OLEH KELOMPOK 4 :
FAISAL (161051601001)
ALIM AL AYUBI SYAM (161051601007)
WUSMAL TENRISENNA (161051601024)
PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1916, John Dewey yang mengajar di Universitas Chicago
menetapkan konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin
masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium yang berfungsi
untuk belajar tentang kehidupan nyata. Senada dengan hal itu, Herbert Thelar
(1954-1969) mengemukakan bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau
miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar
pribadi. Selanjutnya muncul David Johnson & Roger Johnson (1994), mereka
adalah pencetus teori unggul tentang pembelajaran kooperatif dengan memberikan
pelajaran berdasarkan pengalaman.
Model cooperative learning beranjak dari dasar pemikiran getting better
together yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan
suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat
bagi kehidupannya di masyarakat.
Teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model
pembelajaran kooperatif yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan
dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi
dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial
memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
Vygotsky menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain. Dukungan teori Vygotsky terhadap model
pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif.
Menurut Anita Lie (dalam Suprijono,2012: 56) model pembelajaran ini didasarkan
pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwis, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain,
kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan
hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan
kehidpan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada
pengetahuan yang disebut Piaget sebagai pengetahuan sosial.
1
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendikusikan masalah
tersebut dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Sekali lagi, penekanan
pada hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk
memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling mengemukakan dan menantang
minskonsepsi-minskonsepsi di antara mereka sendiri merupakan unsur kunci dari
konsepsi Piaget dan Vigotsky tentang perubahan kognitif.
Melalui model cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan
menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan
bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk
membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan model cooperative
learning ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal
dalam suasana belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai
6 orang siswa.
Ada banyak tipe-tipe model pembelajaran kooperatif, antara lain : Student-
Teams-Archievment-Division (STAD), Team- Assisted-Individualization (TAI),
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Group Investigation
(GI), JIGSAW, Numbered Head Together (NHT), Teams-Games-Tournament
(TGT), Group Investigation (GI), dan sebagainya. Pada makalah ini, kami akan
membahas model pembelajaran NHT, TGT, dan GI
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)?
2. Apa itu model pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)?
3. Apa itu model pembelajaran Group Investigation (GI)?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami model-model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, TGT, dan GI.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan dipanggil namanya. Struktur Kagan mengharuskan
siswa untuk bekerja secara interindependen (saling bergantung) dikelompok-
kelompok kecil dan ditandai oleh reward kooperatif dan bukan reward
individual.
Berdasarkan pengertian diatas, model pembelajaran NHT (numbered head
together) yaitu, pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para
siswa untuk saling berinteraksi serta berfikir bersama, sehingga setiap siswa
dapat aktif dalam penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada
kepala masing-masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk
mengeksplor aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dapat dpresentasikan di depan
kelas.
4
kepada anggota dalam
timnya sehingga semua
anggota mengetahui
jawaban dari masing-
masing pertanyaan.
Fase 4. - Guru menyebut -Setiap siswa dari tiap
Pemberian Jawaban salah satu nomor kelompok yang
(Answering) tertentu . bernomor sama
mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
5
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
C. Prinsip Reaksi
6
didalam kelompok tersebut. Ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti
oleh kelompok tersebut.
Guru memancing pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang
spesifik agar perhatian siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada
anggota kelompok agar tetap aktif.
Guru menunjuk salah satu nomor siswa utnuk menjawab pertanyaan di kelas.
D. Sistem sosial
Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model
tersebut. Suatu tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam
proses pembelajaran. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan
guru dengan peserta didik.
Aturan dalam pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana
dalam pembentukan kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang
memiliki nomor 1-8 menjadi satu kelompok dan begitu seterusnya.
Siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya, mengajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan.
E. Sistem Pendukung
Bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan dan disampaikan
oleh guru yaitu tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai
penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.
Media Belajar
Untuk memudahkan siswa agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Disini guru menggunakan media visual(gambar) dengan menggunakan PPT
yang diproyeksikan oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodivikasi.
F. Dampak Instruksional
7
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan.
• Peningkatan aktivitas siswa
• Peningkatan hasil belajar siswa.
G. Dampak Pengiring
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainya yang dihasilkan oleh suatu proses
belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langung
oleh siswa tanpa mengarah langsung dari pengajar. Dampak Pengiring setelah
mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:
• Meningkatkan kerja sama guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
lainnya, sehingga dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam proses
belajar mengajar. • Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama
kelompok dan persaingan sehat antar kelompok.
• Siswa belajar menerima pendapat orang lain.
• Siswa berani mengungkapkan pendapat dimuka umum.
• Mengembangkan pengendalian emosi bila kalah atau menang dalam
permainan.
8
I. Beberapa Hasil Penelitian Terkait Penerapan Group Investigation
11. The Improve Learning Results and Creativity Student to Lesson Operation
Count Numbers Through Cooperative Learning Type Numbered Heads
Together (NHT) in Class IV S D District 63 Ambon-Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang terlihat di hasil siklus tes saya
memperoleh penguasaan Kriteria Minimum (KKM) dalam sebanyak 62,2%
dan pada siklus III meningkat menjadi 78,4%.
9
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar (Komalasari, 2010:67).
Menurut Komalasari (2010:67-68), ada lima komponen utama dalam
TeamsGamesTournament(TGT),yaitu:
a. Penyajian Kelas
Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas di awal pembelajaran,
penyampaian materi bisa dilakukan dengan pengajaran langsung, ceramah atau
diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat proses penyajian materi ini siswa
harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan.
Materi pelajaran yang diberikan merupakan garis-garis besarnya (Umum).
b. Kelompok (Tim)
Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 oarang siswa yang heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan suku. Kelompok yang heterogen
maksudnya, dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang beragam mulai dari yang berkemampuan tinggi
sampai rendah ada dalam satu kelompok dan dalam satu kelompok juga terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Tingkat kecerdasan diketahui dari laporan guru
yang mengajar di kelas tersebut. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
mempersiapkan anggota kelompok untuk menghadapi game dan turnament.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
d. Turnamen
10
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap akhir materi.
Guru membagi siswa ke beberapa meja turnamen, tiap meja bersifat homogen (
kemampuan siswa sama dari kelompok yang berbeda).
e. Penghargaan Kelompok
Nilai kelompok dihitung setelah turnamen dan menyiapkan sertifikat kelompok
untuk menghargai kelompok berniali tinggi. Keberhasilan nilai kelompok
dibagi dalam 3 tingkat penghargaan.
11
bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian
kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi
jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2) Siswa berkemampuan tinggi masih ada yang kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
3) Suhaida (2002) melakukan penelitiannya untuk membandingkan
pembelajaran kooperatif dan konvensional. temuannya menunjukkan
bahwa siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif
memandang secara positif. Menurut Tok Hoon Seng (2006), pembelajaran
kooperatif adalah ketika siswa dari berbagai tingkat kemampuan
dikelompokkan bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Wikanengsih
(2005) dalam penelitian mereka digunakan kooperatif TGT di kelas
matematika di sekolah Menengah. Model ini mendorong siswa untuk
menjadi kompetitif, bekerja sama dengan siswa lain dan menjadi lebih aktif
dan kreatif dalam pembelajaran mereka. Temuan mereka menunjukkan
bahwa siswa yang menggunakan kooperatif model TGT tampil lebih baik
daripada mereka yang menjalani model pembelajaran konvensional. Model
pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
presentasi kelas, kelompok dan kompetisi akademik. Sebuah pelajaran Van
Es Elizabeth dan Conroy (2009) menemukan bahwa pengajaran matematika
membutuhkan pemahaman yang ada untuk membangun konseptual melalui
analisis dan interpretasi untuk membuktikan efektivitas siswa partisipasi
dalam diskusi kelas. Vello and Sitie(2013).
1. Sintaks TGT
a. Penyajian Materi
b. Pembagian Kelompok
12
c. Games
d. Tournamen
e. Penghargaan
2. Sistem sosial (situasi atau suasana dan norma” yang berlaku)
a. Mengatur pembagian kelompok
b. Melakukan Games dan tournament
3. Perinsip reaksi (pola kegiatan yang menggambarakan seharusnya guru
melihat dan memberlakukan para pelajar)
a. Memberikan materi awal
b. Memberikan bantuan pada saat awal games dan tournament tentang
aturan
4. Sistem pendukung
a. Bahan ajar
b. Media belajar
5. Dampak konstruksional ( hasil belajar uang dicapai)
a. Peningkatan aktivitas siswa
b. Peningkatan hasil belajar
6. Dampak pengiring
a. Hubungan antar guru dan siswa lebih erat
b. Meningkatkan kerjasama antar siswa
c. Meningkatkan motivasi belajar
d. Timbulnya jiwa kompetisi antar siswa yang positif
13
peran khusus tersebut dalam kelompoknya. Tipe pembelajaran seperti ini adalah
group investigation.
Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari
perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis,
dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak
dalam Harisantoso, 2005:2).
Sedangkan menurut Sharan (dalam Slavin, 1995:11), group investigation
merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok,
dan perencanaan kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation
dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan
kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau penyelidikan.
14
C. Tahap-Tahap/Sintaks Group Investigation
Slavin membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok
meliputi 6 (enam) tahapan.
1) Mengidentifikasikan topik dan membuat kelompok (Grouping)
a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih.
c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari (Planning)
Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari?,
bagaimana mempelajarinya?, siapa melakukan apa?, untuk tujuan atau
kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?)
15
c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir (Presenting)
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasn dan penampilan
presentasu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
6) Evaluasi (Evaluating)
a) Para siswa saling memberikan umpan balik menganai topik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
b) Guru dan muris berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
16
akan mereka sesuai materi yang
selidiki akan dipelajari
b) Kelompok b) Membentuk
dibentuk kelompok
berdasarkan
heterogenitas
Merencanakan tugas Mempersiapkan dan Kelompok akan
menata sumber belajar membagi subtopk
sebagai sarana siswa kepada seluruh
berfantasi agar dapat anggota. Kemudian
berinvestigasi secara membuat perencanaan
optimal dari masalah yang
akan diteliti
bagaimana proses dan
sumber apa yang akan
dipakai
Membuat penyelidikan Memfasilitasi, Siswa berfantasi
membimbing serta mengumpulkan,
mengawasi siswa menganalisi dan
yang sedang mengevaluasi
berfantasi dan informasi membuat
berinvestigasi agar kesimpulan dan
setiap kelompok dpaat mengaplikasikan
bekerja optimal bagian mereka ke
dalam pengetahuan
baru dalam mencapai
sebuah masalah
kelompok
Mempresentasikan a) Memberikan Siswa
tugas akhir reinforcement pada memprentasikan hasil
kelompok yang kerjanya. Kelompok
penampilannya lain memberikan
baik dan tanggapan
memberikan
motivais pada
kelompok yang
kurang baik
b) Memberikan
penegasan terhadap
masing-masing
bahasan dari setiap
kelompok
17
Evaluasi pembelajaran a) Membantu siswa a) Menyimpulkan
melakukan refleksi materi
terhadap pembelajaran yang
pembelajaran yang telah dipelajari
telah dipelajari b) Menjawab teori
yang telah dipelajat yang diberikan
sekali. guru titik
b) Bersama siswa
menyimpulkan
pembelajaran.
c) Mengevaluasi
pembelajaran yang
telah dilakukan
dengan
menggunaka tes
hasil belajar
18
f. Menyampaikan topik dan tujuan
yang akan disampaikan
Kegiatan inti
a. Guru membagi kelas dalam
beberapa kelompok heterogen.
