Anda di halaman 1dari 2

Photopolymerizable Dental Composite

Dalam dunia kedokteran gigi, penambalan gigi (dental filling) adalah salah satu
praktik yang paling sering dilakukan. Penambalan gigi umumnya dilakukan untuk
memperbaiki struktur gigi yang terkena karies, yaitu peristiwa dimana lapisan gigi rusak
akibat asam yang dikeluarkan oleh bakteri pada rongga mulut. Di Indonesia sendiri, karies
menyerang kurang lebih sebanyak 2 juta penduduk per tahunnya. Karies gigi merupakan
penyakit yang harus segera ditangani dengan penambalan gigi agar lubang pada gigi tidak
menjalar lebih dalam dan mengenai syaraf gigi.

Untuk menambal gigi, dibutuhkan material yang dapat dibentuk sesuai dengan
bentuk gigi, dan dapat mengeras seiring waktu. Diharapkan juga material penambal gigi
memiliki sifat biokompatibel, yaitu material yang tidak ditolak oleh sel imun dan
menghasilkan reaksi alergi. Pada tahun 1990, mulai berkembang material tambalan gigi
dari komposit yang dapat dikeraskan melalui proses photocuring, yang dikenal sebagai
photopolymerizable dental composite (PDC).

Dental composite adalah material komposit yang merupakan campuran dari resin
polimer termoset sebagai pengikat, dan partikel silika atau zirconia sebagai penguat.
Sebelum adanya teknologi PDC, digunakan campuran antara resin dan hardener yang
dicampur terlebih dahulu, lalu diaplikasikan dan dibiarkan mengeras (curing) secara
perlahan di rongga gigi (self-curing). Dengan adanya PDC, waktu curing dapat dipercepat
dan mengurangi kemungkinan terbentuknya porositas akibat gas selama reaksi self-
curing. Untuk membuat PDC, dibutuhkan photoinitiator, yaitu molekul yang akan
membuat radikal bebas dan menginisiasi reaksi curing (crosslinking) saat terpapar cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Untuk aplikasi dental, umumnya digunakan sinar
halogen atau LED yang menghasilkan sinar biru dengan panjang gelombang 400 – 500
nanometer.

Jika dibandingkan dengan material penambal gigi jenis lain, PDC memiliki
beberapa kelebihan. Dibandingkan amalgam (campuran merkuri dan logam lain) dan
emas, PDC memiliki warna yang serupa dengan gigi asli, sehingga PDC unggul secara
estetika. Secara mekanika, komposit memiliki kekuatan ikatan antarmuka yang lebih baik
terhadap gigi asli dibandingkan amalgam. PDC juga membutuhkan waktu pengerasan
yang jauh lebih singkat dibandingkan amalgam yang dapat mencapai 24 jam untuk
mencapai kekerasan optimal. Akibat sifatnya yang lebih mudah mengalir pada saat
sebelum mengeras, PDC dapat mengisi rongga-rongga kecil yang tidak bisa dicapai
amalgam, sehingga tidak membutuhkan pengeboran gigi yang terlalu banyak. Sifat PDC
lainnya yang tidak dimiliki amalgam adalah kemampuan anti-korosi, dan tidak
menimbulkan resiko mercury poisoning.

Dengan resin dan penguat yang digunakan sejauh ini, daya tahan PDC masih lebih
rendah dibanding amalgam, terutama untuk lubang gigi yang cukup besar. Namun,
komposit yang merupakan kombinasi dari 2 atau lebih material memiliki banyak
kombinasi yang mungkin dilakukan untuk mencapai sifat optimal, dan dental composite
merupakan material yang masih terus dikembangkan di seluruh dunia untuk menjawab
tantangan-tantangan yang masih belum bisa terjawab saat ini.

Ditulis : Dhana

Disunting : Tama

Anda mungkin juga menyukai