Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH METODIK KIMIA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED


HEAD TOGETHER (NHT), TEAMS-GAMES-TOURNAMENT
(TGT), GROUP INVESTIGATION (GI)

OLEH KELOMPOK 4 :

FAISAL (161051601001)
ALIM AL AYUBI SYAM (161051601007)
WUSMAL TENRISENNA (161051601024)

PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 1916, John Dewey yang mengajar di Universitas Chicago
menetapkan konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin
masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium yang berfungsi
untuk belajar tentang kehidupan nyata. Senada dengan hal itu, Herbert Thelar
(1954-1969) mengemukakan bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau
miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar
pribadi. Selanjutnya muncul David Johnson & Roger Johnson (1994), mereka
adalah pencetus teori unggul tentang pembelajaran kooperatif dengan memberikan
pelajaran berdasarkan pengalaman.
Model cooperative learning beranjak dari dasar pemikiran getting better
together yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan
suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat
bagi kehidupannya di masyarakat.
Teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model
pembelajaran kooperatif yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan
dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi
dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial
memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
Vygotsky menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain. Dukungan teori Vygotsky terhadap model
pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif.
Menurut Anita Lie (dalam Suprijono,2012: 56) model pembelajaran ini didasarkan
pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwis, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain,
kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan
hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan
kehidpan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada
pengetahuan yang disebut Piaget sebagai pengetahuan sosial.

1
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendikusikan masalah
tersebut dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Sekali lagi, penekanan
pada hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk
memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling mengemukakan dan menantang
minskonsepsi-minskonsepsi di antara mereka sendiri merupakan unsur kunci dari
konsepsi Piaget dan Vigotsky tentang perubahan kognitif.
Melalui model cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan
menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan
bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk
membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan model cooperative
learning ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal
dalam suasana belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai
6 orang siswa.
Ada banyak tipe-tipe model pembelajaran kooperatif, antara lain : Student-
Teams-Archievment-Division (STAD), Team- Assisted-Individualization (TAI),
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Group Investigation
(GI), JIGSAW, Numbered Head Together (NHT), Teams-Games-Tournament
(TGT), Group Investigation (GI), dan sebagainya. Pada makalah ini, kami akan
membahas model pembelajaran NHT, TGT, dan GI

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)?
2. Apa itu model pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)?
3. Apa itu model pembelajaran Group Investigation (GI)?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami model-model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, TGT, dan GI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan


adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

1. MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD


TOGETHER (NHT)
A. Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang menggunakan angka yang diletakkan diatas kepala dengan tujuan untuk
memudahkan guru dalam mengeksplor aktifitas siswa dalam mencari, mengolah,
dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan
di depan kelas. Strategi ini pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1992 dalam Suprijono (2009:92)
Dalam Triyanto (2007:62) Numbered head together atau penomoran
berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran.
Menurut Arends (2008:15) pembelajaran kooperatif tipe numbered head
togetherini menggunakan pendekatan struktural yang telah dikembangkan oleh
spencer kagan (1992), yang menekankan penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa yang dimaksudkan sebagai
alternatif untuk struktur kelas tradisional, seperti resitasi, yaitu guru mengajukan

3
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan dipanggil namanya. Struktur Kagan mengharuskan
siswa untuk bekerja secara interindependen (saling bergantung) dikelompok-
kelompok kecil dan ditandai oleh reward kooperatif dan bukan reward
individual.
Berdasarkan pengertian diatas, model pembelajaran NHT (numbered head
together) yaitu, pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para
siswa untuk saling berinteraksi serta berfikir bersama, sehingga setiap siswa
dapat aktif dalam penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada
kepala masing-masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk
mengeksplor aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dapat dpresentasikan di depan
kelas.

B. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Menurut Kagen dalam Arends (2008) guru menggunakan empat fase
sebagai sintaks NHT sebagai berikut :
Fase-fase Perilaku Guru Perilaku Siswa
Fase 1. Guru membagi siswa Setiap siswa dalam tim
Penomoran menjadi mempunyai nomor
(Numbering) beberapa kelompok atau berbeda-beda,sesuai
tim yang beranggotakan dengan jumlah siswa di
3-5 orang dan memberi dalam kelompok.
siswa nomor
Fase 2. Guru mengajukan Siswa menyimak dan
Pengajuan Pertanyaan pertanyaan kepada siswa menjawab pertanyaan
(Questioning) sesuai dengan materi
yang sedang dipelajari
yang bervariasi dari
yang spesifik hingga
bersifat umum dan
dengan tingkat kesulitan
yang bervariasi.
Fase3. Guru memberikan Siswa berpikir bersama
Berpikir Bersama bimbingan bagi untuk menemukan
(Heads Together) kelompok siswa yang jawaban dan
membutuhkan. menjelaskan jawaban

4
kepada anggota dalam
timnya sehingga semua
anggota mengetahui
jawaban dari masing-
masing pertanyaan.
Fase 4. - Guru menyebut -Setiap siswa dari tiap
Pemberian Jawaban salah satu nomor kelompok yang
(Answering) tertentu . bernomor sama
mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas

- Guru secara random Siswa yang nomornya


memilih kelompok disebut guru dari
yang harus kelompok tersebut
menjawab mengangkat tangan dan
pertanyan tersebut berdiri untuk menjawab
pertanyaan

Dari sintaks diatas kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:29)


menjadi enam langkah yaitu:

Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok


Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes
awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

5
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah


Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat
umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban


Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan


Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.

C. Prinsip Reaksi

Prinsip Reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana


seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana
seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka.
Dalam pembelajaran menggunakan model NHT pada mulanya guru sekilas
memberikan materi awal, misalnya tentang periode dan golongan berdasarkan
elektron valensi, guru memberikan LKS kepada semua kelompok yang sudah
ditentukan untuk didiskusikan.
Dalam kegiatan diskusi guru berkeliling dan memberikan bantuan kepada
kelompok dalam menyatukan berbagai pendapat yang ada dari masing-masing anak

6
didalam kelompok tersebut. Ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti
oleh kelompok tersebut.
Guru memancing pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang
spesifik agar perhatian siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada
anggota kelompok agar tetap aktif.
Guru menunjuk salah satu nomor siswa utnuk menjawab pertanyaan di kelas.

D. Sistem sosial

Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model
tersebut. Suatu tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam
proses pembelajaran. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan
guru dengan peserta didik.
Aturan dalam pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana
dalam pembentukan kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang
memiliki nomor 1-8 menjadi satu kelompok dan begitu seterusnya.
Siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya, mengajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan.

E. Sistem Pendukung
Bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan dan disampaikan
oleh guru yaitu tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai
penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.
Media Belajar
Untuk memudahkan siswa agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Disini guru menggunakan media visual(gambar) dengan menggunakan PPT
yang diproyeksikan oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodivikasi.

F. Dampak Instruksional

7
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan.
• Peningkatan aktivitas siswa
• Peningkatan hasil belajar siswa.

G. Dampak Pengiring
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainya yang dihasilkan oleh suatu proses
belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langung
oleh siswa tanpa mengarah langsung dari pengajar. Dampak Pengiring setelah
mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Meningkatkan kerja sama guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
lainnya, sehingga dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam proses
belajar mengajar. • Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama
kelompok dan persaingan sehat antar kelompok.
• Siswa belajar menerima pendapat orang lain.
• Siswa berani mengungkapkan pendapat dimuka umum.
• Mengembangkan pengendalian emosi bila kalah atau menang dalam
permainan.

H. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together


(NHT)
Menurut Hamdani dalam Ratri (2013) model Numbered Head Together
(NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan :
(1) Setiap siswa menjadi siap semua.
(2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
(3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan :
(1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
(2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

8
I. Beberapa Hasil Penelitian Terkait Penerapan Group Investigation
11. The Improve Learning Results and Creativity Student to Lesson Operation
Count Numbers Through Cooperative Learning Type Numbered Heads
Together (NHT) in Class IV S D District 63 Ambon-Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang terlihat di hasil siklus tes saya
memperoleh penguasaan Kriteria Minimum (KKM) dalam sebanyak 62,2%
dan pada siklus III meningkat menjadi 78,4%.

12. The Implementation Of Numbered Heads Together To Improve The


Students’ Achievement Of Social Sciences In Primary School
Dalam Penelitian Tindakan Kelas peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif (NHT). Penelitian ini didasarkan pada guru Ilmu
Sosial di Sekolah Dasar Negeri Agam, Sumatera Barat lebih dominan dalam
belajar dan prestasi siswa masih rendah. Ada 50% dari 25 siswa tidak
mencapai standar minimum> 75 untuk Ilmu Sosial subjek. Berdasarkan
temuan, siklus pertama adalah 80,4 dan siklus kedua adalah 94,7. Pada
siklus pertama, domain kognitif adalah 68,3, afektif adalah 67,7, psikomotor
adalah 72,3 dan rata-rata adalah 69,5 (adil). Pada siklus kedua itu
meningkat, domain kognitif adalah 79,1, afektif adalah 82,7, psikomotor
adalah 82,5 dan rata-rata itu 81,4, melebihi hasil yang diharapkan> 75.
Temuan menyimpulkan bahwa Numbered Head Together (NHT)
meningkatkan prestasi siswa Ilmu Sosial

2. MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TEAMS GAMES


TOURNAMENT (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu


model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan

9
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar (Komalasari, 2010:67).
Menurut Komalasari (2010:67-68), ada lima komponen utama dalam
TeamsGamesTournament(TGT),yaitu:
a. Penyajian Kelas
Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas di awal pembelajaran,
penyampaian materi bisa dilakukan dengan pengajaran langsung, ceramah atau
diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat proses penyajian materi ini siswa
harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan.
Materi pelajaran yang diberikan merupakan garis-garis besarnya (Umum).
b. Kelompok (Tim)
Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 oarang siswa yang heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan suku. Kelompok yang heterogen
maksudnya, dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang beragam mulai dari yang berkemampuan tinggi
sampai rendah ada dalam satu kelompok dan dalam satu kelompok juga terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Tingkat kecerdasan diketahui dari laporan guru
yang mengajar di kelas tersebut. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
mempersiapkan anggota kelompok untuk menghadapi game dan turnament.

c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

d. Turnamen

10
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap akhir materi.
Guru membagi siswa ke beberapa meja turnamen, tiap meja bersifat homogen (
kemampuan siswa sama dari kelompok yang berbeda).
e. Penghargaan Kelompok
Nilai kelompok dihitung setelah turnamen dan menyiapkan sertifikat kelompok
untuk menghargai kelompok berniali tinggi. Keberhasilan nilai kelompok
dibagi dalam 3 tingkat penghargaan.

Tabel 1. Kriteria Penghargaan Kelompok


Skor Rata-Rata Predikat
> 45 Super team
40-45 Great team
<40 Good team

Menurut Slavin (2005:122), adapun kelebihan dan kelemahan dari Teams


Games TournamentTGT yaitu:
a. Kelebihan
1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari pada siswa yang ada dalam
kelas tradisional.
2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh
tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa.
4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal
dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama.
6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan
gangguan emosional.
b. Kelemahan
1) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen
dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang

11
bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian
kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi
jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2) Siswa berkemampuan tinggi masih ada yang kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
3) Suhaida (2002) melakukan penelitiannya untuk membandingkan
pembelajaran kooperatif dan konvensional. temuannya menunjukkan
bahwa siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif
memandang secara positif. Menurut Tok Hoon Seng (2006), pembelajaran
kooperatif adalah ketika siswa dari berbagai tingkat kemampuan
dikelompokkan bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Wikanengsih
(2005) dalam penelitian mereka digunakan kooperatif TGT di kelas
matematika di sekolah Menengah. Model ini mendorong siswa untuk
menjadi kompetitif, bekerja sama dengan siswa lain dan menjadi lebih aktif
dan kreatif dalam pembelajaran mereka. Temuan mereka menunjukkan
bahwa siswa yang menggunakan kooperatif model TGT tampil lebih baik
daripada mereka yang menjalani model pembelajaran konvensional. Model
pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
presentasi kelas, kelompok dan kompetisi akademik. Sebuah pelajaran Van
Es Elizabeth dan Conroy (2009) menemukan bahwa pengajaran matematika
membutuhkan pemahaman yang ada untuk membangun konseptual melalui
analisis dan interpretasi untuk membuktikan efektivitas siswa partisipasi
dalam diskusi kelas. Vello and Sitie(2013).

1. Sintaks TGT
a. Penyajian Materi
b. Pembagian Kelompok

12
c. Games
d. Tournamen
e. Penghargaan
2. Sistem sosial (situasi atau suasana dan norma” yang berlaku)
a. Mengatur pembagian kelompok
b. Melakukan Games dan tournament
3. Perinsip reaksi (pola kegiatan yang menggambarakan seharusnya guru
melihat dan memberlakukan para pelajar)
a. Memberikan materi awal
b. Memberikan bantuan pada saat awal games dan tournament tentang
aturan
4. Sistem pendukung
a. Bahan ajar
b. Media belajar
5. Dampak konstruksional ( hasil belajar uang dicapai)
a. Peningkatan aktivitas siswa
b. Peningkatan hasil belajar
6. Dampak pengiring
a. Hubungan antar guru dan siswa lebih erat
b. Meningkatkan kerjasama antar siswa
c. Meningkatkan motivasi belajar
d. Timbulnya jiwa kompetisi antar siswa yang positif

3. MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE GROUP


INVESTIGATION (GI)

A. Pengertian Group Investigation


Slavin (2005:215), menjelaskan bahwa rencana kelompok adalah salah satu
metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Beberapa tipe
pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan
peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas dan mempertanggungjawabkan

13
peran khusus tersebut dalam kelompoknya. Tipe pembelajaran seperti ini adalah
group investigation.
Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari
perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis,
dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak
dalam Harisantoso, 2005:2).
Sedangkan menurut Sharan (dalam Slavin, 1995:11), group investigation
merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok,
dan perencanaan kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation
dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan
kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau penyelidikan.

B. Karakteristik Group Inversitigation


Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1) Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan keterampilan
inkuiri.
2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa
yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
3) Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan topik
dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).
4) Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
5) Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang
dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks
masalah yang diselidiki).
6) Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah
dengan peranan yang berbeda.

14
C. Tahap-Tahap/Sintaks Group Investigation
Slavin membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok
meliputi 6 (enam) tahapan.
1) Mengidentifikasikan topik dan membuat kelompok (Grouping)
a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih.
c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari (Planning)
Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari?,
bagaimana mempelajarinya?, siapa melakukan apa?, untuk tujuan atau
kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?)

3) Melaksanakan investigasi (Investigation)


a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis
semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir (Organizing)


a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi.

15
c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir (Presenting)
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasn dan penampilan
presentasu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.

6) Evaluasi (Evaluating)
a) Para siswa saling memberikan umpan balik menganai topik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
b) Guru dan muris berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

Tabel 01. Rancangan Sintaks Model GI di Kelas


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mempusatkan a) Memotivasi siswa Menjawab pertanyaan
perhatian siswa. (memfokuskan guru dan
perhatian siswa) memfokuskan pikiran
dengan cara Tanya pada satu pokok
jawab berkaitan materi/bahasan yang
dengan materi ingin di bahas hari ini.
dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Mengidentifikasi topik a) Guru memberikan a) Memberikan
dan membagi siswa ke kesempatan bagi masukkan
dalam kelompok siswa untuk terhadap topik
memberikan yang akan diteliti
kontribusi apa yang dan diinvestigasi

16
akan mereka sesuai materi yang
selidiki akan dipelajari
b) Kelompok b) Membentuk
dibentuk kelompok
berdasarkan
heterogenitas
Merencanakan tugas Mempersiapkan dan Kelompok akan
menata sumber belajar membagi subtopk
sebagai sarana siswa kepada seluruh
berfantasi agar dapat anggota. Kemudian
berinvestigasi secara membuat perencanaan
optimal dari masalah yang
akan diteliti
bagaimana proses dan
sumber apa yang akan
dipakai
Membuat penyelidikan Memfasilitasi, Siswa berfantasi
membimbing serta mengumpulkan,
mengawasi siswa menganalisi dan
yang sedang mengevaluasi
berfantasi dan informasi membuat
berinvestigasi agar kesimpulan dan
setiap kelompok dpaat mengaplikasikan
bekerja optimal bagian mereka ke
dalam pengetahuan
baru dalam mencapai
sebuah masalah
kelompok
Mempresentasikan a) Memberikan Siswa
tugas akhir reinforcement pada memprentasikan hasil
kelompok yang kerjanya. Kelompok
penampilannya lain memberikan
baik dan tanggapan
memberikan
motivais pada
kelompok yang
kurang baik
b) Memberikan
penegasan terhadap
masing-masing
bahasan dari setiap
kelompok

17
Evaluasi pembelajaran a) Membantu siswa a) Menyimpulkan
melakukan refleksi materi
terhadap pembelajaran yang
pembelajaran yang telah dipelajari
telah dipelajari b) Menjawab teori
yang telah dipelajat yang diberikan
sekali. guru titik
b) Bersama siswa
menyimpulkan
pembelajaran.
c) Mengevaluasi
pembelajaran yang
telah dilakukan
dengan
menggunaka tes
hasil belajar

D. Contoh Penerapan Group Investigation dalam Pembelajaran Kimia

Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.


Model : Grup Investigasi
Metode : Eksperimen
No Kegiatan Metode Waktu
Kegiatan awal ( pembuka)
a. Salam pembuka
b. Berdo’a untuk memulai
pelajaran
c. Perkenalan dan mengecek
kehadiran siswa
d. Memberikan apersepsi dan
Motivasi
1 Pernahkah kalian melihat orang Ceramah, tanya 5 Menit
menangkap ikan di sungai jawab
dengan menggunakan alat
setrum ?
e. Memberikan motivasi
Mengapa ikan-ikan di sungai
dapat mati atau pingsan, padahal
alat tersebut tidak mengenai ikan
tersebut

18
f. Menyampaikan topik dan tujuan
yang akan disampaikan
Kegiatan inti
a. Guru membagi kelas dalam
beberapa kelompok heterogen.
b. Guru memberikan LKS
c. Guru menjelaskan bagaimana
cara mengisi LKS
d. Guru memerintahkan siswa
untuk melakukan percobaan dan
menulis hasil percobaan pada
2 Eksperimen 25 Menit
LKS
e. Guru menyuruh siswa
mendiskusikan hasil
percobaannya dan
mempesentasekannya di depan
kelas
f. Guru memberi penjelasan
singkat sekaligus memberikan
kesimpulan
Kegiatan akhir ( penutup )
a. Memberikan soal evaluasi
b. Menyampaikan materi Ceramah, Tanya
3 10 Menit
selanjutnya jawab
c. Mengucapkan salam penutup
kepada siswa

E. Beberapa Hasil Penelitian Terkait Penerapan Group Investigation


1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untukmelatihkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X Sma Widya Darma Surabaya.
Hasil yang diperoleh adalah: Nilai keterampilan berfikir kritis siswa
pada indikator interpretasi sebesar 81% siswa termasuk dalam kriteria
sangat baik; pada indikator interpretasi sebesar 85% siswa termasuk dalam
kriteria sangat baik; pada indicator evaluasi sebesar 81% siswa termasuk
dalam kriteria sangat baik; pada indicator inferensi sebesar 54% siswa
termasuk dalam kriteria sangat baik; dan pada indikator eksplanasi sebesar

19
88% termasuk dalam kriteria sangat baik. Sehingga dapat dikatankan bahwa
keterampilan berfikir kritis siswa termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Asam
Basa Kelas Xi Mia Sman 2 Magetan.
Hasil yang diperoleh adalah: Berdasarkan hasil analisis data
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk melatihkan
keterampilan berpikir kritis pada materi pokok asam basa siswa kelas XI
SMA Negeri 2 Magetan sangat baik yang dibuktikan dengan diperolehnya
persentase rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation pada setiap fase dalam tiga kali pertemuan adalah
sebesar 85,42 (sangat baik) pada fase 1; 87,5 (sangat baik) pada fase 2; 79,17
(baik) pada fase 3, 4 dan 5; serta 91,7 (sangat baik) pada penutup. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada materi asam
basa dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan nilai N-gain dari hasil pretest dan posttest
yaitu sebesar 60% siswa mendapat peningkatan dengan kategori tinggi,
sebesar 33% siswa mendapat peningkatan dengan kategori sedang, dan
sebesar 7% siswa mendapat kategori rendah.
3. The Effect Of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning
Team And Role Playing On Elementary School Students’ Writing Skills
Viewed From Cognitive Style.
Hasil yang diperoleh adalah: Terdapat perbedaan antara
keterampilan menulis siswa yang tergabung dalam kelompok belajar dan
kelompok investigasi.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan :
1. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu, pembelajaran
kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para siswa untuk saling
berinteraksi serta berfikir bersama, sehingga setiap siswa dapat aktif dalam

