Anda di halaman 1dari 266

TQM – PERENCANAAN MUTU

(QUALITY PLANNING)

Oleh :

Asep Tutun Usman, Asep Ganjar Sukarelawan, Yufi Mohammad Nasrullah*)

I. PENDAHULUN

A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada
sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau
Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah
pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah)
terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah
bertanggung jawab atas kualitas pendidikan. Sebelum hal itu tercapai, maka
semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah,
kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus
benar-benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap
individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan.
Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin
akan diterapkan TQM.

Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan


siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “stakeholders” yang
terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan
strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen
tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas pendidikan
didominasi oleh pihak-pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang
bersimpangan dengan hakekat pendidikan. Penerapan TQM berarti pula adanya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………1


kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim
yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala sekolah,
antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan
keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Selain kebebasan berpendapat juga
harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah
organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional.

Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas-luasnya


bagi warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah program-
program, serta kondisi finansial. Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen
yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan
proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi
perkembangan sekolah itu sendiri. Dengan demikian, penyusun berusaha
membahas tentang Persiapan, Perencanaan TQM.

B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis berusaha membatasi pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan (TQM) dalam pendidikan?
2. Bagaimana tahapan persiapan (TQM) dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses perencanaan (TQM) dalam pendidikan.
2. mengetahui bagaimana tahapan persiapan (TQM) dalam pendidikan.

II. PERENCANAAN MUTU TQM


A. Hakikat Perencanaan Mutu (Quality Planning) dalam
implementasi TQM Pendidikan
Perencanaan mutu dalam pendidikan pada hakekatnya merupakan tahapan
awal implementasi total quality management (TQM) yang harus diperhatikan.
Karena quality planing sangat menentukan keberhasilan manajemen dalam

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………2


mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan menentukan langkah perbaikan yang
dapat dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan semua orang di dalam
organisasi, baik manajer maupun semua staf-stafnya. Jadi perencanaan mutu
terpadu pada dasarnya adalah sebuah pendekatan perencanaan untuk melakukan
sesuatu yang berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetetif organisasi
melalui perbaikan terus menerus dalam hal produk, servis, orang, proses dan
lingkungan.

Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan yang bermutu


pada dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasikan segala kemudhan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.

Pada hakikatnya perencanaan yang berkualitas sebagai suatu proses dalam


perumusan kebijaksanaan suatu instrumen dan teknik dalam penentuan prioritas.
Dan merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan social ekonomi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………3


suatu bangsa, serta merupakan jembatan penghubung antara harapan peserta
didik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini, diantaranya:
a. Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
Pemimpin sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan selalu
memotivasi wakil kepala sekolah dan supervisor lainnya agar selalu
berupaya keras dan serius.
b. Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dicapai
dengan usaha yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
baik eksternal maupun internal. Kebutuhan pelanggan dapat diketahui
dengan mengidentifikasi pandangan-pandangan mereka. Ada beberapa
metode untuk melakukan hal tersebut dengan kuesioner atau dengan
berbincang-bincang langsung dengan masyarakat.
c. Menunjuk fasilitator mutu. Terlepas dari posisi individualnya dalam
hirarki birokrasi, fasilitator mutu harus menyampaikan perkembangan
mutu langsung kepada kepala sekolah. Tanggung jawab fasilitator adalah
mempublikasikan program dan memimpin kelompok pengendali mutu
dalam mengembangkan program mutu.
d. Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus
merepresen-tasikan perhatian-perhatian kunci dan merupakan representasi
dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan dan
mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah pengembangan ide
sekaligus inisiator proyek.
e. Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-
orang yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati orang-orang
lain. Koordinator mutu tidak mengerjakan seluruh proyek mutu. Perannya
adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara
baru dalam menangani dan memecahkan masalah.
f. Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi
program. Manajemen senior akan sulit untuk terlibat dalam proses,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………4


kecuali jika mereka mendapatkan informasi yang cukup, baik dalam hal
falsafah dan metode peningkatan mutu institusi. Sehingga tim menejemen
senior harus mampu menurunkan pesan mutu ke tingkat bawah.
g. Menganalisa dan mendiagnosis situasi yang ada. Proses perencanaan ini
tidak bisa diremehkan karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu.
Seluruh institusi perlu menjelaskan tentang di mana posisinya dan kemana
arah yang hendak dituju.
h. Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain.
Ini bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu, atau seorang tokoh
pendidikan khusus atau mengadaptasi pola TQM yang diadopsi oleh
institusi-institusi lain.
i. Mempekerjakan konsultan eksternal. Konsultan dapat digunakan
dengan salah satu empat metode utama, pertama mereka dapat
memberikan nasehat awal dan memberi petunjuk serta “merubah” tim
manajemen senior. Kedua, adalah melatih. Ketiga, konsultan bisa menjadi
kritikus hebat ketika mereka diajak untuk mempertanyakan kebijakan-
kebijakan institusi. Keempat, konsultan bisa bermanfaat dalam menyusun
audit formal, penilaian dan evaluasi.
j. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap
implementasi awal yang sangat penting agar staf mengetahui dasar-dasar
TQM, karena mereka membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat
kunci yang mencakup tim kerja, metode evaluasi, pemecahan masalah, dan
teknik membuat keputusan. Untuk memperlancar program pelatihan,
seorang manajemen senior harus terlibat langsung didalamnya.
k. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan TQM
harus dikomunikasikan secara efektif. Di sana dapat terjadi banyak
kesalah-pahaman tentang tujuan mutu. Program jangka panjang harus
dirancang secara jelas, atau memperjelas alasan penentuan program.
Pengembangan staf, pelatihan dan pembangunan tim adalah sebagian dari
cara yang efektif untuk mencapai program jangka panjang tersebut.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………5


l. Mengukur biaya mutu. Pengukuran biaya mutu harus dilakukan untuk
menyoroti upaya peningkatan mutu dan memberikan motivasi agar
institusi terus berpegang pada program yang telah ditetapkan.
m. Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan
kelompok kerja yang efektif. Pendekatan ini memfokuskan diri pada
pencapaian kesuksesan awal. Ia berfokus pada sesuatu yang harus
ditingkatkan oleh institusi serta menyeleksi alat-alat yang tepat untuk
menanganinya. Mengawali proses TQM dengan menangani masalah yang
ada, dapat menghindarkan TQM dari kelumpuhan.
n. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Review dan
evaluasi teratur harus menjadi bagian yang integral dalam program.

B. Perencanaan TQM dalam Pendidikan.

Dalam penerapan total quality management pada pendidikan ada beberapa


perencanaan yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
Pemimpin sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan selalu
memotivasi wakil kepala sekolah dan supervisor lainnya agar selalu
berupaya keras dan serius.
2. Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dicapai dengan
usaha yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, baik
eksternal maupun internal. Kebutuhan pelanggan dapat diketahui dengan
mengidentifikasi pandangan-pandangan mereka. Ada beberapa metode
untuk melakukan hal tersebut dengan kuesioner atau dengan berbincang-
bincang langsung dengan masyarakat.
3. Menunjuk fasilitator mutu: Terlepas dari posisi individualnya dalam hirarki
birokrasi, fasilitator mutu harus menyampaikan perkembangan mutu
langsung kepada kepala sekolah. Tanggungjawab fasilitator adalah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………6


mempublikasikan program dan memimpin kelompok pengendali mutu
dalam mengembangkan program mutu.
4. Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus
merepresentasi-kan perhatian-perhatian kunci dan merupakan representasi
dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan dan
mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah pengembangan ide
sekaligus inisiator proyek.
5. Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-
orang yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati orang-orang
lain. Koordinator mutu tidak mengerjakan seluruh proyek mutu. Perannya
adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara
baru dalam menangani dan memecahkan masalah.
6. Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
Manajemen senior akan sulit untuk terlibat dalam proses, kecuali jika
mereka mendapatkan informasi yang cukup, baik dalam hal falsafah dan
metode peningkatan mutu institusi. Sehingga tim menejemen senior harus
mampu menurunkan pesan mutu ke tingkat bawah.
7. Menganalisa dan mendiagnosis situasi yang ada. Proses perencanaan ini
tidak bisa diremehkan karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu.
Seluruh institusi perlu menjelaskan tentang di mana posisinya dan kemana
arah yang hendak dituju.
8. Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain. Ini
bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu, atau seorang tokoh
pendidikan khusus atau mengadaptasi pola TQM yang diadopsi oleh
institusi-institusi lain.
9. Mempekerjakan konsultan eksternal. Konsultan dapat digunakan dengan
salah satu empat metode utama, pertama mereka dapat memberikan
nasehat awal dan memberi petunjuk serta “merubah” tim manajemen
senior. Kedua, adalah melatih. Ketiga, konsultan bisa menjadi kritikus
hebat ketika mereka diajak untuk mempertanyakan kebijakan-kebijakan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………7


institusi. Keempat,konsultan bisa bermanfaat dalam menyusun audit
formal, penilaian dan evaluasi.
10. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap
implementasi awal yang sangat penting agar staf mengetahui dasar-dasar
TQM, karena mereka membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat
kunci yang mencakup tim kerja, metode evaluasi, pemecahan masalah, dan
teknik membuat keputusan. Untuk memperlancar program pelatihan,
seorang manajemen senior harus terlibat langsung didalamnya.
11. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan TQM
harus dikomunikasikan secara efektif. Di sana dapat terjadi banyak
kesalah-pahaman tentang tujuan mutu. Program jangka panjang harus
dirancang secara jelas, atau memperjelas alasan penentuan program.
Pengembangan staf, pelatihan dan pembangunan tim adalah sebagian dari
cara yang efektif untuk mencapai program jangka panjang tersebut.
12. Mengukur biaya mutu. Pengukuran biaya mutu harus dilakukan untuk
menyoroti upaya peningkatan mutu dan memberikan motivasi agar
institusi terus berpegang pada program yang telah ditetapkan.
13. Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok
kerja yang efektif. Pendekatan ini memfokuskan diri pada pencapaian
kesuksesan awal. Ia berfokus pada sesuatu yang harus ditingkatkan oleh
institusi serta menyeleksi alat-alat yang tepat untuk menanganinya.
Mengawali proses TQM dengan menangani masalah yang ada, dapat
menghindarkan TQM dari kelumpuhan.
14. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Review dan evaluasi
teratur harus menjadi bagian yang integral dalam program.

Dilihat dari pemaparan di atas, setiap kali akan menjalankan suatu proses
TQM dalam sebuah lembaga, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti;
a. Komitmen dari manajemen puncak.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………8


b. Komitmen atas sumber daya yang dibutuhkan.
c. Organization-Wide Steering Committee.
d. Perencanaan dan publikasi.

Dengan diterapkannya persyaratan dalam implementasi TQM, diharapkan


bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.

C. Manfaat Perencanaan Mutu (Quality Planing)

Sejalan dengan lima prinsip unsur utama dalam penerapan Total kualitas
manajemen, yaitu kepuasan pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinam-
bungan, respek terhadap semua orang dan manajemen berdasarkan fakta, maka
perencanaan yang bermutu dapat bermanfaat dalam:
1. Berupaya memuaskan harapan pelanggan. Pelanggan adalah sosok yang
dilayani dan perhatian dipusatkan pada kebutuhan mengetahui harapan
para pelanggan. Untuk ini setiap yang akan melaksanakan Total kualitas
manajemen harus mengetahui cirri-ciri pelanggannya, dan karena itu maka
harus mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan harapan
pelanggan agar bisa memuaskannya.
2. Dapat memberikan perbaikan pada proses secara sistematik.
3. Dapat menggambarkan pemikiran jangka panjang demi perbaikan yang
terus-menerus.
4. Pengembangan sumber daya manusia.
5. Komitmen pada mutu ( Slamet, 1999)
Perencanaan Mutu (total quality) dalam memberikan manfaat yang sangat
penting. Hal ini dapat dipergunkan agar:
1. Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
2. Tidak ada tahapan penting terlewati.
3. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya.
Salah satu contoh dalam bidang pendidikan perencanaan pendidikan
nasional dalam lima tahunan tertuang dalam RENSTRA. Dengan adanya renstra
maka dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………9


1. Memberikan jaminan keterlanjutan program.
2. Memudahkan pimpinan baru untuk melanjutkan program.
3. Perwujudan akuntabilitas dan transparansi.
4. Peningkatan mutu keluaran dalam pemanfaatan APBN.

D. Tahapan Persiapan (TQM) dalam pendidikan.


Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya menempuh
tiga tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan.
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus
dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa
langkah yang harus dilakukan adalah: membentuk tim, melaksanakan
pelatihan TQM bagi tim. Merumuskan model atau sistem yang akan
dikembangkan sebagai nama implementasi TQM, membuat kebijakan
berkaitan dengan komitmen anggota organisasi untuk mendukung TQM,
mengkomunikasikan kepada semua anggota organisasi berkaitan dengan
adanya perubahan, melakukan analisis faktor pendukung dan penghambat
organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan
internal dan eksternal. Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilakukan
secara sistematik dan sistematis dengan dukungan penuh pimpinan dan
anggotanya. Fleksibilitas dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
masing-masing lembaga pendidikan. Oleh karena itu, dalam tahapan
persiapan memang memerlukan kemauan, perhatian, dan komitmen yang
tinggi untuk mendukung tahapan berikutnya.

2. Pengembangan System.
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan
model atau sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………10


melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan petunjuk kerja kepada
tim inti maupun tim imbas secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir
baik sumber daya manusia maupun non manusianya secara cermat dan
akurat dalam rangka memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.
3. Implementasi System.
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah sebagai
berikut: melaksanakan uji joba sistem jaminan kualitas dalam lingkup
tertentu berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, and Adjust), anggota
tim menginformasikan kepada pimpinan maupun steering commits
berkaitan dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan
secara rinci, tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan (baik
pelanggan internal maupun eksternal), melakukan tindakan koreksi dan
pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan, dan mendiskusikan/
melaksanakan rapat pimpinan dan pelaksana sistem jaminan kualitas
berkaitan dengan seluruh program yang ada untuk menghasilkan atau
membuat modikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Kesemua tahapan tersebut harus dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Apabila salah satu tahapan maupun
langkah bermasalah, hal tersebut akan berdampak pada tahapan maupun
langkah berikutnya. Oleh karena itu, setiap ada masalah harus segera
dicarikan solusi pemecahannya hingga tuntas.

Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam mencapai


prestasi yang membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya. Faktor-faktor yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Kehendak atau izin dari-Nya. Allah SWT memiliki kekuasaan yang Maha
Kuasa atas segala alam dan jagat raya ini, sehingga semua yang terjadi di
dunia ini adalah karena kehendak-Nya. Oleh karena itu, keberhasilan
organisasi harus diyakini sebagai kehendak-Nya. Organisasi tidak akan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………11


mencapai keberhasilan yang diinginkannya jika tidak karena mendapatkan
izin dari-Nya.
2. Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah
orang-orang yang terlibat atau terkait dengan penerapan sistem pada
sebuah institusi. Mulai dari unsur pimpinan sampai dengan seluruh para
pekerja atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan mencapai
prestasi juga ditentukan oleh pemimpin dengan segala aspek
kepemimpinannya.
3. Sumber Daya Non Manusia. Sumber daya non manusia juga menjadi
faktor penentu organisasi dalam mencapai keberhasilan dibidang kualitas.
Sumber daya manusia yang dimaksudkan berupa sarana dan prasarana
yang digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam melakukan
aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui penggunaan sarana
dan prasarana yang ada, semua aktivitas organisasi dapat ditopang secara
lebih optimal.

E. Tahap Penilaian Mutu Pendidikan


Menurut Hasan (2006); Mengukur adalah membandingkan sesuatau
dengan ukuran tertentu (bersifat kuantitatif). Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk (bersifat kualitatif).
Assesment adalah memperkirakan, menjajaki atau ingin mengetahui atau
judgemen. Evaluasi meliputi mengukur, menilai dari assessment. Di dalam istilah
asingnya pengukuran adalah measurement sedang penilaian adalah evaluation.
Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai
(tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).
Sedangkan Menurut Raiph Tyler (dalam Arikunto, 2009 : 3) mengatakan
bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika
belum bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas
kemudian dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebeam bahwa proses evaluasi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………12


bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.

Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari prosedur evaluasi


pendidikan. Artinya, bahwa untuk memperbaiki kualitas pendidikan haruslah
diciptakan sistem evaluasi yang lebih baik. Sistem evaluasi (kegiatan
pengukuran, pengujian/testing, penilaian, hingga kegiatan evaluasi) ini, selain
prosedurnya yang harus sistematis, pelaksanaannya pun harus memiliki
akuntabilitas yang tinggi, serta hasilnya diharapkan mendapatkan pengakuan
(recognition) dari stakeholders pendidikan.
Fungsi Penilaian sebagai berikut:
1. Quality Control (kualifikasi/standar kompetensi minimal)
2. Motivator (kondisi memaksa, penekanan)
3. Public Accountability (info. ke publik, orang tua, stakholder)
4. Selection (penjuru., seleksi, penempat, perkemb. kompetensi)
5. Diagnostic (kelemahan, perbaikan, umpanbalik)
6. Legitimation (pengakuan, sertifikasi, lisensi)

Tanpa menghasilkan lulusan yang bermutu, program pendidikan bukanlah


suatu investasi SDM melainkan justru pemborosan baik dari segi beaya, tenaga
dan waktu, serta akan menimbulkan masalah sosial. Pendidikan yang berorentasi
mutu meliputi:
1. keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka partisipasi murid
tetapi lebih pada tingkat literasi yang dikuasai,
2. sekolah tidak diukur dari menterengnya fasilitas fisik serta proses kurikuler
yang dijalankan, melainkan dari kualitas dan kuantitas lulusannya.
3. standardisasi kualitas lulusan secara nasional, adalah lebih penting dari
pada standardisasi kurikulum dan sarananya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………13


4. adanya kepedulian yang tinggi terhadap mutu, yang manifestasinya adalah
dilakukannya manajemen mutu (quality control, quality assurance, and
quality improvement).

III. PENUTUP

Dari pemaparan di atas dapai disimpulkan bahwa :


1. Dalam rancangan, mempersiapkan sebuah proses dalam penerapan
TQM pada pendidikan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
sesuai dengan apa yang telah di jelaskan di atas, karena hal itu merupakan
persyaratan dalam mengapli-kasikan manajemen dalam dunia pendidikan.
2. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi


Aksara.

Hasan, Bachtiar. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung;


Pustaka Ramadhan.

Sallis, Edward ( 2010) Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta :IRCI


Sod.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………14


Saodih, Nana, Sukmadinata, Ayi Novi Jami’at dan Ahman, (2006), Pengendalian
Mutu Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep, Prinsip dan
Instrumen,Bandung: Refika Aditama.

Sinambela, Ida, 2010, Pengelolaan Mutu Terpadu, Jurnal FMIPA-UNJ: Jakarta.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, (2003), Total Quality


Managemen (Yogyakarta :TQM, ANDI OFFSET)

*) Anggota Kelompok 1- Kajian Mandiri – 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………15


PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh :
Dadang Muyalan, Witrin Noorjutstiatini, Dewi Khoer Mulyana M, dan Ahmad Gojin*)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………16


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan merupakan salah sau sektor yang berperan penting


dalam perkembangan mental dan pengetahuan generasi bangsa. Namun akhir-
akhir ini banyak sekalimasalah-masalah yang ditemukan dalam sektor pendidikan
ini. Salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang, jenis,
dan satuan pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan kita dapat terlihat jika
dibandingkan dengan Negara lain. Menurut UNESCO (2007), jika dibandingkan
dengan negara lainnya, peringkat Indonesia di bidang pendidikan turun dari 58 ke
62 dari 130 negara. Sedangkan negara lainnya seperti Malaysia berada di urutan
56 dan Korea Selatan berada diurutan 5.

Selain itu rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tercermin pada


kesulitan perubahan mencari tenaga kerja. Berdasarkan data oleh World
Economic Forum (2007-2008), daya saing Indonesia masih berada di level 54
dari 131 negara. Peringkat ini tentu masih sangat jauh di bawah peringkat daya
saing antar negara ASEAN. Sedangkan negara lainnya seperti Malaysia telah
berada diurutan ke-21. Begitu pula dengan Singapura yang telah berada diurutan
ke-7. Hal ini disebabkan sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor,
salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia yang juga akan berpengaruh
dan menjadi salah satu penyebab terhadap rendahnya daya saing di samping
infrastruktur, birokrasi, lingkungan serta perangkat dan penegakan hukum.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terjadi karena berbagai macam
faktor, diantaranya adalah rendahnya sistem dan manajemen pengendalian mutu
di bidang pendidikan. Pada dasarnya peningkatan mutu bertujuan untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif. Akan tetapi pengendalian mutu dalam
pendidikan masih belum berjalan dengan optimal, sehingga pendidikan di

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………17


Indonesia pun belum berjalan dengan maksimal dan mutunyapun masih
tergolong rendah.

Sehingga meskipun berbagai upaya telah dilakukan guna meningkatkan


mutu pendidikan baik pada tingkat nasional maupun daerah, masih diperlukan
upaya-upaya lainnya guna pendukung peningkatan mutu pendidikan. Beberapa
upaya yang telah dilakukan antara lain melalui pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku
dan alat pelajaran. Akan tetapi berbagai indikator mutu pendidikan masih belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Maka dari itu di samping melakukan
upaya-upaya di atas dalam rangka meningkatakan mutu pendidikan, juga
diperlukan adanya peningkatan mutu manajemen sekolah, salah salah satu
diantaranya adalah meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengendalian yang
berorientasi pada mutu. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah
maupun oleh pengawas pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud mutu dalam pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu?
3. Bagaimana pengendalian mutu di bidang pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahuo definisi mutu dalam pendidikan.
2. Mengetahui definisi pengendalian mutu?
3. Mengetahui proses dan konsep pengendalian mutu di bidang
pendidikan.

II. PEMBAHASAN

A. Definisi Mutu dalam Pendidikan


Issu tentang mutu sangat deras berkembang di lingkungan pendidikan pada
penghujung abad XX terutama di Indonesia sebagai negara berkembang. Hal ini
sebabnya karena banyaknya lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi yang masih

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………18


belum memperoleh kesempatan kerja. Hal ini merupakan salah satu akibat dari
rendahnya mutu lulusan, dalam berbagai aspek seperti pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian. Di mana keahlian yang dimiliki lulusan tidak sesuai
dengan kualifikasi yang dituntut oleh lapangan kerja yang ada, atau sangat
rendah kemampuannya untuk mandiri dalam bekerja.

Menurut Beeby ( dalam A.Sabur, 1998: 33) terdapat tiga perspektif mutu
pendidikan, yaitu:
1. Perspekstif Ekonomi
Berdasarkan perspektif ekonomi, yang bermutu adalah pendidikan yang
mempunyai kontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan
pendidikan secara langsung dapat memenuhi angkatan kerja didalam
berbagai sektor ekonomi. Dengan bekerjanya mereka pertumbuhan
ekonomi dapat didorong lebih tinggi.
2. Perpektif Sosiologi
Menurut pandangan sosiologi, pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang bermanfaat terhadap seluruh masyarakat dilihat dari
berbagai kebutuhan masyarakat, seperti mobilitas sosial, perkembangan
budaya, pertumbuhan kesejahteraan, dan pembebasan kebodohan. Dalam
konteks persekolahan mutu dipandang sebagai kemampuan sekolah untuk
merespon dan memenuhi kebutuhan murid dan masyarakat, hal ini
sebagaimana dikemukakan Phillip (1977:57):’quality in school is, in part
at least, defined by the school’ ability to respond to and satisfy these
needs.“. Lebih lanjut dikemukakan :“ school are not only about meeting
the needs of children; they must meet the needs of society as well.
3. Perspektif Pendidikan
Sedangkan menurut perspektif pendidikan, melihat mutu pendidikan dari
sisi pengayaan (richness) dari proses belajar mengajar dan dari segi
kemampuan lulusan dalam hal memecahkan masalah dan berfikir kritis.
Menurut Beeby (dalam A.Sabur, 1998: .35) mutu dalam pendidikan harus

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………19


mengkaji makna esensi yang amat mendasar yang memberikan ciri tertentu
terhadap pendidikan yang bermutu yang berbeda dari pendidikan yang
tidak bermutu. Untuk sampai kepada konsep ini maka mutu dapat dikaji
baik dari segi proses dan segi produk maupun dari sisi internal dan sisi
fitness atau kesesuaian.

Mutu dari segi proses mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan
efisiensi keseluruhan faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses
pendidikan. Sekolah yang berada di daerah kumuh dan sekolah yang beroperasi
di daerah elit. Misalnya meski sistem penerimaan calon siswa di kedua sekolah
tersebut sama, akan tetapi karena kualifikasi guru, kelengkapan sarana dan
prasarana, suasana belajar yang berbeda, maka pengelolaan dan tingkat
efisiensinya pun juga tidak akan sama. Sehingga proses pendidikan pada sekolah
di daerah elit akan jauh lebih baik karena faktor ketepatan, kelengkapan, dan
efisiensi pengelolaannya lebih sempurna. Keunggulan dalam proses pendidikan
dengan sendirinya akan menghasilkan produk yang berbeda. Hal ini akan
tercermin dari tingkat kemampuan penguasaan ilmu, keterampilan dan
pengalaman para lulusan dari sekolah elit yang lebih baik jika dibandingkan
dengan lulusan dari sekolah di daerah kumuh. Salah satu penyebabnya adalah
adanya pengaruh proses pendidikan di mana di sekolah elit proses pemberian
pendidikannya lebih baik, dibandingkan dengan sekolah di daerah kumuh.
Dengan demikian mutu proses akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda.
Mutu juga dapat juga dikaji dari sudut internal efisiensi. Berdasarkan
internal efisiensi, pendidikan yang bermutu itu dijelaskan sebagai tujuan-tujuan
kelembagaan dan kurikuler yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dapat
dipenuhi atau dicapai. Sedangkan mutu pendidikan dikatakan sesuai jika lulusan
yang dihasilkan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di lapangan, baik di sektor
industri maupun sektor kegiatan domestik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………20


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan itu dapat
dilihat dari sisi proses dan lulusan yang dihasilkannya. Dari segi proses,
pendidikan yang bermutu dapat diukur oleh ketepatan, kelengkapan dan
efisiensi pengelolaan faktor-faktor yang terlibat dalam proses pendidikan. Selain
itu peserta didik mengalami proses pembelajaran bermakna, yang ditunjang oleh
proses belajar mengajar yang efektif. Sedangkan dari segi produk, mutu
pendidikan adalah apabila lulusan atau siswa telah memenuhi hal-hal berikut:
a. Dapat menyelesaikan studi dengan tingkat penguasaan yang tinggi
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana telah ditetapkan
dalam tujuan pendidikan di sekolah
b. Memperoleh kepuasan atas hasil pendidikannya karena ada kesesuaian
antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kebutuhan
hidupnya
c. Mampu memanfaatkan secara fungsional ilmu pengetahuan dan teknologi
hasil belajarnya demi perbaikan kehidupannya
d. Dapat dengan mudah memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan
tuntutan dan harapan dunia kerja.

Edward Sallis (1993: 22) mengemukakan konsep mutu dalam kaitan


dengan Total Quality Management (TQM), di mana menurutnya mutu itu harus
dipandang sebagai konsep yang relatif bukan konsep yang absolut. Definisi
relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai sesuatu yang dianggap berasal
dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah
layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang
menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Produk
atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan
ekslusif.

Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah
menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan kedua, memenuhi kebutuhan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………21


pelanggan. Cara pertama, penyesuaian diri terhadap spesifikasi, sering
disimpulkan sebagai ’sesuai dengan tujuan dan manfaat’. Kadangkala definisi ini
sering dinamai definisi produsen tentang mutu. Mutu bagi produsen bisa
diperoleh melalui produk atau layanan yang memenuhi spesifikasi awal yang
telah ditetapkan dalam gaya yang konsisten. Mutu didemontrasikan oleh
produsen dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem jaminan mutu,
yang memungkinkan produksi yang konsisten dari produk dan jasa untuk
memenuhi standar atau spesifikasi tertentu. Bilamana produk atau jasa yang
dihasilkan telah memenuhi spesifikasi atau standar-standar yang telah ditetapkan
tadi, maka produk atau jasa itu bermutu.

Mutu pendidikan dalam arti luas ditentukan oleh tingkat keberhasilan


seluruh faktor yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu
mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh pihak sekolah sebagai lembaga
pendidikan, tetapi juga harus disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan
dan harapan masyarakat yang cenderung selalu berkembang seiring dengan
kemajuan jaman. Seiring dengan kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang
mutu lulusan sekolah pun terus-menerus berkembang. Untuk menjawab tentang
tersebut, sekolah harus terus-menerus meningkatkan mutu lulusannya,
menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan masyarakat.
Dari beberapa pendapat tentang mutu pendidikan yang dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan bahwa mutu itu merupakan derajat sesuatu yang
dihasilkan dari kegiatan evaluasi atau penilaian para penghasil dan atau pihak
pemakai. Agar derajat mutu sesuatu itu dapat ditetapkan, maka atribut-atribut
sesuatu beserta standar atau kriteria-kriteria kebermutuannya terlebih dahulu
haras ditetapkan. Mutu pendidikan itu bersifat multi dimensi yang meliput aspek
input, proses dan keluaran (output dan outcomes). Oleh karena itu, indikator dan
standar mutu pendidikan dikembangkan secara holistic mulai dari input, proses
dan keluaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan Mutu Institusi
Pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai pelayanan/services yang diberikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………22


oleh institusi pendidikan kepada peserta didik maupun kepada tenaga staf
pengajar untuk terjadinya proses pembelajaran yang bermutu sehingga lulusan
dapat berguna dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat
sesuai dengan bidangnya.
Berbagai pelayanan (services) institusi pendidikan dapat dibagi atas lima
jenis pokok jasa pelayanan, yaitu:
a. Pelayanan administrasi pendidikan (administration services)
b. Pelayanan pembelajaran (curriculum services)
c. Pelayanan ko-kurikuler (co-curriculum services)
d. Pelayanan penelitian (researhes services)
e. Pelayanan keinformasian pendidikan (information sistem services).
Robert dan Prevost (dalam Cristopher,1996), menyatakan bahwa ada
perbedaan dimensi mutu yang meliputi:
a. Bagi pemakai jasa pendidikan:
Mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada dimensi ketanggapan
pendidik dalam memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai customers,
kepedulian, kelancaran komunikasi/ hubungan antara peserta didik dan
petugas pendidikan
b. Bagi penyelenggara pendidikan:
Mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan
pendidikan yang diselenggarakan dalam perkembangan ilmu dan otonomi
profesi pendidik.
c. Bagi penyandang dana pelayanan pendidikan:
Mutu pelayanan lebih terkait kepada efisiensi pemakaian sumber dana dan
kewajaran pembiayaan.
Pendapat lain yang mendukung pernyataan tentang mutu pelayanan
pendidikan yaitu:
a. Dimensi mutu dari seorang customer (peserta didik), dikaitkan dengan
kompetensi keilmuannya, kecepatan pelayanan, kepuasan terhadap
lingkungan fisik, dosen yang ramah, terampil, profesional dan biaya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………23


pendidikan yang terjangkau. Persepsi mutu bagi peserta didik yang paling
utama adalah kepuasan.
b. Dimensi mutu dari seorang guru/dosen adalah kelengkapan peralatan,
sarana penunjang mengajar dan metode mengajar serta hasil proses belajar
mengajar.

B. Definisi, Tujuan, dan Proses Pengendalian Mutu


1. Definisi Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu atau Quality Control merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian
diperlukan dalam manajemen mutu utuk menjamin agar kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan
harapan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur
perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan prosedur atau peralatan
yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal yang
menyimpang. Di antaranya adalah dalam hal produk, pelayanan, proses, output
dan standar yang spesifik.
Oleh karena itu pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar
kegiatan yang yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan dapat
menghasilkan output yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Seperti
halnya yang telah dikemukakan oleh Amitava Mitra (2001), ”Quality control
may generally be defined as a system that is used to maintain a desired level of
quality in a product or service.” Begitu pula dengan Tzvetelin Gueorguiev
(2006) yang menyatakan bahwa “Quality control processes are monitored to
ensure that all quality requiremnents are being met and performance problems
are solved.”

Sedangkan menurut Ishikawa (1995), pengendalian mutu adalah


pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………24


semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang
direncakan dapat tercapai dan terjamin. Definisi yang dikemukakan oleh
Ishikawa di atas merupakan pemikiran baru tentang quality control. Berdasarkan
pengertian di atas diketahui bahwa pengendalian mutu mencakup keseluruhan
proses atau kegiatan dalam kegiatan produksi atau proses menghasilkan produk
dan jasa, yaitu sejak proses pengembangan produk baru sampai produk itu
digunakan oleh pelanggan secara memuaskan. Selain itu tersirat pula pengertian
bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan
konsumen. Artinya keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh perusahaan
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan konsumen.

Berdasarkan paparan tersebut, diketahui pengendalian terhadap mutu


pendidikan memang menyangkut input, proses dan output. Hal ini dikarenakan
dalam melaksanakan pengendalian mutu pendidikan, maka pengendalian
difokuskan terhadap unsur input, proses dan output pendidikan. Seorang kepala
sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian mutu pendidikan sejak
siswa masuk (input), kemudian dididik di sekolah (proses), hingga menjadi
lulusan dari sekolah (output). Dengan demikian dalam melakukan pengendalian
mutu hendaknya kepala sekolah atau pengawas melihat sekolah atau proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Agar dapat berjalan secara efektif maka proses
pengendalian mutu pendidikan membutuhkan sebuah perencanaan yang jelas,
lengkap dan terintegrasi. Sehingga dapat dilaksanakan sistem pengawasan yang
efektif dan efisien. Perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi juga
diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tata
usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat melaksanakan dan mengendalikan
kegiatan dengan baik. Selain itu dalam pengendalian membutuhkan adanya
struktur yang jelas, artinya siapa yang bertanggung jawab terhadap
penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu diberikan
dan oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………25


Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan
jaminan terhadap produk yang dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggan.
Dengan demikian banyak keuntungan yang diperoleh dari pengendalian tersebut,
baik bagi lembaga maupun personil yang diawasi. Karena melalui pengawasan
terjadi proses perbaikan kinerja, serta keuntungan bagi pelanggan itu sendiri.
Secara lebih rinci Amitava Mitra (2001) mengemukakan beberapa keuntungan
pengendalian mutu:
1. And foremost is the improvement in the quality of products and services
2. The system is continually evaluated and modified to meet the changing
needs of the customer
3. A quality control system improves productivity, which is a goal of every
organization.
4. Such a system reduces cost in the long run
5. With improved productivity, the lead time for production parts and
subassemblies is reduced, which results in impropved delivery dates

2. Tujuan Pengendalian Mutu


Pengendalian dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa yang
bermutu sehingga pelanggan maupun yang memproduksi merasa puas. Menurut
S.Sukmadinata (2006), tujuan pengendalian adalah melakukan pengukuran dan
perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat dicapai secara optimal. Begitu
pula menurut J.M.Juran (1988) yang menanyakan bahwa tujuan utama
pengendalian adalah meminimalkan kerusakan, dengan tidakan cepat untuk
memulihkan status atau lebih baik lagi. Pada dasarnya pengendalian mutu
merupakan suatu alat yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Willian
M.Lindsay(1997) menyatakan lebih rinci mengenai pengendalian mutu yang
dirancang untuk:
a. Provide routine and consistent check to ensure data integrity, correctness,
and completeness

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………26


b. Identify and address errors and omissions;
c. Document and and archive inventory material and record all QC activities
(IPCC: 2007).

3. Proses Pengendalian Mutu


Pengendalian merupakan suatu komponen yang erat kaitannya dengan
perencanaan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari
perencanaan yang telah diibuat. Menurut J.M.Juran (1988) , kegiatan yang
dilakukan saat melakukan pengendalian mutu adalah:
a. Mengevaluasi kinerja nyata
b. Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan
c. Mengambil tindakan terhadap perbedaan.

Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses kegiatan


berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai. N.S.Sukmadinata
(2006) menyatakan bahwa proses pengendalian mutu meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan standar
b. Pengukuran performansi nyata
c. Membandingkan performansi hasil pengukuran dengan performansi
standar
d. Memperbaiki performansi.

C. Pengendalian Mutu dalam Pendidikan


Peningkatan mutu bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Secara rinci peningkatan mutu bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah lepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya;
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………27


Adapun alasan perlunya penerapan mutu pendidikan adalah:
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
yang tersedia untuk memajukan sekolahnya;
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan di dayagunakan dalam prosese
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik;
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah;
4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat;
5. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat;
6. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya;
7. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah
lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif
dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah
daerah setempat.

Agar sekolah dapat menerapkan menejemen peningkatan mutu pendidikan


secara efektif, maka diperlukan setiap unsur yang terkait hendaknya memahami
karakteristik peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Karakteristik dasar
peningkatan mutu pendidikan yaitu pemberian otonomi yang luas pada sekolah,
partisipasi masyarakat dan orang tua, kepemimpinan yang demokratis dan
profesional, dan team-work yang kompak dan transparan. Sekolah yang efektif
pada umumnya memiliki karakteristik proses sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif;
5. Sekolah memiliki budaya mutu;

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………28


6. Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis;
7. Sekolah memiliki kewenangan/kemandirian;
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat;
9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen;
10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik);
11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan;
13. Sekolah memiliki komunikasi yang baik;
14. Sekolah memiliki akuntabilitas;
15. Sekolah memiliki kemampuan menjaga substainabilitas.
Input pendidikan ialah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input sekolah yang efektif mencakup:
1. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas;
2. Sumber daya tersedia dan siap;
3. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi;
4. Memiliki harapan prestasi tinggi;
5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa);
6. Input manajemen mencakup tugas yang jelas, rencana yang tinggi dan
sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana,
ketentuan-ketentuan yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk
bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien
untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.

Pada dasarnya mutu merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh


dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mencakup input, proses dan output. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu
input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan
input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses dikatakan bermutu tinggi
apabila pengoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah
dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran
yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan
minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………29


Demikian pula halnya untuk melihat kinerja sekolah diperlukan sumber
daya manusia yang dapat melaksanakan penerapan manajemen sekolah yang
terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai.
Karena itu peningkatan mutu sekolah sangat tergantung pada manajemen yang
diterapkan serta semangat kerja para personal organisasi bersangkutan sehingga
dapat meningkatkan mutu sekolah. Mutu sekolah dipengaruhi oleh output
sekolah yang dikatakan berkualitas/ bermutu tinggi, jika prestasi sekolah,
khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi baik dalam aspek
akademis maupun non akademis. Dalam prestasi akademik dapat dilihat dari nilai
ulangan umum, nilai ujian, karya ilmiah, lomba-lomba akademik, dan lain
sebagainya. Sedangkan prestasi non akademik, dapat dilihat dari imtaq,
kejujuran, kesopanan, olah raga, ketrampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler. Mutu sekolah dapat dipengaruhi oleh banyak tahapan-tahapan kegiatan
yang saling berhubungan (proses), seperti perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.

III. PENUTUP/KESIMPULAN

1. Mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai pelayanan/


services yang diberikan oleh institusi pendidikan kepada peserta didik
maupun kepada tenaga staf pengajar untuk terjadinya proses
pembelajaran yang bermutu, dan mencetak mutu lulusan yang baik.
Sehinggadapat berguna dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
oleh masyarakat sesuai dengan bidangnya.
2. Pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah
direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat
tercapai dan terjamin. Pengendalian dilakukan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang bermutu sehingga pelanggan maupun yang
memproduksi merasa puas. Proses pengendalian mutu dilakukan
melalui tahap-tahap yang terstruktur, jelas, dan efektif.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………30


3. Pengendalian mutu pendidikan di sekolah dilakukan dengan
melibatkan unsur-unsur yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dan lainnya, yaitu input, proses, dan output. Sehingga jika
ketiga unsur ini direncanakan dan dijalankan dengan baik, maka mutu
pendidikan dan lulusan yang dihasilkan pun akan baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, M.S., Priccilla, W. 1994. School-Based Management, Organizing for


High Performance. San Fransisco: Jossey-Bass Publisher.
Arcaro, Jerome. 1995. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
Isikawa. 1998. Pengendalian Mutu Terpadu
Mitra, A. 2001. Fundamentals of Quality Control and Improvement Second
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Syaodih, N. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung:
Refika Aditama.
Sallis, E. 1993. Total Quality Management. London: Kogan Page
Safry, S. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Quantum
Slamet. 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Yogyakarta
Tholib, A. 2009. Strategi Implementasi Kerbijakan Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah dengan Pendekatan MMT. Bandung: Penerbit
Dewa Ruci.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Depdiknas.

*) Anggota Kelompok 2- Kajian Mandiri-2019

TQM - QUALITY IMPROVEMENT/

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………31


PENGEMBANGAN MUTU

Oleh:
Ahmad Dimyathi Atmawijaya, Inal Kahfi, Lia Saniah, dan Retno Anisa Larasati*)

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani
bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan
muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri
untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan
zaman dan tekhnologi yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan
semakin penuh dengan dinamika. Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari
tidak hentinya sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Masalah
yang sering terjadi di dunia pendidikan yaitu mengenai merosotnya mutu
pendidikan di indonesia secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara spesifik
dilihat dari persfektif makro dapat disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia (Hadis dan Nurhayati, 2010:2).

Masalah rendahnya mutu merupakan masalah yang harus mendapatkan


perhatian lebih dari berbagai pihak. Menurut Abdorrakhman Gintings (2009),
dalam dunia pendidikan ada tiga kelompok ukuran kualitas sekolah yaitu kualitas
masukan yang terdiri dari masukan mentah (raw input atau siswa), masukan
instrumental (SDM, fasilitas, kurikulum, silabus, satuan pembelajaran, dll),
masukan lingkungan (lingkungan internal dan lingkungan eksternal), kualitas
proses atau pengelolaan, dan kualitas produk. Ketiga ukuran kualitas sekolah
tersebut merupakan bentuk dari penerapan TQM (Total Quality Management)
yang awalnya dikembangkan di dunia industri. Ketika dikaitkan dengan konteks

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………32


aplikasinya dalam konsep pendidikan, maka Total Quality Management (TQM)
dapat didefinisikan sebagai “A philoshophy improvement which can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding
present and future costumer need, wants and expectations”.

Definisi Total Quality Management (TQM) tersebut menekankan pada dua


konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi perbaikan terus menerus
(continous improvement), dan keduanya berhubungan dengan instrumen dan
tekhnik seperti “brainstorming” dan “force field analysis” (analisis kekuatan
lapangan), yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan manajemen
untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan. Sedangkan Total Quality
Management (TQM) dalam pendidikan telah dinyatakan oleh Edward Sallis
(1993), bahwa “Total Quality Management is about creating a quality culture
where the aim of every member of staff is to delight their customer, and where the
stucture of their organizations allow to do so. Hal ini mengandung pengertian
bahwa Total Quality Management berhubungan dengan penciptaan budaya
kualitas dengan memposisikan tujuan karyawan dan staf untuk menyenangkan
konsumen sekaligus didukung oleh organisasi mereka dan melakukan sesuatu
yang dikehendaki.

Penerapan TQM dalam pendidikan khususnya dalam hal customer focus


perlu adanya perbaikan program sekolah yang mungkin dilakukan secara lebih
kreatif dan konstruktif, dan yang paling vital adalah bagaimana mutu kualitas
dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah para pelajar dan orang tuanya
menjadi tertarik dengan adanya inovasi yang ditimbulkan oleh TQM. Dalam
konteks TQM, pihak sekolah harus memperhatikan pengembangan mutu secara
berkelanjutan (quality improvement) di organisasinya. Namun kenyataan
dilapangan masih banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan konsep TQM
yang merujuk pada pengembangan mutu berkelanjutan sehingga penulis memilih
judul makalah yaitu: “TQM Berbasis Quality Improvement (Pengembangan
Mutu)”

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………33


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis uraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud TQM (Total Quality Management)/Manajemen Mutu
Terpadu dan Quality Improvement (QI)/Pengembangan mutu ?
2. Bagaimana konsep dan pelaksanaan TQM berbasis Quality Improvement di
lembaga pendidikan ?
3. Apa hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan TQM berbasis
Quality Improvement di lembaga pendidikan?
4. Bagaimana solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan TQM
berbasis Quality Improvement di lembaga pendidikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Total Quality Management (TQM) berbasis
Quality Improvement di bidang pendidikan.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1) Definisi dari TQM (Total Quality Management)/Manajemen
Mutu Terpadu dan Quality Improvement (QI)/Pengembangan
mutu
2) Konsep dan pelaksanaan TQM: Quality Improvement di
Lembaga Pendidikan
3) Hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan TQM:
Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
4) Solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan TQM:
Quality Improvement di Lembaga Pendidikan

2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diantaranya :
a) Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai TQM berbasis
Quality Improvement, melalui penerapan ilmu dan teori-teori
manajemen pendidikan yang penulis telah dapatkan di bangku

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………34


kuliah dan membandingkan kenyataan yang sebenarnya, serta
melatih kemampuan analisis dan berpikir sistematis.
2) Bagi Lembaga Pendidikan
Memberikan masukan tentang peluang dan tantangan yang harus
dihadapi dalam melaksanakan penerapan TQM berbasis Quality
Improvement
b) Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang manajemen pendidikan.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, penulis menggunakan
sistematika penulisan yang tebagi dalam empat bab sebagai berkut : Bab I berisi
tentang pendahuluan. Pendahuluan tersebut memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan; Bab
II berisi tentang landasan teori; Bab III beirisi tentang pembahasan, pada bab ini
diuraikan tentang konsep dan pelaksanaan TQM; Quality Improvement,
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan TQM; Quality Improvement dan
solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan TQM; Quality
Improvement; Bab IV merupakan penutup, maka bab ini berisi tentang
kesimpulan yang diperoleh dalam paparan pembahasan baik kesimpulan umum
maupun kesimpulan khusus, dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.

II. LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Tentang Total Quality Management (TQM)
Menurut Abdorrakhman Gintings (2009), pengertian TQM terbagi dalam
tiga kata yaitu:

1. Total : Keseluruhan
2. Quality : Kualitas=Mutu=Ukuran Pencapaian
3. Manajemen: Pengelolaan, Perencanaan, Pengorganisasian, dan
Pengawasan
Dalam silabus Total Quality Management dari Rai Technology University
Pengertian “Quality” menurut beberapa pakar TQM diantaranya:
a. Quality is defined as being about value (Feigenbaum, 1983)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………35


b. Quality is conformance to standards, specifications or requirements
(Crosby, 1979)
c. Quality is fitness for use (Juran, 1989)
d. Quality as excellence (Peters and Waterman, 1982)
e. Quality is concerned with meeting or exceeding customer expectations
(Parasuraman et al., 1985)
f. Quality means delighting the customer (Peters, 1989)
g. Quality is conformance to requirement (Deming, 1982)

Menurut Nasution (2001: 16-17), Dalam mendefinisikan kualitas ada lima


pakar utama TQM yang saling berbeda pendapat, tetapi maksudnya sama, yaitu:
1. Juran (V, Daniel Hunt, 1993: 32), Kualitas produk adalah kecocokan
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan
2. Crosby (1979 : 58), kualitas adalah conformance to requirement yaitu
sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan,
3. Deming (1982 : 176), kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar
atau konsumen
4. Feigenbaum (1986 :7), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfaction).
5. Garvin (1988), kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Menurut Nasution (2001), ada tiga pakar utama TQM yang menjelaskan
metode dalam TQM yaitu:

1. Metode W. Edwar Deming


Metode Deming yang terkenal yaitu Deming Cycle dengan empat tahapan
yaitu: plan, do check and act

Gambar 2.1 Model Deming Cycle

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………36


2. Metode Joseph M. Juran
a. Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran meliputi
sebagai berikut (Ross, 1994 : 8)
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan
peluang untuk melakukan perubahan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4. Menyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan
masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil yang dicapai
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam
sistem reguler perusahaan
b. The Juran Trilogy
1) Quality Planning (meliputi pengembangan produk, sistem dan
proses yang dibutuhkan memenuhi atau melampaui harapan
pelanggan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………37


2) Quality Control (meliputi penilaian kinerja kualitas,
membandingkan kinerja dengan tujuan dan bertindak
berdasarkan perbedaan antara kinerja dengan tujuan)
3) Quality Improvement (dilakukan secara on-going dan terus
menerus)

3. Metode Philip B. Crosby


Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
1) Komitmen Manajemen
2) Membentuk Tim Kualitas
3) Mengidentifikasi sumber masalah
4) Menilai biaya kualitas
5) Meningkatkan kesadaran akan kualitas
6) Melakukan tindakan dengan segera dalam memperbaiki masalah
yang telah teridentifikasi
7) Mengadakan program zero defect
8) Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program
kualitas tersebut
9) Mengadakan zero defect day
10) Mendorong individu dan tim untuk tujuan perbaikan pribadi
11) Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan hambatan yang
mereka hadapi
12) Mengakui para karyawan yang berpartisipasi
13) Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi
secara terus menerus
14) Mengulangi setiap tahap untuk menjelaskan bahwa perbaikan
kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir

Prinsip TQM pada dasarnya berkenaan dengan pengelolaan secara


berkualitas seluruh atau setiap unsur sistem untuk mencapai hasil yang
berkualitas sehingga akan tercapai zero defect (gagasan tanpa cacat) yang
pertama kali dipelopori oleh Philips B. Crosby. Untuk dapat menerapkan TQM
pada industri jasa diperlukan beberapa konsep dasar, teknik dan langkah-langkah
penerapannya, antara lain:
a. Memfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa yang
ditawarkan) dan pelanggan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………38


b. Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan
filosofi TQM.
c. Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang berorentasi mutu).
d. Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun
antara para personil organisasi dengan pelanggan.
e. Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
f. Tanggung jawab para karyawan.
g. Manajemen berdasarkan data dan fakta.
h. Sudut pandang jangka panjang.

Menurut Edwar Salis (1993), Dalam konsep TQM, sebuah produk/jasa


dapat dikatakan bermutu apabila mampu memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.Secara operasional, mutu/kualitas ditentukan oleh dua faktor, yaitu
terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinyaspesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan
pelanggan. Mutu yang pertama disebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan
yang kedua disebut quality in perception (mutu persepsi). Dalam quality in fact,
para produsen menunjukkan bahwa mutu memilikisebuah sistem, yang biasa
disebut sistem jaminan mutu (quality assurance system) yang memungkinkan
roda produksi menghasilkan produk-produk yang secara konsisten sesuai dengan
standard atau spesifikasi tertentu. Dengan demikian sebuah produk dikatakan
bermutu selama produk tersebut secara konsisten sesuai dengantuntutan
pembuatnya. Adapun dalam quality in perception, mutu didefinisikan sebagai
sesuatu yangmemuaskan atau melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Dalam hal ini yangmenentukan atau menilai sebuah produk atau jasa bermutu
ataupun tidak adalah parapelanggan. Dengan demikian mutu dalam persepsi
diukur dari kepuasan pelangganatau pengguna serta meningkatnya minat
pelanggan terhadap produk atau jasa .

Berdasarkan beberapa pengertian quality di atas, tampak bahwa quality


hampir selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality) sehingga
produk-produk didesain diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi
keinginan pelanggan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………39


Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang harus dilalui
tingkat demi tingkat untuk dapat menerapkannya. Pada dasarnya untuk dapat
menerapkan total quality management yang paling diperlukan adalah dukungan
atau komitmen dari pimpinan puncak, komunikasi antar seluruh anggota
organisasi, dan adanya perubahan budaya. TQM merupakan suatu konsep yang
berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu
diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
Menurut Hensler dan Brunell (dalam scheuning dan Christopher, 1993: 165-166)
(Vita, 2011), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut
adalah:
1. Kepuasan pelanggan.
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu,
tetapi ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan
internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan
ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus
dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang
dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Makin tinggi nilai
yang diberikan, maka makin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Resfect terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap
karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreativitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber
daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3. Manajemen Berdasarkan Fakta

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………40


Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan (feeling).
Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas
(prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan
pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat katerbatasan
sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data, maka
manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada
situasi tertentu yang vital. Kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia.
Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang
wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat
memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan perlu melakukan proses sistematis
dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang
berlaku di sini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang
terdiri atas langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan korektif
terhadap hasil yang diperoleh.

Sepuluh unsur utama TQM adalah:


a. Fokus pada Pelanggan
b. Terobsesi dengan mutu,
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan
menyelesaikan masalah,
d. Komitmen jangka panjang.
e. Kerja tim (teamwork),
f. Continual process improvement.
g. Pendidikan dan pelatihan
h. Tidak ada pengendalian (freedom from control).
i. Keseragaman tujuan.
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Menurut Joseh C. Field (Vita, 2011) , bahwa ada sepuluh langkah-langkah
untuk menerakan Total Quality Management dalam pendidikan:
1. Mempelajari dan memahami Total Quality Management secara
menyeluruh.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………41


2. Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus-
menerus.
3. Menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian mutu.
4. Membangun sistem kualitas terpadu (kebijakan kualitas, rencana strategi
mutu, impelmentasi rencana, rencana pelatihan, organisasi dan struktur,
prosedur bagi tindakan perbaikan, pendefinisian terhadap nilai tambah
tindakan).
5. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, nilai budaya mutu sebagai
tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk
bekerja pada suatu kelompok.
6. Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan
(penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan
teknik dan alat Total Quality Management .
7. Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.
8 Menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.
9. Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh
pemimpin yang akan menggunakannya.
10. Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi
pengetahuan yang amat luas .

Dari sepuluh langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai total


quality sebagaimana disebut di atas, bagaimana TQM bisa di implementasikan
terhadap lembaga pendidikan, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Pengembangan secara berkesinambungan
2. Perubahan budaya
3. Komunikasi organisasi
4. Menjaga hubungan dengan pelanggan
5. Kolega sebagai pelanggan
6. Pemasaran internal
7. Profesionalisme dan fokus pelanggan
8. Kualitas belajar
9. Mengatasi hambatan dalam memperkenalkan TQM

B. Tinjauan Tentang Quality Improvement (Pengembangan Mutu)


Quality Improvement adalan mengidentifikasi indikator mutu dalam
pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator mutu

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………42


dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator
mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta selalu berfokus
dalam rangka pengembangan proses, sehingga tingkat mutu dari hasil yang di
capai akan meningkat Ada banyak metode untuk pengembangan kualitas,
diantaranya :
1. ISO 9004 : 2008 - pedoman bagi perbaikan kinerja.
2. ISO 15504 -4: 2005 - teknologi informasi - proses penilaian - Bagian 4:
Pedoman digunakan untuk perbaikan proses dan kemampuan proses
penentuan.
3. QFD - kualitas fungsi penyebaran, juga dikenal sebagai rumah pendekatan
kualitas.
4. Kaizen , Jepang untuk berubah menjadi lebih baik, istilah bahasa Inggris
umum adalah perbaikan yang terus menerus.
5. Zero Defect Program - diciptakan oleh NEC Corporation Jepang,
berdasarkan pengendalian proses statistik dan salah satu masukan bagi
penemu Six Sigma.
6. Six Sigma - 6σ, menggabungkan metode Six Sigma dibentuk seperti
pengendalian proses statistik, desain eksperimen dan modus kegagalan dan
analisis efek (FMEA) dalam suatu kerangka menyeluruh.
7. PDCA - plan, do, check, act bertindak siklus untuk tujuan kontrol kualitas.
(Six Sigma DMAIC metode (mendefinisikan, mengukur, menganalisa,
memperbaiki, kontrol) dapat dilihat sebagai implementasi tertentu ini.)
8. Kualitas lingkaran - kelompok (orang berorientasi) pendekatan untuk
perbaikan.
9. Taguchi metode - metode berorientasi statistik termasuk ketahanan
kualitas, fungsi kerugian kualitas, dan spesifikasi sasaran.
10. Toyota Production System
11. Kansei Engineering - suatu pendekatan yang berfokus pada menangkap
emosional umpan balik pelanggan tentang produk untuk mendorong
perbaikan.
12. TQM - manajemen kualitas total adalah strategi manajemen yang
ditujukan menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses organisasi.
Pertama dipromosikan di Jepang dengan hadiah Deming yang diadopsi dan
diadaptasi di Amerika Serikat sebagai Baldrige Nasional Quality Award

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………43


Malcolm dan di Eropa sebagai Yayasan Eropa untuk Manajemen Mutu
penghargaan (masing-masing dengan variasi mereka sendiri).
13. TRIZ - yang berarti "teori pemecahan masalah inventif"
14. BPR - rekayasa ulang proses bisnis , pendekatan manajemen yang
bertujuan perbaikan 'sabak bersih' di (Artinya, mengabaikan praktek-
praktek yang ada).
15. OQM - berorientasi objek Manajemen Mutu, model untuk manajemen
mutu.

Proses Pengembangan kualitas didasarkan pada konsep dasar berikut:


1. Tetapkan budaya kualitas.
Untuk menciptakan kebuyaan kualitas/mutu dalam organisasi, proses, dan
prosedur harus didukung dan diintegrasikan semua pihak. Budaya peduli
dengan mutu produk ataupun layanan/jasa ini terlihat berbeda untuk setiap
penerapannya, oleh karena itu penting bagi organisasi untuk membentuk
tim quality improvement yang berdedikasi, mengadakan pertemuan
perbaikan mutu secara reguler, dan atau membuat kebijakan seputar
sasaran dari pengembangan kualitas di perusahaan.
2. Tentukan dan prioritaskan area potensial untuk perbaikan.
Tim quality improvement perlu mengidentifikasi dan memahami fokus
kualitas yang akan ditingkatkan. Dari sinilah Anda akan dapat melihat
dimanakah prioritas utama yang akan dilakukan perbaikan secara
bekelanjutan melalui kaizen.
3. Kumpulkan dan analisis data.
Pengumpulan dan analisis data merupakan jantung dari
Pengembangankualitas. Data yang didapat akan membantu tim ataupun
organisasi memahami seberapa baik sistem perusahaan bekerja. Dengan
adanya data yang dikumpulkan akan memudahkan dalam mengidentifikasi
bidang potensial untuk perbaikan, menetapkan sasaran yang terukur, dan
memantau keefektifan perubahan dengan menggunakan metode PDCA
Cycle.
4. Komunikasikan hasilnya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………44


Pengembangan kualitas tidak akan menjadi sebuah kebudayaan apabila
upaya quality improvement yang dilakukan tidak mempengaruhi anggota
dan siswa. Oleh karena itu ketika merancang dan menerapkan Quality
Improvemen, terlebih dahulu komunikasikan kebutuhan, prioritas,
tindakan, dan penting juga untuk share hasil dari proyek pengembangan
mutu ke keseluruhan anggota organisasi termasuk pelanggan.

5. Berkomitmen untuk terus melakukan evaluasi.


Pengembangankualitas adalah proses yang berkelanjutan. Jadi dalam
penerapan dan pelaksanaan quality improvement harus memiliki fungsi
tertinggi yaitu usaha dalam meningkatkan kinerja, meninjau kembali
efektivitas intervensi, dan secara teratur meminta masukan dari semua
pihak termasuk anggota maupun pelanggan ataupun siswa. Evaluasi sangat
dibutuhkan agar terciptanya kebudayaan continuous improvement.

Menurut Ishikawa dalam buku silabus Total Quality Management dari Rai
Technology University, ada tujuh alat pengukuran kualitas, yaitu : control chart
(grafik kontrol diciptakan oleh Walter A. Shewhart di tahun 1920. Alat-alat ini
terdiri dari kualitas grafik garis dilengkapi dengan batas maksimum dan batas
minimum yang menyediakan area kontrol), run chart (diagram perjalanan yang
menunjukan variasi ukuran sepanjang waktu), histogram (untuk menunjukan
variasi data pengukuran), scatter diagram (gambaran yang menunjukan
kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel, pareto
diagram (suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan
menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah), fishbone diagram (cause and
effect diagrams), diagram ini menunjukkan pemahaman tentang tim pemecahan
masalah dan menghasilkan penemuan secara aktif tentang penyebab masalah,
serta memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya) dan flowchart
(menggambarkan urutan kegiatan secara grafis dalam menyelesaikan tugas dan
harus mencerminkan proses sebenarnya bukan apa yang pemilik proses ingin hal
itu terjadi). Sedangkan menurut Nasution (2001 : 98-99), alat perbaikan kualitas

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………45


dibedakan menjadi dua piranti yaitu: piranti data numberik dan piranti data
verbal.
1. Piranti Data Numberik
Digunakan dalam mengolah data numerik atau data kuantitatif yaitu:
kertas periksa, pareto chart, histogram, diagram pencar dan diagram
perjalanan (run chart).
2. Piranti Data Verbal
Digunakan dalam mengolah data verbal atau data kualitatif yaitu: flow
chart, brainstorming, fishbone diagram, diagram gabungan, dan diagram
pohon.

III. PEMBAHASAN
A. Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga
Pendidikan
1. Konsep TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan Total Quality
Management in education/Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan adalah suatu
pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian mutu pendidikan melalui
pengembangan mutu komponen terkait. Komponen yang terkait dengan mutu
pendidikan itu antara lain: pertama perserta didik yaitu kesiapan motivasi
belajarnya; kedua guru yaitu kemampuan profesional, moral kerjanya,
kemampuan personalnya, dan kerjasamanya (kemampuan sosial); ketiga,
Kurikulum yaitu relevansinya dengan proses pembelajarannya; keempat dana,
sarana dan prasarana yaitu kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran; kelima masyarakat (orang tua, pengguna lulusan) yaitu
partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan di sekolah.
Dan lima komponen mutu inilah yang menjadi fokus perhatian kepala sekolah
(Depdiknas,2000:25). Kemudian jika ditinjau dari prinsip-prinsip TQM yaitu
Kepuasan Pelanggan, Resfect terhadap setiap orang, Manajemen Berdasarkan
Fakta dan Perbaikan Berkesinambungan.
1. Fokus pada Kepuasan pelanggan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………46


TQM keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggannya,
baik internal maupun eksternal. Dan sekolah bisa dikatakan berhasil jika
mampu memberikan produk sama atau melebihi harapan pelanggan, yaitu
jika peserta didik puas dengan produk sekolah, antara lain puas dengan
proses pembelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan dan
keteladanan guru maupun kepala, puas dengan fasilitas yang ada, sehingga
merasakan kenyamanan belajar. Kemudian juga orang tua puas dengan
program yang ada, dan puas dengan produk terhadap anaknya, walaupun
tidak selalu harus bisa diukur dengan angka, artinya tidak selalu dibidang
akademik, tetapi lebih pada perubahan sikap dan pembiasaan anaknya.
2. Respect Terhadap Setiap Orang
Sumber daya manusia memegang peran yang penting dalam menentukan
kualitas, maka perlu adanya pendidikan dan pelatihan terhadap
personalnya agar mampu memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap
peserta didik. Maka kepala sekolah atau pemimpin penddikan harus
mengambil langkah yaitu menetapkan tugas sesuai kompetensi, melakukan
tindakan untuk mendukung Pengembangan kompetensi dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Dalam menjalankan organisasi yang menggunakan TQM, maka segala
pengambilan keputusan menggunakan fakta yang ada. Langkah-langkah
dalam manajemen berdasarkan fakta yaitu: a) telah membuat Visi, Misi,
Tujuan dan program. Hal ini penting untuk dijadikan acuan atau petunjuk
pengembangan sekolah kedepan. b). Pemimpin sekolah mengkomunikasi-
kan hal tersebut pada rapat sekolah bersama yayasan.c). menanamkan
pemahaman dan perilaku untuk selalu melakukan perbaikan dan
meyakinkan bahwa lembaga pendidikannya melayani para siswa sebagai
pelanggan primer, dan d) menumbuhkembangkan rasa kebersamaan,
kekeluargaan, dan sikap disiplin, baik disiplin waktu, disiplin tindakan,
disiplin kebersihan, disiplin beribadah, disiplin belajar. Pelaksanaan sistem
manajemen yang dilakukan di sekolah ini terkonsentrasikan pada

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………47


pengelolaan dokumen, segala bentuk kegiatan dan perencanaan
terdokumentasikan dengan baik, sehingga mempermudah dalam
melakukan evaluasi keefektifannya.
4. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap
lembaga. Perbaikan akan dapat dicapai dengan kerjasama diantara yang
ada didalamnya, dan berusaha mencari jalan keluar setiap persoalan yang
muncul. Adapun prosedur yang harus dilakukan lembaga pendidikan yaitu:
a) Tanggung jawab terhadap perbaikan manajemen terletak pada
pimpinan,
b) Setiap ditemukan ketidak sesuaian dilakukan penyelidikan untuk
menemukan penyebabnya,
c) Mengadakan rapat koordinasi untuk menetapkan tindakan yang
diambil dan memastikan bahwa ketidaksesuaian tidak terulang
kembali

2. Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan


Sebelum mengimplementasikan TQM dalam meningkatkan mutu
pendidikan secara berkelanjutan dan terpadu, lembaga pendidikan harus
menempuh tiga tahapan sebagai berikut :
a). Persiapan.
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus
dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan dalam sebuah
organisasi. Beberapa langkah yang dilakukan pihak madrasah adalah :
membentuk tim yang bertugas merumuskan model atau sistem yang akan
dikembangkan untuk implementasi TQM, membuat kebijakan berkaitan
dengan komitmen anggota madrasah untuk mendukung TQM,
mengkomunikasikan kepada semua guru, tenaga administrasi, karyawan,
yayasan, orang tua murid berkaitan dengan adanya perubahan, melakukan
analisis faktor pendukung dan penghambat organisasi, dan melakukan
pengukuran terhadap kepuasan pelanggan. Selanjutnya

b). Pengembangan sistem.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………48


Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan model
atau sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas,
melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan petunjuk kerja kepada
tim-tim yang ditentukan secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir
baik sumber daya manusia maupun non manusianya secara cermat dan
akurat dalam rangka memasuki tahapan implementasi TQM.
c). Implementasi sistem.
Tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan, melakukan
tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan, dan
mendiskusi-kan/melaksanakan rapat pemimpin dan pelaksana sistem
jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh balikan yang ada untuk
menghasilkan atau membuat modifikasi proses yang diharapkan secara
terus menerus dan berkesinambungan.

Implementasi TQM berbasis quality improvement di lembaga pendidikan


terdiri dari lima pengembangan mutu yaitu:
a) Pengembangan Mutu Proses
Ada dua aspek dalam Pengembangan mutu proses yaitu kurikulum
dan proses pembelajarana.
1) Kurikulum
Menurut Edward Sallis (1993), lembaga pendidikan yang ingin
menerapkan MMT pendidikan harus mempunyai kurikulum
yang bermutu. Rancangan kurikulum mencakup tujuan masing-
masing program (mata pelajaran) dan spesifikasi masing-masing
program yang disusun sistematis. Proses perancangan kurikul-
um tidak bisa lepas dari kebutuhan yang diperlukan oleh pelanggan
bahkan masukan-masukan pelanggan terhadap kurikulum adalah
bagian penting dalam sistem mutu
2) Proses pembelajaan
Ciri utama MMT dalam proses pendidikan adalah perhatiannya
yang fokus pada aktivitas utama pendidikan yaitu pembel-
ajaran.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………49


Dalam MMT pendidikan, asumsi dasar yang dibangun dalam
pembelajaran adalah masing- masing pelajar mempunyai potensi
dan kemampuan masing-masing atau berbeda. Sehingga setiap
pembelajaran tidak bisa didekati dengan hanya satu strategi atau
metode. Oleh karena itu, lembaga pendidikan yang meng -
gunakan prosedur MMT harus secara serius menangkap isu gaya
(metode) dan kebutuhan pelajar. MMT menghendaki adanya
strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Beberapa kriteria pembelajaran yang unggul (bermutu), yaitu:
Pertama meningkatkan peranan peserta didik; kedua mengembangkan
bahan ajar; ketiga pemanfaatan sumber belajar; keempat tugas dan
fungsi guru, kelima metode yang tepat; keenam keseimbangan
jasmani dan rohani; ketujuh 20 mengerti bukan menghafal; kedelapan
sumber belajar. (Syafaruddin, Irwan Nasution, 2005:152-153).
Pengembangan mutu pendidikan dalam perspektif Total Quality
Management bertujuan untuk memberi penekanan pada mutu peserta
didik. Itu tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi
yang substansial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagian
besar insitusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi,
penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktifitas pembelajaran.
Berdasarkan konsepsi diatas, maka pembelajaran yang bermutu
bukanlah pembelajaran yang secara khusus dirancang dan
dikembangkan hanya untuk siswa yang unggul saja, melainkan lebih
merupakan pembelajaran yang secara metodologis maupun psikologis
dapat membuat semua peserta didik mengalami belajar secara
maksimal dengan memperhatikan kapasitasnya masing-masing. Ada
tiga indikator proses pembelajaran yang bermutu yaitu pertama proses
pembelajaran yang dapat melayani semua peserta didik bukan hanya
pada sebagian peserta didik; kedua semua peserta didik mendapat

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………50


pengalaman belajar semaksimal mungkin; ketiga walaupun semua
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya
sangat bervariasi tergantung pada tingkat kemampuan peserta didik
yang bersangkutan.
b) Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM adalah faktor terpenting dan unik dalam suatu organisasi dan
merupakan asset penting dalam organisasi. Jika dalam dunia industri
SDM penting maka dunia pendidikan juga karena pendidikan
adalah aktivitas mendidik dan membina manusia untuk mewujudkan
manusia yang dicita-citakan. Sumber daya manusia yang bermutu dalam
mengelola lembaga pendidikan harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1)
kuat aqidah, ibadah dan mu’amalahnya; 2) menguasai seluk beluk
pendidikan; 3) menguasai dan menerapan manajemen yang baik, sehat,
dan terbuka, 4) berakhlakul karimah; 5) melaksanakan tugas dengan
profesional; 6) fokus pada tugas/jabatan yang diemban (usahakan tidak
merangkap jabatan); 7) tidak semata-mata mencari keuntungan materi, tapi
lebih ditekankan pada ibadah dan iklas karena Allah; 8) menjalin
hubungan yang baik dan harmonis secara internal maupun eksternal; 9)
kuat dan potensial dalam bidang SDM, manajemen, pembiayaan, sarana
dan prasarana serta fasilitas pendidikannya (Heri Jauhari Muchtar, 2005:
137).
c) Pengembangan Mutu Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi mutu sekolah. Lingkungan yang positif dan
kondusif memberikan gambaran tentang baiknya mutu sekolah.
Semakin kondusif lingkungan, maka semakin menunjang proses
Pengembangan mutu sekolah. Lingkungan menggambarkan nilai,
sikap dan budaya yang dibanguun masyarakat sekolah. Seperti
penanaman budaya sholat berjama‟ah dan sholat dhuha mencerminkankan
lingkungan yang agamis. Lingkungan pendidikan yang bermutu adalah
lingkungan yang saling mempengaruhi secara fisik yakni bersih, indah,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………51


aman, damai, asri, dan secara sosial terbangun interaksi yang saling
mendukung untuk memotivasi belajar peserta didik dan motivasi para
pendidik untuk melaksanakan tugasnya dengan bersemangat dan ceria
dalam kerja, kemudian secara intelektual terbangun interaksi keilmuan
yang baik antar pipmpinan sekolah, guru, dan karyawan, serta peserta
didik, sehingga terbangun nilai-nilai yang baik yaitu moralitas pimpinan,
guru, karyawan, dan peserta didik semakin baik ditengah masyarakatnya.
d) Pengembangan Mutu Pelayanan
Mengedepankan kualitas pelayanan pendidikan menjadi komuitmen yang
selalu dijaga oleh suatu lembaga pendidikan baik terhadap peserta
didik, orang tua/ wali, dinas-dinas terkait maupun masyarakat secara
luas. Dengan layanan baik tentu akan menimbulkan kepercayaaan
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Pelayanan di sekolah dalam
konteks Pengembanganmutu Total Quality Management (TQM) adalah
semua perangkat sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan tenaga
kebersihan serta keamanan, harus benar-benar memiliki kultur pelayanan
terbaik terhadap peserta didik dan orang tua siswa, sehingga mereka puas,
tidak saja diakhir setelah putra-putrinya lulus, tetapi sejak awal mereka
masuk ke halaman sekolah, merasa nyaman, aman, terlindungi, terhargai,
dan terlayani oleh perangkat sekolah.
e) Pengembangan Mutu Output
Mutu sebuah lembaga pendidikan sangat ditentukan dari output dari
lembaga pendidikan tersebut. Secara umum, proses Pengembangan
mutu output sebenarnya sudah tercakup pada penjelasan aspek
pengembangan mutu diatas yaitu aspek proses, lingkungan, pelayanan
dan SDM. Semua upaya sistemik yang dilakukan dalam empat aspek
diatas mempunyai arah utama yang sama yaitu mewujudkan output
sekolah yang sesuai dengan cita-cita sekolah dan harapan pelanggan
lainnya.

B. Hambatan dalam Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di


Lembaga Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………52


Faktor hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan TQM : Quality
Improvement di Lembaga Pendidikan antara lain: a) Kurang displinnya sebagian
tenaga pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajiban, b) TQM : Quality
Improvement yang diterapkan belum bisa diterima oleh semua pihak dengan
penuh kesadaran dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan maksimal
terhadap pelanggan guna meningkatkan mutu pendidikan.

C. Solusi dalam menghadapi Hambatan Pelaksanaan TQM : Quality


Improvement di Lembaga Pendidikan
Dalam menhadapi hambatan yang berkaitan dengan pengembangan mutu
atau mutu pendidikan, solusi yang tepat dilakukan diantaranya adalah:
1) Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan system
study pada umumnya.
2) Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid serta buku pedoman
guru
3) Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada setiap
jenjang pendidikan
4) Penataran guru-guru dan dosen
5) Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan
sekolah atau di perguruan tinggi

Menurut Syafaruddin (2005) upaya untuk meningkatkan mutu atau mutu


pendidikan perlu dilakukan hal-hal berikut, yaitu:
1) Menyamakan komitmen mutu atau mutu oleh kepala sekolah, para guru
dan pihak terkait (stakeholders), mencakup: visi, misi, tujuan dan sasaran,
2) Mengusahakan adanya program pengembangan mutu sekolah (kurikulum/
pengajaran, pembinaan siswa, pembinaan guru, keuangan, saran dan
prasarana, serta kerjasama dengan stakeholders sekolah, meliputi jangka
panjang dan jangka pendek
3) Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah,
4) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif,
5) Ada standar mutu lulusan,
6) Jaringan kerjasama yang baik dan luas,
7) Penataan organisasi sekolah yang baik (tata kerja),
8) Menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………53


Dapat disimpulkan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: peserta didik, pendidik, sarana dan
prasarana serta lingkungan.

IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai TQM :
Quality Improvement (Pengembangan Mutu), maka diperoleh kesimpulan yang
terdiri dari kesimpulan umum dan kesimpulan khusus dan rekomendasi.

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam
pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan. Menyadari hal tersebut, pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara
lain melalui berbagai pelatihan dan pengembangan mutu kompetensi guru,
pengadaan buku dan media pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, serta Pengembanganmutu manajemen sekolah. Meskipun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan mengindikasikan bahwa berbagai upaya
tersebut belum mununjukkan pengembangan yang berarti.

Dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan salah satu metode


pengembangan kualitas yang berkelanjutan dan secara terus menerus dilakukan
yaitu Total Quality Management/Manajemen Mutu Terpadu : Quality
Improvement
2. Kesimpulan Khusus
a) Definisi dari TQM/Manajemen Mutu Terpadu dan Quality
Improvement/Pengembangan Mutu
Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang
harus dilalui tingkat demi tingkat untuk dapat menerapkannya.
Sedangkan quality Improvement merupakan proses identifikasi
indikator mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan
mengukur hasil dari indikator mutu dalam pelayanan, memonitor
indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator mutu tersebut

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………54


yang tentunya mengarah pada outcome, serta selalu berfokus dalam
rangka pengembangan proses, sehingga tingkat mutu dari hasil yang
di capai akan meningkat

b) Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di


Lembaga Pendidikan
Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu
dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya
kompetensi, baik intelektual maupun keterampilan serta kompetensi
sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut,
implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu
dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan setengah hati. Dengan
memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam organisasi,
pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini. Perlu
diketahui bahwa penekanan implementasi konsep MMTP ini adalah
pelanggan. Dalam MMTP, pelanggan merupakan raja atau yang
berkuasa, yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. Implementasi
TQM berbasis quality improvement di lembaga pendidikan terdiri dari
lima pengembanganmutu yaitu : pengembangan mutu proses,
pengembangan mutu SDM, pengembangan mutu lingkungan,
pengembangan mutu layanan, dan pengembangan mutu output

c) Hambatan dalam Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di


Lembaga Pendidikan
Hambatan dalam pelaksanaan TQM : Quality Improvement di
lembaga pendidikan adalah kurang displinnya sebagian tenaga
pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan TQM : Quality
Improvement yang diterapkan belum bisa diterima oleh semua pihak.

d) Solusi dalam menghadapi Hambatan Pelaksanaan TQM : Quality


Improvement di Lembaga Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………55


Dalam menghadapi hambatan yang berkaitan dengan pengembangan
mutu atau mutu pendidikan, solusi yang tepat dilakukan diantaranya
adalah: pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran
dan system study pada umumnya, pengadaan buku-buku pelajaran
pokok untuk murid serta buku pedoman guru, pengadaan alat-alat
peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada setiap jenjang
pendidikan, penataran guru-guru dan dosen, pengadaan buku bacaan
yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan sekolah atau di
perguruan tinggi.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka rekomendasi
bagi pihak yang terkait di antaranya:
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan dalam meningkatkan sistem manajemen mutu yang telah
diterapkan, hendaknya mempunyai inovasi dan kreasi, selalu berkoordinasi
dan komunikasi kepada pihak-pihak terkait untuk menganalisa
menggunakan siklus Deming sehingga dalam menetapkan kebijakan akan
mendapat dukungan yang positif dari segala pihak.
2. Bagi Pemerintah
Diharapkan lebih intensif dalam memantau dan menganalisa
perkembangan lembaga pendidikan di setiap jenjang pendidikan.
3. Bagi Penulis Lainnya
Diharapkan dapat menambah salah satu objek penelitian di salah satu
lembaga pendidikan sebagai studi kasus agar isi makalah dapat menjadi
acuan dalam penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan manajemen
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bill, Creech. (1996), The Five Pillars of TQM (Terjemahan), Jakarta: Bina rupa
Aksara
Deming, W. E.(1986)Out of the Crisis. Massachusetts Institute of
Technology,Massachusetts.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………56


David R. Jeffries et all. (1993), Training for Total Quality Management ,
London:Kogan Page Limited
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri Jasa. Gramedia
Pustaka Utama,Jakarta.
Harrington, J. H. and James S. Harrington. 1993. Total Improvement
Management.
Sallis E. (1993), Total Quality Management In Education, London: Hiddies Ltd.
Stanley J. Spanbauer (1992), A Quality System for Education, New York:
QualityPress.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(2003), Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
…………………. , Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri.
………………… , Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen,Jakarta: Asa Mandiri.
…………………. , Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,
https://blogcoretangw.blogspot.com/2017/11/tingkatkan-mutu-produk-dan-
layanan.html diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 08.00 WIB
http://seallionk.blogspot.com/2011/06/quality-improvement.html diakses pada
tanggal 11 Maret 2019 Pukul 08.10 WIB
https://www.academia.edu/37433340/PENINGKATAN_MUTU_PENDIDIKAN
_DI_PERGURUAN_TINGGI_MELALUI_IMPLEMENTASI_TOTAL_QU
ALITY_MANAGEMENT diakses pada tanggal 11 Maret 2019 Pukul 08.20
WIB
http://vitahafyan.blogspot.com/2011/12/konsep-total-quality-manajemen.html
diakses pada tanggal 11 Maret 2019 Pukul 08.20 WIB
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/623/343 diakses pada
tanggal 11 Maret 2019 Pukul 08.20 WIB

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………57


*) Anggota Kelompok 3- Kajian Mandiri - 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………58


MANAJEMEN STRATEGIK - FORMULASI STRATEGI
(STRATEGY FORMULATION)

Oleh :
Achmad Muharam, Eva Nurhasanah, Dewi Triana dan Atep Jalaludin*)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peran yang strategis bagi
bangsa dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu tujuan itu
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yaitu
"mencerdaskan kehidupan bangsa". Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintahan
yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai
lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal.
Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat proses pendidikan
yang sedang berlangsung dan dapat menghambat langkah sekolah dalam
menjelaskan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal. Agar pengelolaan
sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan manajemen strategik.
Manajemen strategik menurut Fred R. David (2011:5) adalah “seni dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………59


pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasi-kan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi
mencapai tujuannya”. Kemudian elemen dasar dari manajemen strategi menurut
Wheelen dan Hunger adalah (Wheelen dan Hunger, 1998:8): “Environmental
scanning, Strategy formulation, Strategy implementation and Evaluation and
control”.
Dari pendapat ahli di atas diketahui bahwa manajemen strategik terdiri dari
analisis lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi
strategi. Manajemen strategik sangat penting dalam menciptakan organisasi yang
dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada dan masyarakat pada
umumnya dan objek pendidikan (siswa dan orangtua) pada khususnya. Saat yang
bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional
bahkan dalam konteks global. Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut
untuk mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya
banya diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi
bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-manusia yang memiliki
sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Komponen dalam manajemen strategik yang akan di bahas pada makalah ini
adalah formulasi strategi. Menurut Griffin R.W. (2004:227) “strategi formulasi
adalah serangkaian proses yang terlibat dalam penciptaan atau penentuan strategi
organisasi”. Kemudian menurut Wheelen dan Hunger (1998) strategi formulasi
terdiri dari “mission, objectives, strategies, policies”.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa formulasi


strategis dalam manajemen strategis pendidikan merupakan landasan bagi
sekolah dalam menjalankan proses pendidikan. Komponen dalam formulasi
strategis paling tidak terdiri dari mengembangkan visi dan misi, tujuan, strategi,
dan kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan dan
akan jelas dan nampak akan dibawa kemana tujuan sekolah tersebut, seperti apa

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………60


sistem sekolah, proses belajar mengajarnya serta hasil output yang diinginkan.
Dalam makalah ini, akan dibahas “Manajemen Strategis – Formulasi Strategi
(Strategy Formulation)”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditetapkan perumusan masalah
sebagai berikut ini.
1. Bagaimana konsep manajemen strategis?
2. Bagaimana menganalisis lingkungan internal dan eksternal?
3. Bagaimana formulasi strategi pendidikan (Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ,
Strategi dan Kebijakan)?
4. Bagaimana perbedaan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi dalam
manajemen strategis?
5. Bagaimana formulasi visi, misi, dan tujuan dalam manajemen strategis?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
Secara umum makalah ini bertujuan untuk untuk mengetahui tentang
Manajemen Strategis – Formulasi Strategi (Strategy Formulation). Adapun
secara khusus, makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui konsep manajemen strategis;
2. Mengetahui menganalisis lingkungan internal dan eksternal;
3. Mengetahui formulasi strategi pendidikan (Visi, Misi, Tujuan, Sasaran,
Strategi dan Kebijakan);
4. Mengetahui perbedaan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi dalam
manajemen strategis;
5. Mengetahui formulasi visi, misi, dan tujuan dalam manajemen strategis.

2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
manajemen pendidikan terutama menyangkut manajemen strategik-
formulasi strategik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………61


b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen
strategik-formulasi strategik melalui penerapan ilmu dan teori-teori
manajemen pendidikan yang penulis telah dapatkan di bangku kuliah dan
membandingkan kenyataan yang sebenarnya. Serta melatih kemampuan
analisis dan berfikir sistematis.

2) Bagi Pemimpin Pendidikan


Memberikan masukaan tentang peluang dan tantangan yang harus
dihadapi dalam melaksanakan manajemen strategik-formulasi
strategik.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, penulis menggunakan
sistematika penulisan yanag terbagi dalam empat bab, yaitu: BAB I berisi tentang
Pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II berisi
tentang Pembahasan. Pada bab ini mencakup konsep manajemen strategis;
Analisis lingkungan internal dan eksternal; Formulasi strategi pendidikan (Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran dan Startegi dan Kebijakan); Perbedaan visi, misi, tujuan,
sasaran dan strategi dalam manajemen strategis; dan Formulasi visi, misi, dan
tujuan dalam manajemen strategis. BAB III merupakan Simpulan dan
Rekomendasi, maka bab ini berisi tentang simpulan yang diperoleh dalam
paparan pembahasan baik simpulan umum maupun simpulan khusus, serta
rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.

II. PEMBAHASAN
A. Konsep Manajemen Strategis
Menurut Siagian (2007:7) manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasi oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka tujuan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………62


organisasi tersebut. Kemudian manajemen strategik menurut Fred R. David
(2011:6) adalah “seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”. Elemen
dasar dari manajemen strategi menurut Wheelen dan Hunger adalah (Wheelen
dan Hunger, 1998 :8): “Environmental scanning, Strategy formulation, Strategy
implementation and Evaluation and control”.

Dari pendapat di atas diketahui bahwa proses manajemen strategi meliputi


empat elemen dasar yaitu pengamatan lingkungan, perumusan strategi,
implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian. Gambar 2.1 menunjukkan
proses manajemen strategis keempat elemen tersebut. Manajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis menekankan pada
pengamatan, evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan
dan kelemahan perusahaan (Hunger, Wheelen, 1998:4).

EVALUASI DAN
PENGAMATAN LINGKUNGAN PERUMUSAN STRATEGI IMPLEMENTASI STRATEGI
PENGENDALIAN

EKSTERNAL MISI

TUJUAN
LINGKUNGAN
SOSIAL

LINGKUNGAN STRATEGI
TUGAS

KEBIJAKAN

INTERNAL
PROGRAM
STRUKTUR BUDAYA
ANGGARAN

PROSEDUR
SUMBER ORGANISASI
KINERJA

UMPAN BALIK

Gambar 2.1 Model Hunger Manajemen Strategis (Sumber : Hunger,Wheelen, 2003:4)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………63


Gambar 2.2 Model Fred R. David Manajemen Strategis (Sumber : David, 2011)

Dari gambar 2.1 dan 2.2 diatas, dapat dilihat bahwa dalam tahapan
manajemen strategik saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap
pertama hingga akhir. Menurut Hunger manajemen strategic meliputi komponen
analisis lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi
strategi. Sedangkan menurut Fred R. David manajemen strategik meliputi
Formulasi strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Letak
perbedaannya yaitu pada analisis lingkungan, menurut Hunger analisis
lingkungan dilakukan sebelum membuat visi dan misi, sedangkan menurut David
analisis lingkungan dilakukan setelah membuat visi dan misi yaitu untuk
mengenali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mencapai visi dan
misi.Dalam makalah ini penulis mengambil model manajemen strategic menurut
Hunger karena sebagian besar organisasi kependidikan menggunakan model
tersebut dalam merencanakan strategic sekolah. Dari pendapat di atas dapat di
gambarkan secara sederhana seperti gambar 2.3 di bawah ini :

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………64


Gambar 2.3 Tahapan Manajemen Strategis

Manajemen Strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi
sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan (Kuncoro,2006:13).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan
sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan
implementasi rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.
Manajemen strategik melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang
berorientasi masa depan serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber
daya, maka partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson,
2008:21).

Berikut Merupakan Proses Manajemen Strategik jika dikaitkan dengan


Pendidikan menurut Slamet (2006:34-35) :

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………65


Gambar 2.4 Proses Manajemen Strategis Pendidikan

Dengan pendekatan manajemen strategik, manajer pada semua tingkatan


perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya. Sebagai
akibatnya, konsekuensi perilaku manajemen strategik serupa dengan
pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena itu, penilaian yang akurat
mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak hanya
memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non keuangan pengukuran
dampak berbasis perilaku (Pearce & Robinson , 2008:13). Berdasarkan beberapa
pemikiran diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Manajemen strategis adalah rencana.
2. Manajemen strategis meliputi proses formulasi, implementasi, dan
evaluasi.
3. Manajemen strategis dibuat oleh manajemen puncak.
4. Manajemen strategis berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………66


B. Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan
Eksternal (ALE)
Analisis lingkungan ini meliputi dari kegiatan memonitor, evaluasi, dan
mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis, elemen eksternal dan
internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan
(Wheelen and Hunger, 2012:64). Untuk melakukan analisis lingkungan ini
memerlukan suatu alat analisis yang dinamakan analisis SWOT. SWOT
merupakan akronim yang digunakan untuk mendeskripsikan Strengths
(Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threaths
(Ancaman) yang merupakan faktor strategis bagi perusahaan spesifik (Wheelen
and Hunger, 2012:224). Analisis SWOT ini bermula dari sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Stanford Research Institute pada tahun 1960-1970. Penelitian
berawal dari suatu ide untuk mempelajari mengapa banyak perusahaan gagal
dalam membangun perencanaan strategi. Salah satu pencetus utama analisis
SWOT ini adalah Albert S. Humphrey (Luis et al, 2011:62).

Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para


manajer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis
lembaga pendidikan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang
efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal
lembaga pendidikan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya
(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan
dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika
diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus
dan mendalam bagi desain dari strategi yang berhasil (Pearce & Robinson,
2008:200). Dari bahasan mengenai analisis SWOT, maka peluang-peluang dan
ancaman-ancaman dari hasil analisis eksternal, bersama dengan kekuatan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………67


Menurut David (2011:11) External Opportunities and Threats External
opportunities and external threats refer to economic, social, cultural,
demographic, environmental, political, legal, governmental, technological, and
competitive trends and events that could significantly benefit or harm an
organization in the future. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa peluang dan
ancaman aksternal peluang eksternal dan ancaman eksternal mengacu pada
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan,
teknologi, dan kompetitif tren dan peristiwa yang secara signifikan dapat
menguntungkan atau merugikan organisasi di masa depan. Lebih lanjut David
(2011:12) menerangkan bahwa “A basic tenet of strategic management is that
firms need to formulate strategies to take advantage of external opportunities
and to avoid or reduce the impact of external threats. For this reason,
identifying, monitoring, and evaluating external opportunities and threats are
essential for success. This process of conducting research and gathering and
assimilating external information is sometimes called environmental scanning or
industry”. Prinsip dasar manajemen strategis adalah bahwa perusahaan perlu
merumuskan strategi memanfaatkan peluang eksternal dan untuk menghindari
atau mengurangi dampak eksternal ancaman. Untuk alasan ini, identifikasi,
pemantauan, dan evaluasi peluang eksternal dan ancaman sangat penting untuk
kesuksesan. Proses ini melakukan penelitian dan pengumpulan dan
mengasimilasi informasi eksternal kadang-kadang disebut pemindaian
lingkungan atau industrianalisis. David (2011:12) “Internal strengths and
internal weaknesses are an organization’s controllable activities that are
performed especially well or poorly”. Kekuatan internal dan kelemahan internal
adalah aktivitas organisasi yang terkendali itu dilakukan dengan sangat baik atau
buruk.

