DI SUSUN OLEH:
DESI URWANTINI
18.64.10018
(...…………………....)
NIM : 186410018
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
(………………………..) (…………………..…….)
Kepala Ruangan
(…………………………….)
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan
variabel. Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi
tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan
hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari
ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering
dikaitkan dengan hipospadia.
4. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan
letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada
sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan
fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura
(lengkungan) ventral dari penis.
Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim.
Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan
hormonal genetik (Sugar, 1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak
mengganggu kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang
akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan
ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral
pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan
tidak terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997)
4. Manifestasi Klinik
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
10. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok
pada saat BAK.
11. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis keatas.
12. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%)
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,
kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.
Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%)
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya
disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium
bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands
penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan
bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak
ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit
yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior (20%)
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita
dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana
meatus terletak di ujung batang penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10%
terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau perineum.
Kebanyakan komplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal
atau aliran kencing yang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah
melalui prosedur minor.
6. Komplikasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
2. Infertility
3. Resiko hernia inguinalis
4. Gangguan psikologis dan psikososial
5. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa.
NO Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
1. Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses
1. pembedahan (uretroplasti).
POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
2. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan
2. pemasangan kateter.
3. 3. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis
anak setelah pembedahan.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
- Penyakit kronik
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saringpengunjung
terhadap penyakit
menular
· Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
· Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka/
insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur positif
Pain Management
3 Nyeri akut b/d cidera NOC : Lakukan pengkajian nyeri
fisik akibat pembedahan Pain secarakomprehensif
Level, termasuklokasi,
Definisi : Pain karakteristik, durasi,
Sensori yang tidak control, frekuensi, kualitas dan
menyenangkan dan Comfort faktor presipitasi
pengalaman emosional level Observasireaksi
yang muncul secara Kriteria Hasil :
aktual atau potensial Mampu mengontrol Nonverbal dari
kerusakan jaringan atau nyeri (tahu ketidaknyamanan
menggambarkan adanya penyebab nyeri, Gunakan teknik
kerusakan (Asosiasi mampu Komunikasi terapeutik
Studi Nyeri menggunakan untuk mengetahui
Internasional): serangan tehnik pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan nonfarmakologi Kaji kultur yang
intensitasnya dari ringan untuk mengurangi mempengaruhi respon
sampai berat yang dapat nyeri, mencari nyeri
diantisipasi dengan akhir bantuan) Evaluasi pengalaman
yang dapat diprediksi Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
dan dengan durasi nyeri berkurang Evaluasi bersama pasien
kurang dari 6 bulan. dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan tentang ketidakefektifan
Batasan karakteristik : manajemen nyeri kontrol nyeri masa
- Laporan secara verbal Mampu mengenali lampau
atau non verbal nyeri (skala, Bantu pasien dan
- Fakta dari observasi intensitas, frekuensi keluarga untuk mencari
- Posisi antalgic untuk dan tanda nyeri) dan menemukan
menghindari nyeri Menyatakan rasa dukungan
- Gerakan melindungi nyaman setelah Kontrol lingkungan yang
- Tingkah laku berhati- nyeri berkurang dapat mempengaruhi
hati Tanda vital dalam nyeri seperti suhu
- Muka topeng
rentang normal ruangan, pencahayaan
- Gangguan tidur (mata
dan kebisingan
sayu, tampak capek,
Kurangi faktor presipitasi
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai) nyeri
- Terfokus pada diri Pilihdanlakukan
sendiri penanganannyeri
- Fokus menyempit (farmakologi, non
(penurunan persepsi farmakologi dan inter
waktu, kerusakan personal)
proses berpikir, Kaji tipe dan sumber
penurunan interaksi nyeri untuk menentukan
dengan orang dan intervensi
lingkungan) Ajarkan tentang teknik
- Tingkah laku non farmakologi
distraksi, contoh : Berikan analgetik untuk
jalan-jalan, menemui mengurangi nyeri
orang lain dan/atau Evaluasi keefektifan
aktivitas, aktivitas kontrol nyeri
berulang-ulang) Tingkatkan istirahat
- Respon autonom Kolaborasikan dengan
(seperti diaphoresis, dokter jika ada keluhan
perubahan tekanan dan tindakan nyeri tidak
darah, perubahan berhasil
nafas, nadi dan Monitorpenerimaan
dilatasi pupil) pasiententang
- Perubahan autonomic manajemen nyeri
dalam tonus otot
(mungkin dalam Analgesic Administration
rentang dari lemah ke Tentukan lokasi,
kaku) karakteristik, kualitas,
- Tingkah laku dan derajat nyeri
ekspresif (contoh : sebelum pemberian obat
gelisah, merintih, Cek instruksi dokter
menangis, waspada, tentang jenis obat, dosis,
iritabel, nafas dan frekuensi
panjang/berkeluh Cek riwayat alergi
kesah) Pilih analgesik yang
- Perubahan dalam diperlukan atau
nafsu makan dan kombinasi dari analgesik
minum ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan
Faktor yang analgesik tergantung
berhubungan : Agen tipe dan beratnya nyeri
injuri (biologi, kimia, Tentukan analgesik
fisik, psikologis) pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
17