Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOSPADIA DI RUANG POLI BEDAH


RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

DI SUSUN OLEH:
DESI URWANTINI
18.64.10018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan Laporan Pendahuluan dan Resume Keperawatan


dengan masalah HIPOSPADIA di ruang Poli Bedah RSU dr. Saiful Anwar
Malang sebagai sebagai syarat pemenuhan tugas Profesi Ners STIKES ICME
Jombang. Yang disusun oleh:
Nama :Desi Purwantini
Nim :186410018
Telah dilaksanakan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Malang, 2019
Mahasiswa

(...…………………....)
NIM : 186410018

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(………………………..) (…………………..…….)

Kepala Ruangan

(…………………………….)
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA

I. KONSEP PENYAKIT HIPOSPADIA


1. Pengertian
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan
bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral
penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis).
(Arif Mansjoer, 2000 : 374). Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu
kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat
pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadia adalah kelainan congenital
berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal
ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.
(Purnomo, B, Basuki,2003).

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis


bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin
bawaan sejak lahir. Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain,
misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus testis, monorchidism,
disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil skrotum, mikrophallus
dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi
renal, duplex dan refluk ureter.

2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan
variabel. Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi
tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan
hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari
ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering
dikaitkan dengan hipospadia.
4. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan
letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada
sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan
fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura
(lengkungan) ventral dari penis.
Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim.
Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan
hormonal genetik (Sugar, 1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak
mengganggu kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang
akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan
ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral
pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan
tidak terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997)

4. Manifestasi Klinik
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
10. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok
pada saat BAK.
11. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis keatas.
12. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%)
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,
kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.
Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%)
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya
disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium
bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands
penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan
bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak
ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit
yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior (20%)
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita
dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana
meatus terletak di ujung batang penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10%
terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau perineum.
Kebanyakan komplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal
atau aliran kencing yang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah
melalui prosedur minor.
6. Komplikasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
2. Infertility
3. Resiko hernia inguinalis
4. Gangguan psikologis dan psikososial
5. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa.

Komplikasi paska operasi yang terjadi :


1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit,
yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska
operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan
sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu
tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
7. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat
dilakukan pemeriksaan berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada
ginjal sebagai komplikasi maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin.
3. BNO-IVP
8. Penatalaksanaan Medis
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukan
dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk
merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal
atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan
pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis.
Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar
tehnik dan keberhasilan operasinya.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula,
Teknik Horton dan Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2
tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang
abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal
dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut
sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih)
sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra
terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang
ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah
matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar
dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis
distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan
kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian
dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar
perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan
dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOSPADIA
A. Pengkajian
1. Identitas
Usia : ditemukan saat lahir
Jenis kelamin : hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering
terjadi pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari
kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)
2. Keluhan Utama
3. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti
berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika
berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya
lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui
dengan pasti penyebabnya.
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya
sejak lahir
b. Riwayat Kongenital
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik. (Muscari, 2005:357)
5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya
hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai
minggu ke-14. (Markum, 1991: 257
6. Activity Daily Life
1. Nutrisi : Tidak ada gangguan
2. Eliminasi : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran
dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk.
Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK. (Brough, 2007: 130)
3. Hygiene Personal : Dibantu oleh perawat dan keluarga
4. Istirahat dan Tidur: Tidak ada gangguan
7. Pemeriksaan Fisik
c. Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan
g. Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan
h. Sistem Perkemihan:
- Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
- Kaji fungsi perkemihan
- Dysuria setelah operasi
i. Sistem Reproduksi
- Adanya lekukan pada ujung penis
- Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
- Terbukanya uretra pada ventral
- Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
drinage.
(Nursalam, 2008: 164)
8. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
1. Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses
1. pembedahan (uretroplasti).

POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
2. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan
2. pemasangan kateter.
3. 3. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis
anak setelah pembedahan.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Cemas b/d krisis NOC : NIC :


situasional Anxiety control Anxiety Reduction
Coping (penurunan kecemasan)
Definisi : Impulse control  Gunakan pendekatan
Perasaan gelisah yang Kriteria Hasil : yang menenangkan
tak jelas dari Klien mampu · Nyatakan dengan jelas
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
ketakutan yang disertai dan pasien
respon autonom (sumner mengungkapkan · Jelaskan semua prosedur
tidak spesifik atau tidak gejala cemas dan apa yang dirasakan
diketahui oleh individu); Mengidentifikasi, selama prosedur
perasaan keprihatinan mengungkapkan · Pahami prespektif
disebabkandari dan pasien terhdap situasi
antisipasi terhadap menunjukkan stres
bahaya. Sinyal ini tehnik untuk · Temani pasien untuk
merupakan peringatan mengontol cemas memberikan keamanan
adanya ancaman yang Vital sign dalam dan mengurangi takut
akan datang dan batas normal · Berikaninformasi
memungkinkan individu faktualmengenai
Postur tubuh,
untukmengambil diagnosis, tindakan
ekspresi wajah,
langkahuntuk
bahasa tubuh dan prognosis
menyetujui terhadap
tingkat aktivitas · Dorong keluarga untuk
tindakan
menunjukkan menemani anak
Ditandai dengan
berkurangnya · Lakukan back / neck rub
- Gelisah
kecemasan · Dengarkan dengan
- Insomnia
penuh perhatian
- Resah
· Identifikasi tingkat
- Ketakutan kecemasan
- Sedih · Bantu pasien mengenal
- Fokus pada diri situasi yang
- Kekhawatiran menimbulkan
- Cemas kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

2 Resiko Infeksi b/d NOC : NIC :


tindakan invasive Immune Status Infection Control (Kontrol
Knowledge: infeksi)
Definisi : Peningkatan Infection control · Bersihkan lingkungan
resiko masuknya Risk control setelah dipakai pasien
organisme patogen Kriteria Hasil : lain
Klien bebas dari · Pertahankan teknik
Faktor-faktor resiko : tanda dan gejala isolasi
- Prosedur Infasif infeksi · Batasi pengunjung bila
- Ketidakcukupan Mendeskripsika perlu
pengetahuan untuk n proses · Instruksikanpada
menghindari penularan pengunjung untuk
paparan patogen penyakit, factor mencuci tangan saat
- Trauma yang berkunjung dan setelah
- Kerusakan jaringan mempengaruhi berkunjung
dan peningkatan meninggalkan pasien
penularan serta
paparan lingkungan · Gunakan sabun
penatalaksanaan
- Ruptur n ya, antimikrobia untuk cuci
membran Menunjukkan tangan
amnion kemampuan · Cuci tangan setiap
- Agen farmasi untuk mencegah sebelum dan sesudah
(imunosupresan tindakan kperawtan
timbulnya
) · Gunakan baju, sarung
infeksi
- Malnutrisi tangan sebagai alat
Jumlah leukosit
- Peningkatan paparan
dalam batas pelindung
lingkungan patogen
normal · Pertahankan lingkungan
- Imonusupresi
Menunjukkan aseptik selama
- Ketidakadekuata
perilaku hidup pemasangan alat
n imum buatan
sehat · Ganti letak IV perifer
- Tidak adekuat
dan line central dan
pertahanan
dressing sesuai dengan
sekunder
petunjuk umum
(penurunan Hb,
· Gunakankateter
Leukopenia,
intermitenuntuk
penekanan respon
menurunkan infeksi
inflamasi)
- Tidak adekuat
kandung kencing
pertahanan tubuh · Tingktkan intake nutrisi
primer (kulit tidak · Berikan terapi antibiotik
utuh, trauma jaringan, bila perlu
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, Infection Protection
perubahan sekresi pH, (proteksi terhadap infeksi)
perubahan peristaltik)  Monitor tanda dan

- Penyakit kronik
gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saringpengunjung
terhadap penyakit
menular
· Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
· Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka/
insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur positif

Pain Management
3 Nyeri akut b/d cidera NOC : Lakukan pengkajian nyeri
fisik akibat pembedahan Pain secarakomprehensif
Level, termasuklokasi,
Definisi : Pain karakteristik, durasi,
Sensori yang tidak control, frekuensi, kualitas dan
menyenangkan dan Comfort faktor presipitasi
pengalaman emosional level Observasireaksi
yang muncul secara Kriteria Hasil :
aktual atau potensial Mampu mengontrol Nonverbal dari
kerusakan jaringan atau nyeri (tahu ketidaknyamanan
menggambarkan adanya penyebab nyeri, Gunakan teknik
kerusakan (Asosiasi mampu Komunikasi terapeutik
Studi Nyeri menggunakan untuk mengetahui
Internasional): serangan tehnik pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan nonfarmakologi Kaji kultur yang
intensitasnya dari ringan untuk mengurangi mempengaruhi respon
sampai berat yang dapat nyeri, mencari nyeri
diantisipasi dengan akhir bantuan) Evaluasi pengalaman
yang dapat diprediksi Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
dan dengan durasi nyeri berkurang Evaluasi bersama pasien
kurang dari 6 bulan. dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan tentang ketidakefektifan
Batasan karakteristik : manajemen nyeri kontrol nyeri masa
- Laporan secara verbal Mampu mengenali lampau
atau non verbal nyeri (skala, Bantu pasien dan
- Fakta dari observasi intensitas, frekuensi keluarga untuk mencari
- Posisi antalgic untuk dan tanda nyeri) dan menemukan
menghindari nyeri Menyatakan rasa dukungan
- Gerakan melindungi nyaman setelah Kontrol lingkungan yang
- Tingkah laku berhati- nyeri berkurang dapat mempengaruhi
hati Tanda vital dalam nyeri seperti suhu
- Muka topeng
rentang normal ruangan, pencahayaan
- Gangguan tidur (mata
dan kebisingan
sayu, tampak capek,
Kurangi faktor presipitasi
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai) nyeri
- Terfokus pada diri Pilihdanlakukan
sendiri penanganannyeri
- Fokus menyempit (farmakologi, non
(penurunan persepsi farmakologi dan inter
waktu, kerusakan personal)
proses berpikir, Kaji tipe dan sumber
penurunan interaksi nyeri untuk menentukan
dengan orang dan intervensi
lingkungan) Ajarkan tentang teknik
- Tingkah laku non farmakologi
distraksi, contoh : Berikan analgetik untuk
jalan-jalan, menemui mengurangi nyeri
orang lain dan/atau Evaluasi keefektifan
aktivitas, aktivitas kontrol nyeri
berulang-ulang) Tingkatkan istirahat
- Respon autonom Kolaborasikan dengan
(seperti diaphoresis, dokter jika ada keluhan
perubahan tekanan dan tindakan nyeri tidak
darah, perubahan berhasil
nafas, nadi dan Monitorpenerimaan
dilatasi pupil) pasiententang
- Perubahan autonomic manajemen nyeri
dalam tonus otot
(mungkin dalam Analgesic Administration
rentang dari lemah ke Tentukan lokasi,
kaku) karakteristik, kualitas,
- Tingkah laku dan derajat nyeri
ekspresif (contoh : sebelum pemberian obat
gelisah, merintih, Cek instruksi dokter
menangis, waspada, tentang jenis obat, dosis,
iritabel, nafas dan frekuensi
panjang/berkeluh Cek riwayat alergi
kesah) Pilih analgesik yang
- Perubahan dalam diperlukan atau
nafsu makan dan kombinasi dari analgesik
minum ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan
Faktor yang analgesik tergantung
berhubungan : Agen tipe dan beratnya nyeri
injuri (biologi, kimia, Tentukan analgesik
fisik, psikologis) pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


tentang kondisi, Kowlwdge : Teaching : disease Process
prognosis, kebutuhan disease process Berikan penilaian
pengobatan b/d Kowledge : health Tentang tingkat
keterbatasan kognitif. Behavior pengetahuan pasien
Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
Definisi :
Tidak adanya atau Pasien dan yang spesifik
kurangnya informasi keluarga Jelaskan patofisiologi
kognitif sehubungan menyatakan dari penyakit dan
pemahaman bagaimana hal ini
dengan topic spesifik.
tentang penyakit, berhubungan dengan
Batasan karakteristik : kondisi, prognosis anatomi dan fisiologi,
memverbalisasikan dan program dengan cara yang tepat.
adanya masalah, pengobatan Gambarkan tanda dan
ketidakakuratan Pasien dan gejala yang biasa
mengikuti instruksi, keluarga mampu muncul pada penyakit,
perilaku tidak sesuai. melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang Gambarkan proses
Faktor yang dijelaskan secara penyakit, dengan cara
berhubungan : benar yang tepat
keterbatasan kognitif, Pasien dan identifikasi
interpretasi terhadap keluarga mampu kemungkinan penyebab,
informasi yang salah, menjelaskan dengna cara yang tepat
kurangnya keinginan kembali apa yang Sediakan informasi pada
untuk mencari informasi, dijelaskan pasien tentang kondisi,
tidak mengetahui perawat/tim dengan cara yang tepat
sumber-sumber kesehatan lainnya Hindari harapan yang
informasi. kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkindiperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Hipospadia. 2011. Http://www.bedahugm.net/hipospadia
2. De Jong Wim, Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta.
3. Horton C E, Sadove R, Devine C J et al. Hypospadias, epispadias and Extrophy of the
Bladder. Chapter 54. p 1337 – 1348.
4. Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.
5. Porter M P, Faizan M K, Grady R W et al. Hypospadias in Washington State:
Maternal Risk Factors and Prevalence trend. 2011.
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/115/4/e495
6. Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika
7. Schnack T H, Zdravkovic S, Myrup C et al. Familial Aggregation of Hypospadias: A
Cohort Study. 2007. www.americanjournalofepidemiology.com
8. Toms A P, Bullock K N, Berman LH. Descending urethral ultrasound of the native
and reconstructed urethra in patients with hypospadias. 2003.
www.thebritishjournalofradiology.com
9. Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby.
10. NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia.
11. Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta , Sagung Seto

17

Anda mungkin juga menyukai