mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul yang mampu bertahan dan bersaing
di abad 21 ini. Sebagaimana dilansir dalam sebuah buku berjudul Merancang Pembelajaran Abad
21 Dalam konteks Implementasi Kurikulum 2013 Oleh Sulaiman. Guru harus memiliki kompetensi
yaitu kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional
dan terampil dalam teknologi infomasi dan Komuniaksi. Hanya dengan guru yang professional
pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu akan
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru merupakan kunci utama untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Strategi pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berfikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi dan
berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Tujuan pendidikan mengalami penyempurnaan pada tahun 2001 (Anderson dan Krathwohl, 2001).
Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak dapat
dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah atau sering disebut juga
pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran ini akan membelenggu kekritisan siswa
dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa menerima materi dari satu sumber, dengan
kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan
mendalami materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh.
Di era millenial saat ini, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang bersifat
kontekstual, dimana materi pengetahuan berhubungan dengan dunia nyata serta dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi,
dan berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan.
Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif. Krathwohl (2002), Anderson & Krathwohl (2001) menyebutkan bahwa
pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang berupa
potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian
detail. Pengetahuan faktual menyajikan fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan.
Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-
unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang
mencakup skema, model pemikiran dan teori. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan
tentanggambar
Sumber bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan
: insulinnation.com
Pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
pengetahuan tentang diri sendiri.
Model Pembelajaran Abad 21 Tingkatan Inkuiri
Dimensi poses pengetahuan terbagi dalam tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
(Anderson & Krathwohl, 2001:67-68) ranah kognitif terbagi dalam enam tingkat yaitu : 1)
mengingat (remember) : mengambil, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang; 2) memahami (understand): membangun makna dari lisan, pesan
Colbum (2000) mengemukakan ada empat tingkatan inkuiiri, yaitu inkuiri terstruktur (structure
inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiru terbuka. (open inquiry), dan siklus belajar
(learning cycle).
Ada lima startegi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu :
Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada strategi
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery adalah bahwa pada discovery masalah yang
diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa guru. Sedangkan pada
inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran
dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses
penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah.
Di banyak negara maju, pembelajaran berbasis proyek telah banyak diterapkan. Akan tetapi, untuk
menjaga kualitas pembelajaran model dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi negara/daerah.
Di Australia model pembelajaran berbasis proyek disebut dengan rich task.
Facebook
Twitter
Google+
WhatsApp
Line
0shares
Navigasi pos
Sudah Siap Menikah ? 7 Kewajiban Istri Ini Wajib Kamu Ketahui
3 Persiapan Pra Kehamilan Yang Harus Diketahui Calon Ayah dan Bunda
Related Posts
Selain terkenal dengan K-Pop dan Wisatanya , ada juga 3
Universitas Terindah di Korea lho!
Kategori
Celotehan Inspiratif
Infopedia
Inspirasi Senin
Jumat Berkah
Kabar Pejagan
Kamis Asmara
Minggu Liburan
Rabu Panduan
Sabtu Pendidikan
Tak Berkategori
Tips Selasa
Turtorial Kehidupan
Tentang Pejagan.com
Pejagan.com - adalah sebuah media penyedia celotehan inspiratif untuk menemani anda dalam
menjalani hidup.
All Right Reserved 2018
Proudly powered by WordPress | Theme: Drift Blog by Candid Themes.