Anda di halaman 1dari 30

DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR

KOTA BEKASI

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS) & SPESIFIKASI TEKNIS

Kode : 1.03.1.03.01.32 . 32
kegiatan
Kegiatan : Pembangunan Polder Dan Bangunan Pelengkap Polder Taman
Harapan Baru RT 006 RW 023 Kel. Pejuang

Lokasi : Medan Satria


Sumber : APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2019
Dana

I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup pekerjaan yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan kegiatan


ini antara lain ketersediaan lokasi , tenaga kerja, peralatan , dan bahan material yang
cukup sehingga pada akhirnya Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini Dinas Bina
Marga Dan Sumber Daya Air Kota Bekasi dapat menyediakan Infrastruktur Jalan
dan Saluran yang memadai dan laik fungsi dalam pelayanan masyarakat pada
umumnya.

II. PERSYARATAN UMUM

1. Calon penyedia barang/jasa wajib memiliki Dokumen Pelelangan yang


merupakan petunjuk yang harus di ikuti dan dipenuhi oleh calon penyedia
barang/jasa dalam penyusunan dan penyampaian penawaran serta merupakan
syarat-syarat yang mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Calon penyedia barang/jasa harus membaca dan memahami semua petunjuk yang
tertulis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini. Tidak ada gugatan yang
dapat dipertimbangkan, jika alasannya karena tidak membaca atau tidak memahami
petunjuk petunjuk tersebut maupun karena kesalahpahaman apapun mengenai arti.
3. Calon Penyedia harus menyediakan personil atau tenaga ahli yang bersertifikat
sesuai dengan keahlian nya dalam untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.
4. Calon Penyedia harus menyediakan peralatan yang memadai dalam proses
pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang baik.
5. Pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini dilampirkan contoh-contoh :
a. Standar Dokumen Penawaran (terupload pada LPSE)
b. Daftar Kuantitas dan Harga (DKH)(terupload pada LPSE)
c. Gambar Rencana(terupload pada LPSE)
d. Spesifikasi Teknis(terupload pada LPSE)
6. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, yang untuk selanjutnya disebut RKS adalah
merupakan petunjuk yang harus diikuti dan dipenuhi oleh calon penyedia
barang/jasa dalam penyusunan dan penyampaian penawaran serta merupakan
syarat-syarat yang mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


7. Penetapan calon penyedia barang/jasa yang akan ditetapkan sebagai
penyedia barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
8. Apabila pelelangan dinyatakan gagal, Pengguna Anggaran tidak dapat memberi
ganti rugi apapun kepada peserta pelelangan.

III. PERSYARATAN/SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT TEKNIS

1. UMUM

Persyaratan teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaaan dimana secara umum persyarata
ini bisa ditetapkan dan merupakan kesatuan dengan persaratan Teknis Khusus serta
bersama – sama dengan dokumen lainnya merupakan Persyaratan Teknis pelaksanaan
pekerjaan.

a. Standar Spesifikasi
Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan pelaksanaan harus memenuhi syarat-
syarat standar yang berlaku di Indonesia dan Peraturan Standar Pelaksanaan yang
ditentukan oleh : “Ketentuan-ketentuan Standar Indonesia”.
Kontraktor wajib menyimpan Standar Nasional yang ada kaitannya dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan yang sesuai/dipakai sebagai acuan/spesifikasi untuk
penyediaan material, cara pelaksanaan dan dipergunakan oleh
Direksi/Pengawas/Pelaksana Konstruksi.
Buku-buku pedoman yang harus tersedia sebagai berikut :
1). Katalog Standar Industri Indonesia 1990
2). SII.0136-84 Baja Tulangan Beton
3). SII.1191-84 Baja Tulangan Beton dalam bentuk Gulungan
4). SII.0457-81 Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan
5). SII.0052-80 Agregat Beton Mutu dan Cara Uji
6). SII.0077-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Kadar Organik
7). SII.0076-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Butir Halus
Lebih Kecil dari 50 Micron
8). SII.0456-81 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih dan
Panjang
9). SII.0087-75 Agregat Kasar Untuk Beton. Cara Penentuan Daya Aus
Gesek dan Syarat Daya Aus Gesek. Mempergunakan Bejana
Los Angeles
10). SII.0051-74 Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar Butiran
11). SII.0455-81 Semen dengan Agregat Beton
12). SNI.0450-89-A Semen dengan Agregat Beton
13). SII.0013-81 Semen Portland
14). SII.0378-80 Batu Alam Untuk Bangunan
15). SNI.0394-89-A Batu Alam Untuk Bangunan
16). SII.0458-81 Kayu Bangunan, Mutu
17). PBI Tahun 1971 Peraturan Beton Indonesia, 1971
18). PBI Tahun 1997 Peraturan Beton Indonesia, 1971
19). PUBI’ 82 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia.
20). PPKI Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
21). PUBBI Tahun 1970 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
22). PPTGI Tahun 1983 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia
23). SKSNI T-15-1991-03 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
Biaya penyediaan buku tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari Kontraktor
dan akhir pekerjaan buku tersebut menjadi millik Kontraktor.
Untuk pekerjaan- pekerjaan yang belum termasuk dalam Standard diatas maupun
standard lainnya, maka diberlakukan Standard Internasional yang berlaku atas
pekerjaan tersebut atau setidak – tidaknya berlaku persyaratan teknis dari negara asal
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
bahan pekerjaan yang bersangkutan. Direksi/Pengawas akan menentukan apakah
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan cocok/baik sesuai dengan
standar untuk keperluan pekerjaan tersebut.
Apabila ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam
persyaratan teknis umum/khusus, maka Kontraktor harus mengajukan salah satu
persayaratan berikut ini guna mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas :
 Standard /Norma/Pedoman yang biasa diterapkan pada bagian pekerjaan yang
bersangkutan yang diterbitkan oleh instansi, asosiasi produsen, lembaga pengujian
atau badan lain yang berwenang.
 Brosur teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis

b. Daftar Upah Harian , Daftar Harga dan Biaya


Daftar harga dan biaya upah harian yang diserahkan Kontraktor pada Tender Dokumen,
yang menjadi bagian dari pada kontrak, harus meliputi semua yang berhubungan
dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh, material, peralatan, instalasi/mesin
dan peralatan, penyusutan, overhead, keuntungan, pengobatan, pajak, ijin,
pelayanan sosial, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan dan semua yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

c. Pemberitahuan Pelaksanaan
Kontraktor untuk pekerjaan survey harus memenuhi hal-hal berikut :
1). Patok-patok untuk profil melintang (Cross Section) dari pekerjaan tanah harus
ditempatkan dengan ketelitian kurang dari 20 mm dari koordinat yang telah
ditetapkan dan disetujui Direksi/Pengawas.
2). Survey mendatar (level survey) harus diikatkan dengan benchmark permanen atau
titik awal yang ditunjukan oleh Direksi/Pengawas. Kesalahan pengikatan harus
kurang dari 10 mm dikalikan akar kuadrat dari panjang/keliling dalam kilometer.
3). Patok menunjukkan ketinggian akhir dari pekerjaan tanah harus berselisih lebih 20
mm dari ketinggian yang ditentukan.
4). Formasi mendatar dan vertikal dari lereng (slope), saluran buangan air dan
pekerjaan lain harus dibuat/diletakkan setepat mungkin dan berulang-ulang dicek,
dan dibuat profil melintang, Lapisan terakhir dari bangunan-bangunan air harus
dibuat sedetail mungkin untuk menjamin kesempurnaan aliran air.
5). Patok-patok dan benchmark (BM) harus ditunjukkan lokasinya dilapangan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan kepada Kontraktor. Patok-patok yang ada harus
dilindungi dan dipelihara oleh Kontraktor sampai pekerjaan selesai yang
dinyatakan dengan Berita Acara yang diterbitkan oleh Direksi/Pengawas.
6). Segera setelah Kontraktor diberikan kewenangan/diserahkan tempat pekerjaan
(serah terima lapangan), ia harus bertanggung jawab sepenuhnya dan membiayai
semua ongkos-ongkos yang berhubungan dengan perlindungan, pemeliharaan dan
perubahan/pemindahan akhir dari patok-patok/benchmark yang tidak terganggu
selama pelaksanaan pekerjaan dan harus diserahkan dengan baik kepada
Direksi/Pengawas pada penyelesaian pekerjaan.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


2. BAHAN-BAHAN

2.1. Semen Portland

2.1.1. Persyaratan

Semua semen harus semen Portland yang sesuai dengan persyaratan dalam Standar
Indonesia NI-8 dan standar SII sebagai berikut :

1. SII.0455-81 Semen dengan Agregat Beton

2. SNI.0450-89-A Semen dengan Agregat Beton

3. SII.0031-81 Semen Portland

4. PUBI Peraturan Umum Bangunan Indonesia, Tahun 1982.

2.1.2 Pemeriksaan dan Pengujian


1. Direksi/Pengawas senantiasa berhak memeriksa bahan-bahan, pemeriksaan analisa
oleh laboratorium, pemeriksaan yang diadakan ditempat penyimpanan semen dan
mengambil contoh-contoh dari semen untuk pemeriksaan. Kontraktor wajib
membantu Direksi/Pengawas pekerjaan untuk mengambil contoh-contoh untuk
keperluan pemeriksaan dan pengujian.
2. Direksi/Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang setiap
waktu sebelum dipergunakan. Semen yang tidak dapat diterima oleh
Direksi/Pengawas pekerjaan tidak diperbolehkan untuk digunakan dan harus
dikeluarkan. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan dan telah dipergunakan
untuk beton, spesi atau spesi injeksi, maka hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar
kemballi dan diganti dengan bangunan yang memakai semen yang telah disetujui,
semua biaya atas beban tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor
harus menyediakan semua semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
tanpa pembebanan biaya pada Pemberi Tudas/Pemberi Proyek.

