Anda di halaman 1dari 119

“KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN INVESTASI


ILLEGAL DI TASIKMALAYA”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Untuk
Memperoleh
Gelar
Sarjana
Hukum (S.H)

OLEH:
RIZKY ARISANDI
NIM: 1111048000055
KON SEN TR AS I H UK UM BISN IS
P R O G R A M S T U D I ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J

A K

A R

T A

1436 H/2015M
ABSTRAK
Rizky Arisandi, NIM 1111048000055, “KEDUDUKAN OTORITAS JASA
KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT
TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ILLEGAL DI TASIKMALAYA”, Strata
Satu (S1), Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam
Negeri (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M, viii+74 halaman+ 27
halaman lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui & memahami
perlindungan hukum nasabah dalam kasus penghimpunan dana masyarakat dalam
bentuk investasi illegal oleh Otoritas Jasa Keuangan. Latar Belakang penelitian ini
adalah berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah atas kerugian yang diterima
dalam kasus investasi illegal, dilakukan oleh perusahaan tanpa izin lembaga
berwenang untuk melakukan penghimpunan dana. Pe nelitian ini bersifat library
research, mengkaji putusan Mahkamah Agung No. 196/PID.SUS/2013 dan
mengkaitkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mendukung
penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah yuridis normatif dengan
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus
(case study) serta pendekatan konseptual (conceptual approach). Dalam penelitian
ini
menggunakan tiga bahan hukum yang digunakan yakni, bahan hukum primer terdiri
dari Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, UndangUndang No
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Putusan Mahkamah Agung
196/K/PID.SUS/201, dan aturan perundang-undangan lain yang terkait, bahan hukum
sekunder terdiri dari publikasi tentang hukum dalam bidang jasa keuangan meliputi
buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan, bahan non hukum terdiri dari buku-buku mengenai Ilmu Ekonomi,
Sosiologi, Filsafat atau laporan-laporan penelitian non-hukum. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dapat
diterapkan dalam penyelesaian penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk
investasi illegal tanpa izin lembaga berwenang serta perkara putusan Mahkamah
Agung penelitian ini telah tepat dalam putusannya. Disarankan perlindungan hukum
& pengetahuan masyarakat tentang investasi illegal diperketat dan diperluas oleh
lembaga berwenang Otoritas Jasa Keuangan.

Kata Kunci : Otoritas Jasa Keuangan & Investasi Illegal


Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, MA & H. M. Yasir, M.H
Sumber Rujukan dari 1986 sampai 2014
iv
KATA PENGANTAR
‫سم ه‬
‫لل ال ر ح م ن ال ر ح ي م‬
ْ‫ب‬
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang
tidak terhingga banyakanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Dengan

mengucap

Alhamdullilahi

Robbil

‘alamin

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “KEDUDUKAN OTORITAS JASA


KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT
TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ILLEGAL DI TASIKMALAYA”.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Syariah & Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis dalam membuat penulisan ini, mengalami berbagai kesulitan,
mengingat penulisan tersebut terbilang masih baru, namun hal ini dijadikan motivasi
untuk menggapai cita-cita lebih tinggi. Terciptanya penulisan ini tidak terlepas
dari
pengetahuan keilmuan penulis dapatkan dari berbagai sumber. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini ingin penulis sampaikan dengan setulus hati ucapan terima kasih
kepada Bapak:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, Ph.D Dekan Fakultas Syariah & Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

v
2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H.,M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum & Drs. Abu Thamrin, S.H.,M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan
serta masukan atas penyusunan skripsi
3. Drs. H. A. Basiq Djalil S.H,. MA. Selaku dosen Pembimbing I yang telah
bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
saran dan masukan terhadap proses penyusunan skripsi ini
4. H. M. Yasir, M.HSelaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran,
arahan,

masukan dan bimbingan yang berharga terhadap

proses

penyusunan skripsi ini


5. Kedua Orang tua yang sangat saya cintai & sayangi, Bapak Sabeni
(almarhum) dan Ibu Maisaroh yang telah medoakan, mendukung, dan
menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, terutama Almarhum
menjadi penyemangat hidup dan menjalankan amanah beliau sebagai
Sarjana Hukum
6. Kepada Kakak Vicky Faisal & Adik Syabna Syakila yang sangat saya
sayangi dan cintai telah menjadi inspirasi Penulis untuk bisa dibanggakan
dan Keluarga Besar Penulis yang selalu mendoakan agar penelitian ini
terselesaikan
7. Kepada Ria Marsella yang saya cintai, telah mendoakan dan memberikan
semangat kepada Penulis sehingga penelitian ini terselesaikan
vi
8. Sahabat-sabahat perjuangan Himpunan Mahasiswa Ilmu Hukum, kelas B
Ilmu Hukum Angkatan 2011 yang sekaligus menjadi keluarga M.Rizki
Firdaus, Lidia Asrida Azhar Nur Fajar Alam, M. Isyam Rafsanjani, Zaimi
Multazim, Reza Haryo Mahendra Putra, Rizky Ramandika, Dwi Puji
Apriantok, Nanda Narenda Putra, Gari Ichsan Putro, Ridwan Ardy
Prasetya, Ahmad Bustomi, Ade Putra Indrawan, Sylvia Amanda dan senior
Irfan Kamil, Rizky Haryo, Andi Komara, Wawan Setiawan, Endah
Sulastri. Dan teman perjuangan SMA Ilham Dodo, Muhammad Abdul
Karim, Rochman Tri, Ramandhan Sidiq, Fahmi, Ilham Mutaaly.
9. Kawan-kawan AMPUH (Angkatan Muda Peduli Hukum), BLC (Bussines
Law Community) & KALABAHU 36 membantu dalam pengetahuan
penulisan.
Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu &
memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat
serta para pembaca kalangan umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 25 September 2015

Rizky Arisandi

vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN
PEMBIMBING ........................................................................
.i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI ...................................................................ii
LEMBAR
PERNYATAAN ........................................................................
............iii
ABSTRAK ...........................................................................
....................................iv
KATA
PENGANTAR .........................................................................
....................v
DAFTAR
ISI ...............................................................................
.............................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ...........................................................................
1
B. Identifikasi
Masalah ...........................................................................
......6
C. Pembatasan dan Perumusan
Masalah ........................................................6
D. Tujuan dan Manfaat
Penelitian .................................................................9
E. Tinjauan (Review) Kajian
Terdahulu .................................................... 10
F. Kerangka
Konseptual ........................................................................
........11
G. Metode
Penelitian ........................................................................
.............11
H. Sistematika
Penulisan .........................................................................
......14
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT OLEH
OTORITAS JASA KEUANGAN
A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi
Masyarakat .....................................17
B. Prinsip Perlindungan Hukum Bagi
Masyarakat ......................................23
C. Strategi Nasional Literasi
Keuangan .......................................................24

viii
D. Perlindungan hukum dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) .... 27
BAB III FUNGSI DAN TUGAS OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT
PENGHIMPUNAN DANA DALAM BENTUK INVESTASI
A. Otoritas Jasa
Keuangan ..........................................................................
32
B.
Investasi .........................................................................
....................... 41
C. Tinjauan Umum Investasi
Illegal ...........................................................43
D. Fungsi & Tugas OJK Terkait Investasi
Perbankan ................................46
BAB
IV
ANALISIS
PUTUSAN
MAHKAMAH
AGUNG
No.
196/K/PIDSUS/2013 & KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP INVESTASI
ILLEGAL
A. Kasus
Posisi ............................................................................
...............49
B. Isi Putusan Mahkamah
Agung ...............................................................53
C. Analisis Penulis Terhadap Putusan
Hakim ............................................56
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................
....................69
B.
Saran .............................................................................
..........................70
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
...................71
LAMPIRAN
Salinan Putusan Mahkamah Agung No. 196/K/PID.SUS/2013 ......................75

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi yang terjadi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
di bidang tehnologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem
keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor
keuangan, baik dalam hal produk maupun jasa kelembagaan keuangan. Di samping
itu, adanya perusahaan berbentuk lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan
kepemilikan di berbagai subsektor keuangan telah menambah kompleksitas transaksi
dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan 1 .
Dimensi hukum yang mengatur roda perekonomian, mengikat kegiatan usaha
dengan peraturan tertentu. Kegiatan perekonomian yang baik tentu selalu
mengindikasikan telah memaksimalkan keuntungan, namun hal tersebut tidak
menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan lebih. Maka dari itu hukum
memberikan batas-batas yang jelas dan pasti sehubungan dengan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan dalam kegiatan usaha. Dengan kepastian hukum kegiatan usaha
menjadikan kondisi nyaman untuk melakukan kegiatan perekonomian 2 . Kegiatan
usaha dalam jasa keuangan erat kaitannya dengan penghimpunan dana dari
masyarakat yang diatur di dalam Pasal 16 Undang-Undang No 10 Tahun 1998
1

Hermansyah, Huku m Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta:Kencana Prenada Media


Group, cet-1 Mei 2005) h. 25
2

Yosephus L. Sinuor, Et ika Bisnis (Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010)


h.l 62

1
2

Tentang Perbankan dijelaskan bahwa “setiap pihak yang melakukan kegiatan


penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu
memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari
Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan penghimpun dana dari
masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang sendiri” 3 .
Berkaitan dengan ayat tersebut secara jelas bahwa melakukan penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh bank,
dengan kata lain perusahaan jasa keuangan yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dapat berbentuk bank atau telah memiliki izin lembaga berwenang
terhadap usaha yang dijalani. Izin usaha mendirikan bank yang dijelaskan pada pasal
tersebut beralih kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan
sesuai dengan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas
Jasa Keuangan mengenai perizinan bank.
Penghimpunan dana dari masyarakat disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit

atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat, dan juga sudah berkembang dalam fungsi lainnya seperti memperlancar
lalu lintas pembayaran, di bidang perdagangan valuta asing, lembaga penjamin, dan
fungsi- fungsi lainnya 4 . Penghimpunan dana dari masyarakat diawasi oleh negara,
melalui kewenangan yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi
3

Hermansyah, Huku m Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta, Kencana Prenada Media


Group, cet-1 Mei 2005) h. 25
4

h.79

Muhamad Dju mhana, Huku m Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003)
3

kepentingan masyarakat sebagai pengguna jasa keuangan dengan edukasi dan


perlindungan masyarakat sebagai konsumen dari jasa keuangan, perlindungan
diberikan untuk menjaga masyarakat dari hal- hal yang dapat merugikan masyarakat
itu sendiri.
Kegiatan perekonomian didasarkan untuk pembangunan ekonomi suatu
negara untuk dikelola sumber-sumber dana yang ada pada masyarakat. Untuk itu
lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank melakukan pengelolaan
potensi ekonomi yang ada pada masyarakat agar berdaya guna bagi masyarakat itu
sendiri. Salah satu bentuk praktek yang berkembang dalam kegiatan usaha pada jasa
keuangan adalah model pratek investasi dengan menjanjikan keuntungan atau profit
yang tinggi 5 . Mengingat prospek dari usaha penghimpunan dana yang besar untuk
meraih keuntungan, investasi yang berkembang dalam masyarakat pada dasarnya
merupakan kegiatan untuk menghimpun dana dari masyarakat. Berbeda dengan
menabung dipergunakan untuk keamaan uang dengan mendapatkan bunga pada
perusahaan lembaga jasa keuangan, investasi digunakan untuk ditanamkan pada
objek usaha yang memberikan hasil, keuntungan yang didapat dari selisih dividen6 .
Dengan keuntungan yang relatif tinggi, Seiring semakin berkembang usaha investasi
di bidang jasa keuangan ini, marak terjadinya Investasi Illegal.

E. A Koetin, Analisis Pasar Modal (Jakarta: Sinar Harapan , 1993) h.16


6

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan (Lembaga Kajian &
Advokasi untuk Indenpedensi Peradilan, 2013) h. 4
4

Praktek Investasi Illegal yang sering disebut sebagai investasi bodong,


masyarakat dijanjikan mendapat keuntungan/ bunga tetap pada setiap bulannya
meskipun perusahaan itu merugi. Hal ini terlihat, bentuk investasi ini jelas tidak
wajar, dana sangat bersifat spekulatif, dan berupaya untuk menghindari aturan
perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan 7 . Tanpa
adanya izin terlebih dahulu oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga tertinggi
dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan.
Kegiatan Investasi Illegal dilakukan dengan cara melakukan penghimpunan
dana masyarakat luas dengan menyimpang bahkan menghindari dari aturan
perbankan,

merupakan kegiatan yang

menggunakan

fasilitas publik

untuk

menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian perlu dilihat kewenangan yang


dimiliki Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan perlindungan bagi masyarakat
terhadap kegiatan Investasi Illegal, praktik moral hazard pada kegiatan Investasi
Illegal terjadi karena lemahnya sistem pengawasan lembaga keuangan yang
disebabkan beberapa faktor, yaitu : (a) lemahnya sistem arsitektur pengawasan
keuangan di Indonesia; (b) tidak adanya pertukaran informasi antar lembaga
pengawasan keuangan; (c) masih tingginya egosentris antar lembaga pengawas
lembaga keuangan8 .

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan (Lembaga Kajian &
Advokasi untuk Indenpedensi Peradilan, 2013) h. 4
8

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta, Kencana Prenada Media


Group, cet-1 Mei 2005) h. 215
5

Dalam kasus penelitian ini yaitu kegiatan Investasi Illegal dalam bentuk
penghimpunan dana dari masyarakat di Tasikmalaya pada putusan Putusan MA
196/K/PID.SUS/2013, terjadi kegiatan Investasi Illegal didirikan pada Agustus 2010,
bernama Koperasi Barokah Karya Mandiri dan CV Ahma Hamista yang menjadi satu
kesatuan perusahaan, dengan nama usaha Profit Barokah, melakukan penghimpunan
dana masyarakat dengan berdalih investasi emas, dana masyarakat yang dihimpun
menjadi modal pokok untuk usaha ini bergerak 9 . Kemudian disertakan dengan
penawaran persentasi bunga atau keuntungan yang tinggi sejumlah 50% keuntungan
yang didapat pada tiga bulan pertama, dan kemudian berubah menjadi 10 s/d 20% per
empat bulan, dan setiap akhir tahun mendapatkan koin emas apabila mengambil
profit 10%. Keuntungan atau bunga yang ditawarkan sebagai iming- iming secara akal
sehat dan logika bisnis tidak dapat diterima dan bersifat impian kosong sebab
melebihi suku bunga yang wajar dan kelaziman dalam berinvestasi. Namun faktanya
masyarakat tertarik menyimpan uang pada perusahaan yang dikelola tersebut, karena
iming- iming profit melebihi sistem perbankan pada umumnya 10 . Perusahaan ini
didakwa melanggar dan diancam pidana Pasal 46 ayat (1) UURI No. 7 Tahun 1992
sebagaimana dirubah dengan UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU
RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64
ayat (1) KUHP, karena telah melakukan penghimpunan dana masyarakat illegal
9

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/PID.SUS/2013 (Tanggal 31


Agustus 2015) h. 3
10

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan No mor 196 K/PID.SUS/ 2013 (Tanggal 31
Agustus 2015) h.12
6

secara bersama-sama dan tidak memperoleh izin dari Bank Indonesia, Dalam
putusannya Mahkamah Agung menyatakan bahwa Judex Facti tidak salah dalam
membuat putusannya. Oleh sebab

itu Mahkamah Agung menolak Kasasi

terdakwa/penasehat hukumnya. Akhirnya terdakwa dipidana dengan pidana 9 tahun


penjara dan denda Rp.20.000.000.000,- (Dua Puluh Milyar Rupiah).
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada tersebut maka penulis
melakukan penelitian lebih jauh mengenai perlindungan hukum bagi masyakat oleh
lembaga berwenang Otoritas Jasa Keuangan atas penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk Investasi Illegal, dan selanjutnya dituang dalam bentuk skripsi dengan
judul

“KEDUDUKAN

OTORITAS

JASA

KEUANGAN

DALAM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN


INVESTASI ILLEGAL DI TASIKMALAYA”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah peran & tugas Otoritas Jasa Keuangan mencakup penanganan Investasi
Illegal yang melakukan penghimpunan dana masyarakat
2. Mengapa penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk Investasi Illegal pada
putusan MA 196/K/PID.SUS/2013 berjalan lancar tanpa adanya izin dari Otoritas
Jasa Keuangan
C. Pe mbatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
7

Mengingat luasnya cakupan pembahasan terkait perbankan. Penelitian ini


difokuskan mengkaji kegiatan Investasi Illegal dalam bentuk penghimpunan dana
masyarakat dari sudut pandang Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan dan perlindungan hukum bagi masyarakat dari sudut pandang UndangUndang No
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan
oleh bank yang sudah memiliki izin dari Lembaga berwenang, namun pada
kenyataannya penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk investasi dilakukan
secara illegal tanpa izin dari lembaga berwenang padahal Otoritas Jasa Keuangan
sebagai lembaga pengawas jasa keuangan memiliki kewenangan untuk melakuka n
perlindungan hukum untuk masyarakat sesuai Undang-Undang No 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana kegiatan Investasi Illegal menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan terkait putusan MA 196/K/PID.SUS/2013?
b. Bagaimana perlindungan hukum bagi masyarakat oleh Otoritas Jasa Keuangan
menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
terkait putusan MA 196/K/PID.SUS/2013?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
8

Penelitian ini sesuai perumusan masalah bertujuan untuk mengetahui


perlindungan hukum bagi masyarakat atas penghimpunan dana masyarakat dalam
kegiatan Investasi Illegal.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui konsep penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk
investasi.
b. Untuk mengetahui pengaturan terkait tentang kegiatan Investasi Illegal.
c. Untuk

mengetahui

kewenangan

Otoritas

Jasa

Keuangan

dalam

perlindungan hukum bagi masyarakat dan menghadapi kegiatan Investasi


Illegal.
2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Manfaat teoritis yang didapat atas hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan tentang kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam perlindungan
hukum bagi masyarakat terhadap kegiatan Investasi Illegal serta menambah
pengetahuan akademis mahasiswa-mahasiswi Ilmu Hukum UIN Jakarta.
b. Manfaat praktis yang didapat atas hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pemerintah dalam melakukan kebijakan atas pengawasan
penghimpunan dana masyarakat, agar tidak terjadi kegiatan Investasi Illegal
serta masukan kepada Otoritas Jasa Keuangan atas kedudukan dalam pemberian
perlindungan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa keuangan
E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
9

Penelitian terkait kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam perlindungan hukum


bagi masyarakat, sebelumnya pernah ada dibahas diantaranya :
1. Judul ; “Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Pengawasan Pendaftaran
Jaminan Fidusia (Tinjauan Yuridis Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.010/2012)” skripsi ini disusun oleh Nazia Tunisa Alham, Fakultas
Syariah & Hukum jurusan Hukum Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014, membahas peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengawasannya terhadap
pendaftaran jaminan fidusia, ditinjau dari peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.010/2012. Perbedaan skripsi tersebut dengan dengan penelitian penulis
adalah titik fokus penulis terletak pada kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap terjadinya kegiatan
Investasi Illegal.
2. Judul; Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan(Studi
Komparatif Perlindungan Konsumen Oleh Bank Indonesia), skripsi ini di susun
oleh Arief Hananny, Fakultas Syariah & Hukum jurusan Hukum Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, membahas perbedaan kewenangan BI dan Otoritas
Jasa Keuangan dalam perlindungan konsumen perbankan dan peluang apa saja
serta tantangan perlindungan konsumen pasca lahirnya Undang-Undang Otoritas
Jasa Keuangan. Perbedaan skripsi tersebut dengan dengan penelitian penulis
adalah titik fokus penulis terletak pada kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap terjadinya kegiatan
Investasi Illegal.
10

Oleh karena itu penelitian yang dilakukan penulis, belum ada yang melakukan
penelitian mengenai kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan
perlindungan hukum terhadap kegiatan Investasi Illegal yang terjadi di Tasikmalaya
dalam Putusan Mahkamah Agung 196/K/PID.SUS/2013, dengan skripsi berjudul
“Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat
Terhadap Kegiatan Investasi Illegal Di Tasimalaya” belum pernah diangkat
sebelumnya sebagai judul skripsi. Jadi, penelitian yang penulis teliti (sejauh yang
diketahui penulis) belum ada yang melakukan penelitian.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian

ini dapat dimaknai sebagai suatu

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah
yang ingin diteliti. Dalam ilmu sosial konsep diambil dari teori11 , berkenaan
dengan
uraian di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Investasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang
atau modal didalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Dengan menyetorkan sejumlah modal atau uang investor mendapat
dividen dari sejumlah dana yang disetorkan.
2. Penghimpunan dana masyarakat, penghimpunan dana oleh sebuah lembaga
keuangan seperti bank, untuk diputarkan dana tersebut dari masyarakat kepada
masyarakat dengan pengawasan ketat oleh lembaga pengawas jasa keuangan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelit ian Huku m, (Jakarta: UII-Press, 2008) h. 127
11

3. Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
4. Kedudukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kedudukan adalah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal- hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu 12 .
Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa

gejala

menganalisanya,

mengusahakan

untuk

kemudian

hukum

tertentu,
suatu

dengan

pemecahan

jalan
atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.


Penelitian ini mengacu pada putusan Mahkamah Agung sebagai putusan yang
dianalisis dan dikaitkan dengan landasan norma hukum yang berlaku dan
termaktub dalam peraturan perundang-undangan maka dari itu menggunakan
12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelit ian Huku m (Jakarta: Universitas Indonesia


Press, cetIII 1986) h. 42
12

library research untuk kajian pustaka dengan metode penelitian yuridis normatif,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma hukum yang terdapat
pada peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan terkait kedudukan
Otoritas Jasa keuangan dalam memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap kegiatan Investasi Illegal.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni normatif, maka
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case study) serta pendekatan konseptual (conceptual
approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturanaturan
berkaitan dan terkait Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan dan semua regulasi dan peraturan hukum lainnya yang
berhubungan dengan kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan kegiatan Investasi Illegal. Sedangkan
pendekatan kasus digunakan untuk memahami kasus di Tasikmalaya pada putusan
Mahkamah Agung 196/K/PID.SUS/2013, dengan mengaitkan Kedudukan Otoritas
Jasa Keuangan sebagai otoritas tertinggi dalam pemberian perlindungan hukum
masyarakat berkaitan kasus tersebut tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan.
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi PerundangUndangan, catatan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-
13

undangan , dan Putusan-Putusan Hakim. 13 Dalam penelitian ini yang termasuk


dalam bahan hukum primer adalah Undang-undang No 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan, Putusan Mahkamah Agung No 196/K/PID.SUS/2013, dan aturan
Perundang-Undangan lain yang terkait dengan pokok permasalah penelitian ini.
b. Bahan hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum dalam bidang
jasa keuangan meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas putusan pengadilan berkaitan dengan Kedudukan
Otoritas Jasa Keuangan dalam perlindungan hukum, serta kegiatan Investasi
Illegal.
c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yang dipandang perlu. Bahan nonhukum dapat berupa buku-buku
mengenai Ilmu Ekonomi, Sosiologi, Filsafat atau laporan-laporan penelitian
non-hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahanbahan non-
hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas
wawasan peneliti.
4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun sumber non-hukum
yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah
dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya.
13

Peter Mah mud Marzuki, Penelitian Huku m. (Jakarta: Kencana, cet-IV 2010) h. 141
14

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum


Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga
ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif
yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi. 14 Selanjutnya setelah bahan hukum diolah,
dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan d iketahui
peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Investasi Illegal.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Atas Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012” dengan
sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing- masing bab terdiri atas sub bab
sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut :
Bab Pertama tentang Pendahuluan membahas mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah atas rumusan dari teori
penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (Review) kajian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini, kerangka konseptual memuat definisi dari aturan terkiat,
metode penelitian dalam penelitian, dan sistematika penulisan sebagai rancangan
penelitian.
14

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Huku m Normatif (Malang, Bayumedia
Publishing, Cet-II 2006). H. 393
15

Bab Kedua tentang Tinjauan Umum Perlindungan Hukum Nasabah Perbankan berisi
tentang kajian kepustakaan perlindungan hukum nasabah, pertama tentang kedudukan
nasabah dalam perbankan, hubungan nasabah dengan bank terkait menyelaraskan
hubungan hukum antara nasabah penyimpan dana dan bank dan hubungan hukum
antara nasabah penyimpan dana dan bank, selanjutnya dibahas perlindungan hukum
nasabah sebagai debitur maupun kreditur serta perlindungan hukum dalam arsitektur
perbankan.
Bab Ketiga tentang

Fungsi Dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan Terkait

Penghimpunan Dana Dalam Bentuk Investasi mengenai hasil pengumpulan data


terkait Otoritas Jasa Keuangan mencakup lahirnya OJK, tujuan dan nilai strategis
didirikannya OJK,

fungsi tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan,

penghimpunan dana berbentuk investasi dalam perbankan, tinjauan umum dari data
yang didapat peneliti mengenai Investasi Illegal, selanjutnya dikaitkan dengan
fungsi
& tugas Otoritas Jasa Keuangan.
Bab Keempat tentang Analis Putusan Mahkamah Agung No 196/K/Pid/Sus/2013 &
Perlindungan Hukum Nasabah Terhadap Investasi Illegal Oleh Otoritas Jasa
Keuangan berisi Putusan MA 196/K/Pid.Sus/2013 terkait dengan penghimpunan dana
dalam bentuk Investasi Illegal. Dalam analisis penulis meninjau dengan UndangUndang
No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan menganalisis perlindungan
hukum nasabah oleh Otoritas Jasa Keuangan Terkait Investasi Illegal pada perkara
putusan ini.
16

Bab Kelima tentang Penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran.

Bab ini

merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik
beberapa
kesimpulan dari hasil penelitian untuk
memberikan saran-saran yang dianggap perlu.

menjawab rumusan masalah, serta


BAB II
Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Oleh Otoritas Jasa Keuangan
A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat
Edukasi dan perlindungan merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh
Otoritas Jasa Keuangan pada Undang-Undang No 21 Tahun 2011. Berdasarkan Pasal
4 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, salah satu
tugas OJK mampu melindungi kepentingan masyarakat terhadap kegiatan usaha jasa
keuangan, masyarakat sebagai konsumen dari pelayanan kegiatan usaha oleh
perusahaan, perlindungan baginya merupakan tuntutan yang tidak boleh diabaikan
begitu saja. Masyarakat merupakan unsur yang sangat berperan sekali, mati hidupnya
dunia bisnis bersandar kepada kepercayaan dari pihak masyarakat itu sendiri1.
Untuk beroperasi sebagai lembaga pengawas, OJK melakukan integrasi
pengawasan, dengan demikian dalam menjalankan tugasnya tidak terkotak-kotak.
Terpadunya kebijakan yang ditetapkan dan dijalankan OJK menjadi ukuran
terintegrasinya pelaksanaan tugasnya. Dalam hal perlindungan masyarakat, OJK
diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian masyarakat2.
Pelaksanaan perlindungan masyarakat untuk menjaga kepentingan masyarakat
sebagai pihak yang menggunakan produk dan jasa keuangan sambil tetap mendukung
pertumbuhan industri jasa keuangan, dalam mendukung pertumbuhan industri
keuangan perusahaan jasa keuangan, memperhatikan aspek kewajaran dalam

Widjanarto, Hukum & Ketentuan Perbankan Di Indonesia (Jakarta, PT Pustaka Utama


Grafiti, cet-1 2003) h. 66
2

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, cet-12 Agustus


2014) h.269

17
18

menetapkan biaya atau harga produk dan layanan, tarif minum yang tidak merugikan
masyarakat, serta kesesuaian produk dan layanan yang ditawarkan dengan kebutuhan
dan kemampuan masyarakat. Keseimbangan dalam perlindungan masyarakat dan
menumbuh kembangkan industri keuangan, terdapat market conduct dengan
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat ditingkatkan kepercayaannya dengan
peningkatan perilaku perusahaan jasa keuangan dalam mendesain, menyusun dan
menyampaikan informasi, menawarkan, membuat perjanjian, atas produk dan layanan
serta penyelesaian sengketa dan penangan pengaduan. OJK dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional3.
Upaya

perlindungan

masyarakat

diarahkan

mencapai

dua

tujuan,

meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam setiap aktivitas dan kegiatan usaha di


sektor jasa keuangan, dan memberikan peluang dan kesempatan untuk perkembangan
perusahaan secara adil, efisiensi, dan transparan dan disisi lain masyarakat
memiliki
pemahaman hak dan kewajiban dalam berhubungan dengan perusahaan jasa
keuangan mengenai karakteristik, layanan, dan produk, sehingga dalam jangka
panjang industri keuangan sendiri juga akan mendapat manfaat yang positif untuk
memacu peningkatan efisiensi sebagai respon dari tuntutan pelayanan yang lebih
prima terhadap pelayanannya. OJK dalam memberikan perlindungan dengan cara
memberikan peringatan kepada perusahaan yang dianggap menyimpang agar segera
memperbaikinya, dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang aktivitas
3

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta:Kencana Prenada Media


Group, cet-1 Mei 2005) h. 217
19

perusahaan yang dapat merugikan masyarakat, dengan begitu OJK dapat


meminimalkan kerugian yang diderita masyarakat akibat perbuatan itikad tidak baik
perusahaan jasa keuangan, hanya saja masyarakat juga diminta lebih berhati-hati
dalam melakukan bisnis, perhatikan rambu-rambu yang jelas sebelum melakukan
kegiatan usaha terutama di bidang bisnis jasa keuangan4.
Perlindungan hukum bagi masyarakat termatub didalam Pasal 28 UndangUndang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, tindakan yang dapat
dilakukan oleh OJK dapat berupa tindakan preventif dan represif, tindakan awal
dengan cara langkah preventif memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat
atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya. Memberikan
informasi dan edukasi kepada masyarakat dilakukan dengan peraturan-peraturan
pelaksana OJK. Hal tersebut dilakukan untuk peningkatan pengetahuan masyarakat
terhadap layanan dan produk yang berkembang dalam jasa keuangan. Tindakan
represif dilakukan dengan melakukan penghentian kegiatan usaha yang berpotensi
merugikan masyarakat dapat dihentikan kegiatannya5.
OJK memberikan pelayanan pengaduan nasabah sebagaimana diatur didalam
Pasal 29 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
memberikan pelayanan pengaduan masyarakat dan konsumen dengan menyiapkan
perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen yang di rugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan, membuat mekanisme pengaduan konsumen yang

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cet-12 Agustus


2014) h. 273

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014)
h. 91
20

dirugikan oleh Lembaga Jasa Keuangan dan memfasilitasi penyelesaian pengaduan


konsumen yang dirugikan oleh Lembaga Jasa Keuangan. Pengaduan masyarakat dan
konsumen sebagai pembelaan hukum oleh OJK untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja Otoritas Jasa Keuangan.
Pembelaan hukum oleh OJK didalam Pasal 30 Undang-Undang No 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK dapat memerintahkan atau melakukan
tindakan tertentu kepada perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan untuk
menyelesaikan pengaduan konsumen yang telah dirugikan dengan cara mengajukan
gugatan atau pun ganti rugi. Mengajukan gugatan ke Pengadilan untuk memperoleh
harta kekayaan milik pihak yang dirugikan kepada perusahaan yang menyebabkan
kerugian, baik yang berada di penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian maupun
dengan itikad tidak baik, selain mengajukan gugatan dapat juga memperoleh ganti
kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian masyarakat. Perlu dipertimbangkan
agar keseluruhan sengketa antara masyarakat sebagai konsumen perusahaan jasa
keuangan dengan perusahaan jasa keuangan tunduk pada satu lembaga penyelesaian
sengketa tertentu. Hal ini dimaksudkan agar memberikan keamanan bagi masyarakat
sebagai konsumen, mengingat mahalnya proses

penyelesaian sengketa dengan

menggunakan badan peradilan6. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian sengketa


tidak sedikit, hal ini bisa menambah beban bagi masyarakat, keberadaan OJK secara
tidak langsung menambah faktor inefisiensi dalam perekonomian nasional7, sektor

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014)
h. 92
21

jasa keuangan dibebani pungutan kepada OJK, secara alamiah perusahaan jasa
keuangan sebagai mahluk ekonomi akan menggeser pungutan kepada masayrakat
sebagai konsumen.
Tidak hanya perlindungan masyarakat, OJK juga memberikan garis batas
aturan perlindungan masyarakat, sebagai berikut :
1. Peningkatan layanan transparansi dan pengungkapan manfaat, resiko, serta biaya
atas produk dan layanan yang diberikan perusahaan jasa keuangan
2. Tanggung jawab perusahaan jasa keuangan untuk melakukan penilaian kesesuaian
produk dan layanan dengan resiko yang dihadapi oleh konsumen keuangan.
3. Prosedur yang sederhana dan kemudahan masyarakat sebagai konsumen untuk
menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa atas produk dan layanan
perusahaan jasa keuangan.
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.
Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan
keleluasaan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itu disebut hak. Dengan
begitu, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan
hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan hukum kepada seseorang. Bahwa
antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang sangat erat. Hak seseorang
merupakan kewajiban orang lain, maka hak adalah kaitan dari kewajiban (the
correlative of a duty) yang mengandung unsur mendapat perlindungan dan
7

Sigit Pramono, Mimpi Punya Bank Besar-Pemikiran Seorang Bankir, (Jakarta, Red &
White
Publishing, cet I 2014) h. 154
22

kepentingan atas hak yang dimiliki, selain itu juga terdapat kehendak. Perlindungan
atas hak yang dimiliki tidak hanya ditunjukan kepada kepentingan hak tersebut
saja8,
melainkan kehendak untuk mempergunakan hak yang masih dalam batasan haknya.
Maka dari itu hak untuk mempergunakan haknya ditafsir sebagai suatu ijin untuk
melakukan perbuatan tertentu, dengan cara membebankan kewajiban pada orang lain
dengan mengenakan sanksi. Seseorang memiliki suatu hak walaupun jika orang
tersebut tidak memiliki kepentingan, maka hak diatur tetap ada berdasar pada hukum.
Untuk itu kaitannya hak dan kewajiban terhadap hubungan hukum antara nasabah
penyimpan dana dan bank didasarkan perjanjian.
Pada kaca mata hukum perjanjian didasarkan pada hubungan masayarakat dan
perusahaan jasa keuangan terdapat hubungan kontraktual, yaitu hubungan hukum
dalam bentuk kontrak perjanjian, ini merupakan paling utama antara nasabah dan
bank, hubungan kontraktual dipergunakan dan berlaku terhadap semua hubungan
hukum. Hukum kontrak yang menjadi dasar terhadap hubungan perusahaan jasa
keuangan dan masyarakat sebagai konsumennya bersumber dari ketentuan yang
termaktub pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kontrak (buku ketiga)
pada pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak9. Hal ini
merupakan teori hukum kontrak pacta sunt servanda, asas ini menjadikan hukum
layaknya undang-undang apa yang telah disepakati kedua belah pihak, kewajiban

Jimly Asshiddiqie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum (Jakarta:Konstitusi Press,cet-II


2012) h. 62

Munir Fuady, hukum perbankan modern (Citra Aditya Bhakti, cet-II, Bandung, 2003)
h.100
23

terhadap moral dan hukum untuk ditaati dan tidak dapat diubah tanpa kesepakatan
para pihak10. Apabila salah satu pihak menyebabkan terjadinya itikad tidak baik dan
dapat membatalkan kesepakatan yang telah dibuat atau menjalankan perjanjian
apabila melakukan tidak menepati perjanjian.
Sebagai tindak lanjut dari perlindungan masyarakat, OJK telah menyiapkan
dua program utama dalam perlindungan masyarakat, yaitu pembentukan sistem
pelayanan konsumen keuangan terintegrasi (Financial Customer Care/FCC) dan
Cetak Biru Program Literasi Keuangan Nasional. Program FCC menjadi prioritas
utama untuk meningkatkan ketersediaan informasi bagi masyarakat dan pelayanan
pengaduan konsumen keuangan, sedangkan Cetak Biru Program Literasi Keuangan
Nasional ditunjukan untuk membekali masyarakat tentang pengetahuan keuangan,
meliputi edukasi, transparasni, dan pemberdayaan masyarakat11.
B. Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan
konsumen OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) No. 01/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen di sektor Jasa Keuangan. peraturan tersebut sebagai
peraturan pelaksana atas perlindungan hukum bagi masyarakat dan konsumen,
dengan menerapkan prinsip keseimbangan, yaitu menumbuhkembangkan sektor jasa
keuangan secara berkesinambungan dan secara bersamaan memberikan perlindungan

10

Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan (Jakarta:FH


UI Press, Oktober 2013) h. 113
11

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan-I Oktober 2014) h. 499
24

kepada konsumen dan atau masyrakat sebagai pengguna jasa keuangan agar
pengetahuan masyarakat atas produk dan jasa keuangan meningkat 12. Dalam
memberikan perlindungan bagi masyarakat dan konsumen OJK berdasar pada
prinsip, diantaranya :
1. Prinsip transparansi, yakni pemberian informasi mengenai produk dan layanan
kepada konsumen secara jelas, lengkap, dengan bahasa yang mudah dimengerti
2. Perilaku yang adil, perlakuan kepada masyrakat sebagai konsumen secara adil dan
tidak diskriminatif yaitu memperlakukan pihak lain secara berbeda berdasarkan suku
agama, dan ras
3. Keandalan, yakni segala sesuatu yang dapat memberikan layanan yang akurat
melalui sistem, prosedur, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang andal
4. Kerahasian dan keamanan informasi konsumen, yakni tindakan yang dapat
memberikan perlindungan, menjaga kerahasian dan keamaan data atau informasi
masyarakat sebagai konsumen
5. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana,
cepat, dan biaya terjangkau, yakni dalam penangan dan pengaduan serta sengketa
dilakukan dengan biaya terjangkau, tidak rumit dan cepat penanganannya.
C. Strategi Nasional Literasi Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan membentuk strategi nasional literasi keuangan, literasi
keuangan merupakan suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan

12

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta:Departemen


Perizinan
& Informasi Perbankan, 2014) h. 31
25

pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan masyarakt atau konsumen dalam


mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik13.
1. Prinsip Literasi Keuangan
Tiga pilar kerangka dasar dalam rangka strategi nasional liteasi keuangan,
diantaranya :
a. edukasi dan kampanye nasional literasi, yaitu melakukan edukasi kepada
masyarakat dalam pengelolaan keuangan khususnya menabung, berinvestasi, dan
berasuransi sehingga terciptanya pengelolaan keuangan sedini mungkin demi
kesehjateraan masyarakat

serta peningkatan

pengetahuan dan keterampilan

masyarakat mengenai produk dan jasa keuangan;


b. penguatan infrastruktur literasi keuangan, yakni penguatan akses masyarakat
terhadap keuangan meningkat dalam lingkup nasional, selain itu juga memperluas
dan mempermudah akses masyarakat atas informasi literasi keuangan;
c. pengembangan produk dan jasa keuangan, yakni penumbuhkembangkan produk
dan jasa keuangan dengan mendorong lembaga jasa keuangan mengembangkan
produk dan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta meningkatkan
kualitas produk dan jasanya14.
Strategi nasional literasi keuangan menjadi pedoman bagi Otoritas di bidang
keuangan bagi lembaga jasa keuangan, dan bagi pemangku kepentingan. Oleh karena

13

Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013) h. 36
14

Agus Sugiarto, Implementasi Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia,


(Jakarta,
Bidang Literasi dan Keuangan OJK) h. 9
26

itu peningkatan literasi keuangan yang tinggi (well literate) dan meningkatkan
pengunaan produk dan atau layanan keuangan. masyarakat diberi bekal edukasi
memadai dan mencukupi untuk mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik,
sesuai dengan apa dibutuhkan dan memberikan manfaat yang lebih besar. Dengan
literasi keuangan masyarakat diberikan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
hal terkait dengan masalah keuangan seperti pengenalan mengenai lembaga jasa
keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan
resiko produk jasa keuangan, serta hak dan kewajiban masyarakat sebagai konsumen
penggunaan jasa keuangan.
2. Manfaat Literasi Keuangan
Secara umum literasi keuangan dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui
seberapa banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan mengenai lembaga
jasa keangan beserta produk dan jasa yang keuangan yang tersedia. Informasi seperti
ini sangat berharga bagi kita semua untuk menyusun program-program edukasi
keuangan yang diperlukan untuk masyarakat. Dengan bertambahnya tingkat literasi
keuangan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan
dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi
lebih optimal15.
Masyarakat akan memilih kebutuhan keuangan yang diperlukan disesuaikan
dengan biaya yang dimiliki, mengetahui dengan benar manfaat dan risikonya, serta
hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan. Bagi industri jasa keuangan,
15

Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013) h. 36
27

semakin meningkatnya literasi keuangan masyarakat, daya tarik transaksi semakin


tinggi sehingga mendorong para pelaku industri jasa keuangan menciptakan produk
dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kelompok masyarakat
bawah yang kurang mendapat perhatian khusus atas akses produk dan jasa keuangan
dapat memperoleh produk dan jasa keuangan yang murah, terjangkau dan sederhana,
namun tetap memiliki manfaat yang besar. Produk-produk keuangan yang sifatnya
low-cost sangat di perlukan bagi masyarakat yang belom menyentuk jasa keuangan,
sehingga produk ini dapat menjadi pintu masuk pertama masyarakat untuk
memanfaatkan produk dan jas keuangan.
Manfaat literasi keuangan dari sisi makro ekonomi juga sangat penting,
karena semakin tinggi tingkat literasi keuangan masyarakat, maka semakin banyak
masyarakat yang akan menggunakan produk dan jasa keuangan. Konsekuensinya
adalah semakin tinggi pula potensi transaksi keuangan yang terjadi sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun menciptakan
pemerataan pendapatan dan keadilan. Di samping itu, dengan semakin meningkatnya
literasi keuangan masyarakat, diharapkan semakin banyak masyarakat yang
menabung dan berinvestasi, yang pada akhirnya akhirnya menjadi salah satu sumber
pembiayaan pembangunan16.
D. Perlindungan hukum dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan arahan, bentuk, dan tatanan
16

Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi November 2013) h. 18
28

industri perbankan kedepan dan waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan17.
Arsitektur Perbankan Indonesia memuat policy direction

dalam bentuk program

pengembangan perbankan untuk menjaga dan mencapai terciptanya sistem perbankan


yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional18.
Perkembangan industri perbankan nasional telah mengalami pasang surut
sejak beberapa dekade terakhir. Ditambah pernah terjadinya krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1998 lalu telah berdampak negatif bagi industri perbankan di
Indonesia. Oleh karena itu penguatan kondisi ekonomi pada makro maupun mikro
ekonomi diperlukan perubahan-perubahan untuk memperkuat fundamental perbankan
Indonesia. Disisi lain permasalahan-permalahan yang menghambat kemajuan
perbankan seperti : kapasitas pertumbuhan kredit yang masih lemah, struktur
perbankan yang belum optimal, kebutuhan masyarakat yang belum sepenuhnya
terpenuhi dan perlindungan masyarakat yang masih harus ditingkatkan.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka dibuat policy recommendation
tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mempercepat penyehatan
perbankan Indonesia. Maka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang terdiri dari 6
(enam) pilar yang terdiri dari: 1. Struktur perbankan yang sehat; 2. Sistem
regulasi
yang efektif; 3. Sistem supervisi independen dan efektif; 4. Industri perbankan
yang

17

www.bi.go.id/perbankan/arsitektur di unduh pada 30 Juni 2015 jam 15.00 WIB


18

Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas : Mencapai Pembangunan Ekonomi


Berkelanjutan (Jakarta:LP3ES, 2005) h. 108
29

kuat; 5. Infrastruktur yang memadai; 6. Perlindungan masyarakat sebagai nasabah


yang kuat.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam Arsitektur Perbankan Indonesia
ini adalah mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan masyarakat atau nasabah19.
Perlindungan hukum

bagi

masyarakat

dalam

industri

perbankan terhadap

pertumbuhan berkelanjutan, pemerataan pembangunan dan stabilitas keuangan


menjadi acuan untuk menghadapi dinamika struktur perbankan yang belum optimal,
persaingan bank yang masih belum seimbang, dan pengelolaan governance bank
yang perlu ditingkatkan20. Untuk itu implementasi dari program perlindungan
masyarakat atau nasabah sebagai berikut :
1. Menyusun Transparansi Informasi Produk Bank
Transparansi informasi pada produk bank yang ditawarkan untuk memperkuat
posisi nasabah sebagai pihak yang perlu dilindungi. Hal ini juga untuk meningkatkan
pengetahuan atas produk-produk perbankan atas jasa yang diberikan kepada
masyarakat atau nasabah. Informasi yang jelas atas produk bank membuat masyarakat
atau nasabah bank akan memiliki pilihan yang luas tentang produk dan jasa bank
sehingga setiap nasabah mengerti dan memahami keuntungan dan risiko–risiko dari
produk dan jasa bank yang akan dipakainya. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank
Indonesia bersama-sama dengan perbankan akan menyusun standar minimum
transparansi produk bank yang nantinya akan dipakai oleh semua bank.
19

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta:Kencana Prenada Media


Group, cet-1 Mei 2005) h. 187
20

OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta, Departemen Perizinan & Informasi
Perbankan, 2014) h. 41
30

2. Edukasi Masyarakat atau Nasabah


Pengetahuan masyarakat masih dalam taraf pengetahuan minim, oleh
karenanya edukasi masyarakat tentang kegiatan operasional ataupun produk dan jasa
bank sangat bermanfaat untuk menghindari munculnya informasi yang menyesatkan
dan merugikan pihak masyarakat sebagai nasabah. Pengetahuan dan pemahaman
nasabah atas produk-produk perbankan, khususnya bagi mereka yang baru pertama
kali ke bank perlu ditingkatkan.
Perlindungan hukum bagi masyarakat oleh Otoritas Jasa Keuangan pun di atur
di dalam Islam pada Al-Qur’an Surah An-Nisa Ayat 135, menjelaskan mengenai
perlakuan yang sama terhadap siapa pun dalam hal ini masyarakat dan perusahaan
jasa keuangan pada posisi yang sejajar perlindungannya oleh Otoritas Jasa Keuangan:

‫يا أيها ال ذيه آ مىىا كىوىا ق ىا ميه ب الق س ط شهدا ء لل ولى علل أ وف س ك م أ و ال ىال د ي ه‬
ْ ‫واأل ق ربيه إ ن ي ك ه غى ليا أو فقي لرا ف‬
‫الل أو لل ب ه ما فال تتبعىا اله ىي أ ن ت ع دلىا وإ ن ت ل ىوا‬
ْ ‫رضىا فإ ن‬
)‫ ) لل كان ب ما ت ع ملىن خبي لرا‬١٣٥
ْ ‫أو تع‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatan(kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti
terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”
31

Dalam perspektif Islam, perlindungan hukum masyarakat didasarkan pada


perilaku seorang pelaku bisnis yang hendaknya rasa takut kepada Allah SWT dalam
usaha menanggapi ridho-Nya, tidak dibenarkan didasarkan pada rasa takut pada
negara atau pemerintah. Dengan begitu terciptanya keadilan bagi pelaku bisnis dan
masyarakat yang menggunakan jasa dan layanannya, lebih jauh lagi mendapatkan
kebajikan dan keluhuran budi. Sebagaimana tuntutan muslim yang bertaqwa untuk
menjauhkan segala yang dilarang, apabila melakukan hal tersebut maka ia merasa
tidak mendapat ketenangan bathin21.

21

Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2001) h.7
BAB III
FUNGSI DAN TUGAS OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT
PENGHIMPUNAN DANA DALAM BENTUK INVESTASI
A. Otoritas Jasa Keuangan
1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Pada Undang-undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
pasal 1 angka 1 menyebutkan :
“Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang memiliki tugas, fungsi,
dan

wewenang

pengaturan,

pengawasan,

pemeriksaan

dan

penyidikan

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”.


Otoritas Jasa Keuangan adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan1. Menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan. Lembaga yang independen yang berwenang untuk mengatur,
mengawasi, memeriksa, dan melakukan investigasi terhadap sektor-sektor jasa
keuangan di Indonesia dengan tujuan utama mempromosikan dan mengatur
sebuah sistem yang berisi berbagai aturan dan pengawasan secara

terpadu

terhadap seluruh kegiatan yang terdapat pada sektor jasa keuangan2.

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, cet-12 Agustus


2014)

h.269
2

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h. 489

32
33

2. Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas jasa sektor
keuangan pembentukannya diatur di dalam UU No. 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Terdapat 3 (tiga) alasan khusus pendirian OJK di
Indonesia, yaitu :
1. Perkembangan sistem keuangan karena adanya konglomerasi Bank
Indonesiasnis, produk komBank Indonesianasi (hybrid product), dan
regulatory arBank Indonesiatrage
2. Permasalahan di sektor keuangan karena adanya moral hazard,
perlindungan konsumen, dan koordinasi lintas sektoral
3. UU No 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Pasal 34 yang
mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan3.
Lembaga ini didirikan atas dasar disyaratkan Undang-undang No. 3 Tahun
2004 tentang Bank Indonesia pada pasal 34 ayat (1) berbunyi “Tugas mengawasi
bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang
independen, dan dibentuk dengan undang-undang. Pada ayat (2) berbunyi
“Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan
dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010”4. Penjelasan dari kedua ayat
dalam pasal tersebut, pembentukan lembaga pengawas sektor keuangan yang
memiliki tugas salah satunya mengawasi bank akan dibentuk paling lambat 31
3

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h. 488
4

Adler Haymans, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor, (Jakarta, PT Adler


Manurung
Press, Cet-I September 2013) h. 3
34

Desember 2010, serta akan beralihnya fungsi pengawasan bank oleh Bank
Indonesia ke lembaga pengawas sektor keuangan yang disebut Otoritas Jasa
Keuangan.
Keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia
juga muncul sebagai respons dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang
berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan. Langkah
reformasi di Bank Indonesiadang hukum perbankan dengan dibentuknya Otoritas
Jasa Keuangan menjadi obat penyembuh krisis dan sekaligus menciptakan
penangkal dalam pemikiran permasalahan-permasalahan di masa depan, untuk itu
terbentuklah ide awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan hasil
kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang
Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat.5
Pada prinsipnya Otoritas Jasa Keuangan lahir untuk mengintegrasi dan
koordinasi lebih mudah agar terciptanya regulasi jasa keuangan yang efektif, hal
ini karena sekarang kecendrungannya perusahaan jasa keuangan terlibat dalam
berbagai traksaksi, misalnya di Pasar Modal dan Industri Asuransi. Sinergi antar
jasa keuangan yang tidak dapat dipungkiri dengan pesatnya perkembangan dunia
jasa

keuangan,

kebutuhan

menyatukan

pengawasan

lebih

terkonsolidasi

merupakan jawaban terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan. Mengambil alih


sebagian tugas kewenangan lembaga lain seperti Bank Indonesia, Pasar Modal,
Badan Pengawas Pasar Modal, dan institusi lembaga pemerintah lain yang
5

37

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
35

awalnya memiliki pengawasan lembaga pengelola dana masyarakat. Intinya


Otoritas Jasa Keuangan memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola dari
lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa
keuangan, dengan kata lain dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan memberikan
pengelolaan lembaga secara baik dan benar6.
Pembetukan Otoritas Jasa Keuangan dilihat dari runtutan sejarah dimunculkan
sejak di Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Dalam
Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan
dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan
dibentuk dengan undang-undang.
Amanat pembentukan lembaga pengawas sektor keuangan pada akhirnya
tertuang kembali pada pasal 34 Undang-undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia yang selambat-lambatnya dibentuk 31 Desember 2010. Pada tahap
perencanaan awal disahakan pada rapat paripurna 17 Desember 2010 tidak
terlaksana, Pemerintah dan DPR tidak sepakat mengenai struktur dan tata cara
pembentukan Dewan Komisioner OJK, pemerintah mengusulkan terdiri dari tujuh
anggota dan dua orang diantaranya ex-officio yang otomatis berasal dari
Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia7. Rancangan Undang-undang Otoritas
Jasa Keuangan kemudian disahkan pada 2011 dan disetujui oleh parlemen (DPR)
yang diketuai Priyo Budi Santoso dalam Rapat Paripurna pada Oktober 2011,
6

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, cet-12 Agustus


2014)

h.269
7

OJK, Liputan Khusus OJK: Selamat Datang Wasit Baru Industri Keuangan di unduh 5
Juni
2014, Pukul 8.13, http://www.lipsus.kontan.co.id
36

dengan hasil sebagai berikut : (1) Fungsi penyelidikan dan penyidikan OJK telah
disepakati; (2) transisi Bank Indonesia yaitu 3 (tiga) Tahun sejak OJK
diundangkan atau akhir 2014, untuk Bapepam-LK harus sudah melebur pada akhir
2012; (3) Dewan Komisioner harus sudah dipilih pada Juni 2012 yang mana
panitia penyeleksi calon Dewan Komisioner dipimpin oleh Menteri Keuangan.
Presiden membentuk Panitia Seleksi pemilihan calon anggota Dewan
Komisioner OJK pada Januari 2010, dan pada Juli 2010 terpilihlah Ketua Dewan
Komisioner merangkap Anggota dan delapan Dewan Komisioner merangkap
anggota lainnya. OJK memiliki struktur dengan unsur check and balance dalam
fungsi pengawasan dan fungsi pengaturan bertujuan untuk : (1) menciptakan
ketegasan pemisahan antara tanggung jawab pembuat kebijakan (Dewan
Komisioner) dengan tanggung jawab supervisor (kepala eksekutif masing masing
pengawas perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-bank; (2)
menghindari pemusatan kekuasaan yang terlalu besar pada satu pihak agar tidak
terjadi penyelewengan wewenang; (3) mendorong terjadinya pembagian kerja
sehingga tercipta profesionalisme dari spesialisasi di masing-masing fungsi
pengaturan dan pengawasan8. Pengalihan pengawasan perbankan dan non
perbankan akhirnya secara resmi dilimpahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan
pada 1 Januari 2014, tepat tiga tahun setelah masa transisi pelimpahan pengaturan
dan pengawasan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan.

Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa


Keuangan, Naskah Akademis Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), (Jakarta:2010)
h.4
37

3.Tujuan dan Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan


Otoritas Jasa Keuangan dibentuk tentu telah memiliki visi, misi, tujuan yang
ingin dicapai. Visi dan misi Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga pengawas
industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesehjateraan umum.
Tujuan Otoritas Jasa Keuangan pada Pasal 4 UU No 21 Tahun 2011 adalah
agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan : (a) terselenggara secara
teratur, adil, transparan dan akuntabel; (b) mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan staBank Indonesial; (c) melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat. Secara normatif tujuan pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan ada empat hal : (a) meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik
terhadap sektor jasa keuangan; (b) menegakkan peraturan perundang-undangan di
Bank Indonesiadang jasa keuangan; (c) meningkatkan pemahaman publik
mengenai sektor jasa keuangan; (d) melindungi kepentingan konsumen jasa
keuangan9.
Kehadirannya sangat didukung oleh berbagai pihak di tanah air, karena
Otoritas Jasa Keuangan membela semua kepentingan kemajuan perekonomian
negara dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Dengan demikian posisi yang
9

42

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
38

begitu strategis, Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan yang ampuh untuk
mengatur, menegakkan dan mengamBank Indonesial tindakan atas tugas dan
wewenang yang telah diberikan kepadanya. Nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan
adalah :
a. Integritas : Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik
dan kebijakan yang dibuat Otoritas Jasa Keuangan dengan menjunjung
tinggi kejujuran dan komitmen mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil.
b. Sinergi : Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan agar tidak
terjadi tumpang tindih kewenangan atau saling lempar tanggung jawab
diantara lembaga, maka menjaga koordinasi baik internal Otoritas Jasa
Keuangan maupun eksternal dengan pemangku kepentingan setiap sektor
lembaga jasa keuangan pada sektor perbankan, sektor pasar modal, sektor
perasuransian, lembaga pembiayaan, maupun lembaga keuangan non bank
secara produktif dan berkualitas.
c. Inklusif : Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan
serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap pengetahuan
industri keuangan dengan mengendukasi masyarakat terhadap jasa-jasa
keuangan.
d. Visioner : Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat ke depan
(Forward Looking) atas perkembangan industri jasa keuangan serta dapat
berpikir diluar keBank Indonesiaasaan (Out of The Box Thingking)dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang baru di industri jasa keuangan
seperti investasi illegal10.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip sebagai
berikut: tata kelola yang baik (principle good government) yang meliputi
10

h.273

Kasmir, Dasar - dasar Perbankan, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, cet-12 Agustus


2014)
39

sebagaiberikut : indepedensi, akuntaBank Indonesialitas, pertanggung jawaban,


transparansi dan kewajaran (fairness)11.
4. Fungsi, Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan
Berdasarkan Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan pada Pasal 5, “Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan”, dengan fungsi yang dimiliki dapat
melindungi kepentingan nasabah dan masyarakat yang diwujudkan melalui adanya
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan didalam sektor jasa keuangan12.
OJK melaksanakan tugas sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap : (a) kegiatan jasa keuangan
di sektor Perbankan; (b) kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; (c)
kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga PemBank
Indonesiaayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya, sebelum lahirnya OJK
sektor jasa keuangan terpisah dalam lembaga pengawas yang berbeda, seperti di
sektor perbankan oleh Bank Indonesia, sektor Pasar Modal oleh Bapepam-LK
namun, sejak adanya OJK semua sektor jasa keuangan berada dibawah
kewenangan OJK dan dengan ketentuan transisi yang jelas dapat dihindarikan
komplikasi permasalahan hukum dalam proses peralihan tugas dan fungsi
11

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media


Group, Cet-7 Januari 2013) h.217
12

137

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
40

pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan13. Untuk menjalankan tugas


pengaturan dan pengawasan pada sektor jasa keuangan, Otoritas Jasa Keuangan
mempunyai kewenangan tertera pada Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-undang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pada pasal 8 tugas pengaturan sektor
jasa keuangan mempunyai kewenangan :a. menetapkan peraturan pelaksana
Undang-Undang OJK; b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan; c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK; d. menetapkan
peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. menetapkan keBank
Indonesiajakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. menetapkan peraturan
mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan
dan pihak tertentu; g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan
pengelola statuta pada Lembaga Jasa Keuangan; h. menetapkan struktur organisasi
dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaann
dan kewajiban; i. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan14.
Pada pasal tersebut untuk memaksimalkan pengaturan dan pengawasan OJK di
sektor jasa keuangan apaBank Indonesiala diperlukan pembentukan peraturan baru
dalam menghadapi tantangan ke depan.
Tugas pengawasan yang tertera pada pasal 6 Undang-undang No 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, termaktub pada pasal 9 Undang-undang No

13

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.

