Rizky Arisandi-Fsh
Rizky Arisandi-Fsh
OLEH:
RIZKY ARISANDI
NIM: 1111048000055
KON SEN TR AS I H UK UM BISN IS
P R O G R A M S T U D I ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J
A K
A R
T A
1436 H/2015M
ABSTRAK
Rizky Arisandi, NIM 1111048000055, “KEDUDUKAN OTORITAS JASA
KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT
TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ILLEGAL DI TASIKMALAYA”, Strata
Satu (S1), Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam
Negeri (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M, viii+74 halaman+ 27
halaman lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui & memahami
perlindungan hukum nasabah dalam kasus penghimpunan dana masyarakat dalam
bentuk investasi illegal oleh Otoritas Jasa Keuangan. Latar Belakang penelitian ini
adalah berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah atas kerugian yang diterima
dalam kasus investasi illegal, dilakukan oleh perusahaan tanpa izin lembaga
berwenang untuk melakukan penghimpunan dana. Pe nelitian ini bersifat library
research, mengkaji putusan Mahkamah Agung No. 196/PID.SUS/2013 dan
mengkaitkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mendukung
penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah yuridis normatif dengan
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus
(case study) serta pendekatan konseptual (conceptual approach). Dalam penelitian
ini
menggunakan tiga bahan hukum yang digunakan yakni, bahan hukum primer terdiri
dari Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, UndangUndang No
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Putusan Mahkamah Agung
196/K/PID.SUS/201, dan aturan perundang-undangan lain yang terkait, bahan hukum
sekunder terdiri dari publikasi tentang hukum dalam bidang jasa keuangan meliputi
buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan, bahan non hukum terdiri dari buku-buku mengenai Ilmu Ekonomi,
Sosiologi, Filsafat atau laporan-laporan penelitian non-hukum. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan
Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dapat
diterapkan dalam penyelesaian penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk
investasi illegal tanpa izin lembaga berwenang serta perkara putusan Mahkamah
Agung penelitian ini telah tepat dalam putusannya. Disarankan perlindungan hukum
& pengetahuan masyarakat tentang investasi illegal diperketat dan diperluas oleh
lembaga berwenang Otoritas Jasa Keuangan.
mengucap
Alhamdullilahi
Robbil
‘alamin
penulis
dapat
v
2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H.,M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum & Drs. Abu Thamrin, S.H.,M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan
serta masukan atas penyusunan skripsi
3. Drs. H. A. Basiq Djalil S.H,. MA. Selaku dosen Pembimbing I yang telah
bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
saran dan masukan terhadap proses penyusunan skripsi ini
4. H. M. Yasir, M.HSelaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran,
arahan,
proses
Rizky Arisandi
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN
PEMBIMBING ........................................................................
.i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI ...................................................................ii
LEMBAR
PERNYATAAN ........................................................................
............iii
ABSTRAK ...........................................................................
....................................iv
KATA
PENGANTAR .........................................................................
....................v
DAFTAR
ISI ...............................................................................
.............................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ...........................................................................
1
B. Identifikasi
Masalah ...........................................................................
......6
C. Pembatasan dan Perumusan
Masalah ........................................................6
D. Tujuan dan Manfaat
Penelitian .................................................................9
E. Tinjauan (Review) Kajian
Terdahulu .................................................... 10
F. Kerangka
Konseptual ........................................................................
........11
G. Metode
Penelitian ........................................................................
.............11
H. Sistematika
Penulisan .........................................................................
......14
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT OLEH
OTORITAS JASA KEUANGAN
A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi
Masyarakat .....................................17
B. Prinsip Perlindungan Hukum Bagi
Masyarakat ......................................23
C. Strategi Nasional Literasi
Keuangan .......................................................24
viii
D. Perlindungan hukum dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) .... 27
BAB III FUNGSI DAN TUGAS OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT
PENGHIMPUNAN DANA DALAM BENTUK INVESTASI
A. Otoritas Jasa
Keuangan ..........................................................................
32
B.
Investasi .........................................................................
....................... 41
C. Tinjauan Umum Investasi
Illegal ...........................................................43
D. Fungsi & Tugas OJK Terkait Investasi
Perbankan ................................46
BAB
IV
ANALISIS
PUTUSAN
MAHKAMAH
AGUNG
No.
196/K/PIDSUS/2013 & KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP INVESTASI
ILLEGAL
A. Kasus
Posisi ............................................................................
...............49
B. Isi Putusan Mahkamah
Agung ...............................................................53
C. Analisis Penulis Terhadap Putusan
Hakim ............................................56
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................
....................69
B.
Saran .............................................................................
..........................70
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
...................71
LAMPIRAN
Salinan Putusan Mahkamah Agung No. 196/K/PID.SUS/2013 ......................75
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi yang terjadi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
di bidang tehnologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem
keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor
keuangan, baik dalam hal produk maupun jasa kelembagaan keuangan. Di samping
itu, adanya perusahaan berbentuk lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan
kepemilikan di berbagai subsektor keuangan telah menambah kompleksitas transaksi
dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan 1 .
