Anda di halaman 1dari 4

7/29/2019 Khutbah Jumat HUT RI: Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan

Khutbah Jumat HUT RI: Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan


Jumat 17 Agustus 2018 7:30 WIB

Share:

Khutbah I

‫ أ َ ْﺷ َﮭﺪُ أ َ ْن َﻻ ِإﻟَﮫَ ِإ ﱠﻻ ﷲُ ْاﻟ َﻤ ِﻠﻚُ اْﻟ َﺤ ﱡﻖ‬، َ‫ب اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﯿْﻦَ اﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨِﯿْﻦ‬
ِ ‫ﻋﻠَﻰ ﻗُﻠُ ْﻮ‬ َ َ‫ﺴ ِﻜ ْﯿﻨَﺔ‬ ْ ‫اﻟ َﺤ ْﻤﺪُ ِ اﻟﱠﺬ‬
‫ِي أ َ ْﻧﺰَ َل اﻟ ﱠ‬
‫ﺳ ِﯿّ ِﺪﻧَﺎ َو َﻣ ْﻮ َﻻﻧَﺎ‬َ ‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺻ ِّﻞ َو‬
َ ‫ﺳﻠ ِ ّﻢ‬ َ ‫ اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠﻢ‬.‫ِق ْاﻟ َﻮ ْﻋ ِﺪ اﻷ َ ِﻣﯿ ِْﻦ‬ ُ ‫ﺼﺎد‬ ‫ﺳ ْﻮﻟُﮫُ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ َوأ َ ْﺷ َﮭﺪُ أ َ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا‬.‫اْﻟ ُﻤ ِﺒﯿ ُْﻦ‬
ُ ‫ﻋ ْﺒﺪُهُ َو َر‬
‫ أ َ ﱠﻣﺎ‬.‫ﻲ ِ اْﻟﻌَ ِﻈﯿ ِْﻢ‬
ّ ‫ﺻ ْﺤ ِﺒ ِﮫ َواﻟﺘﱠﺎ ِﺑ ِﻌﯿْﻦَ َﻻ َﺣ ْﻮ َل َو َﻻﻗُ ﱠﻮة َ ِإ ﱠﻻ ِﺑﺎ ِ اْﻟﻌَ ِﻠ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ آ ِﻟ ِﮫ َو‬ َ ‫ث َر ْﺣ َﻤﺔً ِﻟ ْﻠﻌَﺎﻟَ ِﻤﯿْﻦَ َو‬ ِ ‫ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟ َﻤ ْﺒﻌُ ْﻮ‬
ُ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬
:‫ﺎﻟﻰ ﻓِﻲ ِﻛﺘَﺎ ِﺑ ِﮫ ْاﻟ َﻜ ِﺮﯾ ِْﻢ‬
َ َ‫ ﻗَﺎ َل ﷲُ ﺗَﻌ‬.ِ‫ﱠﺎي ِﺑﺘ َ ْﻘ َﻮى ﷲ‬ َ ‫ﺻ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َو ِإﯾ‬ِ ‫ﺎﺿ ُﺮ ْونَ اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ُﻤ ْﻮنَ َر ِﺣ َﻤ ُﻜ ُﻢ ﷲُ أ ُ ْو‬ِ ‫أَﯾﱡﮭﺎ َ اْﻟ َﺤ‬
‫ِﺐ‬ُ ‫ْﺚ َﻻ ﯾَ ْﺤﺘَﺴ‬ ُ ‫ﻖ ا ﱠ َ ﯾَ ْﺠﻌَﻞ ﻟﱠﮫُ َﻣ ْﺨ َﺮ ًﺟﺎ َوﯾَ ْﺮ ُز ْﻗﮫُ ِﻣ ْﻦ َﺣﯿ‬ ِ ‫َو َﻣﻦ ﯾَﺘ ﱠ‬
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Hakikat diciptakannya manusia adalah untuk menghamba kepada Allah ‫ﷻ‬. Untuk tujuan ini pula Allah mengutus
para rasul untuk menyeru kepada umat manusia supaya menunaikan kewajiban itu. Tak hanya seruan untuk
menyembah Allah, para rasul juga bertanggung jawab menjauhkan mereka dari ketundukan kepada selain Allah,
termasuk kepada kesemena-menaan, penjajahan, penindasan, atau semacamnya.

