Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK

PESANTREN MODERN

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :

AINUN ZARIAH
F 100 090 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i
PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :

AINUN ZARIAH
F 100 090 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii
ABSTRAKSI

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK


PESANTREN MODERN

Ainun Zariah
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembelajaran regulasi diri adalah proses kegiatan belajar yang diatur,


dikelola dan dikontrol oleh diri sendiri untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal
ini yang hendak diteliti adalah pembelajaran regulasi diri pada santri, yang
dimaksud dengan santri adalah siswa atau pelajar yang belajar dan tinggal di
pondok pesantren. Santri diharapkan memiliki suatu kemampuan dan aktivitas
untuk mengarahkan atau mengontrol proses tersebut. Kemampuan tersebut sering
disebut dengan regulasi diri (self regulation).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
pembelajaran regulasi diri pada santri di Pondok Pesantren Modern. Informan
utama dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-15 tahun, santri yang sedang
menempuh pendidikan dan tinggal di Pondok Pesantren Modern minimal selama
enam bulan. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa cara santri menyesuaikan diri dengan
lingkungan pondok pesantren cenderung menyesuaikan terhadap kesulitan yang
dihadapi dan mengubahnya menjadi tantangan. Dalam mengatasi masalah belajar
santri mengoptimalkan kemampuan dan menggunakan strategi untuk membantu
belajarnya. Kemudian masing-masing santri memiliki srategi belajar yang
berbeda-beda untuk membantu belajarnya. Selain itu, untuk mengatasi pengaruh
teman dan lingkungan, santri cenderung menjaga dan mengontrol diri dalam
berteman. Ketika melakukan kesalahan, santri cenderung mengevaluasi diri dan
memperbaiki diri atas kesalahan yang telah diperbuat. Santri juga mendapat
keuntungan ketika mampu meregulasi diri dengan baik yakni merasa senang,
tenang dan nyaman serta dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menjadi
disiplin, memiliki waktu luang yang bermanfaat. Sedangkan kerugian yang
didapatkan santri ketika kurang mampu meregulasi diri dengan baik ialah merasa
menyesal dan kecewa, selain itu santri memiliki pekerjaan yang tertunda, waktu
luang yang sia-sia dan prestasi santri menjadi turun

Kata kunci : pembelajaran regulasi diri, santri, pondok pesantren modern

v
1

Pendahuluan diterima oleh santri, terkadang


membuat kondisi yang berbeda dan
Pesantren merupakan salah satu
dampak terhadap pola kehidupannya.
bentuk lembaga pendidikan di
Apabila santri sebelum di pesantren
Indonesia yang terus berkembang
adalah peserta didik di sekolah umum
menyesuaikan dengan kebutuhan
hanya melakukan kegiatan belajar
jaman. Salah satu keunikan dari
selama kurang lebih tujuh jam dalam
pendidikan pesantren adalah siswa
sehari. Ketika menjadi santri di
atau yang lebih populer disebut santri,
pondok pesantren mempunyai kegiatan
belajar dan tinggal dalam asrama atau
yang harus dilakukan mulai dari
pondok yang disediakan oleh
bangun tidur di waktu subuh hingga
pesantren. Santri yang belajar di
tidur kembali. Santri diwajibkan untuk
pesantren rata-rata berada pada
melakukan kegiatan belajar dan
rentang usia remaja dengan macam-
keagamaan baik yang bersifat wajib
macam karakteristik.
seperti sekolah, sholat berjama’ah
Kehidupan santri di pondok ataupun kegiatan yang bersifat sunnah
pesantren modern berbeda dengan seperti ekstrakulikuler.
kehidupan santri di pondok pesantren
Untuk itu, santri diharapkan
tradisional. Di pondok pesantren
memiliki suatu kemampuan dan
modern, santri dituntut untuk dapat
aktivitas untuk mengarahkan atau
menyesuaikan diri dengan baik
mengontrol proses tersebut.
terhadap kegiatan-kegiatan dan
Kemampuan tersebut sering disebut
peraturan yang berlaku. Situasi yang
dengan regulasi diri (self regulation).
sering dihadapi santri seperti
Hal yang perlu digarisbawahi dari
kurangnya perhatian dari orangtua,
pembelajaran regulasi diri adalah
padatnya kegiatan yang harus dijalani
pentingnya otonomi dan tanggung
oleh setiap santri, ketatnya peraturan
jawab pribadi dalam kegiatan belajar.
yang harus dipatuhi oleh santri dan
Istilah regulasi atau pengaturan diri
kehidupan pondok pesantren yang
dalam belajar oleh Pintrich & De
memisahkan antara putra dan putri.
Groot (dalam Mastuti, 2009) sering
Terorganisirnya jadwal yang harus
disebut self regulation learning, yaitu
2

suatu kegiatan belajar yang diatur oleh Woolfolk (dalam Latipah,


diri sendiri, dimana individu 2010) menyebutkan bahwa
mengaktifkan pikiran, motivasi dan pengetahuan, motivasi, disiplin diri
tingkah lakunya untuk mencapai dan volition (kemauan diri)
tujuan belajarnya. merupakaan faktor yang
Fenomena-fenomena di atas mempengaruhi pembelajaran regulasi
mendorong peneliti untuk diri. Kemudian Zimmerman (1989)
merumuskan masalah yaitu bagaimana berpendapat bahwa menurut teori
pembelajaran regulasi diri pada santri sosial kognitif terdapat 3 faktor yang
di Pondok Pesantren Modern?. mempengaruhi seseorang sehingga
Penelitian ini penting dilakukan untuk melakukan pembelajaran regulasi diri :
memahami dan mendeskripsikan a. Individu, yang termasuk dalam
pembelajaran regulasi diri pada santri. faktor individu antara lain
Dengan rumusan masalah tersebut 1) Pengetahuan individu
penelitian ini memfokuskan tentang: 2) Tingkat kemampuan
Pembelajaran Regulasi Diri pada metakognisi individu
Santri di Pondok Pesantren Modern. 3) Tujuan yang ingin dicapai
Menurut Zimmerman (1990) 4) Keyakinan efikasi diri
dalam teori sosial kognitif terdapat tiga b. Perilaku, fungsi perilaku adalah
hal yang mempengaruhi seseorang membantu individu menggunakan
sehingga melakukan pembelajaran segala kemampuan yang dimiliki
regulasi diri, yakni individu, perilaku lebih besar dan optimal upaya yang
dan lingkungan. Faktor individu dilakukan individu dalam mengatur
meliputi pengetahuan, tujuan yang proses belajar. Faktor-faktor dalam
ingin dicapai, kemampuan perilaku meliputi, behavior self
metakognisi serta efikasi diri. Faktor reaction, Personal self reaction,
perilaku meliputi behavior self- Environmental self reaction yakni.
reaction, personal self reaction serta c. Lingkungan, dapat mendukung atau
environment self reaction. Sedangkan menghambat siswa dalam
faktor lingkungan dapat berupa melakukan aktivitas belajar.
lingkungan fisik maupun lingkungan. Pengaruh lingkungan ini berupa
3

social and enactive experience, mengelola sumber daya baik dari


dukungan sosial seperti dari guru, dalam maupun dari lingkungan seperti
teman , maupun berbagai bentuk manajemen waktu, tenaga,
informasi literature dan simbolik memanfaatkan lingkungan sekitar dan
lainnya, serta struktur konteks lainnya.
belajar, seperti karakteristik tugas Zimmerman & Martinez-Pons
dan situasi akademik. (1988) menyebutkan aspek-aspek
Dari beberapa pendapat pembelajaran regulasi diri, yaitu :
mengenai faktor-faktor yang a. Strategi pengorganisasian dan
mempengaruhi pembelajaran regulasi transformasi informasi
diri yang telah diutarakan diatas, maka b. Strategi mengingat informasi
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor c. Menentukan tujuan belajar dan
yang mempengaruhi pembelajaran perencanaan belajar
regulasi diri yaitu individu, perilaku d. Evaluasi diri
dan lingkungan. Faktor individu ini e. Konsekuensi
meliputi pengetahuan, tujuan yang f. Pencatatan
ingin dicapai, disiplin diri, g. Mencari informasi yang diterima
kemampuan metakognisi serta efikasi h. Mempelajari materi dan
diri. Sedangkan faktor perilaku yang mempersiapkan diri sebelum
berpengaruh terhadap self regulation menerima materi baru maupun
learning yakni behavior self-reaction, sebelum menghadapi ujian.
personal self reaction serta Dari uraian yang telah
environment self reaction. Faktor dipaparkan di atas maka dapat
lingkungan ini baik lingkungan fisik, disimpulkan bahwa aspek-aspek
sosial, rumah maupun sekolah. pembelajaran regulasi diri yaitu
Menurut Pintrich (dalam sebagai berikut : (a) kemampuan
Papantoniou et al, 2012) pembelajaran metakognisi, (b) keterampilan
regulasi diri terbagi menjadi tiga meregulasi diri, (c) Konsep belajar, (d)
kategori, yaitu strategi belajar secara orientasi belajar dan (e) usaha individu
kognitif, kontrol metakognisi atau mengatur diri sendiri dan
strategi mengatur diri, dan strategi menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4

Proses pembelajaran regulasi kesulitan yang dihadapi pada saat


diri menurut Arabzadeh, Kadivar & pengerjaan tugas dan mengubah
Dlavar (2012) terdiri dari beberapa menjadi sebuah tantangan pada
pelaksanaan strategi utama, termasuk suatu hal yang menarik dan
(1) strategi metakognitif seperti menyenangkan
perencanaan, penetapan sasaran, c. Tahu bagaimana atau menggunakan
pemantauan dan evaluasi diri, (2) sumber-sumber yang ada
strategi motivasi, seperti self efficacy, d. Memiliki kegigihan dalam belajar
atribusi dan self satisfaction, (3) dan mempunyai strategi tertentu
strategi kognitif untuk belajar dan yang membantu dalam belajar
memahami bahan-bahan seperti e. Mempunyai kecenderungan untuk
latihan, elaborasi dan organisasi, dan membuat sesuatu pengertian atau
(4) strategi mengatur kemampuan diri makna dari apa yang dibaca, ditulis,
sendiri, seperti manajemen waktu dan maupun didiskusikan
memanfaatkan bantuan orang lain f. Menggunakan strategi dan upaya
untuk mendukung proses belajar. yang gigih dalam belajar.
Penelitian yang dilakukan Dari uraian ciri-ciri yang telah
Rochester Institute of Technology dikemukakan di atas, maka dapat
(Haryu dalam Shidiq & Mujidin, disimpulkan bahwa regulasi diri
2006) menemukan beberapa memiliki ciri-ciri :
karakteristik dalam pembelajaran a. individu memiliki motivasi dalam
regulasi diri: belajar dan mempunyai strategi
a. Memiliki kemandirian dalam tertentu yang membantu dalam
melaksanakan tugas yang diberikan belajar
kepada mereka dan membuat b. Memiliki kemandirian,
perencanaan untuk mengatur perencanaan, strategi dan
penggunaan waktu serta sumber memanfaatkan penggunaan waktu
yang dimiliki serta sumber yang dimiliki
b. Mempunyai Need For Challenge c. mampu memonitor kemajuannya,
yaitu mempunyai kecenderungan menyesuaikan atau memperbaiki
untuk menyesuaikan diri terhadap strategi berdasarkan kemajuan yang
5

mereka buat, dan mengevaluasi kali ini dilakukan untuk menggali


halangan yang mungkin muncul jawaban-jawaban dari kuesioner
dan melakukan adaptasi yang terbuka informan yang dirasa unik atau
diperlukan. berbeda dari yang lain.
Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan
Informan dalam penelitian ini 1. Regulasi diri santri di pondok
ditetapkan remaja dengan rentang usia pesantren
13-15 tahun, santri pondok pesantren Berdasarkan hasil penelitian
modern yang sudah tinggal selama menggunakan kuesioner, latar
minimal enam bulan. Sampel belakang santri yang mampu
penelitian yang akan digunakan dalam mengatur diri masuk ke pondok
penelitian ini berjumlah 80 orang pesantren karena keinginan dari diri
santri. Sampel penelitian tersebut sendiri dan dorongan orang tua
sebelumnya akan diskrining dengan dengan besar persentase 27,5%,
menggunakan angket tertutup yang sedangkan santri yang kurang
digunakan untuk menentukan mampu mengatur diri lebih
karakteristik informan, sehingga cenderung karena ingin belajar
mendapatkan 40 orang santri yang lebih disiplin dengan persentase
mampu mengatur diri dan 40 orang sebesar 30%. Kemudian, masuknya
santri yang kurang mampu mengatur santri yang mampu mengatur diri
diri. Subjek penelitian yang digunakan ke pondok pesantren cenderung
peneliti adalah santri di Pondok karena keinginan sendiri dan orang
Pesantren Modern. tua dengan persentase 20,51% dan
Metode pengumpulan data pada santri yang kurang mampu
dalam penelitian ini adalah kualitatif mengatur diri lebih karena
yang diungkap dengan metode dorongan dari orang lain baik itu
kuisioner terbuka dan wawancara. orang tua maupun keluarga.
Kuisioner terbuka dibuat berdasarkan
Latar belakang santri
tujuan dan pertanyaan penelitian yang
masuk ke pesantren mempengaruhi
dibagikan kepada informan utama.
pembelajaran regulasi diri santri.
Sedangkan wawancara pada penelitian
Hal ini sesuai dengan yang
6

disebutkan Woolfolk (dalam mengawasi dengan persentase


Latipah, 2010), motivasi dan sebesar 30%. Pola didik orang tua
volition (kemauan diri) merupakan menurut zimmerman (1990)
salah faktor yang mempengaruhi merupakan faktor lingkungan yang
seseorang meregulasi diri. Selain dapat mempengaruhi regulasi diri
itu, dorongan orang lain menurut seseorang. Hal ini dikarenakan,
zimmerman (1990) merupakan keluarga merupakan lingkungan
faktor lingkungan. Hal ini sesuai terkecil anak untuk belajar dan
dengan hasil di atas, santri yang orang tua memiliki peran yang
mampu mengatur diri sudah penting dalam membentuk karakter
memiliki motivasi dan kemauan anak.
sendiri sehingga orang tua
Pembahasan selanjutnya
mendukung santri. Sedangkan
adalah bagaimana santri
santri yang kurang mengatur diri
menyesuaikan diri dengan
harus didorong oleh orang lain
lingkungan pondok pesantren.
untuk menunculkan motivasi dan
Santri yang mampu mengatur diri
kemauan diri sendiri untuk masuk
berpendapat jadwal yang diterapkan
pondok pesantren.
pesantren sudah baik dan bagus
Kemudian melihat pola dengan persentase 17,5%. Untuk
didik orang tua santri sebelum santri yang kurang mampu
mengetahui penyesuaian diri santri mengatur diri merasa jadwal yang
di pondok pesantren modern. Pola diterapkaan tidak terlalu padat
didik orang tua santri yang mampu dengan besar persentase 12,5%.
mengatur diri lebih memberikan Kemudian melihat pada pendapat
pendidikan yang sesuai dengan santri tentang peraturan pondok
kebutuhan anak dengan persentase pesantren. Santri yang mampu
sebesar 47,5%. Sementara santri mengatur diri merasa bahwa
yang kurang mampu mengatur diri, peraturan yang diterapkan sudah
orang tua santri cenderung baik, meskipun ada sedikit
memberikan kebebasan kepada kekurangan dengan persentase
anak meskipun orang tua sebesar 55%. Sedangkan santri
7

yang kurang mampu mengatur diri yang dihadapi santri yang mampu
merasa jadwal dan peraturan mengatur diri ialah kurang dapat
pondok pesantren paddat dan ketat menerapkan kedisiplinan dengan
dengan besar persentase 40,54%. persentase sebesar 15%, ini
menunjukkan kebutuhan untuk
Jadwal dan peraturan
disiplin tinggi. Sedangkan pada
pondok pesantren menurut
santri yang kurang mampu
Zimmerman (1989) merupakan
mengatur diri, santri tidak memiliki
faktor lingkungan yang dapat
hiburan untuk refreshing dengan
menghambat atau mendukung
besar persentase 2,56% yang
santri dalam melakukan aktivitas
menandakan kebutuhan untuk
belajar. Faktor lain yang juga dapat
bersenang-senang (having fun)
mempengaruhi adalah perilaku.
tinggi. Selain itu, menurut santri
Zimmerman (1989)
yang mampu mengatur diri,
mengungkapkan fungsi dari
program di pondok pesantren yang
perilaku adalah membantu individu
dapat mempengaruhi aktivitas
untuk menggunakan kemampuan
santri sehari-hari adalah jadwal
dan upayanya dengan optimal
yang tidak pasti yang kemudian
dalam mengatur proses belajarnya.
membuat pekerjaan lainnya
Santri yang berusaha merubah dan
terbengkalai dengan persentase
menyesuaikan langkah belajar
sebesar 31,25%. Sedangkan
sesuai kebutuhan lingkungannya
menurut santri yang kurang mampu
akan lebih mudah mengatur dirinya,
mengatur diri program yang
hal ini dapat terlihat pada santri
mengganggu aktivitasnya adalah
yang mampu mengatur diri. Pada
kurangnya jadwal istirahat yang
santri yang kurang mampu
menjadikan santri cepat lelah
mengatur diri berlaku hal
dengan persentase sebesar 39,29%.
sebaliknya.
Masalah belajar santri
Kemudian masalah-
yang mampu mengatur diri kurang
masalah yang dihadapi santri di
dapat mendisiplinkan diri
pondok pesantren. Masalah belajar
merupakan suatu kegagalan santri
8

dalam meregulasi diri. Seperti yang membuat terbiasa di pondok


dijelaskan Zimmerman & Martinez- pesantren, menaati peraturan yang
Pon (1988) ada beberapa aspek berlaku di pondok pesantren dan
pembelajaran regulasi diri seperti mengikuti atau menjalani jadwal
pengorganisasian dan transformasi dan peraturan yang sudah ada
data, menentukan tujuan belajar dan dengan mandiri. Menurut hasil
perencanaan belajar. Santri yang penelitian yang dilakukan
kurang dapat mendisiplikan diri Rochester Institute of Technology
dapat disebabkan santri tidak (Haryu dalam Shidiq & Mujidin,
menetapkan tujuan belajar sehingga 2006) langkah penyesuaian santri
kesulitan menentukan strategi apa yang mampu dan kurang mampu
yang mudah bagi santri untuk mengatur menunjukan bahwa santri
menghadapi kendala-kendala yang memiliki kecenderungan untuk
ada. menyesuaikan diri terhadap
kesulitan yang dihadapi pada saat
Kemudian masuk kepada
pengerjaan tugas dan mengubahnya
regulasi diri santri. Regulasi diri
menjadi tantangan yang menarik.
yang pertama adalah cara santri
Sedangkan santri yang mampu
baik yang mampu mengatur diri
mengatur diri cenderung telah
menyesuaikan diri dengan
memiliki kemampuan yang
menjalani kegiatan-kegiatan yang
memudahkan santri menyesuaikan
ada dengan sabar, senang dan ikhlas
diri sehingga santri cenderung
dengan persentase 37,5%.
menjalaninya dengan sabar, senang
Sementara pada santri yang kurang
dan ikhlas.
mampu mengatur diri
mendisiplinkan diri sendiri agar Regulasi diri santri
dapat menyesuaikan diri dengan selanjutnya mengenai cara santri
lingkungan pesantren dengan besar mengatasi masalah belajarnya.
persentase 17,5%. Dari hasil Santri yang mampu mengatur diri
wawancara pun menunjukkan mengatasinya mengatasi masalah
bahwa santri menyesuaikan diri belajarnya dengan mencari tempat
dengan melakukan banyak hal yang dengan situasi dan kondisi yang
9

nyaman untuk belajar dengan besar ketika hafalan dan mempelajari


persentase 30%, sedangkan santri materi pelajaran atau hafalan sedikit
yang kurang mampu mengatur diri demi sedikit, rajin belajar serta
dengan belajar sungguh-sungguh konsentrasi pada saat belajar.
dengan persentase sebesar 35%. Selain itu, strategi dalam
Santri yang mampu mengatur diri belajar dan mengatur waktu santri
Cara santri yang kurang yang mampu mengatur diri yaitu
mampu mengatur diri tersebut dengan meyusun jadwal kegiatan
sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran dengan menentukan prioritas besar
diri dari hasil penelitian yang persentasinya 68,42%, sementara
dilakukan Rochester Institute of santri yang kurang mampu
Technology (Haryu dalam Shidiq & mengatur diri dengan tidak mensia-
Mujidin, 2006) menyatakan siakan waktu untuk bermalas-
kemampuan yang dimiliki santri malasan dengan persentase 27,27%.
bukanlah satu-satunya faktor yang Hal senada juga ada dalam hasil
mendukung kesuksesan dalam wawancara, strategi mereka dengan
meraih prestasi belajar melainkan menyusun jadwal dalam satu hari,
juga dibutuhkan strategi dan upaya santri juga menjaga kondisi
yang gigih dalam belajar. kesehatan dan emosi agar selalu
Kegigihan dalam belajar dan baik dan meningkatkan intensitas
strategi tertentu yang membantu belajarnya. Strategi belajar santri
dalam belajar ini dimiliki oleh yang mampu mengatur diri
santri yang kurang mampu menunjukkan strategi metakognitif
mengatur diri. Strategi belajar santri seperti perencanaan, penetapan
tampak dari hasil wawancara yaitu sasaran, pemantauan dan evaluasi
santri akan bertanya kepada teman diri yang cukup baik (Arabzadeh,
atau orang lain yang dapat Kadivar & Dlavar, 2012).
membantu menyelesaikan tugas Kemudian, santri yang
tersebut, membaca buku, meminta mampu mengatur diri memiliki cara
orang lain untuk membantu belajar untuk mengontrol diri dari
seperti meminta teman menyimak pengaruh teman dan lingkungan di
10

sekitarnya dengan menjadi diri diperbuat. Santri yang mampu


sendiri yang memiliki prinsip mengatur diri akan mengintropeksi
dengan persentase 17,5%, demikian dirinya sendiri dan memperbaiki
juga dengan santri yang kurang diri dari kesalahan yang diperbuat
mampu mengatur diri memiliki cara dengan besar persentase 65%,
untuk mengontrol diri dari sedangkan santri yang kurang
pengaruh teman dan lingkungan di mengatur diri akan cenderung
sekitarnya yaitu dengan menjaga menjadikan kesalahan sebagai
dan mengontrol diri dalam motivasi untuk menjadi lebih baik
berteman dengan besar persentase dengan persentase sebesar 15,38%.
59,46%. Pengaruh buruk dari teman Cara santri tersebut juga didukung
biasanya diselesaikan santri dengan dengan hasil wawancara yang
membuat kesibukan yang lebih ditelah dilakukan yaitu santri
bermanfaat sehingga teman segan mengoreksi diri sendiri, tidak
untuk mengganggu, menolak mengulangi kesalahan yang sama
dengan lembut permintaan teman untuk kedepannya dan menjadikan
untuk hal-hal yang kurang kesalahan sebelumnya sebagai
bermanfaat, tidak mudah pelajaran untuk tidak
terpengaruh oleh ajakan teman, mengulanginya. Intropeksi diri
pendapat tersebut merupakan hasil merupakan suatu bentuk evaluasi
wawancara kepada santri. Kontrol terhadap hasil perkembangan
diri santri yang kurang mampu belajar santri, sedangkan usaha
dalam berteman merupakan santri memperbaiki diri dari
regulasi diri dimana santri memiliki kesalahan yang diperbuat
strategi mengelola sumber daya merupakan suatu bentuk
yang berasal dari lingkungan konsekuensi yang diterima apabila
sekitarnya (Pintrinch dalam hasil yang didapatkan tersebut
Papantoniou et al, 2012). berhasil ataupun gagal
Cara santri selanjutnya (Zimmerman & Martinez-Pons,
adalah bagaimana santri bangkit 1988).
dari kesalahan yang pernah
11

2. Keuntungan yang didapatkan berharga dan menyelesaikan


santri yang mampu meregulasi pekerjaan tidak terburu-buru.
diri dengan baik.
Melihat dari hasil
Setelah mengetahui
kuesioner dan wawancara, maka
pembelajaran regulasi diri santri di
tampak ada kesinambungan. Santri
pondok pesantren, maka dapat
yang dapat membangkitkan dan
diketahui keuntungannya. Santri
memantau diri atas pikiran,
yang mampu mengatur diri merasa
perasaan dan perilaku untuk
lebih teratur dan disiplin ketika
mencapai tujuannya maka santri
santri mampu mengatur waktu
akan mendapat konsekuensi dari
dngan baik dengan besar persentase
apa yang dilakukan (Zimmerman &
15%. Sementara santri yang kurang
Martinez, 1988). Konsekuensi dari
mampu mengatur diri cenderung
keberhasilan santri yang mampu
merasa senang, tenang dan nyaman
meregulasi yaitu mendapatkan
ketika mapu mengatur waktu
perasaan yang senang, tenang dan
dengan persentase sebesar 80%.
nyaman. Selain itu, kemampuan
Keuntungan selanjutnya yang
santri dalam mengatur diri, seperti
didapatkan oleh santri ketika
menjadikan lebih disiplin, bijaksana
mampu mengatur waktu yakni
dalam memanfaatkan waktu dan
merasa dirinya menjadi lebih baik
penyelesaian tugas dengan baik
dengan persentase sebesar 27,5%,
menjadi lebih meningkat.
sedangkan santri yang kurang
mampu mengatur diri lebih merasa 3. kerugian yang didapatkan santri
memiliki kontrol terhadap waktu yang kurang mampu meregulasi
dengan baik persentasenya sebesar diri dengan baik.
70%. Kemudian, ketika melihat
Pembelajaran regulasi diri
dari hasil wawancara menunjukkan
santri dan keuntungannya telah
hasil yang sama yaitu santri merasa
dibahas sebelumnya, pembahasan
mampu mendisiplinkan dirinya,
selanjutnya adalah mengenai
prestasinya menjadi lebih baik,
kerugian bagi santri ketika kurang
mengetahui bahwa waktu itu
mampu mengatur dirinya dengan
12

baik. Hal yang dirasakan santri tertundanya banyak pekerjaan


yang mampu mengatur diri ketika merupakan konsekuensi yang harus
tidak dapat mengatur waktu diterima santri karena telah gagal
cenderung merasa menyesal dan melakukan pembelajaran regulasi
kecewa pada diri sendiri degan diri. Hal ini dapat dikarenakan
besar persentase 39,47%. santri kurang mampu
Sementara santri yang kurang mengorganisir jadwal dan
mampu mengatur diri merasa tidak pekerjaannya, kurang menentukan
percaya pada kemampuan diri tujuan dan perencanaan yang baik
sendiri dengan persentase sebanyak sehingga hasil belajar mereka harus
11,43%. Selain itu, santri yang di evaluasi (Zimmerman &
mampu mengatur diri merasa rugi Martinez-Pons, 1988).
karena banyak pekerjaan yang
Kesimpulan
tertunda sehingga menjadikan tidak
1. Dinamika pembelajaran regulasi
disiplin dengan persentase 48,72%,
diri pada santri di pondok
sedangkan santri yang kurang
pesantren modern, dapat
mampu mengatur diri merasa rugi
disimpulkan :
karena nilainya menjadi turun
a) Latar belakang santri masuk
dengan persentase 15%. Data lain
Pondok Pesantren
dari hasil wawancara menunjukkan
Santri yang mampu mengatur
tidak dapat mengatur waktu dengan
diri sudah memiliki motivasi
baik, prestasi di sekolah menjadi
dan kemauan sendiri untuk
turun, waktu untuk istirahat
masuk ke pesantren.
menjadi kurang dan pekerjaan-
Sedangkan santri yang kurang
pekerjaan yang harus segera
mampu mengatur diri harus
diselesaikan menjadi tertunda untuk
didorong oleh orang lain untuk
dikerjakan ketika santri kurang
menunculkan motivasi dan
mampu mengatur diri dengan baik.
kemauan diri sendiri untuk
Kerugian yang didapatkan masuk pondok pesantren.
santri berupa rasa menyesal, b) Penyesuaian diri santri di
kecewa pada diri sendiri dan Pondok Pesantren
13

Faktor pembelajaran regulasi Cara santri menyesuaikan diri


diri yang mempengaruhi dengan lingkungan pondok
penyesuaian diri santri adalah pesantren, menunjukan bahwa
faktor perilaku. Dalam santri memiliki kecenderungan
menaati peraturan santri yang untuk menyesuaikan diri
mampu mengatur diri terhadap kesulitan yang
berusaha merubah dan dihadapi pada saat pengerjaan
menyesuaikan langkah belajar tugas. Dalam mengatasi
sesuai kebutuhan masalah belajar santri
lingkungannya. Sedangkan mengoptimalkan kemampuan
santri yang kurang mampu102 dan strategi untuk membantu
mengatur diri kurang memiliki belajarnya. Hal ini tampak dari
motivasi dan kedisiplinan santri yang belajar dengan
dalam menjalankan peraturan. sungguh-sungguh. Kemudian
c) Masalah-masalah belajar yang strategi belajar yang dapat
dihadapi santri di Pondok digunakan santri seperti
Pesantren meminta bantuan orang lain,
Masalah belajar santri yang menyusun jadwal belajar,
mampu mengatur diri kurang menetapkan prioritas untuk
dapat mendisiplinkan diri menyelesaikan pekerjaan,
menunjukkan kebutuhan atas mencari tempat yang nyaman
kedisiplinan tinggi. Sedangkan untuk belajar. Selain itu, untuk
santri yang kurang mampu mengatasi pengaruh teman dan
mengatur diri cenderung lingkungan, baik santri
menginginkan peraturan dan cenderung menjaga dan
jadwal pesantren disesuaikan mengontrol diri dalam
dengan kondisi santri . berteman, seperti memiliki
d) Cara santri mengatasi masalah teman yang membuat nyaman,
yang dihadapi di Pondok menolak permintaan yang
Pesantren kurang bermanfaat. Ketika
melakukan kesalahan,
14

intropeksi diri digunakan dalam mengatur diri untuk


santri sebagai evaluasi peningkatan kualitas dirinya dan
terhadap hasil perkembangan memberikan pengaruh yang positif
belajar, selain itu santri juga kepada sekitarnya. Cara yang dapat
berusaha memperbaiki diri dilakukan oleh santri dengan
dari kesalahan yang diperbuat. mengembangkan standar dan
2. Santri yang mampu dan kurang menetapkan tujuan yang ingin
mampu mengatur diri ketika dicapai serta membuat perencanaan
mampu mengatur dirinya dengan sebelum menyelesaikan tugas
baik akan mendapatkan belajarnya. Selama proses
keuntungan yaitu merasa senang, pembelajaran berlangsung, santri
tenang dan nyaman. keuntungan diharapkan mampu menjaga atau
lain yang didapatkan santri adalah mengelola pikiran dan emosinya
dapat menyelesaikan pekerjaan supaya tetap berfokus pada tujuan.
tepat waktu, menjadi disiplin, Santri juga perlu mengembangkan
memiliki waktu luang yang strategi atau teknik untuk
bermanfaat. mengamati dan mengawasi
3. Kerugian santri yang mampu dan perilakunya sendiri sehingga dapat
kurang mampu mengatur diri akan membuat penilaian terhadap usaha
menyesal dan kecewa pada yang dilakukan dan menentukan
dirinya sendiri ketika kurang sendiri kesuksesan dan
mampu mengatur dirinya dengan kegagalannya.
baik. Selain itu, santri memiliki 2. Bagi pondok pesantren
pekerjaan yang tertunda, waktu Pondok pesantren modern
luang yang sia-sia dan prestasi juga diharapkan mampu berperan
santri menjadi turun. serta dalam meningkatkan regulasi
Saran diri pada santri. Cara yang dapat
1. Bagi informan penelitian (Santri ditempuh adalah dengan
pondok pesantren modern) memberikan tugas individu agar
Santri diharapkan mampu dapat dikerjakan secara mandiri,
meningkatkan keterampilannya berikan panduan dan dukungan bagi
15

santri yang kemampuan mengatur akademik berdasar tingkat self-


regulation learning. Jurnal
dirinya rendah agar santri tetap
Psikologi Indonesia. Vol. VI,
fokus pada tugas dan aktifitasnya. No. 1: 55-61.
Selain itu, dapat juga dengan
Papantoniou, G., Moraitou, D.,
mengajarkan kepada santri strategi- Kaldrimidou, M., Plakitsi, K.,
Filippidou, D., & Katsadima,
strategi mengatur diri agar dapat
E. (2012). Affect and cognitive
menyelesaikan tugas-tugasnya interference: an examination of
their effect on self regulated
dengan baik.
learning. Education Research
3. Bagi peneliti lain Internasional. Vol. 2012,
Article ID 579590, 11 Pages.
Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai tambahan Shidiq, A. D. N., Mujidin. (2006).
Perbedaan self regulated
informasi agar selanjutnya dapat
learning antara siswa
meneliti pembelajaran regulasi diri underachievers dan siswa
overachievers pada kelas 3
pada seluruh santri pondok
SMP Negeri 6 Yogyakarta.
pesantren modern, mulai dari MTs Jurnal Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan.
sampai dengan MA dan melihat
faktor-faktor lain yang berpengaruh Zimmerman, B.J. (1989). A Social
cognitive view of self-regulated
seperti lingkungan, individu dan
academic learning. Journal of
perilaku. Education Psychology, 81,
329-339.
Daftar Pustaka
Arabzadeh, M., Kadivar, P,. & Dlavar, Zimmerman, B.J. (1990). Self
A. (2012). The effect of teaching Regulated Learning and
self-regulated learning strategy Academic Achievement:An
students academic delay of Overview. Educational
gratification. Linterdisciplinary Psychologist. 25(1), 3-17.
Journal of Contemporary Lawrence ErlbaumAssociates.
Research in Business. Vol. 4 No.
2, June, 2012. Zimmerman, B.J., & Martinez-Pons,
M. (1988). Construct validation
Latipah, E. (2010). Strategi self of strategy model of student
regulated learning dan prestasi self-regulated learning. Journal
belajar : kajian meta analisis. of Educational Psychology,
Jurnal Psikologi. Vol 37, No. 1 80(3). 284-290
Juni 2010:110-128. 25
26

Mastuti, E. (2009). Memahami


perilaku prokrastinasi

Anda mungkin juga menyukai