(QUALITY PLANNING)
Oleh :
I. PENDAHULUN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada
sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau
Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah
pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah)
terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah
bertanggung jawab atas kualitas pendidikan. Sebelum hal itu tercapai, maka
semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah,
kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus
benar-benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap
individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan.
Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin
akan diterapkan TQM.
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis berusaha membatasi pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan (TQM) dalam pendidikan?
2. Bagaimana tahapan persiapan (TQM) dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses perencanaan (TQM) dalam pendidikan.
2. mengetahui bagaimana tahapan persiapan (TQM) dalam pendidikan.
Dilihat dari pemaparan di atas, setiap kali akan menjalankan suatu proses
TQM dalam sebuah lembaga, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti;
a. Komitmen dari manajemen puncak.
Sejalan dengan lima prinsip unsur utama dalam penerapan Total kualitas
manajemen, yaitu kepuasan pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinam-
bungan, respek terhadap semua orang dan manajemen berdasarkan fakta, maka
perencanaan yang bermutu dapat bermanfaat dalam:
1. Berupaya memuaskan harapan pelanggan. Pelanggan adalah sosok yang
dilayani dan perhatian dipusatkan pada kebutuhan mengetahui harapan
para pelanggan. Untuk ini setiap yang akan melaksanakan Total kualitas
manajemen harus mengetahui cirri-ciri pelanggannya, dan karena itu maka
harus mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan harapan
pelanggan agar bisa memuaskannya.
2. Dapat memberikan perbaikan pada proses secara sistematik.
3. Dapat menggambarkan pemikiran jangka panjang demi perbaikan yang
terus-menerus.
4. Pengembangan sumber daya manusia.
5. Komitmen pada mutu ( Slamet, 1999)
Perencanaan Mutu (total quality) dalam memberikan manfaat yang sangat
penting. Hal ini dapat dipergunkan agar:
1. Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
2. Tidak ada tahapan penting terlewati.
3. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya.
Salah satu contoh dalam bidang pendidikan perencanaan pendidikan
nasional dalam lima tahunan tertuang dalam RENSTRA. Dengan adanya renstra
maka dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:
2. Pengembangan System.
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan
model atau sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas,
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Dadang Muyalan, Witrin Noorjutstiatini, Dewi Khoer Mulyana M, dan Ahmad Gojin*)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud mutu dalam pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu?
3. Bagaimana pengendalian mutu di bidang pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahuo definisi mutu dalam pendidikan.
2. Mengetahui definisi pengendalian mutu?
3. Mengetahui proses dan konsep pengendalian mutu di bidang
pendidikan.
II. PEMBAHASAN
Menurut Beeby ( dalam A.Sabur, 1998: 33) terdapat tiga perspektif mutu
pendidikan, yaitu:
1. Perspekstif Ekonomi
Berdasarkan perspektif ekonomi, yang bermutu adalah pendidikan yang
mempunyai kontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan
pendidikan secara langsung dapat memenuhi angkatan kerja didalam
berbagai sektor ekonomi. Dengan bekerjanya mereka pertumbuhan
ekonomi dapat didorong lebih tinggi.
2. Perpektif Sosiologi
Menurut pandangan sosiologi, pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang bermanfaat terhadap seluruh masyarakat dilihat dari
berbagai kebutuhan masyarakat, seperti mobilitas sosial, perkembangan
budaya, pertumbuhan kesejahteraan, dan pembebasan kebodohan. Dalam
konteks persekolahan mutu dipandang sebagai kemampuan sekolah untuk
merespon dan memenuhi kebutuhan murid dan masyarakat, hal ini
sebagaimana dikemukakan Phillip (1977:57):’quality in school is, in part
at least, defined by the school’ ability to respond to and satisfy these
needs.“. Lebih lanjut dikemukakan :“ school are not only about meeting
the needs of children; they must meet the needs of society as well.
3. Perspektif Pendidikan
Sedangkan menurut perspektif pendidikan, melihat mutu pendidikan dari
sisi pengayaan (richness) dari proses belajar mengajar dan dari segi
kemampuan lulusan dalam hal memecahkan masalah dan berfikir kritis.
Menurut Beeby (dalam A.Sabur, 1998: .35) mutu dalam pendidikan harus
Mutu dari segi proses mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan
efisiensi keseluruhan faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses
pendidikan. Sekolah yang berada di daerah kumuh dan sekolah yang beroperasi
di daerah elit. Misalnya meski sistem penerimaan calon siswa di kedua sekolah
tersebut sama, akan tetapi karena kualifikasi guru, kelengkapan sarana dan
prasarana, suasana belajar yang berbeda, maka pengelolaan dan tingkat
efisiensinya pun juga tidak akan sama. Sehingga proses pendidikan pada sekolah
di daerah elit akan jauh lebih baik karena faktor ketepatan, kelengkapan, dan
efisiensi pengelolaannya lebih sempurna. Keunggulan dalam proses pendidikan
dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang berbeda. Hal ini akan
tercermin dari tingkat kemampuan penguasaan ilmu, keterampilan dan
pengalaman para lulusan dari sekolah elit yang lebih baik jika dibandingkan
dengan lulusan dari sekolah di daerah kumuh. Salah satu penyebabnya adalah
adanya pengaruh proses pendidikan di mana di sekolah elit proses pemberian
pendidikannya lebih baik, dibandingkan dengan sekolah di daerah kumuh.
Dengan demikian mutu proses akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda.
Mutu juga dapat juga dikaji dari sudut internal efisiensi. Berdasarkan
internal efisiensi, pendidikan yang bermutu itu dijelaskan sebagai tujuan-tujuan
kelembagaan dan kurikuler yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dapat
dipenuhi atau dicapai. Sedangkan mutu pendidikan dikatakan sesuai jika lulusan
yang dihasilkan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di lapangan, baik di sektor
industri maupun sektor kegiatan domestik.
Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah
menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan kedua, memenuhi kebutuhan
III. PENUTUP/KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
Ahmad Dimyathi Atmawijaya, Inal Kahfi, Lia Saniah, dan Retno Anisa Larasati*)
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani
bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan
muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri
untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan
zaman dan tekhnologi yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan
semakin penuh dengan dinamika. Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari
tidak hentinya sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Masalah
yang sering terjadi di dunia pendidikan yaitu mengenai merosotnya mutu
pendidikan di indonesia secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara spesifik
dilihat dari persfektif makro dapat disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia (Hadis dan Nurhayati, 2010:2).
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diantaranya :
a) Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai TQM berbasis
Quality Improvement, melalui penerapan ilmu dan teori-teori
manajemen pendidikan yang penulis telah dapatkan di bangku
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, penulis menggunakan
sistematika penulisan yang tebagi dalam empat bab sebagai berkut : Bab I berisi
tentang pendahuluan. Pendahuluan tersebut memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan; Bab
II berisi tentang landasan teori; Bab III beirisi tentang pembahasan, pada bab ini
diuraikan tentang konsep dan pelaksanaan TQM; Quality Improvement,
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan TQM; Quality Improvement dan
solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan TQM; Quality
Improvement; Bab IV merupakan penutup, maka bab ini berisi tentang
kesimpulan yang diperoleh dalam paparan pembahasan baik kesimpulan umum
maupun kesimpulan khusus, dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.
1. Total : Keseluruhan
2. Quality : Kualitas=Mutu=Ukuran Pencapaian
3. Manajemen: Pengelolaan, Perencanaan, Pengorganisasian, dan
Pengawasan
Dalam silabus Total Quality Management dari Rai Technology University
Pengertian “Quality” menurut beberapa pakar TQM diantaranya:
a. Quality is defined as being about value (Feigenbaum, 1983)
Menurut Nasution (2001), ada tiga pakar utama TQM yang menjelaskan
metode dalam TQM yaitu:
Menurut Ishikawa dalam buku silabus Total Quality Management dari Rai
Technology University, ada tujuh alat pengukuran kualitas, yaitu : control chart
(grafik kontrol diciptakan oleh Walter A. Shewhart di tahun 1920. Alat-alat ini
terdiri dari kualitas grafik garis dilengkapi dengan batas maksimum dan batas
minimum yang menyediakan area kontrol), run chart (diagram perjalanan yang
menunjukan variasi ukuran sepanjang waktu), histogram (untuk menunjukan
variasi data pengukuran), scatter diagram (gambaran yang menunjukan
kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel, pareto
diagram (suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan
menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah), fishbone diagram (cause and
effect diagrams), diagram ini menunjukkan pemahaman tentang tim pemecahan
masalah dan menghasilkan penemuan secara aktif tentang penyebab masalah,
serta memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya) dan flowchart
(menggambarkan urutan kegiatan secara grafis dalam menyelesaikan tugas dan
harus mencerminkan proses sebenarnya bukan apa yang pemilik proses ingin hal
itu terjadi). Sedangkan menurut Nasution (2001 : 98-99), alat perbaikan kualitas
III. PEMBAHASAN
A. Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga
Pendidikan
1. Konsep TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan Total Quality
Management in education/Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan adalah suatu
pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian mutu pendidikan melalui
pengembangan mutu komponen terkait. Komponen yang terkait dengan mutu
pendidikan itu antara lain: pertama perserta didik yaitu kesiapan motivasi
belajarnya; kedua guru yaitu kemampuan profesional, moral kerjanya,
kemampuan personalnya, dan kerjasamanya (kemampuan sosial); ketiga,
Kurikulum yaitu relevansinya dengan proses pembelajarannya; keempat dana,
sarana dan prasarana yaitu kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran; kelima masyarakat (orang tua, pengguna lulusan) yaitu
partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan di sekolah.
Dan lima komponen mutu inilah yang menjadi fokus perhatian kepala sekolah
(Depdiknas,2000:25). Kemudian jika ditinjau dari prinsip-prinsip TQM yaitu
Kepuasan Pelanggan, Resfect terhadap setiap orang, Manajemen Berdasarkan
Fakta dan Perbaikan Berkesinambungan.
1. Fokus pada Kepuasan pelanggan
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai TQM :
Quality Improvement (Pengembangan Mutu), maka diperoleh kesimpulan yang
terdiri dari kesimpulan umum dan kesimpulan khusus dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam
pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan. Menyadari hal tersebut, pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara
lain melalui berbagai pelatihan dan pengembangan mutu kompetensi guru,
pengadaan buku dan media pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, serta Pengembanganmutu manajemen sekolah. Meskipun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan mengindikasikan bahwa berbagai upaya
tersebut belum mununjukkan pengembangan yang berarti.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka rekomendasi
bagi pihak yang terkait di antaranya:
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan dalam meningkatkan sistem manajemen mutu yang telah
diterapkan, hendaknya mempunyai inovasi dan kreasi, selalu berkoordinasi
dan komunikasi kepada pihak-pihak terkait untuk menganalisa
menggunakan siklus Deming sehingga dalam menetapkan kebijakan akan
mendapat dukungan yang positif dari segala pihak.
2. Bagi Pemerintah
Diharapkan lebih intensif dalam memantau dan menganalisa
perkembangan lembaga pendidikan di setiap jenjang pendidikan.
3. Bagi Penulis Lainnya
Diharapkan dapat menambah salah satu objek penelitian di salah satu
lembaga pendidikan sebagai studi kasus agar isi makalah dapat menjadi
acuan dalam penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan manajemen
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bill, Creech. (1996), The Five Pillars of TQM (Terjemahan), Jakarta: Bina rupa
Aksara
Deming, W. E.(1986)Out of the Crisis. Massachusetts Institute of
Technology,Massachusetts.
Oleh :
Achmad Muharam, Eva Nurhasanah, Dewi Triana dan Atep Jalaludin*)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peran yang strategis bagi
bangsa dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu tujuan itu
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yaitu
"mencerdaskan kehidupan bangsa". Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintahan
yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai
lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal.
Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat proses pendidikan
yang sedang berlangsung dan dapat menghambat langkah sekolah dalam
menjelaskan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal. Agar pengelolaan
sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan manajemen strategik.
Manajemen strategik menurut Fred R. David (2011:5) adalah “seni dan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditetapkan perumusan masalah
sebagai berikut ini.
1. Bagaimana konsep manajemen strategis?
2. Bagaimana menganalisis lingkungan internal dan eksternal?
3. Bagaimana formulasi strategi pendidikan (Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ,
Strategi dan Kebijakan)?
4. Bagaimana perbedaan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi dalam
manajemen strategis?
5. Bagaimana formulasi visi, misi, dan tujuan dalam manajemen strategis?
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
manajemen pendidikan terutama menyangkut manajemen strategik-
formulasi strategik.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, penulis menggunakan
sistematika penulisan yanag terbagi dalam empat bab, yaitu: BAB I berisi tentang
Pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II berisi
tentang Pembahasan. Pada bab ini mencakup konsep manajemen strategis;
Analisis lingkungan internal dan eksternal; Formulasi strategi pendidikan (Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran dan Startegi dan Kebijakan); Perbedaan visi, misi, tujuan,
sasaran dan strategi dalam manajemen strategis; dan Formulasi visi, misi, dan
tujuan dalam manajemen strategis. BAB III merupakan Simpulan dan
Rekomendasi, maka bab ini berisi tentang simpulan yang diperoleh dalam
paparan pembahasan baik simpulan umum maupun simpulan khusus, serta
rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.
II. PEMBAHASAN
A. Konsep Manajemen Strategis
Menurut Siagian (2007:7) manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasi oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka tujuan
EVALUASI DAN
PENGAMATAN LINGKUNGAN PERUMUSAN STRATEGI IMPLEMENTASI STRATEGI
PENGENDALIAN
EKSTERNAL MISI
TUJUAN
LINGKUNGAN
SOSIAL
LINGKUNGAN STRATEGI
TUGAS
KEBIJAKAN
INTERNAL
PROGRAM
STRUKTUR BUDAYA
ANGGARAN
PROSEDUR
SUMBER ORGANISASI
KINERJA
UMPAN BALIK
Dari gambar 2.1 dan 2.2 diatas, dapat dilihat bahwa dalam tahapan
manajemen strategik saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap
pertama hingga akhir. Menurut Hunger manajemen strategic meliputi komponen
analisis lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi
strategi. Sedangkan menurut Fred R. David manajemen strategik meliputi
Formulasi strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Letak
perbedaannya yaitu pada analisis lingkungan, menurut Hunger analisis
lingkungan dilakukan sebelum membuat visi dan misi, sedangkan menurut David
analisis lingkungan dilakukan setelah membuat visi dan misi yaitu untuk
mengenali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mencapai visi dan
misi.Dalam makalah ini penulis mengambil model manajemen strategic menurut
Hunger karena sebagian besar organisasi kependidikan menggunakan model
tersebut dalam merencanakan strategic sekolah. Dari pendapat di atas dapat di
gambarkan secara sederhana seperti gambar 2.3 di bawah ini :
Manajemen Strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi
sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan (Kuncoro,2006:13).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan
sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan
implementasi rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.
Manajemen strategik melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang
berorientasi masa depan serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber
daya, maka partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson,
2008:21).
Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan
analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal)
dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara
umum pada semua komponen pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan
(internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama.
Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan.
Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk
menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan
dan pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan
kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk
melaksanakan program penanganan.
Visi adalah gambaran tentang masa depan yang realistik dan ingin
diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Dalam bukunya Akdon (2006:54), visi
adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini yang menjangkau masa yang datang. Haz da Majluf dalam
Akdon (2009:95) menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan
sarana untuk:
1. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan
tugas pokok;
2. Memperhatikan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen /citizen, pihak
yang yang terkait);
3. Menyatukan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan
perkembangan.
Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu ditafsirkan dengan,
tidak mengandung multi makna sehingga dapat menjadi acuan yang
mempersatukan semua pihak dalam sebuah organisasi (sekolah). Bagi sekolah,
visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan
di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang
dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang. Dalam menentukan visi
tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembagan dan tantangan masa depan.
Menurut Dunphy dalam Akdon (2009:95) “the vision must be able to give
strong senss of what are the areas of business focus”. Visi harus dapat memberi
kepekaan yang kuat tentang lingkungan fokus bisnis. Sedangkan menurut Lonnya
Suatu visi yang jelas, akan memberikan manfaat yang besar bagi
organisasi. Visi yang sudah dipahami bersama akan mencegah para pengambil
keputusan untuk berdebat tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
ditunda, bagaimana melakukannya, mengapa, dan sebagainya. Visi memiliki
kekuatan yang mampu mengundang, memanggil, dan menyerukan kepada setiap
orang untuk beramai-ramai memasuki masa depan, sekarang. Para perencana
akan lebih mudah menjabarkan rencana-rencananya; para pemimpin juga
mendapatkan petunjuk yang jelas bagaimana harus mengendalikan organisasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa visi adalah suatu gambaran yang jelas
tentang apa yang ingin dicapai, berikut rincian dan instruksi tentang setiap
langkah untuk mencapai tujuan.
2. Misi
Misi merupakan sebuah guidelines yang lebih pragmatis dan konkrit yang
dapat dijadikan acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam lembaga atau
organisasi. Secara umum misi menurut Sharplin adalah'alasan keberedaan', misi
sebagai dsekripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa. Sementara itu
Pearce dan Robinson menyebutkan bahwa misi organisasi disebutkan sebagai
tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi
dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope)
organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi
keberedaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberedaan sekolah,
karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk
mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target, dan ukuran yang
menjadi dasar penilaian kinerjanya. (Sagala,2007:135)
Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan dijadikan
elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam pandangan sekolah
dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah (Akdon,
2009:90). Kotles mengatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang tujuan
Jadi dapat disimpulkan bahwa misi adalah pernyataan tentang apa yang
harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil
kompromi interprerasi visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju
serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi.
Dari pengertian tersebut, tampaknya ada lima unsur yang tidak dapat
dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:
a. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu
pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain;
b. Apakah produk atau layanaan yang ditawarkan itu dapat memenuhi
kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena
belum tersedia selama ini;
c. Misi harus secara tegas menyatakan pulbik mana yang akan dilayani;
d. Bagaimana kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan;
e. Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi
merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan
rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata
lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan
dalam visi dengan berbagai indikatornya. Ada beberapa kriteria dalam
pembuatan misi, antara lain:
1. Penjelasan tentang produk atau layanan yang ditawarkan yang sangat
diperlukan oleh masyarakat;
2. Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani;
3. Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang
meyakinkan masyarakat;
4. Penjelasan aspirasi bisnis yang diinginkan pada masa mendatang juga
bermanfaat dan keuntungannya bagi masyarakat dengan produk dan
pelayanan yang tersedia (David, 2011: 53)
Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu
tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. Perubahan itu bisa dilakukan jikalau
terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus
dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi
perubahan apabila menajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan
bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-
pihak terkait masih menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak
bisa berubah.
3. Tujuan Sekolah
Hampir semua model manajemen rasional menggunakan asumsi bahwa
perilaku manusia akan menjadi fungsional dan kinerja organisasi akan dapat
meningkat jika tujuan (goal) konsisten dan jelas. Menurut Mulyadi (2000:120)
tujuan adalah pernyataan luas tentang apa yang diwujudkan organisasi. Tujuan
diturunkan dari misi organisasi, namun sifatnya masih cukup luas dan umum.
Tujuan strategik adalah kunci dari arah perubahan masa depan. Tujuan
strategik mengarahkan pada yang hendak dikejar di waktu yang akan datang
dalam kurun waktu cukup lama. Oleh sebab itu, sering juga dikatakan bahwa
tujuan strategik merupakan planning umbrella dalam mengintegrasikan usaha
dari semua unit dan anggota ke dalam suatu kegiatan menyeluruh dan menyatu
dari suatu organisasi. Untuk itu tujuan strategik harus lebih tajam dari misi, tetapi
cukup luas untuk dapat mendorong lahirnya kreativitas dan inovasi bagi semua
unit kerja. Sedangkan menurut Salusu (1996) tujuan dapat diartikan sebagai
kondisi jangka panjang yang diinginkan, yang dinyatakan dalam istilah yang
umum dan kualitatif, dan yang mungkin hanya sebagian yang dapat dicapai.
Contoh Tujuan
Pada tahun 2019, peningkatan skor rata-rata +0,5.
Pada tahun 2019, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan
menjadi finalis tingkat kabupaten.
Pada tahun 2019, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada
acara setingkat Kota/Kabupaten.