142
14

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) hal 491
41

21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan : a. menetapkan kebijakan


operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. mengawasi
pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c.
melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyelidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di
sektor jasa keuangan; d. memberikan perintah tertulis kepada
Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. melakukan penunjukan
pengelola statuta; f. menetapkan penggunaan pengelola statuta; g. menetapkan
sanksi adminstratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; h.memberikan dan/atau
mencabut

:izin

usaha,

izin

orang

perseorangan,

efektifnya

pernyataan

pendaftaransurat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha,


pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, penetapan15. Tugas
pengawasan OJK dalam perizinan kelembagaan bank maupun perlindungan
hukum bagi masyarakat diatur jelas pada pasal tersebut.
B. Investasi
1. Tinjauan Umum Investasi
Investasi erat kaitannya dengan menghimpun dana, Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan investasi sebagai penanaman uang atau modal di suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Penggunaan modal
15

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) hal 491
42

untuk memperoleh uang baik dilakukan lewat sarana yang menghasilkan


pendapatan maupun melalui cara ventura yang lebih beresiko16. Investasi dapat
dilakukan di sektor keuangan seperti obligasi, valuta asing, saham. Investasi juga
dapat dilakukan di sektor usaha seperti perkebunan, industri, dimana investor
menghendaki hasilnya kembali dari bentuk investasi itu. Dalam investasi ini,
faktor resiko menjadi pertimbangan lain, disamping hasil kembali yang
menguntungkan.
Kegiatan menghimpun dana dalam bentuk simpanan dikemas investasi,
merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat dengan imbalan berupa bunga
simpanan. Simpanan secara umum jenis simpanan yang ditawarkan di bank adalah
giro, tabungan, simpanan deposito, dan sertifikat deposito17.
2. Bentuk Usaha Penghimpunan Dana Masyarakat
Bentuk usaha menghimpun dana dari masyarakat hadir untuk menyalurkan
kepada masyarakat dana-dana yang dikelola, dalam bentuk kredit dan/atau
bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sesuai
dengan
pasal 6 Undang-undang No 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah dengan Undangundang No
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, maka penghimpunan dana bentuk
bank, meliputi : menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat berjangka, tabungan, dan atau bentuk

16

Henricus W., Kamus Istilah Ekonomi dan Bank Indonesiasnis, (Jakarta:Kompas, Agustus
2010) h.
165
17

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan 1 Oktober 2014) hal 125
43

lainnya yang dipersamakan dengan itu18. Kebutuhan akan dana yang meningkat
khususnya untuk kegiatan usaha atau bisnis, usaha penghimpunan dana tidak lagi
hanya melakukan penghimpunan dengan cara giro, deposito, sertifikat deposito
maupun tabungan, melainkan dengan investasi melalui penarikan dana pada usaha,
industri, saham, atau pun obligasi. Investasi dengan menghimpun dana dari
masyarakat menjanjikan keuntungan dilakukan oleh perorangan ataupun badan
hukum. Investasi pada umumnya terutama dalam investasi langsung, masyarakat
yang menjadi konsumen akan menjadi milik usaha dan akan memperoleh saham
sebagai wujud kepemilikan perusahaan. Keuntungan (deviden) didapat jika
perusahaan memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika perusahaan merugi, maka
masyarakat sebagai konsumen akan juga merugi bahkan dana yang disimpan
menjadi hilang19.
C. Tinjauan Umum Investasi Illegal
Investasi Illegal atau disebut juga investasi bodong pada esensinya merupakan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan namun dikemas dengan
investasi20. Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya menyebutkan bentuk umum
diduga kegiatan investasi illegal, diantaranya : (1) Fixed income products, dimana
produk ini menawarkan imbal hasil (return) yang dijanjikan secara fixed (tetap) dan
18

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Pustaka Utama
Grafiti, Edisi II Cet- I Maret 2003) h. 62
19

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian
& Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014, h 1
20

P, Paripurna,“Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan Dalam Penanganan Investasi


Illegal.” www.sikapiuangmu.ojk.go.id: Edukasi Keuangan, 3-4 Agustus 2015 (Surabaya:
OJK, 2015)
44

tidak akan terpengaruh oleh risiko pergerakan harga di pasar; (2) Simpanan yang
menyerupai produk perbankan (tabungan atau deposito), dimana pada beberapa kasus
berupa surat Delivery Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterBank Indonesiatkan
suatu perusahaan; (3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari
masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada leBank Indonesiah dari satu instrumen
keuangan atau pada sektor riil; (4) Program investasi online melalui internet, yang
menjanjikan pengembalian dana investasi secara rutin21.
Bentuk kegiatan investasi illegal tersebut memiliki karakteristik dalam produk
yang ditawarkan, Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya pun menyebutkan : (1)
Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (bahkan seringkali tidak
masuk akal) dan/atau dalam jumlah yang dipastikan; (2) Produk investasi ditawarkan
dengan janji akan dijamin dengan instrumen tertentu, seperti emas, giro, atau
dijamin
oleh pihak tertentu seperti pemerintah, Bank dan lain-lain; (3) Menggunakan nama
perusahaan-perusahaan besar secara tidak sah untuk meyakinkan calon investor; (4)
Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account (akun yang terpisah) agar
mudah digunakan secara tidak bertanggung jawab22.
Investasi illegal menggunakan skema money game atau skema Ponzi yaitu
memutar dana masyarakat dengan cara membayar bonus kepada konsumen lama
dengan sumber dana yang berasal dari konsumen baru. Tidak ada sedikitpun aktivitas
21

Otoritas Jasa Keuangan,”Bentuk umum produk diduga illegal yang ditawarkan” di akses
pada 18 Agustus 2015 jam 10.49 AM dari
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/129/bentuk-umumproduk-diduga-ilegal-yang-
ditawarkan
22

Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal” di akses pada 18
Agustus 2015 jam 10.48 AM dari
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/130/karakteristik-umumproduk-diduga-ilegal
45

bisnis nyata untuk menompang pembayaran keuntungan kepada masyarakat,


akibatnya sudah dapat diduga, akan kehilangan uang dalam waktu singkat karena
uangnya telah diserahkan kepada pihak lain yang telah ikut lebih dulu. Terlebih
lagi
kegiatan Investasi Illegal menggunakan fasilitas publik untuk mempermudah
menjaring masyarakat untuk mengikuti prakteknya tersebut. Penghimpunan dana dari
masyarakat diimingi mendapat keuntungan yang sangat menggiurkan atau dengan
bunga diluar batas kewajaran23. Di samping itu untuk meyakinkan masyarakat
berupaya memperlihatkan bahwa investasi atau penanaman modal adalah riil dan
bergerak diberbagai sektor industri atau pun Bank Indonesiasnis seperti
perdagangan,
jasa, pertanian, peternakan, sekuritas, valuta asing,, dan emas. Namun dalam
realitanya, usaha tersebut tidak lain hanyalah memutarkan dana yang sudah dihimpun
dari masyarakat atau nasabah untuk membayarkan keuntungan dan cicilan uang yang
sudah diterima. Jadi usaha tersebut sangat bergantung pada akumulasi dana yang
masuk melalui nasabah yang baru bukan melalui keuntungan yanh diperoleh kegiatan
usaha. Akibatnya ketika terjadi kemandekan dalam pemasukan dana dari masyarakat,
maka akan berdampak kepada pembayaran keuntungan kepada penyedia dana sesuai
dengan yang dijanjikan atau sepakati. Disamping itu besarnya pembayaran
keuntungan yang tidak sebanding dengan penambahan modal yang masuk berakibat
juga pada kehaBank Indonesiasan dana sehingga merugikan masyarakat. Oleh karena
itu perlunya pemahaman baru untuk melihat modus kegiatan investasi illegal, yang
mendatangkan kerugian yang besar bagi masyarakat.
23

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian
& Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014, h 1
46

Kegiatan Investasi illegal menyerupai instrument perbankan, dengan ciri


utama penipuan berkedok investasi adalah tidak dimilikinya dokumen perizinan yang
sah dari regulator (pengawas) terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank
Indonesia, Bappebti - Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM,
dan lain-lainnya. Kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat hanya dapat
dilakukan oleh bank24. Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang
merupakan perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Setiap pihak
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, wajib terlebih
dahulu mendapatkan izin usaha sebagai Bank dari Bank Indonesia namun mulai 2014
perizinan dan pengawasan Bank akan beralih ke OJK.
D. Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan Terkait Investasi
Perusahaan yang melakukan penghimpunan dana masyarakat berbentuk
simpanan yang dikemas dalam bentuk investasi, merupakan salah satu usaha
perbankan dalam menghimpun dana dari masyarkat oleh bank, yang termasuk ke
dalam kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan. Otoritas Jasa Keuangan memiliki
kewenangan sesuai dengan pasal 6 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan, OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan. Pasal 7 huruf (a) Undang24

OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta, Departemen Perizinan & Informasi
Perbankan, 2014) h. 9
47

Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatur untuk


melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan, OJK memiliki
wewenang :
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi :
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akusisi bank, serta pencabutan izin usaha bank
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di Bank Indonesiadang jasa.
Kegiatan usaha bank yang di atur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
dalam pasal tersebut, sebagai bentuk tujuan dibentuknya lembaga otoritas di sektor
perbankan menjalankan fungsi pengawasan yang pada prinsipnya untuk mendorong
bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestaBank
Indonesialan moneter dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual
tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik25.
Pengaturan Investasi juga termaktub didalam pasal 6 huruf (a) Undangundang No 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan menyebutkan, “Usaha Bank Umum
meliputi : (a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;” Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengaturan dan
pengawasan sesuai dengan kriteria yang termaktub Undang-undang tersebut.
25

144

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
48

Sebelumnya pengawasan bank didalam Undang-undang perbankan dilakukan oleh


Bank Indonesia, secara preventif maupun represif seluruh kegiatan perbankan
termasuk usaha bank diawasi oleh Bank Indonesia, namun dengan lahirnya Otoritas
Jasa Keuangan kewenangan pengawasan bank beralih secara sah pada 1 Januari
2014. Bank Indonesia sebagai bank sentral bertujuan mencapai dan memelihara
kestaBank Indonesialan nilai rupiah, kewenangan Bank Indonesia dalam keBank
Indonesiajakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
menjalankan fungsi lender of the last resort26.

26

284

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 196/K/PIDSUS/2013 &
KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN INVESTASI
ILLEGAL

Pembahasan mengenai putusan Mahkamah Agung ini hanya berfokus pada


analisis penghimpunan dana dari masyarakat berbentuk investasi illegal, penulis
kaitkan dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan &
kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam perlindungan hukum bagi masyarakat
pada Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
A.Kasus Posisi
Dalam putusan Mahkamah Agung No 196 K/PID.SUS/2013 yaitu kasus yang
menjerat terdakwa Muhammad Anas Bin H. Yahya, berkedudukan di Perum
Sirnagalih Blok B No. 1 Rt.03/07 Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota
Tasikmalaya 1 .
Berawal dari didirikan kegiatan usaha pada Agustus 2010 yang dilakukan
Udin Saprudin yang didakwa secara terpisah. Kegiatan usaha bergerak dibidang jasa
keuangan usaha investasi yang diberi nama Profit Barokah, berdomisili di Kampung
Sirnagalih Desa Jatihurip Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Udin

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putus an Nomor 196 K/PID.SUS/2013. (Tanggal 31


Agustus 2015). h.1

49
50

Saprudin bertindak sebagai Leader Owner/Admin sedangkan terdakwa bertindak


sebagai Wakil Admin.
Dalam mewadahi dan mengembangkan usaha investasinya, Udin Saprudin
membentuk badan usaha Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri, didirikan
pada 12 November 2010 berdasarkan Akta Notaris dengan Akta Pendirian Nomor 44
tanggal 8 November 2010 yang dibuat oleh Notaris Siti Nurjanah, S.H., SP. Pada
Koperasi tersebut Udin Saprudin bertindak sebagai Ketua Umum dan Muhammad
Anas bertindak sebagai Wakil Ketua. Udin Saprudin juga mendirikan badan usaha
CV Ahma Hamitsa, didirikan sejak 2 Mei 2011 berdasarkan Akta Pendirian
Perusahaan No. 03 tanggal 2 Mei 2011 atas Akta Notaris Heri Hendriansyah, SH.,
M.H dengan memiliki izin SIUP No. 503/0797/PK/BPPT-JU/VII/2011 tanggal 21
Juli 2011 dan TDP No. 102935202830 tanggal 18 Juli 2011. Udin Saprudin bertindak
sebagai direktur dan Muhammad Anas bertindak sebagai Wakil Direktur 2 .
Dalam menjalankan kegiatan usahanya selain menggunakan badan usaha yang
dimiliki untuk menarik dana dari masyarakat, Udin Saprudin menarik minat
masyarakat

dengan

menggunakan

fasilitas

internet,

melalui

website

“profitbarokah.com” yang kemudian diubah menjadi “profitbarokah.net dan dirubah


lagi menjadi “ahmagold.co.id”. Dalam website ahmagold.go.id penawaran marketing
program regular satu bulan dengan profit sharing 50% untuk Profit Barokah dan 10%

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 3
51

sampai 20% setiap bulannya pada website ahmaglod.co.id, ditambah keuntungan


berupa emas, dinar, dirham dari modal/investasi yang ditanam 3 .
Jenis usaha atas investasi yang ditanamkan berupa pembelian aset properti,
usaha bidang peternakan kambing Etawa, layanan pembayaran rekening listrik,
telepon, jual beli emas, valuta asing. Dalam menarik minat masyarakat terdakwa yang
bertindak sebagai Wakil Direktur melaksanakan tugas untuk menjelaskan program
kepada masyarakat sebagai konsumennya yang datang ke kantor, membuat
MoU/perjanjian, menerima dan mentransfer uang yang didapat ke rekening Udin
Saprudin, mengendalikan staff/karyawan di kantor dan mentrasfer keuntungan/bagi
hasil kepada masyarakat yang menjadi konsumen, sehingga para pebisnis
online/masyarakat tertarik dan menginvestasikan uangnya di Profit Barokah baik
melalui internet maupun langsung mendaftar ke kantor Profit Barokah atau Koperasi
Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri atau ke CV Ahma Hamitsa dengan cara
mentransfer ke rekening Udin Saprudin.
Akibat banyak sorotan terhadap usaha dan pembayaran keuntungan yang mulai
tidak lancer, terdakwa menghentikan usaha tersebut kemudian disegel oleh penyidik
pada bulan November tahun 2011. Selama beroperasi sekitar satu tahun perusahaan
itu

sudah

menghimpun

anggota

sebanyak

6.172

dan

dana

sebanyak

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 4
52

Rp.72.025.570.000,. Perusahaan ini juga sudah membayarkan keuntungan sebanyak


Rp. 27.077.489.000,- 4 .
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Tasikmalaya mengajukan
dakwaan secara alternatif diantaranya perbuatan Terdakwa melanggar dan diancam
pidana Pasal 46 ayat (1) UURI No. 7 Tahun 1992 sebagaimana dirubah dengan
UURI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UURI No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1) KUHP sebagai
dakwaan pertama.
Dakwaan kedua adalah melanggar Perbuatan Terdakwa diatur dan dia ncam
pidana pasal 378 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1)
KUHP. Dakwaan ketiga adalah melanggar Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam
pidana Pasal 372 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1)
KUHP. Pada persidangan JPU menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Perbankan yang dilakukan secara
bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dakwaan alternatif pertama Pasal 46 ayat
(1) UU RI No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah dengan UU RI No.10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas UU RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo Pasal 55
(1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Atas hal itu JPU menuntut agar
Pengadilan menjatuhkan pidana kepada Terdakwa pidana penjara selama 14 (empat
belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan dengan perintah agar Terdakwa

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.11
53

ditahan dan membayar denda sebesar Rp.20.000.000.000,-(dua puluh milyar rupiah)


Subsidair hukuman kurungan selama 4 (empat) bulan5 .
Terhadap tuntutan Jaksa, Hakim Pengadilan Negeri Tasikmalaya memutuskan
bahwa terdakwa Muhamad Anas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana seperti yang didakwa dalam dalam dakwaan pertama dan
menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama : 9 (sembilan)
tahun, dan pidana denda sebesar : Rp. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah).
Menindaklanjuti

putusan

Pengadilan

Negeri

mengajukan Banding ke Pegadilan Tinggi Bandung.

Tasikmalaya,

terdakwa

Setelah melalui proses

pmeriksaan kasus, Pengadilan Tinggi Bandung memutuskan menolak Banding


terdakwa dan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tasilmakaya. Atas putusan
Pengadilan Tinggi Bandung, Terdakwa tidak dapat menerima, dan akhirnya
mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam putusannya Mahkamah Agung
menyatakan bahwa Judex Facti tidak salah dalam membuat putusannya. Oleh sebab
itu Mahkamah Agung menolak Kasasi terdakwa/penasehat hukumnya. Akhirnya
terdakwa dipidana dengan pidana 9 tahun penjara dan denda Rp.20.000.000.000,(dua
puluh milyar rupiah) 6 .
B.Isi Putusan Mahkamah Agung

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.12
6

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.15
54

Hakim Mahkamah Agung pada 20 Maret 2013 mengeluarkan putusan dengan


mempertimbangkan, bahwa secara sah telah melakukan tindak pidana perbankan
dalam penghimpunan dana masyarakat tanpa izin, diatur pada Pasal 46 ayat (1)
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Perbankan menjelaskan penghimpunan dana dilakukan hanya
oleh bank yang sudah memiliki izin lembaga berwenang dan pemerintah, bila
melanggar masuk dalam tindak pidana perbankan mengenai penghimpunan dana
masyarakat tanpa izin lembaga berwenang yaitu Pimpinan Bank Indonesia
sebagaimana termaktub di dalam Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998
tentang Perbankan.
Sehingga sebagaimana diatur Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998
tentang Perbankan sebagai pijakan Hakim Mahkamah Agung untuk menyelesaikan
investasi illegal yang melakukan penghimpunan dana dari nasabah. Putusan Judex
Facti tidak bertentangan dengan hukum maka Hakim mengeluarkan putusan yng
antara lain : 7
1. Bisnis perbankan secara illegal atau tidak sah, seolah-olah bergerak dibidang
investasi emas dengan menggunakan Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya
Mandiri dan CV Ahma Hamitsa mengelola dan menghimpun dana dari
masyarakat, menggunakan sistem Multi Level Marketing atau menggunakan

Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 25
55

sistem kanji atau arisan berantai dari masyarakat ke masyarakat yang menjadi
konsumennya
2. Bentuk keikut sertaan masyarakat pada perusahaan menyetorkan modal pokok,
kemudian disertakan dengan bunga atau simpanan
3. Keuntungan melebihi system perbankan pada umumnya dengan me nghimpun
dana nasabah dengan skema menawarkan iming- iming bunga atau keuntungan
tinggi bagi calon nasabah sebesar 50% selama 3 bulan dan kemudian berubah
menjadi 10% & 20%/empat bulan, dan setiap akhir tahun mendapatkan koin
emas apabila mengambil keuntungan 10%
4. Penghimpunan dana masyarakat harus mendapat izin dari peraturan- undang
yang berlaku yaitu mendapat izin atau persetujuan dari Pimpinan Bank
Indonesia
5. Sistem perbankan yang illegal dan berkedok Multi Level Marketing atau
menggunakan sistem kanji atau arisan berantai dari masyarakat ke masyarakat
yang menjadi konsumennya, dengan menyetor modal pokok resiko kegagalan
tinggi ketimbang keuntungan, nasabah yang lebi dulu akan mendapat
keuntungan/bunga, sedangkan nasabah yang belakangan dipastikan mengalami
resiko
6. Menolak permohonan Kasasi Pemohon/Terdakwa, putusan Judex Facti tidak
bertentangan dengan hukum
7. Membayar biaya perkara tingkat Kasasi sebesar Rp.2.500,. (du ribu lima ratus)
56

Putusan Hakim Mahkamah Agung telah bersifat hukum tetap dan dapat
dilaksanakan, putusan kasasi ini dibenturkan dengan undang-undang yang
membahas mengenai kewenangan perlindungan hukum bagi masyarakat dan
pemahaman bentuk kegiatan investasi illegal.
C. Analisis Penulis Te rhadap Putusan Hakim
1. Analisis Investasi Illegal Menurut Undang-Undang Pe rbankan No 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan dan Peraturan Terkait
Dalam perkara ini, Hakim menyebutkan bahwa penghimpunan dana masyarakat
tanpa izin lembaga berwenang merupakan modus operandi. Kejahatan bisnis telah
menggeser nilai- nilai dalam masyarakat untuk mengoperasikan suatu aktivitas
bisnis yang merugikan masyarakat luas, hal tersebut mengakibatkan kepastian
hukum dan ketertiban bisnis mencapai titik mengkhawatirkan, maka konsekuensi
logis atas investasi illegal pada perkara ini diperlukan perangkat hukum yaitu
hukum pidana untuk membantu menciptakan ketertiban, kepastian hukum serta
untuk menemukan keadilan bagi para pelaku yang beritikad baik dan telah
dirugikan8 . Dari segi yuridis kejahatan bisnis pada investasi illegal terdapat dua
sisis mata uang yaitu disatu sisi terdapat aspek hukum perdata dan sisi lain aspek
hukum pidana, kedua aspek hukum memiliki dua tujuan, sifat dan karakteristik
yang bertentangan. Aspek hukum perdata lebih mementingkan perdamaian antara
kedua belah pihak sehingga hanya terkait hubungan hukum antar perseorangan

Romli Atmasasmita, Globalisasi & Kejahatan Bisnis (Jakarta:Prenadamedia Group cet-I


Oktober 2014) h. 44
57

sedangankan aspek hukum pidana lebih mementingkan kepentingan umum atau


masyarakat luas sehingga lebih bersifat memaksa, untuk penjeraan pihak yang
telah menimbulkan kerugian. Sehingga dalam peraturan yang mengatur aspek
hukum perdata diatur pula mengenai aspek hukum pidana dengan proporsi
pengakuan tanpa syarat dan pengakuan tidak mutlak dan dengan syarat. Dalam
perkara ini investasi illegal dijerat dengan Undang-Undang Perbankan yang
mengatur kejahatan bisnis. Sehingga dalam perkara ini menjatuhkan pidana
terhadap perusahaan Koperasi Karya Mandiri dan CV Ahma Hamitsa dengan
hukuman pidana serta pidana denda. Modus operandi investasi illegal merupakan
suatu hal baru dalam kejahatan bisnis, modus operandi tidak dapat dimasukan ke
dalam kejahatan korporasi tetapi korporasi dijadikan tempat untuk menampung
hasil kejahatan9 .
Investasi Illegal yang dijalankan dalam putusan ini, sudah memiliki Surat Izin
Usaha/SIUP

dengan SIUP

No.

503/0797/PK/BPPT-JU/VII/2011.

Dengan

memiliki SIUP maka perusahaan tersebut memiliki legalitas 10 . Namun dengan


legalitas memiliki SIUP penghimpunan dana nasabah tidak dapat dilakukan,
termaktub

pada

Pasal 5

Peraturan

Menteri

Perdagangan

No.

36/M-

DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, SIUP

Romli Atmasasmita, Globalisasi & Kejahatan Bisnis (Jakarta:Prenadamedia Group cet-I


Oktober 2014) h. 38
10

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis:Prinsip&Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta:PT


RajaGrafindo Persada, cet-VII Januari 2014) h. 81
58

dilarang digunakan untuk melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat


dengan menawarkan janji keuntungan yang tidak wajar.
Dalam perkara ini dikategorikan sebagai tindak pidana perbankan di sektor
legalitas bank atau perizinan yang melakukan fungsi bank tanpa izin lembaga
berwenang11 . Dengan menghindari aturan perbankan penghimpunan dana
masyarakat merupakan kegiatan yang tanpa izin kelembagaan yang kini dimiliki
oleh OJK. Kegiatan usaha Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri dan
CV Ahma Hamitsa

melakukan penghimpunan dana

masyarakat sebagai

konsumennya dalam bentuk Investasi illegal. Melakukan penghimpunan dana dari


masyarakat pada esensinya merupakan simpanan tetapi dikemas investasi 12 . Sesuai
dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu pada bab III penghimpunan
dana nasabah di atur didalam pasal 6 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan menyebutkan, “Usaha Bank Umum meliputi : (a) menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;”.
Pasal ini menjelaskan bentuk usaha bank dengan kegiatan penghimpunan dana dari
masyarakat berbentuk simpanan berupa giro, deposito, sertifikat depos ito,

11

Marwan Effendy, Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum Pidana (Jakarta:
Sumber Ilmu Jaya, cey-II Juni 2012) h. 12
12

Paripurna P, “Kekosongan Huku m di Sektor Keuangan Dalam Penanganan Investasi


Illegal.” www.sikap iuangmu.ojk.go.id: Edukasi Keuangan, 3-4 Agustus 2015
(Surabaya:OJK,2015)
h.2
59

tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan 13 , maka investasi illegal dapat
dikategorikan dengan pasal tersebut dalam melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat, namun hanya bank yang dapat melakukan kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat.
Melihat Koperasi Karya Mandiri dan CV Ahma Hamitsa yang melakukan
investasi illegal hanya menggunakan fasilitas penghimpunan dana dari masyarakat
dengan itikad tidak baik untuk mendapatkan keuntungan semata serta tidak adanya
kegiatan usaha didalamnya dan tanpa adanya izin dari Pimpinan Bank Indonesia
tidak dapat dibenarkan. Hakim dalam memutus perkara perlu melihat beralihnya
kewenangan izin usaha menjadi bank dari Pimpinan Bank Indonesia kepada
Otoritas Jasa Keuangan, meskipun pada waktu putusan inkrah ini sebelum 31
Desember 2013, sebagaimana diatur Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang OJK
tentang peralihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan kegiatan jasa keuangan
di sektor perbankan beralih Bank Indonesia Ke OJK 14 .
Dalam penggunaan pasal pidana perbankan perkara ini, pertimbangan Hakim
Mahkamah Agung telah sesuai menjerat perusahaan yang kegiatan investasi illegal
perusahaan dikategorikan melanggar Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan menyebutkan, “ (1) Barang siapa menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank
13

Widjanarto, Huku m & Ketentuan Perbankan di Indonesia (Jakarta, PT Pustaka Utama


Grafit i, Ed isi IV Cet-I Maret 2003) h.62
14

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta:Departemen


Perizinan
& Informasi Perbankan, 2014) h. 19
60

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (pengaturan tentang bentuk


penghimpunan dana), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun penjara dan paling lama 15 (lima belas tahun) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus miliyar rupiah)”. Pasal ini menjadi acuan
atas kekosongan hukum investasi illegal dalam perkara ini, menjatuhkan pidana
penjara selama 9 (sembilan) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 20.000.000.000,.
(dua puluh milyar rupiah). Serta penggunaan Pasal 55 KUHP mengenai turut serta
tepat digunakan untuk tindak pidana perbankan karena biasanya dilakukan oleh
satu orang15 .
2. Analisis Perlindungan Hukum Nasabah Oleh Otoritas Jasa Keuangan
Terhadap Investasi Illegal
Dalam perkara ini, Otoritas Jasa Keuangan tidak terlibat, penulis mengaitkan
untuk perlindungan hukum bagi masyarakat atas investasi illegal, sebagaimana
OJK memiliki kewenangan dalam perkara ini. Pengawasan terhadap semua
aktivitas sektor jasa keuangan mempunyai tujuan untuk perlindungan hukum
masyarakat, Pasal 5 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, menyebutkan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan. Tantangan besar yang dihadapi OJK saat ini adalah

15

102

Chairul Arrasjid, Hukum Pidana Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika cet-I Oktober
2011) h.
61

tumbuhnya penipuan berkedok investasi atau investasi illegal berbentuk


agrobisnis, penanaman modal, bagi hasil peternakan, valuta asing lewat jaringan
(online), penipuan reksa dana, perdagangan berjangka, bisnis daging, investasi
intan dan emas 16 .
Dunia usaha yang sudah masuk dalam kategori masuk pidana, maupun yang
sedang dalam proses penyelidikan, dan kasus yang mungkin setiap saat muncul,
perlu segera diatasi, baik berupa preventif maupun represif17 . Perlindungan hukum
bagi masyarakat dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan, dengan diberikan
kewenangan oleh Negara untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian
masyarakat sebagai konsumen dari kegiatan investasi illegal. Bentuk perlindungan
adalah meminta perusahaan Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan
kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat dan dalam
perkara ini kegiatan usaha investasi illegal dilakukan oleh

Koperasi Karya

Mandiri dan CV Ahma Hamitsa dihentikan oleh penyidik kepolisian.


Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan
di sektor jasa keuangan dalam perlindungan hukum bagi masyarakat, diatur
didalam Pasal 28 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan, menyebutkan :

16

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.504
17

98

Chairul Arrasjid, Hukum Pidana Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika cet-I Oktober
2011) h.
62

“Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan


tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi :
1. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor
jasa keuangan, layanan, dan produknya
2. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila
kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat
3. tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan18 .
Kewenangan OJK untuk mengatasi perusahaan yang melakukan investasi
illegal pada pasal ini,

melakukan tindakan pencegahan kerugian demi

perlindungan hukum bagi masyarakat berupa edukasi, pelayanan pengaduan


konsumen, dan pembelaan hukum. Pasal tersebut diimplementasikan oleh Dewan
Komisioner yang membidangi Edukasi & Perlindungan dalam perlindungan
hukum bagi masyarakat sebagai konsumen jasa keuangan dengan menggunakan
Twin Peak Concept, yaitu tindakan preventif dan represif dalam menjaga stabilitas
keuangan melalui pengaturan dan pengawasan berdasarkan prinsip kehati- hatian19 .
Pada pasal 28 ayat 1 merupakan langkah preventif yang mengatur perlindungan
hukum bagi masyarakat dengan memberikan informasi dan edukasi kepada
masyarakat terhadap karakteristik, produk, dan layanan di sektor jasa keuangan,
dengan memberikan informasi dan edukasi masyarakat akan mengetahui
karakteristik dan produk di sektor jasa keuangan. Langkah mengedukasi
masyarakat oleh OJK atas amanat pasal 28 tersebut dengan memberikan edukasi
18

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h.498
19

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h.497
63

kebeberapa daerah salah satunya ke Surabaya dengan Focus Group Discussion


Investasi Illegal20 , melalui minisite OJK bidang Edukasi & Perlindungan pun
edukasi diberikan kepada masyarakat luas, namun peran masyarakat untuk tidak
mudah terjebak pada investasi illegal sangat penting, pemahaman terhadap
investasi yang tidak spekulatif, keuntungan yang wajar sejalan dengan keuntungan
kegiatan usaha perusahaan, dan lebih cerdas dalam menyalurkan dana pada
perusahaan lembaga yang jelas telah memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan sebagai
lembaga pengawas 21 . Selain itu dengan Strategi Nasional Program Literasi
Keuangan, edukasi masyarakat lebih dapat dioptimalkan, Stra tegi Nasional
diluncurkan dengan bersamaan dengan Financial Customer Care, kedua program
ini dijalankan untuk mengurangi kerugian masyarakat atas ketidaktahuan. Strategi
Nasional Program Literasi Keuangan diciptakan untuk mengedukasi masyarakat
untuk memiliki pengetahuan keuangan yang tinggi dan meningkatkan penggunaan
produk dan jasa keuangan.
Penulis berpendapat pada pasal 28 ayat 2 & 3 merupakan langkah OJK pada
tahap represif, yakni dengan meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan
kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat, dan
melakukan tindakan yang dianggap perlu, yaitu sesuai dengan penelitian penulis
membahas investasi illegal maka OJK, penggunaan pasal ini tindak lanjut dari

20

Sikapiuang mu.ojk.go.id di unduh pada 30 Agustus 2015 Jam 18.00


21

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta:Departemen


Perizinan
& Informasi Perbankan, 2014) h. 4
64

pengaduan masyarakat sebagai konsumen yang dirugikan atas kegiatan investasi


illegal, sehingga perusahaan yang melakukan investasi illegal dapat dicabut izin
usahanya.
Tindakan lanjut untuk pengaduan yang diterima OJK termaktub pada pasal 29
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatur
pelayanan pengaduan konsumen menyebutkan bahwa OJK dalam pelayanan
pengaduan konsumen dapat melakukan diantaranya : a. menyiapkan perangkat
yang memadai untuk pelayanan pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku
di Lembaga Jasa Keuangan; b. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; c. memfasilitasi penyelesaian
pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. Pasal 29
mengatur pelayanan OJK dalam pengaduan nasabah atas kerugian yang didapat
atas investasi illegal. Pelayanan pengaduan diimplementasikan pada program
pembentukan Sistem Pelayanan Konsumen Keuangan Terintegrasi (Financial
Customer Care/FCC), prioritas utama meningkatkan ketersedian infomasi bagi
masyarakat dan pelayanan pengaduan konsumen keuangan sesuai dengan
keweangan OJK 22 . Dibidangi oleh Dewan Komisioner bidang Edukasi &
Perlindungan Konsumen OJK pada satgas waspada investasi melalui pengaduan
konsumen online pada website OJK, untuk menampung pengaduan konsumen
22

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.499
65

yang merasa dirugikan, terkhusus menangani investasi illegal. Melalui website


OJK pelayanan pengaduan nasabah seperti layanan telpon, email, pesan singkat
maupun website 23 .
Setelah tahap pengaduan, penulis berpendapat bahwa OJK tahap selanjutnya
memiliki kewenangan melakukan pembelaan hukum, diantaranya :

a.

memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan


untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa
Keuangan dimaksud; b.mengajukan gugatan dengan cara meminta mengembalikan
harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan
kerugian, baik yang berada di penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan atau untuk
memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada
konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, ganti rugi ini hanya
kepada pihak yang dirugikan, sebagaimana termaktub pada Pasal 30 UndangUndang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, mengatur langkah
lebih lanjut pengaduan masyarakat yang mengalami kerugian dengan pembelaan
hukum atau dapat juga melakukan pengajuan gugatan demi memperoleh kerugian
harta

kekayaan.

Kerugian

diterima

oleh

perusahaan

yang

melakukan

penghimpunan dana dari masyarakat perlu mendapatkan pengawasan yang

23

http://m.huku monline.co m/berita/baca/website OJK jembatani konsumen dengan


industri
keuangan di unduh 20 Agustus jam 02.00 AM
66

efektif 24 . Pengaturan lebih lanjut pasal 30 tersebut diatur di dalam Peraturan


OJK
No.1/D.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,
mengatur penyelesaian pengaduan masyarakat dan pemberian fasilitas oleh OJK
termaktub pasal 40 ayat 1 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas
Jasa Keuangan menyebutkan, ”Konsumen dapat menyampaikan pengaduan yang
berindikasikan sengketa antara Pelaku Jasa Keuangan dengan Konsumen kepada
Otoritas Jasa Keuangan”. pasal 40 tersebut menjelaskan masyarakat sebagai
konsumen dapat melakukan pengaduan atas kerugian yang diterima, kaitannya
dengan kegiatan investasi illegal yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat telah merugikan masyarakat luas, pengaduan dapat dilakukan dengan
fasilitas yang diberikan OJK melalui peraturan pelaksana Peraturan OJK
No.1/D.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan pada Surat
Edaran OJK No 2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian Pengaduan
Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, pengaduan didasarkan atas
uangkapan ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanya kerugian finansial
akibat kegiatan investasi illegal. Tindak lanjut pengaduan masyarakat kepada OJK
dapat dilakukan dengan cara penyelesaian pengaduan berupa penyataan maaf atau
menawarkan ganti rugi kepada masyarakat yang dirugikan sesuai apa yang diatur
pada Surat Edaran OJK No 2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian
Pengaduan Konsumen pada pelaku usaha jasa keuangan, namun melihat investasi
illegal merupakan skema ponzi yaitu memutar dana masyarakat sebagai
24

Andrian Sutedi, Aspek Huku m Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h. 41
67

konsumennya dengan cara membayar bonus konsumen lama dengan sumber dana
yang berasal dari konsumen baru25 , ditambah lagi tidak adanya kegiatan usaha
yang berlangsung hanya memutar dana tarikan dari masyarakat langkah
pengaduan dilakukan dengan menghentikan kegiatan tersebut se suai dengan
kewenangan OJK pada pasal 9 huruf h point (1) Undang- undang No 11 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan :
“untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
(pengaturan & pengawasan di sektor jasa keuangan), OJK memiliki kewenangan :
h. memberikan dan/atau mencabut :
1. Izin usaha;”
Pencabutan izin usaha lebih lanjut diatur juga pada Pasal 53 ayat (1) point e
Peraturan OJK No.1/D.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan menyebutkan :
(1)Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak yang melanggar ketentuan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dikenakan sanksi adminsitratif, antara lain
berupa :
e. Pencabutan Izin Kegiatan Usaha
Aturan OJK mengatur tentang perlindungan hukum bagi nasabah dengan
langkah preventif melakukan edukasi kepada masyarakat dan langkah represif
dengan menghentikan kegiatan usaha yang berpotensi merugikan nasabah hingga
melakukan mekanisme pengaduan nasabah serta mekanisme ganti rugi dan
pengajuan gugatan dalam pembelaan hukum nasabah. Atas semua kewenangan
tersebut, ganti kerugian atas modus operandi kegiatan investasi illegal dalam

25

Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.504
68

perkara ini menjadi yang perlu diatasi, perkara ini sudah memiliki hukum tetap
dan masuk dalam tindak pidana, ganti kerugian tidak didapatkan oleh nasabah
pada perkara ini, walaupun dalam putusan ini Jaksa Penuntut Umum sudah
meminta untuk dikembalikan atas kerugian nasabah, namun hanya pidana denda
sebesar Rp. 20.000.000.000,. (dua puluh milyar) kepada negara.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk menjawab rumusan masalah dan berdasarkan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Investasi illegal yang dilakukan perusahaan dalam perkara ini dikategorikan
melakukan pengimpunan dana masyarakat tanpa izin dari Otoritas Jasa Keuangan,
berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia dan beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan. Beralihnya kewenangan izin penghimpunan dana masyarakat dari Bank
Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan perlindungan hukum bagi
masyarakat berdasarkan pada Pasal 28, 29, dan 30 Undang-Undang No 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dengan melakukan edukasi kepada
masyarakat, memberikan fasilitas pengaduan nasabah, serta menangani investasi
illegal dengan mencabut izin usaha, atau ganti rugi dan atau mengajukan gugatan
ke pengadilan
B. Saran
Dari semua uraian tersebut, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai
berikut :
69
70

1. OJK selaku lembaga berwenang dalam penanganan penghimpunan dana nasabah


dalam bentuk invetasi illegal, hendaknya melakukan langkah pencegahan
terjadinya investasi illegal lebih dini, dengan cara mengedukasi masyarakat dalam
bentuk membuat program pengetahuan produk jasa keuangan yang berpotensi
melakukan investasi illegal dan pengetahuan mekanisme pengaduan nasabah OJK
kepada masyarakat pada setiap daerah di Indonesia, program tersebut dibuat OJK
dengan membuat aturan yang dapat diterapkan sosialisasinya berjangka panjang
dalam bentuk diskusi publik, kerja sama dengan pemerintah daerah untuk
penerapan program tersebut, pelatihan pengetahuan produk jasa keuangan kepada
masyarakat untuk memahami produk jasa keuangan secara rutin sehingga
masyarakat memahami yang masuk ke dalam kategori investasi illegal dan
mengetahui mekanisme pengaduan nasabah agar perlindungan hukum nasabah
meningkat.
2. Nasabah selaku pihak yang lemah harus lebih aktif dalam memilih investasi
keuangan, tidak terjebak dalam investasi illegal yang bermodal SIUP atau izin
penanaman modal dan berhak mengetahui izin otoritas berwenang, sehingga tidak
mengalami kerugian.
71

DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Abdullah, Burhanuddin, Jalan Menuju Stabilitas: Mencapai Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan, Jakarta: LP3ES, 2005.
Ahmad,Mustaq Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2001.
Arrasjid, Chainur, Hukum Pidana Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet I,
Oktober 2011.
Asshiddiqie, Jimly, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Konstitusi Press,
Cet-2, 2012.
Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta,
PT Rajagrafindo, cet-7, Januari 2014.
Atmasasmita, Romli, Globalisasi & Kejahatan Bisnis, Jakarta: Prenamedia Grup, CetI,
2010.
Bako, Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk
Tabungan dan Deposito; Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan
Deposan di Indonesia Dewasa Ini, Bandung: Citra Aditya Bhakti. 2003.
Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003.
Effendi, Marwan, Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum Pidana,
Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, cet-1, 2012.
Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bhakti, cet-2,
2003.
__________, Hukum Perbankan Modern; Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Buku Kesatu, 1999.
Haymans, Adler, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor, Jakarta: PT Adler
Manurung Press, Cet-1, 2013.
Hendro, Tri, dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia,
Yogjakarta: UPP STIM YKPN, Cet-1, 2014.
72

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada


Media Group, Cet-1, 2005.
Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing, Cet-2, 2006.
Kansil, C.S.T, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika Cet-5, 2010.
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002.
__________, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Cet-12,
2014.
Khairandy, Ridwan, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan, FH
UI Press, 2001.
Koetin, EA, Analisis Pasar Modal, Jakarta: Sinar Harapan, 1993.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, Cet-4, 2010.
Pardede, Marulak, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Jakarta: Sinar
Harapan, 1992.
Pramono,Sigit, Mimpi Punya Bank Besar-Pemikiran Seorang Bankir, Jakarta, Red &
White Publishing, cet I 2014.
Riduan Syahrani, H, Seluk Beluk & Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: PT.
Alumni, cet-iv 2010.
Sinuor, Yosephus L, Etika Bisnis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010.
Sugiarto Agus, Implementasi Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, Jakarta,
Bidang Literasi dan Keuangan OJK., 2014
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UII-Press, 2008.
__________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, Cet-3, 1986.
Sutedi, Andrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Penebar Swadaya
Grup, Cet-1, 2014.
___________, Andrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Raih Asa
Sukses,
2014.
73

Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama, Cet-II, 2001.
W, Henricus, Kamus Istilah Ekonomi dan Bisnis, Jakarta: Kompas, 2010.
Widjanarto, Hukum & Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti, Edisi IV Cet-I, 2003.
Peraturan Perundang-Undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
Peraturan OJK No.1/D.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan
Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan
Surat Izin Usaha Perdagangan
Surat Edaran OJK No 2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian
Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan
Putusan Mahkamah Agung :
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/PID.SUS/2013.
(Tanggal 31 Agustus 2015)
Jurnal Ilmiah :
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan, Lembaga
Kajian & Advokasi untuk Indenpedensi Peradilan. 2013.
Murdadi, Bambang, Pranata Hukum Lembaga Keuangan dan Investasi Bodong,
Jurnal Hukum Unimus.
P, Paripurna,“Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan Dalam Penanganan Investasi
Illegal.” www.sikapiuangmu.ojk.go.id: Edukasi Keuangan, 3-4 Agustus 2015
(Surabaya: OJK, 2015)
Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013.
__________, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan perlindungan
Konsumen, Edisi November 2013.
74

Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa


Keuangan, Naskah Akademis Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jakarta: 2010
Website :
http://m.hukumonline.com/berita/baca/website “OJK Jembatani Konsumen Dengan
Industri Keuangan” di unduh 20 Agustus jam 02.00 AM
Otoritas Jasa Keuangan, “Liputan Khusus OJK: Selamat Datang Wasit Baru Industri
Keuangan”, http://www.lipsus.kontan.co.id di unduh 5 Juni 2014, Pukul 08.13 AM
Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal”
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/130/karakteristik-umum-produk-diduga-
ilegal
di unduh pada 18 Agustus 2015 jam 10.48 AM
Otoritas Jasa Keuangan,”Bentuk umum produk diduga illegal yang ditawarkan”
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/129/bentuk-umum-produk-diduga-ilegalyang-
ditawarkan di unduh pada 18 Agustus 2015 jam 10.49 AM
www.bi.go.id/perbankan/arsitektur/ diunduh pada 30 Juni 2015 14.00 AM
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Salinan Putusan Mahkamah Agung No. 196 K/PID.SUS/2013

PU T USAN
No. 196 K/PID.SUS/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M AHKAM AH AG UNG
Memeriksa perkara pidana khusus dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam
perkara Terdakwa :
N a ma
: MUHAMAD ANAS Bin H. YAHYA MARZUKI ;
Tempat lahir
: Jakarta ;
Umur/tanggal lahir : 26 Tahun / 21 Juli 1985 ;
Jenis kelamin
: Laki- laki ;
Kewarganegaraan : Indonesia ;
Tempat tinggal
: Perum Sirnagalih Blok B No. 1 RT. 03/07 Kelurahan
Sirnagalih, Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ;
A ga ma
: Islam ;
Pekerjaan
: Pegawai Swasta ;
Terdakwa berada di dalam tahanan ;
1. Penyidik sejak tanggal 18 Desember 2011 sampai dengan tanggal 06 Januari 2012 ;
2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 07 Januari 2012 sampai dengan tanggal
15 Februari 2012 ;
3. Perpanjangan Ketua Pengadilan sejak tanggal 16 Februari 2012 sampai dengan
tanggal 16 Maret 2012
4. Penuntut Umum sejak tanggal 14 Maret 2012 sampai dengan tanggal 02 April 2012 ;
5. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 26 Maret 2012 sampai dengan tanggal 24
April 2012 ;
6. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 25 April 2012 sampai dengan
tanggal 23 Juni 2012 ;
Hal. 1 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013

75
76

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
7. Perpanjangan I Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 24 Juni 2012 sampai
dengan tanggal 23 Juli 2012 ;
8. Perpanjangan II Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 24 Juli 2012 sampai
dengan tanggal 22 Agustus 2012 ;
9. Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 03 Agustus 2012 sampai dengan
tanggal 01 September 2012 ;
10.Perpanjangan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 02 September 2012
sampai dengan tanggal 31 Oktober 2012 ;
11.Berdasarkan Penetapan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
3733/2012/S.1415.Tah.Sus/PP/2012/MA. tanggal 12 Desember 2012 Terdakwa
diperintahkan untuk ditahan selama 50 (lima puluh) hari, terhitung sejak tanggal 07
November 2012 ;
12.Berdasarkan Penetapan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
3734/2012/S.1415.Tah.Sus/PP/2012/MA. tanggal 12 Desember 2012 Terdakwa
diperintahkan untuk ditahan selama 60 (enam puluh) hari, terhitung sejak tanggal 27
Desember 2012 ;
Yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Tasikmalaya karena
didakwa:
PERTAMA :
Bahwa ia Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI bersama-sama dengan
Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI (saksi dalam perkara ini Terdakwa dalam
berkas terpisah) sebagai pelaku atau yang turut serta melakukan perbuatan, sejak
bulan Agustus
2010 sampai bulan Agustus 2011 atau setidak-tidaknya terjadi selama kurun waktu
sejak tahun
2010 sampai tahun 2011 di beberapa tempat yaitu di Kampung Sindanghurip Desa
Jatihurip
Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Sindanglengo Kecamatan
Indihiang
Kota Tasikmalaya dan di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan
Indihiang Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya terjadi di beberapa tempat yang
masih
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Tasikmalaya, telah bebepa kali melakukan
perbuatan
yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan
berlanjut,
telah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari
Pimpinan
Bank Indonesia, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Hal. 2 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
77

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
`
Bahwa pada bulan Agustus 2010, Sdr. UDIN SAPRUDIN bi H. YAHYA MARZUKI
mengadakan usaha investasi yang diberi nama PROFIT BAROKAH yang berkantor di sebuah
rumah kontrakan milik Ny. ETI di Kampung Sindanghurip Desa Jatihurip Kecamatan
Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI sebagai
Leader Owner/ Admin sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
sebagai Wakil Admin, yang kemudian pada bulan Oktober 2010 pindah kantor mengontrak
sebuah toko di Kampung Sindanglengo Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya dan
selanjutnya
sejak bulan Desember 2010 pindah ke rumah milik Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang
Kota
Tasikmalaya ;
Bahwa Profit Barokah beroperasi sejak bulan Agustus 2010 dan untuk mewadahi serta
mengembangkan usahanya, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI membentuk
badan usaha Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri yang berdiri sejak 12
Nopember
2010 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 44 tanggal 8 Nopember 2010 yang dibuat
Notaris SITI
NURJANAH, SH.SP.1 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI duduk
sebagai Ketua Umum dan selain itu juga, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI
mendirikan badan usaha CV Ahma Hamitsa sejak 2 Mei 2011 berdasarkan Akta Pendirian
Perusahaan No. 03 tanggal 2 Mei 2011 dibuat Notaris HERI HENDRIYANA, SH.MH, lalu
diterbitkan SIUP No. 503/0797/PK/ BPPT-JU/VII/2011 tanggal 21 Juli 2011 dan TDP No.
102935202830 tanggal 18 Juli 2011 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI duduk sebagai Direktur sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI sebagai Wakil Dirtektur dan sejak bulan Agustus 2011, Sdr. UDIN SAPRUDIN
bin
H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
menghentikan segala bentuk kegiatan usahannya baik di Propit Barokah, Koperasi
Usaha
Bersama Barokah Karya Mandiri maupun CV Ahma Hamitsa karena tidak ada ijin dari
Gubenur
Bank Indonesia, demikian pula Akta Pendirian Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya
Mandiri
tidak mendapat pengesahan dari Pemerintah dan tidak tercantum jenis kegiatan usaha
menghimpun dana dari masyarakat dalam baik dalam SIUP maupun TDP CV Ahma Hamitsa ;
Hal. 3 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
78

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa benar bentuk operasional usaha Profit Barokah awalnya melalui internet, Sdr.
UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI membuka website “profitbarokah.com”
kemudian dirubah menjadi “profitbarokah.net” dan dirubah lagi menjadi
“ahmagold.co.id” di
mana dalam statusnya ditulis penawaran marketing program reguler satu bulan dengan
profit
sharring 50% untuk Profit Barokah dan 10% sampai 20% setiap bulannya untuk
“ahmagold.co.id” ditambah keuntungan berupa emas, dinar dan dirham dari
modal/investasi
yang ditanam dalam jenis usaha diantaranya pembelian asset properti, usaha bidang
peternakan
kambing Etawa, layanan pembayaran rekening listrik, telepon, jual beli emas, valuta
asing,
sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI melaksanakan tugas di
antaranya menjelaskan program kepada Investor yang datang ke kantor, membuat
MoU/perjanjian dengan Investor, menerima uang dari para Investor di kantor,
mentransfer uang
dari Investor ke rekening Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI, mengendalikan
staff/ karyawan di kantor dan mentransfer dana keuntungan/bagi hasil kepada
Investor, sehingga
para pebisnis online/nasabah tertarik dan menginvestasikan uangnya di Profit
Barokah baik
melalui internet maupun langsung mendaftar ke kantor Profit Barokah atau ke
Koperasi Barokah
Karya Mandiri atau ke CV Ahma Hamitsa dengan cara melalui transfer ke beberapa
nomor
rekening Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI di Bank BCA, Bank Mandiri,
Bank BNI 46 Bank Mandiri Syariah, Bank Niaga, Bank BRI Unit Cisayong maupun dengan
cara
setor langsung ke kantor Profit Barokah dan kemudian dibuat Surat Perjanjian
Kerjasama
Investasi yang ditanda tangani oleh investor dan Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI atau Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI sebagai pengelola
investasi apabila sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI tidak berada di tempat
dan
untuk itu investor/nasabah akan menerima pembayaran profit sharring yang nilainya
10%, 20%
maupun 50% dan non paket sesuai dengan perjanjiannya yang dikirim melalui transafer
antara
rekening bank milik Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI ke nomor rekening
para investor/nasabah atau diambil tunai di kantor Profit Barokah atau Koperasi
Barokah Karya
Mandiri atau CV Ahma Hamitsa, sehingga tercatat daftar investor/nasabah sebagai
berikut :
No. Kelo mpok dan Jenis Investasi
1.

A. Profit Baro kah :


Paket PB-1 Rp. 200.000,-

Jumlah Investor

Nilai investasi
(Rp.)
Jasa yang dibayarkan (Rp.)

2.466

493.200.000,-

653.000.000,-

Hal. 4 dari 27 hal. Put. No. 196 K/ PID.SUS/ 2013


79

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
2.

Paket PB-2 Rp. 600.000,-

1.179

707.400.000,-

1.052.025.000,-

3.

Paket PB-3 Rp. 1.400.000,-

3.268

4.575.000,000,-

7.349.475.000,-

4.

Non Paket

114.433

31.978.000.000,-

22.650.100.000,-

Ju mla h
B. CV. Ahma Hamitsa :
1. Ahmad Go ld Offline 20 %
2. Ahma Go ld Online 20%

21.346

37.753.800.000,-

31.704.600.000,-

4.652
1.036

54.964.170.000,
. 9.853.000.000,-

23.154.869.000,1.529.800.000,-

3.

Ahma Go ld Offline 10%

440
6.763.400.000,-

2.352.540.000,-

4.

Ahma Go ld Online 10%

44

445.000.000,-

40.200.000,-

6.172

72.025.570.000,-

27.077.489.000,-

Ju mla h

Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana Pasal 46 ayat (1) UURI No. 7 Tahun
1992
sebagaimana dirubah dengan UURI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UURI No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1)
KUHP ;
ATAU :
KEDUA :
Bahwa ia Terdakwa UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI bersama-sama dengan
MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI (saksi dalam perkara ini Terdakwa dalam
berkas terpisah) sebagai pelaku atau yang turut serta melakukan perbuatan, sejak
bulan Agustus
2010 sampai bulan Agustus 2011 atau setidak-tidaknya terjadi selama kurun waktu
sejak tahun
2010 sampai tahun 2011 di beberapa tempat yaitu di Kampung Sindanghurip Desa
Jatihurip
Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Sindanglengo Kecamatan
Indihiang
Kota Tasikmalaya dan di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan
Indihiang Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya terjadi di beberapa tempat yang
masih
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Tasikmalaya, telah bebepa kali melakukan
perbuatan
yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan
berlanjut,
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau
supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, yang dilakukan dengan cara-cara
sebagai
berikut : Bahwa pada bulan Agustus 2010, Sdr. UDIN SAPRUDIN bi H. YAHYA MARZUKI
mengadakan usaha investasi yang diberi nama PROFIT BAROKAH yang berkantor di sebuah
rumah kontrakan milik Ny. ETI di Kampung
Hal. 5 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
80

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Sindanghurip Desa Jatihurip Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya di mana Sdr.
UDIN
SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI sebagai Leader Owner/ Admin sedangkan Terdakwa
MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI sebagai Wakil Admin, yang kemudian pada
bulan Oktober 2010 pindah kantor mengontrak sebuah toko di Kampung Sindanglengo
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya dan selanjutnya sejak bulan Desember 2010
pindah ke
rumah milik Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI di Perumahan Sirnagalih
Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ;
Bahwa Profit Barokah beroperasi sejak bulan Agustus 2010 dan untuk mewadahi serta
mengembangkan usahanya, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI membentuk
badan usaha Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri yang beridiri sejak 12
Nopember
2010 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 44 tanggal 8 Nopember 2010 yang dibuat
Notaris SITI
NURJANAH, SH.SP.1 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI duduk
sebagai Ketua Umum dan selain itu juga, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI
mendirikan badan usaha CV Ahma Hamitsa sejak 2 Mei 2011 berdasarkan Akta Pendirian
Perusahaan No. 03 tanggal 2 Mei 2011 dibuat Notaris HERI HENDRIYANA, SH.MH, lalu
diterbitkan SIUP No. 503/0797/PK/ BPPT-JU/VII/2011 tanggal 21 Juli 2011 dan TDP No.
102935202830 tanggal 18 Juli 2011 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI duduk sebagai Direktur sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI sebagai Wakil Dirtektur dan sejak bulan Agustus 2011, Sdr. UDIN SAPRUDIN
bin
H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
menghentikan segala bentuk kegiatan usahannya baik di Profit Barokah, Koperasi
Usaha
Bersama Barokah Karya Mandiri maupun CV Ahma Hamitsa karena tidak ada ijin dari
Gubernur
Bank Indonesia, demikian pula Akta Pendirian Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya
Mandiri
tidak mendapat pengesahan dari Pemerintah dan tidak tercantum jenis kegiatan usaha
menghimpun dana dari masyarakat dalam baik dalam SIUP maupun TDP CV Ahma Hamitsa ;
Bahwa benar bentuk operasional usaha Profit Barokah awalnya melalui internet, Sdr.
UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI membuka website “profitbarokah.com”
kemudian dirubah menjadi “profitbarokah.net” dan dirubah lagi menjadi
“ahmagold.co.id” di
mana dalam statusnya ditulis penawaran
Hal. 6 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
81

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
marketing program reguler satu bulan dengan profit sharring 50% untuk Profit
Barokah dan 10%
sampai 20% setiap bulannya untuk “ahmagold.co.id” ditambah keuntungan berupa emas,
dinar
dan dirham dari modal/investasi yang ditanam dalam jenis usaha di antaranya
pembelian asset
properti, usaha bidang peternakan kambing Etawa, layanan pembayaran rekening
listrik, telepon,
jual beli emas, valuta asing, sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI melaksanakan tugas di antaranya menjelaskan program kepada Investor yang
datang
ke kantor, membuat MoU/perjanjian dengan Investor, menerima uang dari para Investor
di
kantor, mentransfer uang dari Investor ke rekening Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI, mengendalikan staff/ karyawan di kantor dan mentransfer dana
keuntungan/bagi
hasil kepada Investor, sehingga para pebisnis online/nasabah tertarik dan
menginvestasikan
uangnya di Profit Barokah baik melalui internet maupun langsung mendaftar ke kantor
Profit
Barokah atau ke Koperasi Barokah Karya Mandiri atau ke CV Ahma Hamitsa dengan cara
melalui transfer ke beberapa nomor rekening Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI di Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI 46 Bank Mandiri Syariah, Bank Niaga,
Bank BRI Unit Cisayong maupun dengan cara setor langsung ke kantor Profit Barokah
dan
kemudian dibuat Surat Perianjian Kerjasama Investasi yang ditanda tangani oleh
investor dan
Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI atau Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H.
YAHYA MARZUKI sebagai pengelola investasi apabila sdr. UDIN SAPRUDIN bin H.
YAHYAMARZUKI tidak berada di tempat dan untuk itu investor/nasabah akan menerima
pembayaran profit sharring yang nilainya 10%, 20% maupun 50% dan non paket sesuai
dengan
perjanjiannya yang dikirim melalui transafer antara rekening bank milik Sdr. UDIN
SAPRUDIN
bin H. YAHYA MARZUKI ke nomor rekening para investor/nasabah atau diambil tunai di
kantor Profit Barokah atau Koperasi Barokah Karya Mandiri atau CV Ahma Hamitsa,
sehingga
tercatat daftar investor/nasabah sebagai berikut :
No.

Kelompok dan Jenis Investasi

Jumlah Investor

Nilai investasi (Rp.)

Jasa yang dibayarkan (Rp.)

1.
2.

A. Profit Barokah :
Paket PB-1 Rp. 200.000,Paket PB-2 Rp. 600.000,-

2.466
1.179

493.200.000,707.400.000,-

653.000.000,1.052.025.000,-

3.

Paket PB-3 Rp. 1.400.000,-

3.268

4.575.000,000,-

7.349.475.000,-

4.

Non Paket

114.433

31.978.000.000,-

22.650.100.000,-

21.346

37.753.800.000,-

31.704.600.000,-

4.652
1.036
440
44

54.964.170.000,
9.853.000.000,6.763.400.000,445.000.000,-

23.154.869.000,1.529.800.000,2.352.540.000,40.200.000,-

6.172

72.025.570.000,-

27.077.489.000,-

Jumlah
1.
2.
3.
4.
Jumlah

B. CV. Ahma Hamitsa :


Ahmad Gold Offline 20 %
Ahma Gold Online 20%
Ahma Gold Offline 10%
Ahma Gold Online 10%

Hal. 7 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013


82

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa ternyata tulisan atau kata-kata yang disampaikan baik oleh Sdr. UDIN
SAPRUDIN bin H YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI merupakan rangkaian kebohongan atau tipu muslihat karena uang yang telah
berhasil dikumpulkan oleh Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa
MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI sebagian besar digunakan untuk membayar
pokok dan jasa para investor yang telah tercatat dan terdaftar sebelumnya, selain
itu digunakan
untuk membeli tanah, rumah, mobil untuk kepentingan pribadi Sdr. UDIN SAPRUDIN bin
H.
YAHYA MARZUKI serta sebagian lagi untuk membayar gaji karyawannya dan akibat dari
perbuatan Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa H. MUHAMAD
ANAS bin H. YAHYA MARZUKI, sebagian besar para Investor dirugikan dengan tidak
kembalinnya atau tidak dibayarnya pokok dan jasa investasi yang diperjanjikan ;
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana pasal 378 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1)
ke1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP ;
ATAU :
KETIGA :
Bahwa ia Terdakwa UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI bersama-sama
dengan MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI (saksi dalam perkara ini Terdakwa
dalam berkas terpisah) sebagai pelaku atau yang turut serta melakukan perbuatan,
sejak bulan
Agustus 2010 sampai bulan Agustus 2011 atau setidak-tidaknya terjadi selama kurun
waktu
sejak tahun 2010 sampai tahun 2011 di beberapa tempat yaitu di Kampung Sindanghurip
Desa
Jatihurip Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Sindanglengo
Kecamatan
Indihiang Kota Tasikmalaya dan di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya terjadi di beberapa
tempat yang
masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Tasikmalaya, telah beberapa kali
melakukan
perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai
perbuatan
berlanjut, dengan sengaja dan melawan hukum
Hal. 8 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
83

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang
ada dalam kekuasannya bukan karena kejahatan, yang dilakukan dengan cara-cara
sebagai
berikut :
Bahwa pada bulan Agustus 2010, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI
mengadakan usaha investasi yang diberi nama PROFIT BAROKAH yang berkantor di sebuah
rumah kontrakan milik Ny. ETI di Kampung Sindanghurip Desa Jatihurip Kecamatan
Cisayong
Kabupaten Tasikmalaya di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI sebagai
Leader Owner/ Admin sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
sebagai Wakil Admin, yang kemudian pada bulan Oktober 2010 pindah kantor mengontrak
sebuah toko di Kampung Sindanglengo Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya dan
selanjutnya
sejak bulan Desember 2010 pindah ke rumah milik Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang
Kota
Tasikmalaya ;
Bahwa Profit Barokah beroperasi sejak bulan Agustus 2010 dan untuk
mewadahi serta mengembangkan usahanya, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI
membentuk badan usaha Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri yang beridiri
sejak 12
Nopember 2010 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 44 tanggal 8 Nopember 2010 yang
dibuat
Notaris SITI NURJANAH, SH.SP.1 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI duduk sebagai Ketua Umum dan selain itu juga, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H.
YAHYA MARZUKI mendirikan badan usaha CV Ahma Hamitsa sejak 2 Mei 2011 berdasarkan
Akta Pendirian Perusahaan No. 03 tanggal 2 Mei 2011 dibuat Notaris HERI HENDRIYANA,
SH.MH, lalu diterbitkan SIUP No. 503/0797/PK/ BPPT-JU/VII/2011 tanggal 21 Juli 2011
dan
TDP No. 102935202830 tanggal 18 Juli 2011 di mana Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA
MARZUKI duduk sebagai Direktur sedangkan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI sebagai Wakil Direktur dan sejak bulan Agustus 2011, Sdr. UDIN SAPRUDIN bin
H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
menghentikan segala bentuk kegiatan usahannya baik di Propit Barokah, Koperasi
Usaha
Bersama Barokah Karya Mandiri maupun CV Ahma Hamitsa karena tidak ada ijin dari
Gubenur
Bank Indonesia, demikian
pula Akta Pendirian Koperasi Usaha Bersama Barokah Karya Mandiri tidak mendapat
pengesahan dari Pemerintah dan tidak tercantum jenis kegiatan
Hal. 9 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
84

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam baik dalam SIUP maupun TDP CV Ahma
Hamitsa ;
Bahwa benar bentuk operasional usaha Profit Barokah awalnya melalui internet, Sdr.
UDIN
SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI membuka website “profitbarokah.com” kemudian
dirubah menjadi “profitbarokah.net” dan dirubah lagi menjadi “ahmagold.co.id” di
mana dalam
statusnya ditulis penawaran marketing program reguler satu bulan dengan profit
sharring 50%
untuk Profit Barokah dan 10% sampai 20% setiap bulannya untuk “ahmagold.co.id”
ditambah
keuntungan berupa emas, dinar dan dirham dari modal/investasi yang ditanam dalam
jenis usaha
di antaranya pembelian asset properti, usaha bidang peternakan kambing Etawa,
layanan
pembayaran rekening listrik, telepon, jual beli emas, valuta asing, sedangkan
Terdakwa
MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI melaksanakan tugas di antaranya menjelaskan
program kepada Investor yang datang ke kantor, membuat MoU/perjanjian dengan
Investor,
menerima uang dari para Investor di kantor, mentransfer uang dari Investor ke
rekening Sdr.
UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI, mengendalikan staff/ karyawan di kantor dan
mentransfer dana keuntungan/bagi hasil kepada Investor, sehingga para pebisnis
online/nasabah
tertarik dan menginvestasikan uangnya di Profit Barokah baik melalui internet
maupun langsung
mendaftar ke kantor Profit Barokah atau ke Koperasi Barokah Karya Mandiri atau ke
CV Ahma
Hamitsa dengan cara melalui transfer ke beberapa nomor rekening Sdr. UDIN SAPRUDIN
bin
H. YAHYA MARZUKI di Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI 46 Bank Mandiri Syariah,
Bank Niaga, Bank BRI Unit Cisayong maupun dengan cara setor langsung ke kantor
Profit
Barokah dan kemudian dibuat Surat Perjanjian Kerjasama Investasi yang ditanda
tangani oleh
investor dan Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI atau Terdakwa MUHAMAD
ANAS bin H. YAHYA MARZUKI sebagai pengelola investasi apabila sdr. UDIN SAPRUDIN
bin H. YAHYAMARZUKI tidak berada di tempat dan untuk itu investor/nasabah akan
menerima pembayaran profit sharring yang nilainya 10%, 20% maupun 50% dan non paket
sesuai dengan perjanjiannya yang dikirim melalui transafer antara rekening bank
milik Sdr.
UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI ke nomor rekening para investor/nasabah atau
diambil tunai di kantor Profit Barokah atau Koperasi Barokah Karya Mandiri atau CV
Ahma
Hamitsa, sehingga tercatat daftar investor/nasabah sebagai berikut :
Hal. 10 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
85

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
No.

Kelompok dan Jenis Investasi

Jumlah Investor

Nilai investasi (Rp.)

Jasa yang dibayarkan (Rp.)

1.
2.

A. Profit Barokah :
Paket PB-1 Rp. 200.000,Paket PB-2 Rp. 600.000,-

2.466
1.179

493.200.000,707.400.000,-

653.000.000,1.052.025.000,-

3.

Paket PB-3 Rp. 1.400.000,-

3.268

4.575.000,000,-

7.349.475.000,-

4.

Non Paket

114.433

31.978.000.000,-

22.650.100.000,-

21.346

37.753.800.000,-

31.704.600.000,-

4.652
1.036
440
44

54.964.170.000,
9.853.000.000,6.763.400.000,445.000.000,-

23.154.869.000,1.529.800.000,2.352.540.000,40.200.000,-

6.172

72.025.570.000,-

27.077.489.000,-

Jumlah
1.
2.
3.
4.
Jumlah

B. CV. Ahma Hamitsa :


Ahmad Gold Offline 20 %
Ahma Gold Online 20%
Ahma Gold Offline 10%
Ahma Gold Online 10%

Bahwa ternyata uang yang telah berhasil dikumpulkan oleh Sdr. UDIN SAPRUDIN bin
H YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
sebagian besar digunakan untuk membayar pokok dan jasa para investor yang telah
tercatat dan
terdaftar sebelumnya, selain itu digunakan untuk membeli tanah, rumah, mobil untuk
kepentingan pribadi Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI serta sebagian lagi
untuk membayar gaji karyawannya tanpa seijin dan sepengetahuan para Investor dan
akibat dari
perbuatan Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa H. MUHAMAD
ANAS bin H. YAHYA MARZUKI, sebagian besar para Investor dirugikan dengan tidak
kembalinya atau tidak dibayarnya pokok dan jasa investasi yang diperjanjikan ;
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana Pasal 372 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1)
ke1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1) KUHP ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tasikmalaya
tanggal 18 Juni 2012 sebagai berikut :
1. Menyatakan bahwa Terdakwa MUHAMAD ANAS Bin YAHYA
MARZUKI, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
Perbankan yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dakwaan
alternatif pertama Pasal 46 ayat (1) UU RI No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah
dirubah
dengan UU RI No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU RI No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan jo Pasal 55 (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP ;
Hal. 11 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
86

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa-Terdakwa tersebut diatas, oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun dikurangi selama Terdakwa
ditahan dengan perintah agar Terdakwa ditahan dan membayar denda sebesar
Rp.20.000.000.000,-(dua puluh milyar rupiah) Subsidair hukuman kurungan selama :
4 (empat) bulan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
1. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket A (10%) Daftar Via Web AhmaGold.co.id
;
2. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket B (20%) Daftar Via Web AhmaGold.co.id
;
3. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket A (10%) Daftar Offline ke kantor ;
4. 4.1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket B (20%) Daftar Offline ke kantor ;
5. (satu) bundel Data Member Tasik Offline 20% ;
6. (satu) bundel copy Rencana Kerja Koperasi Barokah Karya Mandiri ;
7. 1 (satu) bundel copy Company Profile Koperasi Serba Usaha Barokah Karya
Mandiri ;
8. (satu) lembar RINCIAN AHMA HAMITSA WILAYAH TASIKMALAYA ;
9. (satu) lembar Data Member Tasik Online 20% ;
10.10.1(satu) lembar Data Member Tasik Online 10% ;
11.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/246.2/Kop/2011, tanggal 26 April 2011,
tentang Undangan Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tasikmalaya, kepada Pengurus Barokah Karya Mandiri ;
12.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/349.1/Kop/2011, tanggal 14 Juni 2011,
tentang
Teguran Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kota
Tasikmalaya, kepada Pengurus Barokah Karya Mandiri ;
13.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/656/Kop/2011, tanggal 14 November 2011,
tentang Teguran ke II Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tasikmalaya, kepada Pengurus Barokah Karya Mandiri ;
Hal. 12 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
87

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
14. 1 (satu) lembar copy surat nomor : SB/06/XI/2011/Kop.BKM, tanggal 21 November
2010, tentang Surat Tanggapan dari Ketua Umum Koperasi Barokah Karya Mandiri,
kepada Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kota
Tasikmalaya ;
15.1 (satu) bundel copy SALINAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER
“CV. AHMA HAMITSA”, tanggal 02 Mei 2011, nomor 03 di NOTARIS HERI
HENDRIYANA, SH. MH. ;
16. 1 (satu) lembar copy SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KECIL,
nomor : 503/0797/PK/BPPT-JU/VII/2011 dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tasikmalaya atas nama CV. AHMA HAMITSA ;
17. 1 (satu) buah kartu VISA Bank Mandiri, Nomor 4137 1803 0781 0109 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
18. 1 (satu) buah kartu VISA Bank BCA, Nomor 4556 3211 3323 6406 atas nama UDIN
SAPRUDIN ;
19. 1 (satu) buah kartu Card BCA Flazz, Nomor 1888 6013 6584 5809 atas nama UDIN
SAPRUDIN ;
20. 1 (satu) buah Master Card CIMB NIAGA, Nomor 5576 9243 9001 9101 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
21. 1 (satu) buah kartu PRUDENTIAL, Nomor 74082299 atas nama UDIN SAPRUDIN;
22. 1 (satu) buah kartu ez Link, Nomor 1000 0900 0396 9810 ;
23. 12 (dua belas) dus perjanjian kerjasama/ MOU ;
24. 2 (dua) dus jadwal Transfer ;
25. 1 (satu) dus formulir Infes 50% ;
26. 2 (dua) dus formulir Penarikan ;
27. 1 (satu) dus Kwitansi uang masuk ;
28. 1 (satu) dus kwitansi uang keluar ;
29. 1 (satu) dus bukti kirim perjanjian kerjasama/ MOU via Pos ;
30. 1 (satu) Bindek Transaksi Bank ;
31. 1 (satu) berkas Proposal Usaha Tani Cabe Merah ;
32. 1 (satu) berkas proposal pendirian/pembangunan komunitas masyarakat Generasi
Madani ;
33. 2 (dua) buah stempel Profit Barokah ;
Hal. 13 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
88

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.

1 (satu) stempel CV. AHMA HAMITSA ;


6 (enam) buah Token BCA ;
1 (satu) buah Token Bank Mandiri ;
1 (satu) buah Token Bank BNI ;
1 (satu) buah Token BPR KS ;
1 (satu) buah ATM Bank BPR KS ;
1 (satu) buah ATM Bank BNI ;
1 (satu) buah ATM Bank BRI ;
2 (dua) buah ATM Bank Mandiri ;
2 (dua) buah ATM Bank Mandiri Syariah ;
5 (lima) buah ATM Bank BCA ;
279 (duaratus tujuhpuluh sembilan) lembar Stiker MITRA BKM ;
45 (empat puluh lima) buah buku BKM ;
56 (lima puluh enam) Brosur BKM ;
26 (dua puluh enam) brosur BKM Program Umroh & Haji 2011 ;
1 (satu) buah buku daftar anggota koperasi BKM ;
1 (satu) buah buku daftar pengurus koperasi BKM ;
58 (lima puluh delapan) lembar stiker Toko tunggu koperasi BKM ;
1(satu) lmbar banner Koperasi barokah Karya Mandiri (130 cm x 90 cm);
1(satu) bundel laporan keuangan Profit Barokah/CV.Ahma Hamitsa dari bulan
Januari 2011 s/d Nopember 2011 ;
1(satu) buah Hard Disk Merk Seagate berisi data Investor Profit Barokah/CV.Ahma
Hamitsa;
1 (satu) bundel laporan transaksi Bank BCA KCU Tasikm alaya
No.Rek.00540575916 a.n.UDIN SAPRUDIN ;
1(satu) bundel la[poran transaksi Bank BCA KCP Pasar Wetan No.Rek 020902915
a.n UDIN SAPRUDIN ;
1(Satu) bundel laporan transaksi Bank Syariah mandiri No.Rek 0527056048 a.n
UDIN SAPRUDIN ;
1(satu) bundel laporan transaksi Bank Mandiri KC Tasikmalaya No.Rek
1310007613856 a.n UDIN SAPRUDIN ;
1(satu) bundel laporan transaksi Bank CIMB NIAGA No.Rek 5300106577114 a.n
UNDIN SAPRUDIN ;
Hal. 14 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
89

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
60. 1 (satu) keping CD-R Plus RC UDIN S yang berisi laporan transaksi Bank BNI 46
No.rek 02012118888 a.n UNDIN SAPRUDIN ;
61. 10 (Sepuluh) lembar laporan transaksi Bank BCA KCP Pasar Wetan No.Rek
02090262669 a.n MUHAMAD ANAS ;
62. 7 (tujuh) lembar laporan transaksi Bank mandiri KC Tasikmalaya No,.Rek
131001007252 a.n MUHAMAD ANAS ;
63. 6(enam) lembar laporan transaksi Bank Syariah mandiri Cab.Tasikmalaya No.Rek
0627060497 a.n.MUHAMAD ANAS ; Tetap terlampir dalam berkas perkara ;
64. 5 (lima) unit Komputer (CPU, Monitor, Keyboard) ;
65. 2 (dua) unit Printer merk Canon ;
66. 1 (satu) unit Faxemile merk Canon ;
67. 2 (dua) unit Pesawat Telepon Flexi Home ;
68. 1 (satu) unit pesawat Telepon merk Vitaphone ;
69. 6 (enam) buah kursi kantor ;
70. 4 (empat) buah meja kantor ;
Dikembalikan kepada para saksi yang menyimpan dana dan yang hadir di persidangan
untuk dibagikan dan diperhitungkan sesuai jumlah simpanannya ;
4. Menetapkan agar Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp.1.000.- (seribu rupiah) ;
Membaca putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya Nomor : 120/Pid.Sus/ 2012/PN.TSM,
tanggal
31 Juli 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI , terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : TURUT SERTA
MELAKUKAN PERBUATAN TANPA IJIN MENGHIMPUN DANA DARI
MASYARAKAT DALAM BENTUK SIMPANAN YANG DILAKUKAN SECARA
BERLANJUT ;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA
MARZUKI oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 9 (sembilan) tahun, dan
pidana denda sebesar : Rp. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah) ;
3. Menetapkan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar oleh Terdakwa maka dapat
diganti dengan pidana kurungan selama : 3 (tiga) bulan ;
Hal. 15 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
90

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dalam perkara ini
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
5. Memerintahkan supaya Terdakwa tetap ditahan ;
6. Memerintahkan barang bukti berupa :
1. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket A (10%) Daftar Via Web
AhmaGold.co.id ;
2. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket B (20%) Daftar Via Web
AhmaGold.co.id ;
3. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket A (10%) Daftar Offline ke kantor ;
4. 1 (satu) bundel Rincian Daftar Mitra Paket B (20%) Daftar Offline ke kantor ;
5. 1(satu) bundel Data Member Tasik Offline 20% ;
6. 1(satu) bundel copy Rencana Kerja Koperasi Barokah Karya Mandiri;
7. 1 (satu) bundel copy Company Profile Koperasi Serba Usaha Barokah Karya
Mandiri ;
8. 1(satu) lembar RINCIAN AHMA HAMITSA WILAYAH TASIKMALAYA ;
9. 1(satu) lembar Data Member Tasik Online 20% ;
10.1(satu) lembar Data Member Tasik Online 10% ;
11.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/246.2/Kop/2011, tanggal 26 April 2011,
tentang Undangan Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tasikmalaya, kepada Pengurus Barokah Karya Mandiri ;
12.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/349.1/Kop/2011, tanggal 14 Juni 2011,
tentang Teguran Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tasikmalaya, kepada Pengurus Barokah Karya Mandiri ;
13.1(satu) lembar copy surat nomor : 518/656/Kop/2011, tanggal 14 November 2011,
tentang Teguran ke II Kepala Dinas Koperasi
UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, kepada Pengurus
Barokah Karya Mandiri ;
14. 1 (satu) lembar copy surat nomor : SB/06/XI/2011/Kop.BKM, tanggal 21
November 2010, tentang Surat Tanggapan dari Ketua Umum Koperasi Barokah
Karya Mandiri, kepada Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Tasikmalaya ;
Hal. 16 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
91

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id

15.

1 (satu) bundel copy SALINAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN


KOMANDITER “CV. AHMA HAMITSA”, tanggal 02 Mei 2011, nomor 03 di
NOTARIS HERI HENDRIYANA, SH. MH. ;
16. 1 (satu) lembar copy SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KECIL,
nomor : 503/0797/PK/BPPT-JU/VII/2011 dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tasikmalaya atas nama CV. AHMA HAMITSA ;
17. 1 (satu) buah kartu VISA Bank Mandiri, Nomor 4137 1803 0781 0109 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
18. 1 (satu) buah kartu VISA Bank BCA, Nomor 4556 3211 3323 6406 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
19. 1 (satu) buah kartu Card BCA Flazz, Nomor 1888 6013 6584 5809 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
20. 1 (satu) buah Master Card CIMB NIAGA, Nomor 5576 9243 9001 9101 atas nama
UDIN SAPRUDIN ;
21. 1 (satu) buah kartu PRUDENTIAL, Nomor 74082299 atas nama UDIN
SAPRUDIN ;
22. 1 (satu) buah kartu ez Link, Nomor 1000 0900 0396 9810 ;
23. 12 (dua belas) dus perjanjian kerjasama/ MOU ;
24. 2 (dua) dus jadwal Transfer ;
25. 1 (satu) dus formulir Infes 50% ;
26. 2 (dua) dus formulir Penarikan ;
27. 1 (satu) dus Kwitansi uang masuk ;
28. 1 (satu) dus kwitansi uang keluar ;
29. 1 (satu) dus bukti kirim perjanjian kerjasama/ MOU via Pos ;
30. 1 (satu) Bindek Transaksi Bank ;
31. 1 (satu) berkas Proposal Usaha Tani Cabe Merah ;
32. 1 (satu) berkas proposal pendirian/ pembangunan komunitas masyarakat Generasi
Madani ;
33. 2 (dua) buah stempel Profit Barokah ;
34. 1 (satu) stempel CV. AHMA HAMITSA ;
35. 6 (enam) buah Token BCA ;
Hal. 17 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
92

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
36. 1 (satu) buah Token Bank Mandiri ;
37. 1 (satu) buah Token Bank BNI ;
38. 1 (satu) buah Token BPR KS ;
39. 1 (satu) buah ATM Bank BPR KS ;
40. 1 (satu) buah ATM Bank BNI ;
41. 1 (satu) buah ATM Bank BRI ;
42. 2 (dua) buah ATM Bank Mandiri ;
43. 2 (dua) buah ATM Bank Mandiri Syariah ;
44. 5 (lima) buah ATM Bank BCA ;
45. 279 (dua ratus tujuhpuluh sembilan) lembar Stiker MITRA BKM ;
46. 45 (empat puluh lima) buah buku BKM ;
47. 56 (lima puluh enam) Brosur BKM ;
48. 26 (dua puluh enam) brosur BKM Program Umroh & Haji 2011 ;
49. 1 (satu) buah buku daftar anggota koperasi BKM ;
50. 1 (satu) buah buku daftar pengurus koperasi BKM ;
51. 58 (lima puluh delapan) lembar stiker Toko tunggu koperasi BKM ;
52. 1(satu) lmbar banner Koperasi barokah Karya Mandiri (130 cm x 90 cm) ;
53. 1(satu) bundel laporan keuangan Profit Barokah/CV.Ahma Hamitsa dari bulan
Januari 2011 s/d Nopember 2011 ;
54. 1(satu) buah Hard Disk Merk Seagate berisi data Investor Profit
Barokah/CV.Ahma Hamitsa;
55. 1 (satu) bundel laporan transaksi Bank BCA KCU Tasikm alaya No. Rek.
00540575916 a.n.UDIN SAPRUDIN ;
56. 1 (satu) bundel laporan transaksi Bank BCA KCP Pasar Wetan No.Rek 020902915
a.n UDIN SAPRUDIN ;
57. 1(Satu) bundel laporan transaksi bank Syariah mandiri No.Rek 0527056048 a.n
UDIN SAPRUDIN ;
58. 1(satu) bundel laporan transaksi bank Mandiri KC Tasikmalaya No. Rek
1310007613856 a.n UDIN SAPRUDIN ;
59. 1(satu) bundel laporan transaksi bank CIMB NIAGA No.Rek 5300106577114 a.n
UNDIN SAPRUDIN ;
60. 1 (satu) keping CD-R Plus RC UDIN S yang berisi laporan transaksi Bank BNI 46
No. rek 02012118888 a.n UNDIN SAPRUDIN ;
Hal. 18 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
93

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
61. 10 (Sepuluh) lembar laporan transaksi Bank BCA KCP Pasar Wetan No. Rek
02090262669 a.n MUHAMAD ANAS ;
62. 7(tujuh) lembar laporan transaksi Bank Mandiri KC Tasikmalaya No, Rek
131001007252 a.n MUHAMAD ANAS ;
63. 6 (enam) lembar laporan transaksi Bank Syariah mandiri Cab.Tasikmalaya No.
Rek 0627060497 a.n.MUHAMAD ANAS ; Tetap terlampir dalam berkas perkara;
64. 5 (lima) unit Komputer (CPU, Monitor, Keyboard) ;
65. 2 (dua) unit Printer merk Canon ;
66. 1 (satu) unit Faxemile merk Canon ;
67. 2 (dua) unit Pesawat Telepon Flexi Home ;
68. 1 (satu) unit pesawat Telepon merk Vitaphone ;
69. 6 (enam) buah kursi kantor ;
70. 4 (empat) buah meja kantor ;
Akan dijual lelang dan hasilnya dibagikan kepada para saksi korbanyang hadir dalam
sidang perkara ini sesuai proporsi kerugiannya ;
7. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar: Rp.1.000,- ( seribu rupiah) ;
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor : 351/Pid/ 2012/PT.Bdg tanggal
01 Oktober 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
• Menerima permintaan banding dari Penasehat Hukum Terdakwatersebut ;
• Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya tanggal 31 Juli 2012 Nomor :
120/Pid.Sus/2012/PN.Tsm, yang dimintakan banding tersebut ;
• Memerintahkan agar Terdakwa tetap ditahan ;
• Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat
pengadilan, yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah) ;
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor : 351/Pid/ 2012/PT.Bdg jo.
Nomor : 120/Pid.Sus/2012/PN.Tsm yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri
Tasikmalaya yang menerangkan, bahwa pada tanggal 07 Nopember 2012 Kuasa Hukum untuk
dan atas nama Terdakwa mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan
Tinggi
tersebut ;
Hal. 19 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
94

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Memperhatikan memori kasasi dari Terdakwa sebagai Pemohon Kasasi tanggal 20
Nopember 2012 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tasikmalaya pada
tanggal 20
Nopember 2012 ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada
Terdakwa pada tanggal 25 Oktober 2012 dan Terdakwa mengajukan permohonan kasasi
pada
tanggal 07 Nopember 2012 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan
Pengadilan
Negeri Tasikmalaya pada tanggal 20 Nopember 2012 dengan demikian permohonan kasasi
beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara
menurut
undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terdakwa pada
pokoknya sebagai berikut :
1. Keberatan terhadap putusan yang tidak mempertimbangkan nota keberatan yang telah
diajukan ;
• Pemohon Kasasi keberatan terhadap putusan judex factie oleh karena ternyata judex
factie sama sekali tidak mempertimbangkan keberatankeberatan yang diajukan oleh
PEMOHON KASASI dalam nota pembelaan maupun memori banding, baik mengenai
perihal yang berhubungan dengan fakta-fakta maupun yang berhubungan dengan
penerapan hukumnya ;
2. Keberatan terhadap putusan a quo yang telah mempersempit arti “perintah
jabatan”,
dan melanggar azas “tiada hukuman tanpa kesalahan” ;
• Dalam pertimbangannya (halaman 50 - 51) Majelis Hakim tingkat pertama menyatakan
peranan PEMOHON KASASI adalah jika ada calon nasabah yang datang langsung ke
kantor maka PEMOHON KASASI akan menjelaskan mengenai program Investasi
yang ditawarkan melalui Profit Barokah. Kemudian PEMOHON KASASI
menandatangani MoU Surat Perjanjian Kerja Sama investasi apabila Saksi, UDIN
SAPRUDIN tidak berada di kantor. Sedangkan jika Saksi, UDIN SAPRUDIN berada
di kantor, maka akan ditandatangani oleh Saksi, UDIN SAPRUDIN. Selain itu,
PEMOHON KASASI bekerja dan mendapatkan gaji seperti karyawan lainnya,
Hal. 20 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
95

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id


di mana pada awalnya sebesar Rp 1.500.000,- lalu naik beberapa kali hingga Rp
3.000.000,- (halaman 45). Hal ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan PEMOHON
KASASI semata- mata karena PEMOHON KASASI, selaku pegawai, melaksanakan
perintah jabatan dari atasannya, yaitu Saudara UDIN SAPRUDIN ;
Namun dalam pertimbangannya (halaman 62), Majelis Hakim tingkat pertama
menyatakan tidak dapat membenarkan dihapusnya kesalahan PEMOHON KASASI,
karena penghapusan kesalahan sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) KUHPidana
adalah dalam hal orang itu melaksanakan perbuatan atas dasar perintah jabatan di
mana antara pemberi perintah dengan orang yang mendapat perintah harus ada
hubungan yang bersifat Pegawai Negeri/Jabatan Negeri, sedangkan hubungan
PEMOHON KASASI dengan Saksi UDIN SAPRUDIN merupakan hubungan
partikelir/swasta ;
PEMOHON KASASI sangat keberatan dengan pertimbangan tersebut, karena :
Majelis Hakim telah mempersempit arti “perintah jabatan” sebatas hubungan yang
bersifat Pegawai Negeri/Jabatan Negeri. Menurut Mr. Drs. E Utrecht, baik yang
me merintah maupun yang diperintah tidak perlu be rstatus pegawai negeri.
(Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, hal 378) ;
Pandangan Mr. Drs. E Utrecht tersebut juga dianut oleh Makamah Agung dalam
putusannya Nomor 640 K/Pid/2007, yang telah membebaskan Terdakwa II, HENNY
SYAHLAN binti SYAHLAN dari segala dakwaan. Terdakwa II, HENNY
SYAHLAN, selaku Sekretaris KUD Sugema Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis,
bersama-sama dengan Terdakwa I, DUDUNG RUSMANA selaku Ketua KUD
Sugema terbukti membuat dan menandatangani surat permohonan bantuan Kredit
Usaha Tani tahun 1998/1999. Bahwa Terdakwa II, HENNY SYAHLAN juga
menandatangani dokumen-dokumen penyaluran dana kredit KUT tersebut ke tiap-tiap
kelompok tani, sekaligus juga menerima setoran dari tiap-tiap kelompok tani. Bahwa
ternyata kemudian ditemukan sebagian dana bantuan tersebut telah diselewengkan
oleh Terdakwa I, DUDUNG
Hal. 21 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
96

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id





RUSMANA, dan menyebabkan kerugian negara hampir satu miliar rupiah. Dalam
pertimbangannya, Majelis Hakim Tingkat Kasasi menyatakan:
Bahwa judex facti telah salah menerapkan azas dala m hukum pidana, yaitu: ”tiada
hukuman tanpa kesalahan” ;
Bahwa Terdakwa II tidak tersangkut dalam penyalahgunaan KUT, baik penyaluran
maupun penerimaan uang pengembalian kredit dari para petani ;
Bahwa Terdakwa II tidak pernah menggunakan/menikmati uang tersebut ;
Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam definisi “perintah jabatan” tersebut, baik
yang
memerintah maupun yang diperintah tidak perlu berstatus pegawai negeri ;
Sebagai perbandingan, PEMOHON KASASI menandatangani MoU Perjanjian Kerja
Sama Investasi dengan investor karena merupakan perintah dari Saudara UDIN
SAPRUDIN selaku pemilik maupun pimpinan Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa
;
Seluruh uang investor diterima oleh karyawan lain dan disetorkan langsung ke
rekening
Saudara UDIN SAPRUDIN, dan Saudara UDIN SAPRUDIN pula yang menentukan
jadwal pembayaran profit ke investor. Karyawan-karyawan yang ada di Profit Barokah
maupun CV Ahma Hamitsa hanya sebatas menjalankan perintah ;
Selain itu PEMOHON KASASI sama sekali tidak menikmati uang investasi tersebut,
selain daripada gaji bulanan sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu
rupiah)
dan kemudian meningkat menjadi Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah)
yang memang merupakan hak PEMOHON KASASI sebagai seorang pegawai ;
PEMOHON KASASI sama sekali tidak mengetahui permasalahan tentang perizinan
usaha tersebut. Dan menurut keterangan Saksi-Saksi yang menjadi rekanan dari Profit
Barokah maupun CV Ahma Hamitsa, semua kegiatan investasi yang dilakukan oleh
Saudara UDIN SAPRUDIN dengan pihak ketiga tidak melibatkan PEMOHON
KASASI. Bahwa pada saat usaha Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa mulai
terganggu pada
Hal. 22 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
97

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
bulan Agustus 2011, hampir seluruh karyawan mengundurkan diri dengan alasan
gajinya belum dibayar. Pada bulan Desember 2011, karyawan yang ada tinggal dua
orang, yaitu PEMOHON KASASI dan Saksi, Saudari Wina, walaupun gaji mereka
sejak bulan Oktober 2011 juga belum dibayar oleh perusahaan. Hal ini dilakukan
semata- mata sebagai rasa tanggung jawab, loyalitas, dan itikad baik sebagai
karyawan
terhadap perusahaan ;
• Bahwa kemudian pada Desember 2011, pihak kepolisian melakukan penyegelan
terhadap kantor Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa, dan pada saat itu hanya ada
PEMOHON KASASI yang ada di kantor. Beberapa hari kemudian Terdakwa
dijadikan tersangka oleh pihak Kepolisian;
• Bahwa apa yang dilakukan PEMOHON KASASI di Profit Barokah dan CV Ahma
Hamitsa tersebut, semata- mata karena ketaatan dan rasa tanggung jawab PEMOHON
KASASI selaku pegawai terhadap majikannya, Saudara UDIN SAPRUDIN. Sehingga
karenanya secara secara yuridis, menjadi tidak adil ketika seorang pegawai yang
karena menjalankan perintah majikannya, harus dipidanakan. Hal ini sejalan dengan
pemeo :
“Id damnum dat qui iubet dare; eius vero nulla culpa est, cui parere necesse sit”
Pertanggungjawaban tidak akan diminta dari me reka yang patuh melaksanakan
perintah, melainkan kepada mereka yang me mber perintah.
3. Keberatan terhadap putusan a quo yang tidak memperhatikan sifat-sifat yang baik
dari
Terdakwa, dan tidak menggali nilai- nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat;
• Sesuai dengan keterangan Saksi, UDIN SAPRUDIN yang mengendalikan Profit
Barokah adalah Saksi UDIN SAPRUDIN sendiri (halaman 41). Hal ini ditegaskan
kembali oleh kesaksian karyawan yang pada pokoknya menerangkan seluruh uang
investor yang diterima oleh karyawan Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa
disetorkan langsung ke rekening Saudara UDIN SAPRUDIN, dan Saudara UDIN
SAPRUDIN yang
Hal. 23 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
98

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
menentukan jadwal pembayaran profit ke investor. Selain itu Saudara UDIN
SAPRUDIN pula yang membuat kerja sama dengan rekanan pihak ketiga, tanpa
keterlibatan karyawan. Karyawan-karyawan yang ada di Profit Barokah maupun CV
Ahma Hamitsa hanya sebatas menjalankan
perintah ;
• Saudara UDIN SAPRUDIN selaku pemilik dan pimpinan di Perusahaan Profit
Barokah dan CV Ahma Hamitsa, telah divonis bersalah (berkas terpisah) dengan
hukuman pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun, dan pidana denda sebesar Rp
20.000.000.000,- (dua puluh miliar rupiah) yang mana putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap, berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor:
352/Pid/2012/ PT.Bdg. ;
• Dengan demikian maka pemidanaan yang dijatuhkan kepada PEMOHON KASASI
adalah sama dengan yang dijatuhkan kepada Saudara UDIN SAPRUDIN selaku
pemilik dan pimpinan di Perusahaan Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa ;
• Hal ini tentunya sangat mengusik rasa keadilan masyarakat, di mana PEMOHON
KASASI selaku pegawai dari Saudara UDIN SAPRUDIN, melaksanakan
pekerjaannya sesuai perintah majikannya dengan penuh dedikasi dan itikad baik
bahkan disaat Perusahaan tidak lagi mampu membayar gaji PEMOHON KASASI
selama beberapa bulan, tidak mengetahui tentang permasalahan perijinan dan
permasalahan hukum yang dialami oleh perusahaan, tidak menikmati hasil usaha yang
dilakukan Perusahaan, dan hanya menerima pembayaran berupa gaji bulanan yang
memang sewajarnya diterima PEMOHON KASASI selaku karyawan, harus
dinyatakan bersalah atas perbuatan yang dilakukan oleh pemberi perintah tersebut,
dan
dijatuhi pidana yang sama beratnya dengan pimpinan dan pemilik perusahaan;
Jika memang menurut hukum PEMOHON KASASI harus dinyatakan bersalah, maka
tentunya harus terdapat perbedaan pemidaaan yang diterima oleh PEMOHON KASASI
selaku
karyawan dengan pemidanaan yang diterima oleh Saudara UDIN SAPRUDIN selaku pemilik
dan pimpinan perusahaan; Menimbang, bahwa atas alasan-alasan kasasi tersebut
Mahkamah
Agung berpendapat :
Hal. 24 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
99

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa alasan kasasi Terdakwa tidak dapat dibenarkan, Judex Facti tidak osalah dalam
menerapkan hukum dalam hal menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana melanggar Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No. 7
Tahun
1992 diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana
Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana dengan alasan :
1. Bahwa Koperasi Karya Mandiri dan CV Ahma Hamitza mengelola dan menghimpun
dana masyarakat, di mana usaha ini berkedok sistem bisnis MLM atau menggunakan
sistem kanji atau arisan berantai dari member untuk member, yang seolah-olah
bergerak dibidang investasi emas. Padahal sesungguhnya Terdakwa selaku wakil
direktur secara riil telah menjalankan bisnis perbankan secara illegal atau tidak
sah ;
2. Bahwa keikut sertaan para nasabah pada perusahaan Terdakwa berupa investasi
dalam bentuk modal pokok, kemudian disertakan dengan presentasi bunga atau
keuntungan;
3. Modus operandi yang dilakukan Terdakwa guna menghimpun dana sebanyakbanyaknya
dari masyarakat yaitu dengan cara Terdakwa menawarkan iming- iming
bunga atau keuntungan yang sangat tinggi bagi calon investor sebesar 50% selama 3
bulan dan kemudian berubah menjadi 10 s/d 20% per empat bulan, dan setiap akhir
tahun mendapatkan koin emas apabila mengambil propit 10%. Keuntungan atau
bunga yang ditawarkan sebagai iming- iming secara akal sehat dan logika bisnis
tidak
dapat diterima dan bersifat impian kosong sebab melebihi suku bunga yang wajar dan
kelaziman. Dan faktanya nasabah tertarik menyimpan uang pada perusahaan yang
dikelola Terdakwa karena iming- iming provit melebihi sistem perbankan pada
umumnya ;
4. Bahwa Terdakwa dalam menjalankan usaha menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, seharusnya memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku,
misalnya Terdakwa dalam menjalankan usahanya mendapat izin atau persetujuan dari
Pimpinan Bank Indonesia ;
5. Bahwa sistem perbankan yang illegal dan berkedok Multi Level Marketting atau
menggunakan sistem kanji atau arisan berantai dari member untuk member, melalui
investasi emas dengan menyetor modal pokok berdasarkan paket yang tersedia, resiko
kegagalan sangat tinggi dibandingkan kemungkinan keberhasilannya, di mana para
nasabah yang lebih dahulu menanamkan investasi/modalnya akan mendapatkan
keuntungan/bunga, sedangkan nasabah yang belakangan akan dipastikan mengalami
resiko atau kerugian, Sebab pengelolaan keuangan sudah tidak logis dan eko nomis;
Hal. 25 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
100

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
6. Bahwa berdasarkan alasan tersebut, Terdakwa dalam menjalankan bisnisnya
seharusnya mendapat izin atau persetujuan dari Pimpinan Bank Indonesia, namun
kenyataan tidak melakukan ;
Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut juga tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex
Facti
tidak salah menerapkan hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut menge-nai penilaian
hasil
pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu Kenya-taan, hal mana tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam
tingkat
kasasi hanya berkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan
hukum
tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut
ketentuan Undang-Undang dan apakah Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Undang-Undang No.8 Tahun 1981) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan
Judex
Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang,
maka
permohonan kasasi tersebut harus ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi/Terdakwa dipidana, maka harus
dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan Pasal 46 Ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Undang- Undang No. 48 Tahun 2009,
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981, Undang- Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah
di
ubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang- Undang No.3 Tahun 2009 serta peraturan perundang- undangan lain yang
bersangkutan;
M EN GAD ILI:
Hal. 26 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
101

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Te rdakwa : MUHAMAD ANAS
Bin H. YAHYA MARZUKI tersebut ;
Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini
sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari
Rabu tanggal 20 Maret 2013 oleh Dr. Artidjo Alkostar, SH.,LLM. Ketua Muda Pidana
Umum Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis,
Prof. Dr. Surya Jaya, SH.,M.Hum. dan Sri Murwahyuni, SH., MH. Hakim-Hakim Agung
sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu
juga
oleh Ketua Majelis beserta Hakim- Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh
Djuyamto, SH.
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh Pemohon Kasasi/Terdakwa dan
Jaksa/Penuntut
Umum.-Hakim – Hakim Anggota :

Ketua :

ttd./ Prof. Dr. Surya Jaya, SH., M.Hum


ttd./ Sri Murwahyuni, SH., MH.

ttd./
Dr. Artidjo Alkostar, SH.,LLM.

Panitera Pengganti :
ttd./
Djuyamto, SH.
Hal. 27 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013

Anda mungkin juga menyukai