2.1.3 Tempat Penyimpanan


1. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen pada
tempat-tempat yang baik yang memudahkan pengangkutan kelokasi pekerjaan dan
semen setiap saat harus terlindung terhadap kelembaban dan mendapat sirkulasi
udara yang diijinkan oleh pabrik. Gudang-gudang semen harus terlindung terhadap
cuaca yang akan merusak material semen tersebut, harus berlantai kuat dibuat
dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus cukup besar untuk menjamin stock
terpenuhi terhadap pekerjaan minimal 7 (tujuh) hari yang akan datang.
Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan datangnya semen, semen yang lama
harus digunakan lebih dahulu dari pada yang baru datang. Semen tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 2 m atau sesuai dari aturan pabrik.

2. Alat ukur timbangan yang baik dan teliti diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang
semen didalam gudang atau dimanapun, serta harus dilengkapi dengan timbangan
untuk keperluan penyelidikan.

2.2. Pasir, Kerikil dan Bahan Bangunan

2.2.1. Lingkup dan Syarat-syarat Pekerjaan

Semua bahan pasir, kerikil dan bahan-bahan lainnya untuk campuran semen dan
pekerjaan yang akan dilaksanakan termasuk dalam Dokumen Kontrak, dan untuk semua
tujuan yang bersangkutan dan yang mungkin dikehendaki oleh Direksi/Pengawas
Pekerjaan, harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus sesuai dengan berkas
instruksi dari Direksi/Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


2.2.2 Pengangkutan dan Penyimpanan
1. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas Pekerjaan.
2. Kontraktor harus mengangkut, membongkar dan menimbun semua pasir, kerikil dan
bahan-bahan bangunan lainnya sebagaimana diminta untuk melaksanakan pekerjaan
bangunan pengolahan air bersih dan fasilitas penunjang.
3. Kontraktor harus membuat organisasi site untuk penempatan material dan
penumpukan material sisa serta sisa galian.
Kontraktor harus membersihkan bahkan/memperbaiki saluran pembuang air, pada
semua tempat untuk penimbunan bahan bangunan.

Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir, kerikil dan batu belah,
sehingga tidak mengaganggu kegiatan lain dan tidak terganggu oleh timbunan hasil
galian saluran atau tidak saling mencampur dengan bahan bangunan lain.

Kontraktor harus menanggung sendiri segala biaya untuk untuk pengolahan kembali
pasir, kerikil ataupun bahan pasangan beton, yang terpisah atau kotor karena timbunan
yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan.

Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan dengan cara yang sedemikian
dengan menaruh semua bahan langsung ditimbun diatas bahkan terakhir dan dengan
lapisan tidak lebih dari 1,25 m. Pasir, kerikil dan bahan batu tidak boleh dipindahkan
dari timbunan, kecuali bila dipakai dan diperlukan untuk meratakan jalan yang dapat
dilalui oleh truk, untuk menempatkan lapisan-lapisan sesuai gambar
rencana/spesifikasi.

2.2.3 Pasir
Syarat kualitas untuk bahan pasir tersebut harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang
berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :

- SII.0077-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara menentukan kadar Organik


- SII.0076-75 Agregat halus Aduk Beton, Cara penentuan Butir Halus Lebih Kecil
dari 50 Mikron.
- PUBI’1982 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Th 1982.
(1) “Pasir Buatan” - Pasir dihasilkan oleh mesin pemecah batu.
(2) “Pasir Alam” - Pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai atau
pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Direksi/Pengawas Pekerjaan.
(3) “Pasir Paduan” - Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan
perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butir) yang sesuai.
(4) Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan
oleh Kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau dari sumber alam lain seperti
pasir gunung dan lainnya yang diajukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan atau lokasi penambangan yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan.
(5) Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut
dan Kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas dari satu demi satu semua
jenis bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada
Direksi/Pengawas, sebagai pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang
seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai paling sedikit 14 hari
sebelum diperlukan.
(6) Timbunan pasir alam harus dibersihkan oleh Kontraktor dari semua tumbuh-
tumbuhan dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan segala macam
tanah, pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai harus dikeluarkan dari proyek.
(7) Kebersihan dan Kualitas
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
Pasir dan kerikil harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, gumpalan-
gumpalan kecil, alkali, bahan-bahan organik, tanah liat, dan hal-hal yang merugikan
dari substansi yang merugikan dan substansi yang merusak. Jumlah prosentase dari
segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh lebih dari 5 %. Bentuk
kerikil harus mendekati bentuk kubus, keras, padat.
(8) Gradasi untuk Beton
Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini harus
pasir alam dan bila dikehendaki harus campuran dalam proporsi (bandingan) yang
tepat dari pasir alam. Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir” antara 2
sampai 32 atau jika diselidiki dengan Saringan Standar, sesuai dengan Standar
Indonesia untuk beton PBI 1971 dan PBI 1997 atau dengan ketentuan sebagai berikut
:

Prosentase Satuan Timbangan


Saringan No.
Tertinggal di Saringan

4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 30
PAN 3-7

Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20 % atau kurang,
batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan N0. 8 dapat naik sampai 20
%.
(9) Pasir untuk spesi/mortar yang digunakan untuk lapisan batu, plesteran batu,
pasangan batu harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar, harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan berikut :

Prosentase Timbangan
Saringan No.
Melalui Saringan

8
100
100
15

(10) Segera pasir alam dan pasir campuran harus disediakan untuk penyelidikan oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan untuk menetapkan apakah yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan dalam spesifikasi ini.
Kontraktor harus menyediakan bantuan tersebut tanpa memungut biaya, bila
Direksi/Pengawas menghendakinya mendapatkan contoh-contoh yang representatif
untuk tujuan-tujuan penyelidikan dan pengawasan, biaya laboratorium ditanggung
oleh Kontraktor, biaya laboratorium ini harus sudah termasuk didalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


2.2.4 Agregat Kasar
Syarat kwalitas untuk bahan agregat kasar tersebut harus dipenuhi sesuai dengan
aturan yang berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :
- SII.0457-81 Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan
- SII.0052-80 Agregat Beton Mutu dan Cara Uji
- SII.0456-81 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih
dan panjang
- SII.0087-75 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Penentuan Daya
Aus Gesek, Mempergunakan Bejana Los Angeles
- SII.0051-74 Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar
Butiran
- PUBI’1982 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Th
1982
(1) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui Hal ini terdiri dari
agregat, atau pecahan atau bahan pengisi lain atau kombinasi dari ini semua seperti
yang telah dirincikan.
(2) Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah,
tipis atau panjang-panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organik atau dari substansi
yang rusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya prosentase dari semua substansi
yang merusak dari bahan yang rusak dalam jumlah berapapun tidak boleh melebihi 3 %
dalam beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, padat, kasar dan tidak berpori.
(3) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm sampai
70 mm, atau sampai ukuran dalam batas-batas sebagaimana dirinci untuk pekerjaan-
pekerjaan khusus. Agregat kasar harus mempunyai modulus kehalusan butir antara 6,0
sampai 7,5 atau bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan Syarat
Umum.
(4) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh
Direksi/Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi maka Kontraktor
harus menyaring atau mengolah kembali bahannya atas beban sendiri, untuk
menghasilkan agregat sampai disetujui Direksi/Pengawas.

2.2.5 Bahan Pasangan atau Batu


Syarat kualitas untuk bahan pasangan atau batu harus dipenuhi sesuai dengan aturan
yang berlaku di Indonesia yang sebagai berikut :
- SII.0378-80 Batu Alam untuk Bahan Bangunan
- SNI.0394-89-A Batu Alam untuk Bahan Bangunan
- SII.0021-78 Bata Merah untuk Bahan Bangunan, Mutu dan Cara Uji
- PUBI’1982 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Tahun 1982.
Batu adalah batu pecah berasal dari gunung batu atau batu-batu besar dari sungai yang
bermutu, mempunyai berat jenis minimal 2,4 ton/m3. Kekuatan tekanan tidak boleh
kurang dari 400 kg/cm2.

2.3. Baja Tulangan Beton


2.3.1. Bahan (Material) dan Ukuran Batang
Bahan baja tulangan beton harus baru dan dari mutu dan ukuran sesuai dengan Standar
Indonesia untuk beton NI-2, dan standar yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut
. Mutu Beton yang dipergunakan adalah U24:
2.3.2. Pembengkokan/Pembentukan dan Pembersihan
(1) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekatnya.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


(2) Kontraktor harus mempersiapkan daftar pembengkokan tulangan dalam bentuk yang
sesuai dengan gambar dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
(3) Baja tulangan beton harus bengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk
dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi yang diberikan
kepada Kontraktor atau yang telah dibuatkan tabelnya oleh Kontraktor.
(4) Kontraktor harus mengikuti standar detail yang telah ditentukan dalam gambar
kontrak.
(5) Kontraktor harus membuat daftar besi yang akan dikerjakan/Bestart.
(6) Besi tulangan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut :
Penulangan dengan diameter (Ø) ≤12 mm menggunakan baja mutu U – 24 (ruond
bars) sedangkan untuk diameter (D) ≥ 13 mm menggunakan mutu baja U – 40 (
deformed bars)

2.3.3. Pemasangan
(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar/perhitungan dan
dipastikan tidak terjadi pergeseran/pemindahan dengan pemakaian kawat pengikat
tulangan beton pada perpotongan/pertemuan tulangan dan rangka tulangan harus
didukung oleh pengganjal blok beton (beton tahu), perenggang (spacer)
sebagaimana yang dibutuhkan.
(2) Baja tulangan beton untuk plat (slab) langsung dari atas tanah harus didukung
dengan blok beton yang dicetak lebih dahulu. Permukaan dari blok beton harus rata
berukuran kira-kira 7,5 cm x 10 cm x tebal 5 cm.
(3) Jarak terkecil antara batang paralel atau melintang harus lebih besar 1,2 kali ukuran
agregat yang terbesar.

