Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu proses dalam mempengaruhi siswa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga diharapkan siswa dapat berfungsi
dalam kehidupan masyarakat Realita et al, (2016). Dengan demikian, pemerintah
berusaha memperbaiki mutu pendidikan dengan cara mengembangkan sistem
pendidikan, diantaranya kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran
merupakan salah satu elemen dari standar proses yang mengalami perubahan guna
pencapaian keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi siswa.
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala atau fenomena
alam di sekitarnya melalui serangkaian proses ilmiah Nurdiasari & Sudarti, (2017).
Tujuan mata pelajaran fisika yaitu membantu siswa untuk memiliki kemampuan,
menguasai konsep dan prinsip fisika, serta mempunyai sikap percaya diri dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan peristiwa
alam Sudaryati et al, (2017).
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMP Negeri Siso pada saat
PPL ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran di kelas media atau sumber belajar
yang digunakan masih terbatas pada buku yang sudah ada sebagai sumber belajar bagi
siswa dan materi yang disajikan masih banyak bersifat abstrak. Hal ini sebagai salah
satu penyebab rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa.
Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fisika adalah guru
belum sepenuhnya memanfaatkan atau mengembangkan media pembelajaran dalam hal
ini modul, akibatnya pembelajaran fisika menjadi tidak bermakna karena masih bersifat
umum dimana guru hanya memberikan catatan dan contoh soal kepada siswa, hal ini
yang menyebabkan siswa merasa bosan dan menganggap bahwa mata pelajaran fisika
adalah mata pelajaran yang memiliki banyak rumus. Oleh karena itu, dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman maupun
hasil belajar siswa yaitu dengan cara mengembangkan bahan ajar yang baik. Salah satu
bahan ajar yang dikembangkan adalah modul fisika berbasis peta konsep..
Modul adalah paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman
belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran Setiyadi et al, (2017). Menurut Linda et al, (2018) modul

1
merupakan bahan ajar yang disajikan secara sistematis dan lengkap, dengan modul
siswa dapat belajar mandiri di sekolah maupun di rumah.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempermudah siswa untuk
memahami konsep-konsep dalam sains adalah peta konsep (concept mapping). Peta
konsep adalah suatu teknik mencatat yang mengkombinasikan antara gambar, simbol,
warna, huruf dan kata-kata yang saling berkaitan sebagai penjelasan dari suatu hal
Rahayu et al, (2017). Dalam proses pembelajaran, peta konsep dapat digunakan untuk
semua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Hasil penelitian Hardanti et al, (2016) menunjukkan pengembangan modul fisika
berbasis peta konsep pada materi gelombang elektromagnetik SMA Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Medium Jawa Timur diperoleh gain ternormalisasi sebesar 0,3 yang
menunjukkan hasil belajar siswa meningkat dengan kategori sedang. Berdasarkan
penelitian yang sudah ada maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ pengembangan modul fisika SMP berbasis peta konsep pada materi gaya
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan pokok masalah
yaitu :
1. Keterbatasan sumber belajar yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah
2. Guru belum mengembangkan media pembelajaran yang baik
3. Siswa merasa bosan dengan mata pelajaran fisika
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan penelitian ini yaitu :
1. Pengembangan modul pembelajaran fisika SMP berbasis peta konsep untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
2. Penelitian ini hanya pada materi gaya SMP kelas VIII.

1.4. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kevalidan modul fisika SMP berbasis peta konsep untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah
menggunakan modul fisika berbasis peta konsep?
3. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan modul fisika berbasis peta
konsep?

2
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kevalidan modul fisika SMP berbasis peta konsep untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMP.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah
menggunakan modul fisika berbasis peta konsep.
3. Mengetahui respon siswa terhadap penggunaan modul fisika berbasis peta
konsep.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Modul fisika SMP berbasis peta konsep diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa
2. Modul fisika SMP berbasis peta konsep dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan ajar.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori


2.1.1. Pengertian Modul
Modul adalah paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman
belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran Setiyadi et al, (2017). Menurut Linda et al, (2018).
Modul merupakan bahan ajar yang disajikan secara sistematis dan lengkap, sehingga
siswa dapat menggunakan untuk belajar mandiri di sekolah maupun di rumah
2.1.2. Peta Konsep
Peta konsep adalah suatu teknik mencatat yang mengkombinasikan antara
gambar, simbol, warna, huruf dan kata-kata yang saling berkaitan sebagai penjelasan
dari suatu hal Rahayu et al, (2017). Dalam proses pembelajaran, peta konsep dapat
digunakan untuk semua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Hardanti et al, 2016 (dalam Haris, 2005:18) mengemukakan kelebihan peta konsep
bagi guru dan siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat
pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan.
2. Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran,
hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek
verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti
makna yang diberikan.
3. Pemetaan konsep menolong guru memiliki aturan pengajaran berdasarkan
kerangka kerja yang hirarki.
4. Peta konsep membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengajaran konsep.
Sedangkan kelebihan peta konsep bagi siswa adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses
belajar yang bermakna yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya
ingat belajarnya.
2. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas perpikir siswa, yang pada
hakikatnya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.
3. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan
memudahkan belajar.

4
4. Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih
komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan miskonsepsi.
2.1.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran yang didapat
berdasarkan bagaimana pembelajaran itu diterima oleh siswa. Hasil belajar juga
menggambarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya Samiasih et al, (2015). Menurut Subadi, (2013), hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku pada siswa yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dari
sebelumnya. Menurut Bloom et al, (1956), aspek dalam hasil belajar dikelompokan
ke dalam tiga domain yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap domain
disusun dalam beberapa jenjang kemampuan mulai dari hal yang mudah sampai
dengan hal yang sukar. Dalam penelitian ini hanya terbatas pada aspek kognitif,
adapun komponen-kompen dalam aspek kognitif yaitu :
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untu
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis, kemampuan menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat
membentuk suatu struktur yang memiliki pola baru.
6. Evaluasi, kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaiaan serta
pertimbangan dari nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

2.1.4. Materi Gaya


a. Pengertian gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan perubahan
bentuk benda, arah gerak benda dan kecepatan gerak benda. Jika gaya yang bekerja
pada suatu benda, selama gaya itu bekerja, kecepatan gerak benda akan selalu
bertambah atau berkurang secara teratur. Jika benda mula-mula dalam keadaan
bergerak dan bekerja berlawanan arah dengan arah gerak benda, kecepatan gerak

5
benda akan berkurang secara teratur dan pada suatu saat benda tersebut akan
berhenti. Benda dalam keadaan ini disebut mengalami gerak diperlambat beraturan.
Sebaliknya, jika gaya tersebut searah dengan arah gerak benda, benda akan
mengalami pertambahan kecepatan secara teratur benda dalam keadaan ini disebut
mengalami gerak dipercepat beraturan.
b. Resultan Gaya (Paduan Gaya)
Dua atau lebih gaya yang bekerja pada sebuah benda dalam satu garis kerja
disebut resultan gaya. Resultan gaya diberi simbol R, resultan gaya dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Gaya-gaya yang segaris dan searah
Jika dua buah gaya F1 dan F2 segaris kerja dan searah. Besar
resultan kedua gaya tersebut adalah jumlah kedua gaya. Arah resultan gaya ini
searah dengan kedua gaya. Jika gaya-gaya yang segaris dan searah lebih dari
satu, besar resultan gaya-gaya tersebut adalah jumlah semua gaya itu. Secara
matematis dapat ditulis :
R=F 1 + F2 + F 3 +.............................................pers 1.
2) Gaya-gaya yang segaris dan berlawanan arah
Jika ada lebih dari dua gaya yang segaris dan berlawanan arah, gaya yang
mempunyai arah ke kanan bertanda positif, sedangkan gaya yang mempunyai
arah ke kiri bertanda negatif. Secara sistematis dapat ditulis:
R=−F 1+ F 2 + F3 +.............................................pers 2.
c. Macam-macam Gaya
Gaya dapat dibedakan menjadi gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh
adalah gaya yang bekerja melalui sentuhan. Contohnya gaya otot, gaya gesek dan
gaya mesin. Sedangkan gaya tak sentuh adalah gaya yang dapat bekerja walaupun
tanpa sentuh. Contohnya gaya listrik, gaya magnet dan gaya gravitasi bumi.
d. Hukum Newton
 Hukum I Newton. Bunyi Hukum I Newton menyatakan bahwa
jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda akan diam
atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap ( ΣF=0 ¿
 Hukum II Newton. Hukum II Newton menjelaskan bahwa
percepatan benda sebanding dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan

ΣF
a=
massa. m )
¿
 Hukum III Newton. Hukum III Newton menyatakan bahwa
gaya yang kita berikan (gaya aksi) pada suatu benda akan menimbulkan adanya gaya

6
yang melawan (gaya reaksi) Gaya aksi dan reaksi bekerja pada dua benda berbeda. (
F a k �慡i =−F r e a ksi )
2.2. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan pada saat pelaksanaan PPL
ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran di kelas media atau sumber belajar yang
digunakan masih terbatas pada buku yang sudah ada sebagai sumber belajar, sehingga
dapat menyebab rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat
digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut.

Masih menggunakan buku


Hasil
cetak
belajar kognitif peserta didik rendah
Kondisi Awal

Hasil belajar
Mengembangkan modul fisika berbasis
Tindakan kognitif peserta didik meningkat
peta konsep

Diduga:
Kondisi
Penggunaan modul fisika berbasis peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik
Akhir

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

2.3. Hipotesis
Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil
belajar kognitif siswa pada materi gaya dengan menggunakan modul fisika berbasis peta
konsep
H0 =Tidak ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah
menggunakan modul fisika berbasis peta konsep.
Ha =Ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah menggunakan
modul fisika berbasis peta konsep.

7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian itu bertujuan untuk menghasilkan modul fisika berbasis peta konsep
untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran fisika di SMP Negeri
Siso. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Research
and Development (R&D) menggunakan model pengembangan Thiagarajan (1974),
yakni model 4-D (Define, Design, Develop and Disseminate), akan tetapi pada
penelitian ini hanya diadopsi sampai pada model yang ketiga, yakni tahap Develop
(pengembangan). Adapun langkah-langkah model 4-D yaitu :
1. Define
Tujuan dari tahap ini yaitu menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-
kebutuhan dalam pengembangan modul fisika SMP berbasis peta konsep. Penetapan
pengembangan dibutuhkan beberapa langkah seperti, langkah pengumpulan
informasi, studi literatur dan studi lapangan, tahap ini meliputi lima langkah pokok
yaitu :
a. Analisis Awal (front analysis)
Pada tahap ini, peneliti mendapatkan masalah mendasar di SMP Negeri
Siso. Beberapa fakta dan permasalahan yang ditemukan memudahkan peneliti
untuk mencari solusi alternatif untuk menjawab permasalahan.
Beberapa masalah yang teridentifikasi antara lain pembelajaran di dalam
kelas media atau sumber belajar masih terbatas pada buku cetak dan materi yang
disajikan masih bersifat abstrak yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut dipilih sebuah solusi mengembangkan
modul fisika SMP berbasis peta konsep pada materi gaya untuk meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa.
b. Analisis Siswa (learner analysis)
Analisis siswa bertujuan untuk menelaah karakteristik siswa SMP secara
umum meliputi kemampuan, latar belakang pengetahuan dan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Hasil dari wawancara siswa secara pengamatan
dalam kelas menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki cara belajar tersendiri
dalam memahami materi belajarnya. Sehingga dalam proses pembelajaran