Misi para rasul tersebut tampak dalam Surat an-Nahl ayat 36 sebagai berikut:

ُ ‫ﱠ‬
https://islam.nu.or.id/post/read/94504/khutbah-jumat-hut-ri-para-nabi-itu-pejuang-kemerdekaan َ‫أ‬ ُ‫ُ أ‬ ْ َ 1/4
7/29/2019 Khutbah Jumat HUT RI: Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan

‫ﻮت‬
َ ‫ﻏ‬ ‫اﺟﺘَﻨِﺒُﻮا ﱠ‬
ُ ‫اﻟﻄﺎ‬ ُ ‫َوﻟَﻘَ ْﺪ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ُﻛ ِّﻞ أ ُ ﱠﻣ ٍﺔ َر‬
ْ ‫ﺳﻮﻻ أ َ ِن ا ْﻋﺒُﺪُوا ا ﱠ َ َو‬
“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan
tinggalkanlah thaghut.”(QS. An-Nahl: 36)

Secara bahasa thaghut berakar kata dari thaghâ yang bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir al-Quran al-
Azim, Ibnu Katsir menafsirkan thaghut sebagai menyembah sesuatu selain Allah. Menurut pakar tafsir Al-
Qur'an Prof Quraish Shihab, thaghut mengacu pada segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide
yang sesat, manusia durhaka, atau siapa pun yang mengajak pada kesesatan. Ketika membahas Surat an-Nahl
ayat 36 itu, ia mengartikan thaghut sebagai "tiran yang merusak".

Hampir semua ulama tafsir sepakat bahwa thaghut identik dengan tindakan di luar batas sebagai bentuk
kedurhakaan kepada Allah. Thaghut adalah berhala-berhala yang tak hanya bisa berbentuk patung tapi juga
kondisi-kondisi yang menjauhkan manusia dari ketundukkan hanya kepada Allah. Dalam sejarah, para rasul
diutus juga untuk membebaskan umatnya dari belenggu itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam
ketaatan kepada Allah ‫ﷻ‬.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Nabi Ibrahim saat diutus oleh Allah mendapati masyarakatnya berkubang dalam keimanan yang rusak. Patung-
patung berhala dipertuhankan, termasuk oleh ayahandanya sendiri. Dengan strategi yang matang, Nabi Ibrahim
pun berjuang meyadarkan mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan apa-apa. Memuliakannya atau bahkan
menganggapnya sebagai Tuhan merupakan kesesatan yang nyata.

Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti
mengatasi dua persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan mereka dari
tiran yang merusak Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk ketika beliau dibakar oleh rezim
sewenang-wenang tersebut.

Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa. Bahkan, Nabi Musa tak hanya menghadapi orang yang
menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku sebagai Allah itu sendiri. Fir'aun dengan segenap
kesombonganya mendaku diri sebagai Tuhan dan berupaya melenyapkan semua orang yang menentangnya.
Umat Nabi Musa pun berada dalam penindasan yang parah, baik secara jasmani maupun rohani. Nabi Musa
hadir untuk menaklukkan penindasan ini dan mengajak umat untuk kembali ke jalan Allah secara merdeka.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Apa yang dialami Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬sesungguhnya juga tak jauh dari jejak para nabi pendahulunya.
Seruan masuk Islam Nabi Muhammad bersamaan dengan kebejatan moral yang akut di tanah Arab, fanatisme
suku-suku hingga sering terjadi peperangan, paganisme, penghinaan atas martabat kaum perempuan, dan lain
sebagainya.

Risalah Baginda Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬hadir untuk memerdekakan umat yang sedang dalam kegelapan tersebut
menuju jalan cahaya yang diridhai Allah (minadh dhulumâti ilân nûr). Melalui ajaran tauhid, Nabi Muhammad
menghapus semua klaim paling mulia dan berkuasa selain Allah ‫ﷻ‬. Beliau membawa kepada arah masyarakat
yang setara, dan mengingatkan bahwa kemuliaan diukur dengan tingkat ketakwaan (inna akramakum 'inda-Llâhi
atqâkum), bukan dengan hirarki perbedaan suku, strata ekonomi, jenis kelamin, atau identitas sosial lainnya.

Dengan fakta ini, tak berlebihan jika kita menyebut perjuangan Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai perjuangan
kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar sungguh-sungguh membebaskan masyarakat dari dan kemorosotan
moral dan sistem masyarakat yang menindas saat itu. Revolusi yang dilakukan Nabi mencakup aspek spiritual
dan material sehingga menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Rasulullah bukan cuma mengajak manusia

https://islam.nu.or.id/post/read/94504/khutbah-jumat-hut-ri-para-nabi-itu-pejuang-kemerdekaan 2/4
7/29/2019 Khutbah Jumat HUT RI: Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan

untuk hanya tunduk dan menghamba kepada Allah, tapi juga melaksanakan konsekuensi dari ajaran tauhid ini,
yakni bersikap kepada seluruh makhluk Allah--termasuk manusia--dengan penuh kasih sayang.

Sikap ini selaras dengan misi utama diutusnya Baginda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬:

َ‫َﺎك إِ ﱠﻻ َر ْﺣ َﻤﺔً ِﻟ ْﻠﻌَﺎﻟَ ِﻤﯿﻦ‬


َ ‫ﺳ ْﻠﻨ‬
َ ‫َو َﻣﺎ أ َ ْر‬
"Dan tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Al-
Anbiya’: 107)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Demikianlah kenyataan sejarah hidup di dunia ini. Setiap penindasan, penjajahan, dan penyimpangan selalu
menghendaki perjuangan total untuk melakukan perubahan. Para nabi terdahulu meneladankan itu semua bukan
saja dengan pengorbanan harta, tenaga, dan pikiran tapi bahkan risiko hilangnya nyawa. Nabi Ibrahim
mengalami dilempar ke dalam api yang sedang berkobar, Nabi Musa menjadi buronan Fir’aun, serta Nabi
Muhammad yang berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan dari musuh-musuh dedengkotnya.

Ini pula yang dilakukan para ulama, tokoh, dan segenap elemen bangsa lainnya dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia. Keringat dan darah rela mereka korbankan untuk membebaskan umat dari penindasan yang memang
menjadi musuh setiap agama, termasuk Islam. Sebab, kemerdekaan adalah syarat mutlak dari terciptanya kondisi
aman. Sedangkan keamanan adalah prasyarat bagi setiap insane untuk tenang dan khusyuk menunaikan ibadah
kepada Allah ‫ﷻ‬.

Setelah merdeka, apa yang mesti kita lakukan? Pertama, tidak lain adalah menjalankan fungsi pokok
diciptakannya manusia, yakni menghamba secara total kepada Allah. Tidak diciptakan jin dan manusia
melainkan untuk menyembah Allah. Dijalankannya fungsi kehambaan ini juga menjadi tujuan dari risalah tiap-
tiap rasul, sebagaimana disebut dalam Surat An-Nahl ayat 36 di awal tadi.

Kedua, membangun peradaban manusia yang mencerminkan ketaatan kepada nilai-nilai ketuhanan. Termasuk
dalam hal ini adalah mengembangkan semangat rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang kepada manusia, binatang,
dan alam/lingkungan dengan menghindari sikap semena-mena, serakah, dan zalim. Akhirnya, kita tidak hanya
sibuk dengan bagaimana cara paling mudah mendapatkan kebahagiaan bagi diri sendiri meski dengan merugikan
orang lain, akan tetapi bagaimana cara terbaik untuk meraih kebahagiaan bersama orang lain. Wallahu a’lam.

‫ َوﻧَﻔَﻌَﻨِﻲ َوإِﯾﱠﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِ َﻤﺎﻓِ ْﯿ ِﮫ ِﻣ ْﻦ آﯾَ ِﺔ َو ِذ ْﻛ ِﺮ ْاﻟ َﺤ ِﻜﯿ ِْﻢ َوﺗَﻘَﺒﱠ َﻞ ﷲُ ِﻣﻨﱠﺎ َو ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ‬،‫آن اْﻟﻌَ ِﻈﯿ ِْﻢ‬
ِ ‫ﺎر َك ﷲ ِﻟﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻰ اْﻟﻘُ ْﺮ‬ َ َ‫ﺑ‬
‫ َوأَﻗُ ْﻮ ُل ﻗَ ْﻮ ِﻟﻲ َھﺬَا ﻓَﺄ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﷲَ اﻟﻌَ ِﻈﯿ َْﻢ إِﻧﱠﮫُ ُھ َﻮ اﻟﻐَﻔُ ْﻮ ُر ﱠ‬،‫ﺴ ِﻤ ْﯿ ُﻊ اﻟﻌَ ِﻠ ْﯿ ُﻢ‬
‫اﻟﺮ ِﺣﯿْﻢ‬ ‫ﺗِﻼَ َوﺗَﮫُ َوإِﻧﱠﮫُ ُھ َﻮ اﻟ ﱠ‬
Khutbah II

‫ َوأ َ ْﺷ َﮭﺪُ أ َ ْن ﻻَ اِﻟَﮫَ ِإﻻﱠ ﷲُ َوﷲُ َو ْﺣﺪَهُ ﻻَ ﺷ َِﺮﯾ َْﻚ‬.‫ﻠﻰ ﺗ َ ْﻮﻓِ ْﯿ ِﻘ ِﮫ َوا ِْﻣﺘِﻨَﺎﻧِ ِﮫ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ُ‫ﺸ ْﻜ ُﺮ ﻟَﮫ‬ ‫ﺴﺎﻧِ ِﮫ َواﻟ ﱡ‬ َ ‫ﻠﻰ ِإ ْﺣ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ِ ُ‫ا َ ْﻟ َﺤ ْﻤﺪ‬
‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺳ ِﯿّ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ِو‬ َ ‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺻ ِّﻞ‬ َ ‫ اﻟﻠ ُﮭ ﱠﻢ‬.‫إﻟﻰ ِرﺿ َْﻮاﻧِ ِﮫ‬ َ ‫ﺳ ْﻮﻟُﮫُ اﻟﺪﱠا ِﻋﻰ‬ ُ ‫ﻋ ْﺒﺪُهُ َو َر‬ َ ‫ﺳ ِﯿّﺪَﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا‬ َ ‫أن‬ ‫ﻟَﮫُ َوأ َ ْﺷ َﮭﺪُ ﱠ‬
‫ﺳ ِﻠّ ْﻢ ﺗ َ ْﺴ ِﻠ ْﯿ ًﻤﺎ ِﻛﺜﯿ ًْﺮا‬
َ ‫ﺻ َﺤﺎ ِﺑ ِﮫ َو‬ْ َ ‫ا َ ِﻟ ِﮫ َوأ‬
‫ﻋ ﱠﻤﺎ ﻧَ َﮭﻰ َوا ْﻋﻠَ ُﻤ ْﻮا أ َ ﱠن ﷲَ أ َ َﻣ َﺮ ُﻛ ْﻢ ِﺑﺄ َ ْﻣ ٍﺮ ﺑَﺪَأ َ ِﻓ ْﯿ ِﮫ ِﺑﻨَ ْﻔ ِﺴ ِﮫ‬ َ ‫ﺎس اِﺗﱠﻘُﻮا ﷲَ ِﻓ ْﯿ َﻤﺎ أ َ َﻣ َﺮ َوا ْﻧﺘ َ ُﮭ ْﻮا‬ ُ ‫أ َ ﱠﻣﺎ ﺑَ ْﻌﺪُ ﻓَﯿﺎ َ اَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺻﻠﱡ ْﻮا‬َ ‫ﻠﻰ اﻟﻨﱠ ِﺒﻰ ﯾﺂ اَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ آ َﻣﻨُ ْﻮا‬ َ ‫ﻋ‬ َ َ‫ﺼﻠﱡ ْﻮن‬ َ ُ‫َوﺛَـﻨَﻰ ِﺑ َﻤﻶ ِﺋ َﻜ ِﺘ ِﮫ ِﺑﻘُ ْﺪ ِﺳ ِﮫ َوﻗَﺎ َل ﺗَﻌﺎَﻟَﻰ ِإ ﱠن ﷲَ َو َﻣﻶ ِﺋ َﻜﺘَﮫُ ﯾ‬
‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺳ ِﯿّﺪِﻧﺎ َ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو‬ َ ‫ﻋﻠَﻰ آ ِل‬ َ ‫ﺳ ِﻠّ ْﻢ َو‬ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬
َ ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬ َ ‫ﻋﻠَﻰ‬
َ ‫ﺳ ِﯿّ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ‬ َ ‫ﺻ ِّﻞ‬ َ ‫ اﻟﻠ ُﮭ ﱠﻢ‬.‫ﺳ ِﻠّ ُﻤ ْﻮا ﺗ َ ْﺴ ِﻠ ْﯿ ًﻤﺎ‬ َ ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬
َ
‫ﻋ ِﻠﻰ‬َ ‫ﻋﺜْ َﻤﺎن َو‬ ُ ‫ﻋ َﻤﺮ َو‬ ُ ‫اﻟﺮا ِﺷ ِﺪﯾْﻦَ أَﺑِﻰ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ َو‬ ‫ﺎء ﱠ‬ َ ‫ض اﻟﻠّ ُﮭ ﱠﻢ‬
ِ َ‫ﻋ ِﻦ اْﻟ ُﺨﻠَﻔ‬ َ ‫ار‬ ْ ‫ﺳ ِﻠ َﻚ َو َﻣﻶﺋِ َﻜ ِﺔ اْﻟ ُﻤﻘَ ﱠﺮﺑِﯿْﻦَ َو‬ ُ ‫ا َ ْﻧﺒِﯿﺂﺋِ َﻚ َو ُر‬

