan
dalam kawasan Laplace Transformasi Transformasi dalam kawasan
waktu Laplace Laplace waktu

Gambar. Penggunaan Transformasi Laplace dan Inversenya

Rumus Tranformasi Laplace di atas, apabila digunakan secara langsung pada


permasalahan. maka akan seringkali dijumpai kesulitan dalam kalkulasinya, sehingga
dianjurkan untuk menggunakan bantuan tabel transformasi laplace. Penggunaan tabel
transformasi laplace menghindarkan dari rumitnya perhitungan transformasi.

2.2.1 Latar Belakang Penggunaan Transformasi Laplace


Adapun Latar belakang penggunaan Transformasi Laplace adalah :
1. Solusi Persamaan Diferensial Biasa Linear Homogen melibatkan bentuk
eksponensial yang relatif cukup sulit untuk dikerjakan
2. Transformasi Laplace dapat digunakan untuk mengubah persamaan diferensial
menjadi bentuk persamaan aljabar,sehingga mengurangi kerumitan penggunaan
bentuk eksponensial menjadi bentuk ekspresi persamaan aljabar
3. Solusi persamaan dalam bentuk aljabar dapat ditulis sebagai penjumlahan tiap-
tiap komponennya dengan tiap komponen merupakan Transformasi Laplace dari
bentuk eksponensial.

2.2.2 Mengubah Persamaan Diferensial ke kawasan S


Untuk melakukan transformasi laplace terhadap persamaan diferensial, maka
harus diingat terlebih dahulu bahwa :
st
jika u adalah e dan v adalah y, maka :
dy st dy de st
L e dt e st y ydt
dt 0 dt 0
0 dt

dy
L e st y se st ydt
dt 0
0

dy
L e st y s e st ydt
dt 0
0

Jika diasumsikan bahwa pada saat t grafik y(t) mengalami kenaikan cukup lambat
dibanding dengan grafik e st, maka e st y(t ) 0 untuk t

Sehingga : e st y 0 e0 y(0) y(0)


0

dy
Bentuk di atas dapat disederhanakan menjadi : L e st y s e st ydt
dt 0
0

dy
L y (0) sY ( s)
dt
Dari uraian di atas, maka Transformasi Laplace dari turunan pertama sebuah fungsi
dy dy
adalah : L sY ( s) y (0) atau L sL y(t ) y (0)
dt dt

Transformasi Laplace dari turunan kedua suatu fungsi juga dapat dicari dengan cara
yang sama.

d2y dy
L s 2Y ( s ) (0) sy (0)
dt 2 dt

Sedangkan transformasi Laplace dari turunan ke-n suatu fungsi adalah :

dny d n 1y dy
s nY ( s ) (0) sn 2
(0) s n 1 y (0)
dt n dt n 1 dt
jawab:
Langkah ke-1. Lakukan Transformasi Laplace

Y ( s) L y (t ) e st y (t )dt
0

d2y st d2y st
L y L 0 e y dt e 0 dt
dt 2 0
dt 2 0

st d2y
e dt e st ydt 0
0
dt 2 0

Gunakan secara langsung Transformasi Laplace untuk turunan kedua, maka didapatkan:
dy
s 2Y ( s) (0) sy (0) Y ( s) 0
dt
dy
susun kembali menjadi : s 2 1 Y ( s) (0) sy(0)
dt
Langkah ke-2. Cari Persamaan polinomial Y(s) dengan bantuan nilai awal
dy
y (0) 1, (0) 0
dt
s2 1 Y (s) 0 s

s
Y ( s) 2
s 1
Yang perlu diingat adalah bentuk L f (t ) F (s) merupakan Transformasi Laplace

dari fungsi f(t).

2.2.3 Transformasi Laplace Beberapa Fungsi Sederhana


berikut adalah transformasi Laplace dari beberapa fungsi
1 st 1 1 1 1
L t e st tdt e t e st dt L t 0 0 e st

0
s 0 s0 s s 0 s2

1
sehingga L t
s2
3. Transformasi Laplace fungsi y(t) = t n

1 st n 1 st n 1
L{t n } e st t n dt e t e nt dt
0
s 0 0
s

n
L{t n } 0 0 e st nt n 1dt
s0

n
L{t n } L{t n 1}
s
dengan cara yang sama :
n 1 n2
L{t n 1} L{t }
s
n 2
L{t n 2 } L{t n 3 }
s

1
L{t 1} L{t 0 }
s
n!
sehingga L{t n }
sn 1

4. Transformasi Laplace fungsi eksponensial, y(t) = eat

L{e at } e st eat dt e ( s a )t
dt
0 0

at ( s a )t 1 ( s a )t
1 i t 1 -i t 1 1 1 1
L cos t L e e L cos t
2 2 2s i 2s i
1 s i s i s
L cos t
2 s2 2
s2 2
s 2 2

s
sehingga L{cos t} 2 2
s

dengan cara yang sama, Transformasi Laplace dari fungsi sinus adalah :

L{sin t}
s2 2

Ringkasan Transformasi Laplace beberapa fungsi tersebut dapat ditulis dalam tabel berikut.

Tabel. Transformasi Laplace beberapa fungsi sederhana


Fungsi y(t) Transformasi Laplace Y(s)
C
y(t) = C s
1
y(t) = t s2
n!
y(t) = t n sn 1
1
y(t) = e at s a
s
y(t) = cos t s2 2

y(t) = sin t s2 2

2.3 Beberapa karakteristik Transformasi Laplace


maka L cf (t ) cF (s) dan L af (t ) bg (t ) aF ( s) bG( s)

2. Pergeseran dalam S

st
Jika F ( s) L f (t ) e f (t )dt
0

Maka L eat f (t ) e st eat f (t )dt e ( s a)t


f (t )dt F (s a) , sehingga
0 0

L eat f (t ) F (s a)

3. Pergeseran dalam S dan inversenya


Jika L eat f (t ) F (s a) , maka L 1 F (s a) eat L 1 F (s) eat f (t )

contoh 2. Gunakan sifat pergeseran dalam s untuk mecari Inverse Transformasi Laplace
1
dari :
(s a)2
1 1
jawab : F ( s a ) , F ( s)
( s a)2 s2

1 1
sehingga L 1 F ( s a) eat L 1 F (s ) , L1 eat L 1 eat t
(s a)2 s2

1
L1 eat t
( s a) 2
4. Teorema Konvolusi
Jika Transformasi Laplace dari fungsi f(t) dan g(t) adalah F(s) dan G(s), dengan

st
F ( s) L f (t ) e f (t )dt , G ( s) L g (t ) e st g (t )dt
0 0

Maka :
t
contoh 3: Gunakan teorema konvolusi untuk mencari inverse Transformasi Laplace
s
dari: 2
(s 1)2
s 1
jawab : F ( s) 2
, G( s) 2
, maka f (t ) cos t , dan g (t ) sin t
(s 1) (s 1)

gunakan teorema konvolusi :


t t
s
L 1 F ( s )G( s ) f (t ) g ( )d , maka L 1 cos(t )sin( )d
0
( s 2 1) 2 0

ekspansikan menjadi :
t
1 s
L cos(t )sin( )d
( s 2 1)2 0
t t
cos t cos sin d sin t sin sin d
0 0

s 1
Apabila diselesaikan menjadi : L 1 2 2
t sin t
(s 1) 2
5. Integrasi
t
st 1
Jika F ( s) L f (t ) e f (t )dt , maka L 1 F (s ) f ( )d
0
s 0

1
contoh 4: Gunakan teorema integrasi untuk mencari inverse dari :
s( s 1)
1 t
Jawab : F ( s) f (t ) e (dari tabel), maka :
( s 1)
t
1 1 t
L1 ) e d e
Differensial Biasa, Jadi, terlebih dahulu dipelajari bagaimana menggunakan partial
fraction sebelum memecahkan Persamaan Differensial Biasa.
Mengubah Fraction Menjadi Partial Fraction
Jika :
Q ( s) a1 a2 an
P( s ) (s 1 ) (s 2 ) (s n )
dengan P( s) ( s 1 )( s 2 ) (s n )
Maka terdapat 3 kemungkinan penyelesaian dari P(s)
a. P(s) akar-akarnya riil dan berbeda. Tuliskan masing-masing faktor P(s), dan
tambahkan koefisien yang sesuai (A, B, dst) pada bagian pembilang
Contoh :
s 1 A B
1. 2
s 4s 3 ( s 1) ( s 3)
1 A B
2.
(s 2)(s 1) ( s 2) (s 1)
Q( s ) a1
b. P(s) akar-akarnya riil dan sama, yaitu 1 2 n . Jika
P( s ) (s 1 )n
Maka uraikan menjadi :
Q(s) a1 a2 ak
2
P(s) (s 1 ) (s 1 ) (s k )
ak 1 an
(s k 1 ) (s n )
Contoh :
1 1 A B
2
s 6s 9 ( s 3)2 ( s 3) ( s 3) 2
c. Jika akar-akarnya merupakan bilangan pasangan bilangan kompleks

1 a bi, 2 a bi,
Dari pemecahan fraksi di atas, perlu dicari nilai dari koefisien A,B,C dan
seterusnya. Terdapat 3 cara untuk menyelesaikan parsial fraksi di atas, yaitu :
1. Cover up Rule
2. Substitusi
3. Equate coefficient
1. Metode Cover Up
Langkah penyelesaian parsial fraksi dengan Cover Up adalah :
a. Kalikan dengan s- i

b. i

1. Jika P(s) akar-akarnya riil dan berbeda.


s 1
contoh 5. Cari Parsial fraksi dari :
( s 1)( s 3)
jawab :
s 1 A B
( s 1)( s 3) ( s 1) ( s 3)
( s 1) B
( s 1) A ( s 1)
( s 3) ( s 3)
kalikan dengan (s-1), substitusikan s = 1,
2
s 1 A A 1
2
Selanjutnya kalikan dengan (s 3)
s 1 A B
( s 1)( s 3) ( s 1) ( s 3)
( s 1) A
s 3 ( s 3) B
( s 1) ( s 1)
substitusikan s = 3,
4
s 3 B B 2
Untuk mencari nilai A, kalikan persamaan di atas dengan s, dan subtitusikan nilai s = 0
1 A B
sehingga menjadi :
s( s 1) s (s 1)
1 B
s: A s
( s 1) ( s 1)
1
s 0: A 0 A 1
1
Untuk mencari nilai B, kalikan dengan (s + 1) dan subtitusikan nilai s = -1
1
( s 1) : (s 1) A B
s
1
s 1: 0 B B 1
1
Sehingga bentuk parsial fraksinya adalah :
1 1 1
s ( s 1) s (s 1)

2. Jika P(s) akar-akarnya riil dan sama


s 2 3s 4
contoh 7. Cari Parsial fraksi dari :
( s 1)3

s 2 3s 4 A B C
jawab : 3
=
( s 1) ( s 1) ( s 1) 2 ( s 1)3
untuk mencari nilai C, kalikan dengan (s + 1)3
s2 3s 4 A(s 1) 2 B(s 1) C , substitusikan s = -1
1 3 4 C, C 2
Untuk mencari nilai A dan B, digunakan metode substitusi. Ambil s = 0 dan subtitusikan
ke persamaan.
0 0 4 A B C
4 A B C . Subtitusikan C =2 sehingga
s 2 3s 4 1 1 2
=
( s 1) 3
( s 1) ( s 1) 2 ( s 1)3
3. Jika P(s) akar-akarnya kompleks
1
contoh 8. Cari parsial fraksi dari : 2
( s 2) ( s 2 1)
jawab : karena P(s) mengandung (s2 + 1), maka berikan koefisien Cs + D pada bagian
pembilang.
1 A B Cs D
( s 2) ( s 1) ( s 2) ( s 2) ( s 2 1)
2 2 2

1 Cs D
( s 2) 2 2
( s 2) A B ( s 2) 2 2
( s 1) ( s 1)
1
s 2 B B 15
(4 1)
1 A 1 Cs D
( s 2) ( s 1) ( s 2) 5( s 2) ( s 2 1)
2 2 2

Untuk mencari nilai koefisien yang lain (A,C dan D), maka digunakan metode substitusi
1 A Cs D 1
( s 2) ( s 2 1)
2
( s 2) 5( s 2) ( s 2 1) 2

