Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP

DUNIA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan .......................................................................... 3


a. Kemiskinan ....................................................................................................................... 3
b. Pendidikan ........................................................................................................................ 4
B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan .......................................................................... 6
C. Dampak Kemisikinan Terhadap Pendidikan ................................................................... 7
D. Upaya Menanggulangi Kemisikinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan.................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11
Daftar Isi ................................................................................................................................... 12

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah fenomena yang sejak lama terjadi diindonesia dan tidak dapat
dipungkiri lagi besarnya dampak yang di timbulkan. Dewasa ini, kemiskinan sering menjadi
perbincangan hangat di forum dunia namun belum menunjukan penurunan angka kemiskinan
yang signifikan. Kemiskinan tidak hanya menarik perhatian Indonesia tetapi juga dunia, baik
negara maju maupun Negara berkembang.
Kemiskinan menurut Van Den Berg (2001) merupakan istilah yang terkait pengertian
relative maupun absolut. Seseorang atau keluarga dianggap miskin atau hidup dalam
kemiskinan jika pendapatan mereka atau akses mereka terhadap barang atau jasa relative
rendah dibandingkan orang lain dalam perekonomian. Kemiskinan juga dapat dilihat sebagai
tingkat absolut pendapatan atau standar hidup.
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks. Kemiskinan berkaitan erat dengan kualitas
sumber daya manusia. Kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak
berkualitas, begitu pula sebaliknya. Membangun pengertian kemiskinan bukanlah perkra yang
mudah karena kemiskinan mencakup beberapa dimensi. Dimensi kemiskinan dapat
diidentifikasi menurut ekonomi, sosial, politik. Kemiskinan secara ekonomi dapat diartikan
sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kemiskinan ini dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya yang
tersedia dan membandingkannya dengan ukuran baku.
Kemiskinan menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
di negara ini selalu bersamaan dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian
menghasilkan pengangguran, ketimpangan sosial dalam distribusi pendapatan nasional maupun
pembangunan dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing didunia kerja.
Di zaman sekarang untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maka perlu diimbangi
dengan biaya sehingga masyarakat berekonomi lemah tidak mampu untuk membayarnya.
Akibatnya, pendidikan dan pengetahuan yang mereka miliki dibawah standar. Bahkan banyak
anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena kemiskinan.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan ketrampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa.
Dalam upaya mengentaskan dan memutuskan mata rantai kemiskinan, salah satu titik
berat yang harus diberikan perhatian yang serius adalah anak-anak. Pemerintah seharusnya bisa
menjamin dan memenuhi hak-hak mereka. Alokasi anggaran untuk kepentingan publik juga
seharusnya lebih berpihak pada pembangunan generasi penerus dan diarahkan untuk memenuhi
hak-hak anak dalam rangka mengembangkan potensi diri serta memberikan bekal kemampuan
untuk masa depan mereka. Penghematan anggaran juga sepatutnya dilakukan oleh para wakil
rakyat jika memang mereka benar-benar serius dan tulus mewakili rakyat dan menjalankan
fungsinya sebagai wakil rakyat, termasuk anak-anak yang hidup dalam kemiskinan, mengingat

1
masih begitu banyak dan akan lebih banyak lagi barisan anak-anak yang harus ditolong akibat
semakin kerasnya deraan kehidupan ekonomi yang semakin memprihatinkan akhir-akhir ini.
Oleh sebab itulah, kemiskinan dan pendidikan dapat diasumsi sebagai dua hal yang
berkaitan dan masih menjadi lingkar setan di dunia, khususnya negara indonesia, serta butuh
perhatian khusus terkait hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak kemiskinan terhadap mutu pendidikan ? dan bagaimana
menanggulanggi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
Agar kita dapat mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap pendidikan, sehingga kita
dapat mengantisipasi dan menanggulangi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia ini.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan


a. Kemiskinan
Pada umumnya, permasalahan mengenai pendidikan dan kemiskinan di negara
berkembang hampir serupa. Umunya, negara-negara ini menghadapi dilema; apakah
pertumbuhan ekonomi yang lebih dahulu dipacu ataukah pendidikan yang lebih baik. Persoalan
ini sukar dijawab, sehingga ia lebih merupakan sebuah lingkaran setan (Azra, 1999)..
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan
kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga
menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan
pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi semangat untuk
terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan dalam memperoleh
pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di garda terdepan untuk
mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial mempunyai kaitan
terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan diri, maupun
kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas utama dalam mengatasi
kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya. Pendidikan informal
dalam rangka pendidikan sosial dengan sasaran orang miskin selaku kepala keluarga (individu)
dan anggota masyarakat tidak lepas dari konsep learning society adult education experience
yang berupa pendidikan luar sekolah, kursus keterampilan, penyuluhan, pendidikan dan
latihan, penataran atau bimbingan, dan latihan (Supriatna, 1997).
Menurut (Dwi. 2010), kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal
yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, halhal
ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan dapat didefenisikan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada sejumlah
atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Secara umum kemiskinan diartikan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau dasar.
Dalam bahasa Arab kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam atau tenang,
sedang kata masakin ialah bentuk jama’ dari miskin yang menurut bahasa diambil dari kata
sakana yang artinya menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang sabar
dan qana’ah (Sidi, 1985). Kemiskinan merupakan kondisi masyarakat karena pengaruh
kebijakan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan (Djoko, & Muliawan, 2009).
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan
relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong
miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap

3
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya (Nur Kholis, 2014).
(Sharp, et.al dalam Kuncoro, 2003; Subandi, 2008) mengidentifikasikan ada tiga penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:

• Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan


sumber daya sehingga menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang,
• Kemiskinan timbul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia,
• Kemiskina muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Adanya keterbelakangan,
ketidak sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
diterima.
Faktor lain yang menyebabkan kemiskinan, antara lain:
a. Semakin meningkatnya jumlah penduduk sementara lapangan kerja yang tersedia
sangat minim.
Meledaknya jumlah penduduk yang tidak di imbangi dengan lapangan kerja yang memadai
sehingga menciptakan pengagguran, dan dari pengangguran tersebut terciptalah kemiskinan.
b. Tidak meratanya pendidikan.
Pendidikan yang tidak merata terutama di daerah terpencil memberikan peran yang cukup
besar dalam menambah angka kemiskinan, pendidikan selama ini lebih mengutamakan di kota-
kota besar, sehingga hanya masyarakat kota saja yang memiliki pendidikan yang cukup.
Sedangkan masyarakat di pelosok tetap di bayang-bayangi oleh kemiskinan.
c. Banyaknya pejabat yang melakukan tindakan korupsi
Tindakan korupsi yang di lakukan oleh para pejabat yang tidak bertanggung jawab yang
hanya memikirkan pribadi tanpa memikirkan orang-oarang yang di rugikan. Jumlah uang yang
di korupsi oleh para koruptor sudah tidak terhitung lagi dan telah merugikan Negara.
Seharusnya uang tersebut di gunakan untuk biaya megurangi kemiskinan.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dari pengertian diatas bahwa melalui pendidikan dapat dilihat, yaitu:
• Orang Mengalami Perubahan Sikap dan Tata laku
• Orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku
Proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

b. Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu “Peadagogie”. Secara Etimologi kata
peadagogie adalah “pais” yang artinya “anak” dan “again” yang berarti “bimbing”. Jadi
terjemahan bebas kata peadagogie adalah “bimbingan yang diberikan kepada anka”. Menurut

4
termonologi yang lebih luas pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental.

Di bidang pendidikan, salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus sekolah
di masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP. Yang menjadi
masalah utama adalah kurangnya akses masyarakat miskin untuk melanjutkan dari SMP
ataupun SMK, baik bersifat fisik maupun finansial. Akses finansial terbatas akibat tingginya
biaya menciptakan halangan bagi pendidikan masyarakat miskin pada tingkat pendidikan
menengah pertama. Sekitar 89 persen anak dari keluarga miskin menyelesaikan sekolah dasar,
tetapi hanya 55 persen yang menyelesaikan sekolah menengah pertama. Diagnosa
menunjukkan bahwa manfaat pendidikan (return to education) meningkat seiring dengan
dengan meningkatnya pendidikan. Pada tahun 2002, peningkatan upah pekerja pria di
perkotaan (pedesaan) akibat dari tambahan satu tahun pendidikan untuk seseorang yang hanya
mengecap satu tahun pendidikan dapat mencapai 8,3 persen (dan 6,0 persen untuk pedesaan);
setelah lima tahun pendidikan, manfaat yang didapat (return)-nya adalah 10,0 persen (dan 7,6
persen untuk pedesaan), serta setelah delapan tahun pendidikan adalah 11,1 persen (dan 8,8
persen untuk pedesaan) (The Word Bank Jakarta).
Investasi di bidang pendidikan harus dilakukan dengan fokus pada perbaikan akses dan
keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan bagi masyarakat miskin, sambil
terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah dasar. Untuk memperbaiki pendidikan
masyarakat miskin pada tingkat sekolah menengah diperlukan intervensi dari sisi penawaran
dan permintaan. Pada sisi penawaran, perlu disediakan lebih banyak ruang kelas dan gedung
sekolah menengah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonversi gedung sekolah dasar bila
terjadi kelebihan persediaan. Pada sisi permintaan, sekolah menengah dan sekolah menengah
kejuruan dapat dibuat lebih terjangkau bagi masyarakat miskin dengan mentargetkan bantuan
kepada siswa miskin melalui beasiswa atau bantuan tunai bersyarat (CCT). Untuk memperbaiki
mutu pendidikan dasar, prioritas tindakan yang bisa diambil adalah melaksanakan program
untuk memperbaiki manajemen guru sehingga jumlah guru di sekolah berkurang tetapi
mutunya meningkat dan jumlah yang ditempatkan di wilayah terpencil bertambah.
Fungsi Pendidikan
Lembaga pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli sosiologi
yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang
tercantum dalam kurikulum, sedangkan fungsi laten adalah kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) atau kurikulum yang tidak disadari tapi tetap berfungsi untuk menanamkan
pengetahuan, keterampilan atau nilai tertentu
Fungsi Manifes
a) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk untuk mencari nafkah
b) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan
masyarakat
c) Melestarikan kebudayaan
d) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi dan
sebagainya.