2.3.4. Penyambungan
(1) Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar, bentuk dari sambungan harus ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.
(2) Overlap pada sambungan untuk tulangan-tulangan dinding tegak (vertical) dan
kolom sedikitnya harus 40 kali diameter batang dan harus mendapatkan persetujuan
Direksi/Pengawas.
2.4. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortar harus bersih dan bebas dari
lumpur, minyak, mengandung asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya sesuai persyaratan NI – 2 dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut perlu
diuji dulu oleh Direksi/Pengawas untuk menetapkan bisa atau tidak dipakai. Dan biaya
untuk pengujian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.5. Bahan-bahan lain

2.5.1. Kayu Begesting


(1) Semua pekerjaan yang menggunakan bahan kayu harus memenuhi standar yang
telah dietapkan dan memenuhi Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI).
(2) Kayu dipakai untuk bahan cetakan beton/bekisting, , jembatan sementara, bedeng
kerja di lapangan dan lainnya.
(3) Kayu untuk cetakan beton bisa dipakai kayu kelas II,.
(4) Kayu bangunan harus dari kualitas yang baik, lurus dan sebelum dipakai untuk
cetakan beton harus diratakan dulu.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


3. PEKERJAAN TANAH
3.1. Lingkup Kerja
Bagian ini meliputi pembuangan dan penimbunan kembali lapis atas (top soil), semua
pekerjaan penggalian dan penimbunan termasuk penggalian untuk pekerjaan jalan,
saluran air hujan dan gorong-gorong, pembuangan tanah kelebihan atau material-
material lain yang tidak dikehendaki keluar proyek serta pekerjaan-pekerjaan lain yang
berhubungan dengan itu yang disesuaikan dengan gambar-gambar dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
Semua penggalian dan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan menurut
kontrak dan semua hal-hal yang bersangkutan dengan tersebut, harus dilaksanakan
sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk teknis yang disyarakan.
Syarat-syarat dan petunjuk yang diberikan disini harus dilaksanakan selama mengacu
pada dokumen kontrak, kecuali bilamana syarat dan petunjuk tersebut dirubah secara
tertulis oleh Direksi/Pengawas untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu.

3.2. Pembersihan
Semua daerah disekitar jalur yang perlu dibersihkan seperti yang ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan, harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, sampah dan
bahan lain yang mengganggu dan bahan-bahan itu harus dipindahkan dari tempat kerja
atau dibuang, kecuali bila ada ketentuan lain yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Umumnya hanya pohon-pohon yang mengganggu bangunan yang dimaksudkan dalam
spesifikasi ini yang harus dipindahkan, sedang pohon-pohon yang disepanjang jalan tetap
dibiarkan disuatu tempat selama tidak mengganggu, dan/atau ditunjuk ditempat-
tempat yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas disepanjang tepi jalan atau batas tanah
(right of way) dan tetap menjadi milik Employer. Pagar-pagar, dinding-dinding,
bangunan-bangunan reruntuhan dan tempat-tempat pekerjaan-pekerjaan harus dibuang
menurut persetujuan Direksi/Pengawas. Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua
bahan-bahan yang tidak berguna dan peralatan dikumpulkan. Kontraktor diminta untuk
memulai pembersihan jauh sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.

Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-rintangan lainnya,


sedangkan pohon-pohon atau pagar hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali
yang ada dalam batas penggalian atau yang jelas diberi tanda gambar bahwa
pohon/pagar hidup tadi harus disingkirkan. Bila disebabkan oleh suatu hal Kontraktor
harus melakukan penebangan, maka Kontraktor harus meminta izin/petunjuk terlebih
dahulu dari Direksi/Pengawas.

Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan penimbunan
kembali, juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.

3.3. Penggalian
 Semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada batas 10
cm sebelum kedalaman yang ditetapkan/diinginkan pekerjaan selanjutnya harus
dikerjakan dengan tangan.
 Galian Tanah untuk pembentukan dasar badan jalan harus disesuaikan
kedalamannya dengan elevasi rencana pada gambar rencana dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
 Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang ditentukan maka
bagian ini harus ditimbun kembali dengan bahan yang akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas. Bahan pengisi tersebut dapat berupa tanah urug, pasir padat
atau beton tumpuk. Biaya-biaya tambahan akibat dari penggalian yang lebih ini
menjadi tanggungan Kontraktor.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
 Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi akan dibuat langsung
diatas/pada bidang dasar/dinding tersebut, harus dikerjakan dengan tepat
mengikuti garis-garis kedalaman/kemiringan yang ditentukan dan bilamana diminta
oleh Direksi/Pengawas Pekerjaan harus disiram dan dipadatkan dengan baik
menggunakan alat-alat yang tepat sehingga didapat suatu bidang (dasar/dinding)
yang padat dan kokoh.
 Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai untuk dasar
pondasi, maka atas petunjuk Direksi/Pengawas Lapisan tanah tersebut harus
dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan yang sesuai serta dipadatkan dengan
baik lapis demi lapis maksimum 20 cm.
 Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap kering rata dan padat. Untuk
itu, bila dasar pondasi rencana berada pada kondisi tidak pada lapisan
keras/batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 cm sebelum mencapai
batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi (urugan pasir dan
lantai kerja) dapat dikerjakan seluruhnya segera setelah penggalian mencapai
kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang menjadi berlumpur karena apapun
harus segera diperbaiki dan mengeluarkan lumpur tersebut dan mengganti/mengisi
kembali dengan bahan yang ditentukan Direksi/Pengawas dan dipadatkan baik lapis
demi lapis maksimum 20 cm.
 Bila dipandang perlu Direksi/Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
melengkapi lobang galian yang akan/sedang dibuat, dengan turap penahan untuk
mencegah longsor yang mungkin terjadi. Turap – turap ini harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga keamanan pekerja-pekerja cukup terjamin. Persetujuan
yang diberikan Direksi/Pengawas untuk penggunaan jenis bahan dan konstruksi
tertentu tidak membebaskan Kontraktor dari akibat yang mungkin terjadi sewaktu
penggalian. Semua pekerjaan penggalian sedapat mungkin dikerjakan dalam
keadaan kering.
Bila diperlukan bendungan darurat, maka konstruksi bendungan harus cukup kokoh
dan rapat untuk masuknya air. Untuk menjaga tetap kering kontraktor harus
menyediakan pompa yang sesuai dengan debit air yang harus dikeluarkan/dibuang
dan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas Pekerjaan.
 Lapisan keras batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan dari tanah,
kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang lepas. Celah-celah dan retakan-retakan
harus diisi dengan adukan yang sama dengan adukan pondasi nantinya. Untuk itu
pekerjaan pondasi dapat langsung dikerjakan diatas lapisan tersebut, tanpa lantai
kerja.
Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah
hasil galian. Sedikitnya sebelum pekerjaan ditinggalkan, sekeliling lubang galian
dalam jarak minimum 3 m harus bersih dari timbunan tanah.

3.4. Pondasi Bangunan


1) Dasar dari sisi galian, dimana akan didirikan bangunan harus selesai dengan rapi
sesuai dengan petunjuk teknis dan spesifikasi yang telah ditentukan dan disetujui
oleh Direksi/Pengawas. Tempat tersebut harus dibasahi dengan air dan ditumbuk
atau digilas dengan alat yang cocok dengan maksud supaya terbentuk suatu pondasi
yang kuat. Jika waktu penggalian material yang digali melampaui garis dan tingkat
yang telah ditentukan, galian yang melampaui batas tadi harus ditimbun lagi
seluruhnya dengan material yang terpilih kemudian dipadatkan lapis demi lapis yang
tebalnya tidak lebih dari 20 cm.
Jika tanah pondasi asli (natural foundation) terganggu atau longgar karena
pekerjaan-pekerjaan penggalian-penggalian kontraktor, ia harus dipadatkan dengan
menumbuknya atau menggilasnya atau jika Direksi/Pengawas menghendakinya ia
harus dipindahkan atau diganti dengan bahan yang terpilih yang seluruhnya harus
dipadatkan.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


2) Jika pada suatu tempat penggalian bangunan atau penggalian bentuk bangunan
lainnya yang dikehendaki dipakai bahan yang tidak cocok untuk pondasi menurut
ketentuan Direksi/Pengawas, maka Direksi/Pengawas akan memerintahkan secara
tertulis untuk memindahkan barang-barang yang tidak cocok tersebut dan mengisi
kembali dengan memadatkan atau mengilas lapis demi lapis yang tebalnya tidak
lebih 20 cm.

3.5. Tanah – Tanah Longsoran


Tanah yang tidak dapat bertahan pada lereng-lereng seperti ditunjukkan digambar atau
yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas Pekerjaan dan material-material yang mungkin
longsor kedaerah galian, disepanjang garis galian, harus dipindahkan oleh Kontraktor
menurut cara yang telah disetujui. Lereng-lereng tersebut harus diselesaikan kembali
menurut garis dan tingkat yang ditetapkan oleh Direksi/Pengawas.
Kontraktor mungkin diminta pula untuk menggali daerah-daerah yang mungkin akan
longsor diluar batas-batas penggalian seperti itu perlu untuk mencegah kerusakan pada
pekerjaan.

3.6. Bahan-bahan Hasil Galian


1) Diharapkan bahwa semua bahan-bahan dari galian yang dimaksudkan akan cocok
untuk dipakai dalam pelaksanaan yang disyaratkan menurut spesifikasi teknis.
Dimana dapat dikerjakan, semua bahan-bahan harus diletakkan langsung dari
penggalian ke tempat-tempat terakhir yang telah direncanakan, kecuali jika bahan
tersebut menurut perintah Direksi/Pengawas harus ditetapkan ditempat yang telah
direncanakan. Sepanjang masih dapat dikerjakan sebagaimana ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas semua bahan-bahan yang telah direncanakan untuk digunakan
dalam penanggulangan harus dilaksanakan agar kadar air cukup dengan cara
menyiramnya atau cara-cara lain yang cocok sebelum dan selama penggalian.
2) Seluruh bahan timbunan disekitar bangunan-bangunan yang berada pada lereng-
lereng, dan garis-garis batas yang telah ditentukan untuk bangunan, dan berada
dibawah permukaan tanah asli dinyatakan sebagai timbunan kembali atau timbunan
kembali yang dipadatkan (compacted back fill) dan semua timbunan atau timbunan
kembali disekitar bangunan dan diatas permukaan tanah asli harus dikerjakan
sebagai membuat tanggul atau tanggul yang dipadatkan, kecuali ada ketentuan yang
lain pada gambar-gambar atau disebut lain pada syarat-syarat.
3) Dimana tanah yang baik dari penggalian yang ditentukan tidak mencukupi untuk
pembuatan tanggul, bendung, penimbunan kembali dan pekerjaan tanah lainnya
yang diperlukan seperti tertera didalam gambar atau petunjuk Direksi/Pengawas
maka yang baik dapat diambil dari daerah pengambilan yang direncanakan seperti
yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
4) Bahan hasil galian yang mengandung akar-akar, humus, dan bahan-bahan lain yang
mengganggu dan bahan-bahan galian yang tidak diperlukan untuk penimbunan
kembali, penanggulangan dan bangunan lain yang diperlukan menurut spesifikasi ini
harus ditempatkan ditempat penimbunan yang berbatasan dengan saluran irigasi
dan saluran-saluran drainase, jalan air, muara serta pembuangan yang merembes
yang terletak pada atau diluar jalan yang diperintahkan untuk ditimbuni, dan
daerah-daerah pembuangan lainnya yang direncanakan oleh Direksi/Pengawas,
tempat penimbunan yang berbatasan dengan tanggul-tanggul saluran harus
bersambungan kecuali untuk celah-celah, dengan selang-selang yang pantas untuk
Drainage seperti yang ditunjukkan pada gambar atau petunjuk Direksi/Pengawas.
Semua tempat penimbunan dan daerah pembuangan dan dirapikan menurut garis-
garis teratur yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau menurut petunjuk-
petunjuk dari Direksi/Pengawas

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


3.7. Material untuk Timbunan
Material timbunan kecuali ditentukan lain, harus dari bahan galian exsisting pekerjaan
ini.
Galian tambahan hanya boleh dikerjakan bila tidak ada tanah yang cukup baik dari
hasil galian untuk keperluan timbunan. Hasil galian setempat dipakai untuk timbunan
asalkan sesuai dengan spesifikasi. Ini merupakan tanggung jawab dari Kontraktor
didalam penempatan dan pemadatannya.
Timbunan digunakan untuk timbunan plasa / ruang terbuka seperti yang ditunjukkan
pada Gambar atau oleh Direksi/Pengawas.

3.8. Material dari Luar


Material dari galian setempat yang dipakai untuk timbunan tidak cukup sehingga
diperlukan tambahan material yang didatangkan dari luar. Kontraktor harus mencari
sumber dari material yang dibutuhkan, mendapatkan dengan memberi contoh 100 kg
kepada Direksi/Pengawas untuk diperiksa dan harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas sebelum digunakan. Persetujuan dari contoh tersebut tidak
melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap pekerjaan tersebut. Contoh tanah dan
test yang dilaksanakan untuk menentukan data dan permeabilitas dari tanah lapangan.
Test kepadatan dan permeabilitas sesuai ASTM atau BS standard atau yang setara.
Jenis material timbunan yang digunakan untuk timbunan reservoir – reservoir
pengolahan air bersih terdiri dari lempung berpasir atau lempung berlanau bebas dari
bahan organik atau bahan lainnya yang merugikan. Material tersebut harus kedap air
dan tidak sensitif terhadap pemuaian dan penyusutan.

Syarat-syarat dari material yang didatangkan dari luar mengikuti kriteria sebagai
berikut :
- Ukuran partikel maks :  maks = 75 mm
- Liquid limit (LL) : 30 %  LL  70 %
- Indeks Plastisitas : 15 %  IP  40 %

Ayakan No. Partikel % Lewat Type

3“ 75 mm 100 Batu

2“ 50 mm 94 – 100 Batu

10 2,0 mm 80 – 100 Pasir

- 0,06 mm 30 – 55 Lanau

- 0,02 mm 15 - 25 lempung

3.9. Pengupasan Lapisan Tanah


Lapisan tanah bagian atas harus dikupas tidak lebih dari 150 mm, dan diletakkan sesuai
dengan perintah Direksi/Pengawas Pekerjaan. Tanah hasil pengupasan tersebut
kemungkinan dapat digunakan sebagai timbunan dengan persetujuan dari
Direksi/Pengawas Pekerjaan terlebih dahulu.

3.10. Pelaksanaan Timbunan


 Timbunan harus disebarkan didalam satu jalur yang lurus. Timbunan hanya
disebarkan pada permukaan yang benar dan telah diinspeksi dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
 Timbunan harus disebarkan lapis per lapis dengan bulldozer/srcaper atau dengan
metode lain yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
 Selama penyebaran, semua bahan seperti sampah atau batu-batu yang lebih besar
dari ukuran yang ditentukan harus dipindahkan dari daerah yang akan ditimbun.
 Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menjamin adanya pekerja, peralatan dan
bahan timbunan yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
 Bahan organik tidak diinginkan dipakai sebagai timbunan dan bahan timbunan tidak
boleh dicampur dengan bahan yang mengandung organik.
 Peralatan pemadatan harus sesuai dengan jenis material yang dipakai sebagai
timbunan. Kontraktor harus membuat metode pemadatan secara detail, dan
minimum 6 lintasan yang diperlukan untuk pemadatan.
 Pemadatan timbunan yang diletakkan lapis berlapis dengan ketebalan maksimum
200 mm sebelum pemadatan. Setiap lapis dipadatkan dengan sekurang-kurangnya
mencapai 95 % dari maksimum dry densty laboratorium sesuai yang ditentukan
dalam ASTM test B-1557 atau modified AASHO.
 Pengujian moisture content optimum dari bahan timbunan harus ditentukan
dilapangan dan dilaboratorium.

4. PEKERJAAN BETON

4.1. Umum
4.1.1. Lingkup Pekerjaan

(1). Semua beton yang dimaksud untuk digunakan bagi semua bangunan, pondasi,
pancang dan saluran yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua
maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi/Pengawas harus
terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus dicampur dengan perbandingan
yang sesuai dengan ketentuan.
(2) Setiap syarat dan ketentuan tidak termaktub disini sesuai dengan Standar Indonesia
untuk beton NI-2 PBI 1971.

4.1.2. Bahan
(1) Semua Portland harus dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam semen Portland.
(2) Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan tentang besi beton.
(3) Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortar dan spesi
injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-
syarat yang sudah diterangkan.
(4) Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
telah dibahas sebelumnya.

4.1.3. Kelas dan Mutu Beton


(1) Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 dan PBI-
1971. Mutu beton yang digunakan adalah K-175
(2) Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan kekuatan tekan beton senantiasa ialah
kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 cm
( 0,06) pada umur 28 hari.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


4.2. Pencampuran dan Pengecoran

4.2.1. Komposisi/Campuran Beton


(1) Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah., air; semuanya
dicampur dalam perbandingan tertentu sesuai mix design yang telah ditetapkan dan
diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan/slump yang baik/tepat.
(2) Untuk beton mutu “B” campuran yang biasa untuk pekerjaan non structural dipakai
perbandingan dari semen Portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh
kurang dari 1 : 6. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg.
(5) Untuk beton mutu K 175, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan
kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1:1,5:2,5 atau
banyaknya semen untuk tiap m3 beton minimum harus sampai 325 kg.
(6) Untuk mutu diatas K 175 atau lainnya yang lebih tinggi harus dipakai “campuran
yang direncanakan” (job mix formula/design mix). Campuran yang direncanakan
didapat dengan cara coba – coba campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik
yang diisyaratkan.
(7) Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II mutu K125 dan untuk kelas II mutu K 175
beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan diatas dan kontraktor harus
memperoleh mutu yang sesuai, bila perlu akan dites oleh Direksi/Pengawas, dengan
mengkombinasikan ukuran agregat yang proporsional agar didapat mutu yang yang
direncanakan.
(8) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu selama berjalannya
pekerjaan , demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet
dan kekuatan yang direncanakan.
Faktor air semen dari beton (Tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak
boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60
(dari beratnya) untuk kelas lain-lainnya. Pengujian beton dilakukan
Direksi/Pengawas dan perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan
atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan,
awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi
disebabkan perubahan tertulis.