‫ﱠ‬ َ
https://islam.nu.or.id/post/read/94504/khutbah-jumat-hut-ri-para-nabi-itu-pejuang-kemerdekaan َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ 3/4
‫‪7/29/2019‬‬ ‫‪Khutbah Jumat HUT RI: Para Nabi itu Pejuang Kemerdekaan‬‬

‫ﻋﻨﱠﺎ َﻣﻌَ ُﮭ ْﻢ ﺑِ َﺮ ْﺣ َﻤﺘِ َﻚ ﯾَﺎ‬ ‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫ﺎن اِﻟَﯨﯿَ ْﻮ ِم اﻟ ِﺪّﯾ ِْﻦ َو ْ‬‫ﺴ ٍ‬ ‫ﺼ َﺤﺎﺑَ ِﺔ َواﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﯿْﻦَ َوﺗَﺎﺑِ ِﻌﻲ اﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﯿْﻦَ ﻟَ ُﮭ ْﻢ ﺑِﺎ ِْﺣ َ‬ ‫ﻋ ْﻦ ﺑَ ِﻘﯿﱠ ِﺔ اﻟ ﱠ‬‫َو َ‬
‫اﺣ ِﻤﯿْﻦَ‬ ‫أ َ ْر َﺣ َﻢ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِ‬
‫ت اﻟﻠ ُﮭ ﱠﻢ أ َ ِﻋ ﱠﺰ اْ ِﻹ ْﺳﻼَ َم‬ ‫ت اَﻻَ ْﺣﯿﺂ ُء ِﻣ ْﻨ ُﮭ ْﻢ َواْﻻَ ْﻣ َﻮا ِ‬ ‫ت َواْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﯿْﻦَ َواْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ َﻤﺎ ِ‬‫اَﻟﻠ ُﮭ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻠ ُﻤﺆْ ِﻣﻨِﯿْﻦَ َواْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨَﺎ ِ‬
‫اﺧﺬُ ْل َﻣ ْﻦ‬ ‫ﺼ َﺮ اﻟ ِﺪّﯾْﻦَ َو ْ‬ ‫ﺼ ْﺮ َﻣ ْﻦ ﻧَ َ‬ ‫ﺼ ْﺮ ِﻋﺒَﺎدَ َك اْﻟ ُﻤ َﻮ ِ ّﺣ ِﺪﯾﱠﺔَ َوا ْﻧ ُ‬ ‫ﺸ ِْﺮ َك َواْﻟ ُﻤ ْﺸ ِﺮ ِﻛﯿْﻦَ َوا ْﻧ ُ‬ ‫َواْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﯿْﻦَ َوأ َ ِذ ﱠل اﻟ ّ‬
‫ﻋﻨﱠﺎ اْﻟﺒَﻼَ َء َواْ َﻟﻮﺑَﺎ َء‬ ‫َﺧﺬَ َل اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﯿْﻦَ َو دَ ِ ّﻣ ْﺮ أ َ ْﻋﺪَا َء اﻟ ِﺪّﯾ ِْﻦ َوا ْﻋ ِﻞ َﻛ ِﻠ َﻤﺎ ِﺗ َﻚ ِإﻟَﻰ ﯾَ ْﻮ َم اﻟ ِﺪّﯾ ِْﻦ‪ .‬اﻟﻠ ُﮭ ﱠﻢ ا ْدﻓَ ْﻊ َ‬
‫ﺳﺎ ِﺋ ِﺮ‬‫ﺻﺔً َو َ‬ ‫ﻋ ْﻦ ﺑَﻠَ ِﺪﻧَﺎ اِ ْﻧﺪُو ِﻧ ْﯿ ِﺴﯿﱠﺎ ﺧﺂ ﱠ‬ ‫ﻄﻦَ َ‬ ‫ظ َﮭ َﺮ ِﻣ ْﻨ َﮭﺎ َو َﻣﺎ ﺑَ َ‬ ‫ﺳ ْﻮ َء اْﻟ ِﻔﺘْﻨَ ِﺔ َواْ ِﻟﻤ َﺤﻦَ َﻣﺎ َ‬‫اﻟﺰﻻَ ِز َل َواْ ِﻟﻤ َﺤﻦَ َو ُ‬ ‫َو ﱠ‬
‫ﻋﺬ َ َ‬
‫اب‬ ‫ﺴﻨَﺔً َو ِﻗﻨَﺎ َ‬ ‫ﻵﺧ َﺮ ِة َﺣ َ‬ ‫ﺴﻨَﺔً َو ِﻓﻰ اْ ِ‬ ‫ب اْﻟﻌَﺎﻟَ ِﻤﯿْﻦَ ‪َ .‬رﺑﱠﻨَﺎ آ ِﺗﻨﺎ َ ِﻓﻰ اﻟﺪﱡ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َ‬ ‫ان اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﯿْﻦَ ﻋﺂ ﱠﻣﺔً ﯾَﺎ َر ﱠ‬ ‫اْﻟﺒُ ْﻠﺪَ ِ‬
‫اإن ﻟَ ْﻢ ﺗ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَﻨَﺎ َوﺗ َ ْﺮ َﺣ ْﻤﻨَﺎ ﻟَﻨَ ُﻜ ْﻮﻧ ﱠَﻦ ِﻣﻦَ اْﻟﺨَﺎ ِﺳ ِﺮﯾْﻦَ ‪ِ .‬ﻋﺒَﺎدَﷲِ ! ِإ ﱠن ﷲَ ﯾَﺄ ْ ُﻣ ُﺮﻧَﺎ‬ ‫ﺴﻨَﺎ َو ْ‬ ‫ﺎر‪َ .‬رﺑﱠﻨَﺎ َ‬
‫ظﻠَ ْﻤﻨَﺎ ا َ ْﻧﻔُ َ‬ ‫اﻟﻨﱠ ِ‬
‫ﻈ ُﻜ ْﻢ ﻟَﻌَﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَﺬَ ﱠﻛ ُﺮ ْونَ‬‫ﺸﺂء َواْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َواْﻟﺒَ ْﻐﻲ ﯾَ ِﻌ ُ‬ ‫ﻋ ِﻦ اْﻟﻔَ ْﺤ ِ‬ ‫ﺑﻰ َوﯾَ ْﻨ َﮭﻰ َ‬ ‫ْﺘﺂء ذِي اْﻟﻘُ ْﺮ َ‬ ‫ﺎن َوإِﯾ ِ‬ ‫ﺴ ِ‬ ‫ﺑِﺎْﻟﻌَ ْﺪ ِل َواْ ِﻹ ْﺣ َ‬
‫ﻠﻰ ﻧِﻌَ ِﻤ ِﮫ ﯾَ ِﺰ ْد ُﻛ ْﻢ َوﻟَ ِﺬ ْﻛ ُﺮ ﷲِ أ َ ْﻛﺒَ ْﺮ‬ ‫ﻋ َ‬ ‫َوا ْذ ُﻛ ُﺮوا ﷲَ اْﻟﻌَ ِﻈﯿ َْﻢ ﯾَ ْﺬ ُﻛ ْﺮ ُﻛ ْﻢ َوا ْﺷ ُﻜ ُﺮ ْوهُ َ‬

‫‪https://islam.nu.or.id/post/read/94504/khutbah-jumat-hut-ri-para-nabi-itu-pejuang-kemerdekaan‬‬ ‫‪4/4‬‬

Anda mungkin juga menyukai