5
Fungsi laten
a) Pemupukan keremajaan
b) Pengurangan pengendalian orang tua
c) Penyediaan sarana untuk pembangkangan
d) Dipertahankannya kelas sosial

B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan


Hadis-hadis Rasul saw yang memuji terhadap sekap zuhud dalam menempuh hidup
duniawi ini sama sekali sama sekali tidak menyinggung tentang terpujinya kemiskinan. Adapun
sifat zuhud dapat menumbuhkan rasa puas dalam menerima sesuatu. Orang yang dikatakan
zuhud dalam arti yang sebenarnya adalah orang yang berharta, dan sanggup menjadikan
hartanya dibawah kekuasaannya, bukan ia yang dikuasai atau diperhamba oleh hartanya.
Islam menilai bahwa kekayaan itu satu kenikmatan sebagai karunia Allah yang harus
disyukuri. Kemiskina itu suatu cobaan, suatu bencana, yang hanya dengan pertolongan Allah
ia dapat dihindari. Karena itu Islam telah memberikan beberapa jalan untuk mengatasinya
(Yusuf Al-Qardawy, 1996).
Pandangan Islam, yang melihat fakta kefakiran/kemiskinan sebagai perkara yang sama,
bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama saja hakikatnya. Islam memandang bahwa
masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhankebutuhan primer secara
menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut
eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan dan papan. Dapat di pahami bahwa
tiga perkara (yaitu sandang, pangan,dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang
berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila kebutuhan
pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada kehancuran atau kemunduran
umat manusia. Karena itu, Islam menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa
dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 268 yang
artinya “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat jahat...”
Allah swt juga memberikan kekayaan kepada Raul-Nya (Nabi Muhammad), yang
semula dalam keadaan miskin menjadi kaya, sebagaimana diterangkan Allah dalam surah Adh-
Dhuha:8 yang artinya “Dan Ia (Allah) telah mendapati engkau (Muhammad) dalam keadaan
miskin, lalu menjadikan engkau orang yang berkecukupan.” Selain dari firman
Allah terdapat hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani yang artinya “Sebaik-
baik harta yang berguna adalah milik orang salih.”
Bila kemiskinan merupakan bahaya bagi agama dalam segi akidah dan kepercayaan,
tidak sedikit pula bahayanya terhadap segi etika dan moral. Kekecewaan dan keputusasaan
orang miskin lebih-lebih yang hidup ditengah-tengah orang kaya, banyak mendorong mereka
untuk bertindak yang tidak dibenarkan oleh budi luhur dan akhlaq mulia.

