DUNIA PENDIDIKAN
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11
Daftar Isi ................................................................................................................................... 12
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah fenomena yang sejak lama terjadi diindonesia dan tidak dapat
dipungkiri lagi besarnya dampak yang di timbulkan. Dewasa ini, kemiskinan sering menjadi
perbincangan hangat di forum dunia namun belum menunjukan penurunan angka kemiskinan
yang signifikan. Kemiskinan tidak hanya menarik perhatian Indonesia tetapi juga dunia, baik
negara maju maupun Negara berkembang.
Kemiskinan menurut Van Den Berg (2001) merupakan istilah yang terkait pengertian
relative maupun absolut. Seseorang atau keluarga dianggap miskin atau hidup dalam
kemiskinan jika pendapatan mereka atau akses mereka terhadap barang atau jasa relative
rendah dibandingkan orang lain dalam perekonomian. Kemiskinan juga dapat dilihat sebagai
tingkat absolut pendapatan atau standar hidup.
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks. Kemiskinan berkaitan erat dengan kualitas
sumber daya manusia. Kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak
berkualitas, begitu pula sebaliknya. Membangun pengertian kemiskinan bukanlah perkra yang
mudah karena kemiskinan mencakup beberapa dimensi. Dimensi kemiskinan dapat
diidentifikasi menurut ekonomi, sosial, politik. Kemiskinan secara ekonomi dapat diartikan
sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kemiskinan ini dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya yang
tersedia dan membandingkannya dengan ukuran baku.
Kemiskinan menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
di negara ini selalu bersamaan dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian
menghasilkan pengangguran, ketimpangan sosial dalam distribusi pendapatan nasional maupun
pembangunan dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing didunia kerja.
Di zaman sekarang untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maka perlu diimbangi
dengan biaya sehingga masyarakat berekonomi lemah tidak mampu untuk membayarnya.
Akibatnya, pendidikan dan pengetahuan yang mereka miliki dibawah standar. Bahkan banyak
anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena kemiskinan.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan ketrampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa.
Dalam upaya mengentaskan dan memutuskan mata rantai kemiskinan, salah satu titik
berat yang harus diberikan perhatian yang serius adalah anak-anak. Pemerintah seharusnya bisa
menjamin dan memenuhi hak-hak mereka. Alokasi anggaran untuk kepentingan publik juga
seharusnya lebih berpihak pada pembangunan generasi penerus dan diarahkan untuk memenuhi
hak-hak anak dalam rangka mengembangkan potensi diri serta memberikan bekal kemampuan
untuk masa depan mereka. Penghematan anggaran juga sepatutnya dilakukan oleh para wakil
rakyat jika memang mereka benar-benar serius dan tulus mewakili rakyat dan menjalankan
fungsinya sebagai wakil rakyat, termasuk anak-anak yang hidup dalam kemiskinan, mengingat
1
masih begitu banyak dan akan lebih banyak lagi barisan anak-anak yang harus ditolong akibat
semakin kerasnya deraan kehidupan ekonomi yang semakin memprihatinkan akhir-akhir ini.
Oleh sebab itulah, kemiskinan dan pendidikan dapat diasumsi sebagai dua hal yang
berkaitan dan masih menjadi lingkar setan di dunia, khususnya negara indonesia, serta butuh
perhatian khusus terkait hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak kemiskinan terhadap mutu pendidikan ? dan bagaimana
menanggulanggi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan ?
C. Tujuan Masalah
Agar kita dapat mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap pendidikan, sehingga kita
dapat mengantisipasi dan menanggulangi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia ini.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya (Nur Kholis, 2014).
(Sharp, et.al dalam Kuncoro, 2003; Subandi, 2008) mengidentifikasikan ada tiga penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:
b. Pendidikan
Pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu “Peadagogie”. Secara Etimologi kata
peadagogie adalah “pais” yang artinya “anak” dan “again” yang berarti “bimbing”. Jadi
terjemahan bebas kata peadagogie adalah “bimbingan yang diberikan kepada anka”. Menurut
4
termonologi yang lebih luas pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental.
Di bidang pendidikan, salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus sekolah
di masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP. Yang menjadi
masalah utama adalah kurangnya akses masyarakat miskin untuk melanjutkan dari SMP
ataupun SMK, baik bersifat fisik maupun finansial. Akses finansial terbatas akibat tingginya
biaya menciptakan halangan bagi pendidikan masyarakat miskin pada tingkat pendidikan
menengah pertama. Sekitar 89 persen anak dari keluarga miskin menyelesaikan sekolah dasar,
tetapi hanya 55 persen yang menyelesaikan sekolah menengah pertama. Diagnosa
menunjukkan bahwa manfaat pendidikan (return to education) meningkat seiring dengan
dengan meningkatnya pendidikan. Pada tahun 2002, peningkatan upah pekerja pria di
perkotaan (pedesaan) akibat dari tambahan satu tahun pendidikan untuk seseorang yang hanya
mengecap satu tahun pendidikan dapat mencapai 8,3 persen (dan 6,0 persen untuk pedesaan);
setelah lima tahun pendidikan, manfaat yang didapat (return)-nya adalah 10,0 persen (dan 7,6
persen untuk pedesaan), serta setelah delapan tahun pendidikan adalah 11,1 persen (dan 8,8
persen untuk pedesaan) (The Word Bank Jakarta).
Investasi di bidang pendidikan harus dilakukan dengan fokus pada perbaikan akses dan
keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan bagi masyarakat miskin, sambil
terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah dasar. Untuk memperbaiki pendidikan
masyarakat miskin pada tingkat sekolah menengah diperlukan intervensi dari sisi penawaran
dan permintaan. Pada sisi penawaran, perlu disediakan lebih banyak ruang kelas dan gedung
sekolah menengah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonversi gedung sekolah dasar bila
terjadi kelebihan persediaan. Pada sisi permintaan, sekolah menengah dan sekolah menengah
kejuruan dapat dibuat lebih terjangkau bagi masyarakat miskin dengan mentargetkan bantuan
kepada siswa miskin melalui beasiswa atau bantuan tunai bersyarat (CCT). Untuk memperbaiki
mutu pendidikan dasar, prioritas tindakan yang bisa diambil adalah melaksanakan program
untuk memperbaiki manajemen guru sehingga jumlah guru di sekolah berkurang tetapi
mutunya meningkat dan jumlah yang ditempatkan di wilayah terpencil bertambah.
Fungsi Pendidikan
Lembaga pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli sosiologi
yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang
tercantum dalam kurikulum, sedangkan fungsi laten adalah kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) atau kurikulum yang tidak disadari tapi tetap berfungsi untuk menanamkan
pengetahuan, keterampilan atau nilai tertentu
Fungsi Manifes
a) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk untuk mencari nafkah
b) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan
masyarakat
c) Melestarikan kebudayaan
d) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi dan
sebagainya.
5
Fungsi laten
a) Pemupukan keremajaan
b) Pengurangan pengendalian orang tua
c) Penyediaan sarana untuk pembangkangan
d) Dipertahankannya kelas sosial
6
C. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan
Menurut (Ahmad, 2009), bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa
yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.
Hampir semua jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena
tidak lagi berbicara pada persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru
besarnya biaya masuk untuk sekolah. Pada kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-
halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga
masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Bagi masyarakat dan orangtua yang
kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan
tidak bersekolah.
Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu
membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan
memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang
usianya lebih dari 60 tahun, banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan
tertinggal karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas sumber daya
manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.
Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika kemiskinan tidak segera di
atasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit, karena di zaman yang
modern seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumberdaya
yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit. Bagi masyarakat
yang mampu mungkin tidak masalah, karena mereka memiliki cukup materi untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan berbagai jalan salah satunya dengan
kursus.
Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi nutrisi bergizi,
mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati lingkungan yang menunjang bagi hidup
sehat. Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia
yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Hal
ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh. Sehingga
dalam perkembangannya hal ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di suatu
daerah (Christina, 2011)
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu. Tetapi
karena kemiskinan hak tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anakanak yang
rela bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di gunakan
untuk bekerja, sehingga generasi muda penerus bangsa ini tidak memiliki modal pengetahuan
yang cukup untuk menghadapi persaingan global dimasa depan. Dalam era pasar global bukan
saja persaiangan usaha melainkan juga persaingan untuk mendapat pekerjaan bukan saja
dengan individu satu bangsa tetapi dengan individu dari berbagai bangsa jadi dengan tantangan
ini kita harus segera memperbaiki mutu pendidikan kita.
Lebih dari itu kita bisa tahu sebagian besar dari peserta didik tertanam dalam pikiran
mereka bahwa tujuan pendidikan yang mereka jalani hanyalah untuk persaiangan mendapat
pekerjaan sebenarnya ini yang lebih mengerikan dalam memandang masa depan bangsa
kita.Bangsa yang jumlah penduduknya mencapai 250 juta jiwa, hanya bersaing mendapat
pekerjaan. Semestinya pandangan ini harus diubah, pada negara maju pendidikan bukan
7
sebagai langkah untuk mendapat pekerjaan tetapi sebagai langkah memperkaya pengetahuan
dan wawasan, sehingga mereka mampu melihat peluang yang ada dalam menciptakan usaha.
