Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran .BHS DAERAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

1.SITI JUMRIANI
2.KASMIRA
3.PUTRI REZKI AULIA ILHAM
4.ST.KHALIJAH NUR
5.AHMAD FAISAL
6.HAMSA
7.AKBAR
KELAS : X IPS 1

SMA NEGERI 6 MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Kedisiplinan. Tak lupa shalawat dan salam
semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga para sahabat
dan seluruh umatnya.
Kedua kalinya kami mengharap makalah tentang kedisiplinan siswa di sekolah ini dapat
memberikan sedikit pengetahuan bagi teman-teman dan bagi pembaca pada umumnya. Dan
ucapan terima kasih kepada pembimbing kami karena telah mengarahkan kami pada hal-hal
yang positif.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu
memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada teman maupun pembaca.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil
apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Disiplin ............................................................................................................ 4
2.2 Penyebab Utama Perilaku Tidak Disiplin Dan Perilaku Siswa Yang Dinilai Tidak -
Atau Kurang Disiplin ......................................................................................................... 5
2.3 Faktor Pendorong Dan Penghambat Kedisiplinan Di Sekolah ......................................... 8
2.4 Upaya-Upaya Yang Bisa Di Lakukan Warga Sekolah Dalam Meningkatkan -
Penerapan Disiplin ............................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk
memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara
perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk
memenuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan
penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak
pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru
pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja
dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui,
tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan
harus menjelaskan secara rinci peraturan-peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan
konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami
perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin
sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan
dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang
berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti
aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku social dan
etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala
menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela
A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan
telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan
untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner
sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang
berlaku menurut tingkatan pelanggaran dan klasifikasinya.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepasdari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiapsiswa dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yangyang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagaiaturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplinsiswa.Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin
sekolah adalahusaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan
dapatmendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang
berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti
aturantentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosialdan
etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pulauntuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaranterhadap aturan, meski kadangkala
menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela
A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

1.2. RUMUSAN MASALAH


Melihat dari latar belakang diatas, adanya tindakan kurang disiplin yang dilakukan siswa di
sekolah maka dalam pembahasan makalah ini kami ambil rumusan masalah yang dapat dikaji
adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian disiplin ?
b. Apa penyebab utama perilaku tidak disiplin dan apa saja perilaku siswa yang dinilai tidak atau
kurang disiplin ?
c. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Kedisiplinan ?
d. Apa saja upaya-upaya yang bisa di lakukan warga sekolah dalam meningkatkan penerapan
disiplin di sekolah ?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini secara khusus adalah adalah untuk memenuhi
tugas mata pelajaran BHS DAERAH. Sedang tujuan secara umum adalah untuk mengetahui
hakekat perilaku disiplin, dan faktor pendorong maupun penghambat dari kedisiplinan.

b. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini siswa dapat megetahui seberapa besar penerapan disiplin
yang sudah dilakukan dan dapat menyadari betapa pentingnya disiplin itu dalam perkembangan
pribadi serta masa depan yang bersangkutan. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan
motivasi lebih baik dan siswa dapat menjalankan segala sesuatunya lebih dewasa.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk
memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara
perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk
memenuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan
penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak
pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru
pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja
dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui,
tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan
harus menjelaskan secara rinci peraturan-peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan
konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami
perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin
sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan
dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang
berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti
aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku social dan
etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala
menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela
A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan
telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan
untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner
sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang
berlaku menurut tingkatan pelanggaran dan klasifikasinya.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepasdari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiapsiswa dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yangyang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagaiaturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplinsiswa.Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin
sekolah adalahusaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan
dapatmendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang
berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti
aturantentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosialdan
etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pulauntuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaranterhadap aturan, meski kadangkala
menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela
A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

1.2. RUMUSAN MASALAH


Melihat dari latar belakang diatas, adanya tindakan kurang disiplin yang dilakukan siswa di
sekolah maka dalam pembahasan makalah ini kami ambil rumusan masalah yang dapat dikaji
adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian disiplin ?
b. Apa penyebab utama perilaku tidak disiplin dan apa saja perilaku siswa yang dinilai tidak atau
kurang disiplin ?
c. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Kedisiplinan ?
d. Apa saja upaya-upaya yang bisa di lakukan warga sekolah dalam meningkatkan penerapan
disiplin di sekolah ?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini secara khusus adalah adalah untuk memenuhi
tugas mata pelajaran PKn. Sedang tujuan secara umum adalah untuk mengetahui hakekat
perilaku disiplin, dan faktor pendorong maupun penghambat dari kedisiplinan.

b. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini siswa dapat megetahui seberapa besar penerapan disiplin
yang sudah dilakukan dan dapat menyadari betapa pentingnya disiplin itu dalam perkembangan
pribadi serta masa depan yang bersangkutan. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan
motivasi lebih baik dan siswa dapat menjalankan segala sesuatunya lebih dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disiplin


Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi pemerintah
maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan
macam istilah disiplin yang lain. Disiplin secara etimologi berasal dari bahasa latin “ disibel”
yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan bahasa, kata tersebut mengalami
perubahan menjadi ‘disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib.
Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa latin
“Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak
terhadap pekerjaan. Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan, sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun sosial dan etika dan estetika
memberikan definisi yang berbeda-beda.
Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan disiplin sebagai sebuah proses yang harus
ditempuh sebagaimana diringkas oleh carapedia.com berikut ini;
Disiplin merupakan hasil belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral
(Toto Asmara). Disiplin merupakan wujud nyata dari penghargaan kita pada diri sendiri dan
orang lain (Tim Penulis Grasindo). Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang
meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan menumbuhkan ketaatan atau
kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu (Andrias Harefa). Disiplin adalah merujuk
pada autoriti, keadaan kelas yang teratur, program studi yang sitematik, serta cara penetapan
peraturan atau hukuman (R. F. Olivia)
Dari beberapa definisi tersebut dapat difahami bahwa disiplin adalah serangkaian
pelatihan atau pembiasaan yang untuk meningkatknya kemampuan aspek kognitif, afektif dan
behavioral serta pengendalian diri yang menjadi habit dalam kehidupan.
Ada juga yang mendefinisikan bahwa disiplin merupakan potensi diri siswa yang
perlu diekflor dalam proses pembelajaran yang berlangsung.sebagaiman dipaparkan oleh
carapedia.com berikut;
Disiplin merupakan salah satu aspek perkembangan seorang individu yang berkaitan
dengan cara untuk mengkoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku baik
tanpa merusak harga diri anak (Euis Sunarti).
Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin
diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi
secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya
dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka
panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab
Disiplin adalah hubungan tata tertib, tata susila, adab, akhlak, dan kesopanan
(Abdullah Sani Bin Yahaya). Disiplin adalah jembatan antara tujuan dan prestasi (Jim
Rohn).Disiplin merupakan latihan yang diberikan kepada murid supaya mereka bertindak
sesuai dengan peraturan di rumah, sekolah, dan masyarakat (Mizan Adiliah). Disiplin adalah
beraneka aturan yang menjadi petunjuk dan pegangan kehidupan beradab suatu masyarakat
agar dapat melangsungkan keberadaannya dalam keadaan aman, tertib, serta terkendali
berdasarkan hukum dalam semua aspek kehidupan (Sukono) Disiplin adalah tata tertib ( di
sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dsb) (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kedisiplinan adalah sikap penuh
kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada sebagai bentuk tanggung jawab.

2.2. Penyebab Utama Perilaku Tidak Disiplin Dan Perilaku Siswa Yang Dinilai Tidak Atau
Kurang Disiplin
A. Penyebab Utama Perilaku Tidak Disiplin Siswa
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini
tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam
narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak
hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan
internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat
tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan
penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu
faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang
siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan,
perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa
dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang
melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru
tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin,
sebagai berikut :
a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru.
b. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau
tidak disiplin.
c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang
broken home.
d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku,
tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang
tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan
pada umumnya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan
disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar
belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda
pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang
mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh
setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam
pergaulan pada umumnya.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum.
Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran
yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

B. Perilaku Siswa Yang Dinilai Tidak Atau Kurang Disiplin


Dalam kehidupan sehari-hati sering kita dengar orang-orang atau teman-teman
mengatakan bahwa si A adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si B orang
yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada
orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-
norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya
ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku,
baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang
ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah
“refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang
dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman
(sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk
kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A.
Snockdalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini
tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam
narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak
hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan
internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditemukan yang rentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat
tinggi, contoh perilaku siswa yang dinilai kurang atau tidak disiplin seperti : bolos sekolah,
perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku
lainnya.

2.3. Faktor Pendorong Dan Penghambat Kedisiplinan Di Sekolah


Disiplin bukan merupakan hukuman, ikatan yang mengekang atau paksaan yang harus
dituruti.” Disiplin harus diartikan sebagai sesuatu yang positif yang timbul dan tumbuh dari
penentuan pada diri pribadi secara sadar. Maka penentuan aturan dalam menerapkan disiplin
di suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar yang
baik untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam menerapkan suatu aturan ada dua faktor yang sangat penting yang selalu melekat
pada sebuah aturan. Tak terkecuali pada penerapan kedisiplinan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya. Faktor tersebut adalah faktor pendorong dan faktor penghambat terjadinya
disiplin di sebuah lembaga pendidikan.

A. Faktor Pendorong Kedisiplinan


Faktor pendorong kedisiplinan di sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu faktor
yang menunjang dalam melaksanakan aturan dalam menjalankan kedisiplinan pada sebuah
lembaga pendidikan”. Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dan urgen yang harus
terus menerus dilaksanakan. Apabila faktor pendorong atau faktor pendukung kedisiplinan
sudah mendukung maka kedisiplinan di sekolah akan dapat berjalan sebagaimana diinginkan.
Faktor pendorong dalam menerapkan kedisiplinan pada sebuah lembaga pendidikan ada 2
(dua), yaitu :
a. Dorongan dari dalam
1) Pengalaman
Pengalaman seorang guru dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan sekolah sangat
diperlukan. Karena guru merupakan pemain peran dalam mencapai tujuan pendidikan yang
dasar kuncinya adalah menerapkan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah. Dengan adanya
dukungan dari para guru maka anak didik akan mengalami suatu proses yang disebut dengan
kebiasaan. Dan kebiasaan ini merupakan benih-benih yang akan menjadi suatu pengalaman.
Dengan adanya pengalaman dalam diri siswa maka siswa akan sadar akan tujuan pendidikan.
2) Pengikutan dan ketaatan
Pengikutan dan ketaatan merupakan langkah penerapan dan praktik atas peraturan yang
mengatur perilaku individu (disiplin). Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri
yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya
sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri
seseorang sehingga peraturan-peraturan dapat diikuti dan dipraktikkan.
3) Sarana Pendidikan
Sebagai sarana untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan.
4) Kesadaran
Disiplin yang efektif ditujukan pada seseorang yang berkemampuan untuk melaksanakan
sesuatu tanpa paksaan. Merupakan pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting sebagai
kebaikan dan keberhasilan diri, selain itu kesadaran diri menjadi motif yang sangat
berpengaruh bagi terwujudnya disiplin
5) Kemauan untuk berdisiplin
Kemauan untuk berdisiplin merupakan
Dari kelima faktor disiplin diatas yang memegang peranan yang sangat penting adalah
kesadaran diri, dimana disiplin tersebut harus benar-benar berasal dari pemahaman diri akan
pentingnya disiplin yang akan berdampak positif bagi kelancaran dalam menuju keberhasilan
cita-citanya. Kesadaran diri ini terwujud dalam kegigihan dan kerja keras untuk menunjang
peningkatan dan pengembangan prestasi yang positif.
b. Dorongan Dari luar
1) Perintah
2) Larangan
3) Pengawasan
4) Paksaan
5) Hukuman untuk berdisiplin
Selain lima faktor pendorong terwujudnya disiplin yang dominan, masih ada beberapa
faktor lain yang berpengaruh pada pembentukan disiplin individu, yaitu:
a. Teladan.
b. Lingkungan berdisiplin.
c. Latihan berdisiplin.
Disiplin individu diatas merupakan disiplin yang berasal dari dalam diri siswa dimana
semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa saja yang dikehendaki dengan melihat
keadaan disekelilingnya dan pada akhirnya siswa dapat menentukan suatu perilaku yang berarti
bagi dirinya dalam hal pencapaian prestasi yang lebih baik.
Disiplin belajar merupakan ketaatan peserta didik terhadap peraturan-peraturan yang
ditetapkan di lingkungan belajar antaralain:
a. Disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah.
b. Disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Disiplin dalam diri siswa.
Semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa yang dikehendaki dalam
lingkungannya dengan memperhatikan peraturan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan
sehingga siswa dapat menentukan suatu perilaku yang berarti bagi dirinya.
Jadi pembentukan disiplin harus melalui proses panjang, dimulai sejak dini dalam
keluarga dan dilanjutkan sekolah. Hal-hal penting dalam pembentukan itu terdiri dari
kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, teladan, lingkungan disiplin, dan latihan-latihan.

B. Faktor Penghambat Kedisiplinan


Menurut Tulus Tu’u (2004:53) menyatakan sebagai berikut. Pelanggaran disiplin dapat
terjadi karena tujuh hal berikut ini:
a. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap.
b. Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dan
kurang dimonitor oleh kepala sekolah.
c. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
d. Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatan
dan pemantapan disiplin sekolah.
e. Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi disiplin
sekolah.
f. Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani
disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah.
g. Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin diri.
Mereka ini cenderung melanggar dan mengabaikan tata tertib sekolah.

2.4. Upaya-Upaya Yang Bisa Di Lakukan Warga Sekolah Dalam Meningkatkan Penerapan
Disiplin
Terdapat beberapa cara untuk menanamkan disiplin pada anak didik baik itu
dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah diantaranya sebagai berikut:
A. Cara Otoriter
Pada cara ini guru menentukan aturan-aturan batasan yang mutlak yang harus ditaati oleh anak-
anak, dan anak harus tunduk dan patuh dan tidak ada pilihan lain. Akan tetapi dengan
mempergunakan sikap otoriter ini anak akan memperlihatkan reaksinya misal: menentang atau
melawan karena anak merasa dipaksa, maka menetang dan melawan, bisa ditampilkan dalam
tingkah laku yang melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya. Cara otoriter
memang biasa digunakan pada permulaan menanamkan disiplin
B. Cara Bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi berkurang, anak sudah terbiasa mengatur dan
menentukan sendiri apa yang dianggapnya benar, pada umumnya kesadaran ini terjadi pada
keluarga. Keluarga yang keduanya bekerja dan tidak ada waktu untuk mendidik anak dengan
baik, yang mana orang tua lebih melimpahkan anak kepada guru. Sedangkan orang tua sendiri
hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi, menegor dan mugkin memahrahi. Orang tua
tidak bisa berintraksi langsung dengan anak. Oleh karena itu hubungana anak dengan orang tua
tidak baik, dan anak akan merasa sendiri sehingga menjadikan perkembnagan kepribadinya
tidak terarah.
C. Cara Demokratis
Cara ini dilakukan dengan cara memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun
kebebasan disini tidak mutlak yaitu perlu adanya bimbingan penuh pengertian antara anak dan
guru atau orang tuanya. Dengan cara demokratis anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk
memperhatikan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepervcayaan dirinya. Dan jika tingkah
lakunya tidak berkenan bagi teman-temanya maka anak mampu menghargai tutntutan pada
lingkungan sekolhnya.
Sedangkan Teknik-teknik penanaman disiplin adalah sebagai berikut :
A.Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini dikenal dengan menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan,
memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah oleh anak, yang mana anak
memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin yang baik.
B. Teknik yang bersifat Material
Tehnik ini menggunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman mendidik
meyakinkan melalui kekuasaan(power assertive discipline)
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang
harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun
siswa dengan lingkungannya.
c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan
dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses
belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta
akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai
hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan
untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan
pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang
tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku
disiplin dan yang tidak disiplin.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran
atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan
yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang melanggar mesti
berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas kepentingan umum
di dalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu
memahami bahwa nilaidisiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan
demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.
Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagitindakan-tindakan yang menjamin
kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak
terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan menyingkirkan
hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar. Sekolah tanpa kedisiplinan adalah seperti
kincir tanpa air.

3.2. SARAN
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yangmungkin bisa
dilakukan diantaranya:
A. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka.
B. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa.
C. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu
siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang
salah.

Anda mungkin juga menyukai