Anda di halaman 1dari 13

1

BAB 1
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. YB
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Mantan Penyelam
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Alak
No. MR : 50-74-19
Kunjungan Poliklinik : 28 Maret 2019

2. ANAMNESIS
Autoanamnesis telah dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019
Keluhan Utama: nyeri pada telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang dengan
keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan perasaan tidak nyaman pendengaran pada telinga kanan sedikit
berkurang. Ada rasa gatal dan ada nyeri tekan pada tragus. Pasien mengaku
mendengar suara seperti denyutan di dalam telinga kanan. Pasien mengaku kerap
membersihkan lubang telinganya menggunakan cotton bud. Riwayat keluar cairan
dari telinga (-). Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek, bersin,
hidung berair, dan nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung. Riwayat perforasi membran
timpani akibat barotrauma (+) yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan
2

pasien sebagai mantan penyelam, namun dibiarkan saja (tidak mendapatkan


pengobatan).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga
pasien
Riwayat Alergi:
Riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah mencoba mengobati keluhan yang dirasakannya.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien sering mengorek telinga menggunakan cotton bud.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
Pasien sudah menikah. Pasien merupakan seorang mantan penyelam.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2019
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital : dalam batas normal
Status Lokalis THT :
Telinga:
Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga Kiri
hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-), edema (-),
Daerah Pre-
fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
aurikula
nyeri tekan tragus (+) nyeri tekan tragus (-)

deformitas (-), hiperemis (-), deformitas (-), hiperemis (-),


Aurikula
edema (-), nyeri tarik edema (-), nyeri tarik
aurikula (-) aurikula (-)
3

hiperemis (-), edema(-), hiperemis (-), edema(-),


Daerah
fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
Retroaurikula
nyeri tekan mastoid (+) nyeri tekan mastoid (-)
serumen (-), edema (-), serumen (-), edema (-),
hiperemis (+), furunkel (-), hiperemis (-), furunkel (-),
sekret (+) serous, sekret (-)

Meatus denyutan / pulsating (+)


Akustikus

Sekret Hiperemi
s
retraksi (-), bulging (-), cone of light, posisi jam 7
hiperemis (+), edema (-),
perforasi (+)

Membran
Timpani

Perforasi

Hidung:
 Mukosa : edema (-/-), secret (-/-)
 Konka : hyperplasia (-)
 Septum nasi : lurus
 Massa : -/-
Nasofaring/Orofaring: tidak dapat dievaluasi
Maksilofasial: simetris, tidak terdapat parese nervus kranialis
4

Leher: pembesaran KGB (-)

4. DIAGNOSIS BANDING
a. Otitis media akut stadium supuratif
b. Otitis media supuratif kronik tipe benigna
c. Mastoiditis
d. Otitis media serous kronik

5. DIAGNOSIS KERJA
AD H65.2 Chronic Serous Otitis Media

6. TATALAKSANA
a. Non medikamentosa (KIE)
 Dilakukan irigasi pada telinga kanan
 Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada telinga tengah
 Pasien harus menjaga telinganya selalu kering
 Pasien harus menghindari debu dan asap, terutama asap rokok
 Pasien diingatkan untuk tidak mengorek telinga dengan menggunakan
cotton bud terlalu sering
b. Medikamentosa: Ciprofloxacin 500mg, meloxicam 7,5mg dan CTM.
Pemberian steroid ditunda untuk sementara karena pasien sedang menerima
terapi dari poliklinik jantung.

7. FOLLOW UP (RENCANA TERAPI LANJUTAN)


a. Evaluasi keadaan membran timpani, apakah sudah menutup atau belum.
b. Pemeriksaan Audiometri
c. Pemeriksaan Laboratorium (kultur dan sensitivity test dari secret)
d. Pemeriksaan Radiologi dan CT scan
5

8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: infeksi telinga akut, kista di telinga
tengah, kerusakan permanen dari telinga dengan hilangnya fungsi pendengaran
parsial atau seluruhnya, skar pada membrane timpani (timpanosklerosis),
kolesteatoma, mastoiditis, sinusitis, tinnitus, vertigo, paresis nervus VII, neuritis
(nervus VIII) dan periostitis.

9. PROGNOSIS
Baik jika tidak ditemukan jaringan fibrotic pada membran timpani dan jika
membrane timpani dapat menutup secara sempurna.
6

BAB 2
PEMBAHASAN

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga
tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dan
membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan
efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa
terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh
darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan
hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah
timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama
dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang
dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing
palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik
atau metabolik. Keadaan alergi sering berperan sebagai faktor tambahan dalam
timbulnya cairan di telinga tengah (efusi di telinga tengah).
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat
disebabkan antara lain oleh: 1) sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan
di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada
barotrauma, 2) virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada jalan napas atas, 3) alergi, terbentuknya caran di telinga tengah
yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan napas atas, 4) idiopatik.
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran
berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau
suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit. Kadang-
kadang terasa seperti ada caoran yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala
berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi saat awal tuba terganggu, yang
7

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada


barotrauma). Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya
sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada dalam
bentuk ringan.
Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang-kadang tampak
gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli konduktif dapat
dibuktikan dengan garputala.
Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan
medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal, antihistamin, serta perasat valsava, bila
tidak ada tanda-tanda infeksi saluran napas atas. Setelah satu atau dua minggu, bila
gejala-gejala masih menetap, dilakukan miringotomi, dan bila masih belum sembuh
maka dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet).
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik
hanya pada cara terbentunya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara
tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada
keadaan kronik secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala
pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis
media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
Secret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue
ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media
akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya
hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba
Perasaan tuli pada otitis media serosa lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena
adanya secret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan
ini sering diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau
dilakukan uji pendengaran.
8

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning, kemerahan
atau keabu-abuan.
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan
miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang masih
baru, pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi antihistamin-dekongestan
peroral kadang-kadang bisa berhasil. Sebagian ahli menganjurkan pengobatan
medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil, baru dilakukan tindakan operasi.
Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi,
pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.

Tabel Perbedaan Teori dan Kasus


TEORI KASUS
ANAMNESIS ANAMNESIS
Rasa tidak nyaman pada telinga (terasa Perasaan tidak nyaman pada telinga
penuh), kanan (+),
Suara yang bergema pada telinga, Keluhan tanda infeksi (+),
Tinnitus, Demam (-),
Tidak terdapat keluhan tanda-tanda Pendengaran berkurang (+)
infeksi, Penggunaan cotton bud (+),
Tidak didapatkan demam, Riwayat barotrauma (+),
Pendengaran berkurang Riwayat infeksi hidung dan sinus (-),
Penggunaan cotton bud, Riwayat perforasi membran timpani (+)
Riwayat alergi,
Barotrauma,
Riwayat infeksi hidung dan sinus,
Riwayat terkena oma (perforasi membran
timpani)
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK
Membran timpani utuh, retraksi, suram, Membran timpani perforasi,
9

kuning kemerahan, atau keabu-abuan, Kanalis hiperemis,


Nyeri tekan, Secret serous,
Kanalis hiperemis, Nyeri tekan tragus dan mastoid (+)
Secret
PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG
Audiometri -
Pemeriksaan Lab (kultur dan sensitivity
test dari secret)
Radiologi / CT scan
TATALAKSANA TATALAKSANA
1. Non medika mentosa (KIE) 1. Non medikamentosa (KIE)
2. Medikamentosa  Dilakukan irigasi pada telinga kanan
- Antiinflamasi  Pasien diberitahu bahwa pasien
- Antibiotik mengalami infeksi pada telinga
- Antihistamin tengah
- Steroid  Pasien harus menjaga telinganya
- Dekongestan selalu kering
 Pasien harus menghindari debu dan
asap, terutama asap rokok
 Pasien diingatkan untuk tidak
mengorek telinga dengan
menggunakan cotton bud terlalu
sering
2. Medikamentosa:
- Antiinflamasi: Meloxicam
7,5mg
- Antibiotic: Ciprofloxacin 500mg
- Antihistamin: CTM
- Steroid: Pemberian steroid
10

ditunda untuk sementara karena


pasien sedang menerima terapi
dari poliklinik jantung.
11

BAB 3
KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang laki-laki berusia 63 tahun dengan diagnosis kerja


chronic serous otitis media. Diagnosis didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1
minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan perasaan tidak nyaman pendengaran
pada telinga kanan sedikit berkurang. Ada rasa gatal dan ada nyeri tekan pada tragus.
Pasien mengaku mendengar suara seperti denyutan di dalam telinga kanan. Pasien
mengaku kerap membersihkan lubang telinganya menggunakan cotton bud. Riwayat
keluar cairan dari telinga (-). Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek,
bersin, hidung berair, dan nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien. Pasien
memiliki riwayat penyakit jantung. Riwayat perforasi membran timpani akibat
barotrauma (+) yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan pasien sebagai mantan
penyelam, namun dibiarkan saja (tidak mendapatkan pengobatan). Tidak ada riwayat
gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga pasien. Riwayat alergi
pada obat-obatan dan makanan disangkal oleh pasien. Pasien sering mengorek telinga
menggunakan cotton bud. Pasien merupakan seorang mantan penyelam.
Pasien mendapatkan tatalaksana medikamentosa dan non medikamentosa. Pasien
mendapat edukasi agar menjaga telinga selalu kering, mengindari debu dan asap,
terutama asap rokok dan hentikan penggunaan cotton bud. Medikamentosa yang
didapatkan oleh pasien antara lain ciprofloxacin 500mg, meloxicam 7,5 mg dan
CTM.
Rencana terapi lanjutan (follow up) pada pasien ini adalah: dilakukan evaluasi
pada membrane timpani, apakah sudah menutup atau belum, dilakukan pemeriksaan
audiometri, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan CT scan, pemeriksaan lab berua
kultur dan sensitivity test dari secret telinga.
12

BAB 4
PENUTUP

Telah dilaporkan seorang laki-laki berusia 63 tahun dengan diagnosis kerja


chronic serous otitis media. Diagnosis didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien mendapatkan tatalaksana medikamentosa dan non medikamentosa.
Pasien mendapat edukasi agar menjaga telinga selalu kering, mengindari debu dan
asap, terutama asap rokok dan hentikan penggunaan cotton bud. Medikamentosa yang
didapatkan oleh pasien antara lain ciprofloxacin 500mg, meloxicam 7,5 mg dan
CTM.
13

DAFTAR PUSTAKA

Soetirto I, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung


Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta: FK UI: 2012. p. 57-69.

Anda mungkin juga menyukai