6
C. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan

Menurut (Ahmad, 2009), bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa
yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.
Hampir semua jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena
tidak lagi berbicara pada persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru
besarnya biaya masuk untuk sekolah. Pada kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-
halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga
masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Bagi masyarakat dan orangtua yang
kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan
tidak bersekolah.
Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu
membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan
memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang
usianya lebih dari 60 tahun, banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan
tertinggal karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas sumber daya
manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.
Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika kemiskinan tidak segera di
atasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit, karena di zaman yang
modern seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumberdaya
yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit. Bagi masyarakat
yang mampu mungkin tidak masalah, karena mereka memiliki cukup materi untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan berbagai jalan salah satunya dengan
kursus.
Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi nutrisi bergizi,
mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati lingkungan yang menunjang bagi hidup
sehat. Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia
yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Hal
ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh. Sehingga
dalam perkembangannya hal ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di suatu
daerah (Christina, 2011)
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu. Tetapi
karena kemiskinan hak tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anakanak yang
rela bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di gunakan
untuk bekerja, sehingga generasi muda penerus bangsa ini tidak memiliki modal pengetahuan
yang cukup untuk menghadapi persaingan global dimasa depan. Dalam era pasar global bukan
saja persaiangan usaha melainkan juga persaingan untuk mendapat pekerjaan bukan saja
dengan individu satu bangsa tetapi dengan individu dari berbagai bangsa jadi dengan tantangan
ini kita harus segera memperbaiki mutu pendidikan kita.
Lebih dari itu kita bisa tahu sebagian besar dari peserta didik tertanam dalam pikiran
mereka bahwa tujuan pendidikan yang mereka jalani hanyalah untuk persaiangan mendapat
pekerjaan sebenarnya ini yang lebih mengerikan dalam memandang masa depan bangsa
kita.Bangsa yang jumlah penduduknya mencapai 250 juta jiwa, hanya bersaing mendapat
pekerjaan. Semestinya pandangan ini harus diubah, pada negara maju pendidikan bukan
7
sebagai langkah untuk mendapat pekerjaan tetapi sebagai langkah memperkaya pengetahuan
dan wawasan, sehingga mereka mampu melihat peluang yang ada dalam menciptakan usaha.
Buah pemikiran bahwa pendidikan adalah senjata untuk mendapat posisi pekerjaan
haruslah diubah dengan pendidikan untuk menciptakan lapangan kerja setidaknya untuk
individu itu sendiri. Karena seiring meningkatnya jumlah penduduk jika tidak dibarengi dengan
meningkatnya lapangan kerja maka persaingan untuk mendapat kerja sangat tinggi, maka
kemiskinan akan semakin parah
Sementara jika dilihat dari segi pengajar, tidak sedikit guru yang juga hidup dalam garis
kemiskinan terutama mereka yang hanya tenaga pengajar honorer. Sehingga guru yang hidup
dalam garis kemiskinan harus melalukan kegiatan ekonomi lain untuk memenuhi kehidupanya.
Karena pengaruh lain itulah mereka tidak dapat mengajar secara maksimal dalam
menyampaikan materi, penilaian dan pedekatan social bagi muridnya. Semestinya ini juga
harus diperhatikan pemerintah. Tidak bisa dipungkiri masih banyak tenaga guru honorer yang
dibayar jauh dari standar upah. Bahkan guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil
saja masih banyak yang memiliki permasalahan ekonomi. Dalam pengamatan penulis, banyak
pungutan liar birokrasi yang memberatkan guru dalam memperoleh hak mereka, tentu hal ini
sangat memberatkan guru.
Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak sama dengan pegawai
negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus
berbeda dari pegawai negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu
memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah. Apabila penghasilan guru sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan berbagai pungutan tidak terjadi. Jika melanggar
berbagai ketentuan itu, mereka harus dikenai sanksi. Kepada pengelola pendidikan dan komite
sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar ketentuan- ketentuan kurikuler,
terutama dalam penerimaan murid baru, dapat berjalan menurut ketentuan yang ada sehingga
peninggkatan mutu pendidikan dapat berjalan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang bertujuan agar warga negaranya
mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat mengurangi tingkat ketertinggalan dan
keterbelakangan suatu daerah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
produktivitas orang tersebut, karena ilmu dan pengetahuan diperoleh lebih banyak.
Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan individu. Peningkatan pendapatan
individu tersebut dapat meningkatkan konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari kemiskinan.
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian maupun keterampilan
untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah dan berlangung seumur hidup.
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar manusia harus dipenuhi untuk mencapai
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan
mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan (Purnama Yanthi & Marhaeni, Piramida Vol.XI no.2)

