Perlu dicatat bahwa arah dari irisan harus terlebih dahulu ditentukan (diukur)
dengan teliti dengan menggunakan theodolite. Cara pengukurannya dijelas-
kan pada bab berikut.
Pengukuran sipat datar untuk pengikatan dilaksanakan antara titik pilar yang
diketahui dengan salah satu patok pada irisan tersebut. Tahap pengukuran
irisan dilakukan sebagai berikut:
Pita ukur diletakkan ujungnya pada titik awal dan kemudian dibentangkan
sepanjang jalur irisan. Baik pemegang rambu maupun pengukur jarak harus
bekerja bersama-sama, Sementara pemegang rambu meletakkan rambunya
pada titik awal, pengukur jarak mengukur jarak dan menandai bilamana
terdapat perubahan kemiringan tanah. Pemegang rambu akan meletakkan
rambunya pada titik-titik yang ditandai tersebut. Bilamana jaraknya sudah
mencapai satu pita ukur, pada titik tersebut ditanam patok dan kemudian
pekerjaan dilanjutkan kembali seperti semula sambil seluruh irisan diukur
semuanya.
Pada pekerjaan pembuatan jalan baru maupun jalan kereta api, pematokan
titik-titik disepanjang arah jalurnya harus dibuat berkesinambungan pada
bagian as jalannya dan jarak yang digunakan pada bagian belokan jalan
adalah panjang lengkungannya, bukan panjang garis lurus yang membentuk
lengkungan tersebut.
diletakkan. Pada pengukuran beda tinggi, hanya satu saja bacaan rambu
muka dibaca setiap posisi alat diletakkan, sedangkan pada pengukuran
ketinggian, dapat dilakukan banyak pengukuran bacaan rambu dimuka
disetiap posisi alat diletakkan.
Theori yang digunakan pada kedua cara ini adalah sama. Acuan awal berada
pada sebuah BM yang elevasinya sudah diketahui dan didapatkan sebagai
bacaan rambu belakang (Back Sight = BS). Untuk mengetahui ketinggian
garis bidik alat, bak ukur kemudian dipindahkan ketitik-titik yang diinginkan
secara berlanjut untuk mencari ketinggian di titik-titik tersebut. Semua
bacaan rambu dititik-titik tersebut disebut bacaan rambu tengah
(Intermediate Fore Sight = IFS). Elevasi dititik tersebut dapat dicari dengan
mengurangi bacaan benang tengah dititik-titik tersebut dengan ketinggian
garis bidik. Titik terakhir yang dicari setelah titik-titik untuk bacaan rambu
tengah disebut sama, bacaan rambu muka (FS = fore Sight) yang digunakan
sebagai titik untuk dilakukannya perpindahan posisi alat. Dengan cara yang
sama, dilakukan pengukuran selanjutnya sampai ketitik terakhir dari proyek
yang dikerjakan. Cara pengukuran diatas disebut pengukuran ketinggian di
lokasi proyek.
Cara pengukuran ketinggian lokasi dapat dilihat pada gambar 12.2. Alat
penyipat datar diset diposisi A dan bacaan rambu belakang dibaca pada
sebuah titik BM yang elevasinya sudah diketahui (posisi BM tidak terlihat
dalam gambar). Kemudian dilakukan pembacaan rambu tengah di titik-titik
0+000, 0+025, 0+050, 0+061, 0+075 dan 0+100. Diambilnya bacaan pada
titik 0+061 dikarenakan adanya perubahan slope ketinggian tanah dari + ke -.
Jarak ketitik tersebut dapat diambil dengan meteran dari titik 0+050.
Sebelum alat dipindahkan ke posisi B, ketinggian titik TP1 diambil sebagai
bacaan rambu muka. Dari posisi alat di B, ambil kembali tinggi garis bidik di
TP1 sebagai bacaan rambu belakang. Kemudian dilakukan pembacaan
rambu tengah untuk titik-titik 0+113, 0+118, 0+121, 0+125, 0+140, 0+150,
0+155 dan 0+175 secara berturut-turut. Dan sebelum alat dipindahkan
keposisi C, ketinggian titik TP2 diambil sebagai bacaan rambu muka. Dari
posisi alat di C, ambil kembali tinggi garis bidik TP2 sebagai bacaan rambu
Pembacaan semua hasil pengukuran sudah selesai untuk setiap interval 25m
dan untuk titik-titik tertentu yang mempunyai perbedaan kemiringan yang
besar/ekstrim. Posisi alat diletakkan tidak harus berada di garis potongan
untuk pengukuran. Pada kenyataannya, letak posisi alat yang terbaik
biasanya berada sekitar 9m sampai 15m dari garis potongan, khususnya pada
pengamatan untuk bacaan rambu tengah karena banyak titik-titik untuk
bacaan rambu tengah bisa diambil dengan mudah dan lebih cepat. Titik-titik
acuan (BM) biasanya didirikan di lokasi proyek dan elevasinya (ketinggian)
didapat dengan cara pengukuran beda tinggi (Differential Leveling).
Pengukuran ini dilaksanakan sebelum mengerjakan pengukuran ketinggian
titik-titik (Profile Leveling) dilokasi sepanjang potongan. Ketika melakukan
pengukuran ketinggian (Profile Leveling), akurasi pengukuran bacaan rambu
belakang dan bacaan rambu muka pada titik BM dan titik peralihan (turning
pint) haruslah sama akurasinya dengan pengukuran mendapatkan elevasi di
titik-titik acuan (BM) melalui cara beda tinggi (Differential leveling),
biasanya dengan akurasi 0,001m. Melaksanakan pengukuran dengan akurasi
seperti ini sangat penting untuk menjaga akurasi pengukuran ketinggian
disepanjang lokasi garis potongan secara menyeluruh. Jika bacaan rambu
Contoh lain dari catatan ukuran suatu irisan yang pendek dari sebuah
panjang jalan AB dapat juga dilihat pada tabel 12.2.
RAMBU
TURU ELEVAS JARA
MUK NAIK CATATAN
BLKG TGH N I TITIK K
A
4.365 210.210 Ordnance BM1
2.150 1.045 0 Garis Pusat Jalan A
1.580 20 Garis Pusat Jalan
1.880 40 Garis Pusat Jalan
1.950 2.030 60 Garis Pusat Jalan
1.390 80 Garis Pusat Jalan
1.500 100 Garis Pusat Jalan
1.600 1.700 120 Garis Pusat Jalan
1.576 3.850 CP
3.006 Ordnance BM1
Umumnya jenis kertas gambar situasi yang tersedia berisi garis-garis vertikal
dan horizontal. Pembaginya berbentuk segi-empat dengan jarak antara garis
horizontalnya sebesar 5mm yang umumnya mewakili ketinggian sebesar
10cm, 20cm maupun 100cm dan jarak antara garis vertikal sebesar 50mm
mewakili 25m, 50m, maupun 100m, tergantung total perbedaan tinggi yang
ada disepanjang garis potongan tersebut, jumlah pembesaran skala vertikal
yang diinginkan, panjang garis horizontal dan persyaratan skala yang
diminta.
Ketebalan setiap garis vertikal maupun horizontal sama kecuali untuk setiap
5 pembagi garis horizontal dan untuk setiap 10 pembagi garis vertikal
ketebalan garisnya dibuat lebih tebal.
Kemudian dicari tinggi titik-titik yang paling rendah pada tabel hasil
hitungan tadi. Dengan demikian dapat ditentukan suatu garis acuan vertikal
sembarang yang tingginya lebih rendah dari titik yang terendah tersebut.
Biasanya dipilih suatu garis yang tingginya sebesar perkalian sepuluh dari
tinggi titik nol.).
Setiap bagian skala horizontal mewakili beda tinggi sebesar 20cm atau setiap
5 bagian skala horizontal mewakili beda tinggi sebesar 1,00m. Titik terendah
dan tertinggi dari situasi potongan ini disajikan pada jarak 0 (STA 0+000).
Untuk setiap pembagi jarak vertikal mewakili jarak per 25m. Oleh karena
interval ketinggian dan jarak sudah ditentukan, maka elevasi disetiap titik-
titik yang sudah diukur dapat diletakkan dengan mudah.
Setiap informasi yang dibutuhkan agar gambar situasi potongan tersebut bisa
dibaca lebih jelas sangatlah perlu diberikan, misalnya nama jalan atau sungai
dan penjelasan mengenai titik-titik potong yang ada harus diberikan.
Keterangan mengenai lokasi dan elevasi titik-titik BM harus juga diberikan
dalam gambar. Kesemua keterangan gambar ini dapat disajikan dalam satu
kolom yang diberi judul untuk menjelaskan gambar-gambar potongan yang
disajikan, lokasi proyek, skala gambar, tanggal melaksanakan survey, nama
surveyor dan penggambar.
Kemiringan rencana jalan AB = 1/100. Jadi, setiap 20m elevasi akan naik
sebesar 1/100 x 20m = 0,200m. Secara keseluruhan,
Ketinggian titik A =
211,00m
Ketinggian titik pada jarak 20m dari A =
211,20m
Ketinggian titik pada jarak 40m dari A =
211,40m
Ketinggian titik pada jarak 60m dari A =
211,60m
Ketinggian titik pada jarak 80m dari A =
211,80m
Ketinggian titik pada jarak 100m dari A =
212,00m
Ketinggian titik pada jarak 120m dari A =
212,20m
Check:
Kenaikan elevasi sebesar 1,200m terjadi pada jarak antara kedua titik
120,00m (Betul)
Gambar 12.4 Potongan Memanjang, Kemiringan Rencana dan Galian dan Timbunan
titik ukur awal (0m), tinggi tanah galian adalah (213,530 – 211.000)m =
2,530m.
Bila daerahnya datar maka penempatan alat cukup satu kali saja (12.5a),
tetapi bila daerahnya curam maka dibutuhkan beberapa kali penempatan
alat (gambar 12.5b). Setiap cross-section tidak ada hubungannya satu
sama lain. Titik sebagai pusat sebuah cros-section yang terletak pada
garis sumbu biasanya ditandai dengan patok atau BM sementara.
c. Ukurlah jarak-jarak antara titik pengamatan dan periksalah apakah
jumlah titik-titik pengamatan sudah mewakili bentuk cross-section
tersebut.
Prosedure:
Prosedurnya hampir sama dengan pengukuran profil memanjang. 1 orang
surveyor/juru ukur, dengan 3 asisten adalah jumlah yang memadai untuk
pengukuran ini. Tetapi untuk alasan yang lain, 1 surveyor dan 1 assisten
juru ukur sudah cukup.
Tabel 12.4, merupakan buku ukur untuk pekerjaan pengukuran cross-
section pada titik 80m dan 100m.
RAMBU
NAI TURU ELEVASI JARA
CATATAN
TG MU K N TITIK K
BLKG
H KA
1.450 214.210 30 Patok Kayu Pd Garis As
0.80
0 80 Kekiri 6,5m dari garis As
0.85
0 80 Kekiri 11,8m dari garis As
1.07 Kekanan 16,2m dari garis
0 80 As
0 As