Bakteri
Gangguan otak
Virus
Imunisasi
Bahan toksin
Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibad bahan toksin yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu (hipotalamus) yang dapat menyebabkan efek
perangsang terhadap pusat pengatur suhu tersebut sehingga menyebabkan demam.
Zat pirogen dapat berupa protein pemecah dan zat lain, terutama toksin polisakarida yang
dilepaskan oleh bakteri toksin atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasih jaringan
tubuh.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap anak infeksi
atau zat asing yang masuk dalam tubuhnya.
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala :
1. Peningkatan denyut jantung
2. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pengeluaran keringat berlebih
6. Rambut pada kulit berdiri
7. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
1. Proses mengigil lenyap
2. Kulit terasa hangat / panas
3. Merasa tidak panas / dingin
4. Peningkatan nadi
5. Peningkatan rasa haus
6. Dehidrasi
7. Kelemahan
8. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
9. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
4
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1. Kulit tampak merah dan hangat
2. Berkeringat
3. Kemungkinan mengalami dehidrasi
4. Mengigil ringan
5. PATOFISIOLOGI
Mekanisme demam timbul dimulai dengan reaksi tubuh terhadap pirogen, pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag
jaringan dan limfosit aranula besar.
Seluruh sel ini mencerna hasil pemecahan bakteri dan mlepaskan zat interleukin -1
kedalam jaringan tubuh yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen.
.interleukin -1 ketika sampai dihipotalus akan menimbulkan demam dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit, interleukin -1 juga
menginduksi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya bekerja dihipotalamus.
Teruatama prostaglandin E2 atau zat yang mirip zat ini. Bekerja dihipotalamus untuk
membangkitan reaksi demam.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis dan
efaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi.
Pemerksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasien
tertolong tokis atau tidak toksis.
Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang tua, variasi
keadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal:
- Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal,foto toraks
- Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.
7. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan merugikan pada tingkat tertentu
demam merpakan bagian dar pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis meningkat
dan viabilitas kuman menurun,tetapi juga merugikan karene anak menjadi gelisa, nafsu
makan dan minum berkurang, tidak dapat tidur dan demam.
a. Pemberian Antipiretik
b. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
c. Pemberian Cairan perenteral
8. PATHWAY
Bakteri, Virus, dan bahan toksin
Hipotalamus
Hiperteremia
Anoreksia
Gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
8
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Deman merupakan keadaan suhu tubuh diatas suhu normal yaitu suhu diatas 38
derajat Celsius suhu tubuh adalah suhu ferisal, hati, otak, yang dapat diukur dengan oral
rectal, dan aksia.
a. Aktifitas/istirahat:
Keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus/kekuatan otot
b. Sirkulasi:
Peningkatan nadi, sinosis, TTV tidak normal, peningkatan frekwensi pernapasan.
c. Integritas ego:
Peka terhadap rangsangan, stressor internal/eksternal yang berhubungan dengan
keasdaan dan perangsangan.
d. Elminasi
Konstipasih
e. Makan/cairan:
Sensifitas terhadap makan,mual/muntah.
f. Neorosensori
Tidak ada riwayat troma kepala dan infeksi serebral.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidak efektifan kerja hipotalamus
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau TTV - TTV dapat memberikan
gambaran keadaan umum klien
- Anjurkan banyak istirahat - Untuk mempercepat
penyembuhan
- Berikan kompres - Untuk membantu penurunan suhu
tubuh (panas)
- Anjurkan kepada anak untuk - Untuk pertambahan nutrisi dan
banyak minum menambah kekuatan
- Berikan antipiretik - Menghilangkan panas
2. gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
INTERVENSI RASIONAL
- Bina hubungan terapeutik - Agar pasien bisa biasa dan tidak
takut untuk bisa mempercepat
penyembuhan
- Beri makanan yang bervariasi - Agar membantu memenuhi
gizinya kebutuhan nutrisi
- Beri makanan yang hangat - Agar anak bisa sehat dan segar
- Kolaborasi dengan ahli gizi - Untuk menambah wawasan
untuk pemberian gizi anak
Laporan Kasus
3 Hari sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien merasa demam, diare, panas.
Akibad diare yang berlebihan serta demam.
Kemudian sehari pada saat pasien masuk Rumah Sakit pasien merasakan hal yang sama
disertai dengan batuk, panas yang berlabihan dan tidak bisa ditahankan, kemudian
keluarga memutuskan untuk membawa pasian kerumah sakit Brawijaya Rumah Sakit
pukul 11.30 WIB.
Pasien tiba di UGD Rumah Sakit Brawijaya Surabaya pada jam 12.00 WIB dan ditermah
oleh Dokter dan Perawat, kemudian pasien diopservasi dan diberi terapi:
- BBL : 2000
- Imm H1P1
- PLRS P 10 FOTO TORAX
- Plant toraks berikut 05,09 pro imb
- Felistil drop
- Sin modrop
TTV:
- TD : 90/70
- N : 95 kali / menit
- R : 29 kali/menit
- S : 38,7 derajat celcius
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAKNOSA “ FEBRIS
A. Pengakajian
1. Identitas pasien
Nama : An J.
TTL : Surabaya, 08-10
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 3 seperdua tahun
Nama Ayah : Beno
Nama Ibu : Malinda
Pekerjaan AyahU : TNI
Pekerjaan Ibu : ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SD
Alamat : Asrama Brawijaya
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
2Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien pasien pbadannya panas,demam, dan batuk selama 3
hari sebelum masuk rumah sakit.
3.Riwayat penyakit sekarang
Keluaraga menyatakan pasien badanya panas, makan minum kurang disertai muntah
serta kelur keringat yang berlebihan.
4.Riwayat kesehatan masa lalu
- Kelurga mengatakan anaknya belum p[erna menderita penyakit ini sebelumnya.
- Kelurga mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
- Obat-obat yang digunakan sanmol sirup ukuran 120 ml dengan dosis 3 kali
sehari1/2 sendok.
- Tidak pernah mengalami tindakan operasih
- Pasien telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio,serta Campak.
5.Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang diderita kelurga tidak perna mengalami penyakit ini sebelumnya.
6.Riwayat penyakit keturunan
Tidak ada kelurga yang mengalami penyakit ini sebelumnya.
7. Genogram
Febris bukan salah satu penyakit keturunan, tidak pernah ada riwayat anaknya
demam.
8. Lingkungan rumah
Kelurga mengatakan rumahnya berada didaerah kepadatan penduduk
9. Pengkajian Nutrisi
- Berat badan sebelum sakit : 10 kg
saat sakit : 9 kg -
----- Panjang badan tidak melakukan anamisis
- Kebiasaan pemberian makanan
Sebelum sakit pasien mampu menghabiskan 1 porsi manannya
Saat sakit pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok saja.
10. Pola sehari-hari
Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien tidur 12 jam/hari siang dan malam
Saat sakit : tidu pasien berubah, yaitu 12 jam/hari siang dan malam
11. Pola kebersihan
Sebelum sakit : Pasien dimandikan orang tuanya 2x sehari
Saat sakit : Pasien dilap dengan air hangat bersih.
12. Pola aktifitas/ bermain
Sebelum sakit : Pasien bergerak aktif dan bermain
Saat sakit : pasien masih sempat bermain diatas tempat tidur walaupun tidak cerah.
13. Pola elminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/hari, dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau
Khas feses.
Saat sakit : Pasien BAB dan BAK sama sebelumnya sakit yaitu BAB 1x/hari
Dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau feses.
BAK 3x sehari
14. Pemeriksaan fisik
-Keadaan umum
Pasien terlihat lemah
-Pengukuran antropometri (BB,TB,LILA,LK,LD)
BB= 8 Kg.
Tidak melakukan anamnesis TB, LILA, LK, dan LD
-Tanda- tanda vital
S = 39OC , N = 100×/ menit , R = 28×/ menit
-Kepala
Rambut pasien terlihat baik,warna hitam pekat, tidak kusam dan tidak terjadi
kerontokan
-Mata
Skelera dan konjungtiva tampak normal,gerakan bola mata normal, tidak ada tanda
infeksi,serta tidak ada alat bantu penglihatan
-Hidung
Terlihat bersih,tidak ada serumen atau mimisan tidak ada polip serta tidak ada napas
cuping hidung
-Mulut
Mukosa bibir tampak pucat, kebersihan mulut cukup bersih, bentuk normal,serta
jumlah gigi tidak terkaji
- Telinga
Noal dan tidak ada serumen,serta tidak ada kelainan.
15. Dada
- Jantung
Tidak terdengar suara jantung tambahan, irama dan frekuensi jantung normal
- Paru-paru
Dada simetris baik kiri maupun kanan, idak ada suara ronchy, serta tidak ada suara
jantung tambahan
16. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen normal,tidak ada pembesaran
Palbasi : tidak teraba adanya pembesaran limfa
Perkusi : tidak ada kembung / distensi abdomen
Auskultasi : peristaltik usus normal
17. Genitalia
Cukup bersih dan tidak ada kelainan
18. Ekstermitas
Kekuatan otot ekstermitas atas dan bawah normal, tampak terpasang infuse R/L
dilengan kanan
Kulit teraba panas, kulit cukup lembab dan tidak ada tanda-tanda ruam kulit serta tampak
keluar keringat berlebih.
19. Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Personal sosial
Pasien sudah mampu cuci dan mengeringkan tangan,menyebut nama teman dan
memakai baju
- Motorik halus
Pasien mampu menggoyangkan ibu jari serta meniru garis vertical
- Bahasa
Pasien mampu mengetahui dua kegiatan,menyebut empat gambar serta menunjuknya
- Motorik kasar
Paien mampu berdiri 1 kaki selama 1 detik, loncat jauh dan melempar bola keatas
-Kesmipulan
Tidak ada kelainan perkembangan
-Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : belum ada hasinya
b. Pemeriksaan radiologi : belum ada hasilnya
- Terapi :
- Antacid 3× ½
- Paracetamol 4× 1½
- Ranitidine 3× 400 mg
- Cefotaxim 2× ½ amp
- Ringer laktat ( R/L) 20 tts/ menit
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A : Masalah
teratasih
P : Intervrensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6.
EGC. Jakarta
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Tridasa. Jakarta
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………1
ETIOLOGI…………………………………………………………………3
MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………..4
PATOFISIOLOGI…………………………………………………………5
PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………6
PENATALAKSANAAN………………………………………………….7
PATHWAY……………………………………………………………….8
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………….13
ANALISA DATA……………………………………………………….14
PERENCANAN KEPERAWATAN…………………………………….28
IMPLEMENTASI………………………………………………………..30
EVALUASI……………………………………………………………..32
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………33
KESIMPULAN……………………………………………………………34
SARAN…………………………………………………………………..34
LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS
SURABAYA
OLEH :
NIM : 2010114191
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
2013