Anda di halaman 1dari 22

TEORI DAN PROSES MENUA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Hj. Suyatini, S.Pd. M.Kes

DisusunOleh :
Kelompok 1 Tingkat 3A/ Semester V
Fitria Tyas Kurniati P27901117008
Hardiyanti P27901117010
Intan Kurnia Putriawan P27901117012
Putri Nur Hadiyani P27901117026
Rasi P27901117027
Riyan Aprianto P27901117031
Rosih P27901117032
Sari Saiba Ningrum P27901117033
Tera Yus Amanah Sukoco P27901117040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai
tepat pada waktunya, walaupun banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai ”Teori dan Proses Menua”.
Makalah ini telah dibuat dari berbagai sumber dan beberapa bantuan oleh
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari, sudah tentu makalah ini masih banyak kekurangan dan
belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, membantu
penulis agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik
lagi. Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya.

Tangerang, 16 Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Proses Menua ............................................................................ 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Proses Menua .................................. 5
2.3 Teori-Teori Proses Penuaan .................................................................... 7
2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis,
fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang
merencanakan dan memberikan perawatan pada orang diusianya yang telah
lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk
asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.
Sejak awal, manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa
terjadi penuaan , namun, tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan
proses penuaan. Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada
setiap individu akan berbeda bergantung faktor herediter, stressor lingkungan,
dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat
menjelaskan peristiwa fisik, psikologis dan peristiwa sosial yang kompleks
yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-
teori yang dihasilkan sangat penting bagi perawat untuk membatu orang lanjut
usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena
yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi didalam satu sel
yang berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi
pada tingkat kecepatan yang berbeda, didalam parameter yang cukup sempit,
proses tersebut tidak tertandingi.
Teori-teori yang menjelaskna bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan,
dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat selular sedangkan ahli

1
teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut
dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.

2.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan proses menua ?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses menua?
3. Bagaimana Teori-Teori Proses Penuaan?
4. Apa saja Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ?

2.3. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian proses menua
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi proses menua
3. Untuk mengetahui Teori-Teori Proses Penuaan
4. Untuk mengetahui Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Proses Menua


Menurut Constantanides (1994 dalam Siti Bandiyah, 2009) menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus –
menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ
tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut
usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang menyolok
atau diskrepansi (Wahyudi Nugroho, 2006).
Menjadi tua merupakan kodrat yang harus dijalani oleh semua insan di
dunia. Namun seiring dengan kemajuan ilmu perigetahuan dan teknologi,
proses penuaan dapat diperlambat atau dicegah (Smith, 2001).
Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan secara perlahan – lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Akibatnya, tubuh tidak
dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut
(Cunnningham, 2003).
Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh, meliputi organ
dalam tubuh, seperti jantung, paru – paru, ginjal, indung telur, otak, dan lain-
lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Yaar & Gilchrest,
2007).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Menua


Menurut Siti Bandiyah (2009) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan
patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang
memengaruhi yaitu hereditas atau genetic, nutrisi atau makanan, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.

3
1. Hereditas atau Genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi
sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X.
Sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X. Kromosom X ini ternyata
membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang
daripada laki-laki.
2. Nutrisi/Makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
3. Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih
disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang berlangsung tetap dan
berkepanjangan.
4. Pengalaman Hidup
a. Paparan sinar matahari: Kulit yang tak terlindung sinar matahari
akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahraga: Olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
c. Mengonsumsi alkohol: Alkohol dapat memperbesar pembuluh darah
kecil
pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat
permukaan kulit,
5. Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak dapat
dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.
6. Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadap proses penuaan.

4
2.3 Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Sheiera Saul (1974 dalam Siti Bandiyah, 2009), Secara
individual tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda.
Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga
tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-
teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori
biologis dan teori kejiwaan sosial.
1. Teori Biologi
Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan
organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,
persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori biologis, di
antaranya sebagai berikut:
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut Hayflick (1961 dalam Sri Surini Pudjiastuti, 2003), menua
telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dan perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
b. Teorí lnteraksi Seluler
Menurut Berger (1994 dalam Noorkasiani, 2009), bahwa sel-sel
yang saling berinteraksi satu sama lain dan memengaruhi keadaan
tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam
suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan
terjadi kegagalan mekanisme feed-back di mana lambat laun sel-sel
akan mengalami degenerasi.
c. Teori Replikasi DNA
Menurut Cunnningham (2003), teori ini mengemukakan bahwa
proses penuaan merupakan akibat akumulasi bertahap kesalahan
dalam masa replikasi DNA sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan
DNA akan menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi

5
ribosomal DNA (rDNA) dan memengaruhi masa hidup sel. Sekitar
50% rDNA akan menghilang dan sel jaringan pada usia kira-kira 70
tahun.
d. Teori Ikatan Silang
Menurut Yaar & Gilchrest (2007), proses penuaan merupakan akibat
dan terjadinya ikatan silang yang progresif antara protein-protein
intraselular dan interselular serabut kolagen. Ikatan silang meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini mengakibatkan
penurunan elastisitas dan kelenturan kolagen di membran basalis
atau di substansi dasar jaringan penyambung. Keadaan ini akan
mengakibatkan kerusakan fungsi organ.
e. Teori Radikal Bebas
Menurut Cunnningham (2003), teori radikal bebas dewasa ini lebih
banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan.
Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil
dan reaktif hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan
terus-menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan
pasangannya, termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Teori
ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas
(hydroxyl, superoxide, hydrogen peroxide, dan sebagainya) adalah
akibat terjadinya otoksidasi dan molekul intraselular karena
pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim
superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan
fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses
penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV (photoaging)
merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini.
f. Reaksi dan Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Menurut Goldteris & Brocklehurst (1989 dalam Siti Bandiyah, 2009)
di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai

6
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itulah terjadilah kelainan autoimun.
2. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap
perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan
perilaku lansia. Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial, di
antaranya sebagai berikut:
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Menurut Maslow (1954 dalam Noorkasiani, 2009), menyatakan
bahwa para lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktìf dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan
hubungan antara sistem social dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Menurut Kuntjoro (2002), dasar kepribadian atau tingkah laku
tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dan
teori di atas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhì oleh tipe
kepribadian yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Didengagemeot Theory)
Teori ini menerangkan putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu Iainnya.
Cumming and Henry (1961 dalam Siti Bandiyah, 2009),
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (triple loos) yaitu kehilangan peran (loss of role), hambatan
kontak social (restraction of contacts and relation ships). dan

7
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values).
d. Teori Subkultur
Menurut Rose (1962 dalam Noorkasiani, 1992), lansia merupakan
kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya, dan adat
kebiasaan tersendiri sehingga dapat digolongkan sebagai
subkultur. Akan tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada
masyarakat luas dan lebih banyak berinteraksi antarsesama. Di
kalangan lansia, status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat
kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil
pekerjaan, pendidikan, ekonomi, yang pernah dicapainya.
Kelompok-kelompok lansia seperti ini bila terkoordinasi dengan
baik dan dapat menyalurkan aspirasinya di mana hubungan
antargrup dapat meningkatkan proses penyesuaian pada masa
lansia.
e. Teori Strati Kasi Usia
Menurut Riley (1972 dalam Noorkasiani, 2009), teori ini
menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan
struktur sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut; orang-orang
tumbuh dewasa bersama masyarakat dalam bentuk kohor dalam
artian sosial, biologis, dan psikologis. Kohor muncul dan masing-
masing kohor memiliki pengalaman dan selera tersendiri. Suatu
masyarakat dibagi ke dalam beberapa strata sesuai dengan lapisan
usia dan peran. Masyarakat sendiri senantiasa berubah, begitu
pula individu dan perannya dalam masing-masing strata, terdapat
saling keterkaitan antara penuaan individu dengan perubahan
social. Kesimpulannya adalah lansia dan mayoritas masyarakat
senantiasa saling memengaruhi dan selalu terjadi perubahan
kohor maupun perubahan dalam masyarakat.
f. Teori Penyesuaian Individu dengan Lingkungan
Menurut Lawton (1982 dalam Noorkasiani, 2009), ada hubungan
antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi

8
ini merupakan ciri fungsional individu, antara lain kekuatan ego,
keterampilan motorik, kesehatan biologis, kapasitas kognitif, dan
fungsi sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah
mengenai potensinya dalam menimbulkan respon perilaku dari
seseorang bahwa untuk tingkat kopetensi seseorang terdapat suatu
tingkatan suasana atau tekanan lingkungan tertentu yang
menguntungkan baginya. Orang yang berfungsi pada level
kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada level
tekanan lingkungan yang rendah. Suatu korelasi yang sering
berlaku adalah semakin terganggu (cacat) seseorang, maka
tekanan lingkungan yang dirasakan akan semakin besar.

2.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,sosial,
dan psiologis.
1. Perubahan fisik
 Sel
jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraselular menurun
 Kardiovaskular
katup jantung menebal dan baku, kemampuan menompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume) elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
 Respirasi
Otot-otot prnafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih
berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,serta terjadi
penyempitan pada bronkus`
 Persarafan
Saraf panca indra mengecil hinggga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespons waktu bereaksi khususnya yang

9
berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan
meilin akson,sehingga menyebabkan berkurang respons motori dan
refleks
 Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosi),
bungkuk (kifosis), (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan
memahami sklerosis.
 Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun,lapar menurun,dan
paristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun`
ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan
 Genitourinaria
Ginjal: mengecil, aliran darah keginjal menurun, penyaringan di
glomerolus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
 Vesika urinaria
Otot melemah, kapasitasnya menurun dan retensi urine. Prostat :
hihertrofi pada 75% lansia`
 Vagina
Selaput lendir mengering dan sekret menurun.
 Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
 Penglihatan
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapangan pandang menurun, dan katarak.
 Endokrin
Produksi hormon menurun
 Kulit

10
 Keriput serta kulit kepala dab rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan teling menebal. Elastisitas menurun,vaskularisasi
menurun, rambut memuti (uban). Kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
 Belajar dan memori
Kemampuan belajar masih ada terapi relatif menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.

Input encoding (penerimaan) retriaval (pemanggilan kembali)


recell(output)

 Intelegensi
Secara umum tidak banyak berubah
 Personality dan adjustment (pengaturan)
Tidak banyak perubahan, hampir seperti saat muda.
 Pencapaian (achivement)
Sains, flosofi, seni, dan musik sangat memengaruhi.
2. Perubahan sosial
 Peran
Post power syndrome, single women, dan single parent.
 Keluarga (achievement)
Sendirian kehampaan.
 Teman
Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan
akan meninggal.
Berada dirumah terus menurus akan cepat pikun (tidak
berkembang)
 Abuse
Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbel (dicubit,
tidak diberi makan).
 Masalah hukum : berkaitan dengan perlindungan aset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

11
 Pensiun
Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
 Ekonomi
Kesempatan untuk mendekatkan pekerjaan yang cocok bagi lansi
dan income security.
 Rekreasi
Untuk ketenangan batin
 Kelamaan
Jatuh, terpeleset.
 Transpotasi
Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia
 Politik
Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan masukan
dalam sistem politik yang berlaku
 Pendidikan
Berkaitan dengan pengentasan buta akses dan kesepekatan untuk
tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia
 Agama
Melaksanakan ibadah
 Panti jompo
Masa dibuang / diasingkan

3. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan , depresi, dan
kecemasan.
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya
akibat proses penuaan digambarkan oleh hal hal berikut.
 Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia

12
 Kesadaran fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.
 Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
berasalan untuk melakukan berbagai perubahan besar
dalam pola hidupnya.
 Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan
status ekonomi dan kondisi fisik.
 Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri
yang telah meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat.
 Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang
yang semakin bertambah
 Belajar untuk memerlukan anak yang sudah besar sehingga
orang dewasa
 Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai
untuk lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok
 Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat,
buaya darat, dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup
lagi untuk mempertahankan diri.
 Perubahan-perubahan umum dalam penampilan lansia
Bagian kepala: bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau
karena harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur, mata tak
bercahaya dan sering mengeluarkan cairan, dagu mengendur
tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut, dan kering, bintik
hitam pada kulit tampak lebih banyak, serta rambut menipis dan
berubahan menjadi putih atau abu-abu.
Bagian tubuh : bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut
membesar dan tampak membucit, pinggul tampak mengendur dan
lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis
pinggang melebar menjadikan badan tampak seperti terisap, serta
payudara bagi wanita menjadi kendur.

13
Bagian persendian : pangkal tangkal tangan menjadi kendur dan
terasa beras, sedangakan ujung tangan ujung tangan tampak
mengerut. Kaki menjadi kendur dan pembuluh darah balik
menonjol, terutama ada sekitar pergelangan kaki. Tangan menjadi
kurus kering dan pembuluh vena disepanjang bagian belakang
tangan menonjol. Kaki membesar karena otot-oto mengendur,
timbul benjolan-benjolan, serta ibu jari membengkak dan bisa
meradang serta timbul kelosis. Kuku tangan kaki menebal,
mengeras, dan mengapur.
Beberapa kemunduran organ tubuh seperti yang disebabkan oleh
kartari (1990), diantaranya adalah sebagai berikut.
 Kulit
Kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keriput, dan elastisitas
menurun. Dengan demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu
lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu.
 Rambut
Rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak mengilap. Ini
berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
 Otot
Jumlah sel otot berkurang, ukurannya mengecil atau terjadi atrofi
sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara
keseluruhan menyusut, fungsinya menurun, serta kekuatannya
berkurang.
 Jantung dan pembuluh darah
Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang.
Berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak
mengalami kekuatan. Lapisan intima menjadi kasar akibat
merokok,hepertansi, diabetes melitus, kadar kolestrol tinggi, serta
hal lain yang memudahkan timbulnya pengumpulan darah dan
tromosis.
 Tulang

14
Pada proses menua, kadar kapur ( kalsium) dalam tuang menurun
menjadi keropos ( osteoporosis) dan mudah patah.
 Seks
Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
dengan bertambahnya umur.

Menurut boedhi darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau
sakit, terapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas
kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan
geriatric giant, dimana lansia akan mengalami 13 I, yaitu imobilisasi;
instabilitas ( mudah jatuh); intelektualitas terganggu (demensia); isolasi
(depresi); inkontinensia; impotensi;imunodefisiensi; infeksi mudah terjadi;
impaksi (konstipasi); iatrogenesis (kesalahan diagnosis); insomnia;
impainrment of ( gangguan pada); penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman, komunikasi, dan intergrasi kulit, inaniation (malnutrisi)
 Perubahan umum fungsi pancaindra pada lansia
Sistem penglihatan : ada penurunan yang konsisten dalam
kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang
rendah serta menurunnya sensitivitas terhadap warna.
Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiop atau tidak
dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas
lensa mata berkurang.
Sestem pendengaran : orang berusia lanjut kehilangan kemampuan
mendengar bunyi dengan nada yang tinggi sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan
organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput didalam
telinga. Mereka pada umumnya tetap dapat mendengar pada suara
rendah dari pada nada C sejelas orang yang lebih muda. Menurut
pengalaman, pria cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran
pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.
Sistem perasa : perubahan penting dalam alat perasa pada usia
lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas

15
perasa yang terletak dilidah dan dipermukaan bagian dalam pipi.
Saraf perasa yang berhentin tumbuh ini semakin bertambah
banyak jalanyang pertambahannya usia. Selain itu, terjadi
penurunannya sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap
rasa manis dan asin.
Sistem penciuman : daya pencium jadi kurang tajam sejalan
dengan bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel
didalam hidung berhenti dan sebagian lagi karna semakin lebatnya
bulu hidung didalam hidung.
Sistem peraba : kulit menjadi semakin kering dan keras, maka
indra peraba di kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit
terdapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap rasa sakit.
Rasa sakit tersebut berdeda setiap bagian tubuh. Bagian tubuh yang
ketahanannya sangat menurun, antara lain adalah bagian dahi dan
tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.
 Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia
Kekuatan motorik : penurunan kekuatan yang paling nyata adalah
pada kelenturan otot otot tangan bagian depan dan oto-otot dan
menopang tegaknya tubuh. Orang yang berusia lanjut lebih cepat
merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memulihkan dari diri dari keletihan dibanding orang yang muda.
Kecepatan motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi
lansia dapat dilihat dari es terhadap waktu, reaksi, dan
keterampilan dalam bergerak seperti dalam menulis. Kecepatan
dalam bergerak tampak sangat menurun setelah usia 60-an.
Belajar keterampilan baru : bahkan pada waktu orang berusia
lanjut percaya bahwa belajar keterampilan baru akan
menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam belajar
dibanding orang yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung
kurang memuaskan.
Kekakuan motorik : lansia cencerung menjadi canggung dan kaku
hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya

16
tertumpah dan terjatuh. Lansia melakukan sesuatu dengan tidak
hati hati dan di kerjakannya secara tidak teratur. Kerusakan dalam
keterampilan motorik terjadi dengan sususan terbalik terhadap
berbagai keterampilan yang telah dipelajari. Keterampilan yang
lebih dulu dipelajari justru lebih sulit dilupakan dan keterampilan
yang baru dipelajari lebih cepat dilupakan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
proses yang terus-menerus ( berlanjut ) secara alamiah. Dimulai sejak lahir
dan umumnya dialami semua makhluk hidup.
Menurut Sheiera Shaul (1974 dalam Siti Bandiyah, secara individual
tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-
masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada
satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-teori itu
dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori biologis, dan
teori kejiwaan sosial.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna
menambah pengetahuan bagi para perawat maupun calon perawat dalam
melakukan perawatan terhadap lansia dengan baik sesuai dengan teori yang
ada agar tidak terjadi kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan

18
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R Siti, Mia Fatma Ekasari, Rosida Wati, Ahmad Jubaedi, Irwan
Batubara. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlentt Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik (Edisi 2). Yogyakarta : EGC

Tamher, S dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

19

Anda mungkin juga menyukai