Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Surono dan Sukoco (2016), melakukan penelitian tentang pengaruh persentase
serat ijuk dalam komposit terhadap sifat fisis dan mekanis komposit serat ijuk
berpengikat resin. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
resin polyester sebagai pengikatnya dan serat ijuk sebagai penguatnya dengan variasi
komposisi campuran ijuk dan resin, yaitu 0% (resin murni), 5%, 6%, 7%, 8% dan 9%
berat dari campuran resin dan katalis. Untuk mengetahui sifat mekanis dan fisis
komposit dilakukan pengujian densitas, impact, bending, dan pengujian tarik. Dari
hasil pengujian densitas yang dilakukan maka diperoleh nilai antara 1,199 gram/cm 3
hingga 1,117 gram/cm3. Kekuatan impact yang diperoleh nilai antara 15,9 kj/m2
hingga 32,7 kj/m2 . Sedangkan kekuatan bending diperoleh nilai antara 16,32 KPa
hingga 26,4 KPa. Kekuatan tarik diperoleh nilai antara 2,26 kg/mm2 hingga 4,21
kg/mm2 .
Widodo (2008), melakukan penelitian tentang analisa sifat mekanis komposit
epoksi dengan penguat serat pohon aren (ijuk) model lamina berorientasi sudut acak
(random), dan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kekuatan tarik komposit
tertinggi sebesar 5,538kgf/mm2 pada fraksi berat ijuk 40%.Rata-rata kekuatan tarik
tertinggi sebesar 5,128kgf/mm2pada fraksi berat ijuk 40%. Kekuatan impact komposit
tertinggi sebesar 33,395 Joule/mm2 dengan kekuatan impak rata-rata 11,132
Joule/mm2 pada fraksi berat ijuk 40%.
Amin dan Samsudi (2010) melakukan penelitian pemanfaatan limbah serat
sabut kelapa sebagai bahan pembuat helm pengendara roda dua. Dalam penelitian
yang dilakukan digunakan resin pol yester sebagai matrik dan serat sabut kelapa
sebagai penguatnya. Fraksi volume dalam penelitian ini adalah 27% serat sabut
kelapa : 73% polyester, 30% serat sabut kelapa : 70% polyester, 36% serat sabut
kelapa : 64% polyester, 42% serat sabut kelapa : 58% polyester dan 60% serat sabut

6
kelapa : 40% polyester. Dengan melakukan pengujian tarik mengacu pada ASTM D
638. Dari hasil pengujian yang dilakukan maka kekuatan tertinggi dimiliki oleh bahan
komposit polyester yang diperkuat sabut kelapa yaitu dengan fraksi volume 60%
serat sabut kelapa – 40% polyester.
2.2 Komposit
Komposit adalah sebuah material yang terdiri dari atas beberapa material,
dimana sifat yang dimilikinya merupakan gabungan sinergis dari sifat material
penyusunya.
2.3 Klasifikasi Komposit

Berdasarkan matriks yang digunakan komposit dapat di kelompokkan


atas:

1. PMC: (Polymer Matriks Composite)


Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada
material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan
lebih ringan. Matriks polimer terbagi atas 2, yaitu termoset dan termoplastik.
Perbedaannya polimer termoset tidak dapat di daur ulang sedangkan
termoplastik dapat di daur ulang sehingga lebih banyak di gunakan. Jenis-jenis
termoplastik yang biasa di gunakan adalah polypropylene (PP), polytrylene
(PS), polyethylene (PE) dan lain-lain.
Berdasarkan strukturnya komposit dibedakan atas:
a. Particulate composit materials (komposit partikel) merupakan jenis
komposit yang menggunakan partikel atau butiran sebagai filler (pengisi).
Partikel berupa logam atau non logam dapa digunakan sebagai filler.
b. Fibrous composite materials (komposit serat) terdiri atas dua komponen
penyusun yaitu matriks dan serat.
c. Structural composite materials (komposit berlapis) terdiri dari sekurang-
kurangnya dua material berbeda yang direkatkan bersama-sama . proses

7
pelapisan di lakukan dengan mengkombinasikan aspek terbaik dari masing-
masing lapisan untuk memperoleh bahan yang bergunan.

2. MMC: (Metal Matriks Composite)

Metal matriks composite adalah salah satuh jenis komposit yang


memiliki matriks logam. MMC mulai di kembangkan sejak tahun 1996.
Pada mulanya yang di teliti adalah continous filame MMC yang digunakan
dalam industri penerbangan.

Sesuai namanya, material ini memiliki matriks dan logam yang bersifat
ulet. Umumnya material ini dapat di pakai pada suhu lebih tinggi dari suhu
material logamnya. Berbagai jenis logam dapat di pakai berbagai matriks
komposit. Bentuk penguatnya dapat berupa partikel, serat dan whisker.

3. CMC: (Ceramic Matriks Composite)

Keramik merupakan material yang tahan oksidasi dan ahan terhadap


suhu tinggi, namun memilki kerapuhan luar biasa, dengan nilai ketangguhan
patah yang sangat rendah. Sifat ketangguhan patah ini berhasil di perbaiki
dengan mencampur keramik tersebut dengan penguat yang berbentuk
partikel, serat atau whiskers yang juga terbuat dari keramik. Whisker yang
berada pada komposit bermatriks keramik meningkatkan ketangguhan
dengan cara menghambat propogasi retak, tetapi tetap saja tipe petahan dari
material ini bertipe getas (Sofyan, 2011).

2.4. Serat Sabut Kelapa


Serat dari berbagai jenis kayu telah diteliti dan dimanfaatkan untuk berbagai
peralatan kantor dan rumah (papan partikel), meskipun Indonesia kekurangan kayu

8
dari hutan, namun limbah kayu tersedia dalam jumlah yang banyak. Dari jurnal yang
telah dibaca, aplikasi.
Serat alam untuk komposit sangat menguntungkan karena mudah diperoleh,
mudah diproses, energi proses yang rendah, beratnya yang ringan, ramah lingkungan,
dapat diperbaharui, tidak abrasif, sifat akustik yang baik, kekuatan spesifik dan
modulus elastis yang mencukupi. Di Indonesia telah diteliti dan dimanfaatkan
berbagai serat tumbuhan berbagai variasi dan komposisi (Asfarizal 2016).
Keuntungan mendasar yang dimiliki oleh serat alam adalah jumlahnya
berlimpah,memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbarui, serta tidak
mencemari lingkungan (Nurudin, 2011). Berdasarkan tinjauan penelitian sebelumnya
diatas maka penelitian ini menggunakan serat alam yaitu serat sabut kelapa. Serat
alam yang memiliki karakteristik istimewa adalah serat sabut kelapa yang dapat
menjadi bahan penguat dengan berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan.
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/ industri berupa pohon batang lurus dari
family Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna
atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Sabut kelapa merupakan bahan yang mengandung lignoselulosa yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan peredam, kulit kelapa yang terdiri dari serat yang
terdapat diantara kulit dalam yang keras (batok), tersusun kira-kira 35 % dari berat
total buah kelapa yang dewasa. Untuk varitas kelapa yang berbeda tentunya
persentase di atas akan berbeda pula.
Beberapa keistimewaan pemanfaatan serat sabut kelapa sebagai bahan baru
rekayasa antara lain menghasilkan bahan baru komposit alam yang ramah lingkungan
dan mendukung gagasan pemanfaatan serat sabut kelapa menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomi, nilai teknologi tinggi dan juga dapat diperbarui. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan adanya penelitian tentang
pemanfaatan limbah serat sabut kelapa sebagai bahan penguat komposit ( Setiawan.
K. Dkk 2016 ).
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat
bahan untuk memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh
dan lebih kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga
menghemat penggunaan resin

Karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya
dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari, maka tanamaan
ini dijuluki pohon kehidupan (tree of life). Tanaman kelapa juga merupakan tanaman
sosial karena lebih 98% diusahakaan oleh petani. Unsur pada buah kelapa yaitu sabut

9
kelapa diambil setelah pengangkatan daging kelapa dan digunakan dalam industri
sabut untuk pembuatan benang dan pro duk-produk berbasis coir seperti karpet, tikar
dari kulit dan sabut sekitar 20-30%. Serat putih (yang lebih lentur) yang diperoleh
dari kelapa hijau. Serat coklat yang diperoleh dengan pemanenan kelapa matang
dipanen setelah 6-10 bulan pada tanaman ( Kementrian Pertanian 2014).

Inilah salah satu gambar serat sabut kelapa yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Serat sabut kelapa (Kementrian Pertanian 2014)

2.5. Serat ijuk

Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari lima tahun
hingga dengan tandan-tandanya keluar. Ijuk sebenarnya bagian pelepah daun
yang menyelubungi batang( Kementrian Pertanian 2014).
Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui
kalau serat ini sangatlah istimewa dibandingkan serat alam lainnya. Serat
berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memilki banyak keistimewaan
diantaranya : tahan lama, bahwa serat ijuk aren mampu tahan lama dan tidak
mudah terurai, tahan terhadap asam dan garam air laut, Serat ijuk merupakan
salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah satu bentuk
pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk yang telah digunakan oleh nenek
moyang kita untuk mengikat berbagai peralatan nelayan laut, mencegah
penembusan rayap tanah. Serat ijuk aren sering digunakan sebagai bahan
pembungkus pangkal kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk
memperlambat pelapukan kayu dan mencegah serangan rayap. Keunggulan

10
komposit serat ijuk dibandingkan dengan serat gelas adalah komposit serat ijuk
lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami dan harganya
pun lebih murah bila dibandingkan serat lain seperti serat gelas. Sedangkan serat
gelas sukar terdegradasi secara alami. Selain itu serat gelas juga menghasilkan gas
CO dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika serat gelas didaur ulang,
sehingga perlu adanya bahan alternatif pengganti serat gelas tersebut. Dalam
industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat yang khusus
dan khas yang sulit didapat dari material lain seperti logam.
Penambahan serat ijuk akan menambah kekuatan komposit terhadap beban
kejut, semakin besar persentase ijuk semakin tinggi kekuatan impact komposit
(Surono 2016) .

Gambar 2.4 Serat Ijuk Pohon Aren (Kementrian Pertanian 2014)

2.6. Resin polyester


Polyester adalah sistem resin dengan biaya rendah dan ketahanan korosi
tinggi. Suhu layanan operasi untuk polyester lebih rendah dari pada epoxy. Polyester
dapat berupa resyn thermosetting atau resyn thermoplastic. Polyester tak jenuh
diperoleh dengan reaksi asam organik difusi tak jenuh dengan alkohol difungsional.
Resin polyester tak jenuh atau sering disebut polyester merupakan matriks
dari komposit. Resin ini juga termaksud dalam resin termoset. Pada polimer termoset
resin cair di ubah menjadi padatan yang keras dan getas yang terbentuk oleh ikatan
silang kimiawi yang membantuk rantai polimer yang kuat. Resin termoset tidak

11
mencair karena pemanasan. Pada saat percetakan, resin ini tidak perlu di berikan
tekanan, karena ketika masih cair memiliki viskositas yang relatif rendah, mengeras
dalam suhu kamar dengan penggunaan katalis tampa menghaliskan gas (tidak seperti
resin termoset lainnya). Pada umumnya resin polyester kuat terhadap asam kecuali
asal pengoksida, tetapi memiliki ketahanan yang rendah terhadap basa. Jka resin ini
dimasukan kedalam air mendidih selama 300 jam maka akan mengalami pecah dan
retak-retak. Secara luas polyester di gunakan dalam bentuk komposit.
Polyester merupakan jenis material polimer thermosetting yaitu jenis material
dimana terbentuknya ikatan di bantu oleh panas, katalis atau gabungannya. Matriks
ini dapat menghasilkan keserasian matriks-penguat dengan mengontrol faktor jenis
dan jumlah komponen, katalis, waktu dan suhu. Sifatnya tahan creep, memadai selaku
perekat struktur beban berat, serta tahan kondisi ekstrim panas, radiasi, kelembaban
dan tahan kimia.
Resin polyester merupakan jenis resin yang paling banyak digunakan di
berbagai macam aplikasi yang menggunakan resin termoset, baik secara terpisah
Maupun dalam bentuk material komposit. Resin polyester seperti yang kita jelaskan
di atas memiliki banyak kelebihan sekaligus beberapa kelemahan, dalam aplikasi
komposit resin polyester dalam hal ini polyester tidak jenuh,biasanya di tambahkn
penguat berupa serat. Serat yang di gunakan sebagai penguat adalah bisa berupa serat
gelas, serat alam, serat carbon dan bebagai serat lainnya. Karena sifatnya yang polar,
hampir semua jenis serat di kombinasikan dengan resin polyester (Mazumdar, 2002).

2.7. Sifat Mekanis Komposit


2.7.1. Kekerasan (Hardenes)
Kekerasan (Hardenes) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya
untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional
force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu
material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material

12
tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat
kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).
a. Vickers (HV / VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor intan
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya,
pengujian Vickers diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang halus
dengan uji kekuatan berkisar 1 - 120 kgf. Sedangkan waktu penerapan beban uji
berkisar antara 10-15 detik.
Uji kekerasan vickers dirumuskan menggunakan persamaan 2.1
P
P
HV = d2 HV = 1.854
d2
136 0
2 sin
2 atau :

Dimana:

P = beban (kgf)

d= diagonal (mm)

2.7.2. Kekuatan Impak Komposit


Selain dilakukan pengujian kekerasan, bahan komposit juga bisa dilakukan
pengujian impak. Pengujian impak adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun pada
ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami
deformasi

13
Gambar 2.2 Skema pengujian impak charpy

Rumusan yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang terserap


oleh komposit pada pengujian impak charpy adalah (ASTM E23):
1. Usaha yang dilakukan bandul waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap
bendaa uji sampai patah mempunyai rumus sbb:
W1= G x λ (1- cos α ) (kg m)..............................................................................(2.2)
Dimana :
W1 = Usaha yang dilakukan (kg m)
G = Berat bandul (kg)
λ = jarak lengan pengayun (m)
α = Sudut posisi awal pemukul (º(
2. Sisa usaha setelah mematahkan benda uji mempunyai rumus sbb:

W2 = G x λ (1- cos β) (kg m) ..............................................................................(2.3)

Dimana:

W2 = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)

G = Berat bandul (kg)

λ = Jarak lengan penganyun ( m)

β = Sudut akhir pemukul (º)

3. Besarnya usaha untuk memukul patah benda uji mempunyai rumus sbb:
W= W1-W2 (kg m)
Atau
W= G x λ (cos β – cos α) (kg m).........................................................................(2.4)

14
Dimana:

W= Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)

W1= Usaha yang dilakukan (kg m)

W2= Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)

λ = Jarak lengan pengayun (m)

β= Sudut akhir posisi pemukul

α= Sudut awal posisi pemukul

4. Besarnya harga impact mempunyai rumus sbb:

K= W/A...............................................................................................................(2.5)

Dimana :
K= Nilai impact (kg m/mm2)
W= Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
A= Luas penampang dibawah takikan (80 mm2)

2.8. Sejarah dan Perkembangan Helm


Sejarah menceritakan bahwa helm pertama kali diciptakan sebagai bagian dari
baju pelindung peradaban yunani kuno yaitu Romawi klasik hingga akhir abad ke-17,
karena helm pada masa itu sebagai baju pelindung maka material yang digunakan
terbuat dari besi/logam. Fungsi helm ini sebatas untuk keperluan perang yang dapat
melindungi kepala dari sabetan pedang musuh dan datangnya anak panah atau peluru
berkecepatan rendah.
Namun sekitar periode 1670, penggunaan helm menurun akibat telah adanya
peluru dengan kecepatan tinggi sehingga mampu menembus helm pelindung kepala
ini, imbasnya pada abad ke-18 tak ada lagi pasukan infantry yang memakai helm.
Hanyalah seorang napoleon yang kembali menerapkan penggunaan helm bagi prajurit
kavaleri. Walau saat ini kecepatan peluru sudah memiliki kecepatan yang sangat

15
tinggi helm masih dianggap sebagai pelindung kepala yang efektif. Kehadiran helm
pun sangat berperan penting pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Dalam pergerakanya perkembangan helm sangat pesat. Helm yang awalnya
ala kadarnya kini berubah semakin canggih dan keren. Inovasi demi inovasi mulai
dibuat oleh para produsen helm. Mulai dari material yang dipakai, busa dalam yang
nyaman, jenis kaca hingga berbagai model helm.
Kini helm bisa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, tidak hanya untuk
rider saja tetapi juga para boncengers (pembonceng) pun bisa bergaya, tidak hanya
dewasa saja, melainkan saat ini sudah banyak produsen helm yang menciptakan helm
ber-SNI dengan desain kartun/super hero khusus untuk anak anak. Tren demi tren
mulai bergulir, produsen helm terus berinovasi menciptakan helm yang berkualitas
dan ber-safety, tak ketinggalan sisi teknologi dan sains juga ikut diterapkan dalam
pembuatan helm (Huda,2016).

2.9. Standarisasi Helm di Indonesia


Standar Nasional Indonesia atau sering disebut SNI adalah satu-satunya
standar yang berlaku di Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional
yang disebut BSN. Pemerintah melalui BSN telah mengeluarkan ketentuan SNI
1811-2007 tentang Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua. Standarisasi ini dibentuk
untuk memastikan kualitas produk yang benar-benar baik sehingga tidak merugikan
dan menjamin konsumen, selain itu punya daya saing tidak hanya di pasar nasional
tetapi juga pasar internasional. Standar ini menetapkan syarat-syarat teknis untuk
helm yang digunakan untuk pengendara maupun penumpang kendaraan roda dua atau
sepeda motor. Helm yang sudah berstandar meliputi helm tertutup (full-face) dan
helm terbuka (open-face).
Dalam upaya pemberlakuan helm wajib SNI itu ternyata terhambat oleh
perilaku masyarakat, khususnya para pengguna kendaraan sepeda motor yang
cenderung tidak memperdulikan keselamatan diri mereka sendiri. Banyak pengendara
sepeda motor yang masih menggunakan helm apa adanya (tidak memenuhi standar)

16
dan masih membiarkan para penumpang (pembonceng) tidak memakai helm standar.
Tentunya perilaku tersebut tidak mentaati peraturan yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009. Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

2.10. Persyaratan Dasar Helm


Bahan helm harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah jika ditempatkan
diruang terbuka pada suhu 0 °C sampai 55 °C dan tidak terpengaruh oleh
radiasi ultra violet, serta harus tahan dari akibat pengaruh bensin, minyak,
sabun, air, deterjen, dan pembersih lainnya.
b. Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air, dan tidak dapatterpengaruh
oleh perubahan suhu.
c. Bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh terbuat dari bahan yang
dapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit, dan tidak mengurangi
kekuatan terhadap benturan maupun perubahan fisik sebagai akibat dari
bersentuhan langsung dengan keringat, minyak, dan lemak si pemakai.

17

Anda mungkin juga menyukai