Sebagai pelaksana program pendidikan, lembaga pendidikan adalah


pemeran utama untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan
program-program serta tujuan yang telah disepakati oleh lembaga pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………68


tersebut tentunya tidak bisa terlepas dengan problematika maupun persoalan-
persoalan lain yang harus diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan.
Persoalan-persoalan yang timbul baik berupa faktor intern maupun ekstern.
Faktor intern misalnya terkait dengan kurikulum, tenaga pendidik, perserta didik
dan lain-lain, sedangkan faktor eksternnya adalah faktor-faktor sosial
(masyarakat), pemerintahan maupun pihak-pihak yang terkait. Sebuah lembaga
pendidikan tentunya harus mengetahui problematika lembaganya, mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman sehingga bisa melahirkan solusi-
solusi cemerlang dan bisa mengantarkan lembaga pendidikan pada kedudukan
yang sangat berpengaruh dalam pergulatan keilmuan bangsa maupun dunia.
Perkembangan yang terjadi dewasa ini cenderung menimbulkan permasalahan
dan tantangan baru yang berdampak luas terhadap tugas-tugas pengelolaan
pendidikan. Antara lain, perbaikan mutu secara terus menerus berorientasi pada
masukan, proses, luaran, dan lain-lain. Inti sumber perbaikan bukanlah pada
fisiknya, melainkan pada peningkatan profesionalitas manusia pengelola atau
pelaksana lembaga pendidikan itu sendiri.

Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan
analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal)
dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara
umum pada semua komponen pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan
(internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama.
Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan.
Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk
menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan
dan pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan
kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk
melaksanakan program penanganan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………69


Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan lembaga pendidikan dapat
melakukan langkah-langkah strategis. Strategi adalah suatu cara dimana
organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-
peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber
daya dan kemampuan internal.

C. Formulasi Strategik Dalam Proses Manajemen Strategik


Pendidikan
Pendidikan merupaka komponen yang memiliki peran yang strategis bagi
bangsa dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu tujuan itu
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yaitu
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintahan
yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai
lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal.
Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat langkah sekolah
dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal. Agar
pengelolaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan rencana
strategis sebagai suatu upaya untuk mengendalikan sekolah secara efektif dan
efisien, sampai kepada implementasi program kegiatan belajar mengajar dalam
visi dan misi. Perencanaan strategis merupakan landasan bagi sekolah dalam
menjalankan proses pendidikan. Komponen dalam perencanaan strategis paling
tidak terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi tersebut harus dilakukan
pengelolaan sekolah agar sekolah memiliki arah kebijakan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan yang diharapkan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………70


Dengan adanya visi, misi, tujuan dan sasaran yang jelas dan terprogram
sekolah akan jelas dan nampak akan dibawa kemana tujuan sekolah tersebut,
seperti apa sistem sekolah, proses belajar mengajarnya serta hasil output yang di
inginkan. Formulasi merupakan pengembangan rencana jangka panjang untuk
manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan
dan kelemahan organisasi.

Menurut Griffin (2004:227) Strategy formulation adalah serangkaian


proses yang terlibat dalam penciptaan atau penentuan strategi organisasi.
Formulasi strategi dan sasaran lembaga pendidikan meliputi visi, misi, tujuan dan
sasaran lembaga pendidikan.
1. Visi
Langkah awal dalam strategy formulation adalah mengembangkan visi.
Visi merupakan bayangan cermin mengenai keadaan internal dan kehandalan inti
seluruh organisasi. Seringkali dalam melihat pengertian visi tertukar artinya
dengan misi. Oleh karena itu, perlu batasan yang agak spesifik tentang
terminologi visi sehingga mudah membedakan dengan misi dalam melihat
tantangan masa depan organisasi. Visi berasal dari bahasa latin visio-onis, dari
akar kata videre yang berarti melihat, memandang ke depan. Visi adalah
pandangan jauh ke depan tentang bentuk organisasi, atau gambaran atau citra
yang akan dituju oleh suatu organisasi. Jadi visi merupakan gambaran tentang
masa depan organisasi (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun
waktu tertentu.

Menurut Akdon (2009:95) menjelaskan bahwa “visi menjawab pertanyaan


"what do we want to be?". Vision statement thinking about "what is our business
in the future?". Or about "our mission in the future". A vision is a statement
about the future, spoken or ritten today; it is a process of managing the present
from a streching view of the future. Senada dengan pendapat David (2011:11) “a
vision statement that answers the question “What do we want to become?”

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………71


Developing a vision statement is often considered the first step in strategic
planning, preceding even development of a mission statement”. Dari
pemahaman di atas bahwa visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis
hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau ke depan.

Visi adalah gambaran tentang masa depan yang realistik dan ingin
diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Dalam bukunya Akdon (2006:54), visi
adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini yang menjangkau masa yang datang. Haz da Majluf dalam
Akdon (2009:95) menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan
sarana untuk:
1. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan
tugas pokok;
2. Memperhatikan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen /citizen, pihak
yang yang terkait);
3. Menyatukan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan
perkembangan.

Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu ditafsirkan dengan,
tidak mengandung multi makna sehingga dapat menjadi acuan yang
mempersatukan semua pihak dalam sebuah organisasi (sekolah). Bagi sekolah,
visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan
di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang
dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang. Dalam menentukan visi
tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembagan dan tantangan masa depan.

Menurut Dunphy dalam Akdon (2009:95) “the vision must be able to give
strong senss of what are the areas of business focus”. Visi harus dapat memberi
kepekaan yang kuat tentang lingkungan fokus bisnis. Sedangkan menurut Lonnya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………72


Helgeson (dalam Salusu, 1996) visi harus mampu menjelaskan bagaimana rupa
yang seharusnya dari suatu organisasi kalau ia berjalan dengan baik. Bagaikan
seorang arstiek akan memberi tahu kepada pemilik, melalui desainnya, rupa dan
penampilan dari bangunan itu kalau dikerjakan dengan baik. Ia tidak sekedar
menggambar bangunan itu, tetapi memperlihatkan kekokohan dan kesatuan yang
mutlak serta memberi harapan yang menyenangkan bagi pemilikny. Jadi visi
adalah gambaran keberhasilan, yang biasanya dipersiapkan sedikit lebih lama
dibanding dengan waktu yang dipakai untuk merumuskan misi.

Visi keberhasilan dapat dijelaskan sebagai suatu deskripsi tentang


bagaimana seharusnya rupa dari suatu organisasi pada saat ia berhasil dengan
sukses melaksanakan strateginya dan menemukan dirinya yang penuh potensi
yang mengagumkan. Untuk menggambarkan visi keberhasilan, diperlukan
keberanian, keberanian melihat ke depan karena masa depan selalu penuh
tantangan. Selain itu, juga dituntut kerja keras untuk menterjemahkan visi itu
dalam bentuknya yang nyata dan menanggulangi berbagai rintangan yang dapat
menghambat direalisasi-kannya visi tersebut.

Suatu visi yang jelas, akan memberikan manfaat yang besar bagi
organisasi. Visi yang sudah dipahami bersama akan mencegah para pengambil
keputusan untuk berdebat tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
ditunda, bagaimana melakukannya, mengapa, dan sebagainya. Visi memiliki
kekuatan yang mampu mengundang, memanggil, dan menyerukan kepada setiap
orang untuk beramai-ramai memasuki masa depan, sekarang. Para perencana
akan lebih mudah menjabarkan rencana-rencananya; para pemimpin juga
mendapatkan petunjuk yang jelas bagaimana harus mengendalikan organisasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa visi adalah suatu gambaran yang jelas
tentang apa yang ingin dicapai, berikut rincian dan instruksi tentang setiap
langkah untuk mencapai tujuan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………73


Selanjutnya Solihin (2005) menjelaskan bahwa pernyataan visi yang baik
dan ringkas yaitu; a) Menarik perhatian dan mudah diingat, b). Memberi inspirasi
dan tantangan bagi prestasi di masa mendatang, c). Dapat dipercaya dan
konsisten, d). Berfungsi sebagai titik temu dengan semua stakeholders, e).
Memungkinkan fleksibilitas dan kreativitas dalam pelaksanannya. Contoh visi:
"Membentuk manusia berakhlak mulia".

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa visi adalah


gambaran masa depan organisasi yang hendak diwujudkan. Jika misi organisasi
hanya menjelaskan lingkup yang dijalankan oleh organisasi dan tidak
menggambarkan peluang yang akan diraih di masa depan, dalam perumusan visi
harus menggambarkan apa yang mungkin di masa depan dan ingin diwujudkan.
Visi harus sederhana dan dapat menumbuhkan rasa wajib dalam diri anggota
organisasi untuk mewujudkannya, memberi tantangan, praktis, dan realisitik.
Bagaimana merumuskan visi sekolah? Bagi suatu organisasi visi memiliki
peranan yang penting dalam menentukan arah kebijakan dan karakteristik
organisasi tersebut. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan sebuat visi menurut Bryson (2001: 213) antara lain:
a. Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi;
b. Visi harus disebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholders);
c. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan tindakan
organisasi yang penting.

Sedangkan menurut Akdon (2009:90), terdapat beberapa kriteria dalam


merumuskan visi, antara lain:
a. Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang
ingin diwujudkan;
b. Visi dapat memberikan arahan, mendorong anggota organisasi untuk
menunjukkan kinerja yang baik;
c. Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan;
d. Menjembatani masa kini dan masa yang akan datang;
e. Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik;
f. Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………74


Berdasarkan beberapa pendapat di atas, rumusan visi sekolah yang baik
seharusnya memberikan isyarat:
a. Visi sekolah berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama;
b. Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan
norma dan harapan masyarakat;
c. Visi sekolah harus mencerminkan standar keuunggulan dan cita-cita yang
ingin dicapai;
d. Visi sekolah harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya
inspirasi, semangat dan komitmen bagi stakeholders;
e. Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan
pengembangan sekolah ke arah yang lebih baik;
f. Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah;
g. Dalam merumuskan visi harus disertai indikator pencapaian visi.

2. Misi
Misi merupakan sebuah guidelines yang lebih pragmatis dan konkrit yang
dapat dijadikan acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam lembaga atau
organisasi. Secara umum misi menurut Sharplin adalah'alasan keberedaan', misi
sebagai dsekripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa. Sementara itu
Pearce dan Robinson menyebutkan bahwa misi organisasi disebutkan sebagai
tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi
dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope)
organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi
keberedaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberedaan sekolah,
karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk
mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target, dan ukuran yang
menjadi dasar penilaian kinerjanya. (Sagala,2007:135)

Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan dijadikan
elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam pandangan sekolah
dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah (Akdon,
2009:90). Kotles mengatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang tujuan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………75


organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat
ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang
dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh,serta aspirasi dan cita-cita di masa
depan. Menurut Akdon (2009: 98), misi adalah pernyataan mengenai hal-hal
yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa
datang. Sedangkan David (2011:11) menerangkan bahwa “Mission statements
are “enduring statements of purpose that distinguish one business from other
similar firms. A mission statement identifies the scope of a firm’s operations in
product and market terms”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa misi adalah pernyataan tentang apa yang
harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil
kompromi interprerasi visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju
serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi.

Dari pengertian tersebut, tampaknya ada lima unsur yang tidak dapat
dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:
a. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu
pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain;
b. Apakah produk atau layanaan yang ditawarkan itu dapat memenuhi
kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena
belum tersedia selama ini;
c. Misi harus secara tegas menyatakan pulbik mana yang akan dilayani;
d. Bagaimana kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan;
e. Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.

Unsur-unsur misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk


sungguh-sungguh dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanay sebagai semboyan
tanpa makna. Oleh karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang
dilayani, rumusan misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan
singkat saja. Misi merupakan "alat yang tak ternilai" untuk mengarahkan
perumusan strategi dan pelaksanaan strategi. Ia merupakan pondasi yang konstan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………76


dalam pengambilan keputusan strategik. Ia bahkan adalah common thread yang
menyatakan seluruh aktivitas organisasi. Misi sebenarnya menjelaskan hal-hal
yang sangat fundamental, yang merupakan falsafah dasar dari organisasi, sebagai
pendorong lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi. Misi juga penting
karena suatu perumusan tujuan dan sasaran yang realistik hanya mungkina
dilakukan jikalau terlebih dahulu misi organisasi sudah diidentifikasi.
Bagaimana merumuskan misi sekolah?

Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi
merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan
rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata
lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan
dalam visi dengan berbagai indikatornya. Ada beberapa kriteria dalam
pembuatan misi, antara lain:
1. Penjelasan tentang produk atau layanan yang ditawarkan yang sangat
diperlukan oleh masyarakat;
2. Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani;
3. Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang
meyakinkan masyarakat;
4. Penjelasan aspirasi bisnis yang diinginkan pada masa mendatang juga
bermanfaat dan keuntungannya bagi masyarakat dengan produk dan
pelayanan yang tersedia (David, 2011: 53)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan misi sekolah


antara lain:
1. Pernyataan misi sekolah harus menunjukkan secara jelas mengenai apa
yang hendak dicapai oleh sekolah;
2. Rumusan misi sekolah selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
"tindakan" dan bukan kalimat yang menunjukkan "keadaan" sebagaimana
pada rumusan visi;
3. Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara
indikator visi dengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau terdapat
benang merah secara jelas;

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………77


4. Misi sekolah menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan
diberikan pada masyarakat (siswa);
5. Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing
yang tinggi, namun disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Merumuskan misi organisasi terkadang dianggap mudah, tetapi


kesulitannya lebih banyak ketimbanga gampangnya. Para pengambil keputusan
strategik sering mampu merumuskan misi itu dengan baik, tetapi segera timbul
kesulitan dan mengkoordinasikan tindakan-tindakan manajerial. Inilah peranan
kritis dari berbagai organisasi karena banyak organisasi yang gagal
merealisasikan misinya. Misi, karenanya harus mendarat lebih dahulu dalam hati
semua orang yang bekerja dalam organisasi itu. Jadi apabila dikatakan bahwa
salah satu misi dalam lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas, maka
seharusnya semua yang terlibat dalam proses itu memahami sunguh-sungguh apa
yang dimaksud dengan meningkatkan kualitas itu dan senantiasa berusaha
menuju ke sana, sementara manajemen puncak harus pula komit untuk
mempertahankan tekad itu.

Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu
tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. Perubahan itu bisa dilakukan jikalau
terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus
dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi
perubahan apabila menajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan
bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-
pihak terkait masih menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak
bisa berubah.

Dari beberapa pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan misi


harus a) menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh
organisasi dan bidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan, b)
secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya, c)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………78


mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang utama
yang digeluti organisasi.

3. Tujuan Sekolah
Hampir semua model manajemen rasional menggunakan asumsi bahwa
perilaku manusia akan menjadi fungsional dan kinerja organisasi akan dapat
meningkat jika tujuan (goal) konsisten dan jelas. Menurut Mulyadi (2000:120)
tujuan adalah pernyataan luas tentang apa yang diwujudkan organisasi. Tujuan
diturunkan dari misi organisasi, namun sifatnya masih cukup luas dan umum.

Tujuan strategik adalah kunci dari arah perubahan masa depan. Tujuan
strategik mengarahkan pada yang hendak dikejar di waktu yang akan datang
dalam kurun waktu cukup lama. Oleh sebab itu, sering juga dikatakan bahwa
tujuan strategik merupakan planning umbrella dalam mengintegrasikan usaha
dari semua unit dan anggota ke dalam suatu kegiatan menyeluruh dan menyatu
dari suatu organisasi. Untuk itu tujuan strategik harus lebih tajam dari misi, tetapi
cukup luas untuk dapat mendorong lahirnya kreativitas dan inovasi bagi semua
unit kerja. Sedangkan menurut Salusu (1996) tujuan dapat diartikan sebagai
kondisi jangka panjang yang diinginkan, yang dinyatakan dalam istilah yang
umum dan kualitatif, dan yang mungkin hanya sebagian yang dapat dicapai.

Berdasarkan pemikiran di atas, tujuan organisasi pada dasarnya untuk


jangka panjang yang harus diselesaikan selama waktu itu, dan akan mengarahkan
kinerja harian organisasi. Beberapa kriteria perumusan tujuan menurut Nurkholis
(2014:34) sebagai berikut:
a. Tujuan harus serasi dan mengklarifikasi visi, misi dan nilai-nilai
organisasi;
b. Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi memenuhi
misi, program, dan sub program organisasi;
c. Tujuan akan menjangkau hasil-hasil penilaian lingkungan
internal/eksternal dan diprioritaskan, serta mungkin dikembangkan dalam
merespon isu-isu strategik;

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………79


d. Tujuan cenderung untuk esensial tidak berubah kecuali terjadi pergeseran
lingkungan, atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan telah
dicapai;
e. Tujuan biasanya secara relatif berjangka panjang, yaitu sekurang-
kurangnya tiga tahun atau lebih. Namun demikian, pada umumnya jangka
waktu tujuan disesuaikan dengan tingkat organisasi, kondisi, posisi, dan
lokasi;
f. Tujuan harus dapat mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan saat
ini dengan yang diinginkan;
g. Tujuan menggambarkan hasil program/sub program yang diinginkan;
h. Tujuan menggambarkan arah yang jelas dari organisasi , program dan sub
program, tetapi belum menetapkan ukuran-ukuran spesifik atau strategi;
i. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pada
dasarnya merupakan penjabaran dari misi organisasi, yang berjangka lama,
mata tujuan dapat menjadi benchmark untuk pengukuran kinerja
organisasi.

Jadi, tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di


mana organisasi atau perusahaan bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai
pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi
sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya. Tujuan merupakan
penjabaran dari pernyataan misi, tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penetapan tujuan pada
umumnya didasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan
setelah penetapan visi dan misi. Tujuan tidak harus dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, akan tetapi harus menunjukkan kondisi yang ingin dicapai di masa
mendatang. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan,
program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi ,oleh karena itu tujuan
harus dapat menyediakan dasar yang kuat untuk menetapkan indikator.

Penetapan tujuan bagi lembaga (institusi) khususnya lembaga pendidikan


merupakan hal yang sangat urgen. Tujuan adalah arah yang akan dijadikan
pegangan dalam melaksanakan berbagai pekerjaan. Di bawah ini penulis

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………80


mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang:
1). Tujuan jangka pendek
Pidarta (2003: 29) menjelaskan tujuan jangka pendek adalah sebuah
rencana capaian tujuan yang skala waktunya 1 tahun. Tujuan jangka
pendek ini merupakan penjabaran lanjutan dari visi dan misi sebagaimana
telah dijelaskan di muka. Tujuan jangka pendek merupakan turunan dari
visi-misi yang isinya lebih spesifik. Dengan tujuan yang terjabarkan secara
rinci ini tentu akan nampak jelas tujuan-tujuan yang menjadi sasaran
utamanya. Dari misi dijabarkan dan menjadi tujuan-tujuan, hal tersebut
akan membantu di dalam mengembangkan tugas-tugas pokok yang harus
dilaksanakan, yang mana keseluruhan tugas pokok dimaksud nantinya
akan terpilah lebih spesifik lagi menjadi kerangka kerja berjangka pendek
(setiap tahun), kerangka kerja berjangka menengah (1-5), dan panjang (6-
10). Dengan demikian tujuan jangka pendek akan terjelaskan secara jelas
dan realistik, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat diukur tingkat
keberhasilannya, dan juga akan jelas pula kontribusi kerja atau kegiatan
yang harus dilakukan bagi organisasi/lembaga pendidikan di dalam
tanggung jawabnya mewujudkan tujuan-tujuannya.
2). Tujuan Jangka Panjang
David (2011:13) menerangkan bahwa “Long-Term Objectives can be
defined as specific results that an organization seeks to achieve in
pursuing its basic mission. Long-term means more than one year.
Objectives are essential for organizational success because they state
direction; aid in evaluation; create synergy; reveal priorities; focus
coordination; and provide a basis for effective planning, organizing,
motivating, and controlling activities. Objectives should be challenging,
measurable, consistent, reasonable, and clear. Tujuan dapat didefinisikan
sebagai hasil spesifik yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam
mengejar misi dasarnya. Jangka panjang berarti lebih dari satu tahun.
Tujuan sangat penting untuk organisasi sukses karena mereka menyatakan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………81


arah; bantuan dalam evaluasi; buat sinergi; mengungkap prioritas;
koordinasi fokus; dan memberikan dasar untuk perencanaan,
pengorganisasian, memotivasi, dan yang efektif mengendalikan kegiatan.
Tujuan haruslah menantang, dapat diukur, konsisten, masuk akal, dan jelas.
Tujuan jangka panjang berkaitan erat dengan perencanaan makro, sifatnya
lebih umum, dan berorientasi waktu yang sangat panjang. Adapun rentang
waktunya dari tujuan jangka panjang ini, menurut Pidarta yaitu manimal
10 tahun. Menurut Sondang (2005:134-13) tujuan jangka panjang harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Akseptabilitas, Kiranya bukanlah merupakan sekadar ”jargon” atau
“klise” manajemen apabila dikatakan bahwa manajemen yang
bertanggung jawab akan berupaya mengelola perusahaan yang
dipimpinnya berdasarkan norma-norma moralitas dan etika yang
berlaku, tidak hanya secara “parochial” akan tapi juga secara
universal.
b. Fleksibilitas, Kenyataan dan pengalaman menunjukkan bahwa selalu
terjadi perubahan dalam lingkungan suatu perusahaan.
c. Dapat diukur, Sasaran yang ingin dicapai hendaknya dinyatakan
dengan jelas dan konkret.
d. Menjadi pendorong bagi peningkatan kinerja memuaskan, Yang
dimaksud dengan sasaran yang berperan sebagai pendorong bagi
penampilan kinerja yang memuaskan ialah bahwa: (1) sasaran cukup
sulit maka dari itu memerlukan pangarahan tenaga kerja, waktu,
kemampuan agar memperoleh hasil yang memuaskan, (2) akan
menimbulkan frustasi apabila apabila sasaran yang sulut tidak
mungkin tercapai, (3) pengarahan kemampuan yang maksimal tidak
terlalu diperlukaan karena sasaran tidak mudah untuk dicapai.
e. Kesesuaian, sasaran jangka panjang harus digali dari dan merupakan
rincian misi perusahaan.
f. Dapat dipahami, Pencapaian sasaran tersebut akan lebih mudah dan
lancer apabila semua pihak yang terlibat dalam hal tersebut memiliki
persepsi, makna dan ramifikasinya yang sama.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………82


g. Dapat dicapai, sasaran harus cukup sulit sehingga menantang akan
tetapi sekaligus tidak demikian sulitnya sehingga tidak mungkin
dicapai.

Sebagaimana yang dijelaskan Nawawi (2003:116) Tujuan jangka panjang


ini merupakan terjemahan dari visi dan misi untuk dilakukan dalam satu periode
tertentu. Tujuan sekolah harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka
menengah (empat tahunan);
b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat;
c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
d. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan
pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
e. Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan.

Kriteria perumusan tujuan dapat dikemukakan sebagai berikut:


a. Merupakan kriteria umum tentang tujuan pendidikan di sekolah;
b. Berkait dengan usaha mendorong perkembangan semua siswa, baik secara
intelektual, fisikal, sosial, personal, spiritual, moral, kinestetikal, maupuan
estetikal;
c. Harus memberikan fokus yang jelas bagi sekolah;
d. Harus dirumuskan dalam kerangka visi dan misi sekolah;
e. Memenuhi kriteria SMART: Specific, Measurable, Achievable, Realistic,
dan Time-bound.

Contoh Tujuan
 Pada tahun 2019, peningkatan skor rata-rata +0,5.
 Pada tahun 2019, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan
menjadi finalis tingkat kabupaten.
 Pada tahun 2019, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada
acara setingkat Kota/Kabupaten.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………83


4. Sasaran dan Strategi Sekolah
Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu suatu yang dihasilkan/dicapaikan
oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanding tujuan sekolah. agar
sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur,
jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rincian dan mengacu pada
visi, misi dan tujuan sekolah.

Sasaran yang akan dicapai berdasarkan visi, misi, dan tujuan di atas adalah
meningkatkan mutu sekolah meliputi aspek-aspek kurikulum, sumber daya
manusia (guru dan tenaga kependidikan), murid, proses pembelajaran, prasarana
dan sarana,susunan akademik, keuangan, penelitian dan publikasi, pengabdian
kepada masyarakat, tata pamong (governance), manajemen lembaga, sistem
informasi dan kerjasama. Contoh konkrit dan terukur dalam mutu yang ingin
dicapai:
a. Persentase kelulusan tepat waktu minimal 75%, yang sudah harus dicapai
pada tahun 2019;
b. Persentase siswa yang lulus dengan nilai rata-rata 8, minmal 6, yang sudah
harus dicapai pada tahun 2019;
c. Persentase kehadiran guru tepat waktu minimal 95%, yang sudah harus
tercapai pada tahun akademik 2018/2019;
d. Rasio guru: siswa, sebesar 1: 25, harus dapat dicapai pada tahun
2019/2020;
e. Meningkatkan kualitas dan pendidikan guru, 100 % berpendidikan S1 dan
di antara mereka 40% S2 pada tahun 2019/2020;
f. Kerjasama dengan lembaga pendidikan, pemerintah, swasta, industri baik
dalam maupun luar negeri untuk peningkatan kegiatan penelitian dan
pengembangan bakat peserta didik.

Langkah selanjutnya menentukan strategi. Strategi adalah serangkaian


aktivitas yang dilakukan secara berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau
masa lalu) untuk memberi nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu
mencapai sasaran jangka menengah atau jangka panjang perusahaan (Luis et al,
2011:61). Menurut Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1),

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………84


strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,
diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian lain dari strategi adalah rencana berskala besar, dengan


orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk
mencapai tujuan perusahaan (Pearce & Robinson, 2008:6). Jadi, berdasarkan
pengertian-pengertian mengenai strategi yang telah dijabarkan, strategi
merupakan rencana atau penentuan tujuan yang dilakukan perusahaan dalam
jangka menengah dan jangka panjang.

Sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja/stakeholders, strategi yang digunakan


untuk mencapai sasaran di atas sebagai berikut:
1. Menyusun program dan mengadakan kegiatan sekolah untuk menciptakan
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, yang
dirumuskan melalui kegiatan:
a. Workshop pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang
disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan;
b. Pelatihan menyusun administrasi sekolah;
c. Memperbanyak pengadaan buku yang berhubungan dengan mata
pelajaran di perpustakaan;
d. Mengadakan pembinaan dan pengembangan laboratorium yang
diaplikasikan langsung pada bagian-bagian tempat praktikum siswa,
dan;
e. Mengadakan kegiatan observasi (studi banding), penelitian, dan
pengembangan bakat peserta didik.
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, baik pimpinan, guru, staf
administrasi, serta siswa melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.
3. Meingkatkan kualitas rekruitmen dan kualitas siswa baru dengan
mendalami bakat-bakat mereka.
4. Meningkatkan proses pembelajaran yang bermakna dan bermutu yang
disesuaikan dengan kurikulum 2013.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………85


5. Meningkatkan secara kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana serta
pemeliharaan, pemanfaatan, dan kelengkapan yang telah ada untuk
menunjang keberhasilan pendidikan dan pembelajaran.
6. Mengupayakan peningkatan suasana akademik melalui:
a. Proses pembelajaran yang kondusif;
b. Siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya sesuai
dengan materi pelajaran, dan;
c. Interaksi antar guru dan murid dibangun berdasarkan rasa
kekeluargaan, baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga antara
guru dan siswa tidak ada jarak pemisah.
7. Mengupayakan penggalangan sumber dana dan anggaran pendidikan
secara persuasif dari siswa, serta pihak lain yang berkepentingan dengan
pendidikan.
8. Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat secara terstruktur
dan terprogram.
9. Meningkatkan pelayanan sekolah yang baik dengan sistem informasi
berbasis komputer.

Strategi pencapaian sasaran sudah memiliki tahapan waktu yang jelas dan
sangat realistik serta didukung dokumen yang sangat lengkap. Tahapan-tahapan
pencapaian visi dan misi tertuang dalam Rencana Strategis dan Rencana
Operasional, dan seterusnya.
a. Menghasilkan Alternatif Strategi dan Memilih Strategi
Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke
dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu:

TAHAP 1: TAHAP INPUT

Matriks Evaluasi Faktor Matriks Evaluasi Faktor


Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Eksternal (EFE) Internal (IFE)

TAHAP 2: TAHAP PENCOCOKAN


Matriks Matriks Posisi Matriks Boston Matriks Matriks
SWOT Strategis dan Consulting Internal- Strategi Besar
Evaluasi Group Eksternal (IE)
Tindakan (BCG)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………86


(SPACE)

TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Gambar 2.5 Alternatif Strategi dan Memilih Strategi

Tahap pertama adalah Tahap Input (input stage), merupakan tahapan


dalam meringkas informasi input dasar yang dibutuhkan dalam perumusan
strategi. Informasi diperoleh dari analisa kondisi internal, eksternal, dan profil
kompetitif. Tahap input ini terdiri atas:
1. Matriks evaluasi faktor eksternal (external factor evaluation- EFE)
2. Matriks evaluasi faktor internal (internal factor evaluation- IFE)
3. Matriks profil kompetitif (competitif profil matriks)
Tahap kedua adalah Tahap Pencocokan (matching stage), merupakan
tahapan dalam menghasilkan strategi alternative yang layak dengan memadukan
faktor eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap kedua meliputi:
1. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT Matrix),
2. Matriks Posisi Strategi dan Evaluasi Tindakan (SPACE),
3. Matriks Boston Consulting Group (BCG),
4. Matriks Internal-Eksternal (IE) dan
5. Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix).
Alat-alat ini bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input
untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal. Mencocokkan (matching) faktor-faktor keberhasilan penting
eksternal dan internal merupakan kunci untuk menciptakan strategi alternatif
yang masuk akal. Setiap organisasi harus mengembangkan dan menjalankan
strategi yang tepat agar berhasil. Setiap organisasi memiliki peluang dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………87


ancaman ekternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat dipelajari
untuk merumuskan strategi alternatif yang masuk akal.

b. SWOT MATRIX
Adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para
manajer mengembangkan empat jenis strategi, jenis strategi yang dapat
dikembangkan :
1. Strategi SO (Kekuatan-Peluang) Memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2. Strategi WO (Kelemahan-Peluang) Memperbaiki kelemahan internal
dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
3. Strategi ST (Kekuatan-Ancaman) Menggunakan kekuatan sebuah
perusahaan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman
eksternal.
4. Strategi WT (Kelemahan-Ancaman) Merupakan taktik defensif yg
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal untuk menghindari
ancaman eksternal.

Gambar 2.6

Matriks SWOT

Strengths – S Weaknesses – W
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal Kelemahan internal

SO Strategies
Opportunities – O WO Strategies
Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang meminimalkan
menggunakan kekuatan
faktor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan
untuk memanfaatkan
Peluang Eksternal peluang
peluang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………88


Threats – T ST Strategies
WT Strategies
Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang meminimalkan
faktor-faktor menggunakan kekuatan
kelemahan dan menghindari ancaman
Ancaman Eksternal untuk mengatasi ancaman

Tahap ketiga adalah tahap keputusan (decision stage), merupakan tahap


menggunakan informasi input dari tahap pertama untuk secara objektif
mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang diidentifikasi dalam tahap kedua.
David (2011:192) “The Decision Stage Analysis and intuition provide a
basis for making strategy-formulation decisions. The matching techniques
just discussed reveal feasible alternative strategies. Many of these
strategies will likely have been proposed by managers and employees
participating in the strategy analysis and choice activity. Any additional
strategies resulting from the matching analyses could be discussed and
added to the list of feasible alternative options”. Tahap Keputusan,
analisis dan intuisi memberikan dasar untuk membuat keputusan
perumusan strategi. Itu teknik pencocokan yang baru saja dibahas
mengungkapkan strategi alternatif yang layak. Banyak dari ini strategi
kemungkinan akan diusulkan oleh manajer dan karyawan yang
berpartisipasi dalam analisis strategi dan aktivitas pilihan. Setiap strategi
tambahan yang dihasilkan dari pencocokan analisis dapat didiskusikan
dan ditambahkan ke daftar opsi alternatif yang layak.

Para penyusun strategi tidak dapat mempertimbangkan seluruh alternatif


yang dapat menguntungkan organisasi/sekolah karena akan sangat banyak
tindakan yang mungkin dan tak terbatasnya cara untuk menerapkan tindakan-
tindakan tersebut. Oleh karena itu, serangkaian strategi alternatif paling menarik
yang bisa dikelola harus dikembangkan. Keuntungan, kerugian, trade-off, biaya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………89


dan manfaat strategi-strategi ini harus ditentukan. Strategi-strategi yang diajukan
oleh para partisipan harus dipertimbangkan dan didiskusikan dalam satu atau
serangkaian ralat. Berbagai strategi tersebut dapat disusun dalam berntuk tertulis.
Ketika semua strategi yang masuk akal yang diidenfikasi oleh partisipan telah
disampaikan dan dimengerti, strategi-strategi tersebut hendaknya diperingkat
berdasarkan daya tarik masing-masing menurut semua partisipan, dengan
1=jangan diterapkan, 2=mungki diterapkan, 3=sebaiknya diterapkan, 4=harus
diterapkan. Proses ini akan menghasilkan sebuah daftar prioritas. Sesuai
pendapat David (2011: 192) “participants could rate these strategies on a 1 to 4
scale so that a prioritized list of the best strategies could be achieved”. Peserta
dapat menilai strategi ini pada skala 1 hingga 4 sehingga daftar strategi terbaik
yang diprioritaskan dapat dicapai.

Menurut David (2011:192) The QSPM is a tool that allows


strategists tto evaluate alternative strategies objectively, based on
previously identified external and internal critical success factors. QSPM
adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi
alternatif secara objektif, berdasarkan eksternal dan yang sebelumnya
diidentifikasi faktor penentu keberhasilan internal.

David (2011:193-195) Ada enam langkah yang diperlukan untuk


mengem-bangkan QSPM yaitu:
Step 1 Make a list of the firm’s key external opportunities/threats and
internal
strengths/weaknesses in the left column of the QSPM
Step 2 Assign weights to each key external and internal factor.
Step 3 Examine the Stage 2 (matching) matrices, and identify alternative
strategies that the organization should consider implementing.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………90


Step 4 Determine the Attractiveness Scores (AS)
Step 5 Compute the Total Attractiveness Scores.
Step 6 Compute the Sum Total Attractiveness Score.

QSPM ini membandingkan dua alternatif. Berdasarkan strategi


dalam tahap 1 (IFE, EFE) dan tahap 2 (BCG, SPACE, IE), eksekutif
perusahaan menetapkan bahwa perusahaan ini XYZ perlu mengejar
strategi yang agresif yang ditujukan pada pengembangan produk baru dan
penetrasi lebih lanjut dari pasar. Mereka juga mengidentifikasi bahwa
strategi ini dapat dieksekusi dalam dua cara. Salah satu strategi adalah
mengakuisisi perusahaan pesaing. Strategi lain adalah untuk memperluas
internal. Mereka sekarang meminta pilihan mana yang lebih baik.

Keistimewaan QSPM:
 Rangkaian-rangkaian strateginya dapat diamati secara berurutan
atau bersamaan.
 Mendorong para penyusun strategi untuk memasukkan faktor-
faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses
keputusan.
Keterbatasan QSPM:
 QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang
berdasar.
 QSPM hanya akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi
prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasarnya.

c. Aspek-Aspek Budaya dari Pemilihan Strategi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………91


Semua organisasi memiliki budaya. Budaya (culture) ini mencakup
serangkaian nilai, keyakinan, sikap, kebiasaan, norma, kepribadian, dan
pemujaan bersama yang menggambarkan perusahaan. Merupakan hal
yang menguntungkan melihat manajemen strategis dari perspektif budaya
karena keberhasilan seringkali bergantung pada seberapa besar dukungan
yang diperoleh strategi itu dari budaya sebuah perusahaan. Budaya
perusahaan juga bisa menjadi antagonistic terhadap strategi baru yang
akan mengakibatkan kekacauan dan kebingungan.

d. Politik Pemilihan Strategi


Semua organisasi itu politis. Kecuali dikelola, maneuver politik
menghabiskan banyak waktu, menyubversikan tujuan organisasional,
mengalih-kan energy manusia, dan mengakibatkan hilangnya beberapa
karyawan yang berharga.Kadang, bias politis dan preferensi personal
melekat pada keputusan pemilihan strategi. Tanggung jawab utama
penyusun strategi adalah memandu pengembangan koalisi, memelihara
konsep tim yang menyeluruh, dan memenangkan dukungan dari banyak
individu dan kelompok individu yang penting. Dengan tiadanya analisis
yang obyektif, keputusan strategi dapat didasarkan pada keadaan politik
saat itu. Dan itu semua sekarang sudah dapat diminimalisir dengan
berkembangnya alat-alat perumusan strategi. Oleh karena para penyusun
strategis harus efektif di pasar dan sanggup memenangkan komitmen
internal, taktik berikut yang sudah digunakan oleh politikus selama
berabad-abad dapat membantu mereka :
 Ekuifinalitas (lebih mementingkan hasil akhir yang lebih baik
daripada memaksakan metode tertentu untuk meraih keberhasilan);

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………92


 Memuaskan (Mencapai hasil yang memuaskan dengan strategi yang
bisa diterima lebih baik daripada gagal mencapai hasil yang optimal
dengan strategi yang tidak bisa diterima);
 Generalisasi (Mengubah focus dari isu-isu spesifik ke yang lebih
umum);
 Fokus pada isi-siu yang lebih tinggi (lebih focus pada kepentingan
jangka panjang)
 Menyediakan akses politis pada Isu-isu yang penting

5. Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan pengambilan
keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan implementasinya. Perusahaan
menggunakan kebijakan untuk membuat karyawan dan seluruh pihak perusahaan
membuat keputusan dan melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan
strategi perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:69).

D. Perbedaan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


1. Perbedaan antara visi dan misi
Visi adalah "what be believe we can be". Visi merupakan gambaran masa
depan mau jadi apa lembaga kita. Menentukan visi berarti menentukan tujuan
dan cita-cita yang ingin dicapai. Dalam menentukan visi hendaknya memenuhi
persyaratan:
a. Tidak berdasarkan kondisi saat ini;
b. Berorientasi ke depan;
c. Mengekspresikan kreatifitas;
d. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat.

Misi adalah "what be believe we can do”. Misi adalah apa yang bisa
dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi merupakan
langkah-langkah dan strategi apa unutk mencapai visi kita. Kadangkala misi
perlu dirubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi bukan visinya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………93


yang dirubah hanya cara-caranya mencapai tujuan yang dirubah. Apabila visi
berubah-ubah maka akan terkesan tidak konsisten gambaran masa depan tentang
organisasi tersebut.
Contoh visi dan lembaga pendidikan
Visi:
Menjadi sekolah yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan mengedepankan iman dan takwa dengan lingkungan sehat,
menyenangkan, demokratis, dan mampu memberikan kontribusi penting
terhadap masyarakat luas.
Misi:
a. Menumbuhkan kegemaran dan kebiasaan membaca, menulis, dan
berkarya;
b. Memotivasi peserta diidk untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
efektif, aktif, kreatif, kritis, dan menyenangkan;
c. Menumbuhkan sikap bertanggung jawan terhadap peraturan sekolah,
agama, hukum serta norma-norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat;
d. Menciptakan lingkungan belajar yang berwawasan IPTEK dan
IMTAK;
e. Menyiapkan peserta didik untuk menjadi pribadi yang mandiri,
memiliki kreatifitas, bertanggung jawab dan berani mengembangkan
potensi diri.

2. Perbedaan Tujuan dan Sasaran


Tujuan sekolah merupakan penjabaran dari misi, oleh karena itu tujuan
harus selaras dengan visi dan misi, yang mana tujuan sekolah harus memberikan
ukuran spesifik dan akuntabel (dapat diukur). Jadi, tujuan sekolah itu harus dapat
diukut dengan terlaksananya program yang telah direncanakan oleh sekolah
tertentu. Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu suatu yang dihasilkan/dicapai
oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanding tujuan sekolah. Agar
sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur,
jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci dan mengacu pada
visi, misi, dan tujuan sekolah. Dalam penyusunan tujuan dan sasaran yang juga
penting untuk diperhatikan adalah penyusunan prioritas. Penyusunan prioritas

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………94


yang salah akan dapat menghambat pencapaian visi dan pemborosan dalam
sumber daya, Jika kesalahan prioritas tersebut merupakan hal yang fatal dan
kemudian menjadikan pemborosan yang sangat sehingga menghabiskan sumber
daya yang ada, mak visi sekolah yang telah direncanakan kemudian tidak
tercapai.

E. Formulasi Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Pendidikan dalam


Manajemen Strategik
Sebagaimana uraian di atas bahwa visi, misi, dan tujuan di bidang
pendidikan adalah hal yang sangat mutlak diperlukan. Dengan adalah rumusan-
rumusan (visi, misi, dan tujuan) yang jelas akan memberikan arah dan pedoman
bagi institusi atau organisasi pendidikan di dalam melaksanakan sekaligus
mencapai sesuatu yang diinginkan. Selain dari itu, lingkungan organisasi atau
institusi pendidikan akan membuahkan pola kerjasama atau koordinasi yang
efektif dan efisien di dalam menggerakkan dinamika organisasi (lembaga
pendidikan), karena dengan penetapan visi, misi, dan tujuan pelaksanaan
kegiatan atau program kerja akan berjalan terarah menuju pada peningkatan
produktivitas dan kualitas pendidikan (lulusan) yang baik dan terukur.

Berangkat dari uraian dan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa esensi
dari visi, misi, dan tujuan adalah sesuatu yang tidak terpisahkan di dalam
organisasi atau lembaga pendidikan. Tanpa adanya formula yang jelas dari ketiga
hal dimaksud, tentu pelaksanaan program pendidikan dakan berjalan tanpa arah
dan tujuan, dan juga dapat dipastikan pendidikan itu akan tumpul serta secara
pelan-pelan mati dengan sendiri. Bagi sebuah institusi atau organisasi, diperlukan
rumusan-rumusan arah (visi-misi) tertentu sebagai petunjuk atau pedoman di
dalam bergerak dan melakukan kegiatan atau program kerja. Karena esensi dari
bergerak atau berkegiatan bukan hanya sekedar berpindah tapi bergerak menuju
sesuatu. Apakah tujuan dan bagaimana kita akan merumuskannya? adalah
merupakan sebuah pertanyaan mendasar dari ruang tujuan. Selama kegiatan
berlangsung, tujuan berfungsi sebagai acuan perkembangan. Tujuan adalah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………95


sebuah konsep yang menerangkan :kemana kita akan pergai", tujuan ini
diterjemahkan dalam beberapa bentuk satu diantaranya adalah visi dan misi.

Dalam merumuskan visi dan misi lembaga pendidikan akan berkaitan


dengan nilai (values), karena nilai mengandung kebenaran/kebaikan mengenai
keyakinan dan perilaku organisasi yang paling dianut dan digunakan sebagai
budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan misi dalam
rangkat mencapai visi lembaga pendidikan. Nilai biasanya sangat baik apabila
dijabarkan sepenuhnya dalam sikap dan atau berperilaku sehari-hari, terutama
harus ditunjukkan oleh para pimpinan, karena sebuah teladan bernilai seribu
ajakan. Komitmen mereka terhadap nilai (values) yang dianut lembaga
pendidikan menyebabkan perhatian seluruh komponen lembaga pendidikan dan
ditujukan sepenuhnya kepada substansi perencanaan dan bukan pada bentuknya.
Nilai individu dan nilai organisas sangat menentukan tercapainya visi maupun
misi. Oleh karena itu strategi yang dipilih harus tepat dan sesuai dengen
kemampuan sumber daya maupun nilai yang dimiliki oleh lembaga pendidikan
karean merupakan kekuatan yang riil selama perjalanan mencapai tujuan jangka
panjang lembaga pendidikan. Secara keseluruhan antar peran visi, misi dan nilai
dapat dilukiskan dalam bagn berikut ini:

Gambar 2.8
Hubungan antara Visi dan Misi, Strategi dan Sistem, Nilai-nilai dan Perilaku

(Sumber: Sinamo, 1998)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………96


Keterangan:
a. Visi dan misi harus dirumuskan dengan mengandung sisi intelektual dan sisi
emosional secara seimbang. Conviction + Motivation = Power.
b. Visi dan misi harus didukung secara serasi dan sepadan oleh nilai-nilai dasar
(core values) yang menjadi panduan perilaku (behavior) yang konsisten
menuju visi dan misi tersebut.
c. Visi dan misi harus didukung dengan strategi organisasi dan sistem-sistem
manajemen yang juga serasi dan sepadan.

III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan mengenai manajemen strategic-formulasi
strategik maka diperoleh simpulan secara umum dan secara khusus, serta
rekomendasi sebagai berikut :
A. Simpulan
1. Simpulan Umum
Manajemen strategis merupakan manajemen strategic merupakan proses
atau rangkaian aktivitas pengambilan keputusan strategis yang terdiri dari
analisis lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi
strategi. Formulasi strategik merupakan serangkaian proses yang terlibat dalam
penciptaan atau penentuan strategi organisasi yang paling tidak terdiri dari visi,
misi,tujuan, sasaran dan dan memilih strategi tertentu agar sekolah memiliki arah
kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Simpulan Khusus
a. Sebelum melakukan formulasi strategi langkah pertama yaitu
melalukan analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal. Untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
serta menentukan kekuatan dan kelemahan internal dalam manajemen
strategis, analisis SWOT merupakan salah satu alternatif yang
digunakan dalam mengnalisis manajemen pendidikan, khusunya pada
lembaga pendidikan.
b. Formulasi strategik terdiri dari :

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………97


1) Visi dan Misi. Visi adalah gambaran masa depan organisasi yang
hendak diwujudkan. Jika misi organisasi hanya menjelaskan
lingkup yang dijalankan oleh organisasi dan tidak
menggambarkan peluang yang akan diraih di masa depan, dalam
perumusan visi harus menggambarkan apa yang mungkin di
masa depan dan ingin diwujudkan. Visi harus sederhana dan
dapat menumbuhkan rasa wajib dalam diri anggota organisasi
untuk mewujudkannya, memberi tantangan, praktis, dan
realisitik. Dan Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus
dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi.
Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi
yang merupakan hasil kompromi interprerasi visi. Misi
merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula
memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi.
2) Menetapkan tujuan sekolah.Tujuan sekolah terdiri dari tujuan
jangka pendek dan jangka panjang.Tujuan Jangka pendek
merupakan turunan dari visi-misi yang isinya lebih spesifik.
Sedangkan tujuan jangka panjang merupakan hasil spesifik yang
ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam mengejar misi dasarnya
lebih dari satu tahun. Tujuan sangat penting untuk organisasi
sukses karena mereka menyatakan arah; bantuan dalam evaluasi;
buat sinergi; mengungkap prioritas; koordinasi fokus; dan
memberikan dasar untuk perencanaan, pengorganisasian,
memotivasi, dan yang efektif mengendalikan kegiatan.
3) Sasaran dan strategi sekolah. Sasaran adalah penjabaran tujuan,
yaitu suatu yang dihasilkan/dicapaikan oleh sekolah dalam
jangka waktu lebih singkat dibanding tujuan sekolah. agar
sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat
spesifik, terukur, jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator
yang rincian dan mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………98


Strategi merupakan rencana atau penentuan tujuan yang
dilakukan perusahaan dalam jangka menengah dan jangka
panjang. Analisis dan pilihan strategi berusaha menentukan
tindakan alternatif yang paling baik dalam membantu perusahaan
mencapai visi, misi dan tujuannya. Strategi, tujuan dan Visi misi,
ditambah dengan informasi eksternal dan internal, memberikan
landasan untuk menciptakan serta mengevaluasi strategi
alternatif yang masuk akal.
4) Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan
pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan
implementasinya.

c. Perbedaan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Visi merupakan


gambaran masa depan mau jadi apa lembaga kita atau menentukan
tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Sedangkan misi adalah
langkah-langkah atau strategi untuk mewujudkan visi. Tujuan
merupakan penjabaran misi. Dan sasaran adalah penjabaran dari
tujuan dalam waktu yang lebih singkat dari tujuan.

d. Esensi dari visi, misi, dan tujuan adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan di dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Tanpa
adanya formula yang jelas dari ketiga hal dimaksud, tentu
pelaksanaan program pendidikan akan berjalan tanpa arah dan tujuan,
dan juga dapat dipastikan pendidikan itu akan tumpul serta secara
pelan-pelan mati dengan sendiri. Dan bagi sebuah institusi atau
organisasi, diperlukan rumusan-rumusan arah (visi-misi) tertentu
sebagai petunjuk atau pedoman di dalam bergerak dan melakukan
kegiatan atau program kerja. Karena esensi dari bergerak atau
berkegiatan bukan hanya sekedar berpindah tapi bergerak menuju
sesuatu.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………99


B. Rekomendasi
Dengan adanya makalah ini maka diharapkan kepada para pembaca
khususnya yang sedang berada di lembaga pendidikan seperti seorang manajer
agar dapat lebih memahami tentang bagaimana Manajemen Strategis - Formulasi
strategi ini dan dapat dilaksanakan di sebuah lembaga pendidikan sebagai dasar
dalam implementasi strategis.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, 2006. Strategic Managemen for Educational Management. Bandung:


Alfabeta.
David, Fred R., 2011. Strategic Management: Concept and Case. 13th Ed.
Pearson Education, Upper Saddle River, New Jersey
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. 1998. Strategic Management. Andi:
Yogyakarta.
___________. 2012. Strategic Management and Bussiness Policy: Toward
Global Sustainability (13th Edition). New York: Pearson.
Kuncoro, Mudrajad, 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga
Made Pidarta, 2003. Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Dengan Pendidikan
Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyadi. 2000. Total Quality Management : Prinsip Manajemen Kontemporer
Untuk Mangarungi Lingkungan Bisnis Global. Yogyakarta : Aditya
Media.
Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr. 2008. Manajemen Strategis.
Salemba Empat : Jakarta
Pidarta. M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
R. W. Griffin, 2004. Komitmen Organisasi, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………100


Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Startegik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non profit. Jakarta, PT. Gramedia
Siagian, P. Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajemen. Jakarta. Penerbit Bumi
Aksara
Solihin, Abdul Wahab. 2005. Analisis Kebijakan, dari formulasi ke implementasi
Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara
Sondang, P. Siagian. 2005. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David, 2010. Strategic Management and
Business Policy Achieving Sustainability. Twelfth Edition. Pearson

*) Anggota Kelompok 4-Kajian Mandiri 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………101


Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………102
MANAJEMEN STRATEGIK – IMPLEMENTASI
STRATEGI

Oleh :
Yan Bani Luza Prima Wangsa, Anang Jauharudin dan Zaenal Abidin*)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
menurut David, 2011:6, dan berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi,
pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta
mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi Serta merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan.

Adapun mengenai implementasi strategi yang memiliki makna dari kata


implementasi dan strategi, dalam hal ini Implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan,
maupun nilai, dan sikap. Sedangkan strategi menurut Siagian (2000;43) yang
menyatakan bahwa strategi merupakan cara-cara yang sifatnya mendasar dan
fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu orang untuk mencapai tujuan
dan berbagai sasarannya.
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Hak dan Majlur (Salusu,1998:
100) menyebutkan bahwa strategi : 1) Adalah suatu pola keputusan yang
konsisten, menyatu dan integral, 2) Menentukan dan menampilkan tujuan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………103


organisasi dalam arti sasaran jangka panjang, program kegiatan dan skala
prioritas, alokasi sumberdaya manusia, 3) Menyeleksi bidang yang digeluti
organisasi, 4) Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama,
dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi dan kekuatan serta kelemahannya, dan 5)
Melibatkan semua tingkat hierarkis dari organisasi.

Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis dalam meningkatkan taraf


hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas, memiliki
kemampuan atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul dengan
baik di masyarakat. Pendidikan merupakan investasi yang memberi keuntungan
guna menjadikan sebuah bangsa bermartabat di hadapan dunia. Penerapan
manajemen strategi pada tahap implementasi strategik di dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan
(termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif
daripada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia
global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga
pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya
memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan
birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras
merencanakan kegiatan-kegiatan strategis, mengimplementasi kan, dan
mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan
strategis yang telah dirumuskan.

Secara konsep manajemen strategi sebagai proses terdiri dari tiga tahap
pokok yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian
(evaluasi) strategi.
1. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi
organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman
eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran
jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat manajemen yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………104


potensial untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut dapat
menggunakan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan
threat).
2. Implementasi Strategi
Tahap implementasi pimpinan melakukan perumusan strategi operasional,
menetapkan sasaran tahunan atau jangka pendek, kebijakan, motivasi dan
pemberdayaan sumber-sumber yang tersedia untuk merealisasikan rencana
strategis, dan melembagakan strategi.
3. Pengendalian dan Evaluasi
Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan melakukan pengawasan dalam
rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau memonitor kemajuan
kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil monitoring itu, jika
diperlukan maka semua strategi yang telah diterapkan dapat dimodifikasi
di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah.
Menurut Suwandiyanto (2010:02), terdapat empat tujuan manajemen
strategi, yaitu: 1) Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/
perusahaan. Dalam hal ini, manajer strategi harus mampu menunjukkan
kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi/perusahaan. Karena,
arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan
mengevaluasi keberhasilan. 2) Membantu memikirkan kepentingan
berbagai pihak. Organisasi / perusahaan harus mempertemukan kebutuhan
berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbankan,
dan masyarakat luas lainnya yang memegang peranan terhadap sukses atau
gagalnya perusahaan. 3) Mengantisipasi setiap perubahan kembali secara
merata. Manajemen strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk
mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengendalian,
sehingga dapat memperluas kerangka waktu/berpikir mereka secara
perspektif dan memahami kontribusi yang baik untuk hari ini dan hari
esok. 4) Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Tanggung jawab
seorang manajer bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………105


atas kepentingan efisiensi, akan tetapi hendaknya juga mempunyai
perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara lebih
baik dan efektif.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat


untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.
Peran pengetahuan sangat penting bagi setiap masyarakat yang mau
meningkatkan kemampuannya mengikuti persaingan yang kompetitif dalam
krisis multidimensi. Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis dalam
meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas,
memiliki kemampuan atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul
dengan baik di masyarakat. Pendidikan merupakan investasi yang memberi
keuntungan guna menjadikan sebuah bangsa bermartabat di hadapan dunia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka para penulis dapat menguraikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen strategik?
2. Apa yang dimaksud dengan implementasi strategik?
3. Bagaimana melakukan implementasi strategik?
4. Apa yang menjadi hambatan dalam melakukan implementasi strategik
di bidang pendidikan ?
5. Bagaimana solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan
implementasi strategik di bidang pendidikan?

C. Tujuan dan Manfaat penulisan


Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan implementasi strategik di
bidang pendidikan.
Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi manajemen strategik.
2. Definisi implementasi strategik.
3. Proses dan teknik melakukan implementasi strategik.
4. Hambatan dalam melakukan implementasi strategik di bidang
pendidikan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………106


5. Solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan
implementasi strategik di bidang pendidikan.

D. Manfaat Penulisan :
Manfaat penulisan ini diantaranya :
a) Manfaat Praktis
1). Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
Implementasi strategis di bidang pendidikan, melalui penerapan ilmu
dan teori-teori manajemen strategis yang telah didapatkan penulis
pada perkuliahan dan mampu membandingkan dengan kenyataan
yang sebenarnya dengan melatih kemampuan analisis dan berpikir
secara sistematis.
2). Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat menambahkan masukan tentang managemen strategis dalam
rangka implementasi strategis di bidang pendidikan.

b) Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya
manajemen strategis pada implementasi strategis di bidang
pendidikan.

E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, maka penulis membuat
sistematika penulisan yang tebagi dalam empat bab sebagai berkut : Bab I. Berisi
tentang pendahuluan. Pendahuluan tersebut memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan; Bab
II terdiri dari landasan teori; pada bab ini diuraikan tentang definisi manajemen
strategik, definisi implementasi strategik, proses dan teknik melakukan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………107


implementasi strategik. Bab III terdiri dari pembahasan, pada bab ini diuraikan
tentang hambatan dalam melakukan implementasi strategik di bidang pendidikan,
dan solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan implementasi
strategik di bidang pendidikan; Bab IV merupakan penutup, pada bab ini berisi
tentang kesimpulan yang diperoleh dalam paparan pembahasan dan rekomendasi
bagi pihak-pihak yang terkait.

II. LANDASAN TEORI


A. Definisi Manajemen Strategik
Menurut Nawawi (2007) manajemen strategis adalah perencanaan berskala
besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa
depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan
tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan
sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta
pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional)
organisasi.
Sedangkan Thomas Wheelen dkk (2010:105), menyatakan bahwa
Manajemen strategi adalah serangkaian dari pada keputusan manajerial dan
kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka
panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari perumusan/perencanaan strategi,
pelaksanaan/implementasi dan evaluasi. Persaingan dalam dunia pendidikan yang
begitu pesat menuntut sekolah berpikir kreatif, inovatif dan responsif dalam
mempertahankan dan mengembangkan sekolahnya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah mengimplementasikan strategik dalam mengelola sekolah
untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut Murniati (2008:74) mengemukakan bahwa ”manajemen


strategik sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen puncak bersama

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………108


personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu melahirkan
keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi dengan kebutuhan
lingkungan”. Dalam konteks masa kini, melalui manajemen strategik, pimpinan
puncak dalam suatu organisasi, terutama organisasi pendidikan, harus mampu
merumuskan dan menentukan strategik organisasi yang tepat sehingga organisasi
yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan
tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga
organisasi semakin meningkat efektivitas dan produktivitasnya.

B. Definisi implementasi strategik


Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan
yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi
strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah
menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi
dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategi. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat
seperti dua sisi mata uang. Pengertian yang cukup luas manajemen strategi
menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem satu kesatuan yang
memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen
pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari
Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah
Pelaksanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan
Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta
umpan balik

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………109


Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan
yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi
strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah
menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi
dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategic. Implementasi adalah pekerjaan yang dilakukan setelah
merumuskan strategi. Dengan keterampilan intuitif dan analitis yang baik,
motivasi, dan kepemimpinan khusus serta mampu melakukan banyak
koordinasi.Implementasi strategi adalah proses di mana manajemen mewujudkan
strateginya dalam bentuk program, prosedur dan anggaran. Implementasi strategi
juga dapat diartikan sebagai pengembangan strategi dalam bentuk tindakan.
Implementasi terkadang lebih sulit karena implementasi membawa sebuah
perubahan. banyak faktor-faktor tidak terduga yang bisa menjadi hambatan.
Sebelum perencanaan dapat menunjukkan kinerja secara actual,
perusahaan harus diorganisir dengan baik, program harus melibatkan staf dengan
memadai, dan aktivitas harus diarahkan untuk mencapai lingkup tujuan yang
diinginkan. Beberapa perubahan dalam strategi perusahaan nampaknya sangat
memerlukan beberapa jenis perubahan dalam hal organisasi yang disusun dan
berbagai jenis keterampilan yang dibutuhkan pada beberapa posisi yang khusus.
Para manajer harus membahas dengan teliti cara penyusunan perusahaan mereka
agar dapat memutuskan perubahan-perubahan yang harus dibuat dalam langkah
kerja secara sempurna. Implementasi strategik ”sering kali disebut tahap aksi dari
manajemen strategik yang merupakan perwujudan dari program-program yang
telah ditetapkan dalam proses perumusan strategik” (Murniati & Usman,
2009:50). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses implementasi
pendidikan yaitu program, anggaran dan prosedur. Program merupakan langkah-
langkah yang diperlukan untuk melaksanakan perencanaan sedangkan prosedur
merupakan langkah-langkah penyelenggaraan program yang telah diurutkan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………110


secara sistematis, dan anggaran merupakan biaya program yang dinyatakan
dalam bentuk satuan uang.

Berbagai kemungkinan terhadap formulasi dan implementasi strategi yang


dapat terjadi bisa dilihat pada gambar dibawah ini yaitu:
Formulasi Srategik
Baik Buruk
Baik Success Roulette
Implementasi
Buruk Trouble Failure
Strategik

Keterangan:
Success:
 Hasil yang paling diinginkan oleh perusahaan.
 Terjadi pada saat perusahaan mampu melakukan formulasistrategi dan
sekaligus mampu untuk mengimplementasikannya secara baik juga.
Roullete:
 Situasi dimana strategi yang diformulasikan sesungguhnya kurang baik,
akan tetapi hasil yang didapatkan tidaklah terlalu mengecewakan karena
perusahaan mampu mengimplementasikan strateginya dengan baik.
Troublle:
 Situasi dimana strategi perusahaan sebenarnya diformulasikan dengan
bak namun karena strategi tersebut kacau dan tidak optimal dikarenakan
manajemen perusahaan tidak mengimplementasikannya dengan baik.
Failure:
 Merupakan hasil yanhg paling buruk dan paling tidak diinginkan oleh
manajemen perusahaaan

C. Proses dan teknik melakukan implementasi strategik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………111


Proses Implementasi Strategi Menurut Hunger. Menurut Hunger
(1996), untuk memulai proses implementasi, pihak manajemen harus
memperhatikan 3 (tiga) pertanyaan berikut yaitu:
1. Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah
diformulasikan?
2. Apa yang harus dilakukan?
3. Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam
implementasi akan melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan?

1. Siapa yang akan melaksanakan implementasi?


Dibandingkan dengan pihak yang merumuskan strategi, biasanya
pihak yang melakukan implementasi strategi jumlahnya lebih
banyak. Pada perusahaan multi industri yang besar, pelaksana strategi
adalah setiap orang dalam organisasi tersebut. Para direktur
fungsional (pemasaran, SDM, operasi, dan keuangan), para direktur
divisi atau SBU (strategic business unit) akan bekerja sama dengan
para karyawannya untuk mengimplementasi seluruh rumusan yang
telah dibuat dalam skala besar. Sedangkan para manajer pabrik,
manajer proyek dan kepala-kepala unit akan mengimplementasi
rumusan strategi tersebut secara rinci dan dalam skala yang lebih
kecil. Oleh karena itu setiap manajer operasi harus mampu
mengawasi implementasi rencana strategis sampai pada tingkat lini
pertama Untuk mendukung hal itu maka karyawan harus dilibatkan
dalam berbagai proses implementasi, baik pada level korporat, unit
bisnis maupun fungsional.
Tidak sedikit orang yang mempunyai peran penting dalam
implementasi strategi justru kurang banyak dilibatkan dalam
pengembangan strategi. Akibatnya, hal ini berpotensi memunculkan
resistensi bagi mereka. Resistensi ini akan semakin tampak jika
perubahan misi, tujuan, strategi dan berbagai kebijakan penting

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………112


perusahaan tidak dikomunikasikan secara jelas dan transparan
kepada seluruh manajer operasional. Jika ini terjadi, bisa terjadi para
manajer operasional tersebut akan berusaha mempengaruhi
manajemen puncak untuk meninggalkan perubahan baru yang
direncanakan, dan kembali ke cara lama. Oleh karena itu, untuk
menghindari kemungkinan kejadian buruk tersebut, maka perusahaan
harus melibatkan manajer tingkat menengah dalam seluruh proses,
baik dalam perumusan strategi maupun implementasinya.

2. Apa yang harus dilakukan


Untuk mendukung implementasi strategi yang telah dirumuskan, para
manajer divisi dan manajer wilayah fungsional harus saling bekerja
sama dengan manajer lainnya dalam mengembangkan program,
merancang anggaran dan prosedur yang diperlukan untuk
mewujudkan apa yang telah dirumuskan. Hal ini berarti para manajer
tersebut harus bekerjasama untuk mencapai sinergi diantara mereka
agar mampu memperoleh dan mempertahankan keunggulan bersaing
bagi perusahaan tersebut.
Mengembangkan Program, Anggaran, dan Prosedur
Pengembangan program dibuat dengan tujuan agar strategi yang telah
dibuat dapat diimplementasikan dalam suatu “tindakan” (action-
oriented). Setelah menyusun semua program yang dibutuhkan, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran.
Melalui anggaran, pihak manajemen dapat memperkirakan biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengimplementasi
strategi yang telah dipilihnya. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi
petunjuk bagi perusahaan apakah strategi yang dipilihnya dapat
diimplementasikan (sebagaimana sering terjadi, strategi yang
tampaknya ideal temyata banyak kendala, bahkan benar-benar tidak
dapat diimplementasikan).

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………113


Proses perancangan dan penyusunan anggaran program, divisional
maupun perusahaan, akan merupakan “trigger” bagi pihak
manajemen untuk mengembangkan standard operating procedures
(SOP). SOP berisi rincian beragam kegiatan yang diperlukan dalam
menyelesaikan sebuah program perusahaan.
Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam implementasi strategi
adalah memperoleh sinergi di antara berbagai fungsi dan unit bisnis
yang ada. Divisi perusahaan dikatakan memperoleh sinergi apabila
ROI dari setiap divisi perusahaan tersebut lebih besar daripada ROI
ketika divisi-divisi tersebut terpisah sebagai unit bisnis yang
mandiri. Proses akuisisi ataupun penambahan lini produk sering
dijadikan alasan untuk mendapatkan keunggulan dalam fungsional
tertentu dalam suatu perusahaan.
Igor Ansoff (1993) menyatakan bahwa ada empat jenis sinergi yang
seringkali mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi, yaitu
a. Sinergi Pemasaran:
Sinergi ini dapat tercipta melalui kerjasama antara distribusi,
wiraniaga, dan atau gudang penyimpanan. Misalnya, sebuah lini
produk yang lengkap dari produk-produk yang terkait satu sama
lain dapat menciptakan sinergi yang meningkatkan produktivitas
wiraniaga. Sinergi melalui program promosi bersama dapat
melipatgandakan keuntungan dengan biaya yang relatif lebih
kecil.
b. Sinergi Operasional: Sinergi ini dapat diperoleh melalui
penggunaan tenaga kerja dan fasilitas bersama atau melalui
pembelian kebutuhan operasional bersama dalam jumlah besar.
Dalam hal ini berarti ada pembagian biaya overhead bersama .
c. Sinergi Investasi:
Sinergi investasi dapat tercipta melalui penggunaan fasilitas
produksi dalam pabrik secara bersama, pembelian persediaan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………114


bahan baku secara bersama, penggunaan peralatan dan mesin-
mesin pengolah secara bersama, dan sebagainya.
d. Sinergi Manajemen
Manajemen yang berkompeten merupakan sesuatu yang langka,
sehingga penambahan unit bisnis baru atau produk baru dapat
mempertinggi keseluruhan kinerja. Sebagai contoh, pada saat
sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lainnya, pihak
perusahaan pengakuisisi mengetahui benar SDM yang akan
menduduki posisi kunci, rasio untuk menguji kinerja.

3. Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam


implementasi akan melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan.
a. Penataan Staf (Staffing)
Implementasi strategi seringkali membutuhkan berbagai prioritas baru
dalam pengelolaan sumberdaya manusia. Beberapa perubahan tertentu
mungkin berimplikasi pada dibutuhkannya orang-orang baru dengan
kompetensi baru, memperhentikan orang-orang yang kompetensinya tidak
sesuai atau tidak memenuhi standar, melatih kembali karyawan yang ada
dan sebagainya. Dalam pembahasan struktur organisasi kita mengenal
“jargon” structure follow strategy, maka dalam penataan staf ini juga
demikian, dalam arti penataan staf mengikuti strategi. Artinya, dalam
merekrut manajer pun perusahaan harus menyesuaikan dengan strategi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa figur manager ataupun CEO
yang tepat untuk sebuah perusahaan adalah bergantung pada arah
strategis yang diinginkan oleh perusahaan atau unit bisnis tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan yang mengambil strategi konsentrasi dengan
penekanan pada integrasi vertikal ataupun horisontal, mungkin
membutuhkan eksekutif puncak yang agresif dengan pengalaman luas
pada industri tertentu. Sedangkan untuk strategi diversifikasi adalah
sebaliknya, di mana untuk strategi ini dibutuhkan CEO dengan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………115


kemampuan analitis yang tajam, mempunyai pengetahuan yang luas
tentang berbagai industri lainnya dan mampu mengelola beerbagai lini
produk yang berbeda.
b. Pengarahan (Directing)
Implementasi juga terkait dengan pengarahan staf untuk mengguna-
kan kompetensinya pada tingkat yang paling optimal untuk mencapai
sasaran perusahaan. Tanpa adanya pengarahan, staf cenderung melakukan
pekerjaan sesuai cara pandang mereka. Mereka mungkin melakukan
pekerjaan berdasarkan pengalaman masa lalu atau menekankan pekerjaan
pada hal-hal yang paling mereka senangi – tanpa memperhatikan apakah
yang mereka kerjakan sudah sesuai dengan arah strategis yang baru.
Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari pihak manajemen,
mengkomunikasikan norma perilaku dari budaya perusahaan, atau
membangun kesepakatan diantara para pegawai sendiri dalam kelompok
kelompok kerja yang otonom. Untuk mengarahkan strategi baru dengan
efektif, manajemen puncak harus mendelegasikan wewenang dan
tanggungjawabnya dengan tepat kepada para manajer operasionalnya.
Meraka harus mampu mendorong pegawai untuk berperilaku sesuai
dengan cara-cara yang diinginkan oleh perusahaan dan mengkoordinasikan
tindakan untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

Proses Implementasi Strategik:

Menganalisa
Perubahan

Analisa Struktur Analisa Budaya Analisa


Organisasi Perusahaan Kepemimpinan

Implementasi dan
Evaluasi Strategi
Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………116
Langkah-langkah utama yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam
mengimplementasi-kan strategi adalah:
1. Menganalisis Perubahan
Ketika membicarakan perubahan, ada jargon yang selalu didengungkan,
yaitu:”Di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti kecuali perubahan itu
sendiri”. Ada banyak aspek yang memicu perubahan, baik yang berasal dari
internal maupun eksternal perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus
menganalisis perubahan yang akan terjadi seandainya formulasi strategi
yang telah disepakati bersama diimplementasi-kan. Melalui analisis ini
perusahaan memperhitungkan secara rinci seberapa besar perusahaan akan
berubah, apakah secara sangat sederhana dimana tidak ada perubahan
strategi yang signifikan, sampai kepada perubahan yang kompleks, misalnya
merubah misi perusahaan. Perubahan strategi dapat diklasifikasikan dalam
5 level perubahan, di mana semakin besar perubahan maka akan semakin
kompleks usaha untuk mengimplementasi.

Adapun 5 level perubahan tersebut adalah sebagai berikut.


a. Continuation : Pola ini terjadi karena perusahaan mengulang strategi
yang sama dengan strategi yang digunakan pada periode sebelumnya.
Karena strategi ini pernah dilakukan sebelumnya, maka tidak banyak
membutuhkan kemampuan atau aktivitas yang baru. Bahkan, melalui
pengalaman sebelumnya akan mampu membuat perusahaan
beroperasi lebih efisien.
b. Routine Change : Perubahan ini dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan “daya tarik pasarnya” (market appeal) agar konsumen

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………117


lebih terpikat. Dalam strategi ini, biasanya perusahaan melakukan
perubahan appeal (daya tarik) dari iklannya, kemasan, harga, metode
distribusi, dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini, perubahan yang
dilakukan bukanlah perubahan yang signifikan, sebab perusahaan
masih menekuni industri yang sama dan format organisasinyapun tidak
berubah.
c. Limited Change : Perubahan ini dilakukan karena perusahaan
menawarkan produk baru pada pasar yang baru. Dalam hal ini, kendati
perusahaan masih beroperasi dalam industri yang sama, namun akibat
perubahan produk baru tersebut maka format organisasipun ikut
mengalami perubahan.
d. Radical Change : Dalam hal ini perusahaan melakukan suatu strategi
cukup “mendasar” sehingga perusahaan memandang perlu
dilakukannya reorganisasi secara besar-besaran. Jenis perubahan ini
biasanya dilakukan ketika perusahaan melakukan merger atau akuisisi
namun masih dalam industri yang sama. Proses akuisisi dan merger
dapat menjadi lebih kompleks jika perusahaan bermaksud
mengintergrasikan kedua perusahaan secara utuh.
e. Organizational Redirection : Dalam hal ini perusahaan melakukan
perubahan orientasi sedemikian rupa sehingga merubah industri yang
dimasuki, merubah misi, keahlian dan sebagainya. Organizational
Redirection juga dapat terjadi ketika suatu perusahaan melakukan
merger atau akuisisi terhadap perusahaan yang berasal dari industri
yang sama sekali beda. Jenis perubahan ini merupakan perubahan yang
paling kompleks.

2. Menganalisis Struktur Organisasi


Perubahan strategi perusahaan mungkin akan membutuhkan beberapa
perubahan dalam organisasi dan juga keahlian yang dibutuhkan pada posisi-

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………118


posisi tertentu. Studi yang dilakukan Chandler terhadap beberapa perusahaan
besar Amerika Serikat seperti DuPont, General Motors, Sears dan Standard
Oil disimpulkan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam implementasi
strategi akan mengarah pada perubahan struktur organisasi. Berbagai
penelitian juga menunjukkan bahwa struktur organisasi yang baik adalah
struktur organisasi yang sesuai dengan strategi. Dengan kata lain struktur
organisasi mengikuti strategi. Oleh karena itu, penetapan stuktur organisasi
merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi strategi agar semua
aktivitas perusahaan yang diakibatkan perubahan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi akan membantu mempertajam
aktivitas kunci perusahaan dan memperlihatkan pola koordinasi yang
diterapkan dalam menjalankan strategi. Dalam hal ini, aspek strategi, stuktur
dan lingkungan harus terpadu dalam satu kesatuan, atau jika tidak, maka
kinerja perusahaan akan lemah. Terdapat 5 jenis struktur organisasi yang
lazim digunakan yaitu : a) Struktur organisasi sederhana, b) Struktur
organisasi fungsional, c) Struktur organisasi divisional, d) Struktur organisasi
SBU (Strategic Business Unit Structure), e) Struktur organisasi Matriks.

3. Menganalisis Budaya Perusahaan


Peranan Budaya Perusahaan dalam Implelemtasi Strategi, Organisasi
perusahaan yang dirancang untuk mengimplementasikan suatu strategi
sesungguhnya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan format struktur
organisasi yang digambarkan dalam sebuah bagan. Diluar bagan tersebut,
sesungguhnya ada hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian
manajemen dalam proses implementasi, yaitu budaya perusahaan. Budaya
perusahaan mirip dengan kepribadian seseorang. Budaya perusahaan
merupakan norma atau nilai yang dianut bersama (shared value) yang
menjadi dasar bertindak seorang indvidu dalam organisasi. Budaya
perusahaan inilah yang dapat menyebabkan mengapa suatu strategi dapat
diimplementasikan pada suatu perusahaan, sedangkan pada perusahaan yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………119


lain strategi tersebut gagal diimplementasikan kendati kedua perusahaan
tersebut menghadapi kondisi yang relatif sama. Makin banyak anggota yang
menerima nilai-nilai inti yang dianut perusahaan dan merasa sangat terikat
kepadanya, maka akan semakin kuat budaya tersebut.
Karena budaya perusahaan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku
seluruh pegawai, maka budaya perusahaan juga berpengaruh besar dalam
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengubah arah strateginya.
Perubahan dalam misi, sasaran, strategi atau kebijakan suatu perusahaan,
kemungkinan akan gagal jika dalam perusahaan tersebut ada pihak yang
melakukan oposisi secara kuat terhadap budaya yang dianut. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa jika implementasi suatu strategi akan
mengakibatkan suatu perubahan, dan langkah-langkah untuk melakukan
perubahan tersebut dalam praktiknya tidak sesuai dengan budaya perusahaan
tersebut, maka ada kemungkinan akan timbul penolakan atau hambatan-
hambatan. Sedangkan jika langkah-langkah yang diambil sesuai dengan
budaya perusahaan tersebut, maka proses implementasi strategi akan lebih
mudah dilakukan.

4. Menganalisis Gaya Kepemimpinan


Implementasi strategi biasanya berkaitan erat dengan perubahan, oleh karena
itu tidaklah mengherankan masalah kepemimpinan merupakan hal yang
sangat penting dan perlu dicermati secara teliti dalam implementasi strategi.
Gaya kepemimpinanlah yang akan berpengaruh terhadap cara-cara
berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan di dalam perusahaan di
mana semua itu nantinya akan bermuara pada terbentuknya budaya
perusahaan.
Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara umum
teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar,
yaitu:

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………120


a. Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan
tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya
konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan
mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya,
hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited
change.
b. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan
tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada proses
analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi yang
diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan
model ini sangat mengutamakan logika dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
c. Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya
lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada
pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan
beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang
memuaskan.
d. Gaya kepemimpinan enterpreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat
menaruh perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang
mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan
model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar
yang tinggi.
5. Implementasi dan Evaluasi Strategi
Tahap implementasi dan evaluasi strategi ini merupakan tahap akhir dalam
implementasi strategi. Dalam tahap ini manajemen sudah harus mempunyai

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………121


gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan yang diinginkan, baik
menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan maupun gaya
kepemimpinan. Menurut Thomas V. Bonoma dalam Hari Purnomo dan
Zulkiflimansyah (1999), untuk melakukan tahap implementasi dan evaluasi
strategi dengan baik dan berhasil, manajemen perusahaan perlu terbiasa dan
membiasakan diri dengan empat jenis keahlian dasar, yaitu:
a. Kemampuan Berinteraksi (Interacting Skills)
Kemampuan ini ditunjukkan dengan kapabilitas manajemen perusahaan
dalam berinteraksi dan berempati dengan berbagai perilaku dan sikap
orang lain untuk mencapai tujuannya
b. Kemampuan Mengalokasi (Allocation Skills)
Kemampuan ini diperlukan untuk menunjang kemampuan manajemen
dalam menjadwallkan tugas-tugas, anggaran waktu, serta sumberdaya-
sumberdaya lain secara efisien.
b. Kemampuan Memonitoring (Monitoring Skills)
Kemampuan ini meliputi kapabilitas perusahaan dalam menggunakan
informasi secara efisien untuk memperbaiki atau menyelesaikan
berbagai masalah yang timbul dalam proses implementasi.
c. Kemampuan Mengorganisasikan (Organizing Skills)
Merupakan kemampuan untuk menciptakan jaringan atau organisasi
informal dalam rangka menyesuaikan diri dengan berbagai masalah
yang mungkin terjadi. Setelah melakukan implementasi strategi, agar
manajemen dapat mengetahui bahwa strategi yang telah
diimplementasikan sudah sesuai dengan strategi yang telah
diformulasikan, maka strategi tersebut harus dievaluasi.

III. PEMBAHASAN
A. Hambatan dalam melakukan implementasi strategik di bidang
pendidikan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………122


Berbagai Problem dalam Implementasi Strategi: Seperti dikutip
Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk
daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari perusahaan-
perusahaan tersebut menemui 10 macam problem ketika
mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah
kesepuluh problem tersebut yang disusun berdasarkan tingkat frekuensi
kejadian, yaitu:
1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan
awalnya
2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif
4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas
persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan
implementasi yang harus dijalankan
5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang
6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai
7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal
8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer
departemen kurang memadai
9. Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci
10. Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan
kurang memadai

B. Solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan


implementasi strategik di bidang pendidikan;
Dalam bidang pendidikan agar implementasi strategis berjalan dengan
sesuai dibanding dengan perencanaan awalnya maka perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi secara rutin dan konsisten. Dan pihak manajemen mempersiapkan
rencana cadangan terhadap kemungkinan munculnya berbagai masalah yang
tidak terduga. Mengefektifkan koordinasi dalam melaksanakan implementasi
tersebut. Pihak lembaga pendidikan tetap memberikan perhatian yang memadai
terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis agar pelaksanaan
implementasi strategik yang harus dijalankan berjalan dengan semestinya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………123


Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi ditingkatkan
kembali dengan memberikan kursus-kursus penyegaran maupun pelatihan-
pelatihan terkait. Dan pengendalian faktor-faktor lingkungan eksternal agar lebih
mendapatkan perhatian. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para
manajer departemen lebih ditingkatkan serta implementasi strategik pada tugas
dan aktivitas kunci lebih diperinci dengan jelas. Dan pemantauan aktivitas oleh
sistem informasi dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019………………………………………124


Implementasi Proses Manajemen Strategi dalam bidang pendidikan:
1. Membuat Bisnis Plan tentang rencana jangka panjang yang hendak dicapai
oleh sekolah.
2. Menyusun Standard Operating Prosedur Keuangan dan Operasional : Sistem
yang terdiri dari langkah-langkah atau teknik-teknik yang berkesinambungan
yang menjabarkan secara detail bagaimana pelaksanaan suatu tugas tertentu.
3. Menyusun Budget / Budgetting : Perencanaan Anggaran Pendapatan dan
Beban untuk masa yang akan datang misalnya selama periode 5 tahun..
4. Menyusun Program Job Description yang jelas dan terarah; seluruh kegiatan
operasional sekolah harus saling berintegrasi satu sama lainnya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan
yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis.
Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi
dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi
implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.
2. Tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan tahap akhir
dalam implementasi strategi. Dalam tahap ini manajemen sudah harus
mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan yang
diinginkan, baik menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan
maupun gaya kepemimpinan.
3. Untuk mengimplementasi Proses Manajemen Strategi dalam bidang
pendidikan yaitu: a) Membuat Bisnis Plan tentang rencana jangka
panjang yang hendak dicapai oleh sekolah. b)Menyusun Standard
Operating Prosedur Keuangan dan Operasional : Sistem yang terdiri
dari langkah-langkah atau teknik-teknik yang berkesinambungan yang
menjabarkan secara detail bagaimana pelaksanaan suatu tugas
tertentu. c) Menyusun Budget / Budgetting : Perencanaan Anggaran

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………125


Pendapatan dan Beban untuk masa yang akan datang misalnya selama
periode 5 tahun. d) Menyusun Program Job Description yang jelas
dan terarah; seluruh kegiatan operasional sekolah harus saling
berintegrasi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang lebih baik.

B. Rekomendasi
Membuat suatu formulasi strategi yang sebaik-baiknya dengan
mengikut sertakan organisasi dan seluruh anggota organisasi dalam
rangka mewujudkan kemajuan organisasinya haruslah dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan. Dan selanjutnya setelah
melakukan perumusan formulasi strategi tugas berikutnya dari
lembaga pendidikan adalah mengimplementasikan formulasi strategi
tersebut dengan totalitas dan sebaik-baiknya agar tujuan organisasi
dapat tercapai dan kemajuan yang diharapkan dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Certo, Samuel & Paul Peter, 1990, Strategic Management, New York :McGraw
Hill,
David, Fred R, 2005, Strategic Management: Concepts and Cases,10th ed, New Jersey:
Prentice Hall
Hunger,J.David and Thomas Wheelen, 1996, Strategic Management, 5th ed, New
York:Addison Wesley
Hill and John,2009, Essentials Of Strategic Management, South Western USA,
https://www.kosngosan.com/2017/03/makalah-manajenemen-strategi-implementasi-
strategik.html
https://www.kembar.pro/2015/10/implementasi-proses-manajemen-strategi-
perusahaan.html

*) Anggota Kelompok 5-Kajian Mandiri 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………126


MANAJEMEN STATEGI – PENILAIAN/EVALUASI
STRATEGI (STRATEGY EVALUATION)

Oleh :

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………127


Yasin , N. Maemunah, Een Rohaeni , dan Nani Rohaeni*)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu organisasi sangat bergantung pada pengelolaan organisasi
tersebut. Ilmu pengelolaan organisasi atau manajemen berkembang dan terus
berkembang mengikuti perubahan zaman. Pengetahuan tentang manajemen harus
dimiliki oleh orang yang yang bergelut dalam menjalankan, mengelola dan
memimpin organisasi. Konsep tentang mutu produk atau jasa organisasi demi
memenuhi kepuasan pelanggan menuntut pengambilan langkah langkah yang
strategik. Jika dikelola sebagai suatu proses yang utuh maka akan melahirkan
suatu Manajemen yang strategik.

Konsep manajemen strategi sejalan dengan konsep Total Quality


Manajemen. Menurut Joseph M. Juran Total Quality Manajement (TQM)
digambarkan sebagai trilogi kualitas yang merupakan kesatuan dari perencanaan
kualitas (Quality Planning), pengendalian kualitas (Quality Control) dan
Perbaikan Kualitas (Quality Improvement). Masing masing tahapan memegang
peranan penting dalam membangun mutu, daya saing organisasi. Pada
hakikatnya implementasi penerapan manajemen strategi adalah untuk mencapai
tujuan organisasi dengan cara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan empat
fungsi manajerial utama yaitu POAC ( Planning, Organizing, Actuiting,
Controlling) atau PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate) . Salah satu tahapan dalam
managemen strategi adalah evaluasi strategi di samping formulasi strategi dan
implementasi strategi. Tahapan evaluasi sangat menentukan dalam
pengembangan organisasi karena pada tahapan ini organisasi dituntut untuk
controlling atau checking. Dari tahapan ini menjadi acuan untuk bahan evaluasi
dan perbaikan /koreksi. Jika proses ini berkelanjutan maka akan diperoleh suatu
siklus perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement).

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………128


TQM dan manajemen strategi dapat diterapkan secara luas pada berbagai
tipe organisasi, demikian pula pada bidang pendidikan. Jika bidang pendidikan
pada berbagai tataran dikelola dengan menggunakan total quality manajemen
maka dipastikan baik produk dan jasa layanan akan memberikan kepuasan
kepada pelanggannya, stake holdernya. Sayangnya pada kondisi saat ini, masih
terdapat banyak lembaga pendidikan, lembaga pemerintah yang memberikan
layanan kepada masyarakat belum dikelola menggunakan konsep TQM. Hal ini
diakibatkan karena para pemimpin, atau manajer belum dipilih melalui proses
evaluasi kinerja. Sebagai contoh untuk menjadi pengawas dan Kepala sekolah
masih belum mempersyaratkan pengalaman dalam bidang manajerial setingkat
wakasek. Maka masih terdapat Pengawas atau Kepala Sekolah yang belum
memahami bagaimana proses mengelola sekolah yang baik. Upaya upaya
pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan tersebut dilakukan dengan
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi calon Kepala Sekolah atau
pengawas sehingga calon kepala sekolah mendapatkan NUKS sebagai suatu
persyaratan jika akan mengikuti seleksi Kepala Sekolah. Upaya ini ditingkatkan
dengan adanya bimbingan / pembinaan dari Dinas Pendidikan terkait yang
menjadi pembinanya.

Dari paparan di atas, maka manajemen strategi dan kegiatan evaluasi


strategi menjadi sangatlah penting mengingat perubahan yang semakin cepat dan
komplek. Seiring perubahan yang terjadi, baik pada kondisi internal maupun
eksternal organisasi maka strategi harus senantiasa diperbaharui. Pembaharuan
strategi berguna agar organisasi dapat tetap eksis dan mampu bersaing pada
perubahan-perubahan yang terjadi, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Dalam melakukan pembaharuan strategi, review, evaluasi, dan kontrol atas
strategi yang lama perlu dilakukan agar dapat memperbaiki kekurangan yang
terdapat pada strategi yang lama dan menyesuaikan dengan perubahan pada
kondisi terkini lingkungan internal dan eksternal sehingga diperlukan kerangka
kerja dan pemahaman mengenai metodologi secara mendalam agar kesimpulan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………129


evaluasi strategi yang dihasilkan dapat tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan
organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Strategi dalam manajemen
strategi?
2. Bagaimana menerapkan evaluasi strategi dalam pelaksanaan
manajemen ?
3. Apa manfaat dilaksanakannya kegiatan evaluasi strategi diperlukan
dalam manajemen strategi?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tentang evaluasi strategi dalam proses maanjemen strategi.
2. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam melaksanakan
evaluasi strategi.
3. Mengetahui manfaat evaluasi strategi dalam manajemen strategi.

II. Manajemen Strategi dan Evaluasi Strategi

A. Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakanya yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan. Menurut Hadar Nawawi (2005;148-149), pengertian
manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan
strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi),
dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat
mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
(disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………130


dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis)
dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.

Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,15)


menyatakan bahwa manajemen strategi adalah proses untuk membantu
organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai dan bagaimana
seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen
strategi semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa
sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan
barang dan jasa secara bebas di antara berbagai negara, perusahaan-perusahaan
terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah
meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen
dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba di atas rata-
rata.

Dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategi terletak


dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/
operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk
mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategi dikatakan efektif apabila
memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan
ke arah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami.
Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategi. Dari definisi
tersebut terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Manajemen Strategi terdiri atas tiga proses, di antaranya : pertama
pembuatan strategi, yang meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka
panjang, mengidentifiksikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan
dan kelemahan organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan
penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Kedua, penerapan strategi
meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan
organisasi, memotivasi anggota dan mengalokasikan sumber-sumber daya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………131


agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. Dan yang
terakhir, evaluasi/kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk memonitor
seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk
mengukur kinerja individu dan organisasi serta mengambil langkah-
langkah perbaikan jika diperlukan.
2. Manajemen Strategik fokus pada penyatuan/penggabungan aspek-aspek
pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/akuntansi, operasional/
produksi dari sebuah organisasi.
3. Manajemen Strategi selalu ‘memberikan sebuah keuntungan’, sehingga
apabila proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi gagal
menciptakan keuntungan bagi organisasi tersebut maka dapat dikatakan
proses manajemen tersebut bukan manajemen strategi.

Manajemen Strategik juga telah diterapkan di Indonesia, di antaranya


berada di bidang pendidikan. Nawawi [2003] menyatakan Departemen
Pendidikan Nasional menjalankan proses manajemen strategi dengan cara
mengendalikan strategi serta pelaksanaan pendidikan nasional yang diwujudkan
di dalam Sistem Pendidikan Nasional baik itu pendidikan secara formal ataupun
pendidikan yang non formal. Proses manajemen strategi dijalankan secara efisien
dan efektif guna mencapai tujuan organisasi pendidikan yaitu warganegara yang
kompetitif dan berkualitas. Tahapan manajemen strategik meliputi kegiatan
sebagai berikut:

1. Pembuatan srategi (strategy Formulation), yang meliputi kegiatan:


 Pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang,
 Mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar, serta kekuatan dan
kelemahan dari dalam organisasi,
 Mengembangkan alternatif strategi,
 Penentuan strategi yang paling sesuai untuk diadopsi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………132


2. Penerapan Stratagi (Strategy implementation), meliputi kegiatan:
 Penentuan sasaran operasional tahunan
 Kebijakan (policy) organsasi/perusahaan,
 Memotivasi karyawan , dan
 Mengalokasikan sumberdaya agar strategi yang telah ditegtapkan
dapatdiimplementasikan.
3. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation), yang meliputi kegiatan:
 Usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan strategi
danpenerapan strategi, termasuk
 Mengukur kinerja individu dan organisasi/perusahaan, serta
 Mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
4. Proses Evaluasi dan pengendalian Strategi (Wheelen & Hunger):
 Menentukan apa yang akan diukur
 Menetapkan standar kinerja
 Mengukur kinerja aktual
 Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan
 Mengambil tindakan perbaikan.
5. Hal yang harus diperhatikan sebelum mengambil tindakan
perbaikan :
 Apakah penyimpangan yang terjadi hanya merupakan suatu kebetulan?
 Apakah proses yang sedang berjalan tidak berfungsi dengan baik?
 Apakah proses yang sedang berjalan tidak sesuai dengan upaya
pencapaian standar yang diinginkan?
 Tindakan harus diambil tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan
yang terjadi, tetapi juga untuk mencegah berulangannya penyimpangan
tersebut.

