Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANAN PENYAKIT HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Natalia Magdalena

1420116039

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Bidang studi : Keluarga


Masalah Kesehatan : Hipertensi
Topik : Penanganan masalah penyakit Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan
Sasaran : Keluarga Klien
Pukul : 14:00
Hari / Tanggal Pelaksanaan : Senin/ 22 Juli 2019
Alokasi Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Keluarga Tn. A Rt 04/07 Babakan Ciparay

1. Demografi Kasus
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi disebut sebagai "pembunuh diam-diam" karena
orang dengan darah tinggi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung,
Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita darah tinggi tidak sadar
akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau
dengan interval teratur karena darah tinggi merupakan kondisi seumur hidup.
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Di Indonesia
banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan
kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
(Smeltzer, 2001).
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dapat mengetahui tanda
dan gejala, cara pencegahan dan penanganan masalah penyakit hipertensi.

3. Tujuan Instruksional khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dapat :
1. Menjelaskan tentang definisi hipertensi dengan baik
2. Menjelaskan etiologi hipertensi dengan baik
3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi dengan baik
4. Menjelaskan tentang bahaya hipertensi dengan baik
5. Menjelaskan pencegahan hipertensi dengan baik
6. Menjelaskan penanganan hipertensi dengan baik

4. Strategi pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

5. Materi
terlampir

6. Rencana Proses Pelaksanaan


NO TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PESERTA
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab
salam salam,
2. Memperkenalkan mendengarkan
diri dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tujuan dari
penyuluhan
4. Melakukan
kontrak waktu
5. Menyebutkan
materi penyuluhan
yang akan
diberikan
2. Pelaksanaan 20 menit 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan
tentang definisi dan
hipertensi memperhatikan
2. Menjelaskan
etiologi hipertensi
3. Menjelaskan tanda
dan gejala
hipertensi
4. Menjelaskan
tentang bahaya
hipertensi
5. Menjelaskan
pencegahan
hipertensi
6. Menjelaskan
penanganan
hipertensi
3. Evaluasi 5 menit 1. Menanyakan pada 1. Menjawab dan
keluarga pasien menjelaskan
tentang materi pertanyaan
yang diberikan dan 2. Bertanya
reinforcement tentang materi
kepada keluarga yang kurang
pasien bila dapat jelas
menjawab dan
menjelaskan
kembali
pertanyaan / materi
4 penutup 5 menit 1. Menyampaikan 1. Menjawab
kesimpulan salam
kegiatan
2. Mengucapkan
terimakasih
3. Mengucapkan
salam

7. Media Penyuluhan
1. Materi
2. SAP
3. Lembar Balik
4. Leaflet

8. Metode Evaluasi
1. Metode evaluasi : Tanya Jawab
2. Jenis Evaluasi : Lisan

9. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan materi
b. Persiapan alat bantu seperti leaflet dan media balik
c. Persiapan fasilitator dan partisipan
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga pasien memperhatikan terhadap materi penyuluhan
b. Keluarga pasien bertanya tentang materi penyuluhan
c. Keluarga pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang hipertensi
b. Pretest posttest menujukkan hasil 70%
MATERI PENYULUHAN

“HIPERTENSI”

1. Definisi
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah dalam arteri ketika jantung
sedang berkontraksi (sistolik) sama dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan darah
saat jantung sedang berelaksasi (diastolik) sama dengan atau diatas 90 mmHg (WHO,
2013). Hipertensi adalah salah satu faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak
menular (Non Communicable Disease = NCD) seperti penyakit jantung, Stroke, dan
lainlain yang saat ini menjadi momok penyebab kematian nomer satu di dunia
(Kemenkes RI, 2015).

2. Etiologi Hipertensi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan menjadi dua
yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum
diketahui penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui,
umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit
jantung.

3. Tanda dan Gejala Hipertensi


a. Sakit kepala bagian belakang
b. Kaku kuduk
c. Sulit tidur
d. Gelisah
e. Kepala pusing
f. Dada berdebar – debar
g. Lemas
h. Sesak nafas
i. Berkeringat
j. Pusing (Price, 2005)
k. Cepat marah
l. Telinga berdenging
m. Sering kencing dimalam hari (Cahyono, 2008)
n. Mual
o. Muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial
(Corwin,2005)

4. Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular faktor risiko hipertensi yang
tidak ditangani dengan baik di bagi menjadi dua kelompok. Yaitu faktor risiko yang
dapat diubah yaitu obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi garam berlebih,
dislipidemia, konsumsi alkohol berlebih, stres dan faktor risiko yang tidak dapat diubah
yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan (Depkes RI, 2013).
Dengan bertambahnya umur, resiko terkena penyakit hipertensi menjadi lebih besar.
Pada usia lanjut, hipertensi ditemukan hanya kenaikan tekanan darah sistolik. Kejadian
ini disebabkan karena perubahan struktur pada pembuluh darah besar (Depkes RI,
2013).
Jenis kelamin berpengaruh terhadap penyakit hipertensi. pria mempunyai risiko sekitar
2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan
wanita, karena pria memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah.
Namun setelah wanita memasuki manopouse, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat (Depkes RI, 2013). Menurut prasetyaningrum (2014) lakilaki atau
perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi selama
dalam kehidupannya. Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi
dibandingkan dengan perempuan saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya saat usia
65 tahun keatas perempuan lebih beresiko lebih mengalami hipertensi dibandingkan
laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi oleh hormon. Wanita yang memasuki 16 masa
menopouse, lebih beresiko untuk mengalami obesitas yang akan meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi.
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga meningkatkan risiko hipertensi,
terutama hipertensi primer. Faktor keturunan juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin pada membran sel (Depkes RI, 2013).
Berat badan berlebih berisiko langsung dengan peningkatan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik dimana risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
gemuk 5 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang
mempunyai berat badan normal. Sedangkan pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan berlebih (Depkes RI,2013). Menurut
Prasetyaningrum (2014) indikator yang biasa digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya obesitas pada seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar perut.
Kedua indikator tersebut bukanlah indikator terbaik untuk menentukan terjadinya
hipertensi, tetapi menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mempercepat kejadian
hipertensi.
Rokok mempunyai zat kimia yang berbahaya seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang akan merusak melalui aliran darah dan dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan meningkatkan denyut jantung,
sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung akan bertambah (Depkes RI,2013).
Menurut Prasetyaningrum (2014) Contohnya aktivitas fisik yang dapat dilakukan
adalah dengan berkebun, berenang, menari, bersepeda, atau yoga. Aktifitas fisik sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya organ jantung dan paru-paru. Aktifitas
fisik juga menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi. usaha pencegahan
hipertensi akan optimal jika aktivitas fisik dengan menjalankan diet sehat dan berhenti
merokok.
Olahraga secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur
tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum turun (Depkes RI,2013).
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan diluar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume tekanan darah (Depkes
RI,2013).
Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang kemudian
mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer sehingga dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes RI, 2013). Pengaruh kenaikan tekanan
darah meningkat telah dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah berperan dalam kenaikan
tekanan darah (Depkes RI, 2013). Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,
sehingga tekanan darah dapat meningkat (Depkes RI, 2013).

5. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebaga berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-
tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau
lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu 12 dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan
lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,
timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuronneuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.

6. Pencegahan Hipertensi
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi berdasarkan
sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obatobatan yang
diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan
melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-
obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-
obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi
enzim angiotensi.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air.
Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah sehingga
bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh
darah.
c. Terapi herbal
banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau
yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang,
memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai
payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut.
Daunnya memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai.
Tangkai daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya
digunakan sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop. Contoh ramuan seledri
secara sederhana sebagai berikut:
a. Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus
seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya
sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan tekanan darah
(hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah
menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang
berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik
(Mun’im dan hanani, 2011).

7. Penanganan Hipertensi
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah,
dengan usaha – usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks
d. Melakukan olahraga teratur
e. Berhenti merokok
f. Berhenti konsumsi alkohol (Depkes, 2009)

Anda mungkin juga menyukai