1 A 1 D
s 0 2 2 2 2
(0 2) (0 1) (0 2) 5(0 2) (0 1)
2 A D 5 A 10 D 2
1 1 1
4 20

Untuk
1 A 1 C D
s 1
(1 2) (12 1)
2
(1 2) 5(1 2) 2
(12 1)
1
2 A 1
5
1
2 C 1
2 D 10 A 5C 5D 3
Untuk
1 A 1 3C D
s 3
(3 2) (32 1)
2
(3 2) 5(3 2) 2
(32 1)
1. Subtitusikan s = bi, dengan i = 1, 2, ..., n
2. pecahkan nilai a1, a2, ..., an
1 A B
Contoh 9. Cari nilai koefisien A dan B pada :
s( s 1) s (s 1)
jawab :
1 A B 1 1
Untuk s = 1, A B
2 1 2 2 2
1 A B 1 2
Untuk s = 2, A B
6 2 3 3 3
1 B
(kurangkan persamaan 1 dan 2 ), Maka didapatkan : B 1 A 1
6 6
maka
1 1 1
s( s 1) s ( s 1)

1 A B C
Contoh 10. Tentukan nilai koefisin A, B dan C pada : 2
s (s 1) s s2 ( s 1)
Jawab :
Gunakan aturan Cover Up
1 A B C
2
, kalikan dengan s2, dan subtitusikan nilai s = 0 sehingga
s ( s 1) s s2 (s 1)

1 Cs 2 1
As B B B 1
( s 1) ( s 1) (0 1)
untuk mendapatkan nilai C, kalikan dengan (s + 1)
1 A B C
2
substitusikan s = -1.
s ( s 1) s s2 (s 1)
1 A( s 1) B( s 1) 1
C C C 1
s2 s s2 ( 1)2
3. Metode Equate Coefficient
Langkah mengerjakan parsial fraksi dengan metode ini adalah :
1. Kalikan dengan P(s) dengan sehingga menjadi bentuk :
2. Samakan koefisien s di ruas kanan persamaan dengan di ruas kiri.

contoh 11. Gunakan metode equate coefficient untuk mencari nilai koefisien A dan B
1 A B
pada :
s( s 1) s (s 1)
jawab :
1. Kalikan dengan s(s + 1), 1 A(s 1) Bs
1 = As + Bs + A, => 1 = (A+B) s + A
2. Untuk koefisien s1 : A+B = 0
3. Untuk koefisien s0 : A = 1, sehingga B = -1

contoh 12. Gunakan metode equate coefficient untuk mencari nilai koefisien A, B dan
1 A Bs C
C pada :
( s 1)(s 2 1) ( s 1) ( s 2 1)
jawab :
1. kalikan dengan (s + 1)(s2 + 1), sehingga menjadi :
1 A(s 2 1) ( Bs C )(s 1)

1 ( A B) s 2 ( B C )s ( A C)
2. penyamaan koefisien s
untuk s2 => 0 = A + B,
untuk s1 => 0 = B + C,
untuk s0 => 1 = A + C
1 1 1
1 As 3 2 As 2 As 2 A Bs 2 B Cs 3 4Cs 2 4Cs Ds 2 4Ds 4D
1 ( A C ) s3 ( 2 A B 4C D)s 2 ( A 4C 4 D)s ( 2 A B 4 D)

s3 : A C 0
2
maka didapatkan : s : 2 A B 4C D 0
s : A 4C 4 D 0
1: 2 A B 4 D 1
apabila diselesaikan, didapat : A 4
25 ,B 1
5 ,C 4
25 ,D 3
25

2.5 Solusi Persamaan Differensial Biasa Menggunakan Transformasi Laplace


Persamaan Diffrensial Linear dengan bentuk :
dk y d2y dy
ak a2 a1 a0 y g (t )
dt k dt 2 dt
dapat diselesaikan dengan menggunakan transformasi laplace. Sebagai contoh, kita
dapat menyelesaikan persamaan diferensial :
d2y dy
1. 2 4 3y 0, y(0) 1, y (0) 0 2.
dt dt
d2y dy
2
4 4 y sin(t ), y(0) 1, y (0) 1 Pada
dt dt
contoh kasus 1 (Persamaan Differensial Linear Homogen), ubah persamaan diferensial
dengan transformasi laplace :

dk y d k 1y dy
L s kY (s ) (0) sk 2
(0) s k 1 y (0)
dt k dt k 1 dt

Yang juga dapat ditulis dalam bentuk :

