Anda di halaman 1dari 8

TRANSUDAT EKSUDAT

A. Tujuan praktikum
Membedakan cairan transudat dan eksudat

B. Dasar teori
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu
terdapat pada rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut berfungsi sebagai pelumas
agar membran-membran mesotel dapat bergerak tanpa bergeser. Jumlah cairan-cairan
dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlahnya mungkin
bertambah pada beberapa keadaan dan berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi
terjadi akibat proses bukan radang melainkan karena gangguan keseimbangan cairan badan
(tekanan osmotic koloid, statis kapiler atau tekanan hidrostatis, kerusakan endotel),
sedangkan eksudat behubungan dengan proses peradangan.
Transudat berfungsi sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan
kongesti pasif (penurunan aliran darah) dan oedema. Transudat terjadi sebagai akibat proses
bukan peradangan oleh gangguan kesimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, statis
dalam kapiler atau tekanan hidrostatik kerusakan endotel dsb)
Eksudat berfungsi sebagai respon tubuh terhadap adanya inflamasi akibat infeksi bakteri.
Eksudat berhubungan dengan salah satu proses peradangan yang mengandung banyak
protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma norml serta cairan peradangan
ini dapat membeku karena adanya fibrinogen.

Macam-macam Eksudat :
1. Eksudat bening/jernih : cairan eksudatnya menyerupai serum darah dan hanya sedikit
mangandung fibrin dan sel (bersifat cair). Eksudat jenis ini sering terjadi pada radang
tuberculosis yang mengisi rongga pleura.
2. Eksudat fibrinosa : mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan pleura.
Selain itu eksudat fibrinosa merupaka lapisan kelabu kuning yang ditemukan pada
pneumonia. Eksudat fibrinosa ini terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak,
hal ini dikarenakan molekul-molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi
bagian daripada eksudat.
3. Eksudat purulent merupakan eksudat yang terjadi karena adanya nanah
4. Eksudat hemoragik merupakan eksudat radang tang berwarna kemerah-merahan
karena banyak mengandung eritrosit.

Namun pada prakteknya sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian bersifat
transudat dan sebagian bersifat eksudat sehingga untuk membedakan antara transudat dan
eksudat menjadi sukar.
Tabel 1. Perbedaan transudat dan eksudat

Keterangan Transudat Eksudat


Rivalta Negatif (-) Positif (+)
Berat jenis Mendekati 1,010 (<1,018) >1.018
Kadar protein <3,0 g/dl >4,0 g/dl
Kadar albumin <2,5 g/dl >2.5 g/dl
Jumlah sel Sedikit Banyak
Bakteri Negatif/steril Sering ada bakteri
Bekuan Negatif Positif
Kadar glukosa Sama pada plasma darah Kurang dari plasma darah
makroskopis Jernih, encer dan berwarna Keruh (purulent,
kuning mudah mengandung darah), lebih
kental dan warna
bermacam-macam

Transudat dan eksudat dapat terjadi pada :


- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Gagal jantung

C. Metode praktikum
 Sampling sampel
Bahan yang berasal dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele dsb
didapat dengan melakukan pungsi. Pungsi dilakukan karena tidak dapat diketahui
terlebih dahulu apakah cairan tersebut berupa transudat dan eksudat maka syarat
pertama adalah harus benar-benar steril dan menyediakan antikoagulan. Sediakanlah
pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk
biakan) dan penampung yang berisi larutannantrium sitrat 20% atau heparin steril.
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :
- Botol I : steril untuk pemeriksaan bakteriologi
- Botol II : ditambahkan antikoagulan untuk pemeriksaan rutin
- Tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan kimia
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah dalam mengambil cairan tidak
boleh diambil seluruhnya. Hal ini dikarenakan :
- Untuk menghindari terjadinya shock
- Pada cairan ascites banya mengandung protein
Guna pemeriksaan :
- Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
- Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan adalah pemeriksaan harus dilakukan dengan sangat cepat karena
mudah terjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan
adalah pemeriksaan cytology.

 Pemeriksaan makroskopis
a. Jumlah
Ukur dan catat hasil pungsi
b. Warna
Warna transudat biasanya kekuning-kuningan sedangkan eksudat dapat berbeda-
beda, warnanya dari putih kekuningan sampai merah darah sesuai dengan penyebab
peradangan dan beratnya radang.
c. Kejernihan
Transudat kelihatan jernih sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan.
d. Bau
Biasanya baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukkan protein. Timbulnya bau mengarah pada eksudat
e. Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Kalau jumlah
cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau
hanya sedikit sebaiknya menggunakan refraktometer. Nilai berat jenis dapat ikut
memberikan petunjuk apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau eksudat.
Berikut contoh hasil penentuan berat jenis menggunakan refraktometer.

1,018
f. Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping berbutir,
sangat halus, dll). Bekuan itu tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada eksudat.
Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat eksudat, campurlah sebagian dari cairan itu
dengan antikoagulan supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lainnya.
Pada transudat, bekuan terjadi sangat lambat karena kadar fibrinogen yang rendah
(fibrinous swab/pellicle).

 Pemeriksaan kimia
Pada umumnya pemeriksaan kimia meliputi kadar glukosa dan protein. Transudat
mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma sedangkan eksudat < plasma (terutama bila
terdapat banyak leukosit). Protein dalam transudat dan eksudat hanya fibrinogen saja.
Dalam transudat kadar fribrinogennya rendah yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam
eksudat kadar protein 4-6 gr/dl. Pemeriksaan protein terdiri dari dua tipe pemeriksaan :
 Kuantitatif
Pemeriksaan total protein serum
 Kualitatif
Meliputi tes rivalta, tes nonne dan pandy

a. Tes rivalta
 Tujuan
Membedakan transudat dan eksudat
 Sampel
Cairan pleura
 Prinsip
Penambahan asam asetat glasial pada cairan akan menyebabkan terjadinya
endapan/gumpalan protein yang terlihat sebagai kekeruhan.
 Alat
Gelas ukur
Pipet tetes
 Cara kerja
1. Masukkan aquades sebanyal 100 mL ke dalam gelas ukur
2. Tambahkan 0,1 mL (± 2 tetes) dan aduk sampai homogen
3. Tambahkan satu tetes cairan yang akan diperiksa dengan jarak 1 cm dari atas
permukaan cairan. Dilakukan dengan menggunakan latar belakang hitam agar
perubahan dapat terlihat.
4. Perhatikan apakah ada kabut tipis/tebal atau presipitasi
Transudat : tidak ada kabut/ada kabut tipis
Eksudat : kabut tebal atau presipitasi yang jatuh ke dasar tabung bersamaan
dengan jatuhnya cairan yang diteteskan

b. Tes nonne
 Tujuan
Mengukur kadar globulin dalam cairan otak
 Sampel
Cairan liquor cerebro spinalis (LCS)
 Prinsip
Globulin dalam cairan otak (LCS) akan mengendap dalam larutan amonium oksalat
setengah jenuh. Kadar glukosa > 5 mg % memberikan reaksi positif
 Alat :
Tabung venoject
Pipet volume 5 mL
Pipet volume 0,5 mL
 Cara kerja
1. Masukkan 2 mL reagen nonne ke dalam tabung venoject
2. Tambahkan bahan pemeriksaan sebanyak 0,5 mL dengan cara dialirkan melalui
dinding secara perlahan.
 Hasil :
Negatif (-) : tidak ada cincin putih
Positif (+) : cincin putih sangat tipis dengan latar belakang hitam
Positif (++) : cincin putih bila dikocok cairan tetap putih
Positif (+++) : cincin putih sangat jelas kalau dikocok cairan keruh
c. Tes pandy
 Sampel
Cairan liquor cerebro spinalis (LCS)
 Alat
Tabung venoject
Pipet volume 1 mL
Pipet pasteur
 Prinsip
Protein dalam LCS akan mengendap dalam reagen pandy
 Cara kerja
1. Masukkan 1 mL reagen pandy ke dalam tabung venoject
2. Tambahkan 1 tetes LCS ke dalam tabung venoject tersebut
3. Amati reaksi yang terjadi
 Hasil
Negatif : tidak terjadi kabut
Positif (+) : keruh berkabut (protein : 50-100 mg %)
Positif (++) : cairan keruh (protein : 100-300 mg %)
Positif (+++) : cairan sangat keruh (protein : 300-500 mg %)
 Pemeriksaan mikroskopis
a. Hitung jumlah sel leukosit
- Metode
Kamar hitung Improved Neunauer arau Fuchs Rosenthal
- Tujuan
Untuk menghitung jumlah sel leukosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel
cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
- Prinsip
Jumlah sel leukosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan dan jumlah sel
dalam cairan dalam kamar hitung
- Alat
Mikroskop
Kamar hitung Improved Neunauer arau Fuchs Rosenthal
Pipet leukosit
Kaca penutup
- Reagen
Larutan pengencer : NaCl 0,9%
- Cara kerja
Prosedur pemeriksaan sama dengan perhitungan jumlah leukosit dengan kamar
hitung yaitu 4W

b. Hitung jenis sel leukosit


- Tujuan
Untuk mengetahui jenis sel leukosit dalam cairan/sampel sehingga dapat menentukan
jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
- Metode
Gemsa atau wright stain
- Prinsip
Cairan disentrifus kemudian endapan cairan dibuat hapusan, diwarnai dengan
pewarnaan tertentu (gemsa/wright) maka sel leukosit akan mengambil warna zat lalu
dihitung dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dalam 100% sel leukosit.
- Alat
Objek glass
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas ukur
Rak pewarnaan
Mikroskop
- Reagen
Giemsa, komposisi : 1 gr giemsa dilarutkan dalam 100 ml metanol absolut
Wright, komposisi : 0,1 gr wright (digerus) dilarutkan dalam 60 ml metanol absolut
- Cara kerja
1. Sebanyak 10-15 mL cairan disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit.
2. Supernatan dibuang, endapan/sedimen dibuat apusan.
3. Kemudian difiksasi dengan methanol selama 10 menit lalu dicat dengan wright stain.
4. Dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x, hitung jumlah selnya.
5. Hasil :
Transudat: hanya sel mononuclear (limposit)
Eksudat : ditemukan sel mononuklear dan polimorfnuklear/segmen.

Anda mungkin juga menyukai