Sasaran yang akan dicapai berdasarkan visi, misi, dan tujuan di atas adalah
meningkatkan mutu sekolah meliputi aspek-aspek kurikulum, sumber daya
manusia (guru dan tenaga kependidikan), murid, proses pembelajaran, prasarana
dan sarana,susunan akademik, keuangan, penelitian dan publikasi, pengabdian
kepada masyarakat, tata pamong (governance), manajemen lembaga, sistem
informasi dan kerjasama. Contoh konkrit dan terukur dalam mutu yang ingin
dicapai:
a. Persentase kelulusan tepat waktu minimal 75%, yang sudah harus dicapai
pada tahun 2019;
b. Persentase siswa yang lulus dengan nilai rata-rata 8, minmal 6, yang sudah
harus dicapai pada tahun 2019;
c. Persentase kehadiran guru tepat waktu minimal 95%, yang sudah harus
tercapai pada tahun akademik 2018/2019;
d. Rasio guru: siswa, sebesar 1: 25, harus dapat dicapai pada tahun
2019/2020;
e. Meningkatkan kualitas dan pendidikan guru, 100 % berpendidikan S1 dan
di antara mereka 40% S2 pada tahun 2019/2020;
f. Kerjasama dengan lembaga pendidikan, pemerintah, swasta, industri baik
dalam maupun luar negeri untuk peningkatan kegiatan penelitian dan
pengembangan bakat peserta didik.
Strategi pencapaian sasaran sudah memiliki tahapan waktu yang jelas dan
sangat realistik serta didukung dokumen yang sangat lengkap. Tahapan-tahapan
pencapaian visi dan misi tertuang dalam Rencana Strategis dan Rencana
Operasional, dan seterusnya.
a. Menghasilkan Alternatif Strategi dan Memilih Strategi
Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke
dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu:
b. SWOT MATRIX
Adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para
manajer mengembangkan empat jenis strategi, jenis strategi yang dapat
dikembangkan :
1. Strategi SO (Kekuatan-Peluang) Memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2. Strategi WO (Kelemahan-Peluang) Memperbaiki kelemahan internal
dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
3. Strategi ST (Kekuatan-Ancaman) Menggunakan kekuatan sebuah
perusahaan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman
eksternal.
4. Strategi WT (Kelemahan-Ancaman) Merupakan taktik defensif yg
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal untuk menghindari
ancaman eksternal.
Gambar 2.6
Matriks SWOT
Strengths – S Weaknesses – W
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal Kelemahan internal
SO Strategies
Opportunities – O WO Strategies
Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang meminimalkan
menggunakan kekuatan
faktor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan
untuk memanfaatkan
Peluang Eksternal peluang
peluang
Keistimewaan QSPM:
Rangkaian-rangkaian strateginya dapat diamati secara berurutan
atau bersamaan.
Mendorong para penyusun strategi untuk memasukkan faktor-
faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses
keputusan.
Keterbatasan QSPM:
QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang
berdasar.
QSPM hanya akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi
prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasarnya.
5. Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan pengambilan
keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan implementasinya. Perusahaan
menggunakan kebijakan untuk membuat karyawan dan seluruh pihak perusahaan
membuat keputusan dan melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan
strategi perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:69).
Misi adalah "what be believe we can do”. Misi adalah apa yang bisa
dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi merupakan
langkah-langkah dan strategi apa unutk mencapai visi kita. Kadangkala misi
perlu dirubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi bukan visinya
Berangkat dari uraian dan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa esensi
dari visi, misi, dan tujuan adalah sesuatu yang tidak terpisahkan di dalam
organisasi atau lembaga pendidikan. Tanpa adanya formula yang jelas dari ketiga
hal dimaksud, tentu pelaksanaan program pendidikan dakan berjalan tanpa arah
dan tujuan, dan juga dapat dipastikan pendidikan itu akan tumpul serta secara
pelan-pelan mati dengan sendiri. Bagi sebuah institusi atau organisasi, diperlukan
rumusan-rumusan arah (visi-misi) tertentu sebagai petunjuk atau pedoman di
dalam bergerak dan melakukan kegiatan atau program kerja. Karena esensi dari
bergerak atau berkegiatan bukan hanya sekedar berpindah tapi bergerak menuju
sesuatu. Apakah tujuan dan bagaimana kita akan merumuskannya? adalah
merupakan sebuah pertanyaan mendasar dari ruang tujuan. Selama kegiatan
berlangsung, tujuan berfungsi sebagai acuan perkembangan. Tujuan adalah
Gambar 2.8
Hubungan antara Visi dan Misi, Strategi dan Sistem, Nilai-nilai dan Perilaku
III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan mengenai manajemen strategic-formulasi
strategik maka diperoleh simpulan secara umum dan secara khusus, serta
rekomendasi sebagai berikut :
A. Simpulan
1. Simpulan Umum
Manajemen strategis merupakan manajemen strategic merupakan proses
atau rangkaian aktivitas pengambilan keputusan strategis yang terdiri dari
analisis lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi
strategi. Formulasi strategik merupakan serangkaian proses yang terlibat dalam
penciptaan atau penentuan strategi organisasi yang paling tidak terdiri dari visi,
misi,tujuan, sasaran dan dan memilih strategi tertentu agar sekolah memiliki arah
kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Simpulan Khusus
a. Sebelum melakukan formulasi strategi langkah pertama yaitu
melalukan analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal. Untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
serta menentukan kekuatan dan kelemahan internal dalam manajemen
strategis, analisis SWOT merupakan salah satu alternatif yang
digunakan dalam mengnalisis manajemen pendidikan, khusunya pada
lembaga pendidikan.
b. Formulasi strategik terdiri dari :
d. Esensi dari visi, misi, dan tujuan adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan di dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Tanpa
adanya formula yang jelas dari ketiga hal dimaksud, tentu
pelaksanaan program pendidikan akan berjalan tanpa arah dan tujuan,
dan juga dapat dipastikan pendidikan itu akan tumpul serta secara
pelan-pelan mati dengan sendiri. Dan bagi sebuah institusi atau
organisasi, diperlukan rumusan-rumusan arah (visi-misi) tertentu
sebagai petunjuk atau pedoman di dalam bergerak dan melakukan
kegiatan atau program kerja. Karena esensi dari bergerak atau
berkegiatan bukan hanya sekedar berpindah tapi bergerak menuju
sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Yan Bani Luza Prima Wangsa, Anang Jauharudin dan Zaenal Abidin*)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
menurut David, 2011:6, dan berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi,
pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta
mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi Serta merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan.
Secara konsep manajemen strategi sebagai proses terdiri dari tiga tahap
pokok yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian
(evaluasi) strategi.
1. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi
organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman
eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran
jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat manajemen yang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka para penulis dapat menguraikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen strategik?
2. Apa yang dimaksud dengan implementasi strategik?
3. Bagaimana melakukan implementasi strategik?
4. Apa yang menjadi hambatan dalam melakukan implementasi strategik
di bidang pendidikan ?
5. Bagaimana solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan
implementasi strategik di bidang pendidikan?
D. Manfaat Penulisan :
Manfaat penulisan ini diantaranya :
a) Manfaat Praktis
1). Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
Implementasi strategis di bidang pendidikan, melalui penerapan ilmu
dan teori-teori manajemen strategis yang telah didapatkan penulis
pada perkuliahan dan mampu membandingkan dengan kenyataan
yang sebenarnya dengan melatih kemampuan analisis dan berpikir
secara sistematis.
2). Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat menambahkan masukan tentang managemen strategis dalam
rangka implementasi strategis di bidang pendidikan.
b) Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya
manajemen strategis pada implementasi strategis di bidang
pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, maka penulis membuat
sistematika penulisan yang tebagi dalam empat bab sebagai berkut : Bab I. Berisi
tentang pendahuluan. Pendahuluan tersebut memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan; Bab
II terdiri dari landasan teori; pada bab ini diuraikan tentang definisi manajemen
strategik, definisi implementasi strategik, proses dan teknik melakukan
Keterangan:
Success:
Hasil yang paling diinginkan oleh perusahaan.
Terjadi pada saat perusahaan mampu melakukan formulasistrategi dan
sekaligus mampu untuk mengimplementasikannya secara baik juga.
Roullete:
Situasi dimana strategi yang diformulasikan sesungguhnya kurang baik,
akan tetapi hasil yang didapatkan tidaklah terlalu mengecewakan karena
perusahaan mampu mengimplementasikan strateginya dengan baik.
Troublle:
Situasi dimana strategi perusahaan sebenarnya diformulasikan dengan
bak namun karena strategi tersebut kacau dan tidak optimal dikarenakan
manajemen perusahaan tidak mengimplementasikannya dengan baik.
Failure:
Merupakan hasil yanhg paling buruk dan paling tidak diinginkan oleh
manajemen perusahaaan
Menganalisa
Perubahan
Implementasi dan
Evaluasi Strategi
Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………116
Langkah-langkah utama yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam
mengimplementasi-kan strategi adalah:
1. Menganalisis Perubahan
Ketika membicarakan perubahan, ada jargon yang selalu didengungkan,
yaitu:”Di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti kecuali perubahan itu
sendiri”. Ada banyak aspek yang memicu perubahan, baik yang berasal dari
internal maupun eksternal perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus
menganalisis perubahan yang akan terjadi seandainya formulasi strategi
yang telah disepakati bersama diimplementasi-kan. Melalui analisis ini
perusahaan memperhitungkan secara rinci seberapa besar perusahaan akan
berubah, apakah secara sangat sederhana dimana tidak ada perubahan
strategi yang signifikan, sampai kepada perubahan yang kompleks, misalnya
merubah misi perusahaan. Perubahan strategi dapat diklasifikasikan dalam
5 level perubahan, di mana semakin besar perubahan maka akan semakin
kompleks usaha untuk mengimplementasi.
III. PEMBAHASAN
A. Hambatan dalam melakukan implementasi strategik di bidang
pendidikan.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan
yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis.
Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi
dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi
implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.
2. Tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan tahap akhir
dalam implementasi strategi. Dalam tahap ini manajemen sudah harus
mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan yang
diinginkan, baik menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan
maupun gaya kepemimpinan.
3. Untuk mengimplementasi Proses Manajemen Strategi dalam bidang
pendidikan yaitu: a) Membuat Bisnis Plan tentang rencana jangka
panjang yang hendak dicapai oleh sekolah. b)Menyusun Standard
Operating Prosedur Keuangan dan Operasional : Sistem yang terdiri
dari langkah-langkah atau teknik-teknik yang berkesinambungan yang
menjabarkan secara detail bagaimana pelaksanaan suatu tugas
tertentu. c) Menyusun Budget / Budgetting : Perencanaan Anggaran
B. Rekomendasi
Membuat suatu formulasi strategi yang sebaik-baiknya dengan
mengikut sertakan organisasi dan seluruh anggota organisasi dalam
rangka mewujudkan kemajuan organisasinya haruslah dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan. Dan selanjutnya setelah
melakukan perumusan formulasi strategi tugas berikutnya dari
lembaga pendidikan adalah mengimplementasikan formulasi strategi
tersebut dengan totalitas dan sebaik-baiknya agar tujuan organisasi
dapat tercapai dan kemajuan yang diharapkan dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Certo, Samuel & Paul Peter, 1990, Strategic Management, New York :McGraw
Hill,
David, Fred R, 2005, Strategic Management: Concepts and Cases,10th ed, New Jersey:
Prentice Hall
Hunger,J.David and Thomas Wheelen, 1996, Strategic Management, 5th ed, New
York:Addison Wesley
Hill and John,2009, Essentials Of Strategic Management, South Western USA,
https://www.kosngosan.com/2017/03/makalah-manajenemen-strategi-implementasi-
strategik.html
https://www.kembar.pro/2015/10/implementasi-proses-manajemen-strategi-
perusahaan.html
Oleh :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu organisasi sangat bergantung pada pengelolaan organisasi
tersebut. Ilmu pengelolaan organisasi atau manajemen berkembang dan terus
berkembang mengikuti perubahan zaman. Pengetahuan tentang manajemen harus
dimiliki oleh orang yang yang bergelut dalam menjalankan, mengelola dan
memimpin organisasi. Konsep tentang mutu produk atau jasa organisasi demi
memenuhi kepuasan pelanggan menuntut pengambilan langkah langkah yang
strategik. Jika dikelola sebagai suatu proses yang utuh maka akan melahirkan
suatu Manajemen yang strategik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Strategi dalam manajemen
strategi?
2. Bagaimana menerapkan evaluasi strategi dalam pelaksanaan
manajemen ?
3. Apa manfaat dilaksanakannya kegiatan evaluasi strategi diperlukan
dalam manajemen strategi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tentang evaluasi strategi dalam proses maanjemen strategi.
2. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam melaksanakan
evaluasi strategi.
3. Mengetahui manfaat evaluasi strategi dalam manajemen strategi.
A. Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakanya yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan. Menurut Hadar Nawawi (2005;148-149), pengertian
manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan
strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi),
dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat
mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
(disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas,
Pada tahap ketiga dari proses manajemen strategik adalah pengawasan atas
strategi (strategic control) dan pengawasan atas kinerja (performance) organisasi.
Hal ini dilakukan untuk melihat dampak (impac) dari implementasi strategi pada
kinerja (performance). Adat 4 (empat) macam bentuk pengawasan yang
seharusnya dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan strategi yaitu :
1. Kontrol atas “premises” (asumsi-asumsi atau prediksi) yang mendasari
terpilihnya strategi, apakah masih tetap valid, jika premise tersebut telah
berubah maka strategi juga harus dirubah. Misalkan aspek perekonomian,
aspek industri dan persaingan telah berubah, maka analisis atas “competitive
position” dari organisasi haruslah di update di(perbaharui).
2. Evaluasi Kinerja
4. Balanced Scorecard
Pemahaman mengenai pengukuran kinerja pada suatu organisasi
merupakan hal yang sangat penting dan vital. Dengan hasil pengukuran kinerja
yang baik maka akan menciptakan sebuah informasi mengenai keberadaan bisnis
tersebut serta bagaimana hal tersebut dilakukan dan dimana itu terjadi.
