Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa
konsep ke-esaan Tuhan, diantaranya konsep Aqidah dan konsep Tauhid.
1. Konsep Aqidah
Dalam kamus Al-Munawir secara etimologis, aqidah berakar dari kata ‘aqada-
ya‘qidu-aqdan ‘aqidatan yang berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi ‘aqidah yang berarti keyakinan relevensi antara arti kata aqdan
dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah antara lain:
Menurut Hasan al-Bana dalam kitab majmu‘ah ar-rasa, il ‘Aqaid (bentuk
jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara wajib diyakini kebenarannya oleh hati
dan mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikit pun dengan keragu-raguan.
a. Istilah aqidah dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Quran tidak terdapat satu ayat pun yang secara literal menunjuk
pada istilah aqidah. Namun demikian kita dapat menjumpai istilah ini dalam akar
kata yang sama (‘aqada) yaitu; ‘aqadat, kata ini tercantum pada ayat:

“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan
karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang-orang
yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka
bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S An-Nisa;
33)
b. Ruang lingkup pembahasan Aqidah
Meminjam sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup pembahasan aqidah
meliputi:
1. Iyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
(Tuhan/Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,
perbuatan dan lain-lain.
2. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai Kitab-Kitab
Allah, Mukjizat, keramat dan sebagainya.
3. Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, setan, Roh dan lain
sebagainya.
4. Sam‘iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam‘iy yakni dalil naqli berupa al-Quran dan as-sunah,
seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga
neraka dan seterusnya.

2. Konsep Tauhid
a. Tauhid sebagai poros Aqidah Islam.
Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai
suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid
yang merupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam. Islam datang disaat
kemusyrikan sedang merajalela disegala penjuru dunia. Tak ada yang menyembah
Allah kecuali segelintir umat manusia dari golongan Hunafa, (pengikut nabi
Ibrahim AS) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari pengaruh tahayul
animisme maupun paganisme yang telah menodai agama Allah. Sebagai contoh
bangsa arab jahiliyah telah tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka`bah
yang dibangun untuk peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala
3

dan bahkan setiap rumah penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan


penghuninya.
b. Pentingnya Tauhid
Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi
tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang
Esa, pencipta yang mutlak dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini
merupakan bukti, tak dapat diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan
peradaban memiliki suatu esensi pengetahuan yaitu tauhid.

B. Hakikat Manusia Dalam Islam


Al-Insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi
untuk beriman kepada Allah, dengan mempergunakan akalnya mampu memahami
dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab
atas segala perbuatannya dan berakhlak
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik,
ciptaan Allah yang paling sempurna
Keunikan manusia dapat terlihat dari bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang
ditimbulkan jiwanya, proses pertumbuhannya yang melalui tahap-tahap tertentu,
dan sebagainya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya
dan ketergantungannya terhadap sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan di luar
manusia itu sendiri.
2. Manusia memiliki potensi beriman kepada Allah
Sejak dari awal tempat asalnya, manusia telah mengakui Tuhan, dan telah
berTuhan. Pengakuan dan penyaksian bahwa Allah adalah Tuhan yang meniupkan
ruh ke dalam rahim wanita yang sedang mengandung berarti bahwa manusia
mengakui kekuasaan Tuhan termasuk kekuasaan Tuhan dalam menciptakan
agama sebagai pedoman hidup manusia.
3. Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui jalur khusus dan umum.
Khusus:melakukan ibadah khusus dan pengabdian langsung ke pada Allah seperti
ibadah sholat, shaum, haji dsb. Umum: melakukan amal saleh yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain, dilandasi dengan niat ikhlas dan bertujuan untuk
mencari keridhaan Allah.

4. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi


• Khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang
berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih
atau penerus ajaran Allah
• Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
• Sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah
Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki
tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(Q.S Al-Baqarah : 30)

C. Keimanan dan Ketaqwaan


1. Pengertian iman

Secara etimologis, iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang.


Sedangkan secara umum iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya yang
menunjukan sikap yang terdapat di dalam hati. Orang yang percaya kepada Allah
SWT dan lainnya yang tersebut di dalam rukum iman, walaupun dalam sikap
keseharian tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang
telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan orang yang beriman. Hal ini
5

disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui urusan hatinya


hanya Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting bagi mereka,
mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi Islam.

Di dalam surat Al – Baqoroh : 165 dikatakan bahwa orang yang beriman


adalah orang yang amat sanagt cinta kepada Allah SWT beserta ajaran – Nya
(asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, orang yang beriman kepada Allah SWT
berarti orang yang sangat amat rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu yang
terdapat dalam Al – Quran dan sunnah Rosul.

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani,


iman merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan
dengan amal perbuatan (Al – iimaanu ’aqdun bil qalbi waiqraarun bilisaani
wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan antara hati,
ucapan, dan tingkah laku atau perbuatan seseorang.

Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman haq dan iman bathil. Iman haq
merupakan iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.
Sedangkan iman bathil adlah iamn yang berpandangan dan bersikap selain dengan
ajaran Allah.

2. Pengertian taqwa
Taqwa secara umum memiliki penegrtian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah. Orang yang bertaqwa adlaah orang yang beriman, yaitu orang yang
berpandanagn dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rosul, yakni
orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
3. Wujud iman dan taqwa
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan, dan perbuatan. Dalam artian
diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya Allah SWT, diucapkan dengan
lisan yaitu dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, dan dilakukan dengan perbuatan
maksudnya menjalankan seluruh perintah – Nya dan menjauhi seluruh larangan – Nya.
4. Tanda – tanda orang beriman

Dalam Al – Quran, orang – orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. Jika disebut nama Allah SWT (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan
apabila dibacakan Al – Quran maka hatinya bergejolak untuk
melaksanakannya (Al – Anfal : 2).
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarakan kerangka ilmu Allah
yang diiringi dengan doa.
c. Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al –
Anfal : 3 dan Al – Mu’minun : 2,7).
d. Menafkahkan rizki yang diterima (Al – Anfal : 3 dan Al – Mu’minun :4).
Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan
di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi.
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
(Al – Mu’minun : 3,5)
f. Memelihara amanah dan menepati janji (Al – Mu’minun : 6).
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al – anfal : 74).
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An – Nur : 62).

D. Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai