Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN CVA (STROKE)

1. KONSEP TEORI
A. Definisi
Menurut WHO stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vascular (muttaqin,2008). Stroke merupakan salah satu kegawatan neurologik,
dari tahun ketahun morbiditasnya semakin meningkat seiring meningkatnya status
ekonomi masyarakat dan adanya transisi epidemologik maupu transisi demografik.
Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan.
Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian.
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplay
darah kebagian otak. Otak merupakan organ yang membutuhkan banyak oksigen dan
glukosa. Zat ini diperolehnya dari darah.apabila di otak hampir tidak ada cadangan
oksigen, sehingga dapat merusak daerah-daerah yang ada di otak yang dapat
menyebabkan fungsi otak terganggu. Jadi jaringan otak sangat bergantung kepada
keadaan aliran darah setiap saat. Beberapa detik saja aliran darah terhenti maka fungsi
otak akan bisa berakibat fatal,dan apabila aliran darah kesuatu daerah otak terhenti
selama kira-kira 3 menit maka jaringan otak akan mati (infark).
Stroke hemoragic adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir, penyebab stroke hemoragic antara
lain: hipertensi, pecahnya aneurisma malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun juga bisa terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun (Artiani, 2009). Maka dapat disimpulkan
bahwa stroke merupakan salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
B. Etiologi
stroke biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian,
yaitu:
1. Trombosis ( Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
3. Isiansia (Penurunan aliran darh ke arah otak).
4. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan suplai darah
ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik
sementara atau permanen.
Sedangkan faktor resiko pada stroke menurut Baughman, C Diane.dkk (2000):
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2. Penyakit kardiovaskuler(Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung).
3. Kadar hematokrit normal tinggi(yang berhubungan dengan infark cerebral).
4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun
dan kadar esterogen yang tinggi.
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat
menyebabkan iskhemia serebral umum.
6. Penyalahgunaan obat tertentu. pada remaja dan dewasa muda.
7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah,
merokok kretek dan obesitas.
8. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.

C. Klasifikasi
CVA pada dasarnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Stroke trombolik
Secara patologi anatomi dan penyebabnya dibagi menjadi :
a. Stroke iskemik
1. Transient inschemic attack (TIA)
2. Thrombosis serebri
3. Emboli serebri
b. Stroke hemoragik
1. Perdarahan intraserebral
2. Perdarahan subarachnoid

2. Berdasarkan stadium :

a. Transient ischemic attack (TIA)

b. stroke in evolution

c. complete stroke

3. berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)

a. tipe karotis

b. tipe vertebrobasiler

D. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan deficit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya (Muttaqin, 2008)
1. Kelumpuhan pada salah satu tubuh (hemiparese atauu hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sis wajah “Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurunnya atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “homonimus Hemianopsia”
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam bentuk kata: afhasia atau
disfasia:bicara defeksi/kehilangan bicara)
7. Gangguan presepsi
8. Gangguan status mental
Tanda dan gejala Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) tanda dan gejala dari stoke
adalah:
1. Kehilangan motorik. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia(paralisis
pada salah satu sisi) dan hemiparesis(kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan
berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau
kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, perestesia(terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih Meliputi inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin(mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral),
Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut. (dapat mencerminkan kerusakan
neurologi ekstensif).

E. Patofisiologis
Ada dua bentuk cerebro vascular accident (CVA) bleeding :
1. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema disekitar otak. Peningkatan trans iskemik
attact (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di
daerah pituitary glad, thalamus, sub kortikal, nucleus kaudatus, pond an
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
pembuluh darah berupa lipohyalianosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi wilisi. Arteriovenous
malformations (AVM) dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter
dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarachnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subarachnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai
kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan
tekanan intracranial yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subarachnoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarachnoid
dapat mengakibatkan vasopasme pembuluh darah serebral. Vasopasme ini
seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari
ke 5-9 dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan 02 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energy
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan 02 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70%
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi 02 melalui proses metabolic anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi cerebral
Untuk menentukan penyebab stroke hemoragic, seperti perdarahan atau obstruksi
arteri
2. CT scan (Computer Topografi)
Untuk memperlihatkan adanya odem, hematom iskemia dan adanya infark
3. MRI (Magnetic Resonace Imaging)
menunjukkan daerah yang mengalami infark hemologi Mavformasi Arterio Vena
(MAV)
4. Ultrasonografi Doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteri vena
5. EEG (Eletroenchephalography) untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan pada
gelombang otak dan mengkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar lempeng paneal
daerah yang berlawanan dari masa meluas ke klasifikasi karotis internal terdapat
trombosit serebral.
7. Pemeriksaan syaraf kranial
a. Olfaktorius : untuk menguji saraf ini digunakan bahan-bahan yang tidak
merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau salah satu rempah
b. Optikus : ada 6 pemeriksaan yg harus dilakukan yaitu penglihatan
sentral,kartu snellen, penglihatan perifer, reflex pupil, fundus kopi dan tes
warna
c. Okulomotoris : meliputi gerakan pupil dan gerakan bola mata
d. Troklearis : meliputi gerakan mata ke bawah dan kedalam
e. Trigeminus : untuk mengontrol sensori pada wajah dan kornea serta bagian
motoric mengontrol otot mengunyah
f. Fasial : mengontrol ekspresi wajah
g. Vestibule kokhlearis : mengontrol pendengaran dan keseimbangan
h. Glasofaringeus : reflex menelan dan muntah
i. Vagus : mempersyarafi faring, laring dan langit lunak
j. Aksesorus : mengontrol pergerakan kepala dan bahu
k. Hipoglosus : mengontrol gerak lidah

G. Penatalaksanaan
1. Hilangkan kemungkinan kaugulopati : untuk memastikan masa protombin dan
tromoplastinparsial
2. Mengendalikan hipertensi
3. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf apabila : perdarahan serebrum diameter
lebih dari 3cm atau volume <50ml
4. Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma
5. Berikan manitol 20% (1kg/kb/BB, intravena dalam 20-30 menit) utk px koma
6. Perdarahan intraserebral
a. Obati penyebabnya
b. Turunkan tekanan intracranial yang meninggi
c. Berikan neuroprotektor
d. Pertimbankan terapi hipovolemik dan nimodipin untuk mencegah vasopasme
bila secara klinis, CT scan menunjukkan perdarahan subarachnoid akut.
7. Penatalaksanaan umum 5B dengan penurunan kesadaran :
1. Breathing (pernafasan)
- Usakan jalan nafas lancar
- Lakukan penghisapan lendir
- Posisikan kepala dengan baik
- Oksigenasi terutama pada pasien tidak sadar
2. Blood (tekanan darah)
- Usahakan otak mendapatkan cukup darah
3. Brain (fungsi otak)
- Atasi kejang yang timbul
- Kurangi edema otak dan tekanan intracranial yang tinggi
4. Bladder ( kandung kemih)
- Pasang kateter bila terjadi retensi urine
5. Bowel (percernaan)
- Defekasi supaya lancar
- Pasang NGT/sonde
6. Menurunkan kerusakan sistemik
7. Mengendalikan hipertensi dan peningkatan tekanan intracranial
8. Terapi farmakologi (antikoagulasi)
9. Pembedahan
H. Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam
2. Perawatan intensif untuk mempertahankan tekanan darah selama tindakan
pembedahan.
3. Peningkatan kegiatan fisik : olahraga
4. Penurunan berat badan apabila obesitas
5. Berhenti merokok

I. Komplikasi
a. Peningkatan tekana Intrakranial
b. Resiko aspirasi
c. Atelectasis
d. Kontraktur
e. Distritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal nafas

J. Pathway

Anda mungkin juga menyukai