4.2.2. Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus meneyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah masing-masing bahan
pembentukan beton, yang harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.

4.2.3 Mengaduk

(1) Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya1,5
menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam
mixer. Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar
dari 1,5 m3. Direksi/Pengawas berwenang menambah waktu pengadukan jika gagal
mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan
ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur.
Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) tidak diperkenankan.
(2) Pencampuran dengan tangan diizinkan jika pada lokasi-lokasi tertentu sebuah
Portable Mixer tak mungkin digunakan menurut pendapat Direksi/Pengawas. Untuk
mempermudah pencampuran ini kontraktor akan membuat beton massif dengan

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan
parapet setinggi 10 cm.
4.2.4 Suhu
(1) Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32 oC dan tidak kurang
dari 4,5 oC. (4,5 oC < Suhu Beton < 32 oC). Bila suhu beton antara 27 oC dan 32 oC,
beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila lebih
dari 32 oC, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah efektif, misalnya
mendinginkan agregat dengan mencampur air/kalau perlu dengan air es dan
mengecor pada waktu malam hari, untuk mempertahankan suhu beton yang
disyaratkan.
(2) Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur suhu/termometer untuk mengetahui
suhu beton yang akan dipakai.

4.2.5. Pengecoran
(1) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan/bekisting, besi tulangan,
penyokong dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang belum siap dan belum disetujui oleh Direksi/Pengawas.
(2) Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang,
kotoran/sampah, potongan kawat beton dan bahan lepas lainnya.
(3) Permukaan sambungan - sambungan yang akan memikul beban (Construction Joints)
harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan; dibersihkan
dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan
penyemprotan air dengan tekanan udara sebelum pengecoran beton baru.
Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari
pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan
Construction Joints sebelum dilakukan pengecoran.
(4) Cara-cara dan alat yang digunakan untuk pengangkutan & pengangkatan beton harus
tersedia sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ketempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.
(5) Beton dicor hanya pada waktu Direksi/Pengawas dan Kontraktor harus berada
ditempat kerja. Permukaan Construction Joints harus dilapisi penutup yang terbuat
dari adukan semen (air pasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar
dengan perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang rencana
kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.
(6) Beton harus segera dicor pada adukan yang baru. Dalam pengecoran beton pada
Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan
dengan pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok.
(7) Tidak diperkenankan adanya pencampuran/pemotongan kembali/pembongkaran
beton tanpa izin tertulis dari Direksi/Pengawas. Beton yang sudah mengeras harus
dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan itu. Transportasi dari
pengadukan/bacingplan sampai pengecoran beton tidak melebihi batas waktu yang
diijinkan yang menyebabkan mutu beton menjadi turun/setltle.
(8) Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua penuangan
beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Direksi/Pengawas Pekerjaan berhak mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.
(9) Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras. Selama hujan air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau
spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Suatu pengecoran tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut
selesai.
(10) Ember-ember/backet beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat
pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran yang mana
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali
tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainya
dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
(11) Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan
lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.
(12) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum, sehingga ia
bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton,
kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali
beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Semua beton harus
dipadatkan dengan alat penggetar beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000
putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
(13) Kontraktor harus menyediakan peralatan untuk pengecoran antara lain :
 Mesin pengaduk beton ( Mesin Molen)
 Alat penggetar (Vibrator)
 Alat slump test
 Alat ukur waterpast
 Mistar allumunium
 Alat angkut
 Terpal tahan air
 Jas hujan
 Dan alat bantu lainnya.

4.3. Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan

4.3.1. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


(1) Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-
hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak
diijinkan untuk dibongkar. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada
Direksi/Pengawas untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak
keropos sampai tulangan terlihat, harus mendapatkan penanganan tersendiri atas
petunjuk Direksi/Pengawas.
(2) Umumnya, diperlukan waktu min. 2 (dua) hari sebelum cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya dan
7(tujuh) hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran.

4.3.2. Perawatan (Curing)


(1) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air. Direksi/Pengawas berhak
menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian
pekerjaan.
(2) Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus-menerus (segera sesudah beton
cukup keras untuk mencegah kerusakan dan penyususan yang sangat cepat) dengan
menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau cara-cara yang disetujui yang akan
menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan harus
memenuhi spesifikasi.

4.3.3. Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
terakhir diperiksa oleh Direksi/Pengawas. Permukaan beton yang terbuka harus
dilindungi terhadap sinar matahari langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.

4.3.4. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan


Penyempurnaan permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan
disaksikan oleh Direksi/Pengawas. Permukaan beton akan diuji/ditest oleh
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
Direksi/Pengawas. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan
yang salah yang membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan
atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan dan akan diuji
dengan pengukuran langsung. Semua ketidak teraturan lainnya dapat dianggap sebagai
ketidak teraturan yang gradual dan akan diperiksa oleh Direksi/Pengawas. Sebelum
menerima pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka
dari kerak-kerak dan kotoran lainnya.

4.3.5. Perbaikan Permukaan Beton


(1) Bila selesai pembukaan cetakan/bekisting, ada beton yang tidak tercetak menurut
gambar atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang
rusak, hal ini dianggap tidak sesuai spesifikasi. Ketidaksesuaian akan mendapat
penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dan kalau
Direksi/Pengawas memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan
diganti oleh Kontraktor atas beban sendiri kecuali bila Direksi/Pengawas
memberikan ijin untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan
harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
(2) Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lubang-lubang karena keropos, lubang-
lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambung-sambungan cetakan, dan
bergerak cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pahat atau
dengan alat lain dan seterus digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus
terus-menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor untuk disempurnakan.
(3) Jika menurut pendapat Direksi/Pengawas hal-hal yang tidak sempurna pada bagian
bangunan-bangunan yang akan terlihat, sehingga dengan penambalan saja tidak
memberikan hasil yang baik maka Kontraktor diwajibkan untuk menutup seluruh
dinding (dengan spesi plester) dengan bahan campuran yang direkondasikan, sesuai
dengan instruksi dari Direksi/Pengawas.
(4) Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortar tambalan type grouting, yang disetujui
Direksi/Pengawas, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang
cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain
dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tidak akan
mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang
tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.
4.3.6. Pengukuran dan Pembayaran
Semua beton dimintakan untuk pekerjaan dalam spesifikasi ini harus tercakup dalam
harga satuan yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk bagian-bagian
yang sesuai dimana beton dipergunakan. Harga satuan yang ditawarkan untuk pekerjaan
semacam itu harus mencakup air, pasir dan kerikil/batu pecah, bahan penambah
(admixture), non-shrink compound, cetakan-cetakan, minyak cetakan, pengolahan
pencampuran, pemeliharaan temperatur, pengangkutan, persiapan untuk pengecoran,
pengecoran, pembukaan cetakan-cetakan, perawatan (curing), perlindungan,
penyempurnaan dan perbaikan permukaan beton, serta semua pekerjaan lainnya, sesuai
persyaratan.

4.4. Pengetesan Beton

4.4.1. Percobaan-Percobaan Pendahuluan

Sebelum pekerjaan beton dimulai Kontraktor wajib mengadakan percobaan pendahuluan


untuk meguji apakah bahan yang dipakai serta campuran yang direncanakan dapat
dicapai kekuatan serta mutu yang disyaratkan.
Bahan serta campuran yang mencapai mutu beton yang disyaratkan dipakai standar bagi
pelaksanaan dan setiap kali akan diadakan percobaan pendahuluan.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


Jumlah benda uji adalah 20 buah yang dapat diambilkan dari beton-beton yang dicor
pada permulaan pekerjaan seperti untuk bagian-bagian konstruksi non structural
ataupun yang direncanakan dengan mutu BI (yang ditegaskan dalam gambar).
Kalau jumlah benda uji tidak mungkin diambil sebanyak itu maka harus diambil secara
random/acak dan dengan perhitungan statistik yang sesuai. Pemeriksaan benda-benda
uji dapat dilaksanakan pada umur beton yang kurang dari 28 hari dengan
memperlihatkan perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur seperti dibawah ini
:
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28
PC biasa 0.4 0.65 0.8 0.95 1.00
PC dgn kekuatan awal yang tinggi 0.5 0.75 0.9 0.95 1.00

4.4.2. Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu Pelaksanaan

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinue dengan
mengambil dan memeriksa benda-benda uji.
Untuk pekerjaan beton dengan masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3 maka
harus dibuat 1 benda uji untuk 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari serta
untuk tahap permulaan 1 benda uji untuk 3m3 agar segera terkumpul 20 benda uji. Mutu
beton dianggap memenuhi syarat apabila dipenuhi syarat-syarat berikut :
(1) Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut kurang dari ’ bk.
(2) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut
terjadi kurang dari (’ bk + 0,82 Sr).
(3) Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
(4) ’ bk = ’ bm – 1,64 s
dimana : ’ bk = tekanan beton karakteristik
’ bm = tekanan rata-rata benda uji
s = deviasi standar
Sr = deviasi standar rencana

Apabila salah satu syarat diatas tidak dipenuhi maka Kontraktor wajib mengevaluasi
sebab-sebab dari penyimpangan serta melaporkan hasilnya kepada Direksi/Pengawas
disertai usul-usul mengenai perbaikan-perbaikan. selanjutnya dan pengecoran beton
harus segera dihentikan.
Pada pekerjaan beton dengan jumlah dari masing-masing mutu beton kurang dari 60 m3
dipakai konstruksi sebagai berikut :
(1) Internal pengambilan benda uji kira-kira sama. Apabila disebabkan alasan tertentu
pengumpulan 20 benda uji tidak dapat tercapai maka Direksi/Pengawas dapat
mempertimbangkan lain dan pengambilan benda uji boleh kurang dari 20 buah asal
pengambilan dilakukan pada interval waktu sama sehingga randominasi dapat
dicapai dengan baik.
(2) Apabila yang terkumpul kurang dari 20 maka beton dianggap memenuhi syarat
apabila nilai rata-rata dari setiap 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut lebih
besar (’ bk + 0,82 Sr). Maka sudah ada perkiraan tentang mutu beton dianjurkan
membuat benda uji untuk diperiksa pada umur 3 hari, 7 hari dan 21 hari. Tetapi
penilaian mutu beton tetap pada umur 28 hari.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


Tindakan yang diambil bila dari pemeriksaan benda uji tidak memenuhi syarat:

(1) Jika pengecoran belum selesai maka pengecoran harus dihentikan dan dalam waktu
singkat diadakan percobaan non destruktif pada bagian konstruksi yang dianggap
meragukan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian dangan concrete tester atau
mengambil benda uji dari bagian konstruksi (pada tempat-tempat yang tidak terlalu
banyak mempengaruhi kekuatan konstruksi dan harus dibawah pengawasan seorang
ahli).
Mutu beton dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa dilanjutkan apabila
kekuatan tekan beton karakteristik minimal sama dengan 80 % dari nilai kekuatan
beton karakteristik yang disyaratkan.
(2) Apabila tidak dipenuhi persyaratan diatas maka dapat diambil percobaan
pembebanan langsung dan dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa
dilanjutkan bila kekuatan beton karakteristik minimal sama dengan 70 % dari nilai
yang disyaratkan.
(3) Apabila syarat-syarat diatas masih belum terpenuhi maka harus dicari pemecahan,
misal dengan memberikan kekuatan-kekuatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila tidak bisa dilaksanakan, baru bagian konstruksi yang meragukan tersebut
dibongkar.
(4) Semua biaya yang dikeluarkan harus ditanggung oleh Kontraktor karena hal tersebut
dianggap disebabkan oleh kelalaian Kontraktor.

4.4.3 Pembuatan Benda Uji

Benda uji dibuat dengan bentuk kubus (15 cm atau 20 cm) atau silinder diameter 15
cm hingga 30 cm dan perbandingan kekuatan tekan dapat dilihat sebagai berikut :
Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95
Silinder 15 x 30 cm 0.83

Pada benda uji kubus , harus dibuat dengan mempunyai dua dinding yang berhadapan
dan dapat terdiri dari plat baja, kaca dan sebagainya yang permukaannya rata (kayu
tidak boleh dipakai). Cetakan dilaburi dengan lemak atau minyak agar mudah dilepas
dari betonnya. Kemudian diletakkan diatas bidang alas rata yang tidak menyerap air.
Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan ke dalam cetakan dalam 3 lapis
yang kira-kira sama tebalnya dan masing-masing lapis ditusuk 10 kali dengan tongkat
baja diameter 16 mm dengan ujung yang dibulatkan.
Pada adukan beton yang kental cetakan harus diberi sambungan tambahan keatas
kemudian adukan diisikan sekaligus. Selanjutnya adukan dipadatkan sesuai dengan cara
pelaksanaannya nanti.
Jarum penggetar harus dimasukkan sentries tanpa menyentuh dasar cetakan. Kubus-
kubus uji yang baru saja dicetak harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan
ditutupi dengan karung basah selama minimal 24 jam dan setelah catakannya dilepas
maka harus diberi tanda dan disimpan pada tempat yang mempunyai suhu sama dengan
udara luar.
Pada pengujian, tekanan dikerjakan pada bidang yang rata dan tekanan berangsur-
angsur dinaikkan dengan kecepatan 6-4 kg/cm2 tiap detik. Sebagai beban hancur dari
kubus beban tertinggi yang ditunjukkan oleh pesawat penguji tersebut tidak boleh
mempunyai kesalahan yang melampaui  3 % pada setiap pembebanan diatas 10 % dari
kapasitas maksimum.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


5. PEKERJAAN PASANGAN BATU

5.1. Umum
5.1.1. Lingkup Pekerjaan

Seluruh pasangan batu yang akan dikerjakan dibangun menurut spesifikasi dan seluruh
maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi/Pengawas, harus terdiri
dari bahan-bahan yang dirinci
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan
pasangan batu, kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk suatu pekerjaan
tertentu.

5.1.2 Batu
Semua batu untuk pekerjaan pasangan batu harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang dinyatakan untuk batu yang dirinci dalam Spesifikasi ini.

5.1.3. Semen, Pasir dan Air


(1) Semua semen adukan untuk pekerjaan batu harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang dinyatakan untuk semen portland.
(2) Pasir untuk spesi/adukan yang dipakai untuk seluruh konstruksi pekerjaan batu yang
diperlukan menurut spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor menurut
ketentuan dan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan untuk pasir yang dirinci
dalam Spesifikasi ini.
(3) Air yang dipergunakan untuk adukan bebas dari bahan-bahan lumpur, bahan-bahan
organic, alkali, garam dan kotoran-kotoran lain dan harus dites dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

5.2. Adukan dan Pemasangan

5.2.1. Komposisi Adukan


Adukan untuk pekerjaan batu harus terdiri dari satu semen berbanding empat bagian
pasir (1 Semen : 4 Pasir), kecuali bila ditentukan dan diperintahkan lain oleh
Direksi/Pengawas, dengan air yang cukup untuk mendapatkan kekentalan yang sesuai
untuk pemakaian.

5.2.2. Mengaduk Spesi/Adukan


(1) Cara dan perlengkapan yang dipakai sedemikian rupa sehingga mudah untuk
memastikan dengan tepat dan mengontrol banyaknya tiap-tiap bagian yang
dimasukkan ke dalam campuran dan harus disetujui Direksi/Pengawas. Jika
dipergunakan mesin pengaduk (mixer) maka lamanya waktu pengadukan, setelah
semua bahan-bahan sudah di dalam mixer, tidak boleh kurang 2 menit.
(2) Spesi/adukan akan dicampur jika bahan-bahan cukup untuk dipakai dan jika tidak
dipakai dalam waktu 30 menit setelah penambahan air harus dibuang. Pencampuran
didalam adukan harus dibersihkan dan harus dicuci dengan setiap akhir kerja setiap
hari.

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


5.2.3. Pemasangan
(1) Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan batu dan adukan akan sedemikian rupa
sehingga tidak akan menunda pemakainan adukan.
(2) Batu tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang cukup deras atau cukup lama
untuk menghanyutkan adukan. Adukan yang telah dihamparkan yang luluh oleh
hujan harus disingkirkan dahulu dan diganti sebelum mengeras sepenuhnya.

5.2.4. Penyelesaian dan Penyempurnaan


Semua batu harus dipasang dengan baik dan bagian mukanya rata, tumpukan batu yang
diisi adukan harus saling mengisi kekosongan dan saling mengikat, garis-garis vertikal
lurus dan permukaan yang baik, kecuali bila ditunjukkan lain dari gambar atau atas
petunjuk Direksi/Pengawas.

5.2.5. Perawatan
Semua pekerjaan batu yang memakai spesi/adukan harus dirawat dengan air (water
curing) atau cara lain. Semua cara dan pelaksanaan Kontraktor untuk perawatan bagian-
bagian dari pekerjaan harus disetujui Direksi/Pengawas.
Jika perawatan dilakukan dengan air, pekerjaan batu harus tetap basah paling tidak
selama 14 hari, (kecuali ditentukan dilain bagian dari spesifikasi ini) dengan menutupi
dengan bahan yang menyerap air.

5.2.6. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran untuk segala pekerjaan pemasangan batu yang dimintakan
akan dilaksanakan menurut harga satuan yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga kontrak yang mana harus sudah mencakup, tetapi tidak terbatas pada biaya untuk
air, semen, pasir dan harga pembelian batu, penggolongan, penggangkutan, penyiapan
untuk penempatan, perawatan, perlindungan, penyempurnaan dan pembetulan
permukaan batu serta segala pelaksanaan lainnya, prosedur-prosedur dan kebutuhan-
kebutuhan yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan batu sesuai spesifikasi ini.

6. PEKERJAAN PAVING BLOCK / INTER BLOCK

6.1. Umum
6.1.1. Lingkup Pekerjaan

Seluruh pasangan paving blok / inter block yang akan dikerjakan meliputi pekerjaan
jalan lingkungan di area non pasang surut dan ruang terbuka, dibangun menurut
spesifikasi dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh
Direksi/Pengawas, harus terdiri dari bahan-bahan yang dirinci.
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan
pasangan batu, kecuali kalau diubah oleh Direksi/Pengawas untuk suatu pekerjaan
tertentu.

6.1.2 Paving Block / Inter Block

Semua paving block / inter block untuk pekerjaan jalan lingkungan dan ruang terbuka
harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang dinyatakan untuk batu
yang dirinci dalam Spesifikasi ini. Ketebalan paving blok ini setara interblok dengan
ketebalan 8 cm.

6.1.3 Pasir

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


Pasir untuk spesi/adukan yang dipakai untuk seluruh konstruksi pekerjaan batu yang
diperlukan menurut spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor menurut ketentuan
dan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan untuk pasir yang dirinci dalam Spesifikasi
ini.

