Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi

Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi


menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh sisi
kontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di tingkat
batang otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom tersebut terdiri
atas kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot belahan tubuh kontralateral yang
berada di tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN,
yang melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial yang terlibat dalam lesi.
Tergantung pada lokasi lesi paralitiknya, sehingga dapatlah dijumpai hemiplegia
alternans di mesensefalon. Sebuah gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di
batang otak menduduki pedunkulus serebri di tingkat mesensefalon.
Strok non hemoagik dapat berupa iskemik, emboli, spasme, atau thrombus
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses udema
oleh karena hipoksia jaringan otak (Price, 2006)

B. Etiologi
Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama, dan
jika tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di
korda spinalis servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servikal
dapat menjadi bukti tempat lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral
atau pendarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien
sebelumnya, dan progresi menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang
dengan hipertensi atau usia lanjut merupakan indikasi telah terjadi stroke. Jika
tidak terdapat gejala-gejala serebral, dapat diduga terjadi myelitis transversus dari
korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresi secara lambat (beberapa hari)
dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu pula dengan sklerosis
multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda kortikospinal bilateral
daripada hemiplegia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
minggu, dapat dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau
dewasa. Selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasi
arteriovenosus, abses otak, atau infeksi lainnya. Kelainan otak metabolik biasanya
mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi merupakan
penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk
pada lesi serebral daripada lesi di leher, dan penyebabnya dapat ditemukan dengan
melihat gejala klinis dan dengan CT atau MRI.

C. Manifestasi Klinis
Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain
bersifat:
1. Sementara, Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai
beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini
disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam
wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2. Sementara, namun lebih dari 24 jam Gejala timbul lebih dari 24 jam dan
ini disebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
3. Gejala makin lama makin berat (progresif)
4. Sudah menetap/permanen , Hal ini disebabkan gangguan aliran darah
makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke
inevolution

D. Patofisiologi
a. Trombus

Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah


akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila dalam
waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark
dan terjadi kematian jaringan otak.

b. Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan
menempel pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh
darah kecil akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung dari
daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
c. Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan
aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
d. Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di
hipoksia lalu iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringan.

E. Pemeriksaan Penunjang Hemiparesis


a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal
←Menunjukan adanya tekanan normal
←Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X kepala : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

F. Penatalaksanaan
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
G. Analisa Data : Pengkajian
← Pengkajian Primer
← Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
o Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
o Circulation.
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat.
o Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
o Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran.
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
- Gangguan
penglihatan b. Sirkulasi
o Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia. Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
c. Integritas ego
o Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
o Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan.
- Kesulitan berekspresi diri.
d. Eliminasi
o Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus(ileus paralitik)
e. Makan/ minum
o Data Subyektif:
- Nafsu makanberkurang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
o Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
f. Sensori Neural
o Data Subyektif:
- Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA)
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoi
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati.
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

o Data obyektif:
- Status mental : koma biasanya menandai stadium
perdarahan,gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis,
menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya
reflek tendon dalam (kontralateral).
- Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil.
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral.
g. Nyeri / kenyamanan
o Data Subyektif:
o Data obyektif
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
h. Respirasi
o Data Subyektif:
Perokok (factor resiko)

H. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna
D. Ignativicius, 1995)
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
d. Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
e. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan
menelan ( Barbara Engram, 1998)
Rencana Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra
cerebral
Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
· Klien tidak gelisah
· Tidak ada keluhan nyeri kepala
· GCS 456
· Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
pernafasan 16-20 kali permenit)
Rencana tindakan
1. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan
perfusi jaringan otak dan akibatnya
2. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
3. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial
tiap dua jam
4. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis)
5. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebih
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertambahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Rencana tindakan
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
tidak sakit
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
4. Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

3) Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi


darah otak
Tujuan : Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil
- Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
- Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isarat
Rencana tindakan
1. Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
2. Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
3. Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”
4. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
5. Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

4) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan otot mengunyah dan menelan
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
- Hb dan albumin dalam batas normal
Rencana tindakan
1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah
makan
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
4. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
5. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
6. Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak
ketika klien dapat menelan air
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
8. Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang
5) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat
Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
- Konsistensi feses lunak
- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
- Bising usus normal ( 7-12 kali per menit )
Rencana tindakan
1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
2. Auskultasi bising usus
3. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat
4. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi
5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema)

Anda mungkin juga menyukai