Anda di halaman 1dari 3

Journal Reading

Prevalence of and Factors Associated with


Myopia in Inner Mongolia Medical Students in
China, a cross-sectional study
Lan Wang1†, Maolin Du1†, He Yi1†, Shengyun Duan1, Wenfang Guo1, Peng Qin2,
Zhihui Hao3 and Juan Sun1*

Dibacakan oleh:
Rizcha Fitri Vithya Albagin 1808436196

Yaumil Aqsa 1808436xxx

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2019
Resume Jurnal

Prevalensi dan Faktor Terkait dengan Miopia Mahasiswa


Judul Kedokteran di Perguruan Tinggi Mongolia di Cina, sebuah studi
cross-sectional
Untuk mendalami lebih lanjut karakteristik miopia dan
Tujuan perubahan-perubahan faktor terkait dengan miopia diantara
mahasiswa pada Universitas Kedokteran Inner Mongolia
Dua cross-sectional dilakukan pada tahun 2011 dan 2013.
Pesertanya adalah mahasiswa kedokteran yang berada di kampus
pada tahun 2011 dan 2013. Analisis regresi logistik dilakukan
untuk memastikan keterkaitan antara informasi dasar, faktor
Metodologi
genetik, dan faktor lingkungan. Tes x2 digunakan untuk menguji
coba perbedaan-perbedaan dalam prevalensi antara tahun 2011
dan 2013. Prevalensi dihitung pada beberapa waktu kejadian
miopia di antara berbagai status miopia orang tua.
Sejumlah 11.138 mahasiswa yang mendaftar dari tahun 2007
sampai 2012 telah menyelesaikan kuesioner/daftar. Prevalensi
dari miopia pada tahun 2011 dan 2013 masing-masing adalah
70,50% dan 69,12%. Tidak ada perbedaan secara statistik yang
timbul diantara kedua sensus (p=0,12). Kedua sensus dilakukan
oleh 1015 mahasiswa. Tidak ada perbedaan diantara variasi tahun
pelajaran 2011 dan 2013. Prevalensi miopia meningkat seiring
meningkatnya jumlah orang tua dengan miopia. Prevalensi jika
Hasil kedua orang tua menderita miopia lebih dari 90%, hampir 80%
jika salah satunya miopia dan kurang dari 70% dengan keadaan
orang tua yang tidak miopia (p<0,0001). Tingkat munculnya
miopia dari awal sampai akhir dimulai dari TK sampai SD jika
kedua orang tua miopia, SMP jika salah satu orang tua miopia,
dan universitas jika orang tua tidak miopia. Siswa yang terjaga
hingga larut malam, menggunakan komputer lebih dari 3 jam
sehari, tidak melakukan olahraga mata, menggunakan obat tetes
mata, dan sering menggosok mata berisiko tinggi terkena miopia.
Status miopia stabil selama periode universitas. Faktor genetik
memainkan peran utama dalam miopia. Beristirahat setelah
membaca 1 jam dan tidak belajar di bawah lampu redup memiliki
efek protektif pada kesehatan mata. Begadang, menggunakan
komputer lebih dari 3 jam per hari, tidak melakukan latihan mata,
Diskusi
menggunakan obat tetes mata, dan menggosok mata dapat
meningkatkan ketebalan kacamata dan semua di atas dapat secara
efektif berubah melalui pendidikan, sehingga administrator
universitas harus memberikan pendidikan sistematis untuk
meningkatkannya pada mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai