Anda di halaman 1dari 70

Makalah

KONSEP DIAGNOSIS HOLISTIK


(INTERNAL AND EXTERNAL RISK ASSESMENT)

Oleh:

Oleh :

Annisa Muthia Haryani, S.Ked 04084821820002


Ulfa Mutia, S.Ked 04084821820026
Ahmad Reiman, S.Ked 04084821820060

Pembimbing
dr. Hj. Mariatul Fadillah, MARS, Sp.DLP, PhD

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT- ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah

Konsep Diagnosis Holistik (Internal and External Risk Assesment)

Oleh:

Annisa Muthia Haryani, S.Ked 04084821820002


Ulfa Mutia, S.Ked 04084821820026
Ahmad Reiman, S.Ked 04084821820060

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat – Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Palembang, Juni 2019

dr. Hj. Mariatul Fadillah, MARS, Sp.DLP, PhD

2
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillahirobbil’alamin karena berkat rahmat dan karunia-Nya


penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Konsep Diagnosis Holistik
(Internal and External Risk Assesment)”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kedokteran Masyarakat – Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Mariatul Fadillah, MARS,
Sp.DLP, PhD selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Juni 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh

orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh

anggota masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya

yang harus dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan

yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Jika pelayanan

kesehatan tidak tersedia (available), tidak tercapai (accessible), tidak terjangkau

(affordable), tidak berkesinambungan (continue) tidak menyeluruh (comprehensive),

tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu (quality) tentu sulit diharapkan

terwujudnya keadaan sehat tersebut.

Jika ditinjau dari prinsip pokok yang dimiliki, maka pelayanan dokter keluarga

yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara

keseluruhan, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Perkembangan spesialisasi

dan atau sub-spesialisasi ini berjalan dengan amat pesat sekali. Perkembangan

spesialisasi dan sub-spesialisasi mendatangkan banyak manfaat yakni makin

meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai oleh turunnya angka

kesakitan, angka cacat dan angka kematian, ternyata juga mendatangkan banyak

masalah. Salah satu dari masalah yang dimaksud yang dipandang cukup penting ialah

makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum.

Masalah yang paling menonjol ditemukan pada subsistem pelayanan kesehatan

ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak (fragmented health service),

amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung

mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan seperti ini tentu

4
merugikan masyarakat, karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan

yang menyeluruh (comprehensive health services). Pasien akhirnya bagaikan berbelanja

ke banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan dan

manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak-kotak ini, maka hubungan

dokter pasien (doctor-patient relationship) menjadi renggang. Sering ditemukan

perhatian dokter hanya terhadap belahan yang disampaikan, bukan terhadap diri

penderita secara keseluruhan.

Selain itu masalah yang menonjol juga ditemukan pada subsistem pembiayaan

kesehatan dimana biaya kesehatan menjadi meningkat. Peningkatan biaya kesehatan

tersebut bukan saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi juga

karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan

kedokteran yang sama sering dilakukan berulang-ulang, yang tentu akan memberatkan

pasien. Masalah lainnya juga mutu pelayanan yang diselenggarakan ternyata jauh dari

memuaskan.

Pendekatan holistik yakni memandang manusia sebagai mahkluk biopsikososial

pada ekosistemnya. Diagnosis holistik merupakan alat yg digunakan dokter pelayanan

primer untuk mengungkapkan aspek kehidupan sosial berkaitan dengan keluhan,

diagnosis klinis yang semuanya memerlukan penyelesaian. Tata cara diagnosa holistik

memperhatikan berbagai aspek yang dimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien

yang bersangkutan. Kesulitan dalam menegakkan diagnosis adalah pada interpretasi data

psikososial karena para klinisian umumnya tidak memperhitungkan hal itu. Klinisian

umumnya berdasarkan sign (apa yang dikeluhkan, persepsi dari pasien) dan symptoms

(berdasarkan persepsi dokter) juga diagnostik tes, laboratorium, radiologis untuk

mendeteksi fungsi organ tubuh. Secara ringkas, tujuan diagnosis holistik dapat

5
menemukan penyebab penyakit baik dari faktor internal juga faktor lainnya dari

kehidupan seseorang agar dokter dapat melakukan tindakan efisien dan efektif.

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar dokter keluarga menerapkan

prinsip-prinsip pendekatan pelayanan kedokteran keluarga sehingga mampu

meningkatkan level keterlibatan dokter dengan keluarga pasien, menegakkan diagnosis

holistik, dan menerapkan penanganan komprehensif. 


6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dokter Keluarga

Menurut WONCA, 1991 dalam Prasetyawati, pada saat ini, batasan dokter

keluarga banyak macamnya, Dokter Keluarga merupakan dokter yang mengutamakan

penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan

kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah

seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan

kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan

pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari

keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras,

budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan

pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya,

sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya

pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya.

2.1.1 Pelayanan Dokter Keluarga

7
Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua diantaranya yang

dipandang cukup penting adalah:

1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang

memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana

tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan

umur atau jenis kelamin pasien , juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit

tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969).

2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak

dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya

terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan

kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan

membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan

ilmu-ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai

peranan yang unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian

masalah, pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang

mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of

Family Physician,1996).

2.1.2 Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga

Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika

disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan

kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya

8
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih

efektif. Bila dibandingkan dengan pelayanan kedokteran yang lain, pelayanan

dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam

menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada

keluhan pasien semata, melainkan memandang pasien sebagai manusia

seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian anggota keluarga dengan

lingkungannya masing-masing. Dengan metode seperti ini diharapkan

penyelesaian masalah kesehatan dapat dilakukan secara sempurna dan

memuaskan.

b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih

efisien. Pelayanan kedokteran keluarga lebih efisien disebabkan pelayanan

kedokteran keluarga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit

yang diselnggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Hal

ini bertujuan untuk menurunkan angka jatuh sakit, yang secara tidak langsung

akan menurunkan biaya kesehatan. Dengan pelayanan yang menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan dapat dihindari tindakan atau pemeriksaan

yang berulang-ulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan

dana kesehatan yang bersifat tidak terbatas.

2.1.3 Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga

9
Sesungguhnya apabila pelayanan dokter keluar dapat diselenggarakan dengan

baik, akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain

(Cambridge Research Instituue,1976):

a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia

seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin

kesinambungan pelayanan kesehatan.

c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan

terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.

d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga

penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah

lainnya.

e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala

keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun

keterangan keadaan social dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah

kesehatan yang dihadapi.

f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya

penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologi.

g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara

yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dank arena itu akan meringankan

biaya kesehatan.

h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran yang canggih

yang memberatkan biaya kesehatan.

10
2.1.4 Prinsip Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga

1. Pelayanan yang Bersinambung (Continuity Of Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan

bersinambung yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien,

proaktif, dan terus-menerus demi kesehatan pasien. Pelayanan proaktif

dimaksudkan pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara

proaktif. Rekam medis bersinambung, informasi dalam riwayat kesehatan pasien

sebelumnya dan pada saat datang digunakan untuk memastikan bahwa

penatalaksanaan yang diterapkan sesuai dengan pasien yang bersangkutan.

Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.

Dokter keluarga juga mendampingi pasien pada saat dilakukan konsultasi dan

atau rujukan, demi kepentingan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan

pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan bersinambung adalah:

a. Apakah sebagai dokter keluarga kita telah mengetahui riwayat pasien

tersebut sebelum kita membuat suatu keputusan?

b. Apakah kita sudah menjelaskan kepada pasien betapa pentingnya tindak

lanjut (follow up) dalam perawatan penyakitnya?

c. Apakah kita sudah membuat kesepakatan dengan pasien untuk rencana

jangka panjang penyakitnya?

d. Apakah pasien percaya kepada dokternya?

e. Bila kita melihat rekam medik pasien tersebut, apakah pasien selalu

dirawat oleh dokter yang sama? Hal ini penting untuk kasus-kasus

penyakit kronik.

11
2. Pelayanan yang menyeluruh (Comprehensiveness)

Sebagai dokter, kita memandang pasien tidak hanya dari sisi biologis saja

tetapi juga dari sisi sosial dan psikologisnya. Seorang dokter memandang pasien

secara keseluruhan dengan memperhatikan keseluruhan kebutuhan mereka.

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai

manusia seutuhnya. Perlu dilakukan tindakan promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pelayanan dokter keluarga memiliki sIstem untuk memandang pasien sebagai

bagian dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa keluarga pasien dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan

pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan menyeluruh adalah:

a. Apakah tertulis dalam rekam medis pasien daftar masalah dan daftar

pengobatan yang sedang dilakukan?

b. Apakah rekam medis pasien cukup informatif untuk dapat digunakan?

c. Apakah dokter tahu kemampuan pasiennya dalam pembayaran obat

ataupun pemeriksaan yang dianjurkan?

d. Waspadai apakah pasien dalam keadaan depresi atau keluhannya hanya

psikosomatik?

3. Pelayanan yang terkoordinasi (Coordination Of Care)

Dokter keluarga yang mengkoordinasikan semua pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan pasien. Dokter keluarga menjadi guide dan bertanggung jawab

dalam sistem pelayanan, yang berperan memberikan advokasi. Kerjasama

profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan kesehatan yang

12
bermutu dan mencapai kesembuhan optimal, memanfaatkan potensi pasien dan

keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan. Sebagai contoh: melatih

anggota keluarga untuk mengukur dan memantau suhu tubuh pasien atau bahkan

tekanan darah dan kadar gula darahnya. Hasil itu selanjutnya dilaporkan secara

berkala kepada dokter yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan

pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan bersinambung adalah:

a. Apakah kita mendiskusikan pasien yang kita rujuk dengan konsultan, baik

telepon ataupun secara langsung?

b. Apakah kita pernah bersama-sama dengan pasien bertemu dengan

konsultan?

c. Apakah kita mengajarkan staf atau perawat kita hal-hal yang dapat

dilakukan untuk membantu kita dalam mengkoordinasikan pelayanan

kesehatan pasien?

d. Bila perawatan pasien melibatkan banyak dokter, siapa yang menjelaskan

kepada pasien mengenai diagnose penyakitnya?

4. Masyarakat (Community)

Pekerjaan, budaya, dan lingkungan adalah aspek-aspek dalam komunitas

yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan seorang pasien. Banyak sumber-

sumber di masyarakat yang dapat digunakan dokter keluarga dalam rangka

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dan pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan bersinambung adalah:

a. Apakah sebagai dokter keluarga kita tahu apa pekerjaan pasien kita, dan

tahu apa jenis pekerjaan atau tempatnya bekerja, yang mungkin dapat

13
memberi informasi tentang penyakitnya?

b. Apakah kita menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat,

seperti support group untuk penderita asma? adanya senam asma yang

dilakukan rutin oleh Medan Asma Centre, klub osteoporosis, dan

sebagainya?

c. Apakah kita tahu frekuensi kejadian penyakit yang sama dilingkungan

tempat tinggal pasien ? Misalnya seperti pasien yang menderita demam

berdarah, apakah juga didapati orang lain yang terkena DHF di daerah

tersebut ?

5. Pencegahan (Prevention)

Pencegahan penyakit memiliki banyak aspek, termasuk pengenalan faktor

resiko dari penyakit, dan promosi kesehatan gaya hidup sehat. Pencegahan juga

termasuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin memiliki efek terhadap

kesehatan emosional pasien dan keluarganya. Pencegahan adalah mengenali

faktor-faktor resiko tejadinya suatu penyakit, seperti riwayat penyakit dalam

keluarga dan melakukan skrining untuk kasus dini dan pencegahan sedini

mungkin. Seperti Melayani KIA, KB, vaksinasi, mendiagnosis dan mengobati

penyakit sedini mungkin, mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada

waktunya, dan mencegah kecacatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan

pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan bersinambung adalah:

a. Apakah faktor-faktor resiko tersebut tertulis dalam rekam medis pasien?

b. Apakah faktor-faktor resiko tersebut didiskusikan dengan pasien dan

membuat kesepakatan untuk mengurangi faktor resiko tersebut?

14
c. Apakah kita sudah melakukan antisipasi terhadap masalah-masalah yang

secara normal memang terjadi dalam siklus kehidupan sebuah keluarga ?

Misalnya masalah yang terjadi pada pasangan yang baru menikah dan

baru memiliki anak (the emptiness syndrome)?

6. Keluarga (Family)

Dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian dari keluarganya,

dan memahami pengaruh penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga

terhadap penyakit.dokter keluarga juga harus mengenali keluarga yang disfungsi

atau berfungsi baik. Penilaiannya dapat berdasarkan genogram, family

circle,family Apgar. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas,

masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan

penyakitnya, dan memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan

lingkungannya untuk membantu penyembuhan penyakitnya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dan pertanyaan yang perlu ditanyakan dalam pelayanan

bersinambung adalah:

a. Apakah di dalam rekam medisnya tercantum genogram, family circle,

family Apgar, dan memuat informasi mengenai Siklus Kehidupan

Keluarga?

b. Family circle dan Family Apgar biasanya digunakan pada kasus-kasus

tertentu, tetapi genogram dan siklus Kehidupan Keluarga harus ada dalam

catatan setiap pasien?

c. Apakah support system dalam keluarga dicatat?

d. Apakah kita mengevaluasi pengaruh penyakit terhadap keluarga dan

15
pengaruh keluarga terhadap penyakit pasien?

2.2 Definisi Diagnosis Holistik

Diagnosis Holistik merupakan kegiatan untuk mengidentifikasikan dan

menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang

diperoleh dari keluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan

penilaian internal dan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya.

Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi dimensi personal, fisik,

psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit.

Dalam pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang tidak hanya

bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang,

tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan

lingkungan.

Pendekatan holistik tidak hanya mengobati gejala tetapi juga mencari

penyebab dari gejala. Pendekatan holistik untuk pengobatan pasien telah

dikemukakan oleh Percival di dalam bukunya pada tahun 1803. Kasus

kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistic (menyeluruh).

Selain individu sebagai objek kasus, juga terkait dengan aspek fisik (biologis),

psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah kesehatan individu

merupakan suatu komponen dari sistem pemeliharaan kesehatan dari individu

yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian

dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan,

sikap dan perilaku, aspek sosial dan lingkungan.

16
2.2.1 Indikator Pengelolaan Diagnosis Holistik

Indikator pengelolaan diagnosis holistik dan penanganan yang komprehensif

dapat mengacu pada:

a. Personal social history

b. Family assessment tool

a) Genogram

Genogram adalah pohon keluarga (family tree) yang menggambarkan

hubungandetaildiantara individu-individu di dalam anggota keluarga.

Termasuk di dalamnya pola herediter dan pola hubungan psikologis

diantara anggota keluarga. Genogram terdiri atas:

- Nama, jenis kelamin, tanggal lahir , tanggal meninggal, dan peran

dalam kekerabatan (sebagai ayah, ibu, anak, adopsi, anak tiri,

saudara kandung)

- Memperlihatkan rumah tangga dalam sebuah keluarga besar

- Masalah kesehatan dan penyakit kronis yang ada di dalam keluarga

- Tanggal-tanggal penting dalam keluarga (contoh: cerai dll)

- Hubungan psikologis dalam keluarga

Aturan dalam Genogram:

- Nama keluarga besar ditulis di paling atas

- Mencakup minimal 3 generasi

- Anggota keluarga tertua dalam sebuah generasi ditulis paling kanan

diikuti yang lebih muda secara ber-urutan di sebelah kiri (Note : kanan

dan kiri sesuai pemahaman dextra/ sinistra di dalam kedokteran)

17
- Nama dan usia ditulis di bawah simbol

- Anggota keluarga yang menjadi fokus pelayanan (pasien) di beri tanda

“panah”

- Garis-garis yang menghubungkan tiap anggota keluarga menggunakan

“family relationship symbols” sehingga langsung menggambarkan

hubungan emosional yang terjadi

- Riwayat penyakit ditulis di sebelah kiri ‘nama’ menggunakan “Medical

Genogram Symbols” 


- Anggota keluarga yang tinggal satu rumah ditandai di dalam sebuah

lingkaran

18
b) Family APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, and

Resolve)

Family APGAR adalah instrumen yang digunakan sebagai rapid

19
assessment untuk mengetahui berfungsinya sebuah keluarga

(functional/dysfunctional) di mata individu pasien.

Penilaian APGAR didapat dari anamnesa (wawancara tersturktur) dan

Home Visit. Berusaha dikuantifikasi dengan angka:

o 8 – 10  Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)

o 4 – 7  Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)

o 0 – 3  Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Dysfunctional

Family)

c) Family 
 SCREEM

SCREEM (Social, Cultural, Religion, Economic, Education, and

20
Medical) adalah alat yang digunakan untuk menilai kemampuan sebuah

keluarga mencari pelayanan kesehatan dan menghadapi sebuah krisis.