Singkatnya pengukuran kinerja merupakan kartu laporan bagi sebuah
perusahaan. Untuk mengukur kinerja tersebut, salah satu alat pengukuran kinerja
yang baik adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu
mekanisme pada sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi serta
strategi organisasi ke dalam suatu tindakan yang nyata di lapangan. Sehingga
balanced scorecard menjadi salah satu alat manajemen yang terbukti membantu
banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.
b. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi
bagaimana kondisi pelanggan dan segmen pasar yang telah dipilih oleh
organisasi untuk bersaing dengan kompetitor. Segmen yang dipilih
mencerminkan keberadaan pelanggan sebagai sumber pendapatan. Dalam
perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu
(Sony Yuwono, et al, 2007: 33)
1. Market Share (Pangsa Pasar): Pengukuran ini mencerminkan
bagian yang dikuasai organisasi atas keseluruhan pasar yang ada,
yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan
volume unit penjualan.
2. Customer Retention (Pertumbuhan/Mempertahankan Pelanggan):
Mengukur tingkat dimana organisasi dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya persentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah
pelanggan yang saat ini dimiliki perusahaan.
3. Customer Acquisition (Menarik/Perolehan Pelanggan Baru):
Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru
atau memenangkan bisnis baru. Pengukuran dapat dilakukan melalui
persentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan
total penjualan baru dengan jumlah pelanggan baru yang ada.
4. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan): Mengukur tingkat
kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam
value proposition. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai
g. Perencanaan Kontijensi
Rencana-rencana kontijensi bisa didefinisikan sebagai rencana-
rencana alternatif yang dijalankan apabila peristiwa-peristiwa penting
tertentu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketika aktivitas evaluasi
strategi menunjukan perlunya perubahan besar secara cepat, rencana
kontijensi yang sesuai dapat dijalankan.
Adapun cara membuat rencana kontijensi yang efektif melalui tujuh
langkah sebagai berikut :
7. Auditing
Audit merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam evaluasi
strategi. Arens, Elder, & Beasley (2006) juga mendefinisikan auditing sebagai
aktivitas pengumpulan dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapatkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang independen dan berkompeten.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi strategi merupakan tahapan terakhir dari manajemen strategi.
Evaluasi strategi sangat penting dalam sebuah manajemen, sebab kesuksesan
yang diraih saat ini tidak menjamin kesuksesan di masa yang akan datang.
Evaluasi Strategi yang efektif memungkinkan suatu organisasi untuk
memanfaatkan kekuatan internal organisasi ketika mereka melakukan
pengembangan, memanfaatkan peluang-peluang eksternal yang muncul,
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Herman, Lukman Al Hakim, dan Nana Supriatna*)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan utama pendidikan Indonesia dewasa ini adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang, jenis, dan satuan pendidikan. Ibrahim
menyatakan bahwa pada era reformasi pendidikan Islam menghadapi dua
masalah, yaitu: 1) tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas
pendidikan Islam, dan 2) tidak relevannya pendidikan Islam dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan masyarakat.
Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Kita semua
mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
maka penulis merumuskan empat rumusan masalah yang akan dijabarkan
dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana aplikasi/implementasi Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) pada level makro?
2. Bagaimana aplikasi/implementasi Manajemen Strategik Pendidikan
(MSP) pada level makro?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui aplikasi/implementasi Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan (SPMP) pada level makro?
2. Mengetahui aplikasi/implementasi Manajemen Strategik
Pendidikan (MSP) pada level makro?
II. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu
yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu Pendidikan
Dasar dan Menengah secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.
b. Tujuan
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah bertujuan
menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh
dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.
c. Fungsi
Sistem penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai pengendali
penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu.
Gambar 2.1.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
3. Siklus Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Gambar 2.2.
Siklus Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
Gambar 3.2.
Siklus Penjaminan Mutu Pendidikan Berkelanjutan di Satuan Pendidikan
Gambar 3.3.
Rapor Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Gambar 3.4.
Bagan Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
c. Transparan
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi dilakukan berdasarkan standar dan mekanisme yang diketahui
oleh semua pemangku kepentingan.
d. Akuntabel
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi dapat dipertanggung-jawabkankepada semua pemangku
kepentingan.
c. Akreditasi
Akreditasi satuan pendidikan dilaksanakan oleh Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah. Tugas dan wewenang Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah adalah :
1. Mengevaluasi capaian pemenuhan standar nasional
pendidikan oleh satuan pendidikan
2. Melakukan visitasi/audit mutu eksternal
3. Melakukan penetapan akreditasi satuan pendidikan berda-
sarkan hasil evaluasi dan/atau visitasi/audit mutu ekternal
Selain itu, peta mutu juga merupakan bahan bagi Badan Standar
Nasional Pendidikan untuk mengevaluasi dan mengembangkan standar
mutu baru; serta bagi Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah sebagai acuan
dalam melakukan evaluasi mutu dan audit mutu eksternal terhadap satuan
pendidikan dalam rangka akreditasi. Pemanfaatan data dan informasi
mutu pendidikan mulai dari level sekolah hingga level nasional
digambarkan pada Gambar 5.4.
Gambar 6.1.
Jenis Data dan Informasi pada Sistem Informasi Penjaminan Mutu
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun
dan dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra,
dan akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan serangkaian proses dan sistem
mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja satuan
pendidikan. Dua rekomendasi utama yang penulis kemukakan dalam upaya
pengembangan dan peningkatan mutu sistem akreditasi sekolah/madrasah adalah
(1) kebutuhan teknologi untuk sistem akreditasi sekolah/madrasah, dan (2)
pengukuran dampak atau manfaat dari sistem akreditasi yang terintegrasi TIK.
Pemetaan Kebutuhan Teknologi Desain Sistem Komputerisasi Akreditasi
Sekolah/Madrasah dilakukan untuk memberikan rekomendasi berupa pemetaan
kebutuhan teknologi berupa sistem komputerisasi untuk menciptakan layanan
prima yang sesuai dengan prinsip reformasi layanan dan undang-undang
pelayanan publik.
B. Rekomendasi
Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
penerapan sistem penjaminan mutu di satuan pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan tidak akan berhasil jika tidak didahului dengan pemenuhan
standar nasional pendidikan oleh satuan pendidikan. Peningkatan mutu ini tidak
dapat dilepaskan dari ketersediaan data mutu yang akurat yang sesuai
dengan kondisi obyektif di satuan pendidikan. Sistem penjaminan mutu
pendidikan merupakan instrumen penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan mempunyai tujuan
memastikan pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah
secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Sistem penjaminan mutu
pendidikan berfungsi mengendalikan penyelenggaraan pendidikan oleh satuan
pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.
DAFTAR RUJUKAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era industri, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model
pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menuntut
adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu
dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah "Total Quality
Education (TQE)", dan di dunia pendidikan nasional dikenal dengan istilah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dasar dari
manajemen ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada mulanya diterapkan
pada dunia bisnis. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara
konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan
kepuasan masyarakat pengguna.
Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas dan daya saing yang merata
salah satunya melalui penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru dengan
mengedepankan prinsip nondiskriminatif, objektif, transparan, akuntabel, dan
Selain dapat melihat peringkat nilai siswa, dengan RTO calon siswa dapat
memprediksi peluang untuk masuk sekolah mana karena calon siswa dapat
mengetahui peringkat di semua sekolah yang menggunakan RTO sekaligus dapat
mengetahui daya tampung sekolah sehingga lebih transparan. Namun demikian,
masih banyak juga ketidakpahaman masyarakat dalam PPDB dengan sistem RTO
sejak tahun 2013
Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Barat 2018
berjalan sesuai regulasi yang telah disusun dan diperbaiki atas evaluasi pada
tahun sebelumnya. Ketua Panitia PPDB Jawa Barat, Firman Adam mengatakan,
regulasi PPDB di Jawa Barat telah mengacu pada Permendikbud 14/2018 tentang
PPDB, dengan mengimplementasikan sistem zonasi baik pada PPDB jalur Nilai
Hasil Ujian Nasional (NHUN) maupun Non NHUN. Dalam pelaksanaannya
PPDB di Jawa Barat tetap mengapresiasi hasil NHUN dan prestasi non akademik
Tulisan ini akan dibatasi hanya pada masalah Aplikasi TQM dan
Manajemen Strategik bidang Raw Input Siswa sesuai dengan kewenangan daerah
tingkat provinsi yaitu pada point penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa
dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang atau tidak mampu,
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana aplikasi TQM dalam pendidikan level meso?
2. Bagaimana aplikasi SM dalam pendidikan level meso?
3. Bagimana aplikasi TQM dan SM dalam permasalahan
pendidikan level meso?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum tentang Aplikasi TQM dan
SM dalam pendidikan level Meso
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui aplikasi TQM dalam pendidikan level
meso
b. Untuk mengetahui SM dalam pendidikan level meso
c. Untuk mengetahui aplikasi TQM dan SM dalam
menghadapi permasalahan pada pendidikan level meso
D. Manfaat Penulisan
1. Mafaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengeatahuan mengenai aplikasi
TQM dan SM dalam pendidikan Level Meso
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menguasai lebih mendalam mengenai aplikasi TQM dan SM
dalam pendidikan level meso
b. Bagi lembaga pendidikan
Bahan masukan dan pertimbangan dalam mengaplikasikan
TQM dan SM pada lembaga sendiri
c. Bagi dinas Provinsi
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 (empat) Bab, yaitu Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari landasan teori
tentang TQM DAN SM Pada pendidikan level meso, dan permasalahan
pendidikan pada level meso, dengan mengangkat masalah tentang pelaksanaan
PPDB. Bab III terdiri dari pembahasan berupa analisis dan interpretasi mengenai
masalah yang terjadi pada pendidikan level meso tentang permasalahan PPDB.
Bab IV terdiri dari kesimpulan yaitu kesimpulan umum , kesimpulan khusus dan
rekomendasi.
III. PEMBAHASAN
A. Permasalahan pada Pendidikan Level Meso
1. Permasalahan PPDB sebelum tahun 2018
Berbagai kasus ditemukan dalam penerimaan peserta didik baru sistem
RTO jenjang SMP/SMA/SMK,. seperti contoh kasus di daerah Istimewa
Jogyakarata , di mana terjadi kesalahan urusan teknis seperti ketelitian petugas
dan lancarnya internet. . Sebagai contoh, di daerah Istimewa Jogyakarta pada
PPDB RTO, ada siswa yang identitas jenis kelaminnya salah. Akses internet juga
sempat ngadat dan macet. Sebagaimana perlu diketahui untuk melaksanakan
program tersebut, pihak Dinas menggalang kerja sama dengan Unit Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Informasi (UPPTI) Universitas Brawijaya (Unibraw)
Malang Mengenai evaluasi RTO, secara internal perlu adanya koordinasi
terutama kelengkapan data dan pola data dalam RTO. Sedangkan hasil evaluasi
RTO di segi eksternal adalah perlunya lebih intensif melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang info sedetaildetailnya.
Secara keseluruhan proses penerimaan peserta didik baru sistem real time
online diawali dengan penyediaan database nilai lulusan SD/MI dan SMP/MTs.
Mengingat ada sebagian peserta yang berasal dari luar propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang data nilainya tidak terkompilasi dalam database Dinas
Pendidikan, maka calon pendaftar tersebut harus melakukan proses input data di
Dinas Pendidikan Kota.
Penerimaan siswa baru merupakan gerbang awal yang harus dilalui peserta
didik dan sekolah di dalam penyaringan obyek-obyek pendidikan. Peristiwa
penting bagi suatu sekolah, karena peristiwa ini merupakan titik awal yang
menentukan kelancaran tugas suatu sekolah. Kesalahan dalam penerimaan siswa
baru dapat menentukan sukses tidaknya usaha pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.
Penerimaan Peserta Didik Baru Real time online (RTO) adalah kegiatan
penerimaan calon peserta didik baru yang memenuhi syarat tertentu untuk
memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan mengikuti suatu jenjang
pendidikan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan memanfaatkan
teknologi informasi sejak dari pendaftaran sampai dengan pengumuman hasil.
Sistem informasi PPDB online merupakan suatu aplikasi komputer untuk
memudahkan proses penerimaan siswa baru yang dilaksanakan secara online.
Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan memudahkan pihak yang terkait
dalam mengolah data siswamenjadi sebuah informasi siswa yang diterima pada
sekolah tertentu. Konsep Penerimaan Peserta DidikBaru Real time online
dilaksanakan dengan dilandasi beberapa variabel yang layak untuk dicermati,
IV. PENUTUP
A. Simpulan Umum
Gambaran umum dalam aplikasi TQM dan SM pada pendidikan level
meso telah dilaksanakan, walaupun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan
aturan seharusnya. Aplikasi TQM dan SM ini juga di terapkan dalam menangani
permasalahan pendidikan pada level meso yaitu pada sistem pererimaan peserta
didik baru (PPDB) secara online,yang mana ketentuan tersebut diatur oleh dinas
provinsi yang tertuang dalam UU no 14 tahun 2018
B. Simpulan Khusus
C. Saran
1. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kritik dan
DAFTAR PUSTAKA
Daft, R.L. (2008). Management (8th ed.). USA: Thomson Higher Education
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. (2013).
Oleh :
Rahayu Detik Susilawati, Raimondus Angwarmase, Suhandy Siswoyo, dan Yuni
Mahmudah*)
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan
sebagai berikut
1. Bagaimana Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di tingkat mikro?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di tingkat
mikro sehingga lembaga dapat mempertahankan mutunya atau dapat
meningkatkan mutu produk atau jasanya .
2. Mengetahui cara menerapkan impelentasi Manajemen Strategis di
tingkat mikro sehingga didapatkan panduan untuk menerapkannya.
3. Mengetahui Manfaat dari Penerapan Manajemen Mutu Terpadu dan
Manajemen strategis di tingkat mikro.
II . KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Mutu Terpadu
1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara
tentang "mutu" terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan
produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan
kebutuhan tersebut berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan
mutu. Suatu produk atau jasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temu antara harapan dan kebutuhan
Tahap Kedua:
Desain Proses
Pendidikan
Berorientasi Pasar
dan Efiktif
Tahap Keempat:
Menyerahkan Lulusan
yang Kompetitif dan
Berkualitas Baik
Tabel 1. Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 1 dapat berhasil,
dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di
Tabel 2. Desain Sistem Pelatihan TAME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
Waktu
Jenis Pelatihan Materi Pelatihan Peserta
Minimum
Pelatihan Manajemen 36 jam Proses, Statistical Rektor, Pembantu Rektor,
Puncak Thinking, Pelayanan Dekan, Pembantu Dekan,
Pelanggan, dan Ketua Jurusan/ Program
Pembentukan Studi
Kelompok, dan
Solusi Masalah
Pelatihan Dosen 36 jam Manajemen
Efektivitas dan Dosen Tetap, Dosen Tidak
Metode Pengajaran, Tetap, dan Asisten Dosen
Statistical Thinking,
Pelayanan
Pelanggan,
Pembentukan
Kelompok, dan
Pelatihan Staf 36 jam Pelayanan Semua Staf Pendukung
Pendukung Pelanggan,
Pembentukan
Kelompok, Solusi
Masalah,
Manajemen Waktu,
Keterampilan
Bertelepon, dan
Sumber: Gaspersz, 2008 Pengendalian Diri
Dari definisi tersebut terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan,
yaitu: 1) Manajemen Strategik terdiri atas tiga proses: a) Pembuatan Strategi,
b. Implementasi Strategis
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujud-kan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya
secara menyeluruh, struktur dan atau system manaje-men dari organisasi secara
.
1 2 3 4
5
. Tentukan Tdk
tetapkan Apakah
apa yang standar yang Mengukur Ambil
kinerja
diukur telah kinerja tindakan
sesuai
ditentukan dengan korektif
standar?
Ya
Gambar 3 : Proses Evaluasi dan Pengendalian
Sumber : Thomas L. Wheelen J. David Hunger,
Stategy
Management and Business Policy (2012 :330) Ber-
hen
ti
Jika hasil kinerja yang tidak diinginkan karena proses manajemen strategis
tidak tepat digunakan, manajer operasional harus tahu tentang hal itu sehingga
dapat memperbaiki aktivitas karyawan. Manajemen puncak tidak perlu
dilibatkan. Namun, jika hasil kinerja yang tidak diinginkan berasal dari proses itu
sendiri, manajer puncak, serta manajer operasional, harus mengetahuinya
sehingga dapat mengem-bangkan program atau prosedur implementasi baru.
Evaluasi dan Pengendalian Stratergi harus relevan dengan apa yang dipantau.
Ada enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategik dalam
rangka menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Perguruan
Tinggi, yakni berkenaan dengan dimensi kualitas, fokus pada pelanggan,
kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, dan manajemen
berdasarkan fakta. (Mulyasa, 2007:226). Untuk mewujudkan Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) salah satunya diperlukan adanya manual mutu yang harus
didasarkan pada semua aktivitas Perguruan Tinggi yang tergambarkan dalam tata
aliran kerja. Manual mutu adalah dokumen yang mensinergikan antara kebijakan
dan standar administrasi Perguruan Tinggi, termasuk standar pelayanan yang
ditetapkan. Manual mutu merupakan aktifitas yang terkoordinasi untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi-kan agar mutu atau standar
dapat tercapai.
Proses selanjutnya yaitu perumusan visi dan misi Prodi. Visi merupakan
harapan tentang masa depan Prodi yang realistik, bisa dicapai dan menarik. Visi
ini mempunyai manfaat yang sangat besar bagi Prodi. Dengan visi yang benar
dapat menarik dan menumbuhkan komitmen dosen, karyawan dan mahasiswa
untuk bekerja dan belajar dengan kualitas yang lebih baik. Sedangkan misi
merupakan pernyataan untuk apa Prodi dibangun. Misi merupakan batasan
tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh Prodi. Sesuatu yang harus dilaksanakan
Untuk memahami apa yang terjadi pada kondisi eksternal Prodi, maka
dilakukan analisis kondisi eksternal. Tujuan analisis ini untuk mengetahui
kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) yang akan dihadapi oleh Prodi di
masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan mengkaji kecenderungan (trend)
yang terjadi pada berbagai bidang: politik, ekonomi, teknologi, sosial budaya
yang saat ini terjadi secara global dan nasional dan implikasinya terhadap
pendidikan yang ada di Prodi, yang berkaitan dengan dosen, karyawan, laboran
dan mahasiswa.
1. Penyusunan RPS
Komponen yang harus dipenuhi dalam penyusunan RPS untuk setiap mata
kuliah setidaknya terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.
a) Identitas Mata kuliah, b) Deskripsi Mata kuliah, c) Capaian
Pembelajaran Program Studi, d) (CPPS) yang dirujuk, e) Capaian
Pembelajaran Mata kuliah (CPM), f) Deskripsi Rencana
Pembelajaran, g) Daftar Rujukan, h) Lampiran-1 Bahan Ajar, i)
Lampiran-2 Media Pembelajaran, dan j) Lampiran-3 Instrumen
Evaluasi
Kompetensi lulusan UPI dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
lulusan yang terdiri atas Sikap, Keterampilan Umum dan Keterampilan Khusus,
dan Pengetahuan, yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut UPI mencakup
keimanan dan ketaqwaan, kebenaran hakiki, ilmiah, edukatif, RELIGIUS, hak
azasi manusia, demokrasi dan silih asah, silih asih, silih asuh yang berbeda pada
setiap jenjangnya.
IV. PENUTUP
KESIMPILAN
Implementasi manajemen perguruan tinggi yang dikembangkan di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mengacu pada beberapa hal
yaitu: (1) Sistem dan proses pendidikan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan customer internal dan eksternal bagi semua stakeholders, (2)
Pemenuhan kepuasan stakeholders (3) kualitas dikembangkan kedalam setiap
tahapan proses dan sistem (4) benchmarking yang merupakan perbandingan
antara proses dan sistem yang telah dirancang tersebut dengan fungsi pendidikan
tinggi harus telah dilaksanakan semua jurusan dan (5) adanya Team dan
Teamwork dalam pengembangan universitas, sehingga selalu terbangun adanya
konsolidasi ideal, struktural dan personal. Bidang ideal yaitu berupa
pembentukan tekad, wawasan dan kesepakatan secara terpadu akan makna
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi. Ini sangat menentukan
terhadap sistem maupun cara-cara pengelolaan dan pengembangan masa
mendatang, yaitu profesionalisme. Bidang struktural, yaitu berupa penyederha-
naan organisasinya.
Agar bisa ikut dalam persaingan global, perguruan tinggi harus memiliki
keunggulan kompetitif yang memaciai. Keunggulan kompetitif itu hanya bisa
diperoleh melalui pendidikan tinggi yang berkualitas. Degan demikian,
membangun pendidikan tinggi yang bermutu merupakan syarat bagi upaya
memenangi kompetisi global.
Daftar Pustaka