21
penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada kepala masing-
masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk mengeksplor
aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dapat dpresentasikan di depan kelas. Sintaks
model pembelajaran ini adalah : Fase 1 : Penomoran (Numbering), Fase 2 :
Pangajuan Pertanyaan (Questioning), Fase 3 : Berpikir Bersama (Heads
Together), Fase 4 : Pemberian Jawaban (Answering)
2. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Adapun sintaks model pembelajaran ini adalah : Penyajian
Materi, Pembagian Kelompok, Games, Tournamen, dan Penghargaan.
3. Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan suatu perencanaan
pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok
kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan
kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation dengan tipe
pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan
kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau
penyelidikan. Adapun sintaks model pembelajaran ini : Mengidentifikasikan
topik dan membuat kelompok (Grouping), Merencanakan tugas yang akan
dipelajari (Planning) Melaksanakan investigasi (Investigation), Menyiapkan
laporan akhir (Organizing), Mempresentasikan laporan akhir (Presenting), dan
Evaluasi (Evaluating).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran
:

22
1. Kepada pembaca diharapkan membandingkan makalah ini dengan referensi
yang lain, agar memperoleh informasi dan wawasan yang lebih luas tentang
model pembelajaran kooperatif tipe NHT, TGT, dan GI.
2. Kepada pembaca agar sekiranya memberikan kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. I. 2008. Learning to teach. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Arsaythamby Veloo, Sitie Chairhany, 2013. “Fostering students’ Attitudes and


achievement in probability using teams-games-tournaments”. Malaysia:
School of Education and Modern Languages, Universiti Utara Malaysia.

Harisantoso, John. 2005. Pendekatan kooperatif model group investigation suatu


analisis pengantar. Edusaintek. Vol.1, No.1, PP 1-8.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University


Press.

23
Ishabul, La Suha. 2013. The Improve Learning Results and Creativity Student to
Lesson Operation Count Numbers Through Cooperative Learning Type
Numbered Heads Together (NHT) in Class IV S D District 6 3 Ambon-
Indonesia. Mathematical Theory and Modeling www.iiste.org ISSN 2224-
5804 (Paper) ISSN 2225-0522 (Online) Vol.3, No.5, 2013

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung : Media


Aditama.
Miaz, Yalvema. 2015. The Implementation Of Numbered Heads Together To
Improve The Students’ Achievement Of Social Sciences In Primary School.
Research Journal of Social Sciences. American-Eurasian Network for
Scientific Information publisher ISSN: 1815-9125 EISSN: 2309-9631

Miraningsih, Winda. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Group Investigation Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Materi Pokok Asam Basa Kelas Xi Mia Sman 2 Magetan. UNESA
Journal of Chemical Education. Vol. 4, No. 2, PP. 281-287.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and


Laerning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.
Pitoyo, Andri, dkk. 2014. 3. The Effect Of Group Investigation Learning Model,
Accelerated Learning Team And Role Playing On Elementary School
Students’ Writing Skills Viewed From Cognitive Style. Journal of Education
and Practice. Vol. 5, No. 1, PP. 21-29.

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung:
Nusa Media.

Slavin, R. E. 1995. Cooperatif Learning, Theory, Research, and Practice. Second


Edition. Boston: Ally Mand Bacon Publisher.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik


Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan
Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ulum, Bahrul. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group


Investigation (Gi) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untukmelatihkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Widya Darma Surabaya.
UNESA Journal of Chemical Education. Vol. 4, No. 2, PP. 156-162.

24
25

Anda mungkin juga menyukai