8
diperlukan media pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk
memahami materi dengan berbagai cara belajar. Pengembangan modul
pembelajaran fisika SMP berbasis peta konsep dianggap perlu untuk
memfasilitasi berbagai cara belajar siswa.
c. Analisis Konsep (concept analysis)
Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun
secara sistematis bagian-bagian utama yang relevan yang akan dipelajari siswa
yang ada pada modul dan berdasarkan analisis awal dan akhir. Untuk
mengembangkan modul ini, materi yang dipilih yaitu gaya. Langkah pertama
pada analisis materi ini yaitu melakukan indentifikasi KD yang terdapat pada
silabus dan membuat susunan kegiatan siswa yang nantinya akan menjadi isi
dalam modul.
d. Analisis Tugas (task analysis)
Analisis tugas mencakup materi dan tujuan pembelajaran. Tahap ini
merupakan dasar untuk merumuskan indikator pembelajaran dan hasil belajar
kognitif siswa yang akan dikembangkan dalam modul fisika berbasis peta
konsep pada materi gaya.
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)
Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk menkoversikan tujuan
dari analisis materi dan analisis tugas. Tujuan pembelajaran dirumuskan tujuan
umum yang tercantum pada kurikulum 2013
2. Design (Perancangan)
Tahap ini dilakukan untuk membuat modul sesuai dengan kerangka isi hasil
analisis kurikulum dan materi. Fokus tahap ini yaitu menyusun sebuah modul fisika
berbasis peta konsep pada materi gaya untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Penyusunan kerangka isi modul ini melalui beberapa langkah, diantaranya :
a. Penyusunan Tes Acuan Kriteria (Constracting Criterion-Referenced
Test)
Pada tahap ini, peneliti menyusun instrumen yang digunakan untuk
menilai kelayakan modul yang dikembangkan (instrumen validasi), serta
menyusun instrumen untuk menilai hasil belajar kognitif siswa (instrumen soal
pre-test dan posttest), serta respon siswa (instrumen angket respon siswa).

9
b. Pemilihan media
Kegiatan pemilihan media ini dilakukan untuk menentukan media yang
tepat untuk materi pembelajaran. Proses pemilihan media disesuaikan dengan
analisis materi pada modul pengembangan.
c. Pemilihan format
Format modul disesuaikan dengan format modul yang bertujuan untuk
menemukan konsep dengan memenuhi kriteria baik, menarik, memudahkan dan
membantu dalam pembelajaran fisika dan meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Adapun format modul pada penelitian pengembangan ini sebagai berikut :
1) Halaman muka (cover)
2) Kata pengantar
3) Daftar isi
4) Petunjuk penggunaan modul
5) Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator
6) Tujuan Pembelajaran
7) Materi kegiatan Siswa
8) Daftar pustaka
3. Develop
Tahap pengembangan dilakukan dengan cara menilai isi dan keterbacaan
pengembangan modul draft 1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan
produk akhir modul. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a) Validasi Modul
Validasi adalah kegiatan untuk mengetahui valid tidaknya suatu modul
dengan kriteria-kriteria tertentu. Dalam hal ini, validasi dilakukan para pakar
yang terdiri oleh ahli materi, ahli media dan guru fisika SMP. Hasil validasi
dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran fisika. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar ahli, selanjutnya
dijadikan bahan masukkan untuk memperbaiki modul sebelum diujicobakan.
modul pengembangan ini disebut dengan draft 2.

b) Uji Coba Lapangan


10
Tujuan utama pelaksanaan uji coba modul adalah untuk mengetahui
sejauh mana respon siswa terhadap modul. Uji coba lapangan ini menggunakan
modul draft 2 dan dilakukan secara dua tahap, yaitu uji keterbacaan (terbatas) dan
uji coba operasional. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keterbacaan
modul draft 2 sebelum digunakan dalam uji coba lapangan operasional.
Sedangkan uji coba lapangan operasional adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan modul fisika berbasis peta
konsep hasil pengembangan maka dimplementasikan menggunakan desain One
Group Pretest-Posttes Design sebagaimana disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Ujicoba
Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
TAw X T A k Eksp
erimen
Keterangan :
TAw : tes Awal, tes sebelum perlakuan
X : pembelajaran dengan modul fisika berbasis peta konsep
TAk : Tes Akhir, tes sesudah perlakuan
3.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruh subjek penelitian, yakni siswa SMP Negeri Siso
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti, yaitu siswa kelas VIII SMP
Negeri Siso
3.3. Instrumen dan alat pengumpulan data
Instrumen dan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Soal test
2. Lembar angket validasi modul
3. Lembar angket respon siswa

3.4. Teknik Analisis Data

11
Data yang dianalisis pada penelitian ini meliputi analisis angket validitasi modul,
analisis butir soal pre-test dan postest, uji coba hipotesis dan analisis angket respon
siswa terhadap modul fisika. Berikut ini uraian dari masing-masing instrumen yang
dianalisis.
1. Analisis Validasi Modul
Hasil dari angket validasi dilakukan analisis dengan rumus sebagai berikut
Rumus yang digunakan untuk menghitung presentasi sebagai berikut :
Σ ( J awaban x t iapb obot p ili h a n )
P ersentase= x 100
n x b obot t ertinggi
Keterangan :
Σ: Jumla h
n : Jumlah angket
Rumus diatas digunakan sebagai ketentuan dalam
memberikan makna dan pengambilan keputusan, maka
digunakan ketetapan yang dijelaskan pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2. Kriteria Hasil Validasi
Tingkat Pencapaian Kategori Ketererangan

90% - 100% Sangat tinggi Tidak perlu


direvisi
70% - 89% Tinggi Tidak perlu
direvisi
50% - 69% Cukup Direvisi
30% - 49% Kurang Direvisi
≤ 29% Sangat kurang Direvisi

2. Analisis Butir Soal dan Uji Hipotesis


a. Validalitas
berguna untuk mengetahui kevalidan atau kesesuaian angket yang digunakan
untuk menggunakan prinsip mengkorelasi atau menghubungkan antara masing-
masing skor item dengan skor total yang di peroleh. Untuk menghitung
validalitas soal menggunakan persamaan :

N . ∑ xy−( ∑ x ).( ∑ y )
r xy =
√ N . ∑ x2−( ∑ x )2 .( N . ∑ y 2−(∑ y )2 )
12
Keterangan :
= Koefesien korelasi antara dua kelompok
r xy
N = Jumlah subjek penelitian
X = Jumlah skor kelompok pertama
Y = Jumlah skor kelompok kedua
Harga xy tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel dengan
taraf signifikansi 5%, suatu butir soal dikatakan valid jika harga r hitung > rtabel, dan
kriteria Validitas ditunjukan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kriteria validitas butir soal
Angka Korelasi Kriteria
0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Cukup


0,200 - 0,400 Rendah

0,001 - 0,200 Sangat Rendah

0,000 Tidak Valid


Dilihat dari hasil uji validitas soal yang diambil untuk penelitian adalah
soal yang memiliki kriteria rendah hingga sangat tinggi dengan angka korelasi
dimulai dari 0,200 sampai 1,000.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika taraf kepercayaan
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Persamaannya :
2 r xy
r 11 =
1+r xy

Keterangan :

13
koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r 11 =
= korelasi antara skor-skor tiap belahan tes
r xy
Apabila harga r11 dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% , jika r11
> rtabel maka instrumen dalam penelitian ini bersifat reliabel. Kriteria reliabilitas
butir soal ditunjukan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria reliabilitas butir soal
Rentang Kriteria

0,80 - 1,00 Sangat


Tinggi
0,60 - 0,79 Tinggi
0,40 - 0,59 Sedang
0,20 - 0,39 Rendah

0,01 - 0,19 Sangat


Rendah
0,00 Tidak
Valid
Dilihat dari hasil uji reliabilitas soal yang diambil untuk penelitian adalah
soal yang memiliki kriteria rendah sampai ke tinggi dengan rentang antara 0,20
sampai 0,79
c. Daya beda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dapat
membedakan mana yang perlu digunakan dan mana yang tidak.
Persamaanya :
J B A−J B B
DP =
JSA
Keterangan :
DP = daya pembeda butir soal
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawabbenar
JSA = Jumlah siswa kelompok atas
Kriteria daya pembeda soal ditunjukan pada ditunjukan pada Tabel 3.5

Tabel 3.5. Kriteria daya pembeda


DP Kualitifikasi

14
0,70-1,00 Baik Sekali
0,40-0,69 Baik
0,20-0,39 Cukup
0,00-0,19 Jelek
0,00 Tidak baik harus di buang

d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Semakin besar indeks tingkat kesekuran yang diperoleh dari hasil perhitungan,
berarti semakin mudah soal itu. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir
soal digunakan persamaan :
B
P=
J
Keterangan :
= Indeks Kesukaran
P
= Banyaknya siswa yang menjawab benar
B
J = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal ditunjukan pada Tabel 3.6.


Tabel 3.6. Kriteria kesukaran soal
Rentang Nilai TK Kriteria
0, 70-1, 00 Soal Mudah
0, 30- 0, 69 Soal Sedang
0, 00-0, 20 Soal Sukar

1) Uji t
Rumus yang digunakkan untuk menghitung uji t adalah :

15
x1 −x 2
t=

Keterangan:
√( )
s
n1
12
+
s
22
n2

= rata-rata skor posttest


x1
= rata-rata skor pretest
x2
= jumlah siswa / warga belajar pada saat posttest
n1
= jumlah siswa / warga belajar pada saat pretest
n2
= variansi rata-rata posttest
s2
1

= variansi rata-rata pretest


s
22

2) Uji N-gain
Analisis hasil belajar kognitif siswa bertujuan untuk melihat peningkatan hasil
belajar kognitif siswa dengan modul fisika SMP berbasis peta konsep pada materi
Gaya menggunakan Uji Gain Ternormalisasi. Gain ternormalisasi (g) memberikan
gambaran umum peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) sebagai berikut :
s k o r p o s tes−s k o r p r e t es
(g) =
s k o r i d e al−s k o r p r e t e s
Adapun kriteria nilai gain ternomalisasi ditunjukkan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kriteria Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai Gain Ternomalisasi Keterangan
g=0 Tetap
0 < g < 30 Rendah
30 ≤ g < 70 Sedang
70 ≤ g ≤ 100 Tinggi

3. Analisis Respon Siswa


16
Respon siswa setelah menggunakan modul fisika berbasis peta konsep yang
dilakukan dengan mengubah nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Respon siswa
pada angket dianalisis dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data
lembar angket siswa dilakukan dengan cara menghitung dan memaparkan data yang
diperoleh dari analisis lembar angket siswa. Cara pengisian lembar angket siswa
yaitu dengan tanda centang (√) pada kolom 1,2,3, dan 4 dengan kriteria yang
ditunjukan pada Tabel 3.8.
Pengubahan nilai kuantitif ini disesuaikan dengan keterangan pada Tabel
Tabel 3.8. Skala likert angket respon siswa
Skor Kriteria
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak setuju
3 Setuju
4 Sangat Setuju
Untuk menghitung persentase siswa digunakan persamaan :

J u mla h s k o r r e s pon s i s wa
Pe r setase= x 100 %
J u m lah m a k sima l s k o r

Kriteria presentase analisis respon siswa ditunjuk pada Tabel 3.9.


Tabel 3.9. Kriteria nilai angket respon siswa
Skor (%) Kriteria
5 81-100 Sangat baik
4 61-80 Baik
3 41-60 Cukup
2 21-40 Kurang baik
1 0-20 Jelek

DAFTAR PUSTAKA

17
Abulia Realita., S. S. (2016). Pengembangan modul fisika berbasis sains teknologi
masyarakat (STM) pada materi fluida statis untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa SMA kelas X. Jurnal Inkuiri, 5(3): 113-121.
Asri Sudaryati., S. S. (2017). Pengembangan modul fisika berbasis masalahpada materi
listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X
SMA/MA. Jurnal Inkuiri, 6(3): 127-140.
Desy Nurdiasari., S. (2017). Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis kontekstual
disertai cergam materi listrik dinamis SMA kelas X. Jurnal Pembelajaran Fisika,
6(1): 22-29.
Eka Karunia Hardanti., S. C. (2016). Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis
peta konsep pada materi gelombang elektromagnetik kelas XI SMAN Dolopo
kabupaten Madium Jawa Timur. Jurnal Inkuiri, 5(2): 64-70.
Guru, T. A. (2017). IPA Fisika untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Irfandi., R. L. (2018). Pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis learning cycle-5E
pada materi ikatan kimia. Jurnal Kimia dan Pendidikan, 3(2)
Muhammad Wahyu Setiyadi., I. H. (2017). Pengembangan modul pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Journal of
Educational Science and Technology, 3(2): 102-112.
Ni Putu Ayu Samiasih., I. M. (2015). Pengaruh model pembelajaran talking stick berbantuan
video pembelajaran terhadap hasil belajar bahasa indonesia kelas VIII. e-Journal
Edutech Universitas Pendidikan Ganesha 3 (1) .
Siti Dwi Rahayu., T. P. (2017). Pengembangan modul fisika berbasis concept mapping pada
materi elastisitas di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(3): 240-247.
Subadi. (2013). Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga melalui
model pembelajaran cooperative learning metode stad pada materi pokok bangun
ruang sisi datar bagi siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang,
1(1).
Sugiyono, P. D. (2017). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

18

Anda mungkin juga menyukai