Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Hukum Perlindungan Anak

Dasar hukum pelaksanaan perlindungan anak di Indonesia, mengacu kepada


peraturan perundang-undangan nasional dan internasional. Dasar hukum nasional yang
utama adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang
berisi antara lain tentang definisi anak, tujuan perlindungan anak, hak-hak anak,
kewajiban Negara, masyarakat dan keluarga.

Di samping Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, terkait dengan perlindungan


terhadap anak telah ditetapkan pula Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait pemidanaan terhadap
pornografi anak, dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

Upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan khusus untuk anak juga


tercakup dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,
yang merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007. Selanjutnya, RPJMN 2010-2014 menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam
menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana
pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN dijabarkan ke dalam Rencana Kerja

9
Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Lebih lanjut disebutkan dalam RPJMN 2010-2014 berbagai permasalahan dan


tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan anak sebagai berikut:

1. Meningkatkan akses terhadap layanan pemenuhan hak tumbuh kembang anak,


termasuk pengembangan anak usia dini yang holistik dan integratif.

2. Meningkatkan perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan anak. Masih lemahnya


kualitas dan kuantitas kelembagaan berperan dalam pencapaian pembangunan
perlindungan anak yang belum optimal yang ditunjukkan dengan: (a) masih
terdapatnya peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang tidak konsisten
dengan KHA dan Undang-Undang Perlindungan Anak yang berpotensi merugikan
dan menghambat pemenuhan hak-hak anak; dan (b) belum terbentuknya
kelembagaan perlindungan anak yang komprehensif dan menjangkau semua
wilayah, serta (3) masih lemahnya mekanisme pengawasan dan pendataan.

Kebijakan peningkatan perlindungan anak dalam RPJMN 2010-2014 diarahkan


untuk:

1. Peningkatan akses terhadap pelayanan yang berkualitas, peningkatan partisipasi


anak dalam pembangunan, dan upaya menciptakan lingkungan yang ramah anak
dalam rangka mendukung tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak;

2. Peningkatan perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi; dan

3. Peningkatan efektivitas kelembagaan perlindungan anak.

Tiga fokus prioritas dalam mencapai arah Kebijakan peningkatan perlindungan


anak tersebut, yaitu:

1. Peningkatan kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak, antara lain,
melalui peningkatan aksesibilitas dan kualitas program pengembangan anak usia

10
dini; peningkatan kualitas kesehatan anak; dan peningkatan pendidikan kesehatan
reproduksi bagi remaja.

2. Perlindungan anak dari segala bentuk tindak kekerasan dan diskriminasi, antara
lain melalui: peningkatan rehabilitasi dan pelindungan sosial anak; peningkatan
perlindungan bagi pekerja anak dan penghapusan pekerja terburuk anak; dan
peningkatan perlindungan bagi anak yang berhadapan dengan hukum.
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan anak, antara lain, melalui
penyusunan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait perlindungan
anak; peningkatan kapasitas pelaksana perlindungan anak; peningkatan
penyediaan data dan informasi perlindungan anak; dan peningkatan koordinasi
dan kemitraan antarpemangku kepentingan terkait pemenuhan hak-hak anak,
baik lokal, nasional, maupun internasional.

Landasan hukum internasional terkait dengan perlindungan anak yaitu Konvensi


tentang Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa
pada Tanggal 20 Nopember 1989. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan bahwa:

1. Anak-anak berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus.

2. Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan


alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama
anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan
sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul tanggung jawabnya
di dalam masyarakat.

3. Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang


penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya
dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian.

4. Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhmya untuk hidup


dalam suatu kehidupan individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat cita-
cita yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama

11
dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang rasa, kebebasan, persamaan
dan solidaritas.

5. Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak,


telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924
dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum pada
tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak
Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik
(terutama dalam pasal 23 dan pasal 24), dalam Kovenan Internasional tentang
Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (terutama pasal 10) dan dalam statuta-
statuta dan instrumen-instrumen yang relevan dari badan-badan khusus dan
organisasi-organisasi internasional yang memperhatikan kesejahteraan anak.

6. Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak Anak,
"anak, karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan
perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang tepat,
baik sebelum dan juga sesudah kelahiran".

7. Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan


Hukum yang berkenaan dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, dengan
Referensi Khusus untuk Meningkatkan Penempatan dan Pemakaian Secara
Nasional dan Internasional; Aturan Standard Minimum Perserikatan Bangsa-
Bangsa, untuk administrasi Peradilan Remaja (Aturan-aturan Beijing); dan
Deklarasi tentang Perlindungan Wanita dan Anak-anak dalam Keadaan Darurat
dan Konflik Bersenjata.

8. Mengakui pentingnya kerjasama internasional untuk memperbaiki penghidupan


anak-anak di setiap negara, terutama di negara-negara sedang berkembang.

12
2.2 Definisi Konsep Kajian
Berikut disajikan beberapa pengertian penting yang digunakan dalam kajian ini:

1. Pengertian Anak: Secara Umum dan Dalam Kajian


Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002, Anak adalah seseorang yang belum berusia
18 tahun. Namun dalam kajian ini, batasan anak khusus untuk analisis pendidikan
yaitu sampai usia 18 tahun atau kurang dari 19 tahun. Hal ini disesuaikan dengan
kelompok usia sekolah anak, yaitu SD 7-12 tahun, SLTP 13-15 tahun, dan SLTA 15-18
tahun.

2. Pengertian Perlindungan anak


Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002, perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pengertian ini hanya untuk memberikan gambaran saja, kajian ini lebih difokuskan
pada perlindungan khusus untuk anak.

3. Pengertian Perlindungan Khusus Untuk Anak


Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002, perlindungan khusus untuk anak adalah
perlindungan yang diberikan kepada anak dalam hal situasi darurat, berhadapan
dengan hukum, dari kelompok minoritas dan terisolasi, yang dieksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, yang diperdagangkan, yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza),
korban penculikan, penjualan, perdagangan, korban kekerasan baik fisik dan/atau
mental, yang menyandang cacat, dan korban perlakuan salah dan penelantaran.
Dalam kajian ini, pengertian perlindungan khusus untuk anak disesuaikan dengan
data yang tersedia. Sebagian besar indikator seperti anak korban kekerasan fisik
dan/atau mental, serta anak berhadapan dengan hukum tidak tersedia datanya secara
komprehensif dan berkesinambungan. Meskipun tersedia datanya, namun tersebar di
berbagai sektor dan cakupannya masih dianggap rendah.

13
4. Pengertian Indeks Tunggal
Pengertian indeks tunggal dalam kajian ini adalah indeks yang dibentuk berdasarkan
sebuah variabel sederhana dengan ukuran proporsi/persentase pada tingkat
wilayah/provinsi. Variabel proporsi/persentase tersebut ditranformasikan menjadi
indeks tunggal sedemikian sehingga pada tingkat nasional indeksnya = 100.
Indeks tunggal, rerata indikator masalah, dan rangkingnya: dibentuk berdasarkan
sebuah indikator tertentu, dan dapat untuk menunjukkan perbedaan relative antar
propinsi/wilayah yang diamati.
Rerata indicator masalah: menunjukkan data hasil analisis langsung dari data sampel.
Sedangkan indeks dan rangking dibentuk berdasarkan rerata indikator masalah.

5. Pengertian Indeks Keseteraan Gender atau Gender Equality Indexes (GEI) Anak
Dalam kajian ini Indeks Kesetaraan Gender terkait anak adalah suatu indeks komposit
pada tingkat provinsi dan nasional, yang dibentuk berdasarkan suatu himpunan
variabel sederhana dengan ukuran proporsi/persentase tertentu, dengan
memperhitungkan anak perempuan dan laki-laki.
Seperti dicantumkan dalam RPJMN 2010-2014 bahwa sasaran pengarusutamaan
gender adalah meningkatnya kesetaraan gender, yang ditandai dengan: (a)
meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik;
(b) meningkatnya persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat
penanganan pengaduan; dan (c) meningkatnya efektivitas kelembagaan PUG dalam
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan
program pembangunan yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah.

6. Pengertian Indeks Komposit


Pengertian indeks komposit dalam kajian ini adalah suatu indeks yang dibentuk
berdasarkan rerata indikator seratus-nol yang dapat bentuk dan dihitung/diukur
secara langsung berdasarkan data sebuah sampel. Dalam kajian data yang digunakan
adalah SUSENAS 2009. Indeks komposit disajikan pada tingkat provinsi dan nasional

14
yang dibentuk berdasarkan suatu himpunan variabel sederhana dengan ukuran
proporsi/persentase tertentu, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Sebuah Skor faktor atau variable latent dibentuk berdasarkan himpunan
variabel yang telah ditentukan dan disepakati, kemudian
b. Variabel latent tersebut di transformasikan menjadi indeks komposit
sedemikian sehingga indeks pada tingkat nasional = 100
Indeks komposit dalam kajian ini terdiri dari berbagai indeks komposit, yaitu indeks
komposit perlindungan khusus untuk anak, indeks komposit kualitas hidup anak, dan
indeks komposit kemiskinan anak. Indeks komposit dibentuk berdasarkan suatu
himpunan rerata indikator masalah.

7. Pengertian Indeks Perlindungan Khusus untuk Anak


Dalam kajian ini Indeks Perlindungan Khusus untuk anak adalah suatu indeks
komposit mengenai perlindungan berdasarkan gabungan dari beberapa indeks
ketenagakerjaan, kecacatan, kejahatan, usia kawin pertama, identitas dan pengasuhan
anak. Dalam kajian ini indeks perlindungan anak terdiri dari indeks komposit
kemiskinan anak dan indeks komposit perlindungan khusus untuk anak.

8. Pengertian Indeks Kemiskinan Anak


Dalam kajian ini Indeks Kemiskinan anak adalah suatu indeks komposit mengenai
kemiskinan anak berdasarkan pendidikan yang dicapai dan pekerjaan anak pada
tingkat provinsi dan nasional, yang dibentuk berdasarkan suatu himpunan variabel
sederhana dengan ukuran proporsi/persentase tertentu. Indeks ini digunakan untuk
melihat kemiskinan berkelanjutan yang dialami anak.

9. Pengertian Indeks Kualitas Hidup Anak


Dalam kajian ini Indeks Kualitas hidup anak adalah suatu indeks komposit mengenai
kualitas hidup anak pada tingkat provinsi dan nasional, yang dibentuk berdasarkan
Kesehatan, konsumsi, pendidikan, ekonomi, informasi, kepedulian orang tua, interaksi
sosial, dan perilaku merokok.

15
2.3 Pemetaan Indikator Perlindungan Anak

Penyusunan indeks komposit sudah dilakukan baik di dalam maupun di luar


negeri. Tujuan dari penyusunan indeks komposit tersebut beragam, dan paling banyak
menyangkut kualitas hidup. Beberapa contoh indeks komposit yang digunakan dalam
skala internasional yaitu Human Development Index / HDI atau dikenal dengan Indeks
Pembangunan Manusia / IPM. Indeks ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan suatu Negara.
Indeks lainnya yaitu Gender Development Index / GDI, yang berhubungan
dengan masalah gender. Serta indeks lainnya antara lain Well being Index, The Child
Welfare Index dan Child Developmental Welfare Index.
Beberapa indikator yang digunakan untuk melihat hak anak yaitu:
 Kebebasan menyatakan pendapat
 Memperoleh informasi
 Kemerdekaan berfikir, berhati nurani dan beribadah
 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul dengan damai dilindungi
kehidupan pribadi
 Anak dilibatkan dalam membuat keputusan
 Cinta kasih yang tulus,
 Melatih disiplin, kemandirian
 Pengembangan minat dan bakat melalui assesment

Sementara itu, anak juga harus terhindar dari hal-hal seperti berikut:
 Memaksa anak untuk melakukan kegiatan sesuatu yang tidak disukai oleh
anak. Misalnya anak tidak menyukai kegiatan “olah bakat”, namun dipaksa
untuk melakukannya.
 Menghukum / mempermalukan anak di depan orang lain karena tidak
menunjukkan kemajuan
 Mengintervensi anak terlalu banyak dalam melakukan aktivitasnya
sehingga membuat kreativitasnya menjadi terberangus

16
 Membanding-bandingkan kemampuan anak dengan teman– temannya
 Menggunakan ancaman, kekerasan dan otoritas sebagai orangtua supaya
dipatuhi anak
 Menuntut anak terlalu tinggi tanpa melihat kemampuan dan minat anak.
Seorang anak harus dijaga tumbuh kembangnya, dan harus dimaknai sebagai
berikut:
a. Terpenuhinya kesejahteraan rohani anak
b. Terciptanya tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembanganya dengan wajar secara jasmani dan
rohani.
Sementara itu anak juga mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
a. Menghormati orang tua, wali dan guru
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman
c. Mencintai tanah air bangsa dan negara
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan agamanya
e. Melaksanakan etika dan akhlak mulia
Sehubungan dengan itu, keluarga sangat berperan terutama dalam hal:
 Memberikan pemenuhan hak – hak anak antara lain :
1. Pendidikan Pengasuhan
2. Kesehatan
3. Kesejahteraan
4. Pemanfaatan waktu luang
5. Melakukan kegiatan budaya (satu nusa, satu bangsa)
6. Mencegah eksploitasi
Peran keluarga tersebut akan lebih bermakna jika didukung oleh pemerintah
dengan perannya sebagai berikut:
1. Melaksanakan regulasi yang menjamin terpenuhinya hak – hak anak
2. Memfasilitasi terpenuhinya hak-hak anak
3. Kebijakan dan program - program

17
Apabila keluarga dan pemerintah sudah berperan dengan baik, maka seharusnya
tidak ada lagi tindakan-tindakan seperti berikut:
1. Diskriminasi
2. Eksploitasi, ekonomi, seksual
3. Penelantaran
4. Kekejaman, kekerasan, penganiayaan dan ketidak adilan
5. Perlakuan salah
Lebih lanjut, anak juga harus dijaga untuk mempunyai rasa aman tidak hanya pada
segi fisik namun lebih bersifat psikis. Anak tidak merasa takut kepada orang tua, namun
justru mengangap orang tua sebagai orang yang paling mengerti dan memahami anak.
Orang tua harus mempunyai ketulusikhlasan, sehingga dapat memberi sejuta rasa aman
bagi anak yang pada akhirnya dapat terwujud tumbuh kembang anak seperti yang
diharapkan.
Kondisi seperti ini sangat baik untuk mendukung tumbuh kembang anak, dan
menurut WHO, anak yang tumbuh dan berkembang dengan baik dapat dilihat dari
kondisi fisik, mental, sosial dan intelektual yang baik, dan tidak sakit atau terganggu.
Beberapa indikator yang digunakan untuk melihat tumbuh kembang anak yaitu:
1. Fisiologis/Fisik-motorik
2. Psiko-emosional/rasa aman dan kasih sayang
3. Sosial budaya
4. Kognitif/pendidikan
Anak yang mempunyai tumbuh kembang yang baik juga perlu didukung oleh pola
asuh yang baik. Beberapa indikator untuk pola asuh anak sebagai berikut:
1. Orang tua yang lengkap
2. Single parent (orang tua tunggal)
3. Orang tua pengganti
4. Kualitas pengasuhan tergantung pendidikan, kematangan emosi, dan pengalaman
pengasuh.
Jadi anak harus mendapat asuh, asih, dan asah. Asuh dilihat dari pemenuhan:

18
 Kebutuhan fisik-biomedik: Gizi, Sandang, dan Papan
 Perawatan Kesehatan Dasar:
 Pengobatan cepat dan tepat
Asih dilihat dari indikator: kebutuhan emosi/kasih sayang. Kebutuhan kasih
sayang, emosi, perhatian, peduli, perlindungan orang tua dan anggota keluarga yang lain.
Asah dilihat dari indikator kebutuhan stimulasi mental. Kebutuhan akan stimulasi
dan pendidikan, BKB (Bina Keluarga Balita), Kelompok bermain, PAUD, TPA, Sekolah
(TK, SD, SMP,SMA).
Dalam hal perlindungan anak perlu juga diperhatikan anak dengan kondisi
kecacatan, baik cacat fisik, mental, tuna rungu, tuna netra, autism, gangguan emosi dan
sosial, gangguan kesulitan belajar dan konsentrasi, serta cacat kombinasi. Anak dengan
kecacatan ini bervariasi dari tingkat ringan, sedang dan berat.
Semua anak baik yang sehat maupun anak dengan kecacatan memerlukan
penanganan yang baik. Kebutuhan yang diperlukan menyangkut:

• Pemeriksaan yang tepat untuk diagnosa yang akurat

• Treatment/ rehabilitasi yang intensif

• Pendidikan & pelatihan lifeskills yang memadai

• Pendidikan terhadap orangtua untuk memahami kebutuhan khusus anak

A. Lesson Learned dari Indikator Komposit Perlindungan Khusus untuk Anak di Negara
Lain

Gambar berikut menyajikan alur implementasi mengenai hak-hak anak yang


dilihat dari berbagai dimensi. Visi yang ditunjukkan dalam gambar tersebut adalah
membentuk anak yang sehat, cerdas, ceria, berahlak mulia dan terlindungi.

