Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS DIARE DI RUANG MTBS
PUSKESMAS PAGESANGAN
MATARAM

DI SUSUN OLEH :

NISWATUN ASNAWATI
NIM : 068 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KONSEP TEORI
1. 1 Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai
sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A
&Borley, Neil R, 2006 dalam Isnaen, 2014)
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi
sekresi (Wong, 2001 dalam Isnaen, 2014)
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina,
2001 dalam Isnaen, 2014)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja
lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999). Menurut WHO (1992) diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. (Nurarif, 2015)
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah
gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui
tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi
dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
2. Anatomi Sistem Pencernaan
a. Anatomi

1) Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang


terdiri atas 2 bagian :
(a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu

diruang antara gusi, bibir dan pipi.


(b) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut

yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,

1
palatum dan mandi bilaris disebelah belakang
bersambung dengan faring.
2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan
persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang
belakang.
3) Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai
pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus
terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorak menembus
diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
4) Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
dapat mengembang paling banyak terutama didaerah
epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu :
(a) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas
terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya
berisi gas.
(b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu
lekukan pada bagian bawah notura minor.
(c) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot
tebal membentuk spinkter pilorus.
(d) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung,
terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.
(e) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor
terbentang dari sisi kiri osteum kardium melalui
fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke
pilorus anterior.
5) Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
(a) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri.
(b) Yeyunum
(c) Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
(d) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir
dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia
panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
6) Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri
koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian:
(a) Sekum.
(b) Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur
keatas dari ileum sampai kehati, panjangnya ± 13
cm.
(c) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6
cm.
(d) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon
desenden dengan panjang ± 28 cm.
(e) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri
membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya
± 25 cm.
(f) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang
membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan
dengan rektum.
(g) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
(h) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.
b. Fisiologi sistem pencernaan
Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
pencernaan dan absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses
pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama
oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal
untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati
membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan
lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas
dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang
diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon
(Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental usus
halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung
lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal
dan suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk
digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif
yang sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang
semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi
usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air
dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994).
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam
lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan
bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya
dehidrasi. (Schwartz, 2000)
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit
materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi.
Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai ini
menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan
dan kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang
kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga
sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.
(Schwartz, 2000)
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi
dari darah, dan produksi intralumen. Nitrogen, oksigen,
karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk
hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang
tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz, 2000)
3. Etiologi
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari,
2005 dalam snaen, 2014)
a. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri
maupun adanya infeksi.
1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia
coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin
Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik.
2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri
(gastroenteritis) yang paling sering.
3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi
traktus urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang
berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel
syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
b. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab
berikut ini:
1) Sindrom malabsorpsi
2) Defek anatomis
3) Reaksi alergik
4) Intoleransi laktosa
5) Respons inflamasi
6) Imunodefisiensi
7) Gangguan motilitas
8) Gangguan endokrin
9) Parasit
10) Diare nonspesifik kronis
c. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil,
malnutrisi, penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang
terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan
penyimpanan makanan yang tidak tepat.
4. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
a. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel
usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta
mukosa.
b. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan
penurunan kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena
area permukaan usus yang lebih kecil.
c. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya.
Lihat unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang
disebabkan oleh gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor
psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang
diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga
terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain
adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini
memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2007)
5. Pathway

Infeksi Makanan basi/kotor Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit Hiperperistaltik

Penyerapan makanan
di usus terganggu

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan &
elektrolit berlebihan
Nafsu makan
Gangguan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik) (Nurarif, Amin &
Kusuma, H., 2013)
6. Manifestasi Klinis
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
4) Demam.
b. Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang.
2) Penurunan BB dan nafsu makan.
3) Demam indikasi terjadi infeksi.
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare

Diagnose Didasarkan Pada Keadaan


Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
atau sedang a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk 1. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
2. Nasehati ibu kapan
kembali segera
3. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
7. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum
jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg
bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg
bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
3) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan
gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah
dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan :
a) Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
b) Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
c) Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
d) Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
e) Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1) Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis
mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang
rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit
namun tidak spesifik.
2) Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri
C. Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya
diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai
ditemukannya toksin, bukan berdasarkan ditemukannya
organisme saja.
3) Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
b. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih
berdasarkan prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin:
1) Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur
albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi
endomisial untuk penyakit siliaka.
2) Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum
menyingkirkan giardiasis.
3) Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan
sampel tinja dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus
diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang
terstandardisasi.
4) Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat
klasifikasi pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan/atau CT
pankreas.
5) Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk
menyingkirkan penyakit seliaka dan giardiasis.
6) Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian
bawah lebih menguntungkan dari pada pencitraan radiologi
dengan kontras karena, bahkan ketika mukosa terlihat normal
pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya
kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
7) Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau
pertumbuhan berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
8) Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni,
penyakit Crohn atau bahkan struktur usus halus.
9) Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering
ditulis di urutan terakhir daftar pemeriksaan penunjang
pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat untuk
membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
10) Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi
hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007 dalam Isnaen, 2014) jika
merupakan episode akut tunggal dan belum mereda setelah 5-7
hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur
darah untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid,
khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar negeri.
2) Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan
parasit (ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid,
Campylobacter, Clostridium difficile).Sigmoidoskopi,
khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai
diasnostik.
9. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pemberian cairan.
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan
garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
(1) Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
(2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
(1) 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
(2) Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
(1) 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
(2) Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB
anak
2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun
hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3) Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
a) Obat anti sekresi.
b) Obat anti spasmolitik.
c) Obat pengeras tinja.
d) Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :
a) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh
makanan.
b) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
c) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi
standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-
benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan
tidak berasa.
d) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
e) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,
kaki, dan muka.
f) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan
sendiri saat ke sekolah.
g) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan
tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
h) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi
standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
10. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a. Kebutuhan Oxygenasi
Meningkatnya frekuensi buang air besar memungkinkan
terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga
menimbulkan intoleransi metabolisme dalam tubuh dan tubuh
menjadi asidosis metabolic untuk mempertahankan tubuh tetap
seimbang maka nafas menjadi lebih cepat (sesak).
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Diare mengakibatkan pengeluaran air dan elektrolit
berlebih, dengan adanya hipokalemi, hiponatremi dan sebagainya,
meka perlu adanya koreksi dengan rehidrasi cairan elektrolit secara
instan.
c. Kebutuhan sirkulasi
Pada keadaan hipovolemia menyebabkan penurunan
tekanan darah, tachycardia sebagai respon untuk meningkatakan
perfusi jaringan. Adanya deklasi kalium dapat menimbulkan
disritmia jantung.
d. Kebutuhan Eliminasi
Peningkatan frekuensi BAB menyebabkan dehidrasi, maka
ginjal menahan Na+ dan air sehingga urin menjadi pekat dan
produksinya menurun.
e. Kebutuhan nutrisi
Diare dapat menyebabkan anorexia dan peningkatan rasa
haus. Penurunan berat badan 2% pada diare ringan, 5% pada diare
sedang ,dan 8% pada diare berat sebagai akibat menurunya
absorbsi usus terhadap nutrient.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. 2 Konsep Dasar
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan
umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence
penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi
usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
b. Keluhan Utama
Feses cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar, cekung, tonus dan turgor kulit kering, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah
atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik
atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
g. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
h. Pola Fungsi
1) Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari
empat kali sehari, BAK sedikit dan jarang.
2) Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan anorexia,
menyebankan penurunan berat badan klien.
3) Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari.
5) Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah
dan adanya rasa nyeri akibat distensi abdomen.
2. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Gejala dan tanda mayor Faktor infeksi Diare
Ds:
Do:
1. Defekasi lebih dari Masuk dan
tiga kali dalam 24 berkembang dalam
jam usus
2. Feses lembek atau
cair
Gejala dan tanda minor Hipersekresi air dan
Ds: elektrolit (isi rongga
1. Urgency usus)
2. Nyeri/kram abdomen
Do:
1. Frekuensi peristaltic Diare
meningkat
2. Bising usus hiperaktif
Gejala dan tanda mayor Makanan basi atau Kekurangan
Ds: kotor volume cairan
Do:
1. Frekuensi nadi Toksik tidak dapat
meningkat diserap
2. Nadi teraba lemah
3. Turgor kulit menurun
4. Membrane mukosa Hiperperistaltik
kering
5. Volume urin
menurun Penyerapan makanan
6. Hematokrit diusus terganggu
meningkat
Gejala dan tanda minor
Ds: Diare
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Do: Frekuensi BAB
1. Pengisian vena meningkat
menurun
2. Situasi mental Hilangnya cairan
berubah dan elektrolit
3. Suhu tubuh berlebih
meningkat
4. Konsentrasi urin Gangguuan
meningkat keseimbangan cairan
5. Berat badan turun dan elektrolit
tiba-tiba
Dehidrasi

Kekurangan
volume cairan
Tanda dan Gjala Mayor Diare Ketidakseimbangan
Ds :- nutrisi kurang dari
Do: kebutuhan tubuh
1. Berat badan menurun Distensi abdomen
minimal 10% dibwah
rentan ideal
Tanda dan Gejala Minor Mual, muntah
Ds:
1. Cepat kenyang
setelah makan Nutrisi kurang dari
2. Keram/neri abdomen kebutuhan tubuh
3. Nafsu makan
menurun
Do:
1. Bising usus
hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

3. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit berlebihan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare dan mual muntah
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Diare berhubungan NIC NOC
dengan proses infeksi 1. Bowel elimination Diarhea Management
Definisi: pengeluaran 2. Fluid balance 1. Evaluasi efek
feses yang sering, 3. Hydration pengobatan
lunak dan tidak 4. Electrolit and acid terhadap
berbentuk. base balance gastrointestinal
Kriteria Hasil 2. Ajarkan klien untuk
1. Feses berbentuk, menggunakan obat
BAB sehari sekali- anti diaree
tiap hari 3. Intruksikan pasien
2. Menjaga daerah rectal atau keluarga
dariiritasi untuk mencatat
3. Tidak mengalami warna, jumlah,
diare frekuensi dan
4. Menjelaskan konsistensi dari
penyebab diare dan feses
rasional tindakan 4. Evaluasi intake
5. Mempertahankan makanan yang
turgor kulit masuk
5. Identifikasi faktor
penyebab diare
6. Monitor tanda dan
gejala diare
7. Observasi turgor
kulit secara rutin
8. Ukur diare atau
keluaran BAB
9. Intruksikan klien
untuk makan
rendah serat, tinggi
protein dan tinggi
kalori jika
memungkinkan

2. Kekurangan volume NOC NIC


cairan berhubungan  Fluid Balance Fluid Management
dengan kehilangan  Hydration a. Pertahankan
cairan dan elektrolit  Nutritional status : catatan intake dan
berlebihan. Food and Fluid output yang akurat
 Intake b. Monitor status
Kriteria Hasil dehidrasi
 Mempertahankan (kelembaban
urine output sesuai membran mukosa,
dengan usia dan BB, nadi adekuat,
BJ urine normal dan tekanan darah
HT normal ortostatik) jika
 TTV dalam batas diperlukan
normal c. Monitor masukan
 Tidak ada tanda- makanan atau
tanda dehidrasi cairan dan hidung
 Elastisitas turgor intake kalori
kulit baik, membran harian
mukosa lembab, d. Kolaborasikan
tidak ada rasa haus pemberian cairan
yang berlebihan IV
e. Monitor status
nutrisi
f. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
g. Kolaborasi dengan
dokter
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Food and Fluid a. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan  Intake makanan
diare dan mual  Nutritional status : b. Kolaborasi dengan
muntah Nutrien Intake ahli gizi untuk
 Weight Control menentukan
Kriteria Hasil jumlah kalori dan
 Adanya peningkatan nutrisi yang
berat badan sesuai dibutuhkan pasien
dengan tujuan c. Anjurkan pasien
 Berat badan ideal untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan
badan intake Fe
 Mngidentifikasi d. Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi untuk
 Tidak ada tanda- meningkatkan
tanda malnutrisi protein dan
 Menunjukkan Vitamin C
peningkatan fungsi e. Monitor jumlah
pengecapan dari nutrisi dan
menelan kandungan kalori
 Tidak terjadi f. Berikan informasi
penurunan berat tentang kebutuhan
badan yang berarti nutrisi
g. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam
batas normal
b. Monitor adanya
penurunan berat
badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa
dilakukan
d. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor
lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor mual dan
muntah

5. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi
pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana
tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan
tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawatdan harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik
(Hidayat, 2002.)
6. Evaluasi
Adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat,
2002).
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2
yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau
ketidakberhasilan.Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Isnaen, R. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Anak


Dengan Diare Di RuangIsmail II RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
Diponegoro Semarang: https://id.scribd.com/document/240210734/Lp-
Diare-Pada-Anak. Di akses pada tanggal 23 Juli 2019

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Jakarta : DPD PPNI.

Sujana. (2014). Laporan Pendahuluan Diare.


https://id.scribd.com/124765402/LAPORAN-PENDAHULUAN -DIARE.
Di akses pada tanggal 23 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai