Bismillah Sukses UAS 2019 AMIN
Bismillah Sukses UAS 2019 AMIN
POLA I
• Sistem distribusi 20 KV fasa 3 (3 kawat)
• Pentanahan netral yang dihubung bintang dari trafo utama melalui tahanan tinggi (500 Ohm) dengan arus hubung singkat
maks. 25A.
• Konstruksi jaringan :
Saluran utama : kawat AAAC 150 mm2
Saluran cabang AAAC 70 mm2.
• Menggunakan sistem radial
• Sistem pengaman PMT/PMB(dilengkapi RECLOSER, GFR, OCR), SSO, FUSE.
• Pertama dikembangkan di PLN distribusi Jawa Timur.
POLA II
• Sistem Distribusi 20 kV fasa 3 (4 kawat)
• Pentanahan netral secara langsung (netral ditanahkan sepanjang jaringan dan kawat netral dipakai bersama untuk saluran
tegangan menengah dan saluran tegangan rendah dibawahnya).
• Konstruksi jaringan
Saluran udara
Saluran Utama : AAC 240 dan 150 mm2 (3 fasa//4 kawat)
Saluran Cabang : AAC 100 dan 55 mm2 (3 fasa//4 kawat)
Saluran kabel
• Menggunakan sistem radial
• Beban :
Fasa tiga 4 kawat : 20 / 11,6 kV
Fasa tunggal : 2 kawat 11,6 kV
• Sistem pengaman dengan PBO, PMT, SSO, FUSE.
• Pertama kali di PLN distribusi Jawa Tengah
POLA III
• Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat
• Pentanahan netral melalui tahanan rendah (dihubungkan secara bintang dari trafo utama) melalui tahanan 12 Ohm (arus
HS ke tanah maksimum 1000 A ) dan 40 Ohm (arus HS ke tanah maksimum 300 A) untuk sistem SUTM atau sistem
campuran
• Konstruksi jaringan saluran udara :
Saluran Utama : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat
Saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
• Menggunakan sistem radial
• Sistem pengaman (PMB/PMT, SSO, FUSE,)
• Pertama kali di PLN Jawa Barat dan DKI Jaya
2. Apa yang anda ketahui tentang Optimasi jaringan Distribusi dan beri penjelasan singkat!
Optimasi jaring distribusi adalah pengoperasian jaring distribusi yang paling menguntungkan, tetapi masih berada pada
sistem yang di tetapkan, yaitu :
1. Daya terpasang tidak berlebihan.
2. Beban tidak terlalu kecil.
3. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
4. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
5. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
6. Secara ekonomismenguntungkan.
7. Susut umur peralatan sesuai rencana.
3. Sebutkan batas toleransi tegangan yang diterapkan oleh PLN pada JTM & JTR, sebutkan cara-cara yang lazim
di tempuh (5cara) untuk menjaga tegangan tersebut dan jelaskan
Batas Toleransi Tegangan:
500 kV = +5% - 5%
150 kV = +5% - 10%
20 dan 70 kV = + 5% - 10%
5 Cara untuk menjaga tegangan
1. Menggunakan harmonic filter (kapasitor) untuk mengurangi tegangan harmonic
2. Mengurangi susut tegangan dengan cara memindahkan trafo ke dekat dengan beban/ dengan sisip trafo
3. Membersihkan isolator
4. Melakukan pembersihan ranting-ranting pohon pada jaringan
5. Memilih kabel yang sesuai yaitu kabel yang memiliki kabel yang memiliki penampang kecil
4. Apa yang dimaksud dengan manuver jaringan dan sebutkan peralatan yang digunakan
Manuver / Manipulasi jaringan adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan
akibat adanya gangguan / pekerjaan jaringan sehingga tetap tercapainya kondisi penyaluran tenaga listrik yang maksimal
atau dengan kata lain yang lebih sederhana adalah mengurangi dareah pemadaman.
1. Pemisah (Disconecting Switch)
Prinsip kerja : DS bekerja seperti switch. Bekerja secara interlock dengan PMT sehingga hanya dapat membuka setelah
PMT membuka, dan PMT hanya dapat menutup setelah DS menutup.
Fungsi: membuka dan menutup hubungan listrik dalam keadaan tidak berarus
2. Pemutus Beban (Load Break Switch)
Prinsip kerja: tidak dapat bekerja secara otomatis pada saat terjadi gangguan; hanya dapat dibuka / ditutup pada saat
manuver jaringan; pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Jenis-jenis pemutus beban:
a. Menurut cara kerjanya: pemutus beban optomatis, pemutus beban manual.
b. Menurut pemasangannya: pasangan gardu, pasangan luar.
c. Menurut penempatannya: pemutus beban untuk trafo distribusi
(biasanya dilengkapi juga dengan sekering sebagi pengaman trafo), pemutus beban untuk jaringan (beberapa gardu).
3. Pemutus Tenaga (PMT)
Prinsip kerja : dapat menghubungkan dan memutuskan ars listrik secara manual dan otomatis. Apabila ada gangguan
terdeteksi PMT menerima perintah (sinyal trip) dari relay untuk membuka
Fungsi: menghubung dan memutus hubungan listrik dalam kondisi normal, gangguan, dan manuver
4. Air Break Switch (ABSw)
Prinsip kerja : mirip seperti switch dan dikerjakan secara manual yang dilengkapi dengan peredam busur api berupa
hembusan udara
Fungsi : membuka dan menutup saat penambahan beban, pengurangan beban, dan pemisahan jaringan saat gangguan
5. Fuse Cut-Out ( FCO ) atau Cut- Out ( CO )
Prinsip kerja : ketika terjadi gangguan, maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan
atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke system
Fungsi : memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban untuk mengamankan jaringan / sistem dari arus hubung
singkat
6. Sectionalizer
Prinsip kerja: membuka saat keadaan tidak berarus, tetapi dalam keadaan mampu menutup rangkaian dalam keadaan
hubung singkat
Fungsi : untuk memisahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar pada saat gangguan permanen luas daerah yang
harus dibebaskan di sekitar gangguan sekecil mungkin
7. Recloser
Prinsip kerja : saat terjadi gangguan recloser akan membuka secara otomatis dan melakukan penutupan balik sesuai
setting waktunya, hingga lockout jika ada gangguan permanen
Fungsi : memutus dan menghubung listrik saat gangguan dengan counter
8. Automatic Vacum Switch ( AVS )
Pengoperasiannya hampir sama dengan Sectionalizer, perbedaannya hanya pada peraltan deteksi yang menyebabkan
terbukanya alat-hubungnya, yaitu berdasarkan tegangan.
5. Gambarkan sistem jaringan tegangan menengah dengan konfigurasi spindle dengan 4 penyulang (tiap penyulang
terpasang 7 Gardu Distribusi) dan 1 penyulang express!
6. Dari gambar soal No.5 buatlah simulasi terjadi gangguan pada GD 3, penyulang 2, jelaskan bagaimana cara
mengetahui lokasi gangguan tersebut!
Melalui layar monitor Operator / Pengatur Distribusi dapat melihat spindle mana yang mengalami gangguan, yaitu yang
PMT nya trip, dalam hal ini berarti PMT B1 trip. Apabila terjadi gangguan dalam jaringan spindle maka alarm pada Ruang
Pengatur Distribusi akan berbunyi. Selanjutnya pada setiap GD terdapat lampu indikator gangguan yang serupa jika lampu
indicator menyala hal ini berarti gangguan terjadi dibelakang GD tempat indicator dipasang. Dalam hal ini, lampu indicator
yang menyala adalah lampu di GD 2. Setelah hal ini diketahui, bahwa gangguan terjadi di GD 3, maka langkah selanjutnya
adalah :
1. Membuka PMS no. B5
2. Membuka PMS no. B6
3. Menutup PMT no. B1
4. Menutup PMT no. B2
Empat langkah tersebut di atas dilakukan secara telekontrol sehingga memerlukan waktu yang relative cepat dibandingkan
apabila dilakukan secara manual. Pada umumnya GH tidak dijaga, sehingga apabila tidak ada fasilitas terkontrol melalui
komputer, untuk melakukan empat langkah tersebut di atas harus dikirim petugas ke GH untuk menutup PMT no. B2 yang
dilengkapi peralatan telekomunikasi (radio transceivery), agar dapat berkomunikasi dengan Operator/Pengatur Distribusi
dalam melaksanakan empat langkah tersebut di atas. Setelah empat langkah selesai dilakukan, maka bagian penyulang
GD1 – GD 2 dan G4 – G7 dapat teraliri arus listrik kembali.
7. Jelaskan tentang Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Dalam, mulai dari persiapan, pemadaman untuk
pemeliharaan (sebutkan peralatan apa saja yang perlu dipelihara) sampai dengan menghidupkan kembali?
Jawaban disertai gambar dan penjelasan singkat single line diagram dari SUTM s/d in coming, out going, dan
metering kubikel.