Anda di halaman 1dari 3

Home » model » KONSEP DAN SINTAK DISCOVERY LEARNING

KONSEP DAN SINTAK DISCOVERY LEARNING

By Qudsi Falkhi — Minggu, 26 Maret 2017 — 3 Comments — model

KONSEP DAN SINTAK DISCOVERY LEARNING

konsep dan sintak discovery learning

Sumber : clipartkids.com

Konsep Discovery learning adalah suatu model dan strategi pembelajaran yang fokus pada keaktifan
siswa dan pemberian pengalaman belajar secara langsung (Dewey, 1916/1997; Piaget, 1954, 1973).
Sementara, Bicknell-Holmes and Hoffman (2000) mendeskripsikan discovery learning sebagai (1)
eksplorasi dan penyelesaian masalah dengan menciptakan, mengintegrasikan, dan menggeneralisasikan
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa dengan aktifitas yang menyenangkan; dan (3) mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan siswa sebelumnya.

Discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving.
Perbedaannya adalah discovery learning menekankan pada penemuan konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui dengan fokus masalah yang direkayasa oleh guru. Sementara pada inkuiry,
fokus masalah tidak direkayasa sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pengetahuan dan
keterampilan untuk mendapatkan temuan dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Pada
problem solving pembelajaran lebih ditekankan terhadap kemampuan menyelesaikan masalah
(Kemendikbud, 2014).

Bruner mengatakan proses belajar memerlukan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal adanya
perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan yang memfasilitasi rasa ingin
tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan discovery learning environment, yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa
dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif (Kemendikbud, 2014).
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menitikberatkan peran guru sebagai pembimbing
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Oleh sebab itu, bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan (Faiq, 2014).

Sintak discovery learning terdiri atas enam fase sebagai berikut.

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.

b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c. Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)

Tahap ini memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap ini adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Anda mungkin juga menyukai