Anda di halaman 1dari 21

ILMU UKUR TANAH

12.0.0. IRISAN TEGAK


Salah satu penggunaan alat sipat datar yang sangat penting dan paling umum
adalah untuk menentukan suatu irisan. Umumnya untuk suatu pekerjaan
yang sifatnya memanjang dengan lebar yang sempit, seperti jalan raya,
saluran air dan saluran pembuangan, diperlukan gambar irisan tegaknya
untuk memperlihatkan dengan jelas bentuk profil tanahnya.

Terdapat dua macam irisan yang penting:


a. Irisan memanjang, yaitu irisan tegak sepanjang sumbu utama
b. Irisan melintang, yaitu irisan tegak yang digambarkan tegak lurus
terhadap sumbu utama

Keterangan-keterangan yang disajikan oleh suatu irisan dapat dipakai untuk:


a. menentukan kemiringan yang pantas untuk suatu pekerjaan konstruksi
b. Menghitung volume tanah galian dan timbunan
c. Memberikan data-data kedalaman untuk penggalian atau data ketinggian
untuk penimbunan

12.1.0. Irisan Memanjang


12.1.1. Pelaksanaan Pengukuran Irisan Memanjang
Sebelum suatu irisan memanjang dapat digambarkan, diperlukan pengukuran
sebagai berikut:
a. Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang sumbu utama, dimana data-
data diambil bila terdapat perubahan kemiringan sepanjang sumbu
tersebut (gambar 12.1). Pengukuran sipat datar untuk setiap panjang pita
ukur juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidak
perubahan kemiringan sepanjang sumbu utama tersebut.
b. Pengukuran jarak horizontal harus dilakukan antara semua titik-titik yang
telah diukur kemiringannya. Ukuran jarak selanjutnya dijumlah secara
akumulasi mulai dari titik pertama sampai dengan titik terakhir. Pada
setiap panjang pita ukur dipasang patok untuk dipakai kemudian pada
pengukuran irisan melintang.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 243


ILMU UKUR TANAH

Gambar 12.1.Pengukuran Irisan Memanjang

Perlu dicatat bahwa arah dari irisan harus terlebih dahulu ditentukan (diukur)
dengan teliti dengan menggunakan theodolite. Cara pengukurannya dijelas-
kan pada bab berikut.

12.1.2. Tahap-tahap Pelaksanaan Pengukuran Irisan Memanjang


Umumnya, untuk pengukuran suatu irisan yang panjang diperlukan seorang
juru ukur dan 3 orang pembantu. Juru ukur/pengukur bertugas membaca dan
mencatat/menuliskan hasil pengukuran. Seorang pembantu bertugas sebagai
pemegang rambu dan dua orang pembantu lainnya bertugas untuk
mengukuran jarak sepanjang garis sumbu utama dan memasang patok-patok
jarak sepanjang jarak pita ukur.

Pengukuran sipat datar untuk pengikatan dilaksanakan antara titik pilar yang
diketahui dengan salah satu patok pada irisan tersebut. Tahap pengukuran
irisan dilakukan sebagai berikut:

Pita ukur diletakkan ujungnya pada titik awal dan kemudian dibentangkan
sepanjang jalur irisan. Baik pemegang rambu maupun pengukur jarak harus
bekerja bersama-sama, Sementara pemegang rambu meletakkan rambunya
pada titik awal, pengukur jarak mengukur jarak dan menandai bilamana
terdapat perubahan kemiringan tanah. Pemegang rambu akan meletakkan
rambunya pada titik-titik yang ditandai tersebut. Bilamana jaraknya sudah
mencapai satu pita ukur, pada titik tersebut ditanam patok dan kemudian
pekerjaan dilanjutkan kembali seperti semula sambil seluruh irisan diukur
semuanya.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 244


ILMU UKUR TANAH

Sebagaimana dalam pekerjaan pengukuran lainnya, suatu check (kontrol)


harus dilakukan untuk mengetahui kebenaran hasil ukuran. Dalam hal
pekerjaan irisan, kontrol dilakukan dengan melakukan pengukuran sipat
datar dari titik terakhir ke satu pilar (kontrol Point) yang sudah diketahui
ketinggiannya seperti diperlihatkan pada tabel 12.3.

12.1.3. Pengukuran Ketinggian Potongan (Elevasi Leveling)


Tujuan pengukuran ketinggian potongan, baik memanjang maupun
melintang, adalah untuk menentukan elevasi/ketinggian dari titik-titik
disepanjang garis potongan tersebut diatas permukaan tanah. Sebelum
konstruksi jalan raya, jaringan listrik, trotoar, kanal, saluran pembuangan
direncanakan, diperlukan untuk mencari elevasi permukaan tanah
disepanjang potongan memanjangnya yang diketahui. Potongan memanjang
disepanjang jalur rencana bisa dibuat dengan satu garis seperti pada
perencanaan pembangunan trotoar yang tidak begitu panjang jaraknya, garis
putus-putus untuk perencanaan pembangunan jaringan listrik atau saluran
pembuangan, atau sejumlah garis lurus yang dihubungkan oleh lengkungan
untuk perencanaan pembangunan jalan, rel kereta api maupun kanal. Data-
data pengukuran yang didapat biasanya digunakan untuk menentukan bentuk
dari pada potongannya. Gambar yang memperlihatkan keadaan ketinggian
permukaan tanah pada potongan tersebut biasanya dipakai untuk menentukan
elevasi rencana disepanjang potongan tersebut. Biasanya gambar rencana
terdiri dari potongan memanjang dan potongan melintang yang dihubungkan
dengan beberapa titik yang berpotongan dengan elevasi permukaan tanah asli
untuk mendapatkan perbedaan ketinggian antara elevasi rencana dengan
elevasi permukaan tanah asli, dan biasanya digambar dengan skala vertikal
yang lebih besar dari skala horizontalnya agar perbedaan ketinggian yang
ada dapat terlihat dengan jelas.

12.1.4. Titik Acuan (Stations)


Garis sepanjang potongan biasanya dibentuk dengan memasang patok
disetiap interval yang ditentukan yang panjangnya biasanya tergantung dari
keadaan permukaan tanah maupun tingkat akurasi yang diinginkan. Patok-
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 245
ILMU UKUR TANAH

patok ini juga digunakan untuk membantu mendapatkan elevasi/ketinggian


di titik tersebut. Patok awal pengukuran biasanya disebut dengan patok nol
dan jarak antara titik biasanya dibuat untuk setiap kelipatan, biasanya per
100m, dan jarak tersebut adalah jarak garis horizontal sepanjang garis
potongan tersebut. Jadi patok yang dibuat untuk jarak 100, 200, 300, dan
1000m dari patok awal biasanya disebut patok 1, 2, 3, dan 10 secara
berurutan.

Biasanya, dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan, satuan panjang


biasanya disebut stasion (STA). Panjang satuannya per 1000m, sama dengan
satu stasion (1+000). Angka dibelakangnya biasanya disebut pluses (angka
penambah). Sebagai contoh, jika sebuah titik berada pada jarak 1842,65m
dari titik awalnya, biasanya ditulis 1+842,65. Jika tanda positip dihilangkan,
panjang jarak yang dimaksudkan adalah panjang jarak dalam meter
1842,65m dari titik nol.

Jika pematokan sepanjang potongan dibuat secara berkesinambungan


(continuous), maka patok pada setiap titik pengukuran pada jarak yang sudah
diketahui dari sebuah patok dapat dihitung. Jadi sebuah titik dengan jarak
227,94m didepan titik 8+042,65, adalah sebuah patok titik yang berada di
8042,65m + 227,94m = 8+270,59. Panjang jarak antara patok titik
38+066.77 dengan patok titik 54+043,89 adalah 54043,89m – 3806,77m =
15,977,12m.

Pada pekerjaan pembuatan jalan baru maupun jalan kereta api, pematokan
titik-titik disepanjang arah jalurnya harus dibuat berkesinambungan pada
bagian as jalannya dan jarak yang digunakan pada bagian belokan jalan
adalah panjang lengkungannya, bukan panjang garis lurus yang membentuk
lengkungan tersebut.

12.1.5. Cara Mengerjakan Pengukuran Ketinggian Lokasi (Field Routine of


Profile Leveling
Perbedaan secara prinsip antara pengukuran beda tinggi (differential
leveling) dan pengukuran ketinggian lokasi (Profile leveling) adalah hanya
dalam jumlah bacaan rambu dimuka yang diambil dalam setiap posisi alat
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 246
ILMU UKUR TANAH

diletakkan. Pada pengukuran beda tinggi, hanya satu saja bacaan rambu
muka dibaca setiap posisi alat diletakkan, sedangkan pada pengukuran
ketinggian, dapat dilakukan banyak pengukuran bacaan rambu dimuka
disetiap posisi alat diletakkan.

Theori yang digunakan pada kedua cara ini adalah sama. Acuan awal berada
pada sebuah BM yang elevasinya sudah diketahui dan didapatkan sebagai
bacaan rambu belakang (Back Sight = BS). Untuk mengetahui ketinggian
garis bidik alat, bak ukur kemudian dipindahkan ketitik-titik yang diinginkan
secara berlanjut untuk mencari ketinggian di titik-titik tersebut. Semua
bacaan rambu dititik-titik tersebut disebut bacaan rambu tengah
(Intermediate Fore Sight = IFS). Elevasi dititik tersebut dapat dicari dengan
mengurangi bacaan benang tengah dititik-titik tersebut dengan ketinggian
garis bidik. Titik terakhir yang dicari setelah titik-titik untuk bacaan rambu
tengah disebut sama, bacaan rambu muka (FS = fore Sight) yang digunakan
sebagai titik untuk dilakukannya perpindahan posisi alat. Dengan cara yang
sama, dilakukan pengukuran selanjutnya sampai ketitik terakhir dari proyek
yang dikerjakan. Cara pengukuran diatas disebut pengukuran ketinggian di
lokasi proyek.

Cara pengukuran ketinggian lokasi dapat dilihat pada gambar 12.2. Alat
penyipat datar diset diposisi A dan bacaan rambu belakang dibaca pada
sebuah titik BM yang elevasinya sudah diketahui (posisi BM tidak terlihat
dalam gambar). Kemudian dilakukan pembacaan rambu tengah di titik-titik
0+000, 0+025, 0+050, 0+061, 0+075 dan 0+100. Diambilnya bacaan pada
titik 0+061 dikarenakan adanya perubahan slope ketinggian tanah dari + ke -.
Jarak ketitik tersebut dapat diambil dengan meteran dari titik 0+050.
Sebelum alat dipindahkan ke posisi B, ketinggian titik TP1 diambil sebagai
bacaan rambu muka. Dari posisi alat di B, ambil kembali tinggi garis bidik di
TP1 sebagai bacaan rambu belakang. Kemudian dilakukan pembacaan
rambu tengah untuk titik-titik 0+113, 0+118, 0+121, 0+125, 0+140, 0+150,
0+155 dan 0+175 secara berturut-turut. Dan sebelum alat dipindahkan
keposisi C, ketinggian titik TP2 diambil sebagai bacaan rambu muka. Dari
posisi alat di C, ambil kembali tinggi garis bidik TP2 sebagai bacaan rambu

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 247


ILMU UKUR TANAH

belakang. Kemudian dilakukan pembacaan rambu tengah untuk titik-titik


0+200, 0+218, 0+225, 0+250, 0+270, dan 0+275 secara berturut-turut.
Terakhir, baca garis bidik di titik TP3 sebagai bacaan rambu muka.Titik-titik
tersebut adalah titik-titik yang perlu diketahui elevasinya sebagai mewakili
perbedaan ketinggian disepanjang garis potongan memanjang tersebut.

Gambar 12.2. Profile Levelling

Pembacaan semua hasil pengukuran sudah selesai untuk setiap interval 25m
dan untuk titik-titik tertentu yang mempunyai perbedaan kemiringan yang
besar/ekstrim. Posisi alat diletakkan tidak harus berada di garis potongan
untuk pengukuran. Pada kenyataannya, letak posisi alat yang terbaik
biasanya berada sekitar 9m sampai 15m dari garis potongan, khususnya pada
pengamatan untuk bacaan rambu tengah karena banyak titik-titik untuk
bacaan rambu tengah bisa diambil dengan mudah dan lebih cepat. Titik-titik
acuan (BM) biasanya didirikan di lokasi proyek dan elevasinya (ketinggian)
didapat dengan cara pengukuran beda tinggi (Differential Leveling).
Pengukuran ini dilaksanakan sebelum mengerjakan pengukuran ketinggian
titik-titik (Profile Leveling) dilokasi sepanjang potongan. Ketika melakukan
pengukuran ketinggian (Profile Leveling), akurasi pengukuran bacaan rambu
belakang dan bacaan rambu muka pada titik BM dan titik peralihan (turning
pint) haruslah sama akurasinya dengan pengukuran mendapatkan elevasi di
titik-titik acuan (BM) melalui cara beda tinggi (Differential leveling),
biasanya dengan akurasi 0,001m. Melaksanakan pengukuran dengan akurasi
seperti ini sangat penting untuk menjaga akurasi pengukuran ketinggian
disepanjang lokasi garis potongan secara menyeluruh. Jika bacaan rambu

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 248


ILMU UKUR TANAH

tengah sepanjang garis potongan di daerah lahan kosong/datar, bacaan rambu


bisa dilakukan hanya pada akurasi 0,01m, Namun, jika keseluruhan lokasi
akan diperuntukan untuk pekerjaan perataan permukaan, mungkin pada saat
melakukan pembacaan rambu tengah akan menggunakan akurasi yang lebih
tinggi lagi, missal 0,001m, tergantung dari maksud penggunaan permukaan
tersebut. Hasil pekerjaan pengukuran ketinggian lokasi ini (Profile Leveling)
kemudian dikoreksi dengan hasil pekerjaan menentukan elevasi BM dengan
cara Pengukuran beda tinggi (Differential leveling) yang sebelumnya sudah
dikerjakan.

Jika penetapan titik-titik BM di lokasi proyek belum dikerjaan terlebih


dahulu, maka pekerjaan ini dapat juga dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pengukuran ketinggian lokasi. Jarak antara BM satu ke BM
lainnya biasanya berisikan 10 sampai 20 titik pengukuran bila akurasi
pengukuran untuk beda tingginya sedang. Namun sangat perlu juga
dipertimbangkan bahwasanya total beda tinggi yang terjadi diantara titik-titik
tersebut jangan melebihi 60cm. Penempatan titik-titik BM ini sedemikian
rupa sehingga tidak terganggu selama pekerjaan proyek berlangsung.
Ketinggian titik-titik BM ini juga perlu dicheck berulang-ulang untuk
menjaga keabsahannya.

Cara pentabelan hasil-hasil pengukuran untuk cara pengukuran beda tinggi


(Differential leveling) sama dengan cara pentabelan pengukuran
ketinggian/elevasi situasi lokasi (Profile leveling), kecuali dengan adanya
penambahan kolom yang diperuntukkan untuk mencatat data hasil-hasil
bacaan rambu tengah pada pengukuran ketinggian/elevasi situasi lokasi
(Profile leveling). Bentuk tabel dan perhitungan dari hasil pengukuran
dengan cara pengukuran ketinggian/elevasi situasi lokasi (Profile leveling)
dapat juga dilihat pada tabel di bawah ini.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 249


ILMU UKUR TANAH

Tabel 12.1 Pengukuran Ketinggian Situasi Lokasi (Profile Leveling)


PENGUKURAN KETINGGIAN SITUASI LOKASI (PROFILE LEVELING)
25-Sep-86
BACAAN RAMBU LEVEL ALAT :GALLIO B.
STA NAI TURU ELEVA
BL TG DP #
RAMB
(m) K N SI RAMBU: MARSEDES P.
N
KG
1.27 H U#
BM 898.58
0+000 4 1.58 -0.311 898.269
0+025 1.40
5 0.183 898.452
0+050 1.18
2 0.213 898.665
0+061 1.15
9 0.031 898.696
0+075 1.49
8 -0.336 898.360
0+100 1.28
4 0.214 898.574
TP-1 0.36 0 1.32 -0.043 898.531
0+113 9 1.34 3 -0.972 897.559
0+118 3.01
1 -1.677 895.882
0+121 1.61
8 1.403 897.285
0+125 1.52
5 0.091 897.376
0+140 1.18
4 0.335 897.711
0+150 1.37
9 -0.183 897.528
0+155 1.64
2 -0.274 897.254
0+175 0.67
6 0.975 898.229
TP-2 1.11 1 0.32 0.342 898.571
0+200 9 0.73 9 0.387 898.958
0+218 0.33
2 0.397 899.355
0+225 0.57
5 -0.244 899.111
0+250 9
2.56 -1.981 897.130
0+270 3.44 -0.884 896.246
0+275 3.71
4 -0.275 895.971
TP3 9 3.80 -0.082 895.889
ΣBS= 2.76 ΣFS 1
5.45 895.889
2- = 3 -898.58
5.45
- -2.691 CHECK
2.69

Contoh lain dari catatan ukuran suatu irisan yang pendek dari sebuah
panjang jalan AB dapat juga dilihat pada tabel 12.2.

Tabel 12.2. Pengukuran Tinggi Titik Sepanjang Garis AB

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 250


ILMU UKUR TANAH

RAMBU
TURU ELEVAS JARA
MUK NAIK CATATAN
BLKG TGH N I TITIK K
A
4.365 210.210 Ordnance BM1
2.150 1.045 0 Garis Pusat Jalan A
1.580 20 Garis Pusat Jalan
1.880 40 Garis Pusat Jalan
1.950 2.030 60 Garis Pusat Jalan
1.390 80 Garis Pusat Jalan
1.500 100 Garis Pusat Jalan
1.600 1.700 120 Garis Pusat Jalan
1.576 3.850 CP
3.006 Ordnance BM1

Tabel 12.3. Check Pengukuran Tinggi Titik Sepanjang Garis AB


RAMBU
TURU ELEVAS JARA
MUK NAIK CATATAN
BLKG TGH N I TITIK K
A
4.365 210.210 Ordnance BM1
2.150 1.045 3.320 213.530 0 Garis Pusat Jalan A
1.580 0.570 214.100 20 Garis Pusat Jalan
1.880 0.300 213.800 40 Garis Pusat Jalan
1.950 2.030 0.150 213.650 60 Garis Pusat Jalan
1.390 0.560 214.210 80 Garis Pusat Jalan
1.500 0.110 214.100 100 Garis Pusat Jalan
1.600 1.700 0.200 213.900 120 Garis Pusat Jalan
1.576 3.850 2.250 211.650 CP
3.006 1.430 210.220 Ordnance BM1

11.641 11.631 4.450 4.440 210.220


-11.631 -4.440 -210.210
0.010 0.010 0.010

12.2.0. Menggambar Situasi Lokasi (Plotting the Profile)


Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sangatlah diperlukan
gambar situasi lokasi. Gambar ini harus disajikan pada selembar kertas yang
umum digunakan. Warna pada garis-garis vertikal maupun horizontal yang
ada harus dibuat berbeda, biasanya warna hijau, biru dan kuning dan
skalanya harus mempertimbangkan tersajinya data-data jarak dan ketinggian
di setiap titik-titik yang diukur dengan baik dan jelas. Kertas jenis ini
biasanya disebut kertas gambar situasi. Jika hanya sebuah gambar potongan
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 251
ILMU UKUR TANAH

situasi saja dihasilkan, diperlukan sebuah kertas gambar yang berkwalitas


baik. Jika diperlukan beberapa copyan gambar tersebut, dapat menggunakan
kwalitas kertas gambar yang tipis atau dapat juga dicopy di kertas kalkir.

Skala penggambaran dipilih sedemikian sehingga skala horizontal sama


dengan skala perencanaan. Bila dibandingkan dengan panjang irisan,
perbedaan tinggi titik-titik sepanjang irisan akan lebih kecil sehingga skala
tinggi (vertikal) dibuat lebih besar agar perbedaan tinggi dapat dilihat dengan
jelas. Biasanya skala tinggi lebih besar 10 kali dari skala horizontal seperti
dapat dilihat pada gambar 11.3
Skala horizontal 1:500
Skala vertikal 1:50

Umumnya jenis kertas gambar situasi yang tersedia berisi garis-garis vertikal
dan horizontal. Pembaginya berbentuk segi-empat dengan jarak antara garis
horizontalnya sebesar 5mm yang umumnya mewakili ketinggian sebesar
10cm, 20cm maupun 100cm dan jarak antara garis vertikal sebesar 50mm
mewakili 25m, 50m, maupun 100m, tergantung total perbedaan tinggi yang
ada disepanjang garis potongan tersebut, jumlah pembesaran skala vertikal
yang diinginkan, panjang garis horizontal dan persyaratan skala yang
diminta.

Ketebalan setiap garis vertikal maupun horizontal sama kecuali untuk setiap
5 pembagi garis horizontal dan untuk setiap 10 pembagi garis vertikal
ketebalan garisnya dibuat lebih tebal.

Kemudian dicari tinggi titik-titik yang paling rendah pada tabel hasil
hitungan tadi. Dengan demikian dapat ditentukan suatu garis acuan vertikal
sembarang yang tingginya lebih rendah dari titik yang terendah tersebut.
Biasanya dipilih suatu garis yang tingginya sebesar perkalian sepuluh dari
tinggi titik nol.).

Jarak-jarak horizontal tadi kemudian digambarkan sepanjang garis acuan dan


pada setiap titik ditarik garis tegak lurus

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 252


ILMU UKUR TANAH

Sebagai contoh, sebuah gambar situasi potongan (gambar 12.3)


menunjukkan situasi potongan dari hasil pengukuran yang disajikan pada
tabel 12.1. Dari hasil pengukuran, elevasi tertinggi yang digunakan digambar
899.00m dan terkecil 895.00m dikarenakan total beda tinggi yang ada hanya
2,65m saja. Jadi, Sebagai acuan tingginya adalah 895.00m dari titik nol
(Ordonance datum). Kemudian pada setiap titik digambar ketinggiannya
sesuai dengan skala tinggi (vertikal). Titik-titik tersebut dihubungkan dan
menghasilkan satu bentuk profil sepanjang irisan. Garis penghubung tidak
boleh garis lengkung oleh karena pengukuran tinggi dilakukan pada setiap
ada perubahan ketinggian sehingga antara dua titik dianggap kemiringannya
tetap.

Setiap bagian skala horizontal mewakili beda tinggi sebesar 20cm atau setiap
5 bagian skala horizontal mewakili beda tinggi sebesar 1,00m. Titik terendah
dan tertinggi dari situasi potongan ini disajikan pada jarak 0 (STA 0+000).
Untuk setiap pembagi jarak vertikal mewakili jarak per 25m. Oleh karena
interval ketinggian dan jarak sudah ditentukan, maka elevasi disetiap titik-
titik yang sudah diukur dapat diletakkan dengan mudah.

Sering sangat efisien meletakkan beberapa gambar situasi yang diinginkan,


gambar elevasi permukaan tanah asli, gambar elevasi rencana, dan gambar
elevasi lainnya, disajikan dalam sebuah gambar saja. Misalnya, untuk
gambar perencanaan jalan, tiga garis potongan situasi bisa digambarkan
sekaligus, yaitu garis tengah jalan (center line) dan garis dikedua sisi jalan.
Ketiga garis potongan ini perlu digambarkan jika ada perbedaan elevasi
antara kedua sisi sisi jalan tersebut pada jarak yang sama. Jika hanya sebuah
gambar saja digunakan untuk menampilkan situasi dari potongan-potongan
yang diperlukan, perlu diberikan warna yang berbeda atau jenis garis yang
berbeda untuk setiap fungsi garis yang berbeda.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 253


ILMU UKUR TANAH

Gambar 12.3. Potongan Memanjang dan Kemiringan Rencana

Jika diinginkan, jenis kertas gambar yang dapat digunakan untuk


menggambarkan situasi dari potongan dan segaligus gambar rencana juga
ada disediakan di pasar. Kertas tersebut dibuat separuh untuk gambar
rencana dan separuh lagi untuk gambar situasi potongan. Gambar rencana
jalan maupun saluran sering menggunakan type kertas seperti ini. Gambar
rencana tersebut dibuat dibagian atas dan gambar situsi potongan dibuat di
bagian bawah kertas gambar.

Setiap informasi yang dibutuhkan agar gambar situasi potongan tersebut bisa
dibaca lebih jelas sangatlah perlu diberikan, misalnya nama jalan atau sungai
dan penjelasan mengenai titik-titik potong yang ada harus diberikan.
Keterangan mengenai lokasi dan elevasi titik-titik BM harus juga diberikan
dalam gambar. Kesemua keterangan gambar ini dapat disajikan dalam satu
kolom yang diberi judul untuk menjelaskan gambar-gambar potongan yang
disajikan, lokasi proyek, skala gambar, tanggal melaksanakan survey, nama
surveyor dan penggambar.

Pada gambar tersebut kemudian dapat ditambahkan suatu usulan timbunan


dan galian sesuai dengan ketentuan yang ada. Pada gambar 12.4 tinggi jalan
baru pada titik A harus sama dengan 211.00m dan jalan tersebut mempunyai
kemiringan1/100 dari titik A (titik 0m) ke titik B (titik 120m). Oleh karena
skala ketinggian diperbesar, maka kemiringan tersebut yang sebenarnya tidak
dapat dilihat pada gambar.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 254


ILMU UKUR TANAH

Untuk menggambarnya dilakukan pekerjaan sebagai berikut:


1. Titik awal A diplot (elev = 211.00m) dan titik keduanya pada jarak 100m
digambarkan dengan ketinggian 1m lebih tinggi dari A (kemiringan
1/100). Kemudian kedua titik tersebut dihubungkan sebagai garis yang
dicari.
2. Kedalaman penggalian yang diperlukan untuk membuat jalan raya
tersebut merupakan jarak antara elevasi permukaan tanah asli dengan
garis permukaan tadi. Oleh karena seluruh skala dan hitungan dilakukan
pada gambar tersebut, maka disebut juga sebagai gambar kerja.
3. Kemudian gambar tersebut dijiplak ke atas kertas transparan, dimana
dibuatkan juga duplikatnya (copyannya) baik dengan mesin photocopy
maupun mesin lightdruck.

12.2.1. Kemiringan Garis Potongan (Grade Lines)


Garis utuh yang disajikan dalam gambar 12.3 memperlihatkan garis
penghubung dari elevasi permukaan tanah asli disepanjang garis potongan
yang telah disurvey. Garis dimana elevasi rencana diinginkan disebut dengan
garis kemiringan rencana (grade lines). Ketika merencanakan jalan raya,
garis kemiringan rencana diperuntukkan untuk elevasi akhir dari garis tengah
(center line). Untuk perencanaan jalan kereta api, garis tersebut
diperuntukkan untuk elevasi akhir dari dasar bantalan rel kereta api.

Maksud utama dari penggambaran situasi potongan adalah untuk membantu


perencana menentukan kemiringan rencana yang diinginkan. Tugas dari
perencana adalah untuk meminimalkan adanya pekerjaan tanah, membuat
panjang potongan memanjang dengan kemiringan sesuai dengan yang
disyaratkan, untuk menyeimbangkan pekerjaan galian dan timbunan
disepanjang garis rencana potongan tersebut.

Untuk menentukan kemiringan rencana yang terbaik dibutuhkan


pengetahuan khusus namun hanya untuk menghemat beberapa ratus m3 saja
pekerjaan tanah untuk mendapatkan kemiringan rencana dapat
menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 255


ILMU UKUR TANAH

12.2.2. Satuan Kemiringan (Rate of Grade)


Adanya kenaikan kemiringan antara garis kemiringan dengan garis
horizontal dinyatakan dalam bentuk ratio seberapa besar jarak vertikal yang
terjadi sehinga naik atau turunnya garis kemiringan tersebut dibandingkan
dengan panjang garis horizontalnya. Jumlah jarak vertikal yang membuat
naik atau turunnya garis kemiringan dalam satuan panjang jarak horizontal
disebut dengan besarnya satuan kemiringan atau gradient. Satuan kemiringan
ini biasanya disajikan dalam bentuk %, yaitu perbandingan jarak vertikal
naik atau turunnya garis kemiringan dengan 100m jarak horizontal garis
potongan. Jika kemiringan rencana naik 2%, artinya setiap 100m panjang
jarak horizontal terjadi kenaikan ketinggian sebesar 2m. Untuk 100m pajang
jarak horizontal terjadi penurunan ketinggian sebesar 0,40m, maka besar
satuan kemiringannya -0,40%

Besarnya kemiringan garis rencana, naik maupun turun, biasanya ditulis


dalam gambar di atas garis kemiringan tersebut. Ketinggian (elevasi)
disajikan pada kedua titik dimana garis tersebut diawali dan diakhiri.
Biasanya titik-titik yang menghubungkan adanya perubahan kemiringan
garis pada gambar dilingkari.

12.2.3. Hitungan Galian dan timbunan


Sebagai tambahan, kedalaman dari galian dan ketinggian dari timbunan
sebaiknya dihitung juga. Caranya sama dengan cara untuk semua masalah
vertikal. Secara umum terdiri dari:
a. Hitunglah ketinggian dari titik yang telah ditentukan
b. Hitunglah ketinggian dari titik-titik yang ada pada rencana pekerjaan
c. Hitunglah selisih antara keduanya. Bila permukaan tanah asli lebih tinggi
dari permukaan rencana, itu adalah galian dan sebaliknya adalah
timbunan.

Pada contoh gambar 12.4, perhitungannya adalah sebagai berikut:


- Elevasi/ ketinggian titik-titik pada permukaan tanah asli dapat dilihat
pada tabel 12.3
- Elevasi/ ketinggian titik-titik pada permukaan rencana:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 256


ILMU UKUR TANAH

Kemiringan rencana jalan AB = 1/100. Jadi, setiap 20m elevasi akan naik
sebesar 1/100 x 20m = 0,200m. Secara keseluruhan,
 Ketinggian titik A =
211,00m
 Ketinggian titik pada jarak 20m dari A =
211,20m
 Ketinggian titik pada jarak 40m dari A =
211,40m
 Ketinggian titik pada jarak 60m dari A =
211,60m
 Ketinggian titik pada jarak 80m dari A =
211,80m
 Ketinggian titik pada jarak 100m dari A =
212,00m
 Ketinggian titik pada jarak 120m dari A =
212,20m
Check:
Kenaikan elevasi sebesar 1,200m terjadi pada jarak antara kedua titik
120,00m (Betul)

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 257


ILMU UKUR TANAH

Gambar 12.4 Potongan Memanjang, Kemiringan Rencana dan Galian dan Timbunan

- Galian atau Timbunan


Bila disetiap titik ukur, ketinggian permukaan tanah aslinya lebih besar
dari ketinggian permukaan rencana pekerjaan, maka pekerjaan
penggalian akan dilakukan pada setiap titik ukur. Sebagai contoh, pada

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 258


ILMU UKUR TANAH

titik ukur awal (0m), tinggi tanah galian adalah (213,530 – 211.000)m =
2,530m.

Karena hitungan dilakukan dengan system tabel, hitungan selanjutnya


dapat dilihat pada tabel 12.4. Tabel ini memperlihatkan pekerjaan galian
dan timbunan yang selalu bersama dengan hitungan profil memanjang.

KETINGGIAN KETINGGIA TINGGI TINGGI


JARAK (m) PERMUKAAN N RENCANA GALIAN TIMBUNAN
(m) (m) (m) (m)

0 213.5300 211.000 2.530 -


20 214.1000 211.200 2.900 -
40 213.8000 211.400 2.400 -
60 213.6500 211.600 2.050 -
80 214.2100 211.800 2.410 -
100 214.1000 212.000 2.100 -
120 213.9000 212.200 1.700 -
Tabel 12.4. Pekerjaan Galian dan Timbunan

12.3.0. Cross-Section (Profil Potongan Melintang)


12.3.1. Pelaksanaan Lapangan
Profil potongan melintang selalu dibuat tegak lurus terhadap jalur profil
memanjang pada titik yang akan ditentukan kemudian. Biasanya profil
potongan melintang ini dibuat pada setiap panjang pita ukur yang dipakai.
Hal-hal yang perlu dilakukan:
a. Buatlah sudut tegak lurus pada titik yang telah ditentukan dengan
bantuan prisma atau alat optis lainnya. Bila daerahnya datar, sudut ini
dapat diduga saja dengan mata. Pasanglah jalon dikedua sisi garis sumbu
tersebut
b. Pengukuran ketinggian harus dimulai dari titik yang diketahui
ketinggiannya dan biasanya diambil titik pusat cross-section sebelumnya
yang terletak pada jalur profil memanjang/garis sumbu. Kemudian
diarahkan ke titik-titik dimana ada perubahan ketinggian pada jalur cros-
section sepanjang garis profil mamanjang tersebut (gambar 12.5) dan
juga pada titik-titik rencana lebar pekerjaan.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 259


ILMU UKUR TANAH

Bila daerahnya datar maka penempatan alat cukup satu kali saja (12.5a),
tetapi bila daerahnya curam maka dibutuhkan beberapa kali penempatan
alat (gambar 12.5b). Setiap cross-section tidak ada hubungannya satu
sama lain. Titik sebagai pusat sebuah cros-section yang terletak pada
garis sumbu biasanya ditandai dengan patok atau BM sementara.
c. Ukurlah jarak-jarak antara titik pengamatan dan periksalah apakah
jumlah titik-titik pengamatan sudah mewakili bentuk cross-section
tersebut.
Prosedure:
Prosedurnya hampir sama dengan pengukuran profil memanjang. 1 orang
surveyor/juru ukur, dengan 3 asisten adalah jumlah yang memadai untuk
pengukuran ini. Tetapi untuk alasan yang lain, 1 surveyor dan 1 assisten
juru ukur sudah cukup.
Tabel 12.4, merupakan buku ukur untuk pekerjaan pengukuran cross-
section pada titik 80m dan 100m.

Gambar 12.5. Pelaksanaan Pengukuran Potongan Melintang

RAMBU
NAI TURU ELEVASI JARA
CATATAN
TG MU K N TITIK K
BLKG
H KA
1.450 214.210 30 Patok Kayu Pd Garis As
0.80
0 80 Kekiri 6,5m dari garis As
0.85
0 80 Kekiri 11,8m dari garis As
1.07 Kekanan 16,2m dari garis
0 80 As

1.320 214.100 100 Patok Kayu Pd Garis As


0.51
0 100 Kekiri 8,0m dari garis As
0.70
0 100 Kekiri 14,1m dari garis As
1.21 Kekanan 6,2m dari garis
0 100 As
1.48 100 Kekanan 17,6m dari garis

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 260


ILMU UKUR TANAH

0 As

Tabel 12.4. Pengukuran Cross-Section Pada STA 80 dan STA 100


12.3.2. Plotting
Penggambaran (plotting) untuk pekerjaan ini, hampir sama dengan
penggambaran pada profil memanjang. Satu hal yang berbeda adalah, profil
melintang (cross-section) di plot dengan skala normal, yaitu skala vertical
sama dengan skala horizontal. Singkatnya, plotting diselesaikan dengan cara
sebagai berikut:
a. Hitunglah tinggi permukaan tanah. Tabel 12.4 adalah data lapangan pada
jarak 80,00m dan hitungan untuk jarak 100,00m diserahkan kepada
pembaca
b. Sebuah garis yang menyatakan ketinggian 210,00 ADD (Above
Ordonance Datum) digambarkan untuk setiap cross-section dan hasil
pengamatan/pengukuran ke kiri dan ke kanan garis sumbu (Center Line)
diplot dengan teliti (gambar 12.4)
c. Buatlah garis tegak lurus pada setiap titik (hasil plot pada langkah b) dan
ukurlah ketinggiannya.
d. Kemudian titik-titik dihubungkan sehingga membentuk gambaran dari
sebagian permuakaan tanah asli.
e. Tinggi rencana untuk pekerjaan selanjutnya didapatkan untuk setiap cross
section dari hitungan pada gambar 12.2. Tinggi rencana untuk cross-
section 80m dan 100m adalah 211,800 dan 212,00m. Tinggi rencana ini
kemudian diplot pada gambar 12.4 dan gambarlah lebar jalan yang
direncanakan, juga sisi-sisi miring yang direncanakan. Pada contoh
gambar 12.3 dan gambar 12.4., rencana lebar jalan adalah 6m dan sisi
miring dengan perbandingan 1/2 untuk vertikal dan horizontal.
Luas daerah yang dibatasi oleh permukaan tanah asli, permukaan rencana
dan sisi-sisi miring merupakan luas daerah yang merupakan
galian/timbunan

Untuk pekerjaan saluran dan selokan, cross-section (penampang melintang)


kadang-kadang tidak diperlukan, karena lebarnya hanya 1 atau 2 meter dan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 261


ILMU UKUR TANAH

bisa dianggap sudah mendatar. Jadi, hanya dilakukan pengukuran profil


memanjang saja.

RAMBU TURU ELEVASI


NAIK JARAK CATATAN
BLKG TGH MUKA N TITIK

1.450 214.210 30 Patok Kayu Pd Garis As


0.800 0.650 214.860 80 Kekiri 6,5m dari garis As
0.850 0.050 214.810 80 Kekiri 11,8m dari garis As
Kekanan 16,2m dari garis
1.070 0.220 214.590 80 As
1.450 1.070 0.650 0.270 214.590
-1.070 -0.270 -214.210
0.380 0.380 0.380

1.320 214.100 100 Patok Kayu Pd Garis As


0.510 0.810 214.910 100 Kekiri 8,0m dari garis As
0.700 0.190 214.720 100 Kekiri 14,1m dari garis As
Kekanan 6,2m dari garis
1.210 0.510 214.210 100 As
Kekanan 17,6m dari garis
1.480 0.270 213.940 100 As
1.320 1.480 0.810 0.970 213.940
-1.480 -0.970 -214.100
-0.160 -0.160 -0.160
Tabel 12.5. Check Pengukuran Cross-Section Pada STA 80 dan STA 100

Gambar 12.4. Cross-Section

Sehubungan dengan saluran dan selokan, biasanya ketinggian yang


dimaksud adalah tinggi dari “invert level”, dan tidak pada ketinggian yang
akan dibentuk. “invert level” disini maksudnya adalah elevasi untuk dimensi
pipa bagian dalam (gambar 12.5). Tetapi untuk kegunaan praktis, biasanya
diambil dasar dari galian.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 262


ILMU UKUR TANAH

Gambar 12.5. Invert Level

Kadang-kadang pipa saluran diletakkan di atas bantalan yang terbuat dari


beton. Dalam hal ini, ketebalan beton harus diperhitungkan pula
(dikurangkan) dari ting “invert level” untuk mendapatkan ketinggian dari
dasar galian.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 263

Anda mungkin juga menyukai