8
D. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan

Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan membutuhkan manusia yang berkualitas


sebagai modal dasar bagi pembangunan. Manusia dalam peranannya merupakan subjek dan
objek pembangunan yang berarti manusia selain sebagai pelaku dari pembangunan juga
merupakan sasaran pembangunan. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana
untuk mendorong peran manusia dalam, pembangunan. Oleh karenanya dibutuhkan investasi
untuk dapat menciptakan pembentukan sumber daya manusia yang produktif. Investasi pada
modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian yang salah
satunya dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan.
Investasi modal manusia ini yang mencakup pengembangan Sumber Daya Manusia
membutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan kualitas
SDM. Pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan
memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk
menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan
serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006; Christina 2011)
Sangat sulit untuk untuk memberantas kemiskinan secara utuh,tetapi setidaknya
mengurangi angka kemiskinan. Berbagai cara yang di lakukan oleh pemerintah namun pada
kenyataanya kemiskinan masih sangat memperihatinkan. Pengembangan dan perbaikan daerah
terpencil Pemberian Bantuan Langsung tunai (BLT) yang di tujukan kepada masyarakat yang
kurang mampu, dan pendidikan gratis sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun pada kenyataanya berjalan dengan maksimal.
Perbaikan dan pengembangan kampung misalnya, dana yang seharusnya di gunakan,
tetapi justru di selewengkan oleh oknum dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi
kepentingan pribadi. Begitupun dengan program BLT dan pengobatan gratis masih banyak
terjadi pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan misalnya masyarakat yang seharusnya
berhak menerima justru tidak mendapatkan haknya, begitu pun sebaliknya. serta program
pendidikan gratis sampai jenjang SMP, pada kenyataannya tetap ada bebagai macam pungutan-
pungutan yang memberatkan para orang tua.
Upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kemiskinan agar mutu pendidikan
meningkat antara lain:
a) Menciptakan banyak lapangan pekerjaanMenciptakan banyak lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan sumberdaya yang ada di daerah
tersebut, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
b) Menyamaratakan pendidikan termasuk di daerah terpencil yang sulit untuk di jangkau
agar mereka juga dapat merasakan pendidikan sehinnga meskipun bermukim di daerah
terpencil tetapi tetap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
c) Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang kurang mampu.
d) Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya perlu adanya peminjaman modal bagi
masyarakat yang tidak mampu agar mereka memiliki penghasilan, sehinnga sebagian
dari penghasilanya dapat disisihkan untuk membiayai pendidikan. Bahkan juga dapat
membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
e) Memberantas korupsi
f) Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan, bahkan menurut
pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah satu Negara yang terkorup.

9
Tidak terhitung uang yang di ambil oleh para koruptor demi kebutuhan dan kepentingan
pribadi, yang seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi kemiskinan
dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas
(pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian
Islam secara serius: birokrasi, pendidikan dan kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah
amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Selain itu,
Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sember produktivitas
untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dan memberikan dampak
keberbagai bidang terutama pendidikan. Berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan. Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonoimi lemah,
Indonesia Pintar, pendidikan gratis, perbaikan dan perkembangan kampung. Namun, pada
kenyataannya angka kemiskinan tetap tinggi. Faktor kemiskinan diantaranya meningkatkan
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia, tidak meratanya
pendidikan, serta banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan
dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di
garda terdepan untuk mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial
mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan
diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas utama dalam
mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya
Dampak kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satuynya banyaknya anak-anak
yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak adanya biaya. Solusi yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan disemua
wilayah termasuk didaerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan kerja, memberikan
bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat yang berekonomi lemah, serta memberantas
korupsi.

11
DAFTAR PUSTAKA

• Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam, cet 2, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985,
hlm. 134.
• H. Sudantoko, Djoko, S.Sos.,MM & Hamdani Muliawan, S.E, 2009, Dasar-Dasar
Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta, PT. PP Mardi Mulyo
• Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Muhammad, 1996, Konsep Islam Dalam Mengentaskan
Kemiskinan, Surabaya, PT Bina Ilmu
• Drs. Subandi, M.M, 2008, Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Alfabeta
• Al-Quran dan Terjemahannya
• Azra, Azyumardi, 1999, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan dalam Esei-esei
Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
• Tjahya, Supriatna, 1997, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan,
Bandung: Humaniora Utama Press.

Jurnal

o Nur Kholis, 2014, Pendidikan Islam Dalam Usaha Mengatasi Kemisikinan, Jurnal
Kependidikan Voll 2 No 2, Sumber http://download.portalgaruda.org/ o Cokorda Istri
Dian Purnama Yanthi & A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Pendidikan Terhadap Persentase
Penduduk Miskin, PIRAMIDA Vol. XI Wayan Windia No. 2
Sumber http://ojs.unud.ac.id/ o Usmalidanti, Christina, 2011, Analisis Pengaruh
Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009, Sumber
http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020.pdf

Online

• Dwi, Eky. 2010. Penyebab kemiskinan di Indonesia, (www.tempatebo.co.cc, di akses


12 Desember 2016)
• Djauzak, Ahmad. 2009. Dampak kemiskinan terhadap pendidikan www.kompas.com
• The World Bank Jakarta, Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia, dapat diakses dihttp://indopov.org/files/Ikhtisar.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai