Laporan Pendahuluan Niswatun Diare Fix-1
Laporan Pendahuluan Niswatun Diare Fix-1
DI SUSUN OLEH :
NISWATUN ASNAWATI
NIM : 068 STYC 17
1) Mulut
1
palatum dan mandi bilaris disebelah belakang
bersambung dengan faring.
2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan
persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang
belakang.
3) Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai
pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus
terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorak menembus
diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
4) Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
dapat mengembang paling banyak terutama didaerah
epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu :
(a) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas
terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya
berisi gas.
(b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu
lekukan pada bagian bawah notura minor.
(c) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot
tebal membentuk spinkter pilorus.
(d) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung,
terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.
(e) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor
terbentang dari sisi kiri osteum kardium melalui
fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke
pilorus anterior.
5) Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
(a) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri.
(b) Yeyunum
(c) Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
(d) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir
dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia
panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
6) Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri
koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian:
(a) Sekum.
(b) Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur
keatas dari ileum sampai kehati, panjangnya ± 13
cm.
(c) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6
cm.
(d) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon
desenden dengan panjang ± 28 cm.
(e) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri
membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya
± 25 cm.
(f) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang
membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan
dengan rektum.
(g) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
(h) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.
b. Fisiologi sistem pencernaan
Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
pencernaan dan absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses
pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama
oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal
untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati
membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan
lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas
dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang
diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon
(Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental usus
halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung
lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal
dan suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk
digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif
yang sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang
semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi
usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air
dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994).
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam
lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan
bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya
dehidrasi. (Schwartz, 2000)
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit
materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi.
Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai ini
menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan
dan kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang
kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga
sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.
(Schwartz, 2000)
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi
dari darah, dan produksi intralumen. Nitrogen, oksigen,
karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk
hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang
tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz, 2000)
3. Etiologi
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari,
2005 dalam snaen, 2014)
a. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri
maupun adanya infeksi.
1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia
coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin
Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik.
2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri
(gastroenteritis) yang paling sering.
3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi
traktus urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang
berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel
syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
b. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab
berikut ini:
1) Sindrom malabsorpsi
2) Defek anatomis
3) Reaksi alergik
4) Intoleransi laktosa
5) Respons inflamasi
6) Imunodefisiensi
7) Gangguan motilitas
8) Gangguan endokrin
9) Parasit
10) Diare nonspesifik kronis
c. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil,
malnutrisi, penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang
terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan
penyimpanan makanan yang tidak tepat.
4. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
a. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel
usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta
mukosa.
b. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan
penurunan kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena
area permukaan usus yang lebih kecil.
c. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya.
Lihat unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang
disebabkan oleh gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor
psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang
diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga
terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain
adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini
memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2007)
5. Pathway
Penyerapan makanan
di usus terganggu
Diare
Mual muntah
Hilang cairan &
elektrolit berlebihan
Nafsu makan
Gangguan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Kekurangan
volume cairan
Tanda dan Gjala Mayor Diare Ketidakseimbangan
Ds :- nutrisi kurang dari
Do: kebutuhan tubuh
1. Berat badan menurun Distensi abdomen
minimal 10% dibwah
rentan ideal
Tanda dan Gejala Minor Mual, muntah
Ds:
1. Cepat kenyang
setelah makan Nutrisi kurang dari
2. Keram/neri abdomen kebutuhan tubuh
3. Nafsu makan
menurun
Do:
1. Bising usus
hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit berlebihan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare dan mual muntah
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Diare berhubungan NIC NOC
dengan proses infeksi 1. Bowel elimination Diarhea Management
Definisi: pengeluaran 2. Fluid balance 1. Evaluasi efek
feses yang sering, 3. Hydration pengobatan
lunak dan tidak 4. Electrolit and acid terhadap
berbentuk. base balance gastrointestinal
Kriteria Hasil 2. Ajarkan klien untuk
1. Feses berbentuk, menggunakan obat
BAB sehari sekali- anti diaree
tiap hari 3. Intruksikan pasien
2. Menjaga daerah rectal atau keluarga
dariiritasi untuk mencatat
3. Tidak mengalami warna, jumlah,
diare frekuensi dan
4. Menjelaskan konsistensi dari
penyebab diare dan feses
rasional tindakan 4. Evaluasi intake
5. Mempertahankan makanan yang
turgor kulit masuk
5. Identifikasi faktor
penyebab diare
6. Monitor tanda dan
gejala diare
7. Observasi turgor
kulit secara rutin
8. Ukur diare atau
keluaran BAB
9. Intruksikan klien
untuk makan
rendah serat, tinggi
protein dan tinggi
kalori jika
memungkinkan
5. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi
pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana
tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan
tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawatdan harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik
(Hidayat, 2002.)
6. Evaluasi
Adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat,
2002).
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2
yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau
ketidakberhasilan.Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA