Anda di halaman 1dari 2

7/23/2019 Akidah Islam - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akidah Islam
Akidah (Arab: ‫اﻟﻌﻘﯿﺪة‬, translit. al-'aqīdah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau
keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Fondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat
definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Daftar isi
Etimologi
Pembagian akidah tauhid
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar

Etimologi
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)اﻟ َﻌ ْﻘﺪ‬ ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ )اﻟﺘﱠﻮْ ﺛِ ْﯿﻖ‬yang berarti
ْ
kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫ )ا ِﻹﺣْ ﻜَﺎ ُم‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
biquw-wah (‫ )اﻟ ﱠﺮ ْﺑﻂُ ﺑِﻘُ ﱠﻮ ٍة‬yang berarti mengikat dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit
pun bagi orang yang meyakininya.[1]

Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari
Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.[3]

Pembagian akidah tauhid


Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah
membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan
kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah
atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian
ulama:

Tauhid Al-Uluhiyyah, (al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas ayat 3)


mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
Tauhid Ar-Rububiyyah, (al-Fatihah ayat 2, dan an-Nas ayat 1)
mengesakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta,
menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Tauhid Al-Asma' was-Sifat,
mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan
Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam 1/2
7/23/2019 Akidah Islam - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu, Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah
kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di
samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia,
tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk
yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang
benar.[4]

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid
Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah
kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki
dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah,
karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman
Allah pada surat Yusuf ayat 40.[5]

Catatan kaki
1. ^ Lisaanul 'Arab (IX/311:‫ )ﻋﻘد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith (II/614:‫)ﻋﻘد‬.
2. ^ Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
3. ^ Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql, cet. II/
Daarul 'Ashimah/ th. 1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin
Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-
'Aql.
4. ^ Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh Muhammad Shalih
Al-Utsaimin, Penerjemah A. Masykur Mz, Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabi'ul Awwal 1420H/Juni 1999M
5. ^ Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit
Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M.

Referensi
Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Kitab Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql, 'Aqiidah
Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis
Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql.

Pranala luar
Artikel-artikel seputar Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (http://www.almanhaj.or.id/category/view/2/page/1)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akidah_Islam&oldid=14997629"

Halaman ini terakhir diubah pada 15 April 2019, pukul 10.20.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam 2/2

Anda mungkin juga menyukai