KOTA BEKASI
Kode : 1.03.1.03.01.32 . 32
kegiatan
Kegiatan : Pembangunan Polder Dan Bangunan Pelengkap Polder Taman
Harapan Baru RT 006 RW 023 Kel. Pejuang
SYARAT-SYARAT TEKNIS
1. UMUM
Persyaratan teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaaan dimana secara umum persyarata
ini bisa ditetapkan dan merupakan kesatuan dengan persaratan Teknis Khusus serta
bersama – sama dengan dokumen lainnya merupakan Persyaratan Teknis pelaksanaan
pekerjaan.
a. Standar Spesifikasi
Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan pelaksanaan harus memenuhi syarat-
syarat standar yang berlaku di Indonesia dan Peraturan Standar Pelaksanaan yang
ditentukan oleh : “Ketentuan-ketentuan Standar Indonesia”.
Kontraktor wajib menyimpan Standar Nasional yang ada kaitannya dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan yang sesuai/dipakai sebagai acuan/spesifikasi untuk
penyediaan material, cara pelaksanaan dan dipergunakan oleh
Direksi/Pengawas/Pelaksana Konstruksi.
Buku-buku pedoman yang harus tersedia sebagai berikut :
1). Katalog Standar Industri Indonesia 1990
2). SII.0136-84 Baja Tulangan Beton
3). SII.1191-84 Baja Tulangan Beton dalam bentuk Gulungan
4). SII.0457-81 Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan
5). SII.0052-80 Agregat Beton Mutu dan Cara Uji
6). SII.0077-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Kadar Organik
7). SII.0076-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Butir Halus
Lebih Kecil dari 50 Micron
8). SII.0456-81 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih dan
Panjang
9). SII.0087-75 Agregat Kasar Untuk Beton. Cara Penentuan Daya Aus
Gesek dan Syarat Daya Aus Gesek. Mempergunakan Bejana
Los Angeles
10). SII.0051-74 Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar Butiran
11). SII.0455-81 Semen dengan Agregat Beton
12). SNI.0450-89-A Semen dengan Agregat Beton
13). SII.0013-81 Semen Portland
14). SII.0378-80 Batu Alam Untuk Bangunan
15). SNI.0394-89-A Batu Alam Untuk Bangunan
16). SII.0458-81 Kayu Bangunan, Mutu
17). PBI Tahun 1971 Peraturan Beton Indonesia, 1971
18). PBI Tahun 1997 Peraturan Beton Indonesia, 1971
19). PUBI’ 82 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia.
20). PPKI Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
21). PUBBI Tahun 1970 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
22). PPTGI Tahun 1983 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia
23). SKSNI T-15-1991-03 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
Biaya penyediaan buku tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari Kontraktor
dan akhir pekerjaan buku tersebut menjadi millik Kontraktor.
Untuk pekerjaan- pekerjaan yang belum termasuk dalam Standard diatas maupun
standard lainnya, maka diberlakukan Standard Internasional yang berlaku atas
pekerjaan tersebut atau setidak – tidaknya berlaku persyaratan teknis dari negara asal
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
bahan pekerjaan yang bersangkutan. Direksi/Pengawas akan menentukan apakah
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan cocok/baik sesuai dengan
standar untuk keperluan pekerjaan tersebut.
Apabila ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam
persyaratan teknis umum/khusus, maka Kontraktor harus mengajukan salah satu
persayaratan berikut ini guna mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas :
Standard /Norma/Pedoman yang biasa diterapkan pada bagian pekerjaan yang
bersangkutan yang diterbitkan oleh instansi, asosiasi produsen, lembaga pengujian
atau badan lain yang berwenang.
Brosur teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis
c. Pemberitahuan Pelaksanaan
Kontraktor untuk pekerjaan survey harus memenuhi hal-hal berikut :
1). Patok-patok untuk profil melintang (Cross Section) dari pekerjaan tanah harus
ditempatkan dengan ketelitian kurang dari 20 mm dari koordinat yang telah
ditetapkan dan disetujui Direksi/Pengawas.
2). Survey mendatar (level survey) harus diikatkan dengan benchmark permanen atau
titik awal yang ditunjukan oleh Direksi/Pengawas. Kesalahan pengikatan harus
kurang dari 10 mm dikalikan akar kuadrat dari panjang/keliling dalam kilometer.
3). Patok menunjukkan ketinggian akhir dari pekerjaan tanah harus berselisih lebih 20
mm dari ketinggian yang ditentukan.
4). Formasi mendatar dan vertikal dari lereng (slope), saluran buangan air dan
pekerjaan lain harus dibuat/diletakkan setepat mungkin dan berulang-ulang dicek,
dan dibuat profil melintang, Lapisan terakhir dari bangunan-bangunan air harus
dibuat sedetail mungkin untuk menjamin kesempurnaan aliran air.
5). Patok-patok dan benchmark (BM) harus ditunjukkan lokasinya dilapangan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan kepada Kontraktor. Patok-patok yang ada harus
dilindungi dan dipelihara oleh Kontraktor sampai pekerjaan selesai yang
dinyatakan dengan Berita Acara yang diterbitkan oleh Direksi/Pengawas.
6). Segera setelah Kontraktor diberikan kewenangan/diserahkan tempat pekerjaan
(serah terima lapangan), ia harus bertanggung jawab sepenuhnya dan membiayai
semua ongkos-ongkos yang berhubungan dengan perlindungan, pemeliharaan dan
perubahan/pemindahan akhir dari patok-patok/benchmark yang tidak terganggu
selama pelaksanaan pekerjaan dan harus diserahkan dengan baik kepada
Direksi/Pengawas pada penyelesaian pekerjaan.
2.1.1. Persyaratan
Semua semen harus semen Portland yang sesuai dengan persyaratan dalam Standar
Indonesia NI-8 dan standar SII sebagai berikut :
2. Alat ukur timbangan yang baik dan teliti diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang
semen didalam gudang atau dimanapun, serta harus dilengkapi dengan timbangan
untuk keperluan penyelidikan.
Semua bahan pasir, kerikil dan bahan-bahan lainnya untuk campuran semen dan
pekerjaan yang akan dilaksanakan termasuk dalam Dokumen Kontrak, dan untuk semua
tujuan yang bersangkutan dan yang mungkin dikehendaki oleh Direksi/Pengawas
Pekerjaan, harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus sesuai dengan berkas
instruksi dari Direksi/Pengawas.
Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir, kerikil dan batu belah,
sehingga tidak mengaganggu kegiatan lain dan tidak terganggu oleh timbunan hasil
galian saluran atau tidak saling mencampur dengan bahan bangunan lain.
Kontraktor harus menanggung sendiri segala biaya untuk untuk pengolahan kembali
pasir, kerikil ataupun bahan pasangan beton, yang terpisah atau kotor karena timbunan
yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan.
Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan dengan cara yang sedemikian
dengan menaruh semua bahan langsung ditimbun diatas bahkan terakhir dan dengan
lapisan tidak lebih dari 1,25 m. Pasir, kerikil dan bahan batu tidak boleh dipindahkan
dari timbunan, kecuali bila dipakai dan diperlukan untuk meratakan jalan yang dapat
dilalui oleh truk, untuk menempatkan lapisan-lapisan sesuai gambar
rencana/spesifikasi.
2.2.3 Pasir
Syarat kualitas untuk bahan pasir tersebut harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang
berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 30
PAN 3-7
Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20 % atau kurang,
batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan N0. 8 dapat naik sampai 20
%.
(9) Pasir untuk spesi/mortar yang digunakan untuk lapisan batu, plesteran batu,
pasangan batu harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar, harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan berikut :
Prosentase Timbangan
Saringan No.
Melalui Saringan
8
100
100
15
(10) Segera pasir alam dan pasir campuran harus disediakan untuk penyelidikan oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan untuk menetapkan apakah yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan dalam spesifikasi ini.
Kontraktor harus menyediakan bantuan tersebut tanpa memungut biaya, bila
Direksi/Pengawas menghendakinya mendapatkan contoh-contoh yang representatif
untuk tujuan-tujuan penyelidikan dan pengawasan, biaya laboratorium ditanggung
oleh Kontraktor, biaya laboratorium ini harus sudah termasuk didalam Daftar
Kuantitas dan Harga.
2.3.3. Pemasangan
(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar/perhitungan dan
dipastikan tidak terjadi pergeseran/pemindahan dengan pemakaian kawat pengikat
tulangan beton pada perpotongan/pertemuan tulangan dan rangka tulangan harus
didukung oleh pengganjal blok beton (beton tahu), perenggang (spacer)
sebagaimana yang dibutuhkan.
(2) Baja tulangan beton untuk plat (slab) langsung dari atas tanah harus didukung
dengan blok beton yang dicetak lebih dahulu. Permukaan dari blok beton harus rata
berukuran kira-kira 7,5 cm x 10 cm x tebal 5 cm.
(3) Jarak terkecil antara batang paralel atau melintang harus lebih besar 1,2 kali ukuran
agregat yang terbesar.
2.3.4. Penyambungan
(1) Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar, bentuk dari sambungan harus ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.
(2) Overlap pada sambungan untuk tulangan-tulangan dinding tegak (vertical) dan
kolom sedikitnya harus 40 kali diameter batang dan harus mendapatkan persetujuan
Direksi/Pengawas.
2.4. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortar harus bersih dan bebas dari
lumpur, minyak, mengandung asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya sesuai persyaratan NI – 2 dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut perlu
diuji dulu oleh Direksi/Pengawas untuk menetapkan bisa atau tidak dipakai. Dan biaya
untuk pengujian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.5. Bahan-bahan lain
3.2. Pembersihan
Semua daerah disekitar jalur yang perlu dibersihkan seperti yang ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan, harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, sampah dan
bahan lain yang mengganggu dan bahan-bahan itu harus dipindahkan dari tempat kerja
atau dibuang, kecuali bila ada ketentuan lain yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Umumnya hanya pohon-pohon yang mengganggu bangunan yang dimaksudkan dalam
spesifikasi ini yang harus dipindahkan, sedang pohon-pohon yang disepanjang jalan tetap
dibiarkan disuatu tempat selama tidak mengganggu, dan/atau ditunjuk ditempat-
tempat yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas disepanjang tepi jalan atau batas tanah
(right of way) dan tetap menjadi milik Employer. Pagar-pagar, dinding-dinding,
bangunan-bangunan reruntuhan dan tempat-tempat pekerjaan-pekerjaan harus dibuang
menurut persetujuan Direksi/Pengawas. Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua
bahan-bahan yang tidak berguna dan peralatan dikumpulkan. Kontraktor diminta untuk
memulai pembersihan jauh sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.
Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan penimbunan
kembali, juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.
3.3. Penggalian
Semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada batas 10
cm sebelum kedalaman yang ditetapkan/diinginkan pekerjaan selanjutnya harus
dikerjakan dengan tangan.
Galian Tanah untuk pembentukan dasar badan jalan harus disesuaikan
kedalamannya dengan elevasi rencana pada gambar rencana dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang ditentukan maka
bagian ini harus ditimbun kembali dengan bahan yang akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas. Bahan pengisi tersebut dapat berupa tanah urug, pasir padat
atau beton tumpuk. Biaya-biaya tambahan akibat dari penggalian yang lebih ini
menjadi tanggungan Kontraktor.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi akan dibuat langsung
diatas/pada bidang dasar/dinding tersebut, harus dikerjakan dengan tepat
mengikuti garis-garis kedalaman/kemiringan yang ditentukan dan bilamana diminta
oleh Direksi/Pengawas Pekerjaan harus disiram dan dipadatkan dengan baik
menggunakan alat-alat yang tepat sehingga didapat suatu bidang (dasar/dinding)
yang padat dan kokoh.
Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai untuk dasar
pondasi, maka atas petunjuk Direksi/Pengawas Lapisan tanah tersebut harus
dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan yang sesuai serta dipadatkan dengan
baik lapis demi lapis maksimum 20 cm.
Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap kering rata dan padat. Untuk
itu, bila dasar pondasi rencana berada pada kondisi tidak pada lapisan
keras/batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 cm sebelum mencapai
batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi (urugan pasir dan
lantai kerja) dapat dikerjakan seluruhnya segera setelah penggalian mencapai
kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang menjadi berlumpur karena apapun
harus segera diperbaiki dan mengeluarkan lumpur tersebut dan mengganti/mengisi
kembali dengan bahan yang ditentukan Direksi/Pengawas dan dipadatkan baik lapis
demi lapis maksimum 20 cm.
Bila dipandang perlu Direksi/Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
melengkapi lobang galian yang akan/sedang dibuat, dengan turap penahan untuk
mencegah longsor yang mungkin terjadi. Turap – turap ini harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga keamanan pekerja-pekerja cukup terjamin. Persetujuan
yang diberikan Direksi/Pengawas untuk penggunaan jenis bahan dan konstruksi
tertentu tidak membebaskan Kontraktor dari akibat yang mungkin terjadi sewaktu
penggalian. Semua pekerjaan penggalian sedapat mungkin dikerjakan dalam
keadaan kering.
Bila diperlukan bendungan darurat, maka konstruksi bendungan harus cukup kokoh
dan rapat untuk masuknya air. Untuk menjaga tetap kering kontraktor harus
menyediakan pompa yang sesuai dengan debit air yang harus dikeluarkan/dibuang
dan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas Pekerjaan.
Lapisan keras batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan dari tanah,
kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang lepas. Celah-celah dan retakan-retakan
harus diisi dengan adukan yang sama dengan adukan pondasi nantinya. Untuk itu
pekerjaan pondasi dapat langsung dikerjakan diatas lapisan tersebut, tanpa lantai
kerja.
Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah
hasil galian. Sedikitnya sebelum pekerjaan ditinggalkan, sekeliling lubang galian
dalam jarak minimum 3 m harus bersih dari timbunan tanah.
Syarat-syarat dari material yang didatangkan dari luar mengikuti kriteria sebagai
berikut :
- Ukuran partikel maks : maks = 75 mm
- Liquid limit (LL) : 30 % LL 70 %
- Indeks Plastisitas : 15 % IP 40 %
3“ 75 mm 100 Batu
2“ 50 mm 94 – 100 Batu
- 0,06 mm 30 – 55 Lanau
- 0,02 mm 15 - 25 lempung
4. PEKERJAAN BETON
4.1. Umum
4.1.1. Lingkup Pekerjaan
(1). Semua beton yang dimaksud untuk digunakan bagi semua bangunan, pondasi,
pancang dan saluran yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua
maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi/Pengawas harus
terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus dicampur dengan perbandingan
yang sesuai dengan ketentuan.
(2) Setiap syarat dan ketentuan tidak termaktub disini sesuai dengan Standar Indonesia
untuk beton NI-2 PBI 1971.
4.1.2. Bahan
(1) Semua Portland harus dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam semen Portland.
(2) Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan tentang besi beton.
(3) Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortar dan spesi
injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-
syarat yang sudah diterangkan.
(4) Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
telah dibahas sebelumnya.
4.2.3 Mengaduk
(1) Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya1,5
menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam
mixer. Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar
dari 1,5 m3. Direksi/Pengawas berwenang menambah waktu pengadukan jika gagal
mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan
ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur.
Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) tidak diperkenankan.
(2) Pencampuran dengan tangan diizinkan jika pada lokasi-lokasi tertentu sebuah
Portable Mixer tak mungkin digunakan menurut pendapat Direksi/Pengawas. Untuk
mempermudah pencampuran ini kontraktor akan membuat beton massif dengan
4.2.5. Pengecoran
(1) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan/bekisting, besi tulangan,
penyokong dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang belum siap dan belum disetujui oleh Direksi/Pengawas.
(2) Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang,
kotoran/sampah, potongan kawat beton dan bahan lepas lainnya.
(3) Permukaan sambungan - sambungan yang akan memikul beban (Construction Joints)
harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan; dibersihkan
dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan
penyemprotan air dengan tekanan udara sebelum pengecoran beton baru.
Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari
pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan
Construction Joints sebelum dilakukan pengecoran.
(4) Cara-cara dan alat yang digunakan untuk pengangkutan & pengangkatan beton harus
tersedia sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ketempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.
(5) Beton dicor hanya pada waktu Direksi/Pengawas dan Kontraktor harus berada
ditempat kerja. Permukaan Construction Joints harus dilapisi penutup yang terbuat
dari adukan semen (air pasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar
dengan perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang rencana
kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.
(6) Beton harus segera dicor pada adukan yang baru. Dalam pengecoran beton pada
Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan
dengan pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok.
(7) Tidak diperkenankan adanya pencampuran/pemotongan kembali/pembongkaran
beton tanpa izin tertulis dari Direksi/Pengawas. Beton yang sudah mengeras harus
dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan itu. Transportasi dari
pengadukan/bacingplan sampai pengecoran beton tidak melebihi batas waktu yang
diijinkan yang menyebabkan mutu beton menjadi turun/setltle.
(8) Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua penuangan
beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Direksi/Pengawas Pekerjaan berhak mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.
(9) Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras. Selama hujan air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau
spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Suatu pengecoran tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut
selesai.
(10) Ember-ember/backet beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat
pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran yang mana
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali
tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainya
dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
(11) Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan
lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.
(12) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum, sehingga ia
bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton,
kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali
beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Semua beton harus
dipadatkan dengan alat penggetar beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000
putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
(13) Kontraktor harus menyediakan peralatan untuk pengecoran antara lain :
Mesin pengaduk beton ( Mesin Molen)
Alat penggetar (Vibrator)
Alat slump test
Alat ukur waterpast
Mistar allumunium
Alat angkut
Terpal tahan air
Jas hujan
Dan alat bantu lainnya.
Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinue dengan
mengambil dan memeriksa benda-benda uji.
Untuk pekerjaan beton dengan masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3 maka
harus dibuat 1 benda uji untuk 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari serta
untuk tahap permulaan 1 benda uji untuk 3m3 agar segera terkumpul 20 benda uji. Mutu
beton dianggap memenuhi syarat apabila dipenuhi syarat-syarat berikut :
(1) Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut kurang dari ’ bk.
(2) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut
terjadi kurang dari (’ bk + 0,82 Sr).
(3) Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
(4) ’ bk = ’ bm – 1,64 s
dimana : ’ bk = tekanan beton karakteristik
’ bm = tekanan rata-rata benda uji
s = deviasi standar
Sr = deviasi standar rencana
Apabila salah satu syarat diatas tidak dipenuhi maka Kontraktor wajib mengevaluasi
sebab-sebab dari penyimpangan serta melaporkan hasilnya kepada Direksi/Pengawas
disertai usul-usul mengenai perbaikan-perbaikan. selanjutnya dan pengecoran beton
harus segera dihentikan.
Pada pekerjaan beton dengan jumlah dari masing-masing mutu beton kurang dari 60 m3
dipakai konstruksi sebagai berikut :
(1) Internal pengambilan benda uji kira-kira sama. Apabila disebabkan alasan tertentu
pengumpulan 20 benda uji tidak dapat tercapai maka Direksi/Pengawas dapat
mempertimbangkan lain dan pengambilan benda uji boleh kurang dari 20 buah asal
pengambilan dilakukan pada interval waktu sama sehingga randominasi dapat
dicapai dengan baik.
(2) Apabila yang terkumpul kurang dari 20 maka beton dianggap memenuhi syarat
apabila nilai rata-rata dari setiap 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut lebih
besar (’ bk + 0,82 Sr). Maka sudah ada perkiraan tentang mutu beton dianjurkan
membuat benda uji untuk diperiksa pada umur 3 hari, 7 hari dan 21 hari. Tetapi
penilaian mutu beton tetap pada umur 28 hari.
(1) Jika pengecoran belum selesai maka pengecoran harus dihentikan dan dalam waktu
singkat diadakan percobaan non destruktif pada bagian konstruksi yang dianggap
meragukan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian dangan concrete tester atau
mengambil benda uji dari bagian konstruksi (pada tempat-tempat yang tidak terlalu
banyak mempengaruhi kekuatan konstruksi dan harus dibawah pengawasan seorang
ahli).
Mutu beton dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa dilanjutkan apabila
kekuatan tekan beton karakteristik minimal sama dengan 80 % dari nilai kekuatan
beton karakteristik yang disyaratkan.
(2) Apabila tidak dipenuhi persyaratan diatas maka dapat diambil percobaan
pembebanan langsung dan dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa
dilanjutkan bila kekuatan beton karakteristik minimal sama dengan 70 % dari nilai
yang disyaratkan.
(3) Apabila syarat-syarat diatas masih belum terpenuhi maka harus dicari pemecahan,
misal dengan memberikan kekuatan-kekuatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila tidak bisa dilaksanakan, baru bagian konstruksi yang meragukan tersebut
dibongkar.
(4) Semua biaya yang dikeluarkan harus ditanggung oleh Kontraktor karena hal tersebut
dianggap disebabkan oleh kelalaian Kontraktor.
Benda uji dibuat dengan bentuk kubus (15 cm atau 20 cm) atau silinder diameter 15
cm hingga 30 cm dan perbandingan kekuatan tekan dapat dilihat sebagai berikut :
Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95
Silinder 15 x 30 cm 0.83
Pada benda uji kubus , harus dibuat dengan mempunyai dua dinding yang berhadapan
dan dapat terdiri dari plat baja, kaca dan sebagainya yang permukaannya rata (kayu
tidak boleh dipakai). Cetakan dilaburi dengan lemak atau minyak agar mudah dilepas
dari betonnya. Kemudian diletakkan diatas bidang alas rata yang tidak menyerap air.
Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan ke dalam cetakan dalam 3 lapis
yang kira-kira sama tebalnya dan masing-masing lapis ditusuk 10 kali dengan tongkat
baja diameter 16 mm dengan ujung yang dibulatkan.
Pada adukan beton yang kental cetakan harus diberi sambungan tambahan keatas
kemudian adukan diisikan sekaligus. Selanjutnya adukan dipadatkan sesuai dengan cara
pelaksanaannya nanti.
Jarum penggetar harus dimasukkan sentries tanpa menyentuh dasar cetakan. Kubus-
kubus uji yang baru saja dicetak harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan
ditutupi dengan karung basah selama minimal 24 jam dan setelah catakannya dilepas
maka harus diberi tanda dan disimpan pada tempat yang mempunyai suhu sama dengan
udara luar.
Pada pengujian, tekanan dikerjakan pada bidang yang rata dan tekanan berangsur-
angsur dinaikkan dengan kecepatan 6-4 kg/cm2 tiap detik. Sebagai beban hancur dari
kubus beban tertinggi yang ditunjukkan oleh pesawat penguji tersebut tidak boleh
mempunyai kesalahan yang melampaui 3 % pada setiap pembebanan diatas 10 % dari
kapasitas maksimum.
5.1. Umum
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
Seluruh pasangan batu yang akan dikerjakan dibangun menurut spesifikasi dan seluruh
maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi/Pengawas, harus terdiri
dari bahan-bahan yang dirinci
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan
pasangan batu, kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk suatu pekerjaan
tertentu.
5.1.2 Batu
Semua batu untuk pekerjaan pasangan batu harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang dinyatakan untuk batu yang dirinci dalam Spesifikasi ini.
5.2.5. Perawatan
Semua pekerjaan batu yang memakai spesi/adukan harus dirawat dengan air (water
curing) atau cara lain. Semua cara dan pelaksanaan Kontraktor untuk perawatan bagian-
bagian dari pekerjaan harus disetujui Direksi/Pengawas.
Jika perawatan dilakukan dengan air, pekerjaan batu harus tetap basah paling tidak
selama 14 hari, (kecuali ditentukan dilain bagian dari spesifikasi ini) dengan menutupi
dengan bahan yang menyerap air.
6.1. Umum
6.1.1. Lingkup Pekerjaan
Seluruh pasangan paving blok / inter block yang akan dikerjakan meliputi pekerjaan
jalan lingkungan di area non pasang surut dan ruang terbuka, dibangun menurut
spesifikasi dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh
Direksi/Pengawas, harus terdiri dari bahan-bahan yang dirinci.
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan
pasangan batu, kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk suatu pekerjaan
tertentu.
Semua paving block / inter block untuk pekerjaan jalan lingkungan dan ruang terbuka
harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang dinyatakan untuk batu
yang dirinci dalam Spesifikasi ini. Ketebalan paving blok ini setara interblok dengan
ketebalan 8 cm.
6.1.3 Pasir
6.2. Pemasangan
(1) Setelah lapisan tanah dasar dipadatkan, digelar lapisan pasir dan sekaligus diratakan
dan dipadatkan.
(2) Ketebalan setelah dipadatkan harus sesuai dengan gambar gambar rencana. Pasir
harus bersih tidak mengandung garam-garam atau bahan kimia lainnya yang dapat
merusak atau membuat cacat.
(3) Pemasangan interblock selesai, segera dilakukan pemadatan tahap pertama. Alat
pemadat, Vibratory Plate Compactor luas dasar 30 cm2, gaya centry fugal 1,20
ton.
(4) Bagian-bagian interblock yang pecah segera diganti saat itu juga.
(5) Tiga atau empat kali lintasan dianggap cukup untuk memadatkan blok sampai peil
rencana dan merangsang naiknya sebagian lapisan pasir ke celah-celah interblock.
Permukaan interblock setelah dipadatkan harus rata dan tidak turun lagi.
(6) Pemotongan interblock harus dipotong menggunakan mesin potong interblock.
(7) Setelah pemadatan pertama selesai, celah-celah antara interblock diisi pasir pengisi
celah dengan abu batu. Bahan pengisi harus bersih, tidak mengandung garan-garam
atau bahan kimia lainnya yang dapat merusak atau membuat cacat. Pasir pengisi
harus dalam keadaan kering agar tidak sulit masuk ke dalam celah-celah.
(8) Setelah celah diisi pasir pengisi, lalu dipadatkan lagi dengan alat pemadat dengan
stemper kodok sesuai dengan kepadatan dan kerataan yang disyaratkan. Sedangkan
untuk yang terdapat celah akibat kekuarangan abu batu harus segera diisi sehingga
menghasilkan interblock yang sempurna dan memenuhi syarat.
(5) Rintangan-Rintangan
Bila terdapat rintangan-rintangan di bawah tanah yang tidak diharapkan seperti
pondasi lama, dinding dan sebagainya yang sangat menggangu kemajuan
pekerjaan piling, maka Kontraktor supaya segera memberitahukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bila pada lokasi semula tidak mungkin diinstalasi pile, maka lokasi pile perlu
direvisi oleh Konsultan Perencana dan Kontraktor akan dibayar terhadap
kemungkinan adanya pekerjaan tambah.
Rintangan-rintangan permukaan, yaitu rintangan-rintangan yang ada pada
kedalaman yang tidak lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, harus dibersihkan
dan dibongkar oleh Kontraktor atas tanggungannya.
Lubang boran yang ditinggalkan karena rintangan sebagaimana disebutkan diatas
tidak merupakan kerja tambah atau kurang dan harus diisi kembali dengan tanah,
pasir atau puing-puing sebagaimana diinstruksikan. Penambahan pile akibat
lubang boran yang ditinggalkan akan merupakan kerja tambah.
(8) Garansi
Garansi selama 6 (enam) bulan setelah selesainya pekerjaan bangunan diperlukan
untuk sistem piling yang ditawarkan oleh Kontaktor.
Pemancangan Tiang
(1) Umum
Tiang harus ditempatkan secara cermat dan dipancang secara vertikal seperti
ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak boleh lebih
dari 25 mm per meter tiang. Tiang yang terpancang dengan penyimpangan yang
lebih besar dan tiang yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau
dipotong dan diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan pemancangan
tiang berikut didekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas
biaya Pelaksana.
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus menetapkan kedalaman ujung
tiang-tiang pada tiap titik yang menunjukkan sampai dimana tiang harus
dipancang sehingga diperoleh daya dukung yang ditetapkan.
Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang harus
dikerjakan sebelum tiang dipancang.
Pengeboran pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan,
kecuali bila disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pemancangan semua tiang harus dilakukan terus menerus tanpa waktu istirahat
hingga tiang yang telah terpancang mencapai kedalaman yang ditetapkan.
Kepala tiang harus dipotong secara baik dan datar pada ketinggian seperti
tercantum dalam gambar.
Tutup atau cincin pancang harus mampu melindungi kepala tiang pancang dan
meneruskan energy tiang pancang dan energy pukulan dengan sama rata pada
kepala tiang pancang.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
Pelaksana harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi tiang
pancang terhadap kerusakan pada waktu pemancangan.
8.1. UMUM
Bronjong dan matras standar harus mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan terbuat dari
kawat baja lunak berlapis seng tebal yang dianyam dengan lebar bukaan, ukuran serta
kawat sisi seperti tersebut dibawah ini. Setiap bronjong dan matras dipisahkan dengan
sekat.
Semua bronjong dan matras berlapis seng tebal tersebut sesuai dengan SII 0381/80 dan
BS 443/82 dan BS 1052/80.
8.2. ANYAMAN
Dengan menggunakan mesin penganyam, anyaman dibuat dengan cara melilitkan 2
batang kawat sebanyak tiga setengah lilitan (umumnya disebut tiga lilitan membentuk
segi enam.
a. Bronjong
b. Matras
Perpanjangan kawat tidak boleh lebih dari 12%, pada percobaab yang dilakukan terhadap
batang uji kawat dengan panjang 30 cm sebelum kawat dianyam dengan mesin.
Toleransi diameter untuk semua kawat tersebut diatas adalah ± 2,5% , dengan demikian
toleransi berat bronjong adalah ± 5% (sesuai dengan toleransi diameter kawat yang lebih
kecil dari 2,5%)
Lapisan seng pada kawat harus tetap melekat dan tidak retak meskipun kawat tersebut
dililit melingkar sebanyak 6 kali pada batang uji sebesar 4 kali diameter kawat.
a. Bronjong
Untuk type 8 x 10 diameter kawat anyaman adalah 2.7 mm. Kawat sisi memakai
diameter 3,4 mm.
Untuk type 8 x 10 diameter kawat anyaman adalah 3.0 mm. Kawat sisi memakai
diameter 4,0 mm.
b. Matras
Untuk type 6 x 8 diameter kawat anyaman adalah 2.0 mm. Kawat sisi memakai
diameter 2,4 mm.
Untuk type 6 x 8 diameter kawat anyaman adalah 2,2 mm. Kawat sisi memakai
diameter 2,7 mm.
8.7. UKURAN
a. Bronjong
b. Matras
Standar ukuran matras adalah :
8.8. SEKAT
Tiap bronjong dan matras diberi sekat sehingga membentuk bidang denga ukuran lebar
1,0 meter dan panjang sama denga lebar standar bronjong dan matras/
8.9. TOLERANSI
a. Bronjong
Toleransi terhadap lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5% dan terhadap panjang
sebesar ± 3 %.
b. Toleransi terhadap lebar dan tinggi matras sebesar ± 5% dan terhadap panjang
sebesar ± 3 %.
1). Guna mendapatkan hasil kerja yang baik dan sempurna, maka bagian-bagian
pekerjaan yang yang tidak disampaikan diatas sudah termasuk dalam pekerjaan ini,
tetapi tidak disebutkan dalam RKS maupun gambar, tetap harus dilaksanakan oleh
Kontraktor tanpa ada biaya tambahan.
2). Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas.
9. PEKERJAAN PRECAST
a. Pekerjaan Saluran
Pada pekerjaan Jalan Saluran (Precast) dan Saluran Pasangan Batu yang hal hal
perlu dipersiapkan antara lain :
1. Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan
sebagaimana yang tercantum pada standar dokumen pengadaan yang
terupload pada LPSE.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
2. Peralatan
3 Material
a. Beton Pracetak
Jenis Beton Pracetak yang dipergunakan pada pekerjaan saluran ini
menggunakan karakteristik beton serta ukuran yang telah ditentukan pada
spesifkasi dalam daftar kuantitas dan harga.
4. Pelaksanaan
Galian tanah Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai. Elevasi
galian dikontrol berdasarkan elevasi yang sudah disimpan pada
patok.Penggalian tanah menggunakan excavator. Dalam waktu 1 hari target
panjang galian minimal adalah 7,2 m untuk memenuhi kemampuan alat berat
dalam memasang beton pracetak yaitu 6 unit. Selama excavator mengerjakan
galian, 1 unit dump truck siap di sisi galian untuk menampung tanah bekas
galian. Tanah bekas galian tersebut langsung dibuang ke luar proyek dan di
sisi rencana saluran disiapkan sebagian material bekas galian untuk
digunakan pengurugan kembali. Dengan demikian area di sisi galian relatif
bersih dan setiap saat siap ditempati stock beton pracetak . Tahapan setelah
galian mencapai panjang 7,2 m adalah pengurugan sirtu. 1 hari sebelum
pengurugan, sirtu harus siap di sisi galian. Untuk segmen selanjutnya sirtu
didatangkan bertahap berdasarkan kebutuhan setiap segmen galian.
Ketebalan urugan sirtu adalah 250 mm. Pengurugan menggunakan excavator
dengan bantuan tenaga manusia untuk Beton pracetak U-ditch yang sudah
berumur lebih dari 7 hari dari fabrikasi dikirim ke lokasi dan di stok di lokasi
dekat pemasangan.Pemindahan BETON PRACETAK dari stock yard ke
tempat pemasangan menggunakan mobile crane dengan kapasitas sesuai
berat material. Biasanya kapasitan forklift yang harus disediakan adalah 2 x
berat material. Di atas BETON PRACETAK sebaiknya dipasang caping beam
dari beton cor di tempat, berfungsi untuk menjaga posisi beton pracetak u-
dtich agar tidak bergeser ke kiri atau ke kanan oleh desakan tanah setelah
pengurugan kembali.