Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Inggris di kelas belum mencapai sasaran yang

diharapkan. Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki peserta

didik mampu menggunakan bahasa Inggris secara sederhana baik secara lisan

maupun secara tertulis. Hasil Pretest menunjukkan bahwa rata-rata nilai bahasa

Inggris kelas X B khususnya kemampuan memahami wacana adalah 52. Ini

menunjukkan bahwa perolehan nilai rata-rata peserta didik masih jauh dari nilai

kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yakni 65. Penulis mengamati

bahwa peserta didik tidak memiliki keterampilan dalam memahami wacana. Mereka

tidak mampu memahami dengan baik inti dari suatu pertanyaan yang berkaitan

dengan suatu wacana.

Penulis mengamati bahwa banyak faktor yang mempengaruhi sehingga nilai

peserta didik masih rendah. Salah satu faktor adalah guru belum mampu memberikan

dorongan atau motivasi memahami dan menggunakan bahasa Inggris secara baik.

Peserta didik tidak tertarik mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena

guru masih menggunakan metode konvensional.

Untuk mengatasi permasalahan ini, penulis berusaha menggunakan metode

pembelajaran terkini yang dikenal dengan istilah model pembelajaran Kooperatif tipe
STAD ( Students Team Achievement Division). Model pembelajaran ini menuntut

peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan saling

memberikan bantuan, bekerjasama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial

sangat menonjol dan mereka dituntut untuk bertanggungjawab terhadap keberhasilan

kelompok. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model ini, seorang guru

harus melakukan 5 tahap yakni: (1) persiapan, (2) persentase kelas, (3) kerja

kelompok, (4) kuis atau tes, (5) penghargaan kelompok. Menurut Arends (1997:124)

pembelajaran kooperatif tipe STAD bercirikan informasi materi pelajaran yang

disampaikan adalah sederhana dan tugas utama pesertra didik adalah menyelesaikan

lembar kerja secara kelompok.

Berkaitan dengan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tentang cara

meningkatkan motivasi belajar dalam upaya memahami wacana dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peserta didik kels X

B SMA Negeri 1 Bajeng .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas ,maka penulis menyusun rumasan masalah

sebagai berikut:” Bagaimana meningkatkan motivasi belajar dalam memahami

wacana dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peserta

didik kels X B SMA Negeri 1 Bajeng tahun pembelajaran 2010-2011?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi peserta

didik dalam memahami wacana dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan informasi kepada guru bahasa Inggris tentang pentingnya

meningkatkan motivasi peaseta didik melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD

2. Sebagai bahan informasi kepada guru bahasa Inggris tentang efektifityas

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan

hasil belajar.

3. Sebagai salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya dalam

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Membaca

1. Eksistensi Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan ,yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media-

media kata \bahasa tulis .suatu proses yang menuntut agar kata yang merupakan suatu

kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas ,dan agar makna kata-kata

secara individual agar dapat diketahui .kalau hal ini tidak terpenuhi ,maka pesan yang

tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami ,dan proses membaca

itu tidask terlaksanaka dengan baik (Hodgson 1960:3-440).

Membaca adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa .kegiatan membaca

tidak boleh terlepas dari aktivitas keseharian manusia sebab dengan membaca maka

akan semakin banyak pada pengetahuan yang dimiliki .Membaca adalah proses

berfikir sebab tindakan dalam membaca memerlukan interpretasi untuk mengenal

kata dan simbol yang tertulis .

2. Jenis-Jenis Membaca

Jenis membaca terbagi atas dua yakni membaca nyaring dan membaca dalam

hati .Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi
guru ,murid ,ataupun pembaca bersama-sama dengan orang .lain atau pendengar

untuk menagkap serta memahami informal,pikiran dan perasaan seseorang pengarang

.sedsngkan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang hanya

mempergunakan kegiatan yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan untuk

memperoleh informasi .

Dengan demikian, hakikat pemahaman membaca ialah kesanggupan seseorang

dalam memaknai, manganalisis, dan memahami sebuah bacaan yang telah dibacanya

sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sehubungan dengan

bacaantersebut

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (

Donald: 1950). Oemar Hamalik 1992: 173) perubahan energi dalam diri seseorang itu

berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai

tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat

untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya

Dalam proses belajar bahasa inggris ,motivasi dalam belajar tak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar .Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan

dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya .segala sesuatu yang menarik minat

orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuan dengan kebutuhannya.Maslow

{1943,1970) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan
oleh kebutuhan-kebutihan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman ,rasa cinta

penghargaan dan aktualisasi diri ,nebgetahui dan mengerti dan kebutuhan estetik

.Kebutuhan –kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah

laku individu .Oleh Karena itu ,apa yang seseorang lihat sudah tentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan

kepentingannya sendiri .

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpq

motivasi dari luar dirinya mrupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam

aktifitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar,

dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik diperlukan.

Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa mptivasi adalah

kemauan atau hasrat untuk melakukan sesuatu yang timbul dari dalam atau dari luar

pribadi untuk mencapai keinginan yang didambakan.

2. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri peserta didik

yang sangat memegang peranan dalam menentukan keberhasilan siswa untuk

mencapai kesuksesan belajar (Kamaruddin, 2009:37). Bila seseorang telah memiliki

motivasi instrinsik, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, seorang anak akan

bergairah belajar karena ingin meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan yang

didambakan. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif bahwa


kesuksesan dalam belajr saat ini akan mempengaruhi kehidupannya di masa

mendatang.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa motivasi intrinsic adalah

dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas termasuk

proses pembelajaran untuk mencapai cita-cita yang didambakan.

3. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Kamaruddin

(2009:39) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber

dari luar diri peserta didik yang turut membantu dalam proses pembelajaran untuk

mencapai keberhasilan belajar.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik

dalam dunia pendidiian. Motivasi ini diperlukan agar anak didik mau belajar.

Berbagai macam cara dilakukan agar peserta didik termotivasi belajar. Guru yang

berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam

belajar. Penggunan metode, media dan berbagai sarana lainnya merupakan bentuk

dari motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus

kreatif dan aktif menggunakan motivasi ekstrinsik dengan akurat dalam menunjang

proses interaksi edukatif di kelas.

Hasman (2010:21) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat berpa kondisi

lingkungan pembelajaran, perpustakaan, ruang kelas, metode yang dipakai guru

dalam mengajar, alat peraga belajar serta keuangan peseta didik.


Berdasarka argument di atas penulis berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik

adalah dorongan yang bersumber dari luar diri seseoorang yang dapat bersumber dari

guru, sarana sekolah dan kondisi lingkungan sekolah yang turut mempengaruhi

peserta didik dalam proses pembelajaran.

C. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning) sebenarnya bukanlah ide baru

namuntelah ada sejak lama, bahkan pada awal abad pertama para filosof (Hasman,

2000:25) berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasangan

atau teman. Dari situlah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kedalam suatu kelompok kecil

dimana peserta didik belajar bersama guna menyelesaikan suatu masalah yang

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda di kelompok tersebut. Setiap

anggota kelompok saling berkerjasama dan membantu memahami suatu pelajaran.

Model pembelajaran ini menuntut kerjasama peserta didik dan saling ketergantungan

dalam struktur tugas dan tujuan.

Warni (2010:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme. Dalam proses

pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya.

Siiswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam

membangun pengetahuan, serta bertanggungjawab terhadap apa yang ia

konstruksikan. Dalam pembelajaran kooperatif muncul konsep bahwa peserta didik

akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya untuk saling membantu memecahkan masalah yang

kompleks.

Dari uraian di atas penulis menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun

dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa

dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,

serta serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu esebagai pelajar ataupun sebagai

guru (pembimbing) untuk mencapai tujuan bersama.

Ibrahim (2000:9) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki cirri-

ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajar.

2. Kelompok sibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan berbeda.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Selanjutnya Ibrahim (2000:17) menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar yang perlu

untuk ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan lebih

efektif adalah:
1. Siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau “ berenang”

bersama.

2. Siswa memiliki tanggungjawab terhadap setiap siswa lain dalak kelompoknya,

disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang

dihadapi.

3. Siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama.

4. Siswa harus membagi btugas dan tanggungjawab sama besarnya diantara para

anggota kelompok.

5. Siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi seluruh anggota kelomok.

6. Siswa berbagi kepemimponan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerjasama selama belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok.

Berikut ini langkah-langkah atau fase-fase pembelajaran kooperatif:

Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif

Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

Menyampaikan tujuan dan dicapai dan memotivasi siswa.

memotivasi siswa

Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


Menyajikan informasi jalan demonstrsi atau lewat bahan bacaan

Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

ke dalam kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Guru membimbing kelompok – kelompok belajar

Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

bekerja dan belajar

Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresenrasekan hasil kerjanya.

Fase-6 Guru mencari cara untuk menghargai hasil kerja hasil

Memberikan penghargaan belajar individu dan kelompok.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studeny Teams Achievement Division)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tisp kelompok 4-6

orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyanpaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.


Slavin dalam Trianto (2000:26) menyatakan bahwa pada Stad siswa

ditempatkan dalam kelompok belajar berangggota 4-6 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi ,jenis kelamin ,dan suku .Guru menyajikan

pelajaran ,dan kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa

seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut .Kemudian ,seluruh

siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak

diperbolehkan saling membantu.

Menurut slavin dalam Trianto, (2005:16) Student Team Achievement Division

(STAD) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya,

karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja didalam kelompok.

b. Anggota kelompok terdiri empat sampai enam orang siswa, mereka heterogen

dalam berbagai hal seperti prestasi akademik dan jenis kelamin.

c. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu berupa kuis mingguan yang

harus dikerjakan siswa sendiri.

d. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.

e. Menempatkan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru dari pada

memilih sendiri.

STAD terdiri dari tahap-tahap kegiatan pengajaran sebagai berikut:

a. Penyajian materi: mempresentasikan materi pelajaran

b. Kerja kelompok: setiap kelompok yang terdiri dari 4-6 orang yang heterogen ,

tiap siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) berisikan tugas atau kegiatan yang
harus dikerjakan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.

Siswa akan berinteraksi dan saling membantu, mendiskusikan tugas yang harus

mereka selesaikan.

c. Kuis: siswa mengerjakan kuis secara individu sekalipun skor yang ia peroleh

nanti digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya.

d. Perhitungan skor dengan penghargaan kelompok: skor yang diperoleh setiap

anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada

sejauh mana skor mereka telah meninkat dibandingkan dengan skor awal yang

mereka capai sebelumnya.

e. Penghargaan kelompok: penghargaan kelompok diberikan pada kelompok yang

berprestasi.

Untuk mengoptimalkan pencapaian hasil pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan Student Team Achievement Divison (STAD). Maka guru perlu memahami

prinsip-prinsip penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar. Berikut dikemukakan

prinsip-prinsip penerapan pendekatan STAD dalam pembelajaran kooperatif.

a. Bagilah siswa kedalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari 4 atau

6 orang anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan

mereka dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademik tertentu (

misalnya nilai rapor yang lalu atau ujian blok ) dan bagilah daftar siswa yang

telah diurut itu menjadi 4, pastikan bahwa kelompok-kelompok yang

terbentuk itu berimbang jenis kelamin, kemampuan akademik dan lain-lain.


b. Buatlah Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran

yang direncanakan untuk diajarkan. Selama belajar kelompok (satu atau dua

periode kelas) tugas anggota kelompok adalah menguasai secara tuntas materi

yang dipresentasikan dan membantu anggota kelompok mereka menguasai

secara tuntas materi tersebut.

c. Pada saat guru menjelaskan tentang STAD di dalam kelas, guru terlebih

dahulu membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok yaitu:

1) Mintalah anggota kelompok bekerjasama mengatu bangku atau meja kursi mereka.

2) bagikan LKS atau materi belajar lain.

3) anjurkan agar siswa pada tiap-tiap kelompok bekerja berpasangan atau ketiga.

Apabila mereka sedang mengerjakan soal itu dan kemudian saling mengejek

pekerjaannya diantara teman dalam pasangan atau ketiganya itu. Apabila ada siswa

yang tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu siswa itu memiliki tanggung jawab

untuk menjelaskan soalitu.

4) Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar

sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi yang

diajarkan.

5) Pastiakan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi dan

dikumpulkan. Oleh karena itu penting bagi siswa pada akhirnya diberi lembar kunci

jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri dan teman satu kelompok

mereka pada saat mereka belajar.


6) Beri kesempatan pada siswa untuk salaing menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya

saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban.

7) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pentanyaan itu

kepada teman satu timnya sebelum mengajukannya pada siswa yang lain atau kapada

guru.

8) Pada saat sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling didalam kelas sambil

memberikan pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik secara bergantian

duduk bersama tiap kelompok untuk memperhatikan bagaimana anggota kelompok

itu bekerja.

d. Bila tiba saatnya memberikan kuis, guru membagikan soal-soal kuis atau

bantuk evaluasi yang lain dengan alokasi waktu yang cukup bagi setiap

kelompok untuk menyelesaikan kuis itu. Jangan mengisinkan siswa untuk

bekerja sama pada saat mengerjakan kuis itu; pada saat itu mereka harus

menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu.

e. Buatlah skor individu dan skor kelompok pada STAD didasarkan pada

peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan dengan skor yang lalu

mereka sendiri.

f. Pengakuan kepada prestasi kelompok setelah menghitung skor untuk siswa

dan skor untuk kelompok, guru hendaknya mempersiapkan semacam

pengakuan kepada tiap kelompok yang mencapai skor tinggi.


E. Keuntungan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

meningkatkan notivasi siswa dalam memahami wacana bahasa Inggris

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan beberapa

keuntungan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

meningkatkan notivasi siswa dalam memahami wacana bahasa Inggris sebagai

berikut:

1. Siswa akan saling membantu dan bekerjasama dalam memecahkan persoalan

pelajaran.

2. Siswa akan berusaha keras belajar sebab mereka mempunyai tugas masing-masing

untuk dipertanggungjawabkan.

3. Siswa akan senantiasa bersemangat dalam pembelajaran karena guru memberikan

penghargaan atau pujian,

4. Siswa akan merasa senang karena mereka akan mendapatkan bantuan dari temannya

dalam memahami pelajaran.

5. Siswa merasa bermakna dalam mengikuti pelajaran karena akan menguasai materi

pelajaran berdasarkan informasi dari temannya.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka peneliti membuat kerangka pikir

sebagai berikut:
STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

TUJUAN PEMBELAJARAN (WACANA)

MODEL PEMBELAJARAN ……… .. MEDIA PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

MOTIVASI BELAJAR

HASIL BELAJAR
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung di SMA Negeri 1 Bajeng tahun

pembelajaran 2010-2011 selama 3 bulan yakni dari bulan Agustus sampai Oktober

2010.

Subjek penelitian adalah siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Bajeng sebanyak 33

orang yang teridiri dari 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terbagi atas perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleki.

1. Siklus I (Pertama)

a. Perencanaan
Pada siklus pertama ini peneliti melakukan observasi awal terhadap kondisi

kelas dan siswa baik dari segi kompetensi, jumlah siswa, materi bahan ajar, buku

paket siswa, dan kondisi ruangan. Untuk memahami perencanaan secara mendetail,

maka penulis menguraikan sebagai berikut:

1. Membuat perangkap pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelaharan (RPP)) berkaitan dengan materi yang sesuai dengan KTSP.

2. Menyusun bahan ajar.

3. Menyusun instrument penelitian meliputi: lembar observasi penelitian pelaksanaan

tindakan, butir soal, dan rubruk penilaian, .

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian

tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan senantiasa mengacu pada rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun bersama antara peneliti dan kolaborator. Untuk

memahami lebih jelas, maka penulis akan menguraikan secara mendetail proses

pembelajaran sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi.

 Guru menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan gambar yang diperlihatkan

 Siswa memberikan informasi atau pernyataan sesuai dengan gamar

 Guru menanyakan topik wacana yang akan di bahas

 Siswa menebak topik wacana tersebut


2. Kegiatan Inti

 Guru mengelompokkan siswa dan setiap kelompok antara 4-5 siswa.

 Guru memberikan Lembar Kerja Siswa ( LKS) ke setiap kelompok untuk dikerjakan

secara bersama-sama.

 Guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok

 Setiap kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.

 Guru memberikan evaluasi kepada setiap individu.

3. Kegiatan Akhir

 Siswa dan Guru menyimpulkan pembelajaran

 Guru memberikan pujian atau penghargaan kepada kelompok siswa yang memperoleh

nilai tertinggi.

 Guru dan siswa menutup proses pembelajaran.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi dan evaluasi dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Sebab peneliti

menganut sisten penilaian proses. Dengamn demikian tempat dan waktu pelaksanaan

observasi dan evaluasi adalah bersamaan. Adapun prosedur pelaksanaan observasi

dan evaluasi adalah:

 Pedoman observasi siswa tentang prilaku dalam pembelajaran

 Pedoman penilaian hasil kerja siswa

 Analisis hasi observasi perilaku siswa


 Analisis hasil belajar siswa dalam memahami wacana.

d. Refleksi

Refleksi hasil penelitian ini berlangsung di ruangan duru antara penulis dan

kolaborator setelai selesai proses pembelajaran. Adapun kegiatan dalam refleksi ini

adalah:

 Mengidentifikaso RPP yang sudah terlaksana dan yang tidak terlaksana

 Mengidentifikasi ketepatan penerapan tindakan/PBM

 Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan

 Mengidentifikasi hubungan kausal antara proses tindakan dengan efek bagi siswa.

 Mengidentifikasi factor penyebab efek negative yang terjadi

 Membuat simpulan untuk rencana siklus berikutnya.

2 Siklus 2 (Kedua)

a. Perencanaan

Pada siklus kedua ini peneliti menyusun perencanaan berdasarkan hasil

refleksi terhadap proses tindakan atau pembelajaran pada siklus pertama. Kelebihan

pada siklus pertama akan ditingkatkan dan memperbaiki kelemahan pada siklus

pertama. Peneliti dan kolaborator akan menghindari terjadinya efek negative dalam

siklus kedua ini. Untuk memahami perencanaan secara mendetail, maka penulis

menguraikan sebagai berikut:

1. Membuat kembali perangkap pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelaharan (RPP)) berkaitan dengan materi yang sesuai dengan KTSP.

2. Menyusun bahan ajar.


3. Menyusun instrument penelitian meliputi: lembar observasi penelitian pelaksanaan

tindakan, butir soal, dan rubruk penilaian, .

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini akan senantiasa mengacu pada

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun bersama antara peneliti dan

kolaborator. Untuk memahami lebih jelas, maka penulis akan menguraikan secara

mendetail proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

 Guru membuka pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa bersama, serta

memberikan motivasi

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi.

 Guru menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan tema wacana

 Siswa memberikan informasi atau pernyataan sesuai dengan pertanyaan guru.

 Guru menanyakan topik wacana yang akan di bahas

 Siswa menebak topik wacana tersebut

4. Kegiatan Inti

 Guru mengelompokkan siswa dan setiap kelompok antara 3 - 4 siswa.

 Guru memberikan Lembar Kerja Siswa ( LKS) ke setiap kelompok untuk dikerjakan

secara bersama-sama.

 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang isi pertanyaan.


 Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan beberapa kata sulit dalam wacana

sebelum memulai mengerjakan soal dalam LKS.

 Guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok pada saat mengerjakan tugas

 Guru memotivasi siswa untuk belajar baik.

 Setiap kelompok mempresentasekan hasil kerjanya, dan menuliskan di papan tulis hasil

kerjanya.

 Guru memberikan kuis yang berhubungan dengan isi wacana.

 Guru memberikan evaluasi kepada setiap individu.

5. Kegiatan Akhir

 Siswa dan Guru menyimpulkan pembelajaran

 Guru memberikan pujian atau penghargaan kepada kelompok siswa yang memperoleh

nilai tertinggi.

 Siswa menutup proses pembelajaran.

b. Observasi dan Evaluasi

Observasi dan evaluasi dilaksanakan pada waktu yang bersamaan, sebab peneliti

menganut sistem penilaian proses. Dengan demikian tempat dan waktu pelaksanaan

observasi dan evaluasi adalah bersamaan. Adapun prosedur pelaksanaan observasi

dan evaluasi adalah:

 Pedoman observasi siswa tentang prilaku dalam pembelajaran

 Pedoman penilaian hasil kerja siswa


 Analisis hasi observasi perilaku siswa

 Analisis hasil belajar siswa dalam memahami wacana.

c. Refleksi

Refleksi hasil penelitian ini berlangsung di ruangan Guru antara penulis dan

kolaborator setelai selesai proses pembelajaran. Adapun kegiatan dalam refleksi ini

adalah:

 Mengidentifikaso RPP yang sudah terlaksana dan yang tidak terlaksana

 Mengidentifikasi ketepatan penerapan tindakan/PBM

 Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan

 Mengidentifikasi hubungan kausal antara proses tindakan dengan efek bagi siswa.

 Mengidentifikasi faktor penyebab efek negative yang terjadi

 Membuat simpulan.

C. Kriteria Keberhasilan

Penerapan tindakan dianggap sukses atau efektif jika ditandaia dengan:

1. Motivasi belajar siswa semakin meningkat dari siklus pertama samapai silus kedua

yang ditandai dengan:

 Kehadiran siswa dalam kelas belajar

 Keaktifan dalam diskusi dan presentase

 Ketepatan waktu menyelesaikan tugas

Motivasi siswa dianggap tinggi apabila mencapai krieria aktif atau sangat

sangat aktif.
2. Peningkatan kemampuan memahami wacana yang ditandai dengan tercapainya

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM Bahasa Inggris Kelas XI SMA

Negeri 1 Bajeng adalah 65., dan terdapat 75 % siswa secara klasikal telah mencapai

ketuntasan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data hasil penelitian ini dikumpulkan dengan cara:

1. Observasi, yaitu hasil rekaman proses pembelajaran berupa keberhasilan dan

kelemahan pelaksanaan tindakan.

2. Data hasil belajar siswa tentang kemampuan memahami wacana.

3. Data tentang motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Insyrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalaH

1. Lembar Observasi. Ilembar observasi ini memberikan data tentang keadaan proses

pembelajaran yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator.

Observasi dilakukan sepanjang siklua I dan II.

2. Tes. Tes yang digunakan adalah tes uraian untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam memahami wacana.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil unjuk kerja siswa atau hasil belajar siswa

dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase. Teknik digunakan untuk

memperoleh gambaran umum tentang kemampuan memahami wacana dengan rumus:

P
N = x 100

Keterangan = N = Nilai siswa

P = skor perolehan

Q = skor maksimal

Untuk menganalisis tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran memahami

wacana dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD,

maka penulis menggunakan skala Liker sebagai berikut:

Tabel 2. Rubrik penilaian tentang Motivasi Siswa dalam Pembelajaran

Indikator Skor

No Penilaian 1 2 3 4 5

Motivasi

1 Kehadiran siswa di Kelas

2 Keaktifan berdiskusi

aan presentase

3 Ketepata waktu

Menyelesaikan tugas

Jumlah
Hasil analisis motivasi siswa dengan menggunakan skala di atas, maka dapat

diperinci sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkatan/Kategori Motivasi Siswa dalam Pembelajaran

No Skor Motivasi Kategori

1 0-4 Tidak aktif

2 5-8 Kurang aktif

3 9 - 12 Aktif

4 13 - 15 Sangat aktif

Anda mungkin juga menyukai