b. Guru memberikan LKS
c. Guru menjelaskan bagaimana
cara mengisi LKS
d. Guru memerintahkan siswa
untuk melakukan percobaan dan
menulis hasil percobaan pada
2 Eksperimen 25 Menit
LKS
e. Guru menyuruh siswa
mendiskusikan hasil
percobaannya dan
mempesentasekannya di depan
kelas
f. Guru memberi penjelasan
singkat sekaligus memberikan
kesimpulan
Kegiatan akhir ( penutup )
a. Memberikan soal evaluasi
b. Menyampaikan materi Ceramah, Tanya
3 10 Menit
selanjutnya jawab
c. Mengucapkan salam penutup
kepada siswa
19
88% termasuk dalam kriteria sangat baik. Sehingga dapat dikatankan bahwa
keterampilan berfikir kritis siswa termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Asam
Basa Kelas Xi Mia Sman 2 Magetan.
Hasil yang diperoleh adalah: Berdasarkan hasil analisis data
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk melatihkan
keterampilan berpikir kritis pada materi pokok asam basa siswa kelas XI
SMA Negeri 2 Magetan sangat baik yang dibuktikan dengan diperolehnya
persentase rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation pada setiap fase dalam tiga kali pertemuan adalah
sebesar 85,42 (sangat baik) pada fase 1; 87,5 (sangat baik) pada fase 2; 79,17
(baik) pada fase 3, 4 dan 5; serta 91,7 (sangat baik) pada penutup. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada materi asam
basa dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan nilai N-gain dari hasil pretest dan posttest
yaitu sebesar 60% siswa mendapat peningkatan dengan kategori tinggi,
sebesar 33% siswa mendapat peningkatan dengan kategori sedang, dan
sebesar 7% siswa mendapat kategori rendah.
3. The Effect Of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning
Team And Role Playing On Elementary School Students’ Writing Skills
Viewed From Cognitive Style.
Hasil yang diperoleh adalah: Terdapat perbedaan antara
keterampilan menulis siswa yang tergabung dalam kelompok belajar dan
kelompok investigasi.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan :
1. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu, pembelajaran
kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para siswa untuk saling
berinteraksi serta berfikir bersama, sehingga setiap siswa dapat aktif dalam
21
penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada kepala masing-
masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk mengeksplor
aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dapat dpresentasikan di depan kelas. Sintaks
model pembelajaran ini adalah : Fase 1 : Penomoran (Numbering), Fase 2 :
Pangajuan Pertanyaan (Questioning), Fase 3 : Berpikir Bersama (Heads
Together), Fase 4 : Pemberian Jawaban (Answering)
2. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Adapun sintaks model pembelajaran ini adalah : Penyajian
Materi, Pembagian Kelompok, Games, Tournamen, dan Penghargaan.
3. Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan suatu perencanaan
pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok
kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan
kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation dengan tipe
pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan
kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau
penyelidikan. Adapun sintaks model pembelajaran ini : Mengidentifikasikan
topik dan membuat kelompok (Grouping), Merencanakan tugas yang akan
dipelajari (Planning) Melaksanakan investigasi (Investigation), Menyiapkan
laporan akhir (Organizing), Mempresentasikan laporan akhir (Presenting), dan
Evaluasi (Evaluating).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran
:
22
1. Kepada pembaca diharapkan membandingkan makalah ini dengan referensi
yang lain, agar memperoleh informasi dan wawasan yang lebih luas tentang
model pembelajaran kooperatif tipe NHT, TGT, dan GI.
2. Kepada pembaca agar sekiranya memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
23
Ishabul, La Suha. 2013. The Improve Learning Results and Creativity Student to
Lesson Operation Count Numbers Through Cooperative Learning Type
Numbered Heads Together (NHT) in Class IV S D District 6 3 Ambon-
Indonesia. Mathematical Theory and Modeling www.iiste.org ISSN 2224-
5804 (Paper) ISSN 2225-0522 (Online) Vol.3, No.5, 2013
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung:
Nusa Media.
24
25