Anda di halaman 1dari 2

Emperisme (Yunani Kuno), pengalaman adalah pengetahuan yang lansung berakar dalam data yang

inderawi, yang tidak dialami berarti tidak ada dan tidak dapat dikenal. Karena emperisme hanya
membenarkan adanya pengalaman lewat panca indera, maka aliran ini disebut sensualisme. Emperisme
yang dimaksud adalah lewat dari Rasionalisme.
Istilah sensualisme disini diambil dari kata sense (indera) yang berpendirian bahwa sumber pengenalan
pengetahuan dengan segala bentuknya adalah indera-indera bukan pikiran-pikiran. Aliran ini menitiberatkan
pencerapan indera dikarena oleh bukan hanya karena penglihatan, penginderaan dan sebagainya tetapi
juga pengalaman bathin.
Akal budi yang diagung-agungkan oleh rasionalisme, menurutnya adalah akal budi yang telah
mengkombinasikan penginderaan pengalaman inderawi yang positifistis. Karena itu jalan yang ditempuh
oleh rasionalisme adalah kurang tepat sebab sistem ini harus terlebih dahulu melalui emperis. Setiap
manusia dilahirkan pada dasarnya akalnya belum berfungsi sebagaimana mestinya sebelum mendapatkan
pengalaman.

Tokoh-Tokoh Emperisme
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Hobbes mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan, pengalaman
intelektual tidak lain adalah semacam perhitungan yaitu penggabungan dari data-data inderawi.
Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa adalah subtansi rohani. Menurutnya seluruh
dunia termasuk manusia merupakan suatu proses yang berlansung dengan tiada henti-
hentinya berdasarkan hukum mekanis.
Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang "Yang Ada" secara
mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama dalam filsafat modern.
Pokok-pokok Pandangan Hobbes

 Materialisme ; segala sesuatu yang ada itu bersifat materi, segala kejadian berlansung secara
keharusan dan mekanis.
 Manusia ; adalah tidak lain dari pada sesuatu bagian alam bendawi. Oleh karena itu segala sesuatu
yang terjadi pada diri manusia adalah perjalanan secara mekanis. Manusia itu hidup selama
darahnya beredar dan jantungnya berdenyut yang disebabkan karena pengaruh mekanis dari hawa
atmofer. Dengan demikian manusia hidup tiada lain adalah gerak anggota tubuh.
 Jiwa; menurut Hobbes jiwa adalah proses mekanis di dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan
melainkam hasil perkembangan dari pengalaman yang diperolehnya.

2. John Locke (1632-1704)


Locke adalah termasuk seorang filosof yang mengagumi
Descrates tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai
gambaran kertas putih (As a white paper) seluruh isinya berasal dari pengalaman, ia membagi pengalaman
atas dua bagian yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniyah (reflection).

Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Roh manusia bersifat pasif
sama sekali, selama menerima ide-ide. Namun demikian, roh juga mempunyai aktifitas. Oleh karena itu
lahirlah filsafat teorinya "Tabula Rasa" yakni manusia itu dilahirkan bagaikan kertas putih bersih.
Pengalamanlah yang dapat membentuk seseorang.

Menurut John Locke, pengalaman dapat diperluas sehingga meliputi juga pemikian. Ia mengatakan bahwa
pikiran datang dari pengalaman dan percobaan semata-mata.

Oleh karena pengalamanlah yang dapat menentukan pembentukan dan kepribadian dan watak
seseorang, maka diperlukan adanya pendidikan yang baik. Ada tiga unsur yang turut dalam menentukan
dalam pendidikan yaitu : Pembawaan, kecakapan, dan kecerdasan seseorang yang diperoleh melalui proses
belajar dan bimbingan. Perlunya kesehatan baik jasmani maupun rohani, permainan kegembiraan, humor
adalah kodrat bagi anak yang perlu di bimbing dimana saja.

Ajaran politiknya telah menyusun sistem pemerintahan dengan Trias Politica yaitu ;

 Kekuasaan yang membuat Undang-Undang (Legislatif)


 Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (Eksekutif)
 Kekuasaan menentukan perang atau damai disebut (Peyoratif)

3. David Hume (1711-1776)


Puncak kejayaan Emperisme adalah pada masa David Hume, yang menggunakan prinsip-prinsip
emperisme yang radikal, terutama pengertian subtansi dan kausalitas yang menjadi objek kritiknya. Ia tidak
menerima subtansi sebab yang dialami adalah pesan-pesan saja tentang beberapa ciri yang selalu
mendapat bersama-sama (misalnya : Putih, licin, berat, dan sebagainya). Tetapi atas dasar pengalaman
tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada substansi tetap (misalnya : Sehelai kertas
yang mempunyai ciri-ciri tadi)

Dengan sistem yang ditempuh ini, menunjukkan pikirannya yang skeptis dan radikal, tidak puas dengan
masalah yang ditemukan sehingga keraguannya ini berbeda dengan keraguan Descrates. Bagi Descrates
keraguan itu digunakan untuk mendapatkan, sedangkan David Hume ragu semakin ragu akhirnya menjadi
pesimis.

Kepercayaan terhadap agama dianggapnya sebagai hayalan belaka tidak dapat berlaku secara umum.
Proses terjadinya agama bukanlah dari Tuhan, bukan pula atas kekaguman manusia, melainkan karena
adanya pengharapan serta rasa takut terhadap kehidupan.

David Hume membedakan dua bentuk agama yaitu Natural Religion yang berasal dari hasil akal budi dan
Publik Religion yang penuh Fantisme dan diantara kedua agama ini yang paling baik adalah Natural Religion.

Anda mungkin juga menyukai