Ada 6 parameter yang dinilai:

o Social


Menggambarkan interaksi sosial keluarga dengan lingkunganya.

Contoh patologi: Keluarga tersebut terisolasi dari lingkungan.

o Cultural

Identifikasi terhadap kebanggaan, kelekatan dan kepercayaan

terhadap budaya. Contoh patologi: Superioritas atau inferioritas

budaya dan/atau rigid dogma.

o Religious

Kebiasaan keluarga dalam meyakini dan menjalankan keyakinan

religiusnya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh patologi : Rigid

dogma yang menghalangi hidup sehat.

o Economic

Stabilitas ekonomi keluarga termasuk kepuasan mereka dalam

masalah finansial dan kemampuan mereka memenuhi kebutuhan

dalam kondisi kehidupan normal. Contoh patologi : Kemiskinan

atau perencanaan ekonomi yang salah.

o Educational

Tingkat pendidikan yang memungkinkan keluarga memahami

tentang kesehatan dan gaya hidup yang mendukung kesehatan.

Contoh patologi: Sulit memahami pesan kesehatan (handicapped to

comprehend).

21
o Medical

Keluarga dapat menjangkau layanan kesehatan yang mereka

butuhkan dengan sumber daya yang mereka miliki dan

memanfaatkanya dengan baik. Contoh patologi: Tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

d) Family Map

e) Family Life Cycle

f) Family Lifeline

c. Risk Factor 


d. Disease and illness

2.2.2 Aspek-aspek Diagnosis Holistik dan Komprehensif

a. Aspek 1 : Diagnosis Aspek Personal

 Alasan kedatangan: Mengarah pada alasan subyektif yang melatarbelakangi

pasien datang

 Harapan: Harapan pasien kepada dokter

 Persepsi: Persepsi pasien terhadap penyebab masalahnya

 Upaya: Upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi masalahnya

b. Aspek 2 : Diagnosis Klinis

 Diagnosa klinis yang ditemukan pada pasien berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (disease). Diagnosa yang

ditemukan ini bisa lebih dari satu.

22
Contoh:
 Diagnosa klinis 1 : Hipertensi stage 2

Diagnosa klinis 2 : Diabetes mellitus

c. Aspek 3 : Diagnosis Faktor Resiko Internal

 Genetik

Riwayat penyakit yang ada di keluarga pasien terutama yang 
 berkaitan

dengan permasalahan kesehatannya.

Contoh: seorang pasien didiagnosa menderita Hipertensi stage 2 dan setelah

dianamnesa ditemukan bahwa ayah pasien juga menderita Hipertensi.

 Kondisi biologis

Adanya kondisi biologis (atau masalah kesehatan lain) pada pasien yang

dapat menjadi faktor resiko timbulnya masalah kesehatan saat ini.

Contoh : overweight, riwayat alergi

 Perilaku atau Gaya Hidup

Kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi faktor resiko

permasalahan kesehatan yang dimilikinya. Termasuk perilaku saat bekerja.

Contoh:

- Seorang pasien yang didiagnosa Hipertensi diketahui memiliki riwayat

kebiasaan merokok dan makan makanan terlalu asin.

- Seorang pasien low back pain yang bekerja sebagai buruh pelabuhan dan

mengangkan benda berat.

23
 Kondisi Psikologis

Faktor personality pasien atau tingkat stress yang dialami oleh 
 pasien.

Contoh: pasien mulai sering merasa murung dan menyendiri sejak suaminya

meninggal. 


d. Aspek 4 : Diagnosis Faktor Resiko Eksternal

 Ekonomi

Kondisi status finansial atau pendapatan yang dihasilkan oleh seseorang

dalam satu keluarga.

Contoh: Pada anamnesa diketahui bahwa pekerjaan pasien hanya sebagai

kuli bangunan. Sehingga karena status ekonominya yang rendah maka

pasien jarang memeriksakan kesehatannya.

 Lingkungan Sosial

Kondisi hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitarnya.

Contoh: Pada kasus scabies, pasien sering kontak dengan temannya satu

bangku di sekolah yang juga terkena scabies sehingga tertular.

 Lingkungan Budaya

Budaya yang berkembang di masyarakat mengenai suatu kasus kesehatan.

Contoh: Budaya di keluarga besar tidak suka minum obat kimia

 Lingkungan Fisik

Kondisi fisik lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, dan sekitar yang

menjadi faktor risiko permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien.

24
Contoh: pada kasus TBC paru, pasien tidur satu ruangan dengan kakaknya

yang juga menderita TBC paru karena tidak ada lagi ruangan kosong di

rumah pasien.

 Lingkungan Kimia

Faktor risiko berupa paparan kimia baik di rumah, lingkungan sekitar , dan

tempat kerja.

Contoh: pada kasus pembantu rumah tangga yang mengalami dermatitis

kontak akibat alergi detergen.

 Lingkungan Biologi

Faktor resiko berupa agen biologis penyebab penyakit dari lingkungan

Contoh : Memelihara kucing berhubungan dengan toksoplasmosis

e. Aspek 5 : Derajat Fungsional

- Bagaimana masalah pasien mempengaruhi aktivitas sehari-hari

- Skala 1-5

25
2.2.3 Intervensi Diagnosis Holistik dan Komprehensif

- Medikamentosa dan Tindakan Medis, Tindakan keperawatan.

- Edukasi dan Advokasi : Edukasi tentang pencegahan dan penularan, Edukasi

tentang obat-obatan, Edukasi tentang faktor resiko, dll.

Diagnosis holistik meliputi diagnosis psikososial, kultur, dan spiritual serta

diagnosis medik. Plan atau manajemen holistik meliputi:

 Intervensi psikososial

 Intervensi medik (diagnosa, treatment dan follow up)

 Intervensi berbasis EBM

 Upaya pencegahan diberbagai level perjalanan alamiah penyakit

26
Contoh Kasus Pendekatan Diagnosis Holistik

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 66 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Taruna II Rt 008 Rw 002, Sukapura Cilincing Jakarta Utara

Tanggal berobat : 6 Agustus 2015

A. Anamnesa

Autoanamnesa yang dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2015 :

1. Keluhan Utama :

Nyeri kepala

2. Keluhan Tambahan :

Leher terasa pegal atau kaku

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Kelurahan Cilincing dengan keluhan nyeri

kepala. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 3 minggu ini. Pasien merasakan

keluhan ini secara terus menerus sehingga membuat pasien datang untuk berobat.

Nyeri kepala terasa seperti ditekan-tekan dan seringkali dirasakan di seluruh

kepala. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul > 2 kali, lebih berat jika

27
pasien kelelahan atau stress. Keluhan ini membuat kepala pasien terasa berat dan

menjalar hingga ke leher namun keluhan ini tidak sampai membuat aktivitas

pasien sehari-hari terganggu. Selain nyeri kepala pasien juga mengeluhkan

lehernya sering terasa tegang atau kaku, namun pasien masih bisa menggerakkan

lehernya secara bebas.

Riwayat adanya trauma daerah kepala dan leher disangkal oleh pasien.

Keluhan mual, muntah, lemah anggota tubuh disangkal, bicara pelo dan mulut

mencong disangkal. Keluhan penglihatan tiba – tiba buram disangkal. Keluhan

sesak nafas bila beraktivitas nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke leher kiri

hingga lengan kiri di sangkal, keluhan mudah lemas ketika aktivitas ringan dan

tidur harus menggunakan lebih dari 2 bantal disangkal. Keluhan adanya pilek

berulang disetai nyeri pada tulang-tulang wajah khususnya daerah pipi, dahi dan

pangkal hidung disangkal oleh pasien.

Pasien menyangkal adanya sering terbangun pada malam hari karena ingin

buang air kecil, peningkatan nafsu makan ataupun rasa haus berlebih disangkal.

Buang air kecil dan buang air besar pasien normal tidak ada keluhan. Pasien turut

menyangkal adanya perubahan pada penglihatannya dan tidak mempunyai keluhan

penurunan berat badan yang bermakna.

Pasien mengatakan dirinya mempunyai riwayat tekanan darah tinggi yang

telah diketahuinya sejak 3 tahun yang lalu. Pertama kali mengetahui dirinya

menderita tekanan darah tinggi saat berobat ke Puskesmas dengan keluhan nyeri

kepala dan pundak terasa Tegang. Pada saat itu dilakukan pemeriksaan tekanan

darah, dan hasilnya tinggi yaitu 180/100 mmHg. Semenjak itu pasien didiagnosa

mengidap tekanan darah tinggi namun pasien tidak rutin kontrol ke puskesmas.

28
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku didiagnosis hipertensi sejak 3 tahun yang lalu namun

tidak rutin berobat. Pasien hanya berobat bila ada keluhan. Riwayat diabetes

mellitus, asam urat, penyakit paru, penyakit jantung disangkal oleh pasien.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga disangkal, riwayat penyakit

diabetes mellitus pada keluarga disangkal, riwayat penyakit paru disangkal.

6. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tinggal di rumah milik sendiri bersama suami dan kedua anaknya.

Dalam hal ekonomi, keluarga pasien termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi

menengah ke bawah. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien tidak

bekerja Perekonomian pasien dibantu oleh anaknya yang bekerja menjadi buruh

pabrik, dan penjual gorengan . Penghasilan dari kedua anaknya tidak tetap, rata-

rata Rp 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 per bulan. Menurut pasien jumlah uang

tersebut hanya cukup untuk kebutuhan-kebutuhan pokok.

Menurut pasien, dirinya merupakan seseorang yang cukup aktif dalam

bergaul di lingkungan tempat tinggalnya. Pasien sering duduk-duduk sambil

mengobrol dengan tetangga di sekitar tempat tinggal, juga rajin mengikuti

pengajian ibu-ibu di masjid terdekat.

7. Riwayat Kebiasaan :

Pasien dan suami memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, dan lebih sering

memasak makanan yang mengandung garam dan penyedap rasa, seperti ikan asin,

telor asin,bihun, tempe, tahu, yang diberi garam dan penyedap rasa. Terkadang

pasien mengkonsumsi . Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi ayam atau

29
daging. Pasien sangat jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien menyangkal

riwayat keluarga mengkonsumsi minum-minuman beralkohol. Keluarga Ny.R

tidak ada yang memiliki kebiasaan merokok. Pasien tidak pernah berolah raga.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum :Baik

Kesadaran : compos mentis

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 160/100 mmHg

b. Nadi : 88 x /menit, regular

c. RR : 20 x /menit

d. Suhu : 36,6O C

3. Status Generalis :

Kulit : Sianosis (-), ikterus (-)

Kepala : Normocephale, berwarna hitam dan beruban

Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-).

Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)

Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)

Tenggorokan : Hiperemis (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

30
Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis teraba

 Perkusi : Batas Jantung Normal

 Auskultasi. : BJ I-II normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo

 Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris

 Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang

tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri

 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri

 Auskultasi : Suara paru vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronkhi(-/-)

Abdomen

 Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), striae (-), lesi (-)

 Auskultasi : bisung usus (+) normal

 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

 Perkusi : timpani pada seluruh abdomen

Genitalia : Tidak dilakukan

Anorektal : Tidak dilakukan

Ekstremitas

 Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-)

 Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-)

31
4. Status Gizi

Berat badan : 57 kg

Tinggi badan : 153 cm

IMT : BB/(TB)2= 57/(1,53)2 = 24.3 kg/m2

Status Gizi : Beresiko Menjadi Obesitas

BB Ideal : (153-100) – ( 15% x 53)= 45 kg

Kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan tinggi badan (dalam meter kuadrat).

Tabel 1. Indeks Masa Tubuh

IMT STATUS GIZI

<18,5 Berat Badan Kurang

18,5 – 22,9 Berat Badan Normal

>23,0 Kelebihan Berat Badan

23,0 – 24,9 Beresiko Menjadi Obesitas

25,0 – 29,9 Obesitas I

>30,0 Obesitas II

Sumber : Center For Obesity Research and Education, 2007

Kesimpulan : Status Gizi Pasien Beresiko Menjadi Obesitas

Penentuan Status Gizi Berdasarkan Rumus Broca

 Berat Badan Idaman (BBI) : (TB – 100) – 10%

: (153 -100) – 10% = 53 kg – 5.3 kg = 47.7 kg

32
 Status gizi : (BB aktual : BB ideal) x 100%

: (57 : 45) x 100% = 126% (Termasuk BB lebih)

 Jumlah kebutuhan kalori perhari :

- Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 kalori

= 45 kg x 25 kalori = 1.125 kalori

- Kebutuhan untuk aktivitas ditambah 20 % karena aktivitas yang

dilakukan pasien termasuk aktivitas sedang

20% x 1.125 kalori = 225 kalori

- Koreksi karena kelebihan berat badan dikurangi 10% karena pasien

termasuk beresiko menjadi obes

20% x 1.125 kalori = 225 kalori

- Koreksi faktor usia dikurangi 10%

10% x 1.125 kalori = 112,5 kalori

Jadi, total kebutuhan kalori perhari untuk pasien adalah :

1.125 kalori + 225 kalori – 225 kalori – 112,5 kalori = 1.013 kalori.

Untuk Kebutuhan Harian :

Karbohidrat (60-70%) = 70% x 1.013 kkal = 709 kkal

Protein (10-15%) = 10% x 1.013 kkal = 101,3 kkal

Lemak (20-25%) = 20% x 1.013 kkal = 202,6 kkal

33
C. Pemeriksaan Penunjang

Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang

apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan

laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit lain selain hipertensi:

 Pemeriksaan gula darah

 Pemeriksaan kolesterol darah

 Pemeriksaan EKG

PROFIL KELUARGA

1. Karakteristik Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. J

Usia : 68 Tahun

b. Identitas Pasangan

Nama : Ny.R

Usia : 66 tahun

c. Identitas Anak

Nama : Ny. I, berusia 45 tahun

Nama : Ny. A, berusia 38 tahun

Nama : Tn. D, berusia 34 tahun

Nama : Nn. S, berusia 28 tahun

34
d. Struktur Komposisi Keluarga : The extended family

Keluarga terdiri atas Tn. J sebagai kepala keluarga dan Ny.R sebagai istri dan

ibu rumah tangga. Pasangan ini dikaruniai 5 orang anak namun anak kedua

mereka meninggal pada saat usia 18 bulan karena sakit. Pasangan ini memiliki 1

anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Tiga orang sudah menikah dan hanya

dua orang yang telah memiliki anak. Anak pertama yaitu Ny. I berusia 45 tahun,

menikah dengan Tn.F yang berusia 47 tahun. Ny. I dan Tn.F saat ini memiliki 1

anak laki-laki serta 1 anak perempuan. Keluarga Ny.I tinggal di luar kota.

Anak ketiga yaitu Ny.A berusia 38 tahun, menikah dengan Tn. B yang berusia

40 tahun. Ny S dan Tn D memiliki 1 orang anak laki-laki dan tinggal di daerah

yang tidak begitu jauh dari rumah Tn. J dan Ny.R Anak kempat yaitu Tn.D

berusia 34 tahun, menikah dengan Ny. F yang berusia 30 tahun. Tn.D dan Ny.F

belum memiliki anak. Keluarga Tn.D saat ini tinggal bersama di rumah Tn.J dan

Ny.R. Tn.D saat ini bekerja sebagai buruh pabrik.Anak kelima yaitu Nn.S, saat

ini berusia 28 tahun dan belum menikah. Nn.S tinggal bersama Tn.J dan Ny.R.

Nn. S membantu perekonomian keluarga dengan berjualan gorengan di

rumahnya.

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah

No Nama Kedudukan Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan Penghasilan

dalam Tambahan

Keluarga

1. Tn. J Kepala L 68 SD Tidak - -

keluarga tahun Bekerja

35
2. Ny. R Istri P 66 SD Ibu Pasien -

tahun Rumah

Tangga

3. Tn. D Anak L 34 SMP Buruh Turut bantu Rp.

tahun Pabrik membiayai 1.500.000

keluarga /bulan

4 Ny. F Menantu P 30 SD Ibu - -

tahun Rumah

Tangga

5. Nn. S Anak P 28 SD Penjual Turut bantu Rp.

tahun Gorengan membiayai 500.000/bul

keluarga an

A. Genogram

1. Bentuk keluarga

Keluarga terdiri atas 3 generasi dengan kepala keluarga (KK) bernama Tn. J

berusia 68 tahun. Bentuk keluarga adalah keluarga besar (extended family).

Bentuk – Bentuk Keluarga :

 Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

 Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan

dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.

36
 Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

 Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

 Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

 Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

2. Tahapan siklus keluarga :

Menurut Duvall (1977) dikutip dalam Friedman (1998), Keluarga Ny.R

berada pada tahapan siklus keluarga yang ke delapan, yaitu keluarga dalam masa

pensiun dan lansia (mulai dari pensiun hingga pasangan yang meninggal).

Adapun tahapan siklus keluarga Tn. J dan Ny.R termasuk ke dalam tahap ke 8

yaitu Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota

keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan yang sudah

meninggal.

3. Tahapan Perkembangan Keluarga :

Tahap Perkembangan Keluarga Mc Goldrick dan Carter (1985)

mengembangkan model tahap kehidupan keluarga yang didasari oleh ekspansi,

kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan keluarga yang

memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota

37
keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi,

perubahan dan tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga. Tahapan

siklus keluarga menurut Duvall (Nicholas 1984) terdiri dari 8 siklus:

a. Tahapan I

Tahap pemula, pasangan dalam tahap pernikahan.

b. Tahap II

Keluarga sedang mengasuh anak ( anak tertua bayi berusia 30 bulan).

c. Tahap III

Keluarga dengan usia anak pra sekolah (anak tertua berusia 2-6 tahun).

d. Tahap IV

Keluarga dengan usia anak sekolah ( anak tertua berusia 6-13 tahun).

e. Tahap V

Keluarga dengan anak remaja (anak usia 13-20 tahun).

f. Tahap VI

Keluarga melepas anak usia dewasa muda (anak meninggalkan rumah).

g. Tahap VII

Orangtua usia pertengahan.

h. Tahap VIII

i. Keluarga dalam masa pensiunan

4. Family map (gambar)

Gambar 2. Family Map

38
Sudah meninggal Sudah meninggal
Sudah meninggal
saat berusia 75 th saat berusia 69 th
Sudah meninggal saat berusia 70th
karena usia karena usia tua
saat berusia 70 th karena usia
Karena usia

Ny.R 66 Th
Tn. J 68 Th

Tn. F Ny. I Meninggal saat Tn. B Ny. S Nn. S


Ny. A Tn. D
47 Th 45 th usia 18 bulan 40 th 29 th 28 th
38 th 34 th
karena sakit
Keterangan :

: Pasien / penderita

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal satu rumah

: Meninggal

39
5. Fungsi Keluarga

a. Biologis

Fungsi biologis dalam keluarga Ny. R termasuk baik karena Ny. R

mempunyai 4 orang anak, 1 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang sehat

dan tidak ada cacat sedikitpun. Ny. R juga telah memiliki 3 orang cucu yang

sehat dan tidak cacat. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan reproduksi

dalam keluarga Ny. R termasuk baik. Saat ini Ny. R menderita hipertensi grade

II yang sudah dideritanya selama 3 tahun terakhir.

b. Psikologis

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya masih aktif

melakukan tugas-tugas rumah tangga, diantaranya mencuci, menyapu, memasak

dan sebagainya. Pasien termasuk kurang dekat dengan anak-anaknya, karena

anak-anaknya sebagian besar sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri.

Anak pasien juga menantu cukup sibuk dengan pekerjaannya dan urusannya

masing – masing sehingga untuk memperhatikan kesehatan pasien karena

anggota keluarga sibuk oleh pekerjaannya masing-masing maka dukungan

keluarga untuk kesembuhan pasien kurang.

c. Sosial

Keluarga Ny. R selalu menjalin hubungan silahturahmi yang baik dengan

keluarga besar dan masyarakat di lingkungan rumahnya sekitar. Keluarga Ny.R

tidak memiliki masalah dengan keluarga lain. Apabila ada permasalahan dalam

keluarga pengambilan keputusan selalu dimusyawarahkan dengan anggota

keluarga agar terdapat keputusan yang sesuai dengan harapan.


d. Ekonomi

Pasien setiap hari mengeluarkan uang sebesar Rp.25.000 – Rp.50.000 yang

digunakan untuk membeli kebutuhan untuk makan sehari-hari. Pendapatan

bersumber dari penghasilan anak pasien yang bekerja sebagai buruh pabrik dan

penjual gorengan . Dimana total pendapatan keluarga perbulan yaitu Rp.

1.000.000 - Rp. 1.500.000. Pendapatan ini digunakan untuk keperluan sehari-

hari seperti makan, membayar listrik, dan kebutuhan lain.

e. Dinamika Keluarga

Masalah dalam keluarga ini adalah kurangnya waktu berkumpul bersama

karena anak – anak dan menantu Ny. R sibuk dengan pekerjaannya, terkadang

hari libur dipakai untuk lembur sehingga komunikasi antar anggota keluarga

juga kurang berjalan dengan baik. Namun meski begitu keluarga terkadang

masih mau menemani pasien untuk berobat ke puskesmas.

Waktu keseharian Ny. R dihabiskan untuk mengurus rumah seperti

menyapu, megepel, mencuci pakaian, dan memasak Hubungan pasien dengan

tetangga atau masyarakat sekitar cukup baik. Pasien senang bergaul dengan

masyarakat di sekitarnya.

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

a. Lingkungan tempat tinggal

41
Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri

Daerah perumahan : : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 6 x 6 m2 Keluarga Ny. R tinggal di rumah

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang milik sendiri. Ny. R tinggal

Luas halaman rumah : tidak ada bersama suami, kedua anak nya,

Tidak Bertingkat dan satu menantu nya. Rumah Ny.

Lantai rumah dari : keramik R tinggal ditempat yang padat.

Dinding rumah dari : tembok Namun ketersediaan air bersih,

Jamban keluarga : ada jamban keluarga serta tempat

Tempat bermain : tidak ada pembuangan sampah cukup baik.

Penerangan listrik : 1.100 watt

Ketersediaan air bersih :ada

Tempat pembuangan sampah :ada

42
Gambar 1. Denah Rumah

Kepemilikan barang-barang berharga :

- Satu buah sepeda motor

- Dua buah kipas angin

- Dua buah telpon seluler

- Satu buah kompor

- Dua tempat tidur

- Dua buah lemari pakaian

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas

b. Balita : KMS (-)

c. Asuransi/Jaminan kesehatan : BPJS

43
d. Perilaku terhadap sakit dan penyakit:

Jika ada salah satu anggota keluarga Ny. R yang sakit, maka akan membeli obat

warung terlebih dahulu. Jika keluhan tidak kunjung menghilang pasien akan

berobat ke klinik atau puskesmas.

e. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan:

Keluarga Ny. R memiliki jaminan kesehatan (BPJS)

f. Perilaku terhadap makanan

Keluarga Ny. R mempunyai kebiasaan makan sebanyak dua sampai tiga kali

sehari. Makanan yang dimakan oleh keluarga Ny. R didapatkan dengan memasak

sendiri bahan makanan oleh pasien atau anaknya.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3. Pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat Jalan kaki Pasien merasa senang

pelayanan kesehatan Angkot berobat di puskesmas

Kendaraan Pribadi karena letaknya tidak

jauh dari rumah

Tarif Pelayanan Sangat mahal Pasien tidak perlu

kesehatan Mahal mengeluarkan biaya

Terjangkau untuk kesehatannya

Murah karena telah di tanggung

Gratis oleh BPJS

Kualitas pelayanan Sangat Memuaskan Pasien merasa senang

44
kesehatan Memuaskan berobat di Puskesmas

Cukup Memuaskan karena merasa dilayani

Tidak memuaskan dengan baik

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga

a. Kebiasaan makan :

Keluarga Ny. R biasa makan dua kali sehari terkadang tiga kali dengan porsi

sedang. Menu makan pasien dan keluarga sering dengan nasi, Ikan asin, tahu

tempe, bihun yang diberi tambahan garam dan penyedap rasa. Terkadang pasien

mengkonsumsi ayam atau telur asin. Keluarga ini sangat jarang mengkonsumsi

buah-buahan dan sayur-sayuran. Ny. R mengatakan dialah yang memasak untuk

keluarga dan jarang membeli jajanan di luar rumah. Makanan selingan biasanya

dikonsumsi di luar waktu makan. Makanan selingan yang memiliki rasa asin dan

gurih. Makanan selingan ini biasanya dimakan pada sore atau malam hari sebagai

teman minum teh atau kopi seperti bakwan,tahu goreng, tempe goring, pisang

goreng.

b. Menerapkan pola gizi seimbang :

Untuk penerapan pola gizi seimbang Ny.R sebaiknya mengikuti Pedoman Gizi

Seimbang yang dijabarkan, sebagai berikut:

1. Membiasakan makan pagi (sarapan) untuk memelihara ketahanan fisik dan

meningkatkan produktivitas kerja.

2. Makanlah makanan sumber karbohidrat, namun hanya setengah dari kebutuhan

energi. Membatasi energi atau sekitar 3-4 sendok per hari. Idealnya sekitar 50-

45
60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara dengan 3-

4 piring nasi.

3. Makanlah beragam makanan sumber zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun

(protein), serta zat pengatur (vitamin dan mineral).

4. Membaca label pada makanan yang dikemas, untuk mengetahui komposisi bahan

penyusun, gizi, serta tanggal kadaluarsa.

5. Membatasi konsumsi lemak dan minyak hingga seperempat dari kecukupan

energi. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan

penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung coroner.

6. Menggunakan garam yang mengandung yodium untuk mencegah timbulnya

gangguan akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat perkembangan

tingkat kecerdasan, penyakit gondok, dan kretin (kerdil). Konsumsi garam

dianjurkan tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari.

7. Mengkonsumsi makanan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Sumber zat

besi yang baik diantaranya adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan,

hati, telur dan daging.

8. Makan untuk memenuhi kebutuhan energi, yang dapat terpenuhi dari tiga sumber

utama, yaitu karbohidrat, protein dan lemak.

9. Meminum air bersih, aman dan jumlah yang cukup, yaitu minimal 2 liter atau

setara dengan 8 gelas setiap harinya.

10. Menghindari konsumsi minuman berakohol.

11. Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan, yaitu bebas dari bahan

kimia dan mikroba berbahaya yang dapat menyebabkan sakit.

12. Melakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur untuk mendapatkan berat

badan normal dan mengimbangi konsumsi energi yang berlebihan.


46
Ny.R sudah menerapkan pola makan yang teratur dan gizi seimbang dalam setiap

hidangan yang dihidangkan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak, namun karena

pengetahuan keluarga mengenai makanan yang bergizi dan diet untuk penderita

hipertensi masih kurang sehingga menyebabkan tidak terkontrolnya pola makan

Ny.R. Ny.R mengaku sering makan makanan yang asin dan gurih. Ny.R sering

menambah garam dan penyedap rasa pada makananya. Pola makan pasien selama tiga

hari terakhir sebagai berikut :

Food recall (pola makan dalam tiga hari terakhir)

Tabel 4. Food Recall

Hari Waktu Makanan Porsi

Senin 3 Agustus Pagi Lontong Lontong sayur

2015 sayur, air 1 porsi

mineral Air mineral 1

gelas

Siang nasi putih, Nasi putih 1

bihun, orek gelas

tempe dan Bihun 1 porsi

gorengan, teh Gorengan 2

manis hangat buah

Orek tempe 1

porsi

Teh manis 1

47
gelas

Malam nasi, ikan Nasi 1 gelas

asin, sayur Ikan asin 1

sop, air ekor

mineral Sayur sop 1

porsi

Air mineral 1

gelas

Hari Waktu Makanan Porsi

Selasa 4 Agustus Pagi Gorengan Gorengan 3 buah

2015 (bakwan, pisang

goreng) Teh manis 1

Teh manis manis gelas

Siang nasi , bihun, Nasi 1 gelas

ayam goreng orek Bihun 1 porsi

tempe dan air Ayam goreng 1

mineral potong

48
Orek tempe 1

porsi

Air mineral 1

gelas

Malam nasi, soto ayam, Nasi 1 gelas

air mineral, Soto ayam 1

porsi

Air mineral 1

gelas

Hari Waktu Makanan Porsi

Rabu 5 Agustus Pagi Mie goreng Mie goreng 1

2015 Air mineral porsi

Air mineral 1

gelas

Siang Nasi, Bihun, Orek Nasi 1 gelas

tempe, gorengan, Bihun 1 porsi

Air Mineral Gorengan 2

buah

Orek tempe 1

porsi

Air Mineral 1

gelas

Malam nasi, ikan asin, Nasi 1 gelas

49
sayur sop, air Ikan asin 1 ekor

mineral Gorengan 1

buah

Sayur sop 1

porsi

Air mineral 1

gelas

Analisa Makanan

Senin (Nilai Kalori yang di konsumsi perhari=1554 kkal)

- 1 porsi lontong sayur = 220 kkal

- 2 porsi nasi = 135 kkal x 2 = 270 kkal

- 1 porsi bihun = 192 kkal

- 4porsi aneka gorengan ( bakwan, tahu) = 140 x 2 = 280 kkal

- 1 orek tempe = 165 kkal

- 1 Gelas Teh Manis = 80kkal

- 1 porsi ikan asin = 224 kkal

- 1 Porsi Sayur Sop = 123 kkal

Selasa (Nilai Kalori Makanan =1539 kkal)

- 2 porsi nasi = 135 kkal x 2 = 270 kkal

- 1 porsi bihun = 192 kkal

- 1 potong ayam goreng = 100 kkal

- 2 porsi aneka gorengan ( bakwan, tahu,) = 140 x 3 = 420 kkal

- 1 orek tempe = 165 kkal


50
- 1 Gelas Teh Manis = 80 kkal

- 1 porsi soto ayam = 312 kal

Rabu (Nilai Kalori yang di konsumsi = 1815 kkal)

- 1 porsi mie goreng = 420 kkal

- 2 porsi nasi = 135 kkal x 2 = 270 kkal

- 1 porsi bihun = 192 kkal

- 3 porsi aneka gorengan ( bakwan, tahu, tempe, dll) = 140 x 3 = 420 kkal

- 1 orek tempe = 165 kkal

- 1 porsi ikan asin = 224 kkal

- 1 Porsi Sayur Sop =124 kkal

Asupan yang diterima oleh Ny.R tidaklah sesuai dengan perhitungan yang ada, karena

Ny.R, sering melanggar pemberian asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi

beliau. Sehingga penatalaksanaan nutrisi pada Ny.R tidak maksimal.

Kesimpulan

Ny.R tidak teratur dalam melakukan terapi gizi medis. Mengakibatkan

penatalaksanaan nutrsi pada Ny.R tidak maksimal.

6. Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga :

Pasien mengerti bahaya penyakit Hipertensi. Pasien mengatakan akan rajin

kontrol tekanan darahnya setiap dua minggu sekali dan akan rutin minum obat.

51
Anak-anaknya tidak keberatan untuk membantu biaya pengobatan dan bergantian

mengantar pasien ke puskesmas.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga :

Pasien memiliki kebiasaan dan senang makan yang asin dan gurih. Pasien

mengaku kebiasaan ini sangat sulit untuk dikuranginya. Keempat anak pasien

kurang sadar dengan penyakit yang diderita ibunya. Keempat anak pasien jarang

mengingati ibu untuk minum obat. Hal inilah yang menghambat terselesaikannya

masalah penyakit tekanan darah tinggi pasien.

B. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga

Ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada keluarga ini. Kurangnya

waktu berkumpul bersama di dalam keluarga karena keempat anak pasien sibuk

dengan urusannya masing-masing karena sebagian besar sudah berkeluarga dan

bekerja. Namun hubungan keluarga yang terjalin diantara satu sama lain cukup baik.

Keluarga kurang mengerti akan pentingnya kesehatan dan pemeliharaan

kesehatan, sehingga usaha dalam merubah pola makan dan gaya hidup kurang

diperhatikan. Pasien memiliki kebiasaan dan senang makan yang asin dan gurih.

Pasien mengaku kebiasaan ini sangat sulit untuk dikuranginya. Suami dan keempat

anak pasien kurang sadar dengan penyakit yang diderita Ny.R. Suami dan Kempat

anak pasien jarang mengingati Ny.R untuk minum obat dan kontrol ke dokter. Hal

inilah yang menghambat terselesaikannya masalah penyakit tekanan darah tinggi

pasien.

52
C. Diagnosis Holistik

1. Aspek Personal

a. Pasien mengeluh nyeri kepala, leher terasa pegal dan sulit tidur.

b. Harapan berobat adalah untuk sembuh

c. Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit

pasien, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar

anggota keluarga demi kesembuhan pasien

d. Yang diharapkan sebagai pasien adalah kesembuhan. Hal ini dapat

terwujud bila pola makan diatur sejak sekarang dan kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat dimana obat harus dikonsumsi seumur hidup.

e. Pasien merasa khawatir terhadap penyakitnya karena tidak sembuh-

sembuh juga dan pasien merasa khawatir akan ketergantungan obat karena

perlu mengkonsumsi obat seumur hidupnya.

2. Aspek Klinik

a. Diagnosis kerja : dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien

didiagnosis menderita hipertensi grade II.

b. Diagnosis banding : -

3. Aspek Risiko Internal

a. Pasien berumur 66 tahun yang merupakan kelompok usia risiko tinggi

munculnya penyakit hipertensi.

b. Pasien sering lupa untuk meminum obat dengan teratur dan apabila sudah

merasa sembuh pasien berhenti untuk kontrol.


53
c. Pola makan yang sering mengonsumsi makanan asin dan gurih

mempengaruhi tekanan darah pasien.

d. Pasien juga jarang berolahraga.

e. Pasien memiliki beban pikiran yaitu masalah keuangan

4. Aspek Psikososial Keluarga

Peran keluarga dalam mendukung pasien seperti mengingatkan minum obat,

mengingatkan agar rutin berobat ke Puskesmas, mengingatkan untuk mengurangi

makan makanan yang asin-asin diakui pasien sangat jarang dilakukan.

5. Aspek Fungsional

Pasien merasa masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit. Pasien

mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah.

54
D. Rencana Pelaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil Biaya Keterangan

diharapkan

Aspek -Menjelaskan Pasien Pada saat -Pasien

personal kepada pasien kunjungan mengetahui

untuk tetap rajin ke tentang

kontrol berobat Puskesmas penyakitnya.

apabila obatnya Dan saat

sudah habis dan kunjungan

mengikuti saran ke rumah

dokter agar tekanan -Pasien

darahnya menjaga

terkontrol. penyakitnya

agar tidak

-Menjelaskan bertambah

bahwa penyakit parah.

hipertensi adalah

penyakit seumur - Pasien

hidup, yang tidak mengerti

bisa sembuh bahwa

sempurna yang penyakitnya

disebabkan membutuhkan

gangguan fungsi pengobatan

jantung dan seumur hidup,

55
lifestyle. sehingga

-Menjelaskan pasien rajin

bahwa pengobatan untuk berobat

penyakit hipertensi dan

bersifat seumur mengontrol

hidup, namun dapat tekanan

terkontrol. darahnya.

Aspek -Memberikan obat Pasien Pada saat -Pasien dapat

klinik penurun tekanan kunjungan memiliki

darah Amlodipin ke tekanan darah

dengan dosis 1 x 10 Puskesmas sesuai dengan

mg sehari target yang

ingin dicapai

-Menjelaskan dan terkontrol

fungsi obat yang -Pasien

bekerja dalam mengerti akan

penurunan tekanan pentingnya

darah tinggi, cara obat, khasiat

kerja serta efek obat dan cara

samping yang dapat penggunaan

ditimbulkan oleh obat secara

obat. tepat untuk

56
-Menganjurkan proses

pasien untuk penyembuhan

mendeteksi serta

komplikasi mencegah

penyakit hipertensi komplikasi

yaitu melakukan

pemeriksaan EKG -Pasien dapat

dan Laboratorium mengetahui

seperti urin rutin perkembanga

n penyakitnya

-Menganjurkan dan dapat

pasien untuk mencegah

mengikuti pola timbulnya

makan seimbang komplikasi

yaitu salah satunya

dengan membatasi - Membantu

konsumsi garam dalam

tidak lebih dari 2 mengontrol

gram/ hari tekanan darah,

mencegah

terjadinya

komplikasi

Aspek -Memberi edukasi Pasien Pada saat -Pasien

risiko pada pasien untuk dan kunjungan menghindari

57
internal merubah pola keluarg ke rumah makanan yang

makan, a dapat

menghindari mempengaruh

makanan dengan i tekanan

kandungan garam, darah

yaitu

menghindarkan -Mengurangi

makanan yang resiko tekanan

dimasak dengan darah tinggi

cara digoreng,

mengganti dengan

masakan yang -Menjaga

direbus, tidak kebugaran

minum kopi, tubuh

menghindarkan

stress seperti

banyak pikiran

-Menyarankan

pasien untuk

olahraga ringan

seperti jalan santai

di sekitar

lingkungan rumah

58
sebanyak kurang

lebih 30 menit

sehari.

Aspek -Edukasi keluarga Pasien Pada saat -Keluarga

psikososial untuk tetap dan kunjungan memahami

keluarga memberi dukungan keluarg ke rumah keadaan fisik

kepada pasien a pasien untuk

seperti pemulihan

mengingatkan kesehatan

untuk meminum pasien.

obat secara teratur, -Keluarga

mengantarkan memberi

berobat agar dapat perhatian

menjaga lebih kepada

kesehatannya dan pasien

dengan pola makan -Pasien dan

keluarga yang baik keluarganya

dengan membatasi sadar akan

pemakaian garam pentingnya

sebanyak 6 hidup sehat

gram/hari atau - Pasien

sebanyak 1 sendok merasa

teh diperhatikan

59
oleh

-Menganjurkan keluarganya

kepada keluarga

pasien untuk

meningkatkan

komunikasi yang

baik dengan pasien,

seperti mengajak

pasien buat kontrol, - Menambah

mengingatkan pengetahuan

pasien untuk bagi pasien

membatasi dalah dan

mengkonsumsi keluarganya

makanan yang

mengandung garam

tinggi

-Memberi

penyuluhan akan

pentingnya

kesehatan, seperti:

memberikan

penyuluhan bahwa

pasien harus rutin

60
minum obat setiap

hari, menjelaskan

kepada pasien

bahwa penyakit

yang dideritanya

membutuhkan

pengobatan seumur

hidup

Aspek -Menyarankan Pasien Pada saat -Kondisi

fungsional pasien untuk tidak dan kunjungan tubuh pasien

melakukan aktivitas keluarg kerumah lebih sehat

berlebihan dan a dan kuat,

menasehati pasien meringankan

untuk tetap tenang gejala

dan tidak terlalu penyakit

membebani pikiran.

E. Analisa Kasus

a. Aspek Personal

Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien saat ini merupakan tanda bahwa

pasien memiliki respon kelelahan, sehingga bila pasien merasakan keluhan pasien

datang berobat ke puskesmas. Hal ini bersesuaian dengan teori perilaku kesehatan

dalam bagian perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

61
behaviour), dimana hal tersebut merupakan respon dari sebuah stimulus (sakit).

(Notoatmodjo, 2007).

Pasien memiliki harapan untuk melanjutkan hidupnya. Pasien mengatakan ini

semua takdir yang diberikan, serta pasien ikhlas, dan ingin berobat teratur agar

penyakitnya dapat disembuhkan. Pada analisis aspek personal dapat dilihat bahwa

pasien adalah seseorang yang memiliki harapan untuk dapat melanjutkan

hidupnya. Maka rencana penatalaksanaan menjelaskan kepada pasien mengenai

penyakitnya, komplikasi penyakitnya, memberikan penjelasan kepada pasien agar

pasien termotivasi untuk kontrol rutin ke dokter setiap bulannya secara teratur.

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya tidak dapat

disembuhkan namun dapat terkontrol bila pasien rutin berobat tiap bulan. Dengan

harapan pasien memahami mengenai penyakitnya dan rajin kontrol secara teratur

dan pasien mengalami perbaikan dalam status kesehatannya dan kualitas hidup

pasien akan meningkat.

b. Aspek Klinis

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri

kepala tanpa didahului oleh sebab khusus disertai leher kaku sejak 3 minggu yang

lalu. Maka rencana penatalaksanaan ialah menjelaskan kepada pasien bahwa

penyakitnya ialah cobaan hidup dari tuhan dan meyakinkannya bahwa dapat

dikontrol serta menjelaskan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan dengan

rajin kontrol dan minum obat secara teratur.

c. Aspek Risiko Internal


62
Aspek risiko internal yang perlu diperhatikan adalah pola makan dan faktor

kebiasaan, maka rencana penatalaksanaan menjelaskan pola makan sehat dan

memberi motivasi untuk berusaha menjaga kesehatan dengan rajin kontrol dan

minum obat secara teratur. Dengan hasil yang diharapkan pasien ingin kontrol dan

minum obat secara teratur.

d. Aspek Psikososial Keluarga

Kurangnya komunikasi antara pasien dengan anak dan suaminya

menyebabkan kurangnya perhatian dari anak dan suami pasien terhadap penyakit

yang diderita oleh pasien. Maka rencana pelaksanaan ialah menjelaskan kepada

pasien agar dapat mengajak suami dan anaknya untuk berpartisipasi ikut serta

dalam pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Serta menjelaskan kepada

suami dan anak pasien mengenai penyakit pasien dan rencana pengobatannya dan

pentingnya untuk tetap berobat dan mendukung serta mengingati pasien agar tetap

minum obatnya secara rutin dan teratur. Dengan hasil yang diharapkan istri dan

anak pasien lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada pasien.

e. Aspek Fungsional

Menurut skala ECOG pasien termasuk derajat 1 dimana pasien mampu

melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti pekerjaan rumah. Dengan

rencana pelaksanaan menyarankan pasien untuk tidak membenani dirinya sendiri

dalam beraktivitas, beraktivitas sesuai dengan kemampuannya, serta tetap

melakukan olahraga. Dengan hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan

kualitas hidupnya.

RENCANA MAKANAN SEHAT DALAM SEHARI


63
Contoh pola diet untuk pasien dengan diet 1.013 kalori:

Ny. R menderita hipertensi grade II oleh karena itu perlu dibatasi penggunaan

garama (diet rendah garam). Standar diet rendah garam diberikan kepada pasien

dengan edema, asites, dan/ atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit

dekompensasio kordis, sirosis hepatis, penyakit ginjal, toksemia kehamilan dan

hipertensi esensial. Standar diet rendah garam dalam pelaksanaannya dibagi dalam 3

standar yaitu : Standar diet rendah garam I, diet rendah garam II, diet rendah garam

III. Diet rendah garam I mengandung 200-400 mg Natrium ( tidak ditambahkan

garam meja) , diet rendah garam II mengandung 600-800 mg Natrium (1/2 sendok

teh), diet rendah garam III mengandung 1000-1200 mg Natrium (1 sendok teh).

Perlu dilihat makanan-makanan yang memiliki kandungan Natrium ( garam

dapur, soda, vetsin, baking powder, bahan pengawet) di dalamnya seperti biscuit,

dendeng, abon, corned beef, ikan sarden, ebi, udang kering, ikan asin, telur asin, keju,

selai kacang tanah, asinan saturan/ buah, sayuran/ buah dalam kaleng, kecap, terasi,

petis, tauco, saos tomat, margarin, mentega, otak, ginjal, lidah, paru,-paru, dan

jantung.

Total kebutuhan kalori per hari : 1068,75 kkal

- Karbohidrat : 709 kkal : 4 = 177,3 gram

- Protein : 101, 3 kkal : 4 = 25,3 gram

- Lemak : 202,6 kkal : 9 = 22,5 gram

Makan Pagi : 25 % Snack 2 : 10 %

Snack 1 : 15 % Makan malam : 20%

Makan siang : 30 %
64
Makan Pagi : Karbohidrat : 25% x 709 kkal = 177,25 kkal = 44,3 gram

Protein : 25% x 101,3 kkal = 25,3 kkal = 6,3 gram

Lemak : 25% x 202,6 kkal = 50,65 kkal = 5,6 gram

Snack 1 : Karbohidrat : 15% x 709 kkal = 106,4 kkal = 26,6 gram

Protein : 15% x 101,3 kkal = 15,2 kkal = 3,8 gram

Lemak : 15% x 202,6 kkal = 30,4 kkal = 3,4 gram

Makan Siang: Karbohidrat : 30% x 709 kkal = 212,7 kkal = 53,2 gram

Protein : 30% x 101,3 kkal = 30,4 kkal = 7,6 gram

Lemak : 30% x 202,6 kkal = 60,78 kkal = 6,7 gram

Snack 2 : Karbohidrat : 10% x 709 kkal = 70,9 kkal = 17,7gram

Protein : 10% x 101,3 kkal = 10,1 kkal = 2,5 gram

Lemak : 10% x 202,6 kkal = 20,26 kkal = 2,2 gram

Makan Malam : Karbohidrat : 20% x 709 kkal = 141,8 kkal = 35,4 gram

Protein : 20% x 101,3 kkal = 20,26 kkal = 5 gram

Lemak : 20% x 202,6 kkal = 40,52 kkal = 4,5 gram

Menu makan pagi : Nasi putih ½ porsi

1 butir telur rebus

1 gelas air mineral

Snack 1 : buah ( 2 buah pisang/ 2 buah apel)

Menu makan siang : Nasi putih ½ porsi

Sayuran 1 porsi ( sayur sop )

1 potong ikan ( pepes)

1 gelas air mineral


65
Snack 2 : Buah/biskuit (buah : 1 mangkok papaya± 200 𝑔𝑟 ,

biscuit 2 buah

Menu makan malam : Nasi Putih ½ porsi

1 potong ayam

Sayuran 1 porsi ( sayur bayam )

1 gelas air mineral

Prognosis

1. Ad vitam : dubia ad bonam

2. Ad sanationam : dubia ad malam

3. Ad fungsionam : dubia ad malam

66
BAB III

KESIMPULAN

Masalah yang paling menonjol ditemukan pada subsistem pelayanan kesehatan ialah

pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak (fragmented health service), amat

tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung mengorganisir

pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan seperti ini tentu merugikan masyarakat,

karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh

(comprehensive health services). Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak-kotak ini,

maka hubungan dokter pasien (doctor-patient relationship) menjadi renggang. Sering

ditemukan perhatian dokter hanya terhadap belahan yang disampaikan, bukan terhadap diri

penderita secara keseluruhan.

Pendekatan holistik yakni memandang manusia sebagai mahkluk biopsikososial pada

ekosistemnya. Diagnosis holistik merupakan alat yg digunakan dokter pelayanan primer

untuk mengungkapkan aspek kehidupan sosial berkaitan dengan keluhan, diagnosis klinis

yang semuanya memerlukan penyelesaian. Tata cara diagnosa holistik memperhatikan

berbagai aspek yang dimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien yang bersangkutan.

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis adalah pada interpretasi data psikososial karena para

klinisian umumnya tidak memperhitungkan hal itu. Klinisian umumnya berdasarkan sign

(apa yang dikeluhkan, persepsi dari pasien) dan symptoms (berdasarkan persepsi dokter) juga

diagnostik tes, laboratorium, radiologis untuk mendeteksi fungsi organ tubuh. Secara ringkas,

tujuan diagnosis holistik dapat menemukan penyebab penyakit baik dari faktor internal juga

faktor lainnya dari kehidupan seseorang agar dokter dapat melakukan tindakan efisien dan

efektif.

Diagnosis Holistik merupakan kegiatan untuk mengidentifikasikan dan menentukan


67
dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan

riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan penilaian internal dan eksternal dalam

kehidupan pasien dan keluarganya. Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi

dimensi personal, fisik, psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan

pencegahan penyakit. Dalam pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang

tidak hanya bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang, tetapi

juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan.

Pendekatan holistik tidak hanya mengobati gejala tetapi juga mencari penyebab dari

gejala. Pendekatan holistik untuk pengobatan pasien telah dikemukakan oleh Percival di

dalam bukunya pada tahun 1803. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan

secara holistic (menyeluruh). Selain individu sebagai objek kasus, juga terkait dengan aspek

fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah kesehatan individu

merupakan suatu komponen dari sistem pemeliharaan kesehatan dari individu yang

bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat

yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek

sosial dan lingkungan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, 2010. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. Diunduh dari :

http://blog.unila.ac.id/hadinata/2010/06/12/perbedaan-antara-dokter-dan-dokter-

keluarga/ (Diakses 9 Juni 2019).

Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine. JB. Lipincott

Company. 


Andry Hatono, 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing – Jakarta:EGC

Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and Challeges for

Pastoral Care, WWW. Who.int/cancer/Palliative/definition/en/ diambil pada tanggal

11 Januari 2010 


Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada Semiloka

Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas. Kerjasama DepKes Prop.

Jateng dengan UNS. 


Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan

Dokter Indonesia. 


Azwar, A. 1999. Implementasi Kedokteran Keluarga pada Fakultas Kedokteran. Jakarta :

Orasi Ilmiah Dies Natalis UI ke-49. 


Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Indonesia.

Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan Dokter Keluarga.


69
Jakarta : PB IDI. 


Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine. Oxford

Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003 


Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta. 2009.

Family Medicine Education and Development in National Health System. Yogyakarta

: Center of Family Medicine. 


Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York,

NY: Oxford University Press 


Jurusan IKM FK UNS. 2002. Modul Kedokteran Keluarga : Pelayanan di Keluarga. KK

Kanwil Depkes Jateng. 2000. Pedoman Upaya Kesehatan melalui Pendekatan Keluarga.

Murtagh, J. 1998. General Practice. Mc Graw Hill Company.

Robert B. Taylor (ed). 1993. Family Medicine Principles and Practice. Springer-Verlag.

Wonodirekso, Sugito. 2008. Karir Dokter di Ranah Pelayanan Kesehatan Primer. Semarang.

70

Anda mungkin juga menyukai