Anda di halaman 1dari 23

PROGRAMA PENYULUHAN

DESA GATTARENG KECAMATAN MARIORIWAWO


KABUPATEN SOPPENG

DI

OLEH :

KELOMPOK 2 PADA DIKLAT AHLI


PENYULUH KEHUTANAN SULAWESI TENGAH
TAHUN 2019

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 1


HALAMAN PENGESAHAN

PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DESA GATTARENG


KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2019

KOOR. TIM DIKLAT AHLI PENYULUH KOOR. TIM WIDIYAISWARA BALAI


SULAWESI TENGAH DIKLATT LHK MAKASSAR
KELOMPOK II

HASNUN, SP Dr. SUJARWO, S.Pd M.Si


NIP. NIP.

KEPALA BALAI DIKLAT LHK MAKASSAR

Dr. EDI SULISTYO H. SUSETYO., S.Hut., M.Si


NIP. 19701206 200003 1 004

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 2


TIM PENYUSUN PROGRAMA PENYULUHAN

DIKLAT AHLI PENYULUH KEHUTANAN


DESA GATTARENG KECAMATAN MARIORIWAWO KEBUPATEN
SOPPENG

1. HASNUN, SP. (............................................)

2. MUHARSONO, S.Hut. (............................................)

3. HELMI FAHMI HASIBUAN, S.Hut. (............................................)

4. NOLDY, SP (............................................)

5. USMAN, SP (............................................)

6. AGUS,SP. (............................................)

7. GUFRON, S.Agr (............................................)

8. SEPRIANI JOME, S.Hut (............................................)

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 3


KATA PENGANTAR

Kita lebih pantas mengawali programa ini dengan pujian. Pujian yang

sarat akan rasa syukur atas karunia Yang Maha Kuasa, Tuhan seluruh Alam, Allah

subhanahu wa-ta’ala. Rasa syukur yang tiada terhingga. Semata karena taufik

dan petunjuknya, sehingga penyusunan Programa Penyuluhan ini dapat

dirampungkan sebagaimana mestinya.

Penyuluhan kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama

serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Programa Penyuluhan Kehutanan adalah rencana tertulis yang disusun

secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman serta sebagai alat

pengendali pencapaian tujuan penyuluhan kehutanan. Programa ini adalah

dokumen rencana penyuluhan yang menjadi arah dan pedoman penyelenggaraan

Penyuluhan Desa Gattareng Tahun 2019.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut

andil sehingga terwujud programa Penyuluhan Kehutanan ini.

Kami penyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan programa ini

masih banyak terdapat kekurangan atau kekeliruan. Saran dan kritikan yang

sifatnya konstruktif tentu senantiasa kami harapkan, demi perbaikan selanjutnya.

Gattareng, 27 Juli 2019


Koor. Tim Diklat Penyuluh Ahli
Sulawesi Tengah

HASNUN, SP

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 4


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) secara bijaksana dan

berkelanjutan telah menjadi kebijakan pemerintah dengan berbagai

peraturan perundang-undangan dan semua perangkat kelengkapannya.

Namun demikian dalam prakteknya telah terjadi pemanfaatan SDH secara

berlebihan, penebangan liar/perambahan hutan dan kebakaran hutan yang

tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan, yang

diindikasikan merosotnya fungsi hidro-orologis daerah aliran sungai (DAS).

Memperhatikan kondisi kerusakan SDH dewasa ini yang sudah sangat

mengkawatirkan, maka telah dilakukan perubahan paradigma

pembangunan kehutanan yang bertumpu pada pendekatan ekosistem SDH

berbasis pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kehutanan kedepan

diarahkan untuk memberikan peran dan partisipasi aktif masyarakat secara

proporsional.
Penyuluhan kehutanan pada hakekatnya adalah upaya

pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan para pihak lainnya dalam

pembangunan kehutanan, merupakan investasi untuk mengamankan dan

melestarikan SDH sebagai aset negara. Oleh karena itu penyuluhan

kehutanan memiliki peran strategis, baik dalam rangka meningkatkan

kapasitas dan kemandirian masyarakat, maupun dalam upaya pelestarian

SDH. Dua hal penting yang menjadi ciri penyuluhan kehutanan adalah

penguatan kelembagaan dan pendampingan kearah masyarakat mandiri

yang berbasis pembangunan kehutanan. Dengan adanya pergeseran

kebijakan pembangunan kehutanan dan tata pemerintahan yang

melimpahkan sebagian kewenangan kepada Pemerintah Daerah serta

perubahan tata sosial-budaya yang lebih transparan dan demokratis,

sehingga diperlukan perubahan paradigma dan penataan penyelenggaraan

penyuluhan kehutanan yang disepahami oleh para pihak di pusat dan


Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 5
daerah. Sehubungan dengan itu maka diperlukan Pedoman Umum

Penyuluhan Kehutanan yang dapat menjadi acuan bagi para pihak dalam

penyelenggaraan penyuluhan kehutanan.


Programa penyuluhan kehutanan merupakan program atau rencana

yang berisi pedoman dan tujuan yang ingin dicapai dalam memanfaatkan

semua potensi baik waktu, metode, materi, dan biaya demi

terselenggaranya kegiatan penyuluhan kehutanan. Rencana tersebut

menjadi acuan bagi kegiatan pendampingan dan bimbingan pada

masyarakat/petani untuk membantu petani dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dalam bidang kehutanan.

Selain itu pula, programa dapat memberikan arah yang jelas agar

pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu, penyusunan programa perlu memuat beberapa kriteria agar

sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tidak melenceng. Adapun kriteria

yang disusun harus memperhatikan berbagai aspek seperti : (1) Apa

sasaran penyuluhan, (2) Bagaimana menggali dan memunculkan masalah

yang dihadapi masyarakat sasaran, (3) Potensi-potensi apa yang dimiliki,

(4) Bagaimana sasaran tersebut dicapai, dan (5) Bagaimana perkiraan

dampak penyuluhan bagi masyarakat.

Agar aspek-aspek tersebut diatas dapat disusun dan diperhatikan

dengan baik, maka programa harus bersumber dari masyarakat sasaran.

Oleh karena itu perlu dilakukan survey awal atau penggalian informasi untuk

mengetahui kondisi masyarakat yang sebenarnya dengan memperhatikan

hal-hal seperti : bagaimana tingkat adopsi inovasi, jenis tanaman yang

diusahakan, tehnik konservasi lahan, kesediaan tehnologi spesifik lokasi,

bagaimana petani menjual hasil buminya, dsb. Hasil survey itulah yang

dijadikan dasar informasi untuk mengidentifikasi dan menyusun programa

penyuluhan kehutanan.

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 6


Progama penyuluhan kehutanan Desa Gattareng Kecamatan

Marioriwawo, disusun dengan memerhatikan keterpaduan Potensi Sumber

daya hutan yang ada di desa tersebut. Demikian pula, diharapkan dapat

menerjemahkan rencana strategis KLHK dan Pemerintah Daerah. Sehingga,

rencana kegiatan yang tercantum dalam programa ini minimal dapat

memberi jawaban atas tuntutan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha

pada sektor kehutanan. Pencapaiannya tentu memerlukan dukungan

pemerintah setempat (desa dan kecamatan), kelembagaan masyarakat,

pemerintah kabupaten sebagai pemegang otonomi wilayah. Terpenting dari

itu semua, sangat dituntut kemampuan teknis dan sikap prilaku dari penyuluh

kehutanan sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator.

B. Landasan Hukum

Landasan hukum yang terkait dengan penyelenggaraan

penyuluhan kehutanan adalah :

1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,

Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan;

4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.78/Menhut-II/2014 tentang

Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan;

5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.132/Menhut-II/2004 tentang

Pedoman Umum Penyuluhan Kehutanan;

6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2012 tentang

Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya

Masyarakat;

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 7


7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut-II/2012 tentang Metode

dan Materi Penyuluhan Kehutanan;

8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.29/Menhut-II/2013 tentang

Pedoman Pendampingan Kegiatan Pembangunan Kehutanan;

9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2014 tentang

Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Hutan;

10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 8206/Kpts-II/2002 tentang Standar

dan Kriteria Penyuluhan Kehutanan;

11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokasi No. 27 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh

Kehutanan dan Angka Kreditnya;

12. Peraturan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Badan Kepegawaian

Negara NO : PB.1/Menhut-IX/2014 dan NO : 5 Tahun 2014 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia NO 27 tahun 2013

tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya;

13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.36/

MENLHK-SETJEN/2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

Penyuluh Kehutanan dan Angkakreditnya;

14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:

P.14/MENLHK-SETJEN/KUM.I/IV/2019 Tentang Penyusunan Programa

Penyuluhan Kehutanan.

C. Pengertian-pengertian
Dalam program ini yang dimaksud dengan:

1. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama

serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 8


produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Programa penyuluhan adalah rencana tertulis kegiatan penyuluhan

kehutanan disusun secara sistematis sebagai bahan perencanaan

pembangunan kehutanan.

3. Penyuluh Kehutanan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut

Penyuluh PNS adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang

dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

penyuluhan kehutanan.

4. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat

PKSM adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga

masyarakat lainnya yang denga kesadarannya sendiri mau dan mampu

menjadi penyuluh.

5. Penyuluh Kehutanan Swasta yang selanjutnya disingkat PKS adalah

penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang

mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

6. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Kehutanan yang selanjutnya disingkat

RKTPK adalah rencana kegiatan yang disusun oleh Penyuluh Kehutanan

PNS secara perorangan berdasarkan Programa Penyuluhan Kehutanan

yang berisi kegiatan Penyuluhan Kehutanan yang akan dilakukan dalam

satu tahun.

7. Sasaran Penyuluhan Kehutanan adalah pihak yang paling berhak

menerima manfaat penyuluhan kehutanan meliputi sasaran utama dan

sasaran antara

8. Sasaran Utama adalah pelaku utama dan pelaku usaha dalam bidang

kehutanan yang menerima manfaat langsung Penyuluhan Kehutanan.

9. Sasaran Antara adalah pemangku kepentingan yang tidak secara langsung

menerima manfaat Penyuluhan Kehutanan, antara lain kelompok atau

lembaga pemerhati kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.


Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 9
10. Pelaku Utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan

beserta keluarga intinya

11. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi

yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian,

perikanan, dan kehutanan.

12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang lingkungan hidup dan kehutanan

13. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang

selanjutnya disebut Badan P2SDM adalah unit utama yang membidangi

penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia di Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

14. Pusat Penyuluhan adalah unit organisasi di bawah Badan P2SDM yang

menangani penyuluhan diKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

15. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas adalah organisasi

perangkat daerah provinsi yang melaksanakan urusan pemerintahan di

bidang kehutanan.

16. Unit Pelaksana Teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang

selanjutnya disingkat UPT KLHK adalah unit pengelola kegiatan teknis

sesuai dengan tugas dan fungsinya yang berada di lingkup KLHK.

17. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disingkat UPTD adalah

organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau

kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas.

18. Cabang Dinas Kehutanan yang selanjutnya disingkat CDK adalah bagian

dari perangkat daerah penyelenggara urusan pemerintahan di bidang

Kehutanan yang dibentuk sebagai unit kerja Dinas dengan wilayah kerja

tertentu

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 10


II. KEADAAN UMUM WILAYAH

1. SUMBER DAYA ALAM

A. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan

Secara administrasi Desa Gattareng memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan dengan desa Marioriaja,

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lalabata, Sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Gattareng Tua, dan Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Bone.

Desa Gattareng merupakan salah satu desa yang berada sekitar

hutan dalam wilayah administrasi Kecamatan Marioriwawo Kabupaten

Soppeng Sulawesi Selatan. Desa Gattareng ini memiliki Luas wilayah ± 19

KM² dan Luas Kawasan Hutan seluas ± 1011, 49 Hektar. Adapun fungsi

dari kawasan tersebut adalah sebagai hutan lindung yang ditanami oleh

tanaman pinus. Tanaman pinus tersebut sudah dimanfaatkan oleh

masyarakat desa Gattareng dengan menyadap getah pinus untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

B. Kondisi Kawasan Hutan dan Lahan Masyarakat

Kawasan hutan Desa Gattareng di era tahun 1980an kerapatan

tutupan lahan atau keadaan vegetasi masih rapat dan sumber air masih

melimpah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga lahan usaha

masyarakat dapat dikelola .untuk pemanfaatan lahan pertanian dan

perkebunan. Di era tahun 1990an pemerintah mengadakan program

penghijauan dan reboisasi dengan menanam tanaman pinus seluas 900

hektar. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya program kegiatan ini

menurut masyarakat adalah mengurangi volume air yang ada di desa

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 11


Gattareng, sehingga masyarakat kesulitan dalam bercocok tanam

khususnya padi sawah dan tanaman palawija lainnya.

C. Topografi

Berdasarkan bentang wilayah desa Gattareng terdiri dari perbukitan

dan pegunungan. Adapun kondisi iklim di Desa Gattareng ini berkisar

antara 28 º C– 30 º C dengan keadaan angin berada pada kecepatan

sedang hingga angin kencang dengan curah 1390 MM. Dengan jumlah

hari hujan tertinggi berada pada bulan Desember dan terendah pada bulan

Mei dengan jumlah bulan basah sebanyak 9 bulan.

Adapun kondisi topografi pada wilayah Desa Gattareng bervariasi

yang terdiri dari beberapa kelas lereng dengan sebaran sebagai berikut:

16,73 % dari luas total kawasan berlereng datar (0-8%), 27,67% dari luas

total kawasan berlereng landai (8-15%), 32,42% dari luas total kawasan

berlereng agak curam (15-25%), 21,94 % dari luas total kawasan berlereng

curam (24-05%) dan sisanya sebanyak 1,25% dari luas total kawasan

berlereng sangat curam (>40%).

D. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan Lahan di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo dapat

terbagi atas pemanfaatan lahan basah dan pemanfaatan lahan kering dapat

dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Pemanfaatan Lahan Pertanian di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo
Kabupaten Soppeng.

No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Persentase


(%)

1. Tanah Sawah 277.50 14,60

2. Pekarangan 11,34 0,60

3. Tegalan/Kebun - -

4. Ladang - -

5. Kolam 1 0,05

6. Padang Rumput - -

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 12


7. Perkebunan Rakyat 512,97 27,00

8. Hutan Rakyat 350 18,42

9. Lainnya/kawasan 747,19 39,33

Jumlah 19.000 100

Sumber : Data Base Desa Gattareng, Tahun 2018

Tabel di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan pertanian di

Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo seluas 19.000 Ha yang terdiri

dari Tanaman Pangan, Hortikultura dan Palawija seluas 277.50 (14,60%)

Perkebunan rakyat seluas 512,97 Ha (27 %), Hutan rakyat seluas 350 Ha

(18,42%) Pekarangan seluas 11,34 ha ( 0,60 %), Kolam seluas 1,00 ha

( 0,05%). Dengan demikian pemanfaatan lahan pertanian di Desa

Gattareng Kecamatan Marioriwawo yang dominan adalah Perkebunan

Rakyat, Sawah dan Hutan Rakyat.


Pemanfaatan lahan sawah di Desa Gattareng Kecamatan

Marioriwawo seluas 277,50 Ha yang terdiri dari sawah Irigasi

sederhana/Desa 115.40 Ha dan sawah tadah hujan seluas 162.10 Ha

( %) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Pemanfaatan Lahan Sawah di Desa Gattareng Kec. Marioriwawo


Kabupaten Soppeng Tahun 2018.
No. Jenis Irigasi Luas (Ha) Persentase
(%)

1. Sawah Irigasi Teknis - 0

2. Sawah Irigasi ½ Teknis - 0

3. Sawah Irigasi Sederhana/Desa 115.40 41,6

4. Sawah Tadah Hujan 162.10 58.4

Jumlah 277.50 100

Sumber : Data Base Desa Gattareng Tahun 2018

Areal Persawahan di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo ,

untuk sawah Irigasi ½ teknis dan Irigasi sederhana ditanami 2 (dua) kali

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 13


padi dalam setahun sedangkan sawah tadah hujan ditanami padi 1 (satu)

kali setahun dan 1 (satu) kali palawija. Luas tanam padi dan palawija

Tahun 2013 di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Luas Tanam Padi dan Palawija di Desa Gattareng , Tahun 2018

Luas Luas Produktivitas


No. Jenis Tanaman
Tanam(Ha) Panen (Ha) (Kw/Ha)

1. Padi (GKP) 277,50 277,50 65,52

2. Jagung (Pipilan Kering) 153,50 153,50 144

3. Kacang Tanah 15 15 -

4. Kedelai - - -

5. Kacang Hijau (Biji Kering) 5 5

6. Ubi Jalar (Basah Berkulit) - - -

Sumber : Data Base Desa Gattareng, 2018

Tabel di atas memperlihatkan bahwa pertanaman padi di Desa Gattareng

seluas Ha, Luas Panen Ha dengan prodiksi rata-rata yang dicapai adalah

Kw/Ha (GKP). Sedangkan Tanaman Palawija yang dominan adalah Jagung seluas

Ha dengan Produksi rata-rata yang dicapai adalah Kw/Ha (pipilan Kering).

Luas Tanam Kedelai seluas Ha dengan Produksi rata-rata yang dicapai

adalah Kw/Ha.
1. Pemanfaatan Lahan Kering
Potensi lahan kering di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo berupa

perkebunan rakyat. Tanaman yang dikembangkan adalah Kakao, Kelapa, Kemiri,

Kopi, Lada, Kapuk, jambu mete dan lain-lain. Luas Tanaman perkebunan rakyat

yang ada di Desa Gattareng tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Tanam Perkebunan Rakyat di Desa Gattareng, Tahun 2018


Jambu
Kakao Kelapa Kemiri Kopi Vanili Lada Kapuk
No. Desa Mete
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)

1. 324 58,57 125 5 - 0,6 0,10 1


Gattareng

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 14


Sumber : Data Monografi Desa Gattareng, Tahun 2018

E. Potensi Keanekaragaman Hayati

Berdasarkan keadaan wilayah Desa Gattareng yang terdiri dari

kawasan hutan lindung dan daerah perbukitan serta berbagai vegetasi maka

potensi usaha pertanian dan kehutanan yang dapat di kembangkan antara lain

bercocok tanam padi sawah, tanaman palawija, holtikultura dan perkebunan

serta pengembangan tanaman aren, pangi, kemiri, dan kegiatan HHBK

Lainya.

2. Sumber Daya Manusia

a. Data Penduduk

Penduduk Desa Gattareng tahun 2016 sebanyak 3119 jiwa dengan

perbandingan jumlah Penduduk laki – laki sebanyak 1523 jiwa atau 48,83

% dan perempuan sebanyak 1596 jiwa atau 51,17 %, dengan Jumlah 655

KK.

Tabel 6. Jumlah Penduduk laki – laki Desa Gattareng, Tiga Tahun


Terakhir
Keadaan Tahun
No Penduduk
(Tahun) 2014 2015 2016 Ket.
1 0 -10 303 291 295

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 15


2 11 - 20 313 327 306
3 21 - 30 241 234 232
4 31 - 40 239 240 245
5 41 - 50 181 182 176
6 51 - 60 114 118 131
7 61 Keatas 132 133 138
Jumlah 1523 1525 1523
Sumber : Data base Desa Gattareng, 2017

Dari tabel terlihat bahwa Penduduk Desa Gattareng dengan jenis kelamin

laki – laki tidak mengalami perubahan yang signifikan. Disamping itu jumlah usia

produktif (20 – 45 tahun) lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur

lainnya, hal ini merupakan potensi yang dimiliki oleh Desa Gattareng untuk

menuju kesejahteran masyarakat.

Tabel di bawah ini (tabel 2) terlihat bahwa Penduduk Desa Gattareng

dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan juga hampir

sama dengan jenis kelamin laki-laki yang menunjukkan bahwa jumlah usia

produktif lebih besar jumlahnya dibanding dengan usia lainnya.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Perempuan Desa gattareng, Tiga Tahun Terakhir

Tahun
No Keadaan Penduduk
2014 2015 2016 Ket.
1 0 -10 Tahun 298 284 277
2 11 - 20 Tahun 312 319 310
3 21 - 30 Tahun 252 257 267
4 31 - 40 Tahun 228 220 218
5 41 - 50 Tahun 200 201 209
6 51 - 60 Tahun 132 142 131
7 61 Keatas 174 176 184
Jumlah 1596 1599 1596
Sumber : Data base Desa Gattareng, 2017

Tabel 8. Jumlah penduduk penerima bantuan

No Keadaan Penduduk Tahun

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 16


2014 2015 2016 Ket.

1 Keluarga miskin (penerima


324 324 324
raskin)
2 Keluarga harapan 77 79 145
3 Keluarga sejahtera( KKS ) - 324 324
4 KIS ( Kartu Indonesia Sehat) - - 1707
5 BPJS lokal - - -
6 Kartu Indonesia Pintar - - 145
Jumlah 401 727 2545
Sumber : Data base Desa Gattareng, 2017

Jumlah penduduk penerima bantuan dari pemerintah meningkat di tahun

2016 melalui program pemerintah pusat ( Kartu Indonesia Sehat ) sebesar 1707.

jadi total penerima bantuan penduduk Desa Gattareng pada tahun 2016 adalah

sebanyak 2545 orang.

Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tiga tahun terakhir

Tahun
No Keadaan Penduduk
2014 2015 2016 Ket.
1 Petani sawah 574 640 656
2 Petani kebun 637 641 744
3 Peternak 161 161 161
4 PNS 20 20 20
5 Aparat Pemerintah desa 50 50 50
6 Honorer 39 39 39
7 Imam Desa/Imam Mesjid 7 7 7
8 Guru mengaji tradisional 20 20 20
9 Guru TPA 18 18 18
10 Pengurus mesjid 42 42 42
11 Kader 70 70 72
12 Kelompok Wanita Tani 24 24 24
13 Kelompok Tani 61 61 61
14 Gapoktan 6 6 6
15 Pengurus Remaja Mesjid 12 12 12
16 Pengurus Majelis Taklim 120 120 120
17 Pengurus PKK 74 74 74
18 Pengurus BUMDES 3 3 3
19 Pengurus KUP 7 7 7
Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 17
20 Pengurus Mandiri Pangan 3 3 3
21 Pengurus P3A/GP3A 3 3 3
22 Pedagang 57 57 57
23 Angkutan 28 28 28
24 Jasa 45 45 45
25 Pengurus Klp. Ternak 6 6 6
Jumlah 2087 2157 2280
Sumber : Data Base Desa Gattareng, 2017

Tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini menunjukan

bahwa masyarakat Desa Gattareng yang memiliki lapangan kerja juga semakin

meningkat.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan, Tiga Tahun Terakhir. 2017
Tahun
No Keadaan Penduduk
2014 2015 2016 Ket.
1 5 5 8
Lulusan S-1 keatas
2 - - 4
Lulusan D I/D II/D III
3 33 36 41
Lulusan SMA
4 51 54 55
Lulusan SMP
5 56 96 79
Lulusan SD
6
Tidak tamat SD/ tidak sekolah - - -
Jumlah 145 191 187
Sumber : Data Base Desa Gattareng, 2017

Tabel ini terlihat bahwa jumlah penduduk Desa Gattareng berdasarkan

pendidikan juga mengalami peningkatan meskipun hanya sedikit. Hal ini

disebabkan adanya kebiasaan masyarakat Desa Gattareng yang lebih cenderung

meantau setelah tamat SMA atau SMP.

b. Kelompok Tani Hutan

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 18


Kelompok Tani Hutan (KTH) di Desa Gattareng berjumlah 7 kelompok KTH,

2 Kelompok Wanita Tani dan 1Kelompo Usaha Produktif. Dari 7 kelompok

tersebut 3 kelompok termasuk kelompok madya dan 1 KUP. Sementara 4

KTH lainnya masih pemula yang akan dipersiapkan menjadi kelas madya.

Kelompok wanita tani juga masih kategori kelompok pemula. Dapun

keadaan KTH tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Jumlah KTH di Desa Gattareng, Kec. Marioriwawo

No Nama KTH Jumlah Anggota Kelas Kelompok Ket.


1 KTH Jampue 71 Pemula
KTH Harapan
2 Arappae 90 Madya
3 KTH Waepute 129 Madya
4 KTH Coppoawi 104 Madya
5 KTH Lappa Cempa 90 Pemula
6 KTH Bunga Tanah 88 Pemula
7 KTH HKm Lestari 90 Pemula
8 KWT Waepute 45 Pemula
9 KWT Coppoawi 30 Pemula
10 KUP Waepute 30 Madya
Sumber : Data Primer KTH Desa Gattareng

Berdasarkan data survey dan wawancara di desa Gattareng yang menjadi

pelaku utama dan pelaku usaha adalah masyarakat yang bermukim di Desa

Gattareng. Yang dibina oleh Penyuluh Kehutanan dari CDK Wilayah V Kabupaten

Bone, Soppeng Wajo. Jumlah penyuluh Kehutanan yang membina KTH di Desa

Gattareng sebanyak 3 orang. 1 orang penyuluh madya dan 1 orang penyuluh

muda dan 1 orang penyuluh ahli.

3. Sumber Daya Penunjang

Pembangunan kehutanan di Desa Gattareng mendapat dukungan penuh

dari pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dukungan

pemerintah pusat melalui kegiatan KBR pada tahun 2011 disalurkan melalui

BPDAS Sulawesi Selatan sebanyak 50 Hektar. Adapun tanaman yang diberikan

antara lain sengon, jabon, dan gamelina. Kegiatan ini berlanjut pada tahun 2019

BPDAS kembali memberikan bantuan KBR seluas 25 Hektar. Adapun jenis

tanaman yang diberikan adalah Eucalyptus, pala, dan bayam jawa.

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 19


Pembangunan Kehutanan didukung oleh keaktifan Penyuluh Kehutanan

yang bertugas di Desa Gattareng. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya 3

kelompok tani hutan kelas madya, 1 kelompok usaha produktif dan 4 kelompok

pemula serta 2 kelompok wanita tani.

Selain itu, pengelolaan kelembagaan keuangan sudah mulai berjalan. Hal

ini ditandai dengan mulai berjalannya iuran bulanan salah satu kelompok yang

terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Permodalan petani juga

dibantu oleh Bank BRI melalui Dana KUR berupa pinjaman yang dikembalikan

setelah satu tahun pinjaman.

Pembangunan kehutanan Desa Gattareng juga didukung dengan

pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh pengurus dan anggota KTH. Adapun

pendidikan dan latihan yang diikuti antara lain diklat usaha lebah madu trigona

kerjasama dengan Universitas Bosowa di Makassar, Diklat PKSM di Balai Diklat

Makassar. Hal ini dapat menunjang pengembangan sumber daya manusia KTH

di masa yang akan datang. Keberadaan lembaga-lembaga di desa seperti

Pemerintah Desa, karang taruna, PKK, Bumdes sangat mendukung program-

program yang dilaksanakan oleh KTH di desa Gattareng, dan mendukung

pembangunan sekretariat KTH dan jalan-jalan produksi di lahan yang dikelola

oleh KTH.

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 20


MATRIKS PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN
DESA GATTARENG KEC. MARIORIWAWO KAB. SOPPENG
Sasaran Penyuluhan Cara Mencapai Tujuan
Biaya
(Sumber
No. Keadaan Tujuan Masalah Kegiatan Penanggun
Deskripsi Jumlah Lokasi Metode Materi dan Pelaksana
Dan Waktu g Jawab
Jumlah
(Rp))
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Keadaan dilapangan Meningkatkan nilai 1. Alat meubel belum Pengurus dan anggota KTH 25 Orang Dusun Arappae 1. Pengajuan Proposal ke instansi 1. Ceramah permewbelan KTH Penyuluh dan Penyuluh
terdapat 60 Ha hamparan ekonomi Gamelina yang memadai Harapan Arappae terkait untuk pengadaan alat 2. Kerjasama Harapan Pengurus KTH
lahan yang dikelola oleh selama ini dijual dalam 2. SDM yang meubel Arappae
KTH Harapan Arappae. bentuk gelondongan memiliki (Agustus 2019) Rp.
Dari 60 Ha tersebut menjadi kayu olahan keterampilan 2. Pelatihan 10.000.00
terdapat 20 Ha lahan yang (Meubel) seperti kursi, dalam pengolahan (September 2019) 0,-
ditanami Gamelina dan meja, lemari dll. kayu masih kurang 3. Kerjasama dengan pihak
sudah siap panen bahkan (baru 3 Orsng) swasta (Perbankan, koperasi)
ada yang sudah dipanen. 3. Modal masih (Agustus 2019)
Namun penjualannnya terbatas dalam 4. Mencari akses pasar hasil
masih dalam bentuk mengembangkan olahan kayu gamelina
gelondongan. Dari pemilik usaha meubel (Desember 2019)
lahan tersebut terdapat 3 4. Akses pemasaran
orang anggota kelompok masih lokal
yang memiliki keterampilan
tukang kayu.

2. Keadaan di lapangan Meningkatkan 1. Belum ada bibit KTH Harapan Arappae 45 orang Dusun Arappae 1. Pengadaan bibit dengan Ceramah Teknologi Swadaya Penyuluh dan Penyuluh
terdapat 60 Ha lahan pemanfaatan lahan petani yang mau ditanam kerjasama instansi Sekolah lapang Agroforestry KTH PengurusKTH
petani KTH Harapan dari 40 Ha menjadi 60 Ha oleh KTH terkait Penyebaran materi Rp.6000.0
areppae, namun baru 40 untuk tanaman kehutanan 2. Baru 50 % (Agustus 2019) lewat media terceta 00
Ha yang ditanami tanaman pola agroforestry anggota KTH
kehutanan pola Harapan Areppae 2. Study Banding
agroforestry. (45 Oang) yang September –
memiliki (November 2019)
pengetahuan
tentang
penanaman
tanaman
kehutanan pola
agroforestry

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 21


3. Pada buku Daftar anggota Meningkatkan keaktifan 1. Ada 60 % ( 65 Anggota KTH Harapan 25 Orang Dusun Areppae Penyuluhan Ceramah Pemen Swadaya Pengurus dan Penyuluh
KTH Harapan Arappae anggota dari 25 orang Orang )yang Areppae Terapan Teknologi Nomor :P.4 KTH Naggota KTH
terdapat 90 orang jumlah menjadi 50 orang anggota belum aktif dalam /KEMENLHK/20
anggota KTH secara kelompok yang aktif dalam pertemuan dan 18
keseluruhan, namun hanya pertemun dan kegiatan kegiatan KTH
25 Orang yang aktif dalam kelompok tani hutan 2. Pengetahuan
setiap pertemuan dan anggota KTH akan
kegiatan-kegiatan KTH. pentingnya
keberadaan KTH
masih kurang
3. Anggota KTH
belum merasakan
manfaat dari
keberadaan KTH

4 Pada Daftar anggota KTH Meningkatkan jumlah 1. Terdapat 55 orang KTH Harapan Arappae 55 Orang Dusun Areppae 1. Penyuluhan Ceramah Budidaya lebah Swadaya KTH Penyuluh
terdapat 90 orang anggota anggota KTH yang anggota KTH 2. Pelatihan Diklat madu trigona KTH
KTH, namun baru 35 orang membudidayakan lebah Harapan Areppae 3. Studi Banding demcar
yang membudidayakan madu trigona dari 35 yang belum
Lebah madu trigona orang menjadi 90 orang. melakukan
budidaya Lebah
Madu Trigona.
2. Masa panen lebah
madu trigona
butuh waktu yang
lama.
3. Usaha lebah madu
hanya aktifitas
sampingan dari
petani bukan
pekerjaan pokok.
4. Pemasaran masih
lokal

Mengetahui: Gattareng, 27 Juli 2019


KOOR. TIM WIDIYAISWARA TIM DIKLAT AHLI SULAWESI TENGAH
BDLHK MAKASSAR

Dr. SUJARWO, S.Pd, M.Si. HASNUN, SP.


NIP.219740827 199403 1 0031005 200701 1 02

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 22


III. PENUTUP

Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan Desa Gattareng

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng Tahun 2019 ini merupakan:

1. Pedoman dan petunjuk arah dalam penyelenggaraan tugas-tugas

penyuluh di lapangan.
2. Sebagai tolak ukur dan monitoring sejauh mana kegiatan penyuluhan

telah berjalan dan permasalahan apa saja yang dihadapi selama satu

tahun anggaran
3. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pengukuran tingkat

keberhasilan/kegagalan yang terjadi untuk perbaikan kegiatan di tahun

yang akan datang.

Dengan tersusunnya Programa Penyuluhan Kehutanan Desa

Gattareng Tahun 2019 ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi peserta

diklat pembentukan tingkat ahli penyuluh kehutanan Provinsi Sulawesi

Tengah Tahun 2019 di wilayah binaan masing-masing.

Programa Penyuluhan Diklat Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli Tahun 2019 23

Anda mungkin juga menyukai