Disusun Oleh :
PUPUT PUJI RAHAYU
2A
S1- Keperawatan
Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen
kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (wiknjosastro, 2010)
E. Pathoflow
F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Darah (Hb, Golongan darah, Glukosa, VDRL)
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina dan servik)
2. USG
a. Jenis kelamin
b. Taksiran kelahiran, taksiran berat janin, jumlah cairan amnion
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan
terjadi peningkatan sekret vagina.
c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
d. Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.
e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu
diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis
a. Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya
teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus Naegele.
b. Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida
gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu.
Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
c. Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang
pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit
jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan,
keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.
3. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda
vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak
mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa
pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan
kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di
sisi kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
a. Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu
sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi
dinding perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua
tangan pemeriksa digosokkan dahulu.
b. Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap.
Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu,
sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi
fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus
uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat
dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri:
Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung
pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III
menentukan bagian janin yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala
yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba
balotemen kepala.
c. Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler.
Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan
dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
d. Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase
janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting
sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus
tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
· N = 13 bila kepala belum melewati PAP
· N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
· N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.
6. Pemeriksaan dalam
a. Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan
larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau
tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio,
dinding, dan sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan
telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina.
Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran
uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik.
Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
b. Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan
8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar
kepala bayi atau tinju orang dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan
dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan
telunjuk dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke
promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis.
Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan
bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan
kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah
dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke
dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung
leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.
Frekwensi kunjungan
1. Kunjungan I (12-24 minggu)
Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, pemeriksaan laboratorium, antopometri,
penilaian resiko kehamilan, KIE
2. Kunjungan II (28-32 minggu)
Anamnesis, USG, penilaian resiko kehamilan, nasehat perawatan payudara dan senam
hamil), vaksin TT I
3. Kunjungan III (34 mgg)
Anamnesis, pemeriksaan ulang laboratorium, vaksin TT II
4. Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 mgg)
Anamnesis , perawatan payudara dan persiapan persalinan
H. Pengkajian ANC
1. Anamnesa
· Anamnesa identitas istri dan suami
· Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati), nafsu
makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
· Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola
sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya
kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal,
misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis),
kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau ibu
bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu memiliki panggul
sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan
dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap
trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan
berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan
adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk.
Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam kehamilan.
Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15
mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
b) Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c) Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini kemungkinan ada
infeksi dalam kehamilan.
d) Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu mengalami
peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau kemungkinan dicurigai
mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
a) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
b) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna kuning/jaundice
pada sclera
c) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
d) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
g. Payudara
a) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar, agak simetris,
dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
b) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d) Retraksi akibat adanya lesi
e) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
a) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan > 12 minggu,
atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
c) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin
kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
· Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
· Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
· Konsistensi uterus
Leopold II :
· Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
· Menentukan letak punggung janin
· Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
· Menentukan bagian terbawah janin
· Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV :
· Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
· Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk PAP
i. Tangan dan kaki
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
c) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper
j. Pemeriksaan panggul
· Panggul : genital luar
a) Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus vagina untuk
melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada (warna, konsistensi, jumlah, bau)
b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya pembengkakan masa
atau cairan kista
· Panggul : menggunakan speculum
a) Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah serviks sudah
membuka atau belum
b) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka
· Panggul : pemeriksaan bimanual
a) Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan (dilatasi) dan rasa
nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang)
b) Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam vagina untuk
palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.
I. Diagnosa keperawatan
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
J. Intervensi keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Intervensinya :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri
b. Kaji pengalaman individu tentang nyeri, dan keluarga dengan nyeri kronis
c. Evaluasi tentang keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri
d. Beri informasi tentang nyeri
e. Berikan analgesik sesuai anjuran
f. Beritahu dokter jika tindakan berhasil menghilangkan nyeri.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Intervensinya :
a. pertahankan teknik isolasi suapaya menghilangkan nyeri
b. batasi pengunjung bila perlu istirahat
c. intruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan supaya bersih
d. pertahankan lingkungan aseptik
e. berikan terapi antibiotik bila perlu
K. Refrensi
Hanifa Wiknjosastro, SPOG, dkk (2010) Ilmu Kebidanan. EGC : Jakarta.
Nuha Medika. Rohmah, Nikmatur dkk. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta : Ar-ruzz Media.