dk y dy d k 1y
L s k Y (s ) s k 1 y (0) s k 2
(0) ... (0)
dt k dt dt k 1

untuk memudahkan dalam mengingatnya. Perlu dicermati bahwa pangkat dari s


menurun, sedangkan turunan y mengalami kenaikan. Selanjutnya, transformasikan ke
didapatkan :
s 4
( s 2 4s 3)Y ( s) s 4 Y ( s) 2
( s 4s 3)
s 4
Y ( s)
( s 1)( s 3)
s 4 A B
Dari bentuk ini, kita ubah bagian fraksinya : Y ( s) =
( s 1)( s 3) ( s 1) ( s 3)
(s 4) B( s 1) (1 4)
Kalikan dengan (s - 1) A , substitusi s = 1, A 0
( s 3) (s 3) (1 3)
3
A
2
kalikan dengan (s 3), substitusi s = 3, untuk mendapatkan koefisien B.
(s 4) A( s 3) (3 4) 1
B , s = 3, 0 B , maka B
(s 1) (s 1) (3 1) 2
sehingga parsial fraksinya menjadi:
3 1 1 1
Y ( s)
2 (s 1) 2 ( s 3)
untuk mencari solusi Persamaan Deferensial asal, ubah Y(s) dari kawasan s ke kawasan t
menggunakan inverse transformasi dengan bantuan tabel.
3 1 1 1
Y (s)
2 ( s 1) 2 ( s 3)
3 1 1 1
L 1 Y ( s) L1
2 ( s 1) 2 ( s 3)
3 1 1 1
L1 L1
2 ( s 1) 2 ( s 3)
3 t 1 3t
y (t ) e e
2 2
Pada contoh kasus ke-2 (Persamaan Diferensial Linear Tak Homogen) :
y (0) 1, y (0) 1

1
s 2Y (s ) 1 s 4sY ( s ) 4 4Y ( s ) 2
s 1
1
( s 2) 2 Y ( s ) 2
s 5
s 1
Sehingga bentuk Y(s) nya adalah :
1
( s 2) 2 Y ( s) 2
s 5
s 1
1 s 5
Y (s)
( s 2) ( s 2 1) 2
( s 2) 2
Gunakan partial fraction untuk mengubah Y (s)
1 s 5 A B Cs D E F
Y (s)
( s 2) ( s 2 1)
2
( s 2) 2 ( s 2) ( s 2) 2 ( s 2 1) ( s 2) ( s 2) 2
4 1 1 1 4s 3 s 5
Y ( s)
25 ( s 2) 5 ( s 2) 2 25( s 2 1) ( s 2) 2

4 1 1 1 4 s 3 1 1 1
Y ( s) 2 2 2
3 2
25 s 2 5 s 2 25 s 1 25 s 1 s 2 s 2
29 1 14 1 4 s 3 1
Y ( s) 2 2 2
25 s 2 15 s 2 25 s 1 25 s 1

Gunakan inverse transform untuk mendapatkan solusi akhir


29 1 14 1 4 s 3 1
Y ( s) 2 2 2
25 s 2 15 s 2 25 s 1 25 s 1

29 1 14 1 4 s 3 1
L 1 Y (s ) L1 2 2 2
25 s 2 15 s 2 25 s 1 25 s 1

29 1 1 14 1 1 4 1 s 3 1 1
L 1 Y (s ) L L 2
L 2
L 2
25 s 2 15 s 2 25 s 1 25 s 1
d2y dy
2 2y cos t y(0) 1, y '(0) 0
dt 2 dt

DAFTAR PUSTAKA

Ayres, Frank, JR,PhD, & Ault, JC, MSc, & Ratna, Lily, Dra. 1999: Persamaan Diferensial
dalam satuan SI metric (seri buku schaum, teori dan soal-soal). Erlangga, Jakarta.

Kartono. 1994. Penuntun Belajar Persamaan Diferensial. Cetakan pertama, Andi Offset,
Yogyakarta.

Spiegel, Murray, PhD. 1994. Matematika Lanjutan Untuk Para Insinyur Dan Ilmuwan.
(alih bahasa : Drs. Koko Martono). Cetakan ketiga. Erlangga, Jakarta.

Croft, Anthony & Davidson, Robert & Hargreaves, Martin. 2001. Engineering Mathematics,
A Foundation For Electronic, Electrical, Communication and Systems Engineers. Third
edition. Pearson, Addison-Wesley. UK.

Anda mungkin juga menyukai