6.2. Pemasangan
(1) Setelah lapisan tanah dasar dipadatkan, digelar lapisan pasir dan sekaligus diratakan
dan dipadatkan.
(2) Ketebalan setelah dipadatkan harus sesuai dengan gambar gambar rencana. Pasir
harus bersih tidak mengandung garam-garam atau bahan kimia lainnya yang dapat
merusak atau membuat cacat.
(3) Pemasangan interblock selesai, segera dilakukan pemadatan tahap pertama. Alat
pemadat, Vibratory Plate Compactor luas dasar  30 cm2, gaya centry fugal  1,20
ton.
(4) Bagian-bagian interblock yang pecah segera diganti saat itu juga.
(5) Tiga atau empat kali lintasan dianggap cukup untuk memadatkan blok sampai peil
rencana dan merangsang naiknya sebagian lapisan pasir ke celah-celah interblock.
Permukaan interblock setelah dipadatkan harus rata dan tidak turun lagi.
(6) Pemotongan interblock harus dipotong menggunakan mesin potong interblock.
(7) Setelah pemadatan pertama selesai, celah-celah antara interblock diisi pasir pengisi
celah dengan abu batu. Bahan pengisi harus bersih, tidak mengandung garan-garam
atau bahan kimia lainnya yang dapat merusak atau membuat cacat. Pasir pengisi
harus dalam keadaan kering agar tidak sulit masuk ke dalam celah-celah.
(8) Setelah celah diisi pasir pengisi, lalu dipadatkan lagi dengan alat pemadat dengan
stemper kodok sesuai dengan kepadatan dan kerataan yang disyaratkan. Sedangkan
untuk yang terdapat celah akibat kekuarangan abu batu harus segera diisi sehingga
menghasilkan interblock yang sempurna dan memenuhi syarat.

7. PEKERJAAN PANCANG KAYU GALAM

7.1.1 Ruang Lingkup


Pekerjaan tiang panjang meliputi pekerjaan pondasi jerambah kayu galam Ø 10 -12 cm,
sebagaimana tertera didalam gambar teknis dan detail, dibangun menurut spesifikasi
dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi/Pengawas,
harus terdiri dari bahan-bahan yang dirinci.

7.1.2 Tiang Pancang


Tiang pancang yang digunakan berupa tiang pancang dengan kayu galam dengan
ketentuan sebagai berikut :
(1) Dimensi tiang pancang yang digunakan adalah ø 10-12 cm
(2) Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing selesai, atau umur
tiang minimal 10 hari.
(3) Tiang harus baik, licin, permukaannya rata, tidak keropok atau berlubang-lubang
dan harus cukup lurus. Cacat yang terdapat pada tiang mungkin dapat diterima jika
diperbaiki menurut persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.

7.1.2 Pelaksanaan pemancangan


Umum

(1) Permukaan Lapangan


Kontraktor supaya memperhitungkan apapun yang diperlukan untuk meratakan
tanah untuk jalan masuk maupun untuk dapat bekerjanya penumpukan material.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
(2) Penyelidikan Lapangan
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan
mempelajari keadaan lapangan sebaik-baiknya, termasuk yang tidak disebutkan
secara khusus dalam gambar-gambar struktur.

Jika Kontraktor ingin melakukan penyilidikan tambahan yang menyangkut galian,


sondir, boring, dan sebagainya sebelum mengajukan penawaran, hal ini dapat
dilakukan atas biaya sendiri.

(3) Pembayaran Pile


Panjang pile yang dibayar adalah panjang cut of level ke penetrasi maksimum dari
ujung pilling, kecuali bila dinyatakan lain. Panjang pile rata-rata telah diasumsikan
berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang sudah ada.

Pembayaran akan dilakukan berdasarkan panjang pile seperti disebutkan diatas


dikalikan dengan harga satuan. Dalam harga satuan ini sudah termasuk material
yang terbuang, pembersihan lapangan dari material yang tertinggal, sambungan-
sambungan, pengangkatan, pemancangan, mesin-mesin dan peralatan serta segala
sesuatu yang diperlukan untuk memasang pile pada posisi permanennya yang
terakhir.

(4) Peralatan dan Tenaga kerja


Semua kerangka, peralatan, pengangkatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memasang pile pada posisinya yang permanen menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Sebelum memulai di lapangan dengan pekerjaan pilling yang sesungguhnya,


Kontraktor supaya memberikan detail lengkap mengenai program kerja, jumlah dan
tipe peralatan, organisasi dan personalia dilapangan kepada Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi.

Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak meminta penggantian peralatan


dan personalia bilamana hal ini dianggap tidak cocok.

(5) Rintangan-Rintangan
 Bila terdapat rintangan-rintangan di bawah tanah yang tidak diharapkan seperti
pondasi lama, dinding dan sebagainya yang sangat menggangu kemajuan
pekerjaan piling, maka Kontraktor supaya segera memberitahukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
 Bila pada lokasi semula tidak mungkin diinstalasi pile, maka lokasi pile perlu
direvisi oleh Konsultan Perencana dan Kontraktor akan dibayar terhadap
kemungkinan adanya pekerjaan tambah.
 Rintangan-rintangan permukaan, yaitu rintangan-rintangan yang ada pada
kedalaman yang tidak lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, harus dibersihkan
dan dibongkar oleh Kontraktor atas tanggungannya.
 Lubang boran yang ditinggalkan karena rintangan sebagaimana disebutkan diatas
tidak merupakan kerja tambah atau kurang dan harus diisi kembali dengan tanah,
pasir atau puing-puing sebagaimana diinstruksikan. Penambahan pile akibat
lubang boran yang ditinggalkan akan merupakan kerja tambah.

(6) Pile Cacat


Pile cacat ataupun keluar dari posisi yang direncanakan harus diganti oleh 1 (satu)
atau lebih pile seperti diinstruksikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
atas biaya Kontraktor.

(7) Instalasi Mekanical & Electrical (M & E) Bawah Tanah


Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
 Kontraktor bertanggung jawab atas semua klaim yang mungkin timbul karena
kerusakan-kerusakan instalasi M & E bawah tanah, bilamana instalasi tersebut
sudah tertera dalam gambar.
 Kontraktor supaya melaksanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga
bangunan dan pondasi bangunan tetangga tidak tertganggu atau rusak.

(8) Garansi
Garansi selama 6 (enam) bulan setelah selesainya pekerjaan bangunan diperlukan
untuk sistem piling yang ditawarkan oleh Kontaktor.

(9) Permukaan Tanah


Sudah termasuk harga borongan adalah semua pekerjaan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk meratakan muka tanah seperlunya sehingga peralatan dapat
bergerak dengan lancar selama masa pelaksanaan piling.

(10) Persetujuan Posisi Pile


Posisi pile akan dicek oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi selama
pekerjaan berlangsung dan persetujuan akhir akan diberikan dalam waktu 3 (tiga)
hari setelah data posisi pile akhir diberikan oleh Kontraktor. Peralatan tidak boleh
dikeluarkan dari lapangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi.

Pemancangan Tiang

(1) Umum
 Tiang harus ditempatkan secara cermat dan dipancang secara vertikal seperti
ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak boleh lebih
dari 25 mm per meter tiang. Tiang yang terpancang dengan penyimpangan yang
lebih besar dan tiang yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau
dipotong dan diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan pemancangan
tiang berikut didekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas
biaya Pelaksana.
 Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus menetapkan kedalaman ujung
tiang-tiang pada tiap titik yang menunjukkan sampai dimana tiang harus
dipancang sehingga diperoleh daya dukung yang ditetapkan.
 Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang harus
dikerjakan sebelum tiang dipancang.
 Pengeboran pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan,
kecuali bila disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
 Pemancangan semua tiang harus dilakukan terus menerus tanpa waktu istirahat
hingga tiang yang telah terpancang mencapai kedalaman yang ditetapkan.
Kepala tiang harus dipotong secara baik dan datar pada ketinggian seperti
tercantum dalam gambar.

(2) Alat Pemancang


 Cara pemancangan harus sedemikian rupa sehingga tidak melampaui kekuatan
tiang dan harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pelaksana harus menyerahkan persyaratan teknis tertulis mengenai alat
pemancang yang diusulkan, persetujuan dari Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi harus ada sebelum tiang dipancang.

 Tutup atau cincin pancang harus mampu melindungi kepala tiang pancang dan
meneruskan energy tiang pancang dan energy pukulan dengan sama rata pada
kepala tiang pancang.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
 Pelaksana harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi tiang
pancang terhadap kerusakan pada waktu pemancangan.

(3) Terangkatnya Tiang


 Segera setelah tiang beton bertulang dipancang, Pelaksana harus menentukan
suatu titik referensi dari tiang dan ketinggiannya pada tiang. Setelah semua tiang
dipasang, Pelaksana harus mengukur lagi ketinggian “Titik Referensi” setiap tiang
yang sudah dipancang dan menentukan “Uplift” tiang yang disebabkan oleh
pemancangan tiang lain.
 Bila terjadi uplift tiang 1,5 cm atau lebih, Pelaksana harus mengambil langkah
perbaikan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
 Langkah tersebut diantaranya dapat meliputi :
 Memancang kembali tiang sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih dalam
lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan terakhir. Setelah
pemancangan kembali, Pelaksana harus memeriksa kembali ketinggian dari “titik
referensi” pada semua tiang dan harus memancang kembali tiang lain yang
terangkat.

(4) Daftar Pemancangan Tiang


Pelaksana harus menyimpan daftar tiap tiang yang dipancang, tiap hari copy daftar
tersebut harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.

Daftar termasuk sekurang-kurangnya harus berisi hal berikut :

 Tanggal dan jam pemancangan.


 Jenis dan ukuraan tiang.
 Kedalaman yang dicapai.
 “Penetrasi” untuk tiap pukulan dan jumlah “Penetrasi” untuk 10 pukulan
terakhir. Besarnya nilai kalendring (final set) harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Perencana.
 Macam dan ukuran hammer yang dipakai, harus disebutkan dengan jelas.
 Gejala yang lain dari biasanya harus dicatat.

8. BRONJONG BERLAPIS SENG TEBAL DENGAN ANYAMAN 3 LILITAN DAN LEBAR


BUKAAN 8 X 10 (BRONJONG) DAN 6 X 8 (MATRAS)

8.1. UMUM
Bronjong dan matras standar harus mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan terbuat dari
kawat baja lunak berlapis seng tebal yang dianyam dengan lebar bukaan, ukuran serta
kawat sisi seperti tersebut dibawah ini. Setiap bronjong dan matras dipisahkan dengan
sekat.

Semua bronjong dan matras berlapis seng tebal tersebut sesuai dengan SII 0381/80 dan
BS 443/82 dan BS 1052/80.

8.2. ANYAMAN
Dengan menggunakan mesin penganyam, anyaman dibuat dengan cara melilitkan 2
batang kawat sebanyak tiga setengah lilitan (umumnya disebut tiga lilitan membentuk
segi enam.

a. Bronjong

Lebar bukaan sesuai dengan spesifikasi pabrik adalah 8 x 10.

b. Matras

Lebar bukaan sesuai dengan spesifikasi pabrik adalah 6 x 8


Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
8.3. KAWAT
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong dan matras maupun kawat
pengikat untuk perakitan/pemasangan harus sesuai dengan BS 1052/1980, yaitu kawat
baja lunak dengan kuat tarik antara 41-51 kg/mm² sebelum kawat tersebut dianyam
dengan mesin. Diamater kawat yang dipakai pada anyaman bronjong adalah 2,7 mm atau
3 mm dan untuk matras adalah 2.0 mm atau 2,2 mm sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan.

Perpanjangan kawat tidak boleh lebih dari 12%, pada percobaab yang dilakukan terhadap
batang uji kawat dengan panjang 30 cm sebelum kawat dianyam dengan mesin.

Toleransi diameter untuk semua kawat tersebut diatas adalah ± 2,5% , dengan demikian
toleransi berat bronjong adalah ± 5% (sesuai dengan toleransi diameter kawat yang lebih
kecil dari 2,5%)

8.4. LAPISAN SENG


Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong dan matras maupun kawat
pengikat untuk perakitan/pemasangan harus berlapis seng sesuai dengan standar BS
443/1982. Berat minimum lapisan seng dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Diameter kawat Berat Lapisan Minimum

2.0 mm 240 gr/m²

2.2 mm 240 gr/m²

2.4 mm 240 gr/m²


2.7 mm 260 gr/m²

3.0 mm 275 gr/m²

3.4 mm 275 gr/m²

4.0 mm 290 gr/m²

Lapisan seng pada kawat harus tetap melekat dan tidak retak meskipun kawat tersebut
dililit melingkar sebanyak 6 kali pada batang uji sebesar 4 kali diameter kawat.

8.5. KAWAT SISI


Semua bagian tepi dari bronjong dan matras termasuk panel dan sekat harus terikat
rapat pada kawat sisi secara mekanikal. Hal ini untuk menjaga terlepasnya anyaman.
Diamaeter kawat harus lebih besar dari diameter kawat anyam, misalnya:

a. Bronjong

 Untuk type 8 x 10 diameter kawat anyaman adalah 2.7 mm. Kawat sisi memakai
diameter 3,4 mm.
 Untuk type 8 x 10 diameter kawat anyaman adalah 3.0 mm. Kawat sisi memakai
diameter 4,0 mm.
b. Matras
 Untuk type 6 x 8 diameter kawat anyaman adalah 2.0 mm. Kawat sisi memakai
diameter 2,4 mm.
 Untuk type 6 x 8 diameter kawat anyaman adalah 2,2 mm. Kawat sisi memakai
diameter 2,7 mm.

8.6. KAWAT PENGIKAT


Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
Kawat pengikat dan kawat penghubung antara sisi panel yang diberikan untuk perakitan/
pemasangan bronjong/ matras adalah ± 5% dari berat bronjong/matras.

Diameter kawat pengikat adalah 2,2 mm.

8.7. UKURAN
a. Bronjong

Standar ukuran bronjong adalah :

Panjang : 2,0 meter; 3,0 meter; 4,0 meter.

Lebar : 1,0 meter.

Tinggi : 0,5 meter atau 1,0 meter.

b. Matras
Standar ukuran matras adalah :

Panjang : 4,0 meter; 5,0 meter; 6,0 meter.

Lebar : 2,0 meter.

Tinggi : 0,17 meter ; 0,23 meter ; 0,30 meter.

8.8. SEKAT
Tiap bronjong dan matras diberi sekat sehingga membentuk bidang denga ukuran lebar
1,0 meter dan panjang sama denga lebar standar bronjong dan matras/

8.9. TOLERANSI
a. Bronjong

Toleransi terhadap lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5% dan terhadap panjang
sebesar ± 3 %.

b. Toleransi terhadap lebar dan tinggi matras sebesar ± 5% dan terhadap panjang
sebesar ± 3 %.

8.10. PEKERJAAN LAIN - LAIN

1). Guna mendapatkan hasil kerja yang baik dan sempurna, maka bagian-bagian
pekerjaan yang yang tidak disampaikan diatas sudah termasuk dalam pekerjaan ini,
tetapi tidak disebutkan dalam RKS maupun gambar, tetap harus dilaksanakan oleh
Kontraktor tanpa ada biaya tambahan.
2). Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas.

9. PEKERJAAN PRECAST

a. Pekerjaan Saluran

Pada pekerjaan Jalan Saluran (Precast) dan Saluran Pasangan Batu yang hal hal
perlu dipersiapkan antara lain :
1. Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan
sebagaimana yang tercantum pada standar dokumen pengadaan yang
terupload pada LPSE.
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
2. Peralatan

Jenis peralatan dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan daftar


peralatan dan mobilisasi yang telah disetujui dan menurut petunjuk lebih lanjut
pengawas lapangan /konsultan supervisi. Alat tersebut meliputi mobile crane,
alat aduk, alat angkut, dan alat alat untuk pekerjaan finishing serta peralatan
lainnya sebagaimana tercantum dalam standar dokumen pengadaan LPSE.

3 Material
a. Beton Pracetak
Jenis Beton Pracetak yang dipergunakan pada pekerjaan saluran ini
menggunakan karakteristik beton serta ukuran yang telah ditentukan pada
spesifkasi dalam daftar kuantitas dan harga.

4. Pelaksanaan
Galian tanah Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai. Elevasi
galian dikontrol berdasarkan elevasi yang sudah disimpan pada
patok.Penggalian tanah menggunakan excavator. Dalam waktu 1 hari target
panjang galian minimal adalah 7,2 m untuk memenuhi kemampuan alat berat
dalam memasang beton pracetak yaitu 6 unit. Selama excavator mengerjakan
galian, 1 unit dump truck siap di sisi galian untuk menampung tanah bekas
galian. Tanah bekas galian tersebut langsung dibuang ke luar proyek dan di
sisi rencana saluran disiapkan sebagian material bekas galian untuk
digunakan pengurugan kembali. Dengan demikian area di sisi galian relatif
bersih dan setiap saat siap ditempati stock beton pracetak . Tahapan setelah
galian mencapai panjang 7,2 m adalah pengurugan sirtu. 1 hari sebelum
pengurugan, sirtu harus siap di sisi galian. Untuk segmen selanjutnya sirtu
didatangkan bertahap berdasarkan kebutuhan setiap segmen galian.
Ketebalan urugan sirtu adalah 250 mm. Pengurugan menggunakan excavator
dengan bantuan tenaga manusia untuk Beton pracetak U-ditch yang sudah
berumur lebih dari 7 hari dari fabrikasi dikirim ke lokasi dan di stok di lokasi
dekat pemasangan.Pemindahan BETON PRACETAK dari stock yard ke
tempat pemasangan menggunakan mobile crane dengan kapasitas sesuai
berat material. Biasanya kapasitan forklift yang harus disediakan adalah 2 x
berat material. Di atas BETON PRACETAK sebaiknya dipasang caping beam
dari beton cor di tempat, berfungsi untuk menjaga posisi beton pracetak u-
dtich agar tidak bergeser ke kiri atau ke kanan oleh desakan tanah setelah
pengurugan kembali.

Untuk Pekerjaan Pasangan Pasangan pondasi batu kali dengan campuran


1Pc : 4Ps seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja. Pekerjaan Plesteran
Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk
pekerjaan pasangannya. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-
bidang yang akan diplester harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
dibasahi dengan air agar plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan
terlebih dahulu. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga
plesteran tidak terlihat pecahpecah. Plesteran supaya digosok berulang-ulang
sampai mantap dengan acian PC sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah
dengan hasil halus dan rata. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata,
vertikal dan tegak lurus dengan bidang lainnya. Semua pekerjaan plesteran
Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis
harus menghasilkan bidang yang tegak lurus, halus, tidak bergelombang.
Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

YUDIANTO, A.KS, M.Si


NIP. 19711203 199203 1 005

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis


RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS) & SPESIFIKASI TEKNIS

Kode Kegiatan : 1.03.1.03.01.32 . 32

Nama Kegiatan : Pembangunan Polder Dan Bangunan Pelengkap Polder

Taman Harapan Baru RT 006 RW 023 Kel. Pejuang

Lokasi : Medan Satria

Sumber Dana : APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2019

Rencana Kerja dan Syarat & Spesifikasi Teknis

Anda mungkin juga menyukai