Buah pemikiran bahwa pendidikan adalah senjata untuk mendapat posisi pekerjaan
haruslah diubah dengan pendidikan untuk menciptakan lapangan kerja setidaknya untuk
individu itu sendiri. Karena seiring meningkatnya jumlah penduduk jika tidak dibarengi dengan
meningkatnya lapangan kerja maka persaingan untuk mendapat kerja sangat tinggi, maka
kemiskinan akan semakin parah
Sementara jika dilihat dari segi pengajar, tidak sedikit guru yang juga hidup dalam garis
kemiskinan terutama mereka yang hanya tenaga pengajar honorer. Sehingga guru yang hidup
dalam garis kemiskinan harus melalukan kegiatan ekonomi lain untuk memenuhi kehidupanya.
Karena pengaruh lain itulah mereka tidak dapat mengajar secara maksimal dalam
menyampaikan materi, penilaian dan pedekatan social bagi muridnya. Semestinya ini juga
harus diperhatikan pemerintah. Tidak bisa dipungkiri masih banyak tenaga guru honorer yang
dibayar jauh dari standar upah. Bahkan guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil
saja masih banyak yang memiliki permasalahan ekonomi. Dalam pengamatan penulis, banyak
pungutan liar birokrasi yang memberatkan guru dalam memperoleh hak mereka, tentu hal ini
sangat memberatkan guru.
Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak sama dengan pegawai
negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus
berbeda dari pegawai negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu
memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah. Apabila penghasilan guru sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan berbagai pungutan tidak terjadi. Jika melanggar
berbagai ketentuan itu, mereka harus dikenai sanksi. Kepada pengelola pendidikan dan komite
sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar ketentuan- ketentuan kurikuler,
terutama dalam penerimaan murid baru, dapat berjalan menurut ketentuan yang ada sehingga
peninggkatan mutu pendidikan dapat berjalan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang bertujuan agar warga negaranya
mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat mengurangi tingkat ketertinggalan dan
keterbelakangan suatu daerah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
produktivitas orang tersebut, karena ilmu dan pengetahuan diperoleh lebih banyak.
Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan individu. Peningkatan pendapatan
individu tersebut dapat meningkatkan konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari kemiskinan.
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian maupun keterampilan
untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah dan berlangung seumur hidup.
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar manusia harus dipenuhi untuk mencapai
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan
mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan (Purnama Yanthi & Marhaeni, Piramida Vol.XI no.2)
8
D. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan
9
Tidak terhitung uang yang di ambil oleh para koruptor demi kebutuhan dan kepentingan
pribadi, yang seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi kemiskinan
dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas
(pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian
Islam secara serius: birokrasi, pendidikan dan kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah
amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Selain itu,
Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sember produktivitas
untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dan memberikan dampak
keberbagai bidang terutama pendidikan. Berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan. Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonoimi lemah,
Indonesia Pintar, pendidikan gratis, perbaikan dan perkembangan kampung. Namun, pada
kenyataannya angka kemiskinan tetap tinggi. Faktor kemiskinan diantaranya meningkatkan
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia, tidak meratanya
pendidikan, serta banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan
dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di
garda terdepan untuk mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial
mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan
diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas utama dalam
mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya
Dampak kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satuynya banyaknya anak-anak
yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak adanya biaya. Solusi yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan disemua
wilayah termasuk didaerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan kerja, memberikan
bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat yang berekonomi lemah, serta memberantas
korupsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
• Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam, cet 2, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985,
hlm. 134.
• H. Sudantoko, Djoko, S.Sos.,MM & Hamdani Muliawan, S.E, 2009, Dasar-Dasar
Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta, PT. PP Mardi Mulyo
• Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Muhammad, 1996, Konsep Islam Dalam Mengentaskan
Kemiskinan, Surabaya, PT Bina Ilmu
• Drs. Subandi, M.M, 2008, Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Alfabeta
• Al-Quran dan Terjemahannya
• Azra, Azyumardi, 1999, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan dalam Esei-esei
Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
• Tjahya, Supriatna, 1997, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan,
Bandung: Humaniora Utama Press.
Jurnal
o Nur Kholis, 2014, Pendidikan Islam Dalam Usaha Mengatasi Kemisikinan, Jurnal
Kependidikan Voll 2 No 2, Sumber http://download.portalgaruda.org/ o Cokorda Istri
Dian Purnama Yanthi & A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Pendidikan Terhadap Persentase
Penduduk Miskin, PIRAMIDA Vol. XI Wayan Windia No. 2
Sumber http://ojs.unud.ac.id/ o Usmalidanti, Christina, 2011, Analisis Pengaruh
Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009, Sumber
http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020.pdf
Online
12