19
Gambar 2.1 Alur Implementasi Hak-hak Anak

DIMENSI TUMBUH KEMBANG ANAK:


 Intellectual/ intelektual
 Interpersonal/ interaksi sosial
 Intrapersonal/ emosi pribadi-budi
pekerti
 Linguistic/ kemampuan berbahasa
 Spatial/ketrampilan
 Musical/ seni music
 Natural/ mencintai lingkungan alam
 Body kinaesthetic/Kesehatan Jasmani

II. Women Targets

CHILDREN TARGETED ISSUES:


III. Family and Neighborhood
- Akte kelahiran
- Infant morbidity and mortality rate
VISI:
- Under 5 years old morbidity and
mortality rate
Anak yang
IV. Hamlet and Village - Mendapatkan ASI Sehat, Ceria,
- Mendapatkan imunisasi Cerdas,
dasarlengkap Berakhlak
- Tereksploitasi Mulia, dan
V. Regency and Sub district Regional
- Pendidikan anak Terlindungi
- Perlakuan salah atas anak
- Anak yang berhadapan dengan
VI. Peraturan perundang-undangan hukum
serta instrument dan komitmen - Anak penyandang cacat
nasional & Internasional - Anak yang butuh orang tua
pengganti
- Anak kelompok minoritas
- Anak dengan HIV/AIDS
VII. Kerjasama yang Terintegrasi dan
Penguatan Kelembagaan

PRINSIP UMUM KONVENSI HAK ANAK:


 Non diskriminasi
 Berikan yang terbaik untuk anak
 Hak anak untuk hidup dan tumbuh
kembang secara optimal
 Hargai pendapat dan partisipasi anak

Berikut beberapa contoh indikator-indikator yang digunakan dalam membentuk


indeks komposit terkait dengan anak. Namun sangat sulit untuk menemukan contoh
indeks komposit perlindungan anak. Indikator ini merupakan indikator ideal, karena pada

20
kenyataannya sangat sulit untuk memperoleh data yang sekaligus memuat semua
indikator tersebut. Beberapa indikator tersebut antara lain menyangkut:
1. Akte Kelahiran;
2. Infant Morbidity and Mortality Rate;
3. Under 5 Years old Morbidity and Mortality Rate;
4. Mendapatkan ASI;
5. Mendapatkan imunisasi dasar lengkap;
6. Ter-eksploitasi;
7. Pendidikan anak;
8. Perlakuan salah atas anak;
9. Anak yang berhadapan dengan hukum;
10. Anak penyandang cacat;
11. Anak butuh orangtua pengganti (Adopsi, dll);
12. Anak kelompok minoritas;
13. Anak dengan HIV/AIDS.

Selanjutnya beberapa indikator yang digunakan dalam membentuk indeks


kesejahteraan anak dari berbagai Negara. Tapi tidak semua indikator tersebut dibuat
menjadi indeks komposit.
1. Amerika Serikat, Child Well Being Index, terdiri dari :
• Material well-being,
• Health,
• Safety/behavioral concerns,
• Productive activity (educational attainments),
• Place in community (participation in schooling or work institutions),
• Social relationships (with family and peers), and
• Emotional/spiritual well-being.

Secara rinci uraian dari masing-masing indikator disajikan pada tabel berikut.

21
Tabel 2.1 Indikator-indikator Child Well Being Index, Amerika

Material well being 1. Poverty Rate—All Families with Children


2. Secure Parental Employment Rate
3. Median Annual Income—All Families with Children
4. Rate of Children with Health Insurance

Social Relationships 1. Rate of Children in Families Headed by a Single Parent


Domains: 2. Rate of Children Who Have Moved
within the last year

Health domain: 1. Infant Mortality Rate


2. Low Birth Weight Rate
3. Mortality Rate, Ages 1-19
4. Rate of Children with Very Good or Excellent Heath (as reported
by their parents)
5. Rate of Children with Activity Limitations (as Reported by their
Parents)
6. Rate of Overweight Children and Adolescents, Ages 6-17

Safety/Behavioral 1. Teenage Birth Rate, Ages 10-17


Concerns Domains: 2. Rate of Violent Crime Victimization, Ages 12-17
3. Rate of Violent Crime Offenders, Ages 12-17
4. Rate of Cigarette Smoking, Grade 12
5. Rate of Alcoholic Drinking, Grade 12
6. Rate of Illicit Drug Use, Grade 12

Productivity 1. Reading Test Scores, Ages 9,13, 17


(Educational 2. Mathematics Test Scores, Ages 9, 13, 17
Attainments) Domain:

Place in Community 1. Rate of Preschool Enrollment, Ages 3-4


Domain: 2. Rate of Persons Who Have Received a
High School Diploma, Ages 18-24
3. Rate of Youths Not Working and Not in
School, Ages 16-19
4. Rate of Persons Who Have Received a
Bachelor’s Degree, Ages 25-29
5. Rate of Voting in Presidential Elections,
Ages 18-20

Emotional/Spiritual Suicide Rate, Ages 10-19


Well-Being 2. Rate of Weekly Religious Attendance, Grade 12
Domain: 3. Percent who Report Religion as Being Very Important,
Grade 12

2. Child Welfare Indices, karakteristik secara umum mencakup:


• Measure countries performance in promoting child welfare
• Cover the age period 0 to 14 yrs old

22
• Constructed using the 3 basic dimensions of human well-being in the HDI
• Each dimension represented by one or more indicators
• Dataset World Bank internal database
Secara rinci uraian dari masing-masing indikator disajikan pada Tabel 2.2 berikut.

Selanjutnya pada Tabel 2.3 disajikan penyempurnaan indeks dengan kemiskinan anak
sebagai suatu indikator dari CWI. Selain itu, mengganti GDP per kapita dengan
kemiskinan anak.

Tabel 2.2 Indikator-indikator The Child Welfare Index (CWI)

Index A Long and Healthy Life Knowledge Decent Standard of Living

Adult illiteracy rate


HDI Life expectancy at birth GDP per capita (PPP US$)
Gross enrolment rate

Gross primary and secondary GDP per capita (PPP US$)


CWI Under-five mortality rate
enrolment rate

Tabel 2.3 Penyempurnaan Indikator-indikator The Child Welfare Index (CWI)

Index A Long and Healthy Life Knowledge Decent Standard of Living

Adult illiteracy rate


HDI Life expectancy at birth GDP per capita (PPP US$)
Gross enrolment rate

Gross primary and secondary GDP per capita (PPP US$)


CWI Under-five mortality rate
enrolment rate

Gross primary/secondary
CWI Under-five mortality rate Child Poverty Rate
enrolment

3. The Child Development Welfare Indices, karakteristik secara umum mencakup dua
sub:

(1) The Early Child Welfare Index


(2) The School-aged Child Welfare Index

Secara rinci indikator–indikator yang digunakan sebagai berikut:

(1) The Early Child Welfare Index, terdiri dari tiga dimensi:

• Decent standard of living

23
• Long and healthy life
• Knowledge
Sementara untuk lima indikator, sebagai berikut:

• Adequate nutrition
• Survival by age 5
• Enrollment in ECD
• GDP per capita (better: % poverty)

(2) The School-Aged Child Welfare Index, terdiri dari beberapa indikator

Tiga indikator:

• Decent standard of living


• Long and healthy life
• Knowledge
Indikator lainnya, yaitu

• Survival by age 14
• Enrollment in secondary education
• GDP per capita (better: % poverty)

Secara ringkas, berbagai indikator yang telah digunakan oleh berbagai Negara lain.
Selain itu disajikan juga sumber dan pengukuran yang digunakan.

24
Tabel 2.4 Berbagai Indikator, Sumber dan Pengukuran yang Digunakan oleh
Berbagai Negara
NO Negara Indikator/ Domain/Variabel Measurement/Pengukuran Sumber Keterangan
I AFRIKA SELATAN a. Tipe Indik ator: Tidak ada pengukuran komposit Save the Children --> Dari masing-masing indikator
1 Child Status dalam artikel Monitoring Child Well terdapat isu-isu yang dijadikan
2 Neighbourhood & surrounding Being;A South dasar pengukurannya
3 environment
Surrounding environment African Rights-Based
4 Service Access Approach
5 Service Quality
b. Indik ator Inti :
1 Neighbourhood Published By HSRC,
2 Child Health 2007
3 Child and Adolescent Mental Health
4 Child Injury, Morbidity, and Mortality
5 Education
6 Early Childhood Development
7 Childhood Disability
8 Specific Difficulties of Learning
9 Street Children
10 Child Labour, Trafficking, And
11 Sexual Exploitation
Child Abuse and Neglect
12 Children in Statutory Care
13 Children in Conflict with the Law
14 Orphan and Children Made
Vulnerable by HIV/AIDS
II AMERIKA 1 Material well being The Index of Child Well Being The Foundation of Dari Setiap Domain terdapat
2 Health (Measurement tools) Child Development indikator-indikator yang menjadi
3 Safety/Behavioral concern report, 2004 dasar pengukurannya
4 Productive Activity (Educational
Attainment)
5 Place in Social Community
(Participacing in Shooling and work
institution)
6 Social Relationship (with family and
peers)
7 Emotional/spiritual Well Being
III IRLANDIA 1 Sociodemographic Tidak ada pengukuran komposit Department of Health Setiap Domain terdapat
2 Children Relationship:a) with Hanya kepentingan gambaran anak and Children Ireland indikatornya masing-masing
parents; b) with Peers di negara irlandia 2008
3 Children Outcomes: a) Education
Outcomes; b) Helath Otucomes; c)
4 Formal and Informal Support

NO Negara Indikator/ Domain/Variabel Measurement/Pengukuran Sumber Keterangan


IV Demographic and 1 Birth Registration Tidak ada pengukuran dalam artikel Mapping UNICEF : - Kumpulan indikator terkait
Health Surveys; 2 Child Labour Child Protection perlindungan anak yang disusun
Multiple Indicator 3 Child Marriage Indicator UNICEF
Cluster Surveys 4 Female Genital Mutilation/ Cutting Development and
* Several Countries 5 Child Diciplines (within the broader - Terdapat indikator perlindungan
increasing have the issue of violence againts children) anak sesuai kebutuhan beberapa
data base since negara
2007 6 Child Disability
7 Attitudes Towards Domestic
Violence
IV.1 Ecuador 1 child abuse Child Right Indices (CRI's) UNICEF; Dibagi kedalam 3 kelompok umur :
egypt 2 Adolescent Deaths due to homicide Tidak dikompositkan
Malaysia and suicide 1. 0-5 tahun
Mexico 3 Child Labour 2. 6-11 tahun
Peru 3. 12-18 tahun
Indonesia
IV.2 Bulgaria 1 Material Well Being Child Well Being Index (CWI) UNICEF; Terdapat 2 indikator yang terkait
Kyrgyzstan 2 Health and Safety Tidak dikompositkan dengan perlindungan anak
Kazakhstan 3 Educational Well Being
Russian Federation 4 Family and Peer relationship
5 Behaviour and Risk
6 Subjective Well-Being
IV.3 Vietnam 1 Child labour Child Poverty Index UNICEF; Dua Indeks termasuk dalam
2 Birth Registration Tidak dikompositkan bagian perlindungan anak
IV.4 Rwanda 1 Food and Nutrition Child Status Index (CSI) UNICEF; Pada Bagian Protection , outcome
2 Shelter and Care Tidak dikompositkan yang diharapkan :
3 Protection 1. Anak terlindungi dari kekerasan,
4 Health penelantaran, dan eksploitasi
5 Psychosocial
6 Education/Training and Performance 2. Anak terlindungi secara hukum
memiliki akses terhadap hukum

IV.5 India 1 Health and Nutrition Child Development Index UNICEF; Indikator perlindungan anak
Brazil 2 Cognitive Development Tidak dikompositkan tercermin dari :
Paraguay 3 Safety and Overall Child 1. Surat registrasi kelahiran
Environtment 2. Pekerja Anak
3. Safety and Overall Child
Development

25
B. Lesson Learned dari Indikator Komposit Perlindungan Khusus Anak yang pernah
Dilaksanakan di Indonesia

Indikator Kesejahteraan Anak yang pernah dilakukan di Indonesia, disajikan


dalam Laporan perkembangan kesejahteraan anak Indonesia tahun 1992/1993. Laporan
tersebut berisi mengenai:
– Kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungan anak
– Index komposit dengan komponen:
• Indikator inti
• Indikator sektoral

Indikator inti:
1. Angka kematian bayi
2. Angka kematian anak balita
3. Angka kelahiran total
4. Angka ketergantungan anak
5. Tingkat partisipasi anak bersekolah di pendidikan dasar
6. Persentase anak perempuan kawin di bawah umur
7. Tingkat partisipasi anak bekerja(10-14)
8. Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari
9. Rata-rata konsumsi protein perkapita sehari
10. Angka melek huruf penduduk umur 15+
11. Persentase pembagian pendapatan rumah tangga berpenghasilan rendah
12. Persentase anak balita dengan gizi baik

Indikator sektoral :
1. % persalinan yg ditolong oleh tenaga terdidik
2. Cakupan imunisasi
3. % anak(0-2) tahun yg diberi ASI 6 bulan+
4. Pola konsumsi rumah tangga (non makanan)

26
5. % rumah tangga dengan air bersih
6. % rumah tangga menggunakan jamban
7. % rumah tangga menggunakan radio
8. % penduduk yang bekerja di sektor pertanian
9. Ratio banyaknya murid per gur
10. Ratio banyaknya murid per kelas
11. Banyaknya sarana ibadah per 1000 anak
12. Angka putus sekolah
13. Angka perceraian wanita
14. % rumah tangga di bawah garis kemiskinan

Usulan Indikator
• Indikator Kesejahteraan Anak
• Indikator Kesejateraan Anak Usia Dini

Basis: HDI
• Kesehatan
• Pendidikan
• Ekonomi
• Perlindungan

Indikator Kesejahteraan Anak


Indikator kesehatan:
- Angka kematian anak
- Angka kematian AUD

27
Usulan Indikator kesejahteraan Anak, disajikan pada Tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Indikator dan Variabel untuk Kesejahteraan Anak

Indikator Variabel
Kesehatan Angka kematian bayi
Angka kematian AUD
BBLR
Status gizi
ASI
Angka kematian usia 0-18
Anak dengan kecacatan

Pendidikan Persen anak usia dini yang belajar di TK


Rata-rata lamanya pendidikan
Angka drop out SD
APS

Ekonomi Pendapatan(GDP/kapita)
Kemiskinan Anak

Perlindungan sosial Persen anak yang berada dalam keluarga dengan


orang tua tunggal(single parent)
Anak yang pindah domisili dalam 1 tahun terakhir
Persen anak yang berada dalam keluarga dengan
orang tua tunggal(single parent)
Anak yang pindah domisili dalam 1 tahun terakhir

Resiko Angka kelahiran pada perempuan <18 th


Persen anak pelaku dan korban kriminal
Persen anak merokok
Persen anak mengkonsumsi alkohol
Persen anak pengguna narkoba

Persen anak yang dilacurkan


Persen anak yang diperdagangkan
Persen anak yang bekerja dalam pekerjaan terburuk
anak
Anak jalanan

Lebih lanjut Indikator Kesejahteraan Anak yang pernah dilakukan di Indonesia,


disajikan pada Tabel 2.6 berikut.

28
Tabel 2.6. Berbagai Indikator, Sumber dan Pengukuran yang pernah Digunakan di
Indonesia

Berdasarkan hasil kajian literatur terhadap beberapa indikator yang digunakan


untuk kesejahteraan anak baik di dalam maupun di luar negeri, maka dapat disimpulkan
bahwa belum ada benchmarking internasional terkait indeks pembangunan anak.
Masing-masing Negara menggunakan indikator yang berbeda. Namun demikian, dalam
kajian ini diambil beberapa indikator yang relevan untuk membentuk indeks komposit
perlindungan khusus untuk anak dan indeks komposit kualitas hidup anak. Pengambilan

29
indikator-indikator untuk indeks komposit ini disesuaikan dengan ketersediaan data yang
ada. Data yang digunakan tersebut merupakan data yang memuat indikator yang
komprehensif, sampling frame sama, waktu pelaksanaan survey sama, dan dapat
digunakan secara berkesinambungan. Dengan demikian hasil perhitungan indeks
komposit perlindungan khusus untuk anak dan kualitas hidup anak dapat dibandingkan
dan dapat dilihat tren antar tahun atau periode tahun.

2.4 Kerangka Pikir Kajian

Berdasarkan hasil kajian literatur terhadap beberapa indikator yang digunakan


untuk kesejahteraan anak baik di dalam maupun di luar negeri, maka dapat dirumuskan
indikator-indikator yang dapat digunakan untuk membentuk indeks komposit
perlindungan khusus untuk anak dan indeks kualitas hidup anak. Indeks ini merupakan
suatu indeks komposit yang disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada. Data yang
digunakan merupakan data yang memuat indikator yang komprehensif dan dapat
digunakan secara berkesinambungan.
Indeks komposit perlindungan khusus untuk anak tidak disatukan perhitungannya
dengan indeks kualitas hidup anak untuk membentuk indeks perlindungan anak. Hal ini
dengan pertimbangan dari segi statistik bahwa indeks perlindungan khusus anak berbeda
arahnya dengan indeks kualitas hidup anak. Semakin tinggi nilai indeks perlindungan
khusus untuk anak, semakin tinggi masalah perlindungan khusus untuk anak. Sementara
semakin tinggi nilai kualitas hidup anak, semakin baik kualitasnya. Selain itu, indeks
kualitas hidup anak mencerminkan indikator yang melekat pada anak, sementara indeks
perlindungan khusus untuk anak menceminkan bahwa anak merupakan korban dari
tindakan orang lain. Misalnya dalam hal anak yang menjadi korban kejahatan.
Dalam kajian ini dibuat beberapa indeks komposit, yaitu indeks komposit
perlindungan khusus untuk anak dan indeks kualitas hidup anak. Perhitungan kedua
indeks tersebut dilakukan secara terpisah, dan tidak dibuat untuk membentuk suatu nilai
indeks. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan dari segi:

30
1. Statistik. Secara statistik, arah hubungan indeks perlindungan khusus untuk anak
berbeda dengan indeks kualitas hidup anak. Semakin tinggi nilai indeks perlindungan
khusus untuk anak, semakin tinggi masalah perlindungan khusus untuk anak.
Sementara semakin tinggi nilai kualitas hidup anak, semakin baik kualitasnya.
Meskipun dalam hal pemrograman kedua indeks tersebut bisa digabungkan, namun
tidak mudah dalam hal interpretasi hasilnya.
2. Indeks kualitas hidup anak lebih mencerminkan indikator yang melekat pada anak.
Sementara indeks perlindungan khusus untuk anak lebih mencerminkan bahwa anak
merupakan korban dari tindakan orang lain/orang dewasa. Misalnya dalam hal anak
yang menjadi korban kejahatan atau tindak kekerasan.
Sehubungan dengan itu, sebagai tahap awal kajian ini, digunakan data Susenas
2009. Data tersebut adalah data yang tersedia dan dapat digunakan sampai saat ini.
Pada Gambar 2.2, disajikan indikator untuk menyusun indeks komposit
perlindungan khusus untuk anak, yang terdiri dari kelompok indikator Ketenagakerjaan,
Kecacatan, Kejahatan, Usia Kawin Pertama, Identitas, dan Pengasuhan. Indikator
tersebut diperoleh dari KOR dan MODUL Susenas 2009 yang dianggap cocok untuk
membentuk indeks komposit perlindungan khusus untuk anak. Ada yang terbentuk dari
gabungan KOR dan MODUL, ada yang hanya diperoleh dari KOR saja atau MODUL saja.
Indikator yang digunakan untuk penyusunan indeks komposit perlindungan
khusus untuk anak lebih banyak diperoleh dari MODUL daripada KOR. Dari data KOR
hanya ketenagakerjaan, usia kawin pertama dan kejahatan.
Secara rinci kelompok indikator dengan masing-masing indikatornya sebagai
berikut:

1. Indikator Perlindungan Khusus Untuk Anak


a. Ketenagakerjaan (KOR):
• Jumlah jam kerja seminggu terakhir
• Jumlah hari kerja
b. Ketenagakerjaan (MODUL):
• Membantu orang tua menambah penghasilan

31
c. Kecacatan (Modul):
• Status kecatatan
• Rehabilitasi orang cacat
• Mengalami gangguan interaksi
d. Kejahatan (KOR) :
• Menjadi korban kejahatan setahun terakhir
e. Usia kawin pertama (KOR):
• Usia kawin pertama kurang dari 18 tahun
f. Identitas (MODUL)
• Kepemilikan Akte Kelahiran (Modul)
g. Pengasuhan: (MODUL):
• Bapak/Ibu kandung masih hidup
• Penitipan/pengasuhan anak.

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis Indeks Perlindungan Khusus Untuk Anak

KERANGKA TEORITIS INDEKS PERLINDUNGAN KHUSUS UNTUK ANAK

• Jumlah jam kerja, KETENAGAKERJAAN


KOR • Jumlah hari kerja,

• Menjadi korban kejahatan dalam


KOR setahun terakhir KECACATAN

KOR • Usia kawin pertama


INDEKS
KEJAHATAN
KOMPOSIT
• Membantu orang tua menambah PERLINDU
MODUL penghasilan
USIA KAWIN PERTAMA NGAN
• Status kecacatan
MODUL • Rehabilitasi orang cacat
KHUSUS
• Mengalami gangguan interaksi UNTUK
IDENTITAS
ANAK
MODUL • Kepemilikan Akte Kelahiran

• Bapak/Ibu kandung masih hidup


MODUL PENGASUHAN
• Penitipan anak

32
Sementara itu, indikator yang digunakan untuk membentuk indeks komposit
kualitas hidup anak terdiri dari kelompok indikator kesehatan, pendidikan, ekonomi dan
aktivitas. Beberapa indikator yang ada pada KOR juga ada pada MODUL, hanya berbeda
antara lain dalam hal periode waktu (lihat Tabel 3.1). Apabila indeks komposit yang akan
dibentuk setiap tahun, maka indikator yang digunakan lebih banyak berasal dari KOR
SUSENAS. Kelompok indikator yang digunakan untuk membentuk indeks komposit
kualitas hidup anak terdiri dari Kesehatan, Konsumsi Pangan, Pendidikan, Ekonomi,
Informasi, Kepedulian orang tua, interaksi sosial dan perilaku merokok (lihat Gambar
2.3). Meskipun demikian masih banyak indikator yang seharusnya masuk dalam indeks
kualitas hidup anak, namun tidak tersedia dalam data Susenas 2009, seperti informasi
status gizi anak, dan informasi mengenai penggunaan obat psikotropika, dan sebagainya.

Gambar 2.3. Kerangka Teoritis Indeks Kualitas Hidup Anak

KOR I
•Tidak mengalami Keluhan kesehatan
N
•Penolong persalinan
•Pemberian ASI D
1 •Pemberian Imunisasi dasr lengkap E
•Fasilitas sanitasiI K
KESEHATAN S
• Pendidikan pra sekolah K
2 • Masih sekolah O
• Ijazah yang dimiliki KONSUMSI PANGAN M
•Pengeluaran makanan P
3 •Pelayanan kesehatan gratis O
•RT mendapat BLT 2008/2009 S
PENDIDIKAN
4 • Akses internet I
T
• Bepergian untuk Olah raga,
Berlibur/rekreasi, kesehatan, K
5 EKONOMI U
keagamaan, mengunjungi teman,
pendidikan/pelatihan A
L
MODUL INFORMASI I
•Makanan pokok T
•Makan sayur A
1 •Makan buah
•Makan lauk protein tinggi KEPEDULIAN ORANG S
TUA H
•Keaksaraan fungsional
2 •Jalur pendidikan paket A dan B
I
INTERAKSI SOSIAL D
• Menonton TV U
3 • Baca surat kabar, dsb P
• Kegiatan bersama orang tua PERILAKU MEROKOK A
4
• Kegiatan sosial N
5 A
6 • Status Merokok K
19

33
Seperti halnya untuk Indeks Komposit Perlindungan Khusus untuk Anak, indeks
Komposit Kualitas Hidup Anak juga dibentuk dari gabungan beberapa indikator.
Indikator untuk menyusun Indeks Komposit Kualitas Hidup Anak lebih banyak tersedia
di data Susenas 2009 daripada indikator untuk menyusun indeks Perlindungan Khusus
untuk Anak. Secara rinci indikator yang digunakan dalam menyusun Indeks Kualitas
Hidup Anak sebagai berikut:

2. Indikator Kualitas Hidup Anak


a. Kesehatan (KOR):
• Tidak mengalami keluhan kesehatan
• Penolong Persalinan
• Pemberian ASI eksklusif
• Imunisasi Dasar lengkap
• Fasilitas sanitasi: air minum dan buang air besar
b. Konsumsi Pangan (Modul):
• Makanan: pokok, Sayur, Buah, dan Lauk berprotein tinggi
c. Pendidikan (KOR):
• Pendidikan Pra sekolah
• Partisipasi sekolah : masih sekolah
• Ijasah yang dimiliki
d. Pendidikan (Modul):
• Keaksaraan fungsional
• Jalur pendidikan paet A dan B
e. Ekonomi
• Pengeluaran makanan
• Mendapat pelayanan kesehatan gratis
• Mendapat BLT 2008/2009
f. Informasi: (KOR)
• Akses internet

34
g. Informasi: (MODUL)
• Menonton TV
• Membaca surat kabar, dan sebagainya
h. Kepedulian Orang tua (KOR):
• Bepergian dengan tujuan: berlibur/rekreasi, pendidikan, olah
raga/kesenian, kesehatan, kunjungi teman, keagamaan
i. Kepedulian Orang Tua (MODUL)
• Kegiatan bersama orang tua
j. Perilaku merokok:
• Status merokok (Modul)
k. Interaksi sosial (Modul)
• Kegiatan sosial kemasyarakatan: keagamaan, keterampilan, olah raga,
kesenian, arisan.

Sementara itu, indikator-indikator yang digunakan dalam menyusun Indeks


Kemiskinan Anak disajikan dalam Gambar 2.4. Indeks komposit ini merupakan indeks
komposit perlindungan khusus untuk anak, yang dilihat dari kelompok indikator
pendidikan dan ketenagakerjaan. Secara rinci indikator-indikator yang digunakan untuk
membentuk indeks kemiskinan anak sebagai berikut:

3. Indikator Kemiskinan Anak


a. Indeks Kemiskinan 1(KOR):
• Tidak tamat SD
• Usia 7-18 tahun
• Tidak sekolah lagi
b. Indeks Kemiskinan Anak 2 (KOR):
• Tamat SD
• Usia 13-18 tahun
• Tidak sekolah lagi

35
c. Indeks Kemiskinan Anak 2 (KOR):
• Tamat SLTP
• Usia 16-18 tahun
• Tidak sekolah lagi
d. Indeks Hari Kerja Masih Sekolah (KOR):
• Hari kerja
• Masih sekolah
e. Indeks Jam Kerja Masih Sekolah (KOR):
• Jam kerja
• Masih sekolah

Gambar 2.4. Kerangka Teoritis Indeks Kemiskinan Anak

KERANGKA TEORITIS INDEKS KEMISKINAN ANAK

• TIDAK TAMAT SD
• USIA 7-18 TAHUN IKM 1
KOR
• TIDAK SEKOLAH LAGI

• TAMAT SD
KOR • USIA 13-18 TAHUN IKM 2
• TIDAK SEKOLAH LAGI

• TAMAT SLTP INDEKS


KOR • 16-18 TAHUN IKM 3 KOMPOSIT
• TIDAK SEKOLAH LAGI KEMISKINAN
ANAK
• HARI KERJA
KOR IHK_MS
• MASIH SEKOLAH

• JAM KERJA
MODUL IJK_MS
• MASIH SEKOLAH

17

36

Anda mungkin juga menyukai