B. Evaluasi / Control Strategi


Merupakan tahapan terakhir dari manajemen strategi. Biasanya digunakan
untuk mengetahui informasi tentang kapan strategi tertentu tidak berjalan dengan
baik. Semua stategi sangat diperlukan untuk modifikasi di masa yang akan
datang, sebab lingkungan akan selalu berubah. Pengertian evaluasi strategi yaitu
proses monitoring atas aktivitas perusahaan dan hasil suatu performa sehingga
performa aktual dapat dibandingkan dengan performa yang diinginkan. Ada tiga

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………133


aktivitas evaluasi strategi yang fundamental, yaitu: a) Pengamatan faktor-faktor
internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, b) Ukuran
Kinerja (performance), c) Adanya tindakan korektif, d) Evaluasi strategi sangat
penting, sebab kesuksesan yang diraih saat ini tidak menjamin kesuksesan di
masa yang akan datang. Kesuksesan selalu menciptakan masalah baru dan
berbeda.
1. Proses Evaluasi dan Pengendalian Rencana Bisnis
 Evaluasi strategik adalah suatu proses mendapatkan informasi
mengenai pelaksanaan rencana-rencana bisnis dan kinerjanya serta
membandingkan informasi tersebut dengan standar yang telah
ditentukan.
 Pengendalian strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis
yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan
pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan
aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana.
 Peter Drucker menulis bahwa untuk hidup dan tumbuh, perusahaan
haruslah beroperasi secara efisien (do things right) dan efektif (do the
right thing). Untuk mengetahui tingkat keefisienan dan keefektifan
suatu kinerja maka diperlukan suatu evaluasi terhadap hasil-hasil
perusahaan yang merupakan akibat dari keputusan masa lampau.

Pada tahap ketiga dari proses manajemen strategik adalah pengawasan atas
strategi (strategic control) dan pengawasan atas kinerja (performance) organisasi.
Hal ini dilakukan untuk melihat dampak (impac) dari implementasi strategi pada
kinerja (performance). Adat 4 (empat) macam bentuk pengawasan yang
seharusnya dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan strategi yaitu :
1. Kontrol atas “premises” (asumsi-asumsi atau prediksi) yang mendasari
terpilihnya strategi, apakah masih tetap valid, jika premise tersebut telah
berubah maka strategi juga harus dirubah. Misalkan aspek perekonomian,
aspek industri dan persaingan telah berubah, maka analisis atas “competitive
position” dari organisasi haruslah di update di(perbaharui).

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………134


2. Kontrol atas implementasi. Jika terjadi “incremental actions” misalnya
perluasan pasar, peningkatan produksi, dan perubahan atas biaya maka
strategi juga perlu disesuaikan.
3. Kontrol atas perubahan lingkungan. Suatu contoh misalnya Lotus
Development Corporation membuat Spreadsheet Lotus 1-2-3, dan
spreadsheet ini sukses di pasaran, tetapi sangat mudah programnya dicopy.
Untuk mengatasi hal ini perusahaan menghimbau konsumen untuk
mengganti paket LOTUS 1-2-3 yang lama dengan yang baru, dengan
menerapkan srategi “big discount” kepada pelanggan yang membeli “up
graded” version dari lotus.
4. Kontrol atas hal-hal yang berubah dengan cepat, dan tidak diharapkan (alert
control). Misalnya adanya kudeta, adanya racun pada capsule Tylenol, atau
racun pada Miem dan adanya perhatian yang besar pada persoalan halal dan
haram (lemak babi), maka strategi juga perlu disesuaikan.

Proses evaluasi dan pengendalian strategik akan melalui beberapa


tahap/langkah yaitu menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja
perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan,
sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentuan
standar pengukuran kinerja tersebut, yaitu:
Posisi pasar . Penilaian yang nyata terhadap keberhasilan perusahaan
adalah mengukur posisi pangsa pasarnya dibandingkan dengan para
pesaing. Apakah pangsa pasar telah meningkat atau cenderung menurun ?
Kinerja inovasi (Divisi Riset dan Pengembangan).Bagaimana urutan
pengeluaran riset dan pengembangan (sebagai persentase penjualan) dalam
indusri ?
Produktivitas. Kinerja ini berhubungan dengan “nilai tambah” output.
Penjualan per karyawan merupakan salah satu ukuran produktivitas.
Likuiditas dan aliran kas (cash flow). Kriteria aliran kas biasanya lebih
baikdaripada masalah keuntungan.

Kriteria ini akan mengukur


 apakah marjin keuntungan meningkat atau menurun.
 Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………135


 Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan jika
melampaui batas toleransi, harus dianalisa penyebab-penyebabnya.
 Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.

Dalam mengevaluasi kinerja terhadap rencana bisnis, seseorang harus


selalu menanyakan “apakah tujuan dan sasaran perusahaan? Dan bagaimana
kinerja perusahaan dalam mendukung pencapaian tujuan/sasaran tersebut?.
Jawaban dari pertanyaan ini akan menghasilkan suatu daftar dari tujuan (dirinci
pada tujuan dari pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan), sasaran dan hasil
kinerja perusahaan. Kemudian pimpinan harus memberikan suatu nilai (0-10)
yang menggambarkan tingkatan mengenai pencapaiannya.

Kerangka Kerja Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation Framework)


Ada tiga kegiatan utama dalam evaluasi strategi, yaitu:
o Memeriksa/menguji basis strategi organisasi yang telah digariskan.
o Membandingkan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sebenarnya.
o Membuat koreksi untuk memastikan bahwa kinerja organisasi sesuai
dengan rencana.
Banyak hal yang bisa dievaluasi, peluang dan tantangan eksternal, dan kekuatan
dan kelemahan internal perubahannya harus dievaluasi dan dimonitoring secara
kontinyu.

Proses dalam Evaluasi &Pengendalian Strategi meliputi :


o Meminta semua unit bisnis untuk menyerahkan laporan bulanan tentang
status penjualan dan biaya untuk setiap line produk termasuk trend dalam
beban
o Meminta semua unit bisnis untuk menyediakan laporan tahunan yang
menyajikan laba operasi, biaya, dan beban sebagaimana juga aset yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………136


dapat diidentifikasi dalam dollar, termasuk tambahan dan pengurangan
kepemilikan
o Meminta semua unit bisnis untuk menyediakan laporan kuartalan
mengenai aktivitas kompetitif dan trend keseluruhan yang mempengaruhi
setiap line produk mereka
o Meminta semua unit bisnis untuk menginformasikan kepada kantor pusat
sebelum melakukan suatu rencana finansial yang beresiko.

Dalam sistem evaluasi dan pengendalian, langkah pertama yang penting


adalah menentukan apa yang akan diukur. Pengukuran harus terkait dengan
kuantitas, kualitas, penetapan waktu dan harus bisa diperiksa secara obyektif.
Pengendalian strategis, taktis dan operasional membentuk hierarki pengendalian
yang sama dengan hierarki strategis. Faktor-faktor penting penentu keberhasilan
(critical success factor) akan menentukan informasi apa saja yang perlu
dikumpulkan bagi setiap unit bisnis sebagai bagian dari sistem informasi
strategis. Sebuah sistem evaluasi dan pengendalian yang tepat harus mampu
melengkapi kesimpulan seperti yang ditunjukkan dalam model manajemen
strategik.

C. Metode Evaluasi Strategi:


1. Pengawasan / Evaluasi Operasional
Berkaitan dengan kinerja organisasi, maka pengawasan atau evaluasi
operasional juga harus ditingkatkan. Di dalam pengawasan atau evaluasi
operasional ini dibutuhkan :
 Standar kinerja.
 Pengukuran kinerja.
 Menemu kenali penyimpangan operasi dari standar yang telah ditetapkan
 Melakukan tindakan koreksi.

2. Evaluasi Kinerja

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………137


Evaluasi kinerja merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa
lalu yang berguna untuk meningkatkan produktifitas di masa yang akan datang.
Sebagai suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi kinerja menyediakan informasi
mengenai kinerja dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran. Evaluasi
dapat dibedakan menurut jenis yang dievaluasi, menurut pelakunya , menurut
lingkupnya, menurut kadar kedalamannya menurut masa atau periodenya.
Evaluasi dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif meliputi evaluasi yang dilakukan sebelum
program berjalan, atau sedang dalam pelaksanaan atau setelah program selesai
dan dapat diteliti hasil dan dampaknya. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan beberapa periode/tahun sehingga memerlukan pengumpulan data
untuk beberapa tahun yang dievaluasi.
Evaluasi yang dilakukan menurut lingkup dan pelakunya dapat
menggunakan metode evaluasi sebagai berikut :
 Penilaian diri sendiri dari pekerja yang bersangkutan
 Penilaian dari atasan langsung
 Penilaian dari rekan kerja
 Penilaian dari bawahan langsung
 Penilaian dari sumber lain seperti pelanggan, pemasok, komite, para
manajer, konsultan eksternal
3. Metode Evaluasi 360 Derajat
Diantara berbagai metode evaluasi yang paling lengkap adalah metode
evaluasi 360 derajat karena dapat mencakup kelima metode tersebut di atas.
Metode 360 derjat adalah salah satu teknik evaluasi kinerja karyawan
berdasarkan umpan balik (feed back) yang diberikan oleh karyawan terhadap
organisasi. Adapun metode 360 derajat adalah :
 Evaluasi antar unit internal (peer evaluation)
Seluruh unit organosasi melakukan evaluasi kinerjanya dengan cara
melakukan evaluasi antar unit organisasi yang memiliki keterkaitan atau
dengan lainnya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………138


 Evaluasi mandiri (self evaluation)
Setiap unit organisasi melakukan sendiri evaluasi kinerjanya dengan
menggunakan alat dan penilaian yang sama dengan yang digunakan dalam
kegiatan evaluasi antar unit organisasi.
 Evaluasi Manajemen
Evaluasi kinerja dilakukan oleh tim yang terdiri dari pimpinan , manajer
umum dan manajer fungsional lainnya.
 Evaluasi senior manajemen
Unit unit organisasi harus melakukan evaluasi dan memberikan umpan
balik atas kinerja para senior manajer termasuk di dalam`nya adalah para
pimpinan tertinggi dan manajer lainnya
 Evaluasi dari pelanggan eksternal
Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan suatu
instansi pemerintah atau unit kinerja instansi pemerintah tertentu telah
memenuhi kebutuhan dan harapan pihak yang dilayani.

4. Balanced Scorecard
Pemahaman mengenai pengukuran kinerja pada suatu organisasi
merupakan hal yang sangat penting dan vital. Dengan hasil pengukuran kinerja
yang baik maka akan menciptakan sebuah informasi mengenai keberadaan bisnis
tersebut serta bagaimana hal tersebut dilakukan dan dimana itu terjadi.
Singkatnya pengukuran kinerja merupakan kartu laporan bagi sebuah
perusahaan. Untuk mengukur kinerja tersebut, salah satu alat pengukuran kinerja
yang baik adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu
mekanisme pada sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi serta
strategi organisasi ke dalam suatu tindakan yang nyata di lapangan. Sehingga
balanced scorecard menjadi salah satu alat manajemen yang terbukti membantu
banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.

Menurut Atkinson, et al dalam buku Sony Yuwono, et al (2007: 8),


Balanced Scorecard adalah “A measurement and management system that views

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………139


a business unit’s performancefrom four perspectives:financial, customer, internal
business process, and learning and growth”, yang berarti pengukuran dan sistem
manajemen penilaian kinerja dengan empat perspektif yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Menurut
Hansen dan Mowen dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009: 2), Balanced
Scorecard adalah “A responsibility accounting system objectives and measures
for fou r different perspective: the financial perspective, the customer
perspective, the process perspective, and the learning and growth
(infrastructure) perspective”.

Konsep Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja yang


memberikan kerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-
sasaran strategik. Sasaran strategik yang komprehensif itu dapat dirumuskan ke
dalam Balanced Scorecard, karena Balanced Scorecard menggunakan empat
perspektif dimana satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan
dan merupakan indikator pengukurn kinerja yang saling melengkapi serta saling
memiliki hubungan sebab-akibat (Mulyadi, 2001: 7) Konsep Balanced Scorecard
selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi
manajemen yang dikembangkan oleh Dr.Robert Kaplan (Harvard Business
School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu
balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti
adanya keseimbangan antara kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka
pendek dan jangka panjang, antara kinerja yang bersifat internal dan eksternal.
Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat
skor kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan

5. Keunggulan Balanced scorecard


Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu organisasi untuk
sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak
dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional
hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………140


beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan
bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga
berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui
sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu:
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

6. Perspektif Balanced Scorecard


a. Perspektif Keuangan
Perspektif ini tetap digunakan dalam Balanced Scorecard karena ukuran
finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi
tindakan ekonomis yang sudah diambil.Ukuran finansial ini memberikan
petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya
memberikan konstribusi atau tidak bagi peningkatan laba perusahaan.
Balanced Scorecard membaginya menjadi tiga tahap, yaitu (SonyYuwono,
et al, 2007: 31)
1. Growth (Pertumbuhan): Tahapan awal siklus kehidupan organisasi,
di mana organisasi memiliki produk atau jasa yang secara signifikan
memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Dalam tahap pertumbuhan,
organisasi biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan
tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolok
ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah tingkat pertumbuhan
pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
2. Sustain (Bertahan): Tahapan kedua, di mana organisasi masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyratkan tingkat
pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, organisasi mencoba
mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya
jika mungkin. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada
besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
3. Harvest (Kedewasaan): Tahapan ketiga, di mana perusahaan benar-
benar memanen/menuai hasil investasi pada tahap-tahap sebelumnya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………141


Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan
kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga
diambil sebagai tolok ukur adalah memaksimumkan arus kas masuk
dan pengurangan modal kerja.

b. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi
bagaimana kondisi pelanggan dan segmen pasar yang telah dipilih oleh
organisasi untuk bersaing dengan kompetitor. Segmen yang dipilih
mencerminkan keberadaan pelanggan sebagai sumber pendapatan. Dalam
perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu
(Sony Yuwono, et al, 2007: 33)
1. Market Share (Pangsa Pasar): Pengukuran ini mencerminkan
bagian yang dikuasai organisasi atas keseluruhan pasar yang ada,
yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan
volume unit penjualan.
2. Customer Retention (Pertumbuhan/Mempertahankan Pelanggan):
Mengukur tingkat dimana organisasi dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya persentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah
pelanggan yang saat ini dimiliki perusahaan.
3. Customer Acquisition (Menarik/Perolehan Pelanggan Baru):
Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru
atau memenangkan bisnis baru. Pengukuran dapat dilakukan melalui
persentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan
total penjualan baru dengan jumlah pelanggan baru yang ada.
4. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan): Mengukur tingkat
kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam
value proposition. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………142


macam teknik, seperti survei melalui surat (pos), interview melalui
telepon, atau personal interview.
5. Customer Profitabilitas (Keuntungan Pelanggan): Mengukur laba
bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya
yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal


Setiap bisnis memiliki rangkaian proses tertentu untuk menciptakan
nilai bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik. Balanced
Scorecard membaginya dalam tiga model dari proses bisnis utama, yaitu
(Sony Yuwono, et al, 2007: 37-39)
1. Proses Inovasi: Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman
tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan
jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan
biasanya dilakukan oleh bagian R dan D, sehingga setiap keputusan
pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat
pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan
pasar). Aktivitas R dan D ini merupakan aktivitas penting dalam
menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang.
2. Proses Operasi: Proses operasi adalah proses untuk membuat dan
menyampaikan produk atau jasa. Aktivitas di dalam proses operasi
terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses pembuatan produk dan 2)
proses penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja
terkait dalam proses operasi dikelompokan pada: waktu, kualitas, dan
biaya.
3. Layanan Purna Jual: Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada
pelanggan setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Aktivitas
yang terjadi dalam tahap ini, misalnya: penanganan garansi dan
perbaikan; penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan;
serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………143


apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi
harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat
kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses
operasi. Untuk siklus waktu, organisasi dapat menggunakan
pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga
keluhan tersebut diselesaikan.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muchammad Ichsan (2007:
39-43), mengemukakan bahwa proses pembelajaran dan pertumbuhan ini
bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur
organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan
budaya organisasi yang berhubungan dengan perbaikan individu dan
organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia adalah sumber
daya utama. Dalam berbagai kasus, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan merupakan fondasi keberhasilan bagi knowledge-worker
organization dengan tetap memperhatikan faktor sistem dan organisasi.
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan
menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem,
dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai
kinerja yang diinginkan. Itulah mengapa, organisasi harus melakukan
investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong organisasi menjadi
sebuah organisasi pembelajar (learning organization). Menurut Kaplan
dan Norton “learning” lebih dari sekedar “training” karena pembelajaran
meliputi pula proses “mentoring dan tutoring”, seperti kemudahan dalam
komunikasi di segenap pegawai yang memungkinkan mereka untuk siap
membantu jika dibutuhkan. Tolak ukur dalam perspektif ini, yaitu
1. Capabilities Employee (Kemampuan Pekerja): Tantangan bagi
organisasi adalah agar para pegawai dapat menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk organisasi, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja karyawan, serta meningkatkan kepuasan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………144


pelanggan. Organisasi ingin mencapai tingkat kepuasan yang tertinggi
perlu dilayani oleh pekerja yang terpuaskan organisasi . Untuk
mengetahui tingkat kepuasan karyawan, organisasi perlu melakukan
survei secara teratur. Beberapa unsur kepuasan karyawan yaitu
keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan/penghargaan
(reward and recognition) karena telah melakukan pekerjaan dengan
baik, akses memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan
kreativitas dan inisiatif, serta dukungan dari atasan. Produktivitas
pekerja dapat diukur dengan total penjualan bersih dibagi dengan
jumlah pekerja atau laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah
pekerja (Thomas Sumarsan, 2010: 232).
2. Capabilities Information System (Kemampuan Sistem Informasi):
Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan
seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat
dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaikbaiknya.
3. Motivation, Empowerment, and Aligment (Motivasi, Pemberdayaan,
dan Keselarasan): Perspektif ini penting untuk menjamin adanya
proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi
dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma
manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat
penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error, sehingga
turbelensi lingkungan sama-sama dicoba kenali tidak saja oleh
jenjang manajemen strategis, tetapi juga oleh segenap pegawai di
dalam organisasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Keempat perspektif dalam Balanced Scorecard memberi keseim-
bangan antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang, antara
hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut,
dan antara ukuran objektif yang keras dengan ukuran subjektif yang lebih
lunak. Sementara keberagaman ukuran pada Balanced Scorecard yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………145


dibuat dengan benar mengandung kesatuan tujuan, karena semua ukuran
diarahkan kepada pencapaian strategi yang terpadu.

e. Publikasi dari Informasi Evaluasi Strategi


Sejumlah publikasi sangat membantu dalam mengevaluasi strategi
perusahaan. Sebagai contoh, Pada setiap bulan Maret setiap tahun,
Fortune menerbitkan tentang evaluasi strategi di dalam artikel berjudul
“Perusahaan yang Paling Dikagumi di Amerika.” Delapan atribut kunci
berfungsi sebagai kriteria evaluasi: manajemen karyawan, inovasi, kualitas
produk atau jasa, kesehatan keuangan, tanggung jawab sosial, penggunaan
aset perusahaan, investasi jangka panjang, dan kualitas manajemen. Pada
bulan Oktober setiap tahun, Fortune menerbitkan penelitian tambahan
evaluasi strategi dalam sebuah artikel berjudul "Perusahaan Paling
Dikagumi di Dunia." Di tahun 2009 perusahaan yang paling dikagumi
adalah Nike diikuti oleh Anheuser-Busch, Nestle, and Procter & Gamble.

f. Karakteristik dari Evaluasi Strategi Efektif


Evaluasi Strategi harus mencapai beberapa syarat dasar untuk menjadi
efektif. Pertama, evaluasi strategi harus ekonomis. Evaluasi srategi juga
harus berhubungan dengan tujuan perusahaan. Evaluasi harus
menyediakan informasi berguna bagi para manajer mengenai tugas dimana
mereka kendalikan dan berpengaruh. Kegiatan evaluasi strategi harus
menyediakan informasi secara tepat waktu.

g. Perencanaan Kontijensi
Rencana-rencana kontijensi bisa didefinisikan sebagai rencana-
rencana alternatif yang dijalankan apabila peristiwa-peristiwa penting
tertentu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketika aktivitas evaluasi
strategi menunjukan perlunya perubahan besar secara cepat, rencana
kontijensi yang sesuai dapat dijalankan.
Adapun cara membuat rencana kontijensi yang efektif melalui tujuh
langkah sebagai berikut :

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………146


1. Mengidentifikasi kejadian-kejadian yang menguntungkan maupun
tidak diinginkan yang bisa menghambat pelaksanaan strategi
2. Menemukan titik-titik picu, perhitungkan kapan keadian-kejadian
kontijensi kemungkinan besar terjadi
3. Menilai dampak dari setiap kejadian kontijensi, perkirakan manfaat
atau bahaya potensialdari setiap kejadian kontijensi
4. Mengembangkan rencana kontijensi, pastikan bahwa rencana
kontjensi sesuai dengan keadaan saat ini dan masuk akal secara
ekonomis
5. Menilai dampak negatif dari setiap kejadian kontinjensi, menguanti-
fikasi nilai potensial dari setiap rencana kontijensi
6. Menentukan sinyal-sinyal awal (ciri-ciri) akan terjadinya kontijensi
sebagai antisipasi sejak dini
7. Bila ada ciri-ciri awal yang berpotensiterjadinya kejadian kontijensi,
maka kembangkan rencana di awal untuk menarik keuntungan dari
organisasi yang pertama mendahului organisasi lainnya.

7. Auditing
Audit merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam evaluasi
strategi. Arens, Elder, & Beasley (2006) juga mendefinisikan auditing sebagai
aktivitas pengumpulan dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapatkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang independen dan berkompeten.

Terdapat beberapa poin penting yang mendasari auditing. Pertama,


informasi yang dapat diuji dan penetapan kriteria yang dapat digunakan auditor
untuk mengevaluasi informasi tersebut. Kedua, pengumpulan dan
pengevaluasian bukti audit. Bukti audit merupakan informasi yang digunakan
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit harus memadai agar tujuan
audit dapat tercapai. Ketiga, auditor yang kompeten, independen, objektif dalam
pengumpulan dan pengevaluasian bukti, memiliki kualifikasi dalam memahami

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………147


kriteria yang ditetapkan, serta kompeten dalam menentukan jenis dan jumlah
bukti audit yang perlu diuji agar menghasilkan kesimpulan audit yang tepat.
Keempat, pelaporan yang merupakan suatu bentuk komunikasi auditor kepada
pemangku kepentingan atas kesimpulan mengenai tingkat kesesuaian antara
suatu informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan audit, auditor independen menggunakan suatu standar,


yakni Generally Accepted Auditing Standards (GAAS). GAAS merupakan
aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan para auditor independen dan
meliputi referensi bagi kualifikasi pemeriksa (standar umum), bidang kerja atau
tugas pemeriksaan (laporan tugas bidang), dan pelaporan hasil pemeriksaan
(standar pelaporan). Auditor juga dapat melakukan pemeriksaan laporan
keuangan menggunakan pedoman Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) atau International Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS
merupakan standar yang lebih mutakhir dibandingkan dengan GAAP dan
merupakan standar yang lebih praktis digunakan pada perusahaan-perusahaan di
era globalisasi ini.

Keuntungan terbesar yang didapatkan dari penggunaan standar IFRS


dalam auditing yakni IFRS lebih efisien dan tidak sekompleks GAAP. Lenovo,
perusahaan berbasis teknologi dari Cina namun berkantor pusat di Amerika
Serikat, merupakan contoh perusahaan yang menerapkan IFRS. Lenovo
memandang bahwa perusahaan tersebut bukanlah merupakan perusahaan
Amerika Serikat atau perusahaan Cina, melainkan merupakan sebuah perusahaan
global. Perusahaan tersebut memandang bahwa semakin cepat dilakukan
perubahan ke standar IFRS, semakin cepat pula manfaat yang dirasakan oleh
perusahaan.

D. Fungsi dan Manfaat Evaluasi dan Pengendalian Strategi


Melakukan evaluasi dan pengendalian strategi sangat penting bagi
organisasi dengan alasan:

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………148


 Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian dimana
pasar semakin berkembang, teknologi berubah dan pesaing-pesaing baru
bermunculan.
 Semakin rumit dan kompleksnya organisasi akan membutuhkan suatu
kontrol yang lebih baik.
 Dengan semakin terdesentralisirnya kekuasaan dan wewenang, para
manajer membutuhkan suatu alat untuk mengetahui aktivitas dan kinerja
para bawahannya.
Evaluasi strategi memerankan berbagai fungsi yaitu:
 Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja, kebijakan , program
dan kegiatan untuk mengetahui pencapaian suatu tujuan, sasaran dan target
tertentu.
 Memberi sumbangan kepada klarifikasi dan kritik terhadap nilai nilai yang
mendasari tujuan dan target.
 Memberi sumbangan pada metode analisis kebijakan termasuk perumusan
masalah dan rekomendasinya.
 Melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian kinerja kegiatan
dan program dengan harapan atau rencana yang telah ditetapkan.
Manfaat evaluasi dapat berupa keuntungan keuntungan seperti :
 Manfaat untuk perbaikan perencanaan strategi, kebijakan
 Manfaat untuk mengambil keputusan
 Manfaat untuk tujuan pengendalian
 Manfaat untuk perbaikan input, proses dan output

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi strategi merupakan tahapan terakhir dari manajemen strategi.
Evaluasi strategi sangat penting dalam sebuah manajemen, sebab kesuksesan
yang diraih saat ini tidak menjamin kesuksesan di masa yang akan datang.
Evaluasi Strategi yang efektif memungkinkan suatu organisasi untuk
memanfaatkan kekuatan internal organisasi ketika mereka melakukan
pengembangan, memanfaatkan peluang-peluang eksternal yang muncul,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………149


mengenali dan melindungi terhadap ancaman, serta mengurangi kelemahan
internal. Organisasi-organisasi yang sukses meluangkan waktu untuk
merumuskan, melaksanakan, dan kemudian mengevaluasi strategi dengan hati-
hati dan sistematik. Strategi yang baik dapat menggerakkan organisasi untuk
maju selaras dengan tujuan dan terus-menerus mengevaluasi serta melakukan
perbaikan yang berkelanjutan.

Berbagai metode Evaluasi / Kontrol Strategi dapat digunakan suatu


melakukan pengawasan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Metode tersebut
meliputi Evaluasi Operasional, Evaluasi Kinerja, Metode 360 derajat, Balanced
Scorecard, dan Auditing. Evaluasi dapat dibedakan menurut jenis yang
dievaluasi, menurut pelakunya , menurut lingkupnya, menurut kadar
kedalamannya menurut masa atau periodenya. Evaluasi dapat dibagi ke dalam
dua bagian besar yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
meliputi evaluasi yang dilakukan sebelum program berjalan, atau sedang dalam
pelaksanaan atau setelah program selesai dan dapat diteliti hasil dan dampaknya.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan beberapa periode/tahun
sehingga memerlukan pengumpulan data untuk beberapa tahun yang dievaluasi.

Fungsi evaluasi strategi yaitu pertama, memberikan informasi yang valid


mengenai kinerja, kebijakan , program dan kegiatan untuk mengetahui
pencapaian suatu tujuan, sasaran dan target tertentu. Kedua memberi sumbangan
kepada klarifikasi dan kritik terhadap nilai nilai yang mendasari tujuan dan
target. Ketiga, memberi sumbangan pada metode analisis kebijakan termasuk
perumusan masalah dan rekomendasinya. Keempat, Melihat seberapa besar
kesenjangan antara pencapaian kinerja kegiatan dan program dengan harapan
atau rencana yang telah ditetapkan. Manfaat evaluasi strategi berupa keuntungan
keuntungan yang diperoleh seperti : manfaat untuk perbaikan perencanaan
strategi dan kebijakan, manfaat untuk mengambil keputusan, manfaat untuk
tujuan pengendalian dan manfaat untuk perbaikan input, proses dan output.

B. Rekomendasi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………150


Penerapan manajemen strategi termasuk didalamnya perencanaan strategi,
implementasi strategi dan evaluasi strategi dapat diterapkan pada berbagai
organisasi baik yang bergerak dalam bidang produk maupun jasa. Dalam bidang
jasa layanan pendidikan, penerapan manajemen strategi dapat diterapkan untuk
mencapai tujuan sebagaimana yang tertuang dalam visi misi, tujuan , serta
perencanaan strategis sebuah lembaga pendidikan. Dinas pendidikan sebagai
instansi pemerintah yang membawahi satuan satuan pendidikan hendaknya
melakukan pengawasan, pengarahan dan pembinaan kepada satuan pendidikan,
kepada sekolah, manajemen sekolah maupun kepada warga sekolah untuk
mengukur pencapaian target yang telah ditetapkan. Kegiatan Monitoring
evaluasi, penilaian Kinerja Kepala Sekolah, Akreditasi sekolah serta kegiatan
monitoring dan pembinaan dari Pengawas Sekolah perlu ditingkatkan baik
frekuensinya, kualitasnya maupun instrumen penilaian yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R. 2014. Strategic Management.Pearson.


https://www.kajianpustaka.com›Manajemen-Strategi-dan-Penilaian-
Evaluasi//html. diakses pada tanggal 15 April 2019 pukul 10.55 WIB
Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.
Hal 224
Husein Umar. 2001. Strategic Management In Action. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
Rayza Rifqi. 2014. Kontroversi Penilaian 360 Derajat di Indonesia
,https://www.kompasiana.com>rayzarifki, diakses pada tanggal 25 April
2019 pukul 18.30
https://zahiraccounting.com/id/apa-itu-balance-scorecard. 2017. diakses tanggal
22 April 2018 pukul 22.40
https://www. Manajemen_Strategik_Evaluasi_Strategi//html. diakses pada
tanggal 17 April 2019 pukul 12.45 WIB

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………151


Taufikqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu
Politik Universitas Prof Dr. Moestopo Beragama. Cetakan pertama

*) Anggota Kelompok 7 – Kajian Mandiri-2019

APALIKASI TQM & SM

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………152


PADA PENDIDIKAN LEVEL MAKRO
(SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh :
Herman, Lukman Al Hakim, dan Nana Supriatna*)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan utama pendidikan Indonesia dewasa ini adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang, jenis, dan satuan pendidikan. Ibrahim
menyatakan bahwa pada era reformasi pendidikan Islam menghadapi dua
masalah, yaitu: 1) tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas
pendidikan Islam, dan 2) tidak relevannya pendidikan Islam dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan masyarakat.

Berbagai data menunjukkan bahwa pendidikan pada beberapa tahun


terakhir masih belum menunjukkan perubahan yang menggembirakan meskipun
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa sekolah/madrasah menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan. Beberapa siswa dari
kota-kota besar di Indonesia berhasil meraih medali Olimpiade Sains
Internasional. Lahmuddin Lubis mengklasifikasikan penyebab utama rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia ke dalam tiga bentuk. Pertama, pendekatan yang
digunakan lebih terfokus kepada input-output dan sangat kurang perhatian pada
proses. Kedua, pendidikan dilakukan secara birokratik sentralistik; dalam hal
tertentu sentralistik masih perlu tetapi pada era otonomi daerah, pendekatan
desentralistik lebih dominan. Ketiga, peran warga sekolah, khususnya guru,
masyarakat dan orangtua siswa/mahasiswa sangat kurang.

Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Kita semua
mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………153


sekolah menengah atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan
masyarakat. Masalah ini berakibat bagi masyarakat. Para peserta didik yang tidak
siap jadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif itu, akhirnya hanya
jadi beban masyarakat. Para peserta didik yang seperti itu adalah produk sistem
pendidikan yang tidak terfokus pada mutu. Rozikun dan Namaduddin
menyatakan bahwa dalam konteks sistem pendidikan nasional, madrasah menjadi
sorotan terkait dengan buruknya mutu pendidikan nasional.

Lahmuddin Lubis menjelaskan bahwa pendidikan merupakan industri jasa


(pelayanan) yang memiliki pelanggan. Pelanggan pendidikan memiliki
kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, peranan pendidikan direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Dengan demikian, pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan
dan harapan pelanggannya. Permasalahan mutu pendidikan tidak berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan suatu sistem yang saling berpengaruh. Mutu keluaran
dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses. Mutu masukan pendidikan
dapat dilihat dari kesiapan murid dalam mendapatkan kesempatan pendidikan.
Kenyataannya, masih banyak murid yang tidak siap karena sebagian menderita
kekurangan gizi, kecacingan, ataupun kondisi kesehatan dan kebugaran jasmani
yang tidak mendukung. Keadaan ini terkait dengan kesiapan input pendidikan.
Arcaro menyatakan bahwa mutu pendidikan akan meningkat bila administrator,
guru, staf, dan anggota dewan sekolah mengembangkan sikap baru yang terfokus
pada kepemimpinan, kerja tim, kooperasi, akuntabilitas, dan pengakuan.

Terkait dengan uraian di atas, perlu diberikan batasan definisi terhadap


pendidikan. Pendidikan sendiri dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai
suatu lembaga yang menawarkan program pembelajaran. Sebagai suatu proses,
pendidikan merupakan usaha memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap
potensi setiap individu anak yang sedang mengalami perkembangan untuk
mencapai kedewasaan yang optimal. Dalam konteks ini pendidikan dapat

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………154


berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi, baik dengan keteladanan,
pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, hukuman, pujian,
dan lain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan dapat berlangsung di
rumah tangga dan lembaga masyarakat (pendidikan luar sekolah) dan pendidikan
yang berlangsung di sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

Makalah ini membahas tentang manajemen mutu terpadu dalam


pendidikan. Adapun sub-sub bahasan dalam makalah ini, yaitu: konsep mutu,
pelanggan dan standar mutu, manajemen mutu terpadu dalam pendidikan (total
quality management [TQM]), prinsip dan komponen manajemen mutu terpadu
pendidikan, langkah-langkah manajemen mutu terpadu pendidikan, dan
hambatan penerapan manajemen mutu terpadu pendidikan. Konteks lembaga
pendidikan yang terkait dalam bahasan makalah ini adalah lembaga pendidikan
Islam, meliputi madrasah, sekolah Islam terpadu, dan perguruan tinggi Islam.

Dalam kerangka kebijakan makro pendidikan Indonesia, Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengaplikasikan/
mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu dalam bentuk Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah ini diintegrasikan dengan Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan yang disebut DAPODIKDASMEN (Data Pokok
Pendidikan Dasar dan Menengah).

Penjaminan mutu pendidikan formal, nonformal, dan informal telah diatur


dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, kemudian disempurnakan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2106.
Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan pada upaya mewujudkan
daya saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.
Tolok ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………155


ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah
ditetapkan BNSP dalam delapan (8) standar nasional pendidikan (SNP). Sistem
penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang sistemik dan terpadu
pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan
bangsa. Tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk
mewujudkannya menuntut satu sistem pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai
pemangku kepentingan (stake holders) yang terkait dalam satu keterpaduan
jaringan kerja tingkat nasional, regional, dan lokal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
maka penulis merumuskan empat rumusan masalah yang akan dijabarkan
dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana aplikasi/implementasi Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) pada level makro?
2. Bagaimana aplikasi/implementasi Manajemen Strategik Pendidikan
(MSP) pada level makro?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui aplikasi/implementasi Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan (SPMP) pada level makro?
2. Mengetahui aplikasi/implementasi Manajemen Strategik
Pendidikan (MSP) pada level makro?

II. PEMBAHASAN

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………156


A. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah
(Aplikasi/implementasi MMT pada Level Pendidikan Makro)
1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi
Mutu pendidikan dasar dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pada satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah
dan/atau program keahlian. Mutu pendidikan di satuan pendidikan tidak akan
meningkat tanpa diiringi dengan penjaminan mutu pendidikan oleh satuan
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah suatu
mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan
bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar
mutu dan aturan yang ditetapkan. Untuk dapat melakukan penjaminan mutu
pendidikan dengan baik diperlukan adanya sistem penjaminan mutu pendidikan.

a. Pengertian
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu
yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu Pendidikan
Dasar dan Menengah secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.
b. Tujuan
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah bertujuan
menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh
dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.
c. Fungsi
Sistem penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai pengendali
penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………157


2. Komponen Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua
komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
a. Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen satuan pendidikan;
b. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal yaitu sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan
lembaga standarisasi pendidikan;
Dalam implementasinya sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah ditunjang oleh Sistem Informasi Penjaminan Mutu pendidikan
dasar dan menengah, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
3. Siklus Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………158


Dalam implementasinya, sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah mengikuti siklus kegiatan sesuai dengan komponen masing masing.
Siklus sistem penjaminan mutu internal terdiri atas :
a. Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan;
b. Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Renca-
na Kerja Sekolah;
c. Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendi-
dikan maupun proses pembelajaran;
d. Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah
dilakukan; dan
e. Penetapan standar baru dan penyusunan strategi peningkatan mutu
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.

Seluruh siklus kegiatan dalam sistem penjaminan mutu internal ini


dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Siklus sistem penjaminan mutu
eksternal terdiri atas :
1. Pemetaan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan;
2. Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana
Strategis Pembangunan Pendidikan;
3. Fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan;
4. Monitoring dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu;
5. Pelaksanaan evaluasi dan penetapan standar nasional pendidikan
dan penyusunan strategi peningkatan mutu;
6. Pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan dan/atau program
keahlian.

Siklus sistem penjaminan mutu eksternal ini dilaksanakan oleh


pemerintah, pemerintah daerah, lembaga standardisasi (BNSP) dan lembaga

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………159


akreditasi BAN SM atau Lembaga Akreditasi Mandiri sesuai kewenangan
masing-masing. Ilustrasi siklus sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah baik internal maupun eksternal dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2.
Siklus Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

4. Acuan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah


Implementasi sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
mengacu pada standar sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama sistem
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah Standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP adalah standar minimal yang ditetapkan pemerintah
dalam bidang pendidikan yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dan
semua pemangku kepentingan dalam mengelola dan menyelenggarakan
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:
1. Standar Kompetensi Lulusan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………160


2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Penilaian
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Sarana dan Prasarana
8. Standar Pembiayaan

Kedelapan standar pendidikan tersebut membentuk rangkaian input,


proses, dan output. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan output dalam
SNP. SKL akan mencapai skor yang tinggi apabila input terpenuhi sepenuhnya
dan proses berjalan dengan baik. Gambar 2.3 menggambarkan hubungan standar-
standar dalam SNP. Bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang baru
berdiri atau yang memiliki sumberdaya jauh dari memadai, acuan yang
digunakan adalah Standar Pelayanan Minimal. Standar Pelayanan Minimal
adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar dan menengah melalui
jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah.

Satuan pendidikan yang telah atau hampir memenuhi atau melampaui


standar nasional pendidikan dapat menggunakan atau menetapkan standar di
atas Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengembangan SPMI di samping SNP. Standar
pendidikan dasar dan menengah yang ditetapkan oleh satuan pendidikan
dapat berupa standar pendidikan bertaraf internasional dan/atau Standar
Pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………161


Gambar 2.3.
Hubungan antar standar dalam SNP Dasar dan Menengah

5. Pembagian Tugas dalam Implementasi SPMP


Implementasi sistem penjaminan mutu pendidikan ini dilaksanakan oleh
setiap unsur pengelola pendidikan sesuai kewenangan masing-masing.
1. Perencanaan, pelaksanakan, pengendalian, dan pengembangan sistem
penjaminan mutu internal merupakan tugas satuan pendidikan dasar dan
satuan pendidikan menengah.
2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengembangan sistem
penjaminan mutu eksternal merupakan tugas dari pemerintah dan
pemerintah daerah, Lembaga Standardisasi Pendidikan (seperti BNSP),
dan Lembaga Akreditasi (misalnya Badan Akreditasi Nasional atau
Lembaga Akreditasi Mandiri) sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………162


6. Luaran
Penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
dapat dipastikan akan menghasilkan sekolah yang secara sadar, mandiri dan
berkesinambungan menjalankan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ciri dari sekolah yang menjalankan
pendidikan yang bermutu adalah menjalankan seluruh tahapan dalam siklus
sistem penjaminan mutu internal secara konsisten dan berkelanjutan serta
menerapkan standar nasional pendidikan pada seluruh proses manajemen
maupun proses pembelajaran di sekolah. Tujuan akhir dari sistem penjaminan
mutu pendidikan adalah terwujudnya budaya mutu (quality culture) dalam dunia
pendidikan. Budaya mutu, terutama mutu akademik, mencitrakan dunia
pendidikan sebagai arena yang memiliki nilai tinggi baik moral maupun sosial.
Budaya mutu pada satuan pendidikan ini memastikan seluruh proses
manajemen maupun pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Dengan demikian sekolah yang menyenangkan dan
menghasilkan anak yang berkarakter dan cerdas baik spiritual, intelektual,
emosional, sosial, dan kinestetis dapat diwujudkan. Gambaran luaran sistem
penjaminan mutu pendidikan adalah terdapat pada Gambar 2.4.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………163


Gambar 2.4.
Luaran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

B. Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar Dan


Menengah
1. Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Internal
Sistem penjaminan mutu internal adalah sistem penjaminan mutu yang
berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen
dalam satuan pendidikan. Sistem penjaminan mutu internal pendidikan dasar
dan menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi,
kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………164


untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan.

2. Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Internal


Prinsip dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah mandiri,
terstandar, akurat, sistemik dan berkelanjutan, holistik, dan terdokumentasi.
1. Mandiri
SPMI dikembangkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh setiap
satuan pendidikan.
2. Terstandar
SPMI menggunakan Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh
Mendikbud dan Standar yang ditetapkan oleh satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan yang telah memenuhi SNP.
3. Akurat
SPMI menggunakan data dan informasi yang akurat.
4. Sistemik dan berkelanjutan
SPMI diimplementasikan dengan menggunakan 5 (lima) langkah
penjaminan mutu yaitu pemetaan mutu, penyusunan rencana peningkatan
mutu, pelaksanaan pemenuhan mutu, audit/evaluasi pemenuhan mutu, dan
penetapan standar baru yang dilaksanakan secara berkelanjutan
membentuk suatu siklus.
5. Holistik
SPMI dilaksanakan terhadap keseluruhan unsur dalam satuan pendidikan
yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait.
6. Terdokumentasi
Seluruh aktivitas dalam pelaksanaan SPMI terdokumentasi dengan baik
dalam berbagai dokumen mutu.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………165


3. Tujuan dan Cakupan Sistem Penjaminan Mutu Internal
1. Tujuan
Penerapan sistem penjaminan mutu di satuan pendidikan dasar dan
menengah bertujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang
meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait di satuan
pendidikan dapat berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk
menjamin terwujudnya budaya mutu di satuan pendidikan;
2. Cakupan
Sistem penjaminan mutu internal pendidikan dasar dan menengah
ini mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai Standar Nasional
Pendidikan. SPMI dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah;
SPMI ditetapkan oleh satuan pendidikan dan dituangkan dalam pedoman
pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan.

4. Siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal


Sistem penjaminan mutu internal ini dilaksanakan di satuan
pendidikan dasar dan menengah dengan mengikuti siklus sebagaimana
terlihat pada Gambar 3.1. Siklus tersebut terdiri atas Pemetaan Mutu,
Penyusunan Rencana Pemenuhan, Pelaksanaan Rencana Pemenuhan,
Evaluasi/Audit Pelaksanaan Rencana, dan Penetapan Standar Mutu.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………166


Gambar 3.1.
Siklus SPM Internal Pendidikan Dasar dan Menengah

1. Pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan.


Pemetaan mutu dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi diri sekolah
(EDS) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi Diri Sekolah
ini dlaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan instrumen
b. Pengumpulan Data
c. Pengolahan dan analisis data
d. Pembuatan peta mutu
Luaran dari kegiatan ini adalah:
a. peta capaian standar nasional pendidikan di satuan pendidikan,
sebagai baseline.
b. masalah-masalah yang dihadapi,
c. rekomendasi perbaikannya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………167


2. Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu
Perencanaan peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan
peta mutu sebagai masukan utama, disamping dokumen kebijakan
pemerintah seperti kurikulum dan standar nasional pendidikan, serta
dokumen rencana strategis pengembangan sekolah. Luaran dari kegiatan
perencanaan ini adalah Dokumen Perencanaan Pengembangan Sekolah
dan Rencana Aksi.
3. Pelaksanaan Rencana Peningkatan Mutu
Pemenuhan mutu ini dilaksanakan meliputi kegiatan pengelolaan
satuan pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran. Luaran dari kegiatan
Pelaksanaan Rencana Peningkatan Mutu ini adalah terjadinya pemenuhan
mutu pendidikan dan capaian SNP yang ditetapkan pada Tahap 2 di
satuan pendidikan.
4. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Peningkatan
Mutu.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai rencana yang telah
disusun. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan pemenuhan mutu dapat berjalan sesuai rencana yang
telah disusun. Luaran dari kegiatan ini adalah laporan pelaksanaan
pemenuhan standar nasional pendidikan dan implementasi rencana
pemenuhan mutu oleh satuan pendidikan. Selain itu juga rekomendasi
tindakan perbaikan jika ditemukan adanya penyimpangan dari rencana
dalam pelaksanaan pemenuhan mutu ini. Dengan demikian ada jaminan
kepastian terjadinya peningkatan mutu berkelanjutan.
5. Penetapan Standar Mutu Baru dan Penyusunan strategi
peningkatan mutu.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, satuan pendidikan
melakukan penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi dari
standar baseline. Untuk itu satuan pendidikan harus menyusun strategi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………168


peningkatan mutu. Strategi ini diarahkan untuk mendorong satuan
pendidikan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Jika satuan
pendidikan telah memenuhi standar nasional pendidikan, satuan
pendidikan dapat menetapkan standar baru di atas standar nasional
pendidikan.

Dengan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem penjaminan mutu


internal secara mandiri dan berkesinambungan, diharapkan akan terbangun
budaya mutu di satuan pendidikan. Budaya mutu ini akan mendorong satuan
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus
sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara konsisten dari waktu ke
waktu. Gambar 3.2 memperlihatkan siklus peningkatan mutu secara bertahap
mulai dari kondisi awal hingga dipenuhinya standar nasional pendidikan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Gambar 3.2.
Siklus Penjaminan Mutu Pendidikan Berkelanjutan di Satuan Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………169


Seluruh proses sistem penjaminan mutu internal di satuan pendi -
dikan yang dilaksanakan dalam satu atau lebih siklus, akan menghasilkan
Rapor Hasil Implement-asi Sistem Penjaminan Mutu Internal, seperti yang
terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3.
Rapor Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal

5. Indikator dan Faktor Penentu Keberhasilan


A. Indikator keberhasilan
1. Indikator keluaran
a. Satuan pendidikan mampu menjalankan seluruh siklus
penjaminan mutu
b. Terbentuknya organisasi penjaminan mutu pendidikan di
satuan pendidikan
2. Indikator Hasil
a. Proses pembelajaran berjalan berjalan sesuai standar
b. Pengelolaan satuan pendidikan berjalan sesuai standar
3. Indikator Dampak
a. Budaya mutu di satuan pendidikan terbangun
b. Mutu hasil belajar meningkat

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………170


B. Faktor Penentu
1. Budaya organisasi
2. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
3. Partisipasi pemangku kepentingan
4. Komitmen dan konsistensi seluruh pemangku kepentingan
5. Akuntabilitas
6. Transparansi
7. Integritas

6. Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal


SPMI dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan jika di satuan
pendidikan terdapat unsur penjaminan mutu di dalam manajemennya. Unsur
penjaminan mutu tersebut dapat dalam bentuk Tim Penjaminan Mutu Sekolah
yang merupakan tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi
unsur manajemen, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya di satuan
pendidikan tersebut. Jika sumberdaya di satuan pendidikan tersebut tidak
mencukupi, fungsi penjaminan mutu ini menjadi tugas dari manajemen sekolah
yang ada. Gambar 3.4. memperlihatkan Bagan Organisasi Sistem Penjaminan
Mutu Internal.

Gambar 3.4.
Bagan Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………171


Pembagian Tugas dalam Penjaminan Mutu Internal adalah sebagai berikut:
a. Sekolah
1. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembang-
kan SPMI
2. Menyusun dokumen SPMI
3. Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam
Rencana Kerja Sekolah
4. Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan
pendidikan maupun proses pembelajaran
5. Menetapkan standar baru dan menyusun strategi peningkatan mutu
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
6. Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan pendidikan; dan
7. Mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

b. Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah


1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan
pendidikan
2. Melakukanpembinaan,pembimbingan, pendampingan, dan supervisi
terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam
pengembangan penjaminan mutu pendidikan;
3. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu
pendidikan di satuan pendidikan;
4. Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan
mutu yang telah dilakukan; dan
5. Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan
hasil monitoring dan evaluasi

7. Dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal


1. Dokumen kebijakan SPMI;
2. Dokumen manual SPMI;
3. Dokumen standar dalam SPMI;
4. Dokumen formulir yang digunakan dalam SPMI;
5. Dokumen pendukung

C. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Dasar Dan


Menengah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………172


1. Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
Sistem penjaminan mutu eksternal adalah sistem penjaminan mutu
yang dilaksanakan oleh unit di luar satuan pendidikan. Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat
SPME-Dikdasmen, adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi,
kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan fasilitasi dan penilaian
melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu
satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dan/atau program keahlian.
SPME direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah, Badan Standar Nasional Pendidikan, dan
Badan Akreditasi Nasional sesuai dengan kewenangannya.

2. Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Eksternal


Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Eksternal adalah akurat, objektif,
trans-paran, dan akuntabel.
a. Akurat
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi didasarkan pada data dan informasi yang jelas, benar, tepat, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Obyektif
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi bebas dari pengaruh kepentingan subjektif dan berdasarkan
data serta informasi faktual yang tersedia.

c. Transparan
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi dilakukan berdasarkan standar dan mekanisme yang diketahui
oleh semua pemangku kepentingan.
d. Akuntabel
Proses pengambilan keputusan untuk fasilitasi dan penilaian untuk
akreditasi dapat dipertanggung-jawabkankepada semua pemangku
kepentingan.

3. Tujuan dan Fungsi Sistem Penjaminan Mutu Eksternal

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………173


Tujuan SPME adalah memastikan sistem penjaminan mutu internal serta
proses peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat berjalan dengan baik.
Sedangkan fungsinya adalah untuk memantau, memfasilitasi, mengevaluasi
pemenuhan standar nasional di satuan pendidikan; mengevaluasi dan
mengembangkan standar; serta menetapkan akreditasi satuan pendidikan.

4. Siklus Sistem Penjaminan Mutu Eksternal


Siklus penjaminan mutu eksternal dapat dibagi atas tiga kelompok sesuai
fokus tugas dan kewenangan. Kelompok tersebut adalah fasilitasi peningkatan
mutu, pengembangan standar mutu, dan akreditasi.
a. Siklus Fasilitasi Peningkatan Mutu
Pada Siklus ini dilakukan :
1. Pemetaan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan;
2. Perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana
Strategis Pembangunan Pendidikan;
3. Fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan;
4. Monitoring dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pemenuhan
mutu;
5. Fasilitasi peningkatan mutu secara berkelanjutan (oleh pemerintah
bekerja sama dengan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya).
Siklus fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah
seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………174


Gambar 4.1.
Siklus Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan

b. Siklus Pengembangan Standar Mutu Pendidikan Dasar dan


Menengah
Pada Siklus ini dilakukan :
a. Evaluasi pemenuhan standar nasional pendidikan oleh satuan
pendidikan.
b. Penetapan standar nasional pendidikan.
c. Penyusunan strategi peningkatan mutu pendidikan oleh satuan
pendidikan.

Pengembangan standar mutu dikembangkan secara berkelanjutan


oleh BSNP sesuai dengan kewenangannya, seperti pada Gambar 4.2.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………175


Gambar 4.2.
Siklus Pengembangan Standar Mutu Pendidikan

c. Siklus Akreditasi Satuan Pendidikan


Pada siklus ini dilakukan:
1. Evaluasi terhadap mutu satuan pendidikan.
2. Visitasi/audit mutu eksternal.
3. Penetapan akreditasi.
Akreditasi satuan pendidikan dikembangkan secara berkelanjutan
oleh BAN-S/M sesuai dengan kewenangannya, seperti terlihat pada
Gambar 4.3.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………176


Gambar 4.3.
Siklus Akreditasi

5. Pembagian Tugas dalam Penjaminan Mutu Eksternal


Penjaminan mutu eksternal dilaksanakan dalam bentuk fasilitasi
peningkatan mutu, pengembangan standar mutu, dan akreditasi.
a. Fasilitasi Peningkatan mutu Pendidikan

 Fasilitasi oleh Pemerintah


Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan oleh pemerintah pusat
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
dibantu oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sesuai kewenangan
dan wilayah masing-masing. Pembagian tugas dan wewenang dalam
fasilitasi peningkatan mutu oleh pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Tugas dan wewenang Direktorat Jenderal

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………177


a) Mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, pengen-
dalian, dan pengembangan SPMI-Dikdasmen dan SPME-
Dikdasmen;
b) Menyusun dan mengembangkan pedoman SPMI-Dikdasmen;
c) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan
supervisi terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan
SPMI-Dikdasmen;
d) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan
supervisi terhadap SDM pemerintah di daerah dalam
pengembangan SPMI dan SPME;
e) Memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-
Dikdasmen berdasarkan data dan informasi dalam sistem
informasi mutu pendidikan;
f) Memfasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan
sesuai dengan kewenangannya;
g) Mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan dasar
dan menengah; dan
h) Menyusun laporan dan rekomendasi strategi peningkatan
mutu pendidikan kepada Menteri berdasarkan hasil pemetaan
mutu pendidikan.
2. Tugas dan wewenang Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
a) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan
supervisi terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan
SPMI-Dikdasmen;
b) Memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-
Dikdasmen berdasarkan data dan informasi dalam sistem
informasi mutu pendidikan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota;
c) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan
supervisi terhadap SDM pemerintah daerah dalam
pengembangan SPMI dan SPME;
d) Menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan mutu
pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota kepada
Dirjen Dikdasmen berdasarkan pemetaan mutu pendidikan di

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………178


tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangan dan
wilayahnya; dan
e) Menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan mutu
pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota kepada
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

 Fasilitasi oleh Pemerintah Provinsi


Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan oleh pemerintah provinsi
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dibantu oleh Tim
Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi sesuai kewenangan dan wilayah
masing-masing. Pembagian tugas dan wewenang dalam fasilitasi
peningkatan mutu oleh pemerintah provinsi adalah sebagai berikut :
1. Tugas dan wewenang Dinas Pendidikan Provinsi
a) Mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, pengendali-
an, dan pengembangan SPMI-Dikdasmen pada satuan
pendidikan menengah dan satuan pendidikan khusus;
b) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan,
pengawasan, dan pengendalian satuan pendidikan dalam
pengembangan SPMI-Dikdasmen pada satuan pendidikan
menengah dan satuan pendidikan khusus;
c) Memfasilitasi pemetaan mutu pendidikan dan pelak sanaan
SPMI-Dikdasmen pada satuan pendidikan menengah dan
satuan pendidikan khusus berdasarkan data dan informasi
dalam sistem informasi mutu pendidikan;
d) Melakukan fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan
pendidikan sesuai dengan kewenangannya; dan
e) Menyusun rencana strategis peningkatan mutu pendidikan
berdasarkan hasil pemetaan pendidikan sesuai kewenangan
dan wilayah masing-masing.
2. Tugas dan wewenang Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi
a) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan,
dan supervis terhadap satuan pendidikan dalam
pengembangan SPMI-Dikdasmen pada satuan pen-
didikan menengah dan satuan pendidikan khusus;

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………179


b) Memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-
Dikdasmen pada satuan pendidikan menengah dan
satuan pendidikan khusus berdasarkan data dan
informasi dalam sistem informasi mutu pendidikan di
tingkat provinsi;
c) Menyusun laporan rekomendasi strategi peningk a tan
mutu pendidikan di tingkat provinsi kepada Pemerin-
tah Provinsi.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Pemerintah


Provinsi melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

 Fasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota


Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan oleh pemerintah
kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota dibantu oleh Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Kabupaten/
Kota sesuai kewenangan dan wilayah masing-masing.
Pembagian tugas dan wewenang dalam fasilitasi peningkatan
mutu oleh pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
1. Tugas dan wewenang Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a) Mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan,
pengen-dalian, dan pengembangan SPMI-Dikdasmen
pada satuan pendidikan dasar;
b) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendam-
pingan, pengawasan,dan pengendalian satuan
pendidikan dalam pengembangan SPMI-Dikdasmen
pada satuan pendidikan dasar
c) Memfasilitasi pemetaaan mutu pendidikan dan pelak-
sanaan SPMI-Dikdasmen pada satuan pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………180


dasar berdasarkan data dan informasi dalam sistem
informasi mutu pendidikan
d) Melakukan fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan
pendidikan sesuai dengan kewenangannya; dan
e) Menyusun rencana strategis peningkatan mutu
pendidikan berdasarkan hasil pemetaan mutu pendi-
dikan.
2. Tugas dan wewenang Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Kabupaten/Kota
a) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendamping-
an, dan supervisi terhadap satuan pendidikan dalam
pengembangan SPMI-Dikdasmen pada satuan pendi-
dikan dasar;
b) Memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-
Dikdasmen pada satuan pendidikan dasar berdasarkan
data dan informasi dalam sistem infor-masi mutu
pendidikan di tingkat kabupaten/kota; dan
c) Menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan
mutu pendidikan di tingkat kabupaten/kota kepada
Pemerintah Kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

b. Pengembangan Standar Mutu


Pengembangan standar mutu dalam rangka penjaminan mutu
pendidikan dilaksanakan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan. Tugas dan wewenang Badan Standar Nasional Pendi-
dikan:

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………181


1 Mengevaluasi pemenuhan standar nasional pendidikan oleh
satuan pendidikan;
2. Menetapkan standar nasional pendidikan, dan;
3. Menyusun strategi peningkatan mutu pendidikan oleh
satuan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Badan Stan-
dar Nasional Pendidikan memanfaatkan data dan informasi hasil
pemetaan mutu pendidikan yang tersedia dalam Sistem Informasi
Mutu Pendidikan.

c. Akreditasi
Akreditasi satuan pendidikan dilaksanakan oleh Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah. Tugas dan wewenang Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah adalah :
1. Mengevaluasi capaian pemenuhan standar nasional
pendidikan oleh satuan pendidikan
2. Melakukan visitasi/audit mutu eksternal
3. Melakukan penetapan akreditasi satuan pendidikan berda-
sarkan hasil evaluasi dan/atau visitasi/audit mutu ekternal

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Badan


Akreditasi Sekolah/Madrasah memanfaatkan data dan informasi
hasil pemetaan mutu pendidikan yang tersedia dalam Sistem
Informasi Mutu Pendidikan.

D. Sistem Pemetaan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menegah


1. Tujuan Pemetaan Mutu Pendidikan
Sistem pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah suatu
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait
untuk melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi tentang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………182


capaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan dari
mulai tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Pemetaan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memberikan gambaran


kepada berbagai pemangku kepentingan tentang capaian pemenuhan standar
nasional pada satuan pendidikan dari mulai tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
a. Ruang Lingkup Pemetaan Mutu Pendidikan
Pemetaan mutu pendidikan dilakukan terhadap pemenuhan seluruh standar
nasional pendidikan. Pemetaan mutu pendidikan dilaksanakan di seluruh
lapisan penyelenggaraan pendidikan mulai dari satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional.
b. Mekanisme Pemetaan Mutu Pendidikan
Mekanisme pemetaan mutu pendidikan adalah seperti terlihat pada
Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Langkah-langkah Pemetaan Mutu

Pemetaan mutu dilakukan secara bertingkat dimulai di satuan pendidikan,


kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.Tata cara pengumpulan data dan
informasi mutu adalah seperti terlihat pada Gambar 5.2.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………183


Gambar 5.2. Tatacara Pengumpulan Data dan Informasi Mutu

1. Pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan


Pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan atau yang bisa
disebut dengan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dilaksanakan oleh Tim
Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah. Pemetaan mutu pendidikan ini
dilakukan untuk memotret tingkat pemenuhan standar nasional pendidikan
oleh satuan pendidikan. Instrumen yang digunakan dikembangkan dengan
mengacu pada 8 standar nasional pendidikan. Satuan pendidikan dapat
menggunakan instrumen yang dikembangkan sendiri atau instrumen yang
dikembangkan pihak lain seperti pemerintah maupun badan akreditasi.
Pelaksanaan pemetaan mutu ini dilakukan di bawah supervisi kepala
sekolah dan pengawas sekolah. Setelah diverifikasi oleh kepala sekolah,
data ini kemudian disimpan pada database sekolah.

2. Pemetaan Mutu Tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi.


Pemetaan mutu pendidikan di Kabupaten/Kota dan Provinsi
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan sesuai dengan wilayah dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………184


kewenangannya. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pemetaa
mutu pendidikan dasar dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan
pemetaan mutu pendidikan menengah. Sebagai pelaksana di lapangan,
pemetaan mutu ini dilaksanakan oleh pengawas sekolah. Pelaksanaan
pemetaan mutu pendidikan ini dilaksanakan dibawah supervisi pemerintah
yang dilaksanakan oleh LPMP. Pemetaan mutu pendidikan dilaksanakan
dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh pemerintah.
Instrumen diisi oleh satuan pendidikan dan diserahkan kepada pengawas
bersama data pendukungnya. Dalam hal satuan pendidikan menggunakan
instrumen pemetaan yang dikembangkan oleh pemerintah dalam
melakukan evaluasi diri, satuan pendidikan cukup menyerahkan instrumen
yang telah diisi beserta data pendukungnya.

Setelah data terkumpul, pengawas sekolah melakukan verifikasi dan


validasi data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid. Jika
pengawas menemukan data yang tidak akurat, pengawas harus melakukan
verifikasi data ke satuan pendidikan untuk membina satuan pendidikan
agar memperbaiki data tersebut. Setelah seluruh data dinyatakan valid,
pengawas melakukan entry data dan meng-upload ke database pemetaan
mutu pendidikan nasional di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Pemetaan Mutu Tingkat Nasional.


Pemetaan mutu tingkat nasional dilakukan dengan menghimpun data
hasil pemetaan mutu tingkat daerah yang telah terkumpul di database di
Kementerian Pendidikan Nasional. Untuk menjamin data pada database
betul-betul akurat, LPMP perlu melakukan validasi data sebelum data
tersebut diolah menjadi peta mutu pendidikan nasional maupun peta mutu
pendidikan provinsi dan peta mutu kabupaten/kota yang komprehensif.
Validasi data oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dilakukan
dengan metode uji petik. Jika ditemukan data yang tidak akurat, LPMP
harus melakukan verifikasi ke satuan pendidikan untuk memperbaiki data

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………185


tersebut. Data hasil perbaikan perbaikan tersebut dikirim kembali ke
database.

2. Pengembangan Peta Mutu


Peta mutu pendidikan dikembangkan dari data hasil pemetaan mutu yang
diperoleh dari satuan pendidikan. Pengembangan peta mutu ini juga dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat satuan pendidikan, tingkat kabupaten/kota, tingkat
provinsi dan tingkat nasional. Mekanisme penyusunan peta mutu pendidikan
disajikan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Mekanisme Penyusunan Peta Mutu Pendidikan

a. Peta Mutu Satuan Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………186


Peta mutu satuan pendidikan dikembangkan dari data hasil evaluasi diri
sekolah oleh Tim Pengembangan Mutu Pendidikan Sekolah. Data ini
diolah dan dianalisis untuk mencari kekuatan, kelemahan, masalah, dan
rekomendasi pemecahan masalah. Pemetaan mutu di satuan pendidikan ini
disajikan dalam dokumen berupa:
1. Peta capaian pemenuhan standar nasional pendidikan di satuan
pendidikan;
2. Masalah-masalah yang dihadapi; dan
3. Rekomendasi perbaikannya.
b. Peta Mutu Pendidikan Kabupaten/Kota
Peta mutu pendidikan di tingkat kabupaten/kota dikembangkan
menggunakan data hasil pemetaan mutu satuan pendidikan yang telah
terhimpun di database Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengembangan peta mutu di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan LPMP sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
mengembangkan peta mutu pendidikan dasar, Dinas Pendidikan Provinsi
mengembangkan peta mutu pendidikan menengah, dan LPMP
mengembangkan peta mutu pendidikan dasar dan menengah di tingkat
kabupaten/kota secara komprehensif.

LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan


Kabupaten/Kota dapat mengembangkan peta mutu pendidikan tematik
untuk tingkat kabupaten/kota. Peta tematik ini berisi gambaran tentang
permasalahan tertentu terkait capaian pemenuhan standar nasional pada
satuan pendidikan dari mulai tingkat satuan pendidikan yang berhubungan
dengan isu-isu tertentu yang sedang berkembang. Untuk pembuatan peta
mutu pendidikan tematik ini, Dinas Pendidikan maupun LPMP perlu
mencari data dan informasi tambahan sesuai kebutuhan pengembangan
peta mutu tematik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………187


c. Peta Mutu Pendidikan Provinsi
Peta mutu pendidikan di tingkat provinsi juga dikembangkan
menggunakan data hasil pemetaan mutu satuan pendidikan yang telah
terhimpun di database Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengembangan peta mutu di tingkat provinsi dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi dan LPMP sesuai dengan kewenangan masing-
masing. Dinas Pendidikan Provinsi mengembangkan peta mutu
pendidikan menengah tingkat provinsi dan LPMP mengambangkan peta
mutu pendidikan dasar dan menengah tingkat provinsi secara
komprehensif.

LPMP dan Dinas Pendidikan Provinsi dapat mengembangkan peta


mutu pendidikan tematik untuk tingkat provinsi. Peta mutu tematik ini
berisi gambaran tentang permasalahan tertentu terkait capaian
pemenuhan standar nasional pada satuan pendidikan dari mulai tingkat
satuan pendidikan yang berhubungan dengan isu-isu tertentu yang
sedang berkembang. Untuk pembuatan peta mutu pendidikan tematik
ini, Dinas Pendidikan maupun LPMP perlu mencari data dan informasi
tambahan sesuai kebutuhan pengembangan peta mutu tematik.

d. Peta Mutu Pendidikan Nasional


Di tingkat nasional, peta mutu pendidikan dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Seperti halnya peta mutu di
tingkat pemerintahan di bawahnya, pemetaan mutu pendidikan tingkat
nasional juga memanfaatkan data dan informasi hasil pemetaan mutu
tingkat satuan pendidikan yang telah terhimpun di database Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain menggunakan data dan informasi hasil pemetaan mutu,


pengembangan peta mutu pendidikan dasar dan menengah tingkat nasional
juga diperkaya dengan data dan informasi capaian pendidikan lainnya,
seperti data akreditasi, data hasil ujian nasional, data pokok pendidikan,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………188


data capaian standar pelayanan minimal, data hasil uji kompetensi guru,
data hasil penilaian kinerja guru, dan data lainnya yang relevan.

e. Pemanfaatan Peta Mutu


Peta mutu pendidikan dimanfaatkan oleh satuan pendidikan,
pemerintah daerah, dan pemerintah sebagai acuan dalam perencanaan
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan wilayah
dan kewenangan masing-masing.

Selain itu, peta mutu juga merupakan bahan bagi Badan Standar
Nasional Pendidikan untuk mengevaluasi dan mengembangkan standar
mutu baru; serta bagi Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah sebagai acuan
dalam melakukan evaluasi mutu dan audit mutu eksternal terhadap satuan
pendidikan dalam rangka akreditasi. Pemanfaatan data dan informasi
mutu pendidikan mulai dari level sekolah hingga level nasional
digambarkan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Pemanfaatan Data dan Informasi Mutu Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………189


E. Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan
Menengah
1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi
Sistem informasi penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah
sistem informasi yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi tentang mutu
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Sistem informasi penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk mendukung
proses pemetaan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, daerah dan
nasional berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Fungsi sistem informasi
penjaminan mutu pendidikan ini adalah untuk mengintegrasikan seluruh data dan
informasi tentang mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

2. Manfaat Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan


Data dan informasi dalam sistem informasi penjaminan mutu ini
digunakan untuk:
a. Memantau dan mengevaluasi tingkat ketercapaian Standar Nasional
Pendidikan pada satuan pendidikan dan/atau program keahlian;
b. Memantau dan mengevaluasi tingkat ketercapaian Standar Nasional
Pendidikan.

3. Acuan pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan.


Data dan informasi dalam sistem informasi penjaminan mutu pendidikan
ini dapat juga digunakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan
pendidikan untuk pemetaan mutu dan perencanaan peningkatan mutu pendidikan
sesuai kewenangan masing-masing.

4. Jenis Data dan Informasi dalam Sistem Informasi Penjaminan


Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
Jenis data dan informasi dalam Sistem Informasi Penjaminan Mutu

Pendidikan Dasar dan Menengah seperti terlihat pada Gambar 6.1.adalah:


1. Data hasil pemetaan mutu berbasis standar nasional pendidikan
2. Data akreditasi dari Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah
3. Data ujian nasional
4. Data Pokok Pendidikan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………190


5. Data capaian standar pelayanan minimal pendidikan dasar dan menengah
6. Data hasil uji kompetensi guru dan tenaga kependidikan, dan penilaian
kinerja guru dan tenaga kependidikan.
7. Data hasil evaluasi oleh pengawas; dan
8. Data-data lain yang relevan

Gambar 6.1.
Jenis Data dan Informasi pada Sistem Informasi Penjaminan Mutu

5. Kelembagaan Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan


Dasar dan Menengah
Sistem informasi penjaminan mutu pendidikan ini dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Sistem informasi penjaminan mutu pendidikan ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Informasi Pendidikan dan Kebudayaan
yang dikelola dan dirawat oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan (PDSPK).

6. Tata Cara Pengumpulan Data dan Informasi


Data dan informasi terkait hasil pemetaan mutu pendidikan berbasis
standar nasional pendidikan dihimpun langsung dari satuan pendidikan setelah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………191


melalui proses verifikasi dan validasi oleh pengawas sekolah dan Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan. Data lain, dihimpun oleh lembaga yang
bertanggungjawab terhadap data tersebut. Tata cara pengumpulan data dan
informasi adalah seperti yang disajikan pada Gambar 5.2.
Semua data tersebut disimpan dan dirawat oleh Pusat Data dan Statistik
Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
mengembangkan peta mutu pendidikan nasional dengan memanfaatkan data
tersebut.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun
dan dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra,
dan akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan serangkaian proses dan sistem
mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja satuan
pendidikan. Dua rekomendasi utama yang penulis kemukakan dalam upaya
pengembangan dan peningkatan mutu sistem akreditasi sekolah/madrasah adalah
(1) kebutuhan teknologi untuk sistem akreditasi sekolah/madrasah, dan (2)
pengukuran dampak atau manfaat dari sistem akreditasi yang terintegrasi TIK.
Pemetaan Kebutuhan Teknologi Desain Sistem Komputerisasi Akreditasi
Sekolah/Madrasah dilakukan untuk memberikan rekomendasi berupa pemetaan
kebutuhan teknologi berupa sistem komputerisasi untuk menciptakan layanan
prima yang sesuai dengan prinsip reformasi layanan dan undang-undang
pelayanan publik.

Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun


kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar
minimum pada komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai
dengan yang diharapkan oleh stake holders. Penerapan penjaminan mutu ini yang
ada bersifat formal dan ada yang bersifat informal. Penjaminan mutu dilakukan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………192


oleh lembaga yang ada diluar organisasi yang bersifat independen secara khusus
menjalankan evaluasinya agar terpenuhinya standar mutu untuk akreditasi atau
sertifikasi. Penjaminan mutu secara informal, dilakukan oleh suatu gugus
penjaminan mutu (quality circle) dalam organisasi itu sendiri (internal) dengan
tugas utama adalah menentukan standar mutu, sistem penilaian, dan
mengembangkan instrumen untuk melakukan penilaian atau audit tersebut.
Dalam penentuan, quality standart merupakan langkah pertama yang harus
diambil dalam konteks penjaminan mutu formal maupun informal. Penjaminan
mutu formal melalui ISO yaitu merupakan aplikasi dan prinsip penjaminan mutu
yang di dalamnya menentukan proses dan sistem yang dijadikan pedoman oleh
suatu perusahaan untuk menjamin suatu produknya sesuai dengan kebutuhan
pelanggan, untuk mendapat sertifikasi dari badan internasional.

B. Rekomendasi
Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
penerapan sistem penjaminan mutu di satuan pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan tidak akan berhasil jika tidak didahului dengan pemenuhan
standar nasional pendidikan oleh satuan pendidikan. Peningkatan mutu ini tidak
dapat dilepaskan dari ketersediaan data mutu yang akurat yang sesuai
dengan kondisi obyektif di satuan pendidikan. Sistem penjaminan mutu
pendidikan merupakan instrumen penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan mempunyai tujuan
memastikan pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah
secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Sistem penjaminan mutu
pendidikan berfungsi mengendalikan penyelenggaraan pendidikan oleh satuan
pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan menjamin tersedianya


data akurat yang sesuai dengan kondisi obyektif di satuan pendidikan, maupun

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………193


data terkait lainnya yang mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan di
semua lapisan pengelolaan pendidikan. Penerapan sistem penjaminan mutu
oleh seluruh satuan pendidikan serta seluruh pemangku kepentingan di semua
lapisan pengelola pendidikan diyakini akan mendorong peningkatkan mutu
pendidikan di satuan pendidikan. Jika seluruh satuan pendidikan dasar dan
menengah menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan maka budaya mutu
akan terbentuk dan akan menjadi pendorong terwujudnya pendidikan yang
bermutu.

Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas


tiga sub sistem, yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal, Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal, dan Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan. Sistem
penjaminan mutu internal adalah kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan
mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Sistem
penjaminan mutu eksternal adalah kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan fasilitasi dan
penilaian melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian
mutu satuan pendidikan dan/atau program keahlian. Sementara, sistem
informasi penjaminan mutu pendidikan adalah sistem informasi yang
mengintegrasikan seluruh data dan informasi tentang mutu pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan baik yang berasal
dari satuan pendidikan, maupun lembaga lain di luar satuan pendidikan.
Penerapan ketiga komponen sub sistem dalam sistem penjaminan mutu
pendidikan ini secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan akan
mendorong berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………194


Gambar 7.1. Tahapan Membangun Budaya Mutu

Pembangunan budaya mutu pada satuan pendidikan tersebut dilakukan


secara bertahap. Pada tahap awal, satuan pendidikan perlu didorong dan
difasilitasi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah untuk mengimplemen-
tasikan sistem penjaminan mutu sehingga peran pemerintah lebih besar
dibandingkan dengan peran satuan pendidikan. Jika kesadaran satuan
pendidikan tentang pentingnya penerapan sistem penjaminan mutu telah
relatif meningkat maka peran pemerintah akan semakin kecil dan peran
satuan pendidikan akan semakin besar. Pada tahap ini budaya mutu di satuan
pendidikan sudah memasuki tahap kedua dimana peran satuan pendidikan sudah
seimbang dengan peran pemerintah dan pemerintah daerah. Pada tahap ketiga,
ketika kesadaran sendiri dalam mengimplementasikan sistem penjaminan mutu
sudah tinggi, satuan pendidikan diharapkan sudah dapat menerapkan sistem
penjaminan mutu secara lebih mandiri. Saat ini peran pemerintah akan lebih

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………195


kecil, hanya akan memfasilitasi satuan pendidikan dalam hal yang mereka tidak
dapat lakukan sendiri. Pada akhirnya, diharapkan semua satuan pendidikan dapat
mengimplementasikan sistem penjaminan mutu pendidikan atas kemauan dan
kesadaran sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M. 2000. Sistem Penjaminan Mutu dalam Manajemen Mutu Pendidikan.


Jurnal Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun XIX, hal. 28-30
Fatah, Nanang. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Anonim. 2005. Standards and Guidelines for Quality Assurance in the
European Higher Education Area. Helsinki, Finland: European
Association for Quality Assurance in Higher Education.
Aspin, D.C., Judith and V. Wilkinson. 1994. Quality Schooling. London:
Cassell Villiers House.
Azra, Azyumar di. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi
dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Becker, Gary S. 1975. Human apital: A Theoretical and Empirical Analysis,
with Special Reference to Education. 2d ed. New York: Columbia
University Press for NBER.
BPMA UI. 2007. Manajemen Mutu Akademik. Depok: BPMA UI.
Djalal, Fasli, dkk. 2009. Teacher Certification in Indonesia: A Strategy for
Teacher Quality Improvement. Jakarta: Ministry of National Education.
Gerth, H. dan C. Wright Mills. 1884. From Max Weber . New York: Oxford
University Press.
Ghafur, A.H.S. 2010. Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi di
Indonesia: Suatu Analisi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………196


Ghafur, A.H.S., dkk. 2011. Arsitektur Organisasi Penjaminan Mutu Pendidikan
Nasional: Sebuah Konstruksi Untuk Model Aplikasi. J ak ar ta: K
ementerian Pendidik an Nasional. (Belum dipublikasikan).
Gilbert, C. (ed). 1990. Local Management of Schools. London: Pogan Page.
Goodlad, J.T. 1984. A Place Called Schools: Prospects for the Futur e . New
York: McGraw Hill.
Hassan, Fuad. 2004. “Pendidik an Adalah P embudayaan ”, dalam Tonny D.
Widiastono (ed.), Pendidikan Manusia Indonesia . J ak ar ta: Penerbit Buk
u Kompas.
Kementerian Pendidik an Nasional. 2009, Panduan Teknis dan Instrumen EDS
dan MSPD. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Lindsay, Stace. 2006. “Budaya, Model Mental, dan Kemakmuran Nasional ”,
dalam Lawrence E Harrison dan Samuel P. Huntington (ed.), Kebangkitan
Peran Budaya: Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan Manusia.
Jakarta: LP3ES.
Macionis, John J. 1990. Sociology. New Jersey: Prentice Hall.
Mastuhu. 2007. Sistem Pendidikan Nasional Visioner. Jakarta: Lentera Hati.
Naomi, Intan (ed.), Menggugat Pendidikan: Fundamentalis, Konservatif,
Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
National Center for Education Statistics. 2001. “Educational Achievement and
Black-White Inequality,” NCES 2001-061. U.S. Department of Education.
Oxenham, John. 1989. Education and Values in Developing Nations. New York:
Paragon House.
Polanyi, Karl. 1989. The Great Transformation. Boston: Beacon Press.
Sallis, Edward. 2010. Total Quality Management in Educa tion: Manajemen
Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Ircisod.
Tadjudin, M.K. 2002. Sejarah Akrditasi Pergruan Tinggi (mak lah tidak
diterbitkan).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………197


Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan.
Sallis, E. 19993. Total Quality Management In Education. London: kogan Page
Ltd.
Sanusi, Achmad. 1990. Beberapa Dimensi Pendidikan. Fakultas Pasca Sarjana:
IKIP Bandung.
Tjiptono, F. dan Diana, A. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta:
penerbit Andi.
Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ditjen Dikd

*) Anggota Kelompok- 7 Kajian Mandiri - 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………198


APLIKASI MMT/TQM DAN MIS/SIM PADA
PENDIDIKAN LEVEL MESSO
(PERMASALAHAN PPDB)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………199


Oleh:
Yasir Arafat, Euis, Rochaeti, dan Siti Saodah*)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era industri, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model
pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menuntut
adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu
dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah "Total Quality
Education (TQE)", dan di dunia pendidikan nasional dikenal dengan istilah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dasar dari
manajemen ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada mulanya diterapkan
pada dunia bisnis. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara
konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan
kepuasan masyarakat pengguna.

Dalam rangka mencapai visi pembangunan Jawa Barat tahun 2018-2023


yaitu Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin Dengan Inovasi Dan Kolaborasi.
Salah satu penciri utama visi ini yaitu inovasi dan kolaborasi. Adapun misi yang
hendak dicapai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam hal
pembangunan manusia yaitu Melahirkan Manusia yang berbudaya, berkualitas,
bahagia, dan produktif melalui peningkatan pelayanan publik yang inovatif.
Salah satu kebijakan strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan misi
tersebut adalah dengan Peningkatan kualitas dan daya saing masyarakat Jawa
Barat melalui pendidikan yang unggul, terjangkau, merata dan terbuka.

Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas dan daya saing yang merata
salah satunya melalui penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru dengan
mengedepankan prinsip nondiskriminatif, objektif, transparan, akuntabel, dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………200


berkeadilan sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
51 tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
dan Sekolah Menengah Kejuruan

Dalam kaitannya dengan manajemen strategis untuk peningkatan mutu


pendidikan dari faktor raw input, maka pemerintah telah mengeluarkan peraturan
menteri no 14 tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Permendikbud
ini untuk tingkat provinsi Jawa Barat kemudian diperinci dengan Peraturan
Gubernur Jawa Barat nomor 16 tahun 2019 Tentang Pedoman Penerimaan
Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan,
Dan Sekolah Luar BiasaUntuk melaksanakan Pergub ini kemudian dijelaskan
melalui Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah
Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Dan Sekolah Luar Biasa Tahun 2019 di
Provinsi Jawa Barat

Sehubungan dengan peningkatan manajemen mutu pendidikan, saat ini


pemanfaatan teknologi informasi telah merambah ke segala bidang kehidupan.
Teknologi informasi menyebabkan perubahan yang mendasar dalam pengelolaan
suatu kegiatan baik secara adminstratif maupun teknis. Pola komunikasi yang
interaktif mengharuskan para pelaku kegiatan membuat rancang bangun program
yang secara cepat dan tepat dapat mengakomodasi pemikiran kreatif yang
dibutuhkan dalam rangka pengembangan kegiatan yang dimaksud.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut semakin optimal seiring dengan
perkembangan sistem informasi berbasis teknologi yang begitu cepat.
Perkembangan sistem informasi tersebut harus didukung banyak faktor yang
diharapkan dapat mendorong keberhasilan sistem informasi dimaksud yang
tercermin melalui kepuasan pemakai sistem informasi. Faktor lain yang juga
penting untuk diketahui adalah faktor kualitas sistem informasi yang digunakan
dalam suatu organisasi. Hal ini penting untuk dibahas mengingat kualitas sistem

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………201


informasi yang digunakan oleh suatu organisasi akan berpengaruh terhadap
kepuasan para penggunanya dan kinerja individual.

Sistem teknologi informasi yang dipakai dalam kegiatan penerimaan


peserta didik baru sebelum tahun 2018 tersebut adalah Real Time Online (RTO)
atau dikenal dengan Sistem PPDB Online Karena sistem ini mempunyai nilai
positif yaitu lebih menjamin adanya transparansi dan keakuratan informasi,
sejumlah kepala sekolah SMA menginginkan sistem ini tetap digunakan setiap
tahun. Bahkan, sekolah lebih mudah dalam melayani orang tua dan calon siswa
yang ingin mendaftar, karena sistem RTO dapat diakses lewat internet, sehingga
orang tua dan calon siswa tidak perlu berdesakdesakan untuk mengetahui posisi
calon peserta didik. Para calon peserta didik diberi tiga pilihan SMP/SMA/SMK,
dan cukup mendaftar sekali saja di satu tempat dan tak perlu mendaftar di tiga
tempat. Apabila calon siswa tersebut tak masuk di SMA pilihan pertama, secara
otomatis akan tergeser ke SMA pilihan kedua dan seterusnya.

Selain dapat melihat peringkat nilai siswa, dengan RTO calon siswa dapat
memprediksi peluang untuk masuk sekolah mana karena calon siswa dapat
mengetahui peringkat di semua sekolah yang menggunakan RTO sekaligus dapat
mengetahui daya tampung sekolah sehingga lebih transparan. Namun demikian,
masih banyak juga ketidakpahaman masyarakat dalam PPDB dengan sistem RTO
sejak tahun 2013
Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Barat 2018
berjalan sesuai regulasi yang telah disusun dan diperbaiki atas evaluasi pada
tahun sebelumnya. Ketua Panitia PPDB Jawa Barat, Firman Adam mengatakan,
regulasi PPDB di Jawa Barat telah mengacu pada Permendikbud 14/2018 tentang
PPDB, dengan mengimplementasikan sistem zonasi baik pada PPDB jalur Nilai
Hasil Ujian Nasional (NHUN) maupun Non NHUN. Dalam pelaksanaannya
PPDB di Jawa Barat tetap mengapresiasi hasil NHUN dan prestasi non akademik

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………202


yang diperoleh peserta didik sehingga peserta didik yang memiliki hasil NHUN
dan prestasi yang tinggi tidak dirugikan,

Tulisan ini akan dibatasi hanya pada masalah Aplikasi TQM dan
Manajemen Strategik bidang Raw Input Siswa sesuai dengan kewenangan daerah
tingkat provinsi yaitu pada point penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa
dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang atau tidak mampu,
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana aplikasi TQM dalam pendidikan level meso?
2. Bagaimana aplikasi SM dalam pendidikan level meso?
3. Bagimana aplikasi TQM dan SM dalam permasalahan
pendidikan level meso?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum tentang Aplikasi TQM dan
SM dalam pendidikan level Meso
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui aplikasi TQM dalam pendidikan level
meso
b. Untuk mengetahui SM dalam pendidikan level meso
c. Untuk mengetahui aplikasi TQM dan SM dalam
menghadapi permasalahan pada pendidikan level meso
D. Manfaat Penulisan
1. Mafaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengeatahuan mengenai aplikasi
TQM dan SM dalam pendidikan Level Meso
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menguasai lebih mendalam mengenai aplikasi TQM dan SM
dalam pendidikan level meso
b. Bagi lembaga pendidikan
Bahan masukan dan pertimbangan dalam mengaplikasikan
TQM dan SM pada lembaga sendiri
c. Bagi dinas Provinsi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………203


Bahan acuan dan evaluasi aplikasi TQM dan SM terutama
dalam menghadapi pemasalahan yang terjadi pada
pendidikan level meso

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 (empat) Bab, yaitu Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari landasan teori
tentang TQM DAN SM Pada pendidikan level meso, dan permasalahan
pendidikan pada level meso, dengan mengangkat masalah tentang pelaksanaan
PPDB. Bab III terdiri dari pembahasan berupa analisis dan interpretasi mengenai
masalah yang terjadi pada pendidikan level meso tentang permasalahan PPDB.
Bab IV terdiri dari kesimpulan yaitu kesimpulan umum , kesimpulan khusus dan
rekomendasi.

II. LANDASAN TEORI

A. Aplikasi TQM pada Pendidikan level Meso


1. Pengertian TQM
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang dapat
dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono 2001:4).

Menurut Nasution (2005: 22) Total Quality Management merupakan suatu


pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungannya. Total Quality Management hanya dapat dicapai
dengan memperhatikan karakteristik. Nasution (2005:43). Suatu organisasi yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………204


menerapkan teknik TQM akan memperoleh beberapa manfaat utama yang pada
akhirnya akan meningkatkan keuntungan serta daya saing.

2. TQM pada pendidikan level meso


Total Quality Manajemen (TQM) dalam dunia pendidikan disebut dengan
TQE atau Total Qualiti Education. Secara garis besar memang tidak ada
perbedaan antara TQM dan TQE, namun yang menjadi fokus dalam TQE adalah
pada dunia pendidikan yang meliputi seluruh aspek-aspek yang ada
didalamnya.Di bidang pendidikan manajenen peningkatan mutu dapat di
definisikan sebagai sekumpulan prinsip atau teknik yang menekankan bahwa
peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus
menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan
organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Di dalam MPM terkandung upaya: 1).Mengendalikan proses yang
berlangsung di lembaga pendidikan atau sekolah baik kurikuler maupun
administrasi. 2). Melibatkan proses diagnosis dan proses tindakan untuk
menindak lanjuti diagnosis. 3). Peningkatan mutu harus di tingkatkan atas data
dan fakta baik yang bersifat kualitatif maupun kwantitatif. 4). Peningkatan mutu
harus di tingkatkan secara terus menerus dan berkesinambungan 5). Peningkatan
mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di lembaga
pendidikan. 6). Peningkatan mutu memiliki tujuan yang menyatakan bahwa
sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan
masyarakat.

Level pendidikan terbagi kedalam 3 bagian, diantaranya ada pendidikan


level makro, meso dan mikro.Pendidikan level makro mencakup pada setiap
satuan pendidikan baik itu pada pendidikan dasar ( SD/MI), pendidikan
menengah ( SMP/Mts, SMA/MA,SMK) dan pendidikan tinggi (Universitas atau
Sekolah Tinggi).Pendidikan Level meso mencakup keseluruhan yang berada
pada satuan pendidikan yang dipusatkan di provinsi sebagai pengelola
pendidikan yaitu Dinas Provinsi.Sedangkan Pendidikan level mikro adalah
pendidikan yang berada dipusat atau Dikti.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………205


TQM pada pendidikan level meso, berarti mengakaji tentang bagaimana
qualitas manajemen yang ada pada dinas provopinsi, baik itu berupa kebijakan
dan wewenangyang diatur oleh Dinas provinsi. Selain itu TQM juga merupakan
cara untuk menemukan solusi bagi permasalahan-permasalahan yang terjadi di
Dinas Provinsi yang meliputi semua aspek pendidikan.

3. Aplikasi TQM pada pendidikan level meso


Sebelum mengaplikasikan TQM, terlebih dahulu kita harus mengetahui
tentang apa saja program yang akan dilaksanakan oleh Dinas Provisi, dengan
melakukan: 1) need asesment terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.2)
Mengevaluasi kepegawaian dengan melihat kekatifan sejumlah pegawai yang
kreatif, inovatif, loyal dan bertanggung jawab.3)Memprioritaskan kegiatan yang
mendesak sesuai dengan realisasi anggran yang ada 4) merumuskan program dan
gambaran teknis pelaksanaan 5) Memeriksa sejumlah dokumen yang menjadi
syarat pelaksanaan kegiatan dan 6) melaksanakan kegiatan setelah disepakati
oleh semua pihak terutama pimpinan.

Aplikasi TQM pada dinas provinsi dilakukan dengan : 1) Mengarahkan


uraian tugas masing-masing pegawai, 2) membatasi perjalanan dinas dan
pengadaan sarana perkantoran, 3) meningkatkan kinerja pengawai dan
memberikan tunjangan prestasi kerja yang pantas, dan 4) memperbaharui aturan
dan teknik kerja kepada seluruh pegawai.

B. Aplikasi SM pada Pendidikan level meso


1. Pengertian SM (Manajemen strategik)
Strategi Manajemen atau Manajemen strategi menurut Hunger J David &
Thomas L Wheelen adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Fred
R David dalam bukunya berjudul Strategic Management Concepts dapat
didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai
tujuannya.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………206


Pertanyaan yang sering muncul yang harus dijawab oleh sebuah
perusahaan, organisasi ataupun lembaga, diantaranya seperti: 1) Perubahan dan
tren apa yang terjadi pada lingkungan yang kompetitif yang harus diikuti ?; 2)
Siapakah konsumen perusahaan, segmen klas A, klas B, ataukah segmen klas C?;
3) Produk atau pelayanan apa yang seharusnya ditawarkan agar dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen?; 4) Bagaimana perusahaan atau
lembaga dapat menawarkan produk dan memberikan kualitas layanan seefisien
mungkin? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantu manajer
membuat pilihan mengenai bagaimana memposisikan dan menggerakkan
organisasi yang penuh dengan perusahaan pesaing.
Tujuan Manajemen Strategi 1). Meninjau kembali kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bisnis yang ada; 2). Selalu memperbarui strategi yang
dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan dan menjawab lingkungan
eksternal yang selalu berbah, akan berubah dan terus akan berubah; 3).
Melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen dan
mengusahakan selalu ada product development; 4). Melaksanakan dan
mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien; 5). Mengevaluasi
kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai
penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam pelaksanaan
strategi.

Manfaat Manajemen Strategi 1). Dapat menyelesaikan masalah yang


dihadapi perusahaan lebih cepat dan lebih tepat; 2). Menjadi lebih peka dalam
menjawab ancaman yang datang dari luar perusahaan; 3). Membuat keputusan
terbaik dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi yang
lebih besar; 4). Kerjasama dalam tim karyawan di dalam perumusan strategi akan
dapat memperbaiki pengertian mereka atas penghargaan produktivitas di dalam
setiap perencanaan strategi dan dengan demikian dapat mempertinggi motivasi
kerja mereka; 5). Organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategi akan
lebih profitable (menguntungkan) dan lebih berhasil daripada yang tidak
menerapkannya

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………207


2. SM pada pendidikan level meso
Dalam meningkatkan mutu pendidikan tak lepas dari yang namanya
manajemen stratejik, yaitu suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung
jawab manajemen, mengondisikan organisai ke posisi yang dipastikan mencapai
perusahaan (sekolah) menjamin atau mengamankan format yang mengejutkan.
Pendekatan sistematis untuk melakukan perubahan menjadi hal penting dalam
manajemen stratejik, dan melalui pendekatan manajemen stratejik harus
dipastikan bahwa tujuan akan dicapai. konsep dari manajemen stratejik itu
sendiri, mulai dari nalisis lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi,
implementasi strategi, dan sampai pada tahap evaluasi stretegi, dengan demikian
kita akan dapat mengetahui bagaimana penerapan manajemen strategi dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagaia indikator.

Manajemen strategik pada level meso dilakukan oleh pemimpin yaitu


kepala dinas. Dalam hal ini seorang pimpinan harus mampu merespons dan
melihat tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan internalmaupun eksternal.
Lingkungan ekstrnal dekat ialah lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung
pada operasional lembaga pendidikan.seperti keadaan sekolah, mutu sekolah,
kualitas guru, kualitas pembelajaran dll.

Faktor lingkungan internal dan eksternal akan memberikan pengaruh


terhadap pertimbangan yang dilakuakan oleh pemimpimpin dalam mengambil
suatu keputusan yang tepat.Seorang pemimpin harus mampu melihat
permasalahan yang harus di atasi dan melihat peluang yang mampu mendorong
kualitas pendidikan , maka pemimpin harus benar-benar merancang kegiatan
dalam implemetasinya dengan menggunakan manajemen strategik.

3. Aplikasi SM pada pendidikan level meso


Penerapan Manajemen Stratejik dalam Meningkatkan Mutu pendidikan
dikendalikan oleh pimpinan .Konteks manajemen istilah strategik diartikan
sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………208


Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik
adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang
berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu
organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategi sebagai sekumpulan
keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu:
a. Merumuskan visi dan misi
b. Mengembangkan profil
c. Menilai lingkungan baik internal maupun eksternal
d. Menganalisis alternatif strategi
e. Mengidentifikasi setiap alternatif
f. Memilih seperangkat sasaran, untuk menentukan strategi mana yang paling
sesuai
g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek
h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan mengalokasikan sumber
daya
i. Mengevaluasi proses strategik

C. Permasalahan pendidikan pada level meso


Rendahnya mutu pendidikan yang terjadi merupakan suatu permasalahan
besar yang harus dipecahkan oleh semua pihak.Mutu pendidikan akan
memberikan pengaruh atau dampak kepada kemajuan suatu bangsa. Apabila
mutu pendidikan bagus maka kualitas suatu nega itupun akan bagus, dan
sebaliknya jika mutu pendidikan rendah maka kualitasnyapun akan ikut
rendah.Permasalahan mutu pendidikan ini, dipengaruhi mulai dari setiap satuan
pendidikan, Dinas pendidikan bahkan pemerintah pusat yang mengelola
pendidikan. Dalam hal ini semua elemen yang menyangkut dengan struktur
pendidikan harus bekerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Banyak
yang sekali yang menjadi permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan
yang berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan. Diantarnya: Lulusan yang
tidak berkualitas, Fasilitas pengajaran yang kurang memadai, kesejahteraan guru
yang belum merata, Profesionalisme guru yang kurang dan lain sebagainya, yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………209


mana permasalahan yang terjadi pada satuan pendidikan itu tidak akan sama,
namun bervariatif.
Pada pendidikan level mesopun, memiliki permasalahan-permasalahan
yang kaitannya dengan kebijakan dan wewenang yang ditujuakn pada lembaga
pendidikan yang mana hal tersebut diatur sendiri oleh dinas propinsi. Dalam
mengeluarkan suatu kebijakan atau aturan diharapkan mampu menjadi solusi atas
permasalahan yang terjadi pada satuan pendidikan. Karena sebagai pengelola
dinas provinsi seharusnya mampu membaca setiappermasalahan dan mampu
memberikan solusi yang tepat. Dalam mengeluarkan sebuah peraturan, dinas
provinsi juga harus melihat secara keseluruhan lembaga pendidikan, dalam artian
harus memiliki prediksi yang baik, apakah peraturan yang dikeluarkan ini dapat
diterima oleh semua pihak, dan dapat mengurangi solusi atas setiap permasalahan
ataukah sebaliknya. Seperti contoh dalam peraturan penerimaan peserta didik
baru yang berbasis online melalui Permendikbud No 14 tahun 2018.

III. PEMBAHASAN
A. Permasalahan pada Pendidikan Level Meso
1. Permasalahan PPDB sebelum tahun 2018
Berbagai kasus ditemukan dalam penerimaan peserta didik baru sistem
RTO jenjang SMP/SMA/SMK,. seperti contoh kasus di daerah Istimewa
Jogyakarata , di mana terjadi kesalahan urusan teknis seperti ketelitian petugas
dan lancarnya internet. . Sebagai contoh, di daerah Istimewa Jogyakarta pada
PPDB RTO, ada siswa yang identitas jenis kelaminnya salah. Akses internet juga
sempat ngadat dan macet. Sebagaimana perlu diketahui untuk melaksanakan
program tersebut, pihak Dinas menggalang kerja sama dengan Unit Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Informasi (UPPTI) Universitas Brawijaya (Unibraw)
Malang Mengenai evaluasi RTO, secara internal perlu adanya koordinasi
terutama kelengkapan data dan pola data dalam RTO. Sedangkan hasil evaluasi
RTO di segi eksternal adalah perlunya lebih intensif melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang info sedetaildetailnya.

Walaupun sistem RTO ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara


manual, karena selain lebih objektif, transparan, demokratis, juga praktis dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………210


efisien, akan tetapi sistem RTO tersebut diperlukan adanya dukungan fasilitas
yang harus tersedia, di antaranya saluran telefon, listrik, seperangkat komputer,
koneksi internet dan beberapa peralatan lainnya. Selain itu, diperlukan juga
operator atau SDM. Keberhasilan sistem informasi suatu organisasi tergantung
dari beberapa factor yaitu, bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem
itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.

Secara keseluruhan proses penerimaan peserta didik baru sistem real time
online diawali dengan penyediaan database nilai lulusan SD/MI dan SMP/MTs.
Mengingat ada sebagian peserta yang berasal dari luar propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang data nilainya tidak terkompilasi dalam database Dinas
Pendidikan, maka calon pendaftar tersebut harus melakukan proses input data di
Dinas Pendidikan Kota.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) (Keputusan Kepala Dinas


Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/386 Tahun 2013) kegiatan penerimaan
calon peserta didik baru yang memenuhi syarat tertentu untuk memperoleh
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi melalui proses entri, memakai sistem
database, seleksi otomatis oleh program komputer, hasil seleksi dapat diakses
setiap waktu secara Online pada situs internet atau melalui Short Message
Service (SMS). Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta
didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan
yang berlaku.

Penerimaan siswa baru merupakan gerbang awal yang harus dilalui peserta
didik dan sekolah di dalam penyaringan obyek-obyek pendidikan. Peristiwa
penting bagi suatu sekolah, karena peristiwa ini merupakan titik awal yang
menentukan kelancaran tugas suatu sekolah. Kesalahan dalam penerimaan siswa
baru dapat menentukan sukses tidaknya usaha pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………211


Penyelenggaraan penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem
Real timenonline mempunyai implikasi yang kuat pada kinerja Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta. Sebagaimana diketahui bahwa ebagai instansi pemerintah yang
mempunyai fungsi melaksanakan kewenanga daerah di bidang pendidikan, Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta mempunyai kewajiban menyelenggarakan
pendidikan yang transparan, profesional, dan akuntabel yang merupakan syarat
utama terciptanya tata kelola yang baik (good governance) di bidang pendidikan.
Oleh karena itu keberhasilan pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB)
Real

2. Permasalahan PPDB setelah tahun 2018


Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2018
menyisakan masalah. Ombudsman RI dalam pengawasannya menemukan
berbagai fakta di lapangan, diantarnya sistem zonasi PPDB yang diatur dalam
Permendikbud No 14 tahun 2018. Akan tetapi Kepala Kantor Ombudsman RI
Perwakilan Jawa Barat, Haneda Sri Lastoto mengatakan permasalahan sistem
zonasi PPDB 2018 merata. “Minggu kemarin kami panta beberapa sekolah di
Garut, berjalan baik, hanya masalah penentuan zonasi. Nampaknya ini merata
karena menerapkan 100% zonasi berdasarkan Permendikbud”, kata Haneda saat
On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel. Menurutnya, penerapan sistem
zonasi tidak bisa dilakukan secara total, maka dari itu ada beberapa ketentuan
Permendikbud No 14 tahun 2018, diantaranya Pemerintah Daerah diberi
keleluasaan untuk mengambil kebijakan yaitu tidak mesti sesuai dengan
Permendikbud tersebut. Pemda diberi kebijakan untuk tidak harus sesuai dengan
Permendikbud, karena kita harus melihat fakta dan kondisi di lapangan. Namun
pada intinya mereka tetap mengacu pada Permendikbud No.14 tahun 2018.
Sementara itu, dibeberapa daerah juga ditemukan praktik jual beli kursi
dalam PPDB 2018. Haneda berharap dengan penyempurnaan sistem PPDB,
praktik curang tersebut tidak bisa terus dilakukan. “Kita berharap dengan
penyempurnaan sistem, kita pastikan praktik (jual beli kursi) tidak dilakukan.
Jangan lagi muncul, karena akibatnya tidak adil bagi siswa yang berhak atas

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………212


kursi di sekolah itu”, katanya. Lebih lanjut ia menuturkan dengan sistem zonasi,
terjadi semacam kelebihan kuota pada pelaksanaan PPDB. “Kalau ada
kekosongan kursi, sebenarnya lebih baik, dalam artian siswa atau orangtuanya
bisa memilih sekolah yang diharapkan. Dengan sistem zonasi ada semacam over
kuota (kelebihan kuota) karena siswa mulai semangat dengan sistem zonasi”,
tandasnya

Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Barat 2018


berjalan sesuai regulasi yang telah disusun dan diperbaiki atas evaluasi pada
tahun sebelumnya. Ketua Panitia PPDB Jawa Barat, Firman Adam mengatakan,
regulasi PPDB di Jawa Barat telah mengacu pada Permendikbud 14/2018 tentang
PPDB, dengan mengimplementasikan sistem zonasi baik pada PPDB jalur Nilai
Hasil Ujian Nasional (NHUN) maupun Non NHUN. Dalam pelaksanaannya
PPDB di Jawa Barat tetap mengapresiasi hasil NHUN dan prestasi non akademik
yang diperoleh peserta didik sehingga peserta didik yang memiliki hasil NHUN
dan prestasi yang tinggi tidak dirugikan.

Persiapan PPDB telah direncanakan sejak awal 2018 . Firman mengatakan,


perencanaan meliputi penyusunan regulasi, mekanisme, penyiapan sistem
aplikasi dan jaringan. Pada saat persiapan pelaksanaan, sempat terjadi perubahan
Permendikbud pada saat peraturan gubernur (pergub) dan petunjuk teknis
(juknis) telah disusun. Sehingga, perlu dilakukan penyesuaian pergub dan juknis
akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi kendala berarti.
Penyebaran informasi mengenai regulasi dan mekanisme pelaksanaan
PPDB tersebut dilakukan melalui uji publik dan sosialisasi yang melibatkan
banyak unsur. Unsur yang terlibat diantaranya unsur dinas, Dewan Pendidikan,
organisasi mitra pendidikan, media dan unsur lainnya. Tujuannya, agar
masyarakat mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai PPDB dan
memahaminya. Selain itu, saat pelaksanaan PPDB, pengawas sekolah dan cabang
dinas melakukan pengawasan dan pemantauan. Begitu pula Dinas Pendidikan
Jawa Barat yang dapat memantau pelaksanaan PPDB menggunakan fasilitas
virtual conferrence sehingga didapat hasil yang cepat.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………213


Menurut Firman, selain pengawasan internal, pihak eksternal seperti
ombudsman, KID, dan Inspektorat senantiasa mengawasi dan memberikan
masukan. Sehingga, beberapa kendala yang terjadi di sekolah, mampu
diselesaikan tepat waktu baik oleh cabang dinas maupun sekolah, sehingga tidak
menimbulkan keresahan di masyarakat . Pelaksanaan PPDB 2018 didukung
sistem aplikasi, infrastruktur jaringan, dan tim teknologi informasi yang andal.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Institut Teknologi
Bandung (ITB) mampu mencegah terjadi berbagai permasalahan dalam sistem
IT. Firman berkata “Diharapkan untuk PPDB 2019, persiapan dan perencanaan
pelaksanaannya dapat dilaksanakan mulai akhir tahun 2018 sehingga dapat
membuat perencanaan yang lebih matang sehingga pelaksanaan PPDB dapat
terlaksana lebih baik lagi”

3. Evaluasi Manajemen Penerimaan Peserta Dididk Baru Sistem


Real Time Online ...

Suryosubroto (2004:74) mengemukakan: “Penerimaan murid baru


merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan yang biasanya
mengadakan seleksi calon murid. Pengelolaan penerimaan murid baru ini harus
dilakukan sedemikian rupa, sehingga kegiatan mengajar-belajar sudah dapat
dimulai pada hari pertama setia tahun ajaran baru.”

Penerimaan peserta didik baru merupakan suatu proses administrasi yang


terjadi setiap tahun untuk seleksi calon siswa berdasarkan nilai akademik agar
dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Calon siswa yang
dimaksud adalah siswa baru yang akan mendaftar pada jenjang SMP atau
SMA/SMK negeri. Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara
konvensional adalah proses penerimaan peserta didik baru tanpa mempergunakan
fasilitas ringan internet sebagai basis pendaftaran, pengolahan data, dan
pengumuman hasil. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan ini tidak

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………214


terlalu signifikan. Semua proses dari pendaftaran sampai dengan pengumuman
hasil dilakukan di setiap sekolah dan dikerjakan secara manual.

Microsoft Press Computer Dictionary (3rd Edition), mendefinisikan real


time online adalah kegiatan yang melibatkan mesin dan indra manusia yang
bersamaan proses kejadiannya. Dengan kata lain real time online adalah proses
interaksi dengan memanfaatkan media komputer. Sebagaimana diketahui bahwa
komputer sudah digunakan secara luas di berbagai bidang kegiatan.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat telah mempengaruhi segala
aspek kehidupan manusia. “Kecepatan untuk memperoleh informasi merupakan
salah satu faktor yang mendasari terjadinya kondisi tersebut. Modal yang mahal
juga harus dikeluarkan untuk mendapatkan informasi” (Yuhandari, 2008:88).

Kaufman & Thomas (1980:5) mendefiniskan tujuan evaluasi program


yaitu: “Finally, the purpose of evaluation is to collect data (results), convert the
data into information (that which aids in making a useful decision),and use the
information to make decisions”. Akhirnya, tujuan evaluasi adalah untuk
mengumpulkan data (hasil), mengkonversi data ke dalam informasi (yang
membantussecara penuh di dalam pembuatan keputusan), dan menggunakan
informasi untuk membuat keputusan

Secara administratif mutu layanan dalam penerimaan peserta didik baru


real time online di kota Yogyakarta lebih baik dibandingkan dengan pelayanan
pada saat masih dilaksanakan secara manual. Layanan yang diberikan mirip pada
supermarket yang menerapkan prinsip onestop shopping. Warga masyarakat
dapat mengakses semua fitur yang tersedia dengan sekali melakukan input
process pada saat pendaftaran. Dari sisi transparansi penyelenggaran penerimaan
peserta didik baru secara real time online dapat dikatakan mendekati sempurna.
Masyarakat dapat mengetahui secara terbuka proses penyusunan daftar calon
siswa yang mendaftarkan sampai pada penentuan passing grade yang diterima di

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………215


suatu sekolah dengan mengakses situs www.yogya.siap-ppdb.com. Di samping
itu dokumen hasil proses pelaksanaan kegiatan sudah memenuhi prinsip-prinsip
akuntabilitas dalam hal kepatuhahan terhadap aturan pemerintah (compliance
with regulations). Jaringan komputer merupakan perpindahan data (Komunikasi
Data) dari suatu komputer sumber (transmiter) ke komputer tujuan (receiver)
yang melewati suatu media penghantar dalam bentuk bit-bit. Salah satu contoh
dari jaringan komputer adalah video conference pada komputer, di mana suara
dan video yang dihantar harus terlebih dahulu dirubah dalam bentuk kumpulan
bit-bit sebelumemasuki media penghantaran untuk dikomunikasikan.

Penerimaan peserta didik baru melalui proses pemanfaatan teknologi


informasi (ICT based process) ini sangat sederhana prosesnya dan tidak
memakan waktu. Calon peserta yang akan mendaftar tidak perlu menunggu
terlalu lama untuk melakukan proses pendaftaran. Proses pendaftaranpun tidak
terlalu rumit. “There is no end for the learning particularly to the academicians.
Learning that is supported by information and communication technologies
(ICT) is the new technology. Every academician must be aware of this..”
(Nagarajan & iji, 2010:39).

Penerimaan Peserta Didik Baru Real time online (RTO) adalah kegiatan
penerimaan calon peserta didik baru yang memenuhi syarat tertentu untuk
memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan mengikuti suatu jenjang
pendidikan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan memanfaatkan
teknologi informasi sejak dari pendaftaran sampai dengan pengumuman hasil.
Sistem informasi PPDB online merupakan suatu aplikasi komputer untuk
memudahkan proses penerimaan siswa baru yang dilaksanakan secara online.
Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan memudahkan pihak yang terkait
dalam mengolah data siswamenjadi sebuah informasi siswa yang diterima pada
sekolah tertentu. Konsep Penerimaan Peserta DidikBaru Real time online
dilaksanakan dengan dilandasi beberapa variabel yang layak untuk dicermati,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………216


antara lain efisiensi dan efektif.Efisiensi, merupakan suatu ukuran keberhasilan
yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan
yang dijalankan. Kemampuan pengguna untuk mengakses website, mencari
produk yang diinginkan dan informasi yang berkaitandengan produk tersebut,
dan meninggalkan situs yang bersangkutan dengan upaya minimal. Warga
masyarakatbisa dengan mudah masuk ke situs www.ppdb.online dan
mengeksplor fitur-fituryangdiinginkan dan dengan mudah keluar dari situs itu
tanpa harus melalui proses yang sulit.

Efektif adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan


atau sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan Daft (2008:7) menyatakan,
“Management is the attainment of organizational goals in an effective and
efficient manner through planning, organizing, leading, and controlling
organizational resources.”. Teori keefektiftifitas berorientasi pada tujuan.

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/ tujuan yang telah


ditetapkan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan atau
sekolah akan sangat bergantung kepada manajemen komponen-komponen
pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan,
tenaga pelaksana dan sarana prasarana. Komponen peserta didik keberadaannya
sangat dibutuhkan, terlebih bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah,
peserta didik merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Oleh karena itu
keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan
tetapi harus merupakan bagian dari kebermutuan darilembaga pendidikan. Tidak
dapat dipungkiri bahwa untuk mewujudkan terciptanya akuntabilitas saat ini
sangat membutuhkan adanya dukungan teknologi informasi sebagai
saranainteraksi secara online antara masyarakat pengguna informasi dengan
pihak penyedia informasi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………217


Perkembangan sistem informasi tersebut perlu didukung banyak faktor
yang diharapkan dapat memberikan kesuksesan dari sistem informasi itu sendiri
yang tercermin melalui kepuasan pemakai sistem informasi. Faktor lainnya yang
juga penting untuk diketahui adalah faktor kualitas sistem informasi yang
digunakan dalam suatu organisasi. Hal ini penting untuk dibahas mengingat
kualitas sistem informasi yang digunakan oleh suatu organisasi akan berpengaruh
terhadap kepuasan para penggunanya dan kinerja individual. Sistem teknologi
informasi yang dipakai dalam kegiatan penerimaan peserta didik baru tersebut
adalah real time online.

Selain efisien, sistem online lebih menjamin adanya transparansi dan


keakuratan informasi. Dengan memanfaatkan wahana internet yang mudah
didapatkan di Yogyakarta dan sekitarnya, warga masyarakat akan dengan mudah
memperoleh informasi tentang semua hal yang berkaitan dengan penerimaan
peserta didik baru real time online. Adapun penelitian ini mengevaluasi sistem
manajemen penerimaan peserta didik baru real time online di DinasPendidikan
Kota/provinsi

IV. PENUTUP
A. Simpulan Umum
Gambaran umum dalam aplikasi TQM dan SM pada pendidikan level
meso telah dilaksanakan, walaupun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan
aturan seharusnya. Aplikasi TQM dan SM ini juga di terapkan dalam menangani
permasalahan pendidikan pada level meso yaitu pada sistem pererimaan peserta
didik baru (PPDB) secara online,yang mana ketentuan tersebut diatur oleh dinas
provinsi yang tertuang dalam UU no 14 tahun 2018

B. Simpulan Khusus

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………218


1. Aplikasi TQM pada pendidikan level meso
Dengan melakukan beberapa hal diantaranya: 1)Mengarahkan uraian
tugas masing-masing pegawai, 2) membatasi perjalanan dinas dan
pengadaan sarana perkantoran, 3) meningkatkan kinerja pengawai dan
memberikan tunjangan prestasi kerja yang pantas, dan 4)
memperbaharui aturan dan teknik kerja kepada seluruh pegawai.
2. Aplikasi SM pada pendidikan level meso
Manajemen strategi dirumuskan dengan melakukan beberapakegiatan
yaitu: a) Merumuskan visi dan misi , b) Mengembangkan profil ,
c)Menilai lingkungan baik internal maupun eksternal, d)Menganalisis
alternatif strategi, e)Mengidentifikasi setiap alternatif , f) Memilih
seperangkat sasaran, untuk menentukan strategi mana yang paling
sesuai, g)Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka
pendek, h)Mengimplementasikan pilihan strategik dengan
mengalokasikan sumber daya,i)Mengevaluasi proses strategik
3. Aplikasi TQM dan SM dalam Pemasalahan pendidikan level meso
Manajemen program PPDB di Dinas Pendidikan Kota/ Kab/Provinsi
SMA/SMK/SLB Negeri yang meliputi:Pertama, Perencanaan
penerimaan peserta didik baru sistem real time online Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta, sebesar 99% termasuk kategori sesuai.
Kedua, Implementasi penerimaan peserta didik baru sistem real time
online pada kepemimpinan Kepala Dinas Pendidikan Kota/
kab/provinsi . Fungsi kepemimpinanKepala Dinas Pendidikan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerjanpanitia PPDB secara
maksimalKetiga, Pengendalian Kepala Dinas Pendidikan Secara
keseluruhan tingkat penyelenggaraan penerimaan peserta didik baru
sistem real time online dalam bidang manajemen di Dinas
Pendidikan Kota /kan/provinsi menurut persepsi dari panitia, Kepala
Sekolah, guru dan komite.

C. Saran
1. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kritik dan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………219


koreksi dari pembaca sangat diharapkan, yang nantinya akan
dijadikan sebagai bahan perbaikan dimasa mendatang.
2. Pendidikan pada level Meso yang dipegang oleh Dinas Provinsi hatus
benar-benar memahami TQM dan SM dalam mengelola
pendidikan.Agar tujuan yang diharpkan untuk meningatkan mutu
pendidikan bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Daft, R.L. (2008). Management (8th ed.). USA: Thomson Higher Education
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. (2013).

Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Pesert Didik Baru (PPDB) pada Satuan


Pendidikan dengan Sistem Real Time Online (RTO) di Lingkungan Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.Yogyakarta: Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta.

Hersey, P, & Blanchard, K.H. (1982). Management of Organizational Behavior:


Utilizing Human Resource (4th ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without Fear. NewYork: New


Viewpoints.

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI


Muhidin, S.A. &

Nagarajan, P. & Jiji, G.W. (2010). Online educational system (E-learning).


International Journal of U- and E-service,Science and Technology vol. 3, No.
4,December, 2010, 37-48p.

O’Neill, J & Kitson, N. (2001). EffectiveCurriculum Management. USA:


Taylor& Francis e-Library.

Sharma, S.L. (2009). Educational Management,a Unified Approach of


Education.New Delhi: Global India PublicationPvt Ltd.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek


(Rev.ed.). Jakarta: Rineka Cipta.

Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikandi Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.Terry, G.R. (1977). Principles of Management.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………220


Ontario: Richard D. Irwin, Inc.Weiss. C.H. (1972). Evaluation Research.New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.

www.google.co.id. (3rd ed.) Real TimeOnline (Microsoft Press Computer


Dictionary),diakses Senin, 25 November2013.

Yuhandri. (2008). Penerapan teknologi komputer jaringan secara online dalam


sistem pengelolaan database pajak hotel,restoran dan parkir (Studi Kasus:Kota
Pekanbaru).

Majalah Ilmiah UPI“YPTK” Volume 10 No.2 Tahun 6 – Maret 2008, 88-97p.

*) Anggota Kelompok 8 Kajian Mandiri 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………221


PENERAPAN
MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT) DAN
MANAJEMEN STRATEGIS (MS) PADA PENDIDIKAN
LEVEL MIKRO (PENDIDIKAN TINGGI)

Oleh :
Rahayu Detik Susilawati, Raimondus Angwarmase, Suhandy Siswoyo, dan Yuni
Mahmudah*)

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………222


Organisasi pendidikan adalah penghasil jasa pendidikan yang diharapkan
masyarakat untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia melalui sistem dan
hasil pendidikan yang berkualitas. Dari perspektif pedagogik, kualitas bersifat
subyektif. Pengukuran kualitas harus menyeluruh yang didasarkan pada input,
pelanggan, dan produk atau jasa secara fundamental. Peningkatan kemampuan
untuk mengelola dan mengembangkan perguruan tinggi sudah sangat dirasakan
perlu, termasuk untuk menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern yang
berorientasi pada mutu/kualitas. Lulusan pendidikan tinggi dituntut mempunyai
pengetahuan, kemampuan intelektual, kemampuan untuk bekerja dalam
organisasi modern, keahlian untuk berhubungan dengan orang lain, dan
komunikasi. Perlu penerapan sistem yang mampu meningkatkan mutu
pendidikan tinggi secara keseluruhan.

Bagi para pemilik dan pengelola Perguruan Tinggi, sistem manajemen


mutu pada hakekatnya berinti pada perbaikan terus menerus untuk memperkuat
dan mengembangkan mutu. Dalam hal ini penerapan Manajemen Mutu Terpadu
(MMT) dan Manajemen Strategi (MS) merupakan cara perbaikan secara terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.Perguruan tinggi
sebagai lembaga pendidikan yang statusnya termasuk dalam tingkat mikro
perannya sangat penting dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang siap
hidup sesuai dengan jati dirinya. Agar tetap eksis tentunya perguruan tinggi harus
memiliki sebuah strategi dan kekhasannya dengan mengembangkan program-
program agar menarik pasar .

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan
sebagai berikut
1. Bagaimana Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di tingkat mikro?

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………223


2. Bagaimana Penerapan Manajemen Startegis di tingkat mikro?
3. Apakah Manfaat dari Penerapan Manajamen Mutu Terpadu dan
Manajemen strategis di tingkat mikro ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di tingkat
mikro sehingga lembaga dapat mempertahankan mutunya atau dapat
meningkatkan mutu produk atau jasanya .
2. Mengetahui cara menerapkan impelentasi Manajemen Strategis di
tingkat mikro sehingga didapatkan panduan untuk menerapkannya.
3. Mengetahui Manfaat dari Penerapan Manajemen Mutu Terpadu dan
Manajemen strategis di tingkat mikro.

D. METODE PENULISAN MAKALAH


Metode penelitian makalah ini adalah dengan menggunakan studi literasi
yang bersumber dari buku-buku, jurnal tentang manajemen dan sumber lain
dari internet yang terkait dengan Manajemen Mutu Terpadu dan Manajemen
strategis.

II . KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Mutu Terpadu
1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara
tentang "mutu" terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan
produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan
kebutuhan tersebut berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan
mutu. Suatu produk atau jasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temu antara harapan dan kebutuhan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………224


pelanggaran dengan hasil produk atau jasa itulah yang disebut “bermutu” Jadi
ukuran bermutu tidak hanya suatu produk atau jasa adalah pada terpenuhi
tidaknya harapan dan kebutuhan penggun atau pelanggan. Semakin tinggi
tuntutan pengguna maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut. Manajemen
Mutu Terpadu (MMT) adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang (Sallis, 2007: 73).

Definisi tersebut menjelaskan manajemen mutu terpadu menekankan pada


dua konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus
(continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alat-alat dan teknik
seperti "brainstorming" dan "force field analysis" (analisis kekuatan tindakan
manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan).

2. Konsep Penjaminan Mutu


Pasal 52 UU Dikti dinyatakan bahwa SPM Dikti ditetapkan oleh Menteri
dan merupakan kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi
Continuous
secara berencana Improvement/Kaizen
dan berkelanjutan. SPM Dikti dilakukan
SDCA melalui tahap
penetapan, pelaksanaan, evaluasi (pelaksanaan), pengendalian
P (pelaksanaan), dan
D
peningkatan (PPEPP) Standar Pendidikan Tinggi (Standar Dikti). Dalam sistem
C
penjaminan mutu pendidikan tinggi, keharusan menerapkan
A manajemen kendali
SDCA
mutu adalah mutlak. Salah satu model manajemen kendali mutu yang diterapkan
P
sekarang adalah manajemen kendali mutu berbasis PDCA (plan, do, check, dan
D
C
action), sebagai-mana dalam Gambar 1 berikut.
A
SDCA
P
D
C
A
SDCA S = Standard

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………225

Gambar 1 : Manajemen Kendali Mutu berbasis PDCA


Sumber : Ditjen Dikti (SPM-PT, 2010 : 20)
Konsep penjaminan mutu merupakan kombinasi dari tiga pandangan,
yaitu: pertama, “pada dasarnya penjaminan mutu adalah bentuk pelepasan
(devolving) tanggung jawab, desentralisasi tanggung jawab atas pengambilan
keputusan di tingkat institusi pendidikan” (Kis,2005:5). Kedua, “penjaminan
mutu satuan pendidikan tinggi merupakan proses mendefinisikan dan pemenuhan
standar manajemen mutu pendidikan tinggi secara konsisten dan
berkesinambungan demi memenuhi kebutuhan seluruh pihak yang
berkepentingan seperti peserta didik, orang tua, industri, pemerintah, dosen, staf
pendukung, dan pihak-pihak terkait lainnya” Kepemimpinan dalam Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (Amaripuja,2007:7). Ketiga, “Secara umum
tujuan penjaminan mutu pendidikan adalah untuk merencanakan, mencapai,
memelihara, dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan pada
satuan pendidikan tertentu”(Rusman, 2009:560).

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………226


Kombinasi pandangan-pandangan tersebut, terungkap beberapa makna
sebagai berikut: (1) tanggung jawab tentang mutu pendidikan tinggi sepenuhnya
diserahkan kepada dan menjadi tanggung jawab perguruan tinggi yang
bsangkutan. Dari hakikat penjaminan mutu inilah, maka direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi sebagai Otoritas Pusat mereduksi fungsinya menjadi
facilitating, empowering, dan enabling berdasarkan Hight Education Long Term
Srategy/HELTS 2003-2010, (2) terdapat dua kegiatan kunci penjaminan mutu
pendidikan tinggi yaitu penetapan dan pemenuhan standar managemen mutu
pendidikan tinggi pada perguruan tinggi yang bersangkutan, (3) mutu pendidikan
tinggi harus direncanakan, dicapai, dipelihara, dan ditingkatkan secara konsisten
dan berkelanjutan, (4) mutu lulusan perguruan tinggi harus memenuhi harapan
seluruh stakeholder. Dalam sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi,
keharusan menerapkan manajemen kendali mutu adalah mutlak. Salah satu
model manajemen kendali mutu yang diterapkan sekarang adalah managemen
kendali mutu berbasis PDCA (plan, do, check, dan action). Proses pengendalian
mutu berbasis PDCA ini, menurut Rusman (2009: 561) “sesuai dengan model
total quality manajemen sebagai model pengendalian mutu yang sering
digunakan di lembaga pendidikan.
Prinsip Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang juga menjadi perhatian
manajemen kendali mutu berbasis PDCA, yaitu: pertama, perhatian harus
ditekankan kepada proses secara terus menerus mengumandangkan peningkatan
mutu. Kedua, mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa lembaga pendidikan.
Ketiga, prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi dan bukan dengan
pemakaian peraturan. Keempat, lembaga pendidikan harus menghasilkan lulusan
yang memiliki ilmu pengetahuan, sikap, ketrampilan, karakter dan memiliki
kematangan emosional”.

Proses pengendalian mutu berbasisi PDCA ini, akan menghasilkan


perbaikan berkelanjutan atas mutu pendidikan. Pada tahap (check) terdapat titik-
titik kendali mutu, dimana setiap penyelenggaraan proses pendidikan pada tiap

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………227


unit kerja di lembaga pendidikan, harus mengevaluasi pelaksanaan tugasnya
dengan standar atau sasaran mutu yang telah ditetapkan. Penetapan titik-titik
kendali mutu harus dilakukan pada setiap satuan kegiatan untuk setiap butir
mutu. Apabila dalam evaluasi itu, hasilnya menunjukkan telah tercapai standar
mutu yang ditetapkan sebagaimana dirumuskan dalam perencanaan, maka proses
perencanaan (plan) berikutnya untuk standar mutu pada satuan kegiatan dalam
butir mutu yang bersangkutan, harus ditingkatkan. Akan tetapi, apabila hasil
evaluasi menunjukan belum tercapai, maka harus dilakukan tindakan (action)
perbaikan agar standar/sasaran mutu dapat tercapai.

3. Prinsip dan Unsur Pokok Dalam Manajemen Mutu Terpadu


(MMT)
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan suatu konsep yang
berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu
diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam Manajemen Mutu
Terpadu (MMT), yaitu:
1. Kepuasan Pelanggan. Memberikan kepuasan kebutuhan pelanggan
(internal dan eksternal) dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan
harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang
dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai
yang diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang. Dalam perusahaan yang berkelas dunia,
setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreativitas yang unik. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………228


3. Manajemen Berdasarkan Fakta. Perusahaan kelas dunia berorientasi pada
fakta, setiap keputusan didasarkan pada data, dengan mengacu pada konsep
prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation), dan bukan sekedar pada
perasaan (feeling).
4. Perbaikan Berkesinambungan. Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu
melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan
berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-
do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif
terhadap hasil yang diperoleh.

4. Konsep Sistem Pendidikan Tinggi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………229


Berdasarkan konsep berpikir manajemen sistem industri modern, maka
manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memandang bahwa Proses
Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan terus-menerus (continuous
educational process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya
ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran, dan ikut bertanggung jawab untuk memuaskan

Sumber: Gaspersz, 2008.

pengguna lulusan perguruan tinggi itu. Seterusnya, berdasarkan informasi


sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna lulusan (external
customers) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk mendesain ulang
kurikulum atau memperbaiki proses pendidikan tinggi yang ada saat ini. Konsep
pemikiran manajemen sistem pendidikan tinggi ini dituangkan pada gambar 2.
Gambar 2. Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………230


Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen operasional
perguruan tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern

Tahap Kedua:

Desain Proses

Pendidikan

Berorientasi Pasar

Tahap Pertama: Tenaga Kerja Tahap Ketiga:


Reset Pasar Untuk
Mengetahui Kebutuhan Manajemen Menjalankan Proses
Pasar
Tenaga Kerja Perguruan Belajar Mengajar

Tinggi Secara Efektif

dan Efiktif
Tahap Keempat:
Menyerahkan Lulusan
yang Kompetitif dan
Berkualitas Baik

Sumber: Gaspersz, 2008.

Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam


manajemen pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari empat komponen
utama, yaitu: riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi,
operasional proses pendidikan tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif
dan berkualitas ke pasar tenaga kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi
tetap antara riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional
proses pendidikan tinggi, dan bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang
kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan tinggi di
Indonesia mampu berkompetisi dalam persaingan global tahun 2003 dan
seterusnya. Berkaitan dengan hal ini, sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia
melakukan reorientasi dan redefinisi tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar
menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan
pengguna lulusan itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk
menghasilkan output (lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan
kebutuhan pengguna tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………231


Konsekuensi dari pemikiran ini adalah penerapan Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar
pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi
pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi itu.
Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan
secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan
persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat
(ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di perguruan tinggi itu.

5. Desain Manajemen Mutu Terpadu (MMT) untuk Perguruan


Tinggi
Sebelum Manajemen Mutu Terpadu (MMT) didesain untuk perguruan
tinggi di Indonesia, stakeholders dari perguruan tinggi harus memiliki kesamaan
persepsi tentang manajemen kualitas. Dalam konsep manajemen kualitas modern,
kualitas suatu perguruan tinggi antara lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas
atau reputasi institusional. Kualitas adalah sesuatu standar minimum yang harus
dipenuhi agar mampu memuaskan pelanggan yang menggunakan output
(lulusan) dari sistem pendidikan tinggi itu, serta harus terus-menerus
ditingkatkan sejalan dengan tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif.
Berkaitan dengan hal ini, Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen
perguruan tinggi harus mengadopsi paradigma baru tentang manajemen kualitas
modern. Paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen
perguruan tinggi dicantumkan pada tabel 1.

Tabel 1. Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………232


Paradigma Baru Paradigma Lama

Mahasiswa menerima hasil ujian, Hasil ujian tidak digunakan sebagai


pembimbingan, dan nasehat agar membuat informasi untuk memberikan bimbingan
pilihan-pilihan yang sesuai dan nasehat kepada mahasiswa

Mahasiswa diperlakukan sebagai pelanggan Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai


pelanggan

Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat Keluhan mahasiswa ditangani dalam


dan efisien bentuk defensif dan dengan cara
negatif
Terdapat sistem saran aktif dari mahasiswa Mahasiswa tidak didorong untuk
memberikan saran atau keluhan
Setiap departemen pelayanan menetapkan Mahasiswa tidak didorong untuk
kepuasan pelanggan sesuai kebutuhan memberikan saran atau keluhan

Terdapat rencana tindak-lanjut untuk Tidak ada sistem tindak-lanjut yang


penempatan lulusan dan peningkatan cukup atau tepat untuk mahasiswa dan
pekerjaan alumni
Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, rasa Mahasiswa dipandang sebagai inferior,
hormat, akrab, penuh pertimbangan tidak diperlakukan dengan rasa hormat,
cara yang akrab dan penuh
pertimbangan

Fokus manajemen pada keterampilan Fokus manajemen pada pengawasan


kepemimpinan kualitas seperti: karyawan, sistem, dan operasional
pemberdayaan dan partisipasi aktif karyawan

Manajemen secara aktif Banyak keputusan manajemen dibuat


mempromosikan kerjasama dan solusi tanpa masukan informasi dari
masalah dalam unit kerja karyawan dan mahasiswa
Sistem informasi memberikan laporan yang
Sistem informasi usang dan tidak
berguna untuk membantu manajemen dan
membantu manajemen sistem kualitas
dosen

Staf administrasi bertanggung jawab dan Staf administrasi kurang memiliki


siap memberikan pelayanan dengan cara tanggung jawab dan kesiapan untuk
yang mudah dan cepat guna memenuhi emberikan pelayanan yang sesuai
kebutuhan mahasiswa dengan kebutuhan mahasiswa

Sumber: Spanbauer, 1992.

Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 1 dapat berhasil,
dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………233


Indonesia. Pelatihan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang penting bagi
pengelola perguruan tinggi di Indonesia ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Desain Sistem Pelatihan TAME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia

Waktu
Jenis Pelatihan Materi Pelatihan Peserta
Minimum
Pelatihan Manajemen 36 jam Proses, Statistical Rektor, Pembantu Rektor,
Puncak Thinking, Pelayanan Dekan, Pembantu Dekan,
Pelanggan, dan Ketua Jurusan/ Program
Pembentukan Studi
Kelompok, dan
Solusi Masalah
Pelatihan Dosen 36 jam Manajemen
Efektivitas dan Dosen Tetap, Dosen Tidak
Metode Pengajaran, Tetap, dan Asisten Dosen
Statistical Thinking,
Pelayanan
Pelanggan,
Pembentukan
Kelompok, dan
Pelatihan Staf 36 jam Pelayanan Semua Staf Pendukung
Pendukung Pelanggan,
Pembentukan
Kelompok, Solusi
Masalah,
Manajemen Waktu,
Keterampilan
Bertelepon, dan
Sumber: Gaspersz, 2008 Pengendalian Diri

Setelah memperoleh pelatihan dan siap menerima paradigma baru tentang


manajemen perguruan tinggi yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan
kepuasan pelanggan, sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT) secara lengkap
dapat didesain, diimplementasikan, dan ditingkatkan terus-menerus pada
perguruan tinggi itu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………234


Sumber: Gaspersz, 2008.

Gambar 4. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada Perguruan Tinggi

A. Manajemen Stategis (MS)


1. Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakanya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan. Sedangkan menurut Hadar Nawawi (2005;148-149),
pengertian manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut
perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan
yang bersifat mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………235


operasional untuk menghasilkan barang dan / atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut
tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.

Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya


yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan
komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya sasaran
dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi
pengorganisasi-an, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta
umpan balik.

Analisis lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan


organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan
tantangan (threads) yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai
tujuannya. Tujuan dilakukan analisis lingkungan adalah mengantisipasi
lingkungan organisasi sehingga dapat berreaksi secara cepat dan tepat untuk
mensukseskan organisasi. Analisis lingkungan adalah suatu proses yang
digunakan perencanan-perencanaan strategi untuk memantau lingkungan dalam
menentukan peluang atau ancaman.

Alfred Chandler mengatakan bahwa strategi adalah suatu penentuan


sasaran dan tujuan dasar jangka panjang dari suatu organisasi (perusahaan) serta
pengadopsian seperangkat tindakan serta alokasi sumber-sumber yang perlu
untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dalam kajiannya tentang strategi,
Henry Mintzberg mencatat bahwa setidaknya strategi tidak sekedar memiliki dua
elemen definisi, yaitu sebagai perencanaan (plan) dan pola (pattern). Lebih
dalam lagi, ia mengungkapkan bahwa definisi strategi telah berkembang dengan
tiga ‘P’ baru, yaitu posisi (position), perspektif (perspective), dan penerapan
(poly).

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………236


Ada banyak definisi mengenai manajemen strategi diantaranya yaitu
Barney, 2007:27 Manajemen strategis (strategic management) dapat dipahami
sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan strategi
adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi
dapat memperta-hankan kinerjanya.

Grant, 2008:10 Strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana


mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya untuk menciptakan suatu posisi
menguntungkan. Dengan kata lain, manajamen strategis terlibat dengan
pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka
pengembangan keunggulan bersaing.

Arnoldo C Hax & Nicholas S Majluk dalam bukunya “strategic


management” (jemsley Hutabarat dan Artani Husein:2006:8) mendefinisikan
sebagai cara menuntun perusahaan pada sasaran utama pengembangan nilai
korporasi, kapabilitas, manajerial, tanggung jawab organisasi, administrasi yang
menghubungkan pengambilan keputusan strategik dan operasional pada seluruh
tingkat hirarki, dan melewati seluruh lini bisnis dan fungsi otoritas perusahaan.

Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen


strategis terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting,
produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi
komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di
katakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis,
arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan
rencana produk kami.Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen
strategis.

Dari definisi tersebut terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan,
yaitu: 1) Manajemen Strategik terdiri atas tiga proses: a) Pembuatan Strategi,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………237


yang meliputi pengembnagan misi dan tujuan jangka panjang,
mengidentifiksikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan
organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi
yang sesuai untuk diadopsi, b) Penerapan strategi meliputi penentuan sasaran-
sasaran operasional tahunan, kebijakan organisasi, memotovasi anggota dan
mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat
diimplementasikan, c) Evaluasi/Kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk
memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk
mengukur kinerja individu dan organisasi serta mengambil langkah-langkah
perbaikan jika diperlukan, 2) Manajemen Strategis memfokuskan pada
penyatuan/ penggabungan aspek-aspek pemasaran, riset dan pengembangan,
keuangan/ akuntansi, operasional/ produksi dari sebuah organisasi.

2. Manfaat Manajemen Strategis


Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja
(frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi
terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir
lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan
menghasilkan dan Mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun
dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang
menguntungkan.. Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka
menerapkan manajemen strategik, yaitu: 1) Memberikan arah jangka panjang
yang akan dituju, 2) Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-
perubahan yang terjadi, 3) Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif, 4)
Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan
yang semakin beresiko, 5) Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi
kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah di masa dating, 6)
Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi
mereka pada tahap pelaksanaannya, 7) Aktifitas yang tumpang tindih akan
dikurang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………238


3. Langkah pengembangan organisasi
Langkah Pertama manajemen perlu secara detail mengindentifikasi
aktifitas yang perlu dikerjakan baik langsung maupun tidak langsung sejak
disusunnya proposal kegiatan (TOR), pengujian dan penilaian, proses perencana-
an program dan kegiatan, implementasi, pengendalian dan pe-ngawasan.
Langkah Kedua yang perlu dilakukan untuk menganalisis profil/postur organisasi
adalah mencari keterkaitan (lingkage) dari berbagai aktifitas rantai kegiatan
tersebut, baik antar aktifitas pokok (fungsi utama) dan aktifitas penunjang (fungsi
pelayanan). Langkah Ketiga yaitu mencoba mencari sinergi potensial yang
mungkin dapat ditemukan diantara output yang dihasilkan oleh setiap aktifitas
yang dimiliki oleh organisasi.

4. Proses Manajemen Strategis


J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen menggambarkan proses
manajemen strategik sebagaimana diuraikan dalam gambar 5 berikut :

Gambar 5 : Model Manajemen Strategi


Sumber : Thomas L. Wheelen J. David Hunger, Stategy Management and Business Policy (2012)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………239


Model/prinsip manajemen strategi sebagaimana diuraikan dalam gambar
diatas, menjelaskan berbagai aspek yang tercakup didalamnya. Menurut J David
Hunger & Thomas L. Wheelen, (2012), Formulasi atau perumusan strategi
mencakup : Misi, Tujuan, Strategi dan kebijakan, Komponen Implementasi
Staretgi mencakup : Program, Anggaran, Prosedur. Sedangkan Evaluasi dan
pengendalian Strategi mencakup kinerja yang kesemuanya dapat diamati
melalui pengamatan eskternal : lingkungan sosial, lingkungan tugas, dan
pangamatan eksternal terhadap struktrur, budaya dan sumber daya., sebagaimana
diuraikan dalam Gambar 2.
a. Formulasi atau Perumusan Strategi
Formulasi atau Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka
panjang untuk pengelolaan peluang dan ancaman lingkungan yang efektif,
dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan (analisa
SWOT), termasuk mendefinisikan misi perusahaan, menentukan tujuan yang
dapat dicapai, mengembangkan strategi, dan menetapkan pedoman kebijakan.
Formulasi atau perumusan stretegi mencakup aspek : a). Misi, b). Tujuan, c)
Strategi dan d). Kebijakan.
1) Visi
Visi merupakan gambaran ideal tentang dimana dan bagaimana organisasi
berwujud di masa datang. Visi diterjemahkan menjadi kultur dalam rangka
membangunkeunggulan organisasi pendidikan secara kompetitif sejalan dengan
perubahan lingkungan. Visi merupakan kiblat semua kegiatan organisasi
pendidikan, mengingat visi merupakan gambaran masa depan atau cita – cita
unggulan yang dijabarkan ke dalam misi , strategi, tujuan , sasaran, kebijakan ,
program, biaya, prosedur dan pengendalian , sehingga sekolah dapat tampil
unggul kompetitif ditengah perubahan lingkungan yang cepat, kompleks dan
dinamis.Visi yang dibangun mesti link and match dengan misi (rumusan
penugasan tentang sebaran visi, atau arahan yang akan ditempuh) ; tujuan
(sesuatu yang ingin dicapai secara spesifik); sasaran (target nyata atau tujuan
khusus yang dapat diukur, diamati, dan dapat dilaksanakan); startegi (rencana

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………240


untuk mencapai visi, misi dan tujuan); kebijakan (pedoman bertindak atau
pengambilan keputusan guna mencapai tujuan) ;Progam (kegiatan spesifik yang
disusun secara sistematis, terpadu dan terjadwal untuk mencapai tujuan) ;
prosedur kerja ( alur kerja yang harus dilalui atau SOP); anggaran (dana
pendukung guna mencapai tujuan); dan pengawasan (proses mengukur
kesesuaian hasil dengan yang direncanakan).
2) Misi
Misi menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh organisasi , untuk apa
atau siapa dikerjakan, dan bagaimana mengerjakannya. Menurut Morrisey
menyatakan “pernyataan misi yang efektif akan berfungsi sebagai dasar dari
semua keputusan besar yang dibuat oleh tim manajemen anada.”
3) Tujuan
Tujuan adalah keadaan yang dituntut untuk membawa yang
diorganisasikan ke arah visi, dan dicanangkan apa yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu, yang konsisten dengan misi, dan biasanya menuntut
komitmen penyediaan sumber daya.
4) Sasaran
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan , setiap sasaran harus berprinsip
pada kata kunci SMART yaitu :
a) Specific : khusus
b) Measurable : dapat diukur
c) Achievable : dapat dicapai
d) Result Oriented : berorentasi hasil
e) Time Bond : memiliki batas waktu pencapaian
5) Strategi
Strategi menjelaskan bagaimana tujuan hendak dicapai secara hakiki.
6) Kebijakan
Ketentuan yang telah disepakati untuk dijadikan pedoman dalam setiap
kegiatan agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai
sasaran, tujuan, visi dan misi.

b. Implementasi Strategis
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujud-kan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya
secara menyeluruh, struktur dan atau system manaje-men dari organisasi secara

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………241


keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada
perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi
strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari menajamen puncak.
1) Program
Program adalah pernyataan kegiatan atau langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai suatu rencana sekali pakai, berorientasi pada tindakan dengan
melibatkan restrukturisasi korporasi, mengubah budaya internal perusahaan, atau
memulai upaya penelitian baru.
2) Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang,
setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan
oleh manajemen untuk merencanakan dan Mengendalikan.
3) Prosedur
Prosedur adalah system langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan
yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan
diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikan program-program perusahaan.

c. Evaluasi dan Pengendalian Stategi


Evaluasi dan pengendalian adalah proses dimana kegiatan perusahaan dan
hasil kinerja dimonitor sehingga kinerja sesungguhnya dapat dibandingkan
dengan kinerja yang diinginkan. Manajer di semua tingkatan menggunakan
informasi yang dihasilkan untuk mengambil tindakan korektif dan menyelesaikan
masalah. Meskipun evaluasi dan kontrol adalah elemen utama terakhir dari
manajemen strategis, juga dapat menunjukkan kelemahan dalam rencana
strategis yang sebelumnya dilaksanakan dan dengan demikian merangsang
seluruh proses untuk memulai lagi.

Kinerja adalah hasil akhir dari kegiatan, mencakup hasil sesung-guhnya


dari proses manajemen strategis. Praktik manajemen strategis dibenarkan dalam
hal kemampuannya untuk meningkatkan kinerja organisasi, biasanya diukur
dalam hal laba dan laba atas investasi. Agar evaluasi dan pengendalian menjadi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………242


efektif, manajer harus memperoleh informasi yang jelas, cepat, dan tidak bias
dari orang-orang di bawah mereka dalam hierarki perusahaan. Dengan
menggunakan informasi ini, manajer membandingkan apa yang sebenarnya
terjadi dengan apa yang semula direncanakan pada tahap perumusan.
Evaluasi dan pengendalian kinerja melengkapi model manajemen strategis.
Berdasarkan hasil kinerja, manajemen mungkin perlu melakukan penyesuaian
dalam perumusan strateginya, dalam imple-mentasi, atau keduanya. Evaluasi dan
pengendalian stetegi terdiri dari data kinerja dan laporan aktivitas (dikumpulkan
pada Langkah 3) Gambar 3 berikut

.
1 2 3 4
5
. Tentukan Tdk
tetapkan Apakah
apa yang standar yang Mengukur Ambil
kinerja
diukur telah kinerja tindakan
sesuai
ditentukan dengan korektif
standar?

Ya
Gambar 3 : Proses Evaluasi dan Pengendalian
Sumber : Thomas L. Wheelen J. David Hunger,
Stategy
Management and Business Policy (2012 :330) Ber-
hen
ti

Jika hasil kinerja yang tidak diinginkan karena proses manajemen strategis
tidak tepat digunakan, manajer operasional harus tahu tentang hal itu sehingga
dapat memperbaiki aktivitas karyawan. Manajemen puncak tidak perlu
dilibatkan. Namun, jika hasil kinerja yang tidak diinginkan berasal dari proses itu
sendiri, manajer puncak, serta manajer operasional, harus mengetahuinya
sehingga dapat mengem-bangkan program atau prosedur implementasi baru.
Evaluasi dan Pengendalian Stratergi harus relevan dengan apa yang dipantau.

Proses evaluasi dan pengendalian memastikan bahwa perusahaan


mencapai apa yang ingin dicapai, membandingkan kinerja dengan hasil yang

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………243


diinginkan dan memberikan umpan balik yang diperlukan bagi manajemen untuk
mengevaluasi hasil dan mengambil tindakan korektif, sesuai kebutuhan. Proses
ini dapat dilihat sebagai model umpan balik lima langkah, seperti yang
digambarkan pada Gambar 3 tersebut Diatas.
1. Tentukan apa yang akan diukur: Manajer puncak dan manajer operasional
perlu menentukan proses dan hasil implementasi apa yang akan dipantau
dan dievaluasi. Proses dan hasil harus mampu diukur dengan cara yang
cukup objektif dan konsisten. Fokusnya harus pada elemen yang paling
signifikan dalam suatu proses.
2. Menetapkan standar kinerja: Standar yang digunakan untuk mengukur
kinerja adalah ekspresi terperinci dari tujuan strategis, yaitu ukuran hasil
kinerja yang dapat diterima. Setiap standar biasanya mencakup rentang
toleransi, mendefinisikan penyimpangan yang dapat diterima. Standar dapat
ditetapkan tidak hanya untuk hasil akhir tetapi juga untuk tahap menengah
dari hasil produksi.
3. Mengukur kinerja aktual: Pengukuran harus dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan.
4. Bandingkan kinerja aktual dengan standa r: Jika hasil kinerja aktual berada
dalam kisaran toleransi yang diinginkan, proses pengukuran berhenti di sini.
5. Ambil tindakan korektif : Jika hasil sesungguhyna berada di luar rentang
toleransi yang diinginkan, tindakan harus diambil untuk memperbaiki
penyimpangan. Pertanyaan-pertanyaan berikut harus dijawab diantara-nya :
a) Apakah penyimpangan itu hanya fluktuasi peluang?, b) Apakah proses
yang dilakukan salah?, c) Apakah prosesnya sesuai dengan pencapaian
standar yang diinginkan? Tindakan harus diambil yang tidak hanya akan
memperbaiki penyimpangan tetapi juga mencegah hal itu terjadi lagi?, dan
d) Siapa orang terbaik untuk mengambil tindakan korektif?

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………244


II. PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DAN
MANAGEMENT STRATEGIS DI TINGKAT MIKRO
(PENDIDIKAN TINGGI)
A. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi
1. Masalah-Masalah Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
dalam Pendidikan
Salah satu masalah yang sangat dominan seperti yang telah diungkap
dalam pendahuluan adalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Secara garis besar ada dua faktor utama yang
menyebabkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia masih belum atau kurang
berhasil yaitu: Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input-
oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana
semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan
tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan
(sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana
yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori
education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi
sepenuhnya di lembaga pendidikan, melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri.

Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur


oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (perguruan tinggi). Atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa komleksitas cakupan permasalahan pendidikan, seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………245


Manajemen Mutu Terpadu (MMT) bukanlah seperangkat peraturan dan
ketentuan yang kaku, tetapi merupakan proses dan prosedur-prosedur untuk
memperbaiki kinerja. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) juga menselaraskan
usaha-usaha orang banyak sedemikian rupa sehingga orang-orang tersebut
menghadapi tugasnya dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam
perbaikan pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena Manajemen Mutu Terpadu
(MMT) menselaraskan usaha-usaha orang banyak dan agar bersemangat dan
berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan, maka menuntut adanya
perubahan sifat hubungan antara yang mengelola (pimpinan) dan yang
melaksanakan pekerjaan (staf atau karyawan). Perintah atasan diubah menjadi
inisiatif dari bawah, dan tugas pimpinan bukanlah memberi perintah tetapi
mendorong dan memfasilitasi perbaikan mutu pekerjaan.

2. Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)


Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dalam satuan pendidikan
dapat pula disebut Total Quality School (TQS) sebagaimana dinyatakan oleh
Arcaro (2007:38) dengan lima pilar, yaitu: (1) Fokus kepada pelanggan baik
internal maupun eksternal; (2) adanya keterlibatan total; (3) adanya baku mutu
lulusan perguruan tinggi; (4) adanya komitmen dan (5) adanya perbaikan yang
berkelanjutan. Selain tuntutan adanya tata kelola Perguruan tinggi yang baik,
diperlukan adanya pengendalian mutu secara terpadu terhadap semua kualitas
pekerjaan di perguruan tinggi.

Herbert, Dellena dan Bass mengemukakan empat bidang utama dalam


penyelenggaraan pendidikan yang mengadopsi prinsip-prinsip Manajemen Mutu
Terpadu (MMT), yaitu: (1) Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) untuk
meningkatkan fungsi-fungsi administrasi dan operasi atau secara luas untuk
mengelola proses pendidikan secara keseluruhan; (2) Mengintegrasikan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dalam kurikulum; (3) penggunaan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………246


Manajemen Mutu Terpadu (MMT) untuk mengelola aktivitas riset. (Mulyasa,
2007:225).

Dalam konteks aplikasi, konsep manajemen mutu terpadu pendidikan


ditegaskan Edward Sallis bahwa : Saat ini, salah satu tantangan penting yang
dihadapi semua institusi adalah bagaimana mengelola sebuah mutu. Terutama
sekali dalam dunia persaingan global dan industri masal. Didalam dunia industri
bisnis, mutu adalah nilai jual yang menjadi prioritas utama. Mutu menjadi satu-
satunya faktor pembeda yang dibutuhkan konsumen. Kendati demikian mutu
tidak hanya ada dalam institusi industri bisnis, tapi juga menjadi kebutuhan
institusi pendidikan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu bertahan
dalam dunia persaingan yang sangat kompetitif, serta mampu mendidik
akademisi-akademisi dengan reputasi yang posistif.

Ada enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategik dalam
rangka menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Perguruan
Tinggi, yakni berkenaan dengan dimensi kualitas, fokus pada pelanggan,
kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, dan manajemen
berdasarkan fakta. (Mulyasa, 2007:226). Untuk mewujudkan Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) salah satunya diperlukan adanya manual mutu yang harus
didasarkan pada semua aktivitas Perguruan Tinggi yang tergambarkan dalam tata
aliran kerja. Manual mutu adalah dokumen yang mensinergikan antara kebijakan
dan standar administrasi Perguruan Tinggi, termasuk standar pelayanan yang
ditetapkan. Manual mutu merupakan aktifitas yang terkoordinasi untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi-kan agar mutu atau standar
dapat tercapai.

Dalam kerangka Manajemen Mutu Terpadu (MMT), usaha pendidikan


tidak lain merupakan usaha jasa yang memberikan pelayanan kepada
pelanggannya, yaitu mahasiswa yang biasa disebut klien/pelanggan primer

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………247


(primary external customers), mereka inilah yang langsung menerima manfaat
layanan pendidikan. Para klien terkait orang yang mengirimnya ke Perguruan
Tinggi, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja disebut
sebagai pelanggan sekunder (secondary external custumers). Pelanggan lainnya
yang bersifat tersier adalah lapangan kerja, bisa pemerintah maupun masyarakat
pengguna output pendidikan (tertiary external custumers). Selain itu dalam
hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari
intern lembaga, mereka itu adalah dosen/tutor dan tenaga administrasi Perguruan
Tinggi, serta pimpinan Perguruan Tinggi (internal customers).

Untuk mengukur pencapaian mutu digunakan indikator-indikator kualitatif


yang bertumpu pada dua hal pokok, yaitu (1) akreditasi kelembagaan, (2)
Penilaian hasil (outcome). Indikator kualitatif ini bersifat integratif dan
membentuk hubungan melalui tiga tahap, yaitu: input, proses transformasi, dan
output.
Tahap pertama yang harus dilalui adalah akreditasi kelembagaan.
Akreditasi merupakan suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu satuan dan
program pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka sebagai bentuk
akuntabilitas publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi kelembagaan fokus pada masalah input
yang menjadi isu penting untuk menentukan tinggi-rendahnya mutu sebuah
produk (lulusan/sarjana). Input mencakup enrollment (mahasiswa), karakteristik
pendidikan tenaga akademik (S-2, S-3), sumber daya finansial, fasilitas, program,
dan dukungan pelayanan. Input ini sangat berpengaruh terhadap kualitas
outcome. Untuk bisa memperoleh status akreditasi yang baik, Perguruan Tinggi
harus: (1) menata sistem/pola rekruitmen dan seleksi mahasiswa; (2)
Meningkatkan mutu tenaga akademik dengan memberi kesempatan mengikuti
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (3) menggali dan mengembangkan
sumber pembiayaan alternatif melalui kerja sama dengan badan-badan usaha

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………248


swasta dalam bentuk pengembangan riset-riset strategis; (4) menyediakan
saranadan prasaran fisik yang memadai dan fasilitas pendukung, terutama
perpustakaan dan laboratorium; (5) menawarkan program-program akademik
yang menarik minat masyarakat; (6) memberikan pelayanan publik yang baik.
Tahap kedua, proses transformasi adalah suatu tahapan pengolahan input
melalui suatu proses belajar mengajar di kampus. Proses belajar mengajar
merupakan wahana transfer pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Perguruan
tinggi harus mampu membuat suatu desain program yang bagus, terutama
menyangkut masalah input, substansi program, dan metoe implementasi
program. Agar proses pembelajaran berlangsung efektif, harus didukung pula
dengan sistem pendataan yang baik untuk memudahkan dalam melakukan
analisis dan mengolah umpan balik di dalam proses pembelajaran. Perguruan
tinggi juga harus mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi aktivitas
akademik, kegiatan ilmiah, dan pelatihan-pelatihan intelektual, yang berorientasi
pada peningkatan mutu.Sebagai lembaga ilmiah, perguruan tinggi harus mampu
untuk mengembangkan segenap potensi keilmuan, memupuk kreativitas, dan
melakukan riset-riset inovatif guna meraih prestasi akademik yang gemilang.
Tahap ketiga, output, merupakan produk dari serangkaian proses
akademik yang berlangsung di kampus. Kualitas sebuah output dapat dilihat
dari: (1) prestasi akademik mahasiswa, (2) tingkat kelulusan, drop out, dan
kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan studi; (3) kesempatan memperoleh
pendidikan lanjutan setelah lulus; (4) cepat-lambatnya lulusan (sarjana)
mendapatkan pekerjaan (duration of searching job) dan prestasi mereka selama
bekerja.
Contoh penerapan prinsip-prinsip pencapaian mutu Edward Deming yang
dapat diaplikasikan pada perguruan tinggi (Slamet:1999), meliputi:
1. Perguruan tinggi yang bermutu itu memiliki kesadaran niat dan usaha yang
sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain
(mahasiswa, sejawat dan masyarakat) bahwa perguruan tinggi tersebut
bermutu.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………249


2. Perguruan tinggi yang bermutu adalah yang secara keseluruhan
memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan
dan kebutuhan pelanggan terpenuhi. Kebutuhan pelanggan misalnya
berkembangnya SDM yang bermutu, dan tersedianya informasi,
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat. Bentuk kepuasan pelanggan
misalnya lulusannya merasakan manfaat pendidikannya dalam meniti karir
di pekerjaan, terjadi proses belajar-mengajar yang teratur dan lancar,
dosen-dosennya produktif dan berperan aktif, lulusannya berprestasi
cemerlang di masyarakat.
3. Perhatian perguruan tinggi selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan
para pelanggan: mahasiswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan
lainnya.
4. Perguruan tinggi yang bermutu akan bekerja sama dengan baik antar
sesama unsur di dalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan.
5. Diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan
mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu.
6. Semua karya perguruan tinggi selalu diorientasikan pada mutu, karena
setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu
7. Ada upaya perbaikan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan. Untuk
ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan
diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
8. Segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan selalu
didasarkan data dan fakta
9. Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik
untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan
10. Hendaknya pekerjaan di perguruan tinggi jangan dilihat sebagai pekerjaan
rutin yang sama saja dari waktu ke waktu. Setiap kegiatan di perguruan
tinggi harus direncanakan dan dilaksanakan dengan crmat, serta hasilnya
dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………250


11. Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di perguruan tinggi
perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak,
maka prosedur tersebut diubah dengan yang lebih baik.
12. Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha
memperbaiki mutu kerja dan hasilnya.
13. Perbaikan prosedur antar perguruan tinggi sebagai bentuk kerja sama harus
dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain.
14. Membuat tradisi pertemuan antar pengajar dan mahasiswa utuk mereview
proses belajar-mengajar dalam rangka perbaikan pendidikan yang bermutu.

B. Penerapan Manajemen Strategis di Perguruan Tinggi


1. Perencanaan Strategis (Strategic Planning)

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………251


\

a. Apa Perencanaan Strategis (Strategic Planning) itu?


Perencanaan strategis merupakan kegiatan manajemen organisasi yang
digunakan untuk menetapkan prioritas, memfokuskan energi dan sumber daya,
memperkuat operasi, memastikan bahwa karyawan dan stakeholder lainnya yang
bekerja menuju tujuan bersama, membangun kesepakatan sekitar dimaksudkan
hasil / hasil, dan menilai dan menyesuaikan arah organisasi dalam menanggapi
perubahan lingkungan. Ini merupakan upaya disiplin yang menghasilkan
keputusan fundamental dan tindakan yang bentuk dan membimbing bagaimana
suatu organisasi, yang melayani, apa yang dilakukannya, dan mengapa hal itu,
dengan fokus pada masa depan. Perencanaan strategis yang
efektif mengartikulasikan tidak hanya di mana organisasi akan dan tindakan yang
diperlukan untuk membuat kemajuan, tetapi juga bagaimana ia akan tahu jika
berhasil.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………252


b. lalu, Apa yang dimaksud dengan Rencana Strategis?
Sebuah rencana strategis adalah dokumen yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan organisasi tujuan organisasi, tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan-tujuan dan semua elemen penting lainnya yang dikembangkan selama
latihan perencanaan.
c. Bagaimana dengan Manajemen Strategis?
Manajemen strategis adalah koleksi yang komprehensif dari kegiatan
yang sedang berlangsung dan proses yang digunakan organisasi untuk secara
sistematis mengkoordinasikan dan menyelaraskan sumber daya dan tindakan
dengan misi, visi dan strategi di seluruh organisasi. kegiatan manajemen
strategis mengubah rencana statis menjadi sebuah sistem yang memberikan
umpan balik kinerja strategis untuk pengambilan keputusan dan memungkinkan
rencana untuk berkembang dan tumbuh sebagai persyaratan dan kondisi lainnya
berubah.Strategi Pelaksanaan pada dasarnya identik dengan Manajemen
Strategi dan jumlah pelaksanaan sistematis strategi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………253


d. Apa Langkah-langkah dalam Perencanaan & Manajemen
Strategis?
Ada banyak kerangka kerja yang berbeda dan metodologi untuk
perencanaan dan manajemen strategis. Meskipun tidak ada aturan mutlak
mengenai kerangka kerja yang tepat, yang paling mengikuti pola yang sama dan
memiliki atribut umum. siklus banyak kerangka melalui beberapa variasi pada
beberapa tahapan yang sangat mendasar:
1. analisis atau penilaian, di mana pemahaman tentang lingkungan internal
dan eksternal saat ini dikembangkan, perumusan strategi, di mana strategi
tingkat tinggi dikembangkan dan tingkat organisasi dasar rencana strategis
didokumentasikan
2. eksekusi strategi, di mana rencana tingkat tinggi diterjemahkan ke dalam
lebih perencanaan dan tindakan operasional item, dan
3. evaluasi atau memelihara kelestarian / manajemen fase, di mana perbaikan
yang berkelanjutan dan evaluasi kinerja, budaya, komunikasi, pelaporan
data, dan manajemen strategis lainnya masalah terjadi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………254


C. Perencanaan Strategik di Perguruan Tinggi
Globalisasi saat ini memberikan tuntutan yang sangat besar tentang
perlunya daya saing yang kuat dalam dunia pendidikan agar tetap eksis dan maju.
Salah satu faktor penentu daya saing adalah mutu. Pendidikan yang kompetitif
adalah pendidikan yang bermutu. Kalaupun dewasa ini terjadi bahwa pendidikan
yang mutunya diragukan tetapi ternyata laris seperti kacang goreng, gejala ini
hanya bersifat sementara. Pada suatu saat apabila mekanisme pasar sudah normal,
yang dibutuhkan bukan hanya formalitas akan tetapi substansi yang memang
menjadi kebutuhan pasar. Dengan demikian pendidikan yang tidak menjanjikan
mutu tidak akan mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami


peningkatan secara merata yaitu: (1) penyelenggara pendidikan lebih
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan, sedangkan output pendidikan lebih banyak ditentukan oleh proses
pendidikan yang terjadi antara dosen dan mahasiswa, (2) penyelenggara
pendidikan masih bersifat sentralistik, sehingga jurusan dan Program Studi
kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya, termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah
satu tujuan pendidikan nasional.

Upaya-upaya perbaikan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan dapat


dilakukan dengan menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management atau TQM) dalam praktik manajemen pendidikan. Arcaro (1993:
72) mengembangkan konsep roda penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
dalam dunia pendidikan yang berisi 8 unsur yakni: (1) strategic planning, (2)
communication, (3) program measurements, (4) conflict management, (5)
program selection, (6) program implementation, (7) program validation, dan (8)
standards.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………255


Perguruan Tinggi yang selalu berorientasi pada mutu pendidikan dapat
diindikasikan antara lain: (1) komitmen terhadap mutu, (2) memiliki sistem
mutu, (3) kontrak dan saling percaya terhadap pengguna, (4) dokumen mutu, (5)
tindakan nyata untuk mempertahankan mutu. Dengan menerapkan delapan unsur
tersebut dalam dunia pendidikan dapat diperoleh dua manfaat yaitu (1)
pendidikan selalu dapat menyesuaikan dengan tuntutan pengguna sehingga
dukungan untuk perbaikan mutu tidak akan menemui kesulitan yang berarti, dan
(2) ukuran keberhasilan dapat ditentukan sehingga memudahkan dalam
pengukuran dan evaluasi tingkat keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.

Dalam fungsi-fungsi manajemen, perencanaan sangat penting karena


pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang lain (POAC: Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) tergantung pada bagaimana perencanaan dilakukan.
Perencanaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang manajer
pendidikan di Program Studi (Prodi) dan Jurusan. Ketua Jurusan atau Ketua
Prodi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang lain mungkin
tidak dapat mencapai hasil yang terbaik jika ia bukan seorang perencana yang
baik.

Perencanaan strategik (strategic planning) merupakan langkah awal


penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dalam dunia pendidikan. Menurut
Rochmat Wahab (1999: 10) perencanaan strategik dalam pendidikan merupakan
seperangkat langkah-langkah yang seharusnya dilakukan oleh pimpinan
pendidikan melalui kegiatan: (1) analisis kesempatan dan ancaman yang ada di
lingkungan eksternal lembaga pendidikan, (2) analisis kekuatan dan kelemahan
internal lembaga pendidikan, (3) menetapkan misi dan mengembangkan visi
(tujuan), (4) merumuskan strategi yang mampu menyesuaikan (match) kekuatan
dan kelemahan lembaga pendidikan dengan kesempatan dan ancaman dari
lingkungan eksternal lembaga pendidikan, (5) mengimplementasikan strategi,

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………256


dan (6) melakukan kegiatan kontrol strategik untuk menjamin tercapainya tujuan
lembaga pendidikan. Dengan mengembangkan model perencanaan strategik
dalam penyusunan program keunggulan di Prodi akan memberikan manfaat
dalam beradaptasi dengan situasi yang selalu berubah., dapat memusatkan
perhatian pada sasaran dan menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain serta
sebagai penggerak organisasi di Prodi.

Model perencanaan strategik yang dikembangkan dalam dunia pendidikan


ini mengacu pada proses penyusunan rencana strategik (Renstra) yang sering
dilakukan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Adapun proses
perencanaan strategik yang dilakukan untuk mengembangkan program
keunggulan di Prodi adalah sebagai berikut: (1) analisis pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder), (2) penetapan visi dan misi Prodi dan Jurusan, (3)
analisis kondisi internal Prodi dan Jurusan, (4) Analisis kondisi eksternal Prodi
dan Jurusan, (5) penetapan sasaran yang harus dicapai Prodi dan Jurusan, (6)
perumusan strategi yang tepat bagi Prodi dan Jurusan, (7) penyusunan program
keunggulan di Prodi dan Jurusan, (8) perumusan pokok-pokok implementasi dari
suatu rencana program kunggulan di Prodi dan Jurusan, dan (9) pengendalian
manajemen untuk menjamin tercapainya tujuan Prodi dan Jurusan. Gambaran
umum dari proses perencanaan strategik dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………257


PROSES PERENCAAN STRATEGIS

Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa proses perencanaan strategik di


Prodi hendaknya diawali dengan memperhatikan individu atau kelompok
individu yang mempunyai kepentingan terhadap Prodi. Pihak-pihak yang
berkepentingan ini atau disebut stakeholders perlu diperhatikan mengingat suatu
organisasi Prodi adalah suatu sistem terbuka. Dalam sistem terbuka, apa yang
terjadi pada lingkungan organisasi Prodi, termasuk stakeholders, akan
mempengaruhi jalannya orgsanisasi.

Proses selanjutnya yaitu perumusan visi dan misi Prodi. Visi merupakan
harapan tentang masa depan Prodi yang realistik, bisa dicapai dan menarik. Visi
ini mempunyai manfaat yang sangat besar bagi Prodi. Dengan visi yang benar
dapat menarik dan menumbuhkan komitmen dosen, karyawan dan mahasiswa
untuk bekerja dan belajar dengan kualitas yang lebih baik. Sedangkan misi
merupakan pernyataan untuk apa Prodi dibangun. Misi merupakan batasan
tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh Prodi. Sesuatu yang harus dilaksanakan

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………258


oleh Prodi sesuai dengan visi yang ditetapkan agar tujuannya dapat terlaksana
dan berhasil dengan baik. Dalam merumuskan visi dan misi Prodi tentunya
mengacu pada organisasi induknya yaitu Jurusan, Fakultas dan Universitas.
Dengan demikian visi dan misi Prodi merupakan tindaklanjut dan penjabaran visi
dan misi yang telah ditetapkan di tingkat Universitas, Fakultas, dan Jurusan.

Untuk memahami apa yang terjadi pada kondisi eksternal Prodi, maka
dilakukan analisis kondisi eksternal. Tujuan analisis ini untuk mengetahui
kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) yang akan dihadapi oleh Prodi di
masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan mengkaji kecenderungan (trend)
yang terjadi pada berbagai bidang: politik, ekonomi, teknologi, sosial budaya
yang saat ini terjadi secara global dan nasional dan implikasinya terhadap
pendidikan yang ada di Prodi, yang berkaitan dengan dosen, karyawan, laboran
dan mahasiswa.

Disamping itu juga dilakukan analisis kondisi internal Prodi. Tujuan


analisis ini adalah untuk mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) Prodi dalam menjalankan dan mencapai kinerjanya (masa lalu dan
proyeksi masa depan). sehingga memungkinkan untuk menggerakkan semua
faktor-faktor pendukung keberhasilan pencapaian visi dan misi Prodi. Dalam
merumuskan sasaran dan cara mencapainya perlu ditentukan atau diperhatikan
terlebih dahulu mengenai dua hal yaitu asumsi dan kebijakan. Asumsi merupakan
dasar-dasar perhitungan yang digunakan untuk membuat perencanaan, sedangkan
kebijakan merupakan patokan atau batasan dalam pengambilan keputusan. Pada
umumnya mencakup hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Sasaran
dirumuskan sebagai suatu deskripsi yang khas dari suatu hasil akhir yang harus
dicapai (mencakup apa dan kapan dicapainya).

Setelah merumuskan sasaran, maka dilakukan suatu strategi berupa arah


tindakan/rumusan cara pokok untuk mencapai sasaran tersebut. Rumusan strategi

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………259


yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah disempurnakan,
sehingga hasil analisis SWOT dapat diharapkan maksimal. Analisis SWOT ini
memanfaatkan kesempatan dan kekuatan sehingga membuahkan rencana jangka
panjang dan mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan sehingga
menghasilkan rencana jangka pendek yaitu rencana perbaikan (short-term
improvement plan). Penjelasan lebih terinci mengenai apa yang harus dilakukan
dalam mencapai sasaran dirumuskan dalam suatu program kerja atau rencana
kerja (action plan). Program kerja ini mencakup antara lain: (1) pokok-pokok
tindakan, (2) hasil-hasil yang diharapkan, (3) pihak-pihak yang akan
melaksanakan, (4) jenis dan jumlah sumber daya yang diperlukan, (5) jadwal
waktu, dan (6) informasi yang diperlukan untuk pengendalian.

Implementasi merupakan penjabaran keputusan strategis ke keputusan


operasional. Hal-hal yang menghambat keberhasilan implementasi suatu program
kerja yaitu: (1) kurangnya kepemimpinan, (2) tidak tepatnya struktur organisasi,
(3) kurangnya kemampuan sumber daya manusia, dan (4) tidak berjalannya
sistem operasional utama pendukung strategi. Setiap perencanaan harus diikuti
dengan adanya suatu mekanisme pengendalian. Tanpa itu perencanaan yang
dibuat hanyalah merupakan suatu pemborosan saja karena tidak diikuti dengan
upaya memastikan apakah sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai atau tidak.
Pada dasarnya pengendalian mengacu pada dua pertanyaan kunci yaitu : (1)
apakah kita berada di jalan yang benar ?, dan (2) bagaimana prestasi kita selama
ini (pencapaian sasaran) ? Dalam pengendalian hasil yang dicapai diukur, dilihat
apakah ada perbedaan antara sasaran dan hasil serta dilihat sebab-sebabnya bila
terjadi penyimpangan. Disamping itu juga dirumuskan pula langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………260


D. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu ( MMT) dan MS di UPI

1. Penyusunan RPS
Komponen yang harus dipenuhi dalam penyusunan RPS untuk setiap mata
kuliah setidaknya terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.
a) Identitas Mata kuliah, b) Deskripsi Mata kuliah, c) Capaian
Pembelajaran Program Studi, d) (CPPS) yang dirujuk, e) Capaian
Pembelajaran Mata kuliah (CPM), f) Deskripsi Rencana
Pembelajaran, g) Daftar Rujukan, h) Lampiran-1 Bahan Ajar, i)
Lampiran-2 Media Pembelajaran, dan j) Lampiran-3 Instrumen
Evaluasi
Kompetensi lulusan UPI dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
lulusan yang terdiri atas Sikap, Keterampilan Umum dan Keterampilan Khusus,
dan Pengetahuan, yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut UPI mencakup
keimanan dan ketaqwaan, kebenaran hakiki, ilmiah, edukatif, RELIGIUS, hak
azasi manusia, demokrasi dan silih asah, silih asih, silih asuh yang berbeda pada
setiap jenjangnya.

2. Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum


3. Monitoring dan Evaluasi
4. Evaluasi kurikulum
a. Evaluasi desain kurikulum dilakukan melalui telaah terhadap seluruh
komponen kurikulum yang tertuang dalam dokumen kurikulum, RPS dan
kelengkapan perangkat pembelajaran.
b. Evaluasi implementasi kurikulum dilakukan terhadap hal-hal sebagai
berikut : 1) Kinerja mahasiswa dalam pembelajaran, 2) Kinerja dosen
dalam perkuliahan., 3) Pelaksanaan perkuliahan melalui monitoring
perkuliahan., 4) Pemanfaatan sarana pendukung kegiatan perkuliahan., 5)
Kesesuaian antara desain dan pelaksanaan perkuliahan.
c. Evaluasi hasil dilakukan melalui hal sebagai berikut ; 1) Kajian
terhadap kinerja mahasiswa meliputi kinerja pada setiap mata kuliah

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………261


(Indeks Prestasi atau disingkat IP) dan pada keseluruhan mata kuliah
(Indeks Prestasi Kumulatif atau disingkat IPK), 2) Kajian terhadap masa
studi dan masa tunggu perolehan pekerjaaan.
d. Evaluasi dampak dilakukan melalui hal sebagai berikut, 1) Kajian
terhadap kinerja lulusan yang menggunakan kurikulum yang
bersangkutan., 2) Kajian terhadap kinerja lulusan dilakukan ketika yang
bersangkutan bertugas di lapangan.

IV. PENUTUP

KESIMPILAN
Implementasi manajemen perguruan tinggi yang dikembangkan di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mengacu pada beberapa hal
yaitu: (1) Sistem dan proses pendidikan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan customer internal dan eksternal bagi semua stakeholders, (2)
Pemenuhan kepuasan stakeholders (3) kualitas dikembangkan kedalam setiap
tahapan proses dan sistem (4) benchmarking yang merupakan perbandingan
antara proses dan sistem yang telah dirancang tersebut dengan fungsi pendidikan
tinggi harus telah dilaksanakan semua jurusan dan (5) adanya Team dan
Teamwork dalam pengembangan universitas, sehingga selalu terbangun adanya
konsolidasi ideal, struktural dan personal. Bidang ideal yaitu berupa
pembentukan tekad, wawasan dan kesepakatan secara terpadu akan makna
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi. Ini sangat menentukan
terhadap sistem maupun cara-cara pengelolaan dan pengembangan masa
mendatang, yaitu profesionalisme. Bidang struktural, yaitu berupa penyederha-
naan organisasinya.

Kebijakan ini ditempuh untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas yang


sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki waktu itu. Bidang
personal, yaitu berupa penggantian pimpinan dan pembinaan disiplin kerja, baik
ditingkat universitas maupun fakultas yang dilakukan secara periodik.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………262


Mutu terpadu adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) merupakan suatu proses dan filosofi dasar yang akan berhasil
bila diterapkan secara serentak pada semua level dalam organisasi.

Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) tidak memerlukan peralatan


atau sistem manajemen baru, melainkan komitmen atau kesadaran untuk
mengadakan perubahan budaya yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan
perbaikan seluruh proses secara terns-menerus, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dapat diterapkan dalam
organisasi apa pun tak terkecuali. Berdasarkan keunggulan yang dapat
diwujudkan seperti telah diuraikan diatas, berarti dalam pengeimplementasian
manajemen strategik di lingkungan organisasi pendidikan terdapat beberapa
manafaat yang dapat memperkuat usaha mewujudkan secara efektif dan efisien.

Manfaat yang dapat dipetik adalah “penerapan Manajemen Mutu Terpadu


(MMT) pada sektor pendidikan adalah perbaikan layanan, penguarangan biaya
dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam sistem manajemen dan
kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai
manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa
percaya diri di kalangan staf, perbaikan hubungan kerja, peningkatan
akuntabilitas dan tranparansi serta peningkatan produktifitas dan efisiensi.
Sedangklan manfaat utama manajemen strategik dapat mengurangi ketidak
pastian dan kompleksitas dalam penyusunan perencanaan sebagai fungsi
manajemen dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dnegan menggunakan
semua sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi
dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilasi hasilnya berdasarkan
tujuan organisasi.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………263


Fokus definisi manajemen strategis terletak dalam memadukan
manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu seluruh
karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk.

Dengan memperhatikan cara penerapannya, dalam bidang apa saja filosofi


tersebut diterapkan, dan bagaimana mensiasati kendala dan hambatan yang
menghalangi penerapan tersebut pada organisasi pendidikan tinggi, maka
pelaksanaan yang membutuhkan waktu lama tidak akan terasa. Selain itu, apabila
diikuti dengan benar maka keberhasilan akan dapat dicapai, balk individu
maupun organisasi. Pendidikan tinggi memainkan peranart penting dan strategis
dalam membangun bangsa yang maju. Pendidikan tinggi yang bermutu
merupakan modal utama untuk memasuki abad baru.

Agar bisa ikut dalam persaingan global, perguruan tinggi harus memiliki
keunggulan kompetitif yang memaciai. Keunggulan kompetitif itu hanya bisa
diperoleh melalui pendidikan tinggi yang berkualitas. Degan demikian,
membangun pendidikan tinggi yang bermutu merupakan syarat bagi upaya
memenangi kompetisi global.

Daftar Pustaka

Alhumami, Amich, (2010).Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan


Tinggi, http://mesa85. wordpress.co m/2010/04/06/upaya:
meningkatkan-mutu-pendidikan-tinggi/. Diakses : 19 Juni 2019
Alkhafaji, F.A,. (2003). Strategic Management. New York-London : The
Haworth Prerss.
Akdon ( 2016). Strategic Management For Educational Management. Bandung:
Afabeta.

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………264


Arcaro, Jerome S. (2007). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bacolda, Mariagge.P.(2007). School Quality and Achievement Growth: Published
by Elsevier Ireland Ltd.
Cheng, C.Y & Tam, M.Y. (2005). Multi Models of Quality In Education. MCB
Univercity Press.
Darmono. (2007).Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP),
http: //library. um.ac.id /index.php /Artikel — Pustakawan / +
pengembangan-standard operating — procedures sop — untuk —
perpustakaan - perguruan-tinggi. html. Diakses : 19 Juni 2019.
Fariadi, Ruslan. (2010). Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya
Dalam Dunia Pendidikan.
Fidler, B. (2002). Strategic Management for School Development. London: Paul
Chapman Publishing.
Hadis, Abdul & B, Nurhayati, (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung:
Penerbit Alfabeta,
Handoko, H.T. (2015). Manajemen, Edisi ke 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Hunger D.J, Wheelen, L.T. (1996). Strategic Management 5th Edition. the United
States of America : Addison-Wesley Publishing Company. Inc.
Hussey, D. (1998). Strategic Management From Theory to Implementation.
Oxford: Butterworth-Heinemann.
Jemsly Hutabarat dan Artani Husein,( 2006), Manajemen Strategik Kontemporer,
Maksum Ali dan Luluk Yunan Ruhendi. (2005). Paradigma Pendidikan
Universal di Era Modern dan Post-Modern: "Mencari "Visi Baru"
atas "Realitas Baru" Pendidikan Kita, Yogyakarta : IRCiSoD
Mulyasa, E. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Perguruan Tinggi Profesional. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Nasution M. Nur. (2005). Total Quality Management. Bogor : Ghalia Indonesia

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………265


Sallis, E. (2002). Total Quality Management In Education 3th. USA: Stylus
Publishing Inc.
Sihombing, Umberto. (2005). Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Enam isu
Pendidikan di Triwulan Ill, Jakarta: Balitbang
Slamet, Margono.(1999). Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-Prinsip
Manajemen Mutu Terpadu, IPB Bogor
Sule, T.E. (2018). Pengantar Manajemen. Jakarta : Prenadamedia Group (Devisi
Kencana).
Usman, Husaini, (2009). Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Wheelen, L.T, Hunger D.J,. (2012). Strategic management and business policy
13th : toward global Sustainability. the United States of America :
Pearson Education, Inc., publishing as Prentice Hall.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2010). Sistem Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi (SPM-PT). Jakarta.
Rencana Strategis Kementerian Pendidikian dan Kebudayaan 2015-2019.
Jakarta : Kemendikbud, 2015
Materi kuliah pertemuan 1 – 8 mata kuliah Kajian Mandiri Manajemen
Pendidikan, Semerter II (2019) Uninus Bandung.

*) Anggota Kelompok 9 Kajian Mandiri 2019

Kajian Mandiri – S3 – Semester 2 2019……………………………………266

Anda mungkin juga menyukai