Dimensi hukum yang mengatur roda perekonomian, mengikat kegiatan usaha
dengan peraturan tertentu. Kegiatan perekonomian yang baik tentu selalu
mengindikasikan telah memaksimalkan keuntungan, namun hal tersebut tidak
menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan lebih. Maka dari itu hukum
memberikan batas-batas yang jelas dan pasti sehubungan dengan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan dalam kegiatan usaha. Dengan kepastian hukum kegiatan usaha
menjadikan kondisi nyaman untuk melakukan kegiatan perekonomian 2 . Kegiatan
usaha dalam jasa keuangan erat kaitannya dengan penghimpunan dana dari
masyarakat yang diatur di dalam Pasal 16 Undang-Undang No 10 Tahun 1998
1
1
2
masyarakat, dan juga sudah berkembang dalam fungsi lainnya seperti memperlancar
lalu lintas pembayaran, di bidang perdagangan valuta asing, lembaga penjamin, dan
fungsi- fungsi lainnya 4 . Penghimpunan dana dari masyarakat diawasi oleh negara,
melalui kewenangan yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi
3
h.79
Muhamad Dju mhana, Huku m Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003)
3
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan (Lembaga Kajian &
Advokasi untuk Indenpedensi Peradilan, 2013) h. 4
4
menggunakan
fasilitas publik
untuk
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan (Lembaga Kajian &
Advokasi untuk Indenpedensi Peradilan, 2013) h. 4
8
Dalam kasus penelitian ini yaitu kegiatan Investasi Illegal dalam bentuk
penghimpunan dana dari masyarakat di Tasikmalaya pada putusan Putusan MA
196/K/PID.SUS/2013, terjadi kegiatan Investasi Illegal didirikan pada Agustus 2010,
bernama Koperasi Barokah Karya Mandiri dan CV Ahma Hamista yang menjadi satu
kesatuan perusahaan, dengan nama usaha Profit Barokah, melakukan penghimpunan
dana masyarakat dengan berdalih investasi emas, dana masyarakat yang dihimpun
menjadi modal pokok untuk usaha ini bergerak 9 . Kemudian disertakan dengan
penawaran persentasi bunga atau keuntungan yang tinggi sejumlah 50% keuntungan
yang didapat pada tiga bulan pertama, dan kemudian berubah menjadi 10 s/d 20% per
empat bulan, dan setiap akhir tahun mendapatkan koin emas apabila mengambil
profit 10%. Keuntungan atau bunga yang ditawarkan sebagai iming- iming secara akal
sehat dan logika bisnis tidak dapat diterima dan bersifat impian kosong sebab
melebihi suku bunga yang wajar dan kelaziman dalam berinvestasi. Namun faktanya
masyarakat tertarik menyimpan uang pada perusahaan yang dikelola tersebut, karena
iming- iming profit melebihi sistem perbankan pada umumnya 10 . Perusahaan ini
didakwa melanggar dan diancam pidana Pasal 46 ayat (1) UURI No. 7 Tahun 1992
sebagaimana dirubah dengan UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU
RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64
ayat (1) KUHP, karena telah melakukan penghimpunan dana masyarakat illegal
9
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan No mor 196 K/PID.SUS/ 2013 (Tanggal 31
Agustus 2015) h.12
6
secara bersama-sama dan tidak memperoleh izin dari Bank Indonesia, Dalam
putusannya Mahkamah Agung menyatakan bahwa Judex Facti tidak salah dalam
membuat putusannya. Oleh sebab
“KEDUDUKAN
OTORITAS
JASA
KEUANGAN
DALAM
mengetahui
kewenangan
Otoritas
Jasa
Keuangan
dalam
Oleh karena itu penelitian yang dilakukan penulis, belum ada yang melakukan
penelitian mengenai kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan
perlindungan hukum terhadap kegiatan Investasi Illegal yang terjadi di Tasikmalaya
dalam Putusan Mahkamah Agung 196/K/PID.SUS/2013, dengan skripsi berjudul
“Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat
Terhadap Kegiatan Investasi Illegal Di Tasimalaya” belum pernah diangkat
sebelumnya sebagai judul skripsi. Jadi, penelitian yang penulis teliti (sejauh yang
diketahui penulis) belum ada yang melakukan penelitian.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah
yang ingin diteliti. Dalam ilmu sosial konsep diambil dari teori11 , berkenaan
dengan
uraian di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Investasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang
atau modal didalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Dengan menyetorkan sejumlah modal atau uang investor mendapat
dividen dari sejumlah dana yang disetorkan.
2. Penghimpunan dana masyarakat, penghimpunan dana oleh sebuah lembaga
keuangan seperti bank, untuk diputarkan dana tersebut dari masyarakat kepada
masyarakat dengan pengawasan ketat oleh lembaga pengawas jasa keuangan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelit ian Huku m, (Jakarta: UII-Press, 2008) h. 127
11
3. Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
4. Kedudukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kedudukan adalah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal- hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu 12 .
Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa
gejala
menganalisanya,
mengusahakan
untuk
kemudian
hukum
tertentu,
suatu
dengan
pemecahan
jalan
atas
library research untuk kajian pustaka dengan metode penelitian yuridis normatif,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma hukum yang terdapat
pada peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan terkait kedudukan
Otoritas Jasa keuangan dalam memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap kegiatan Investasi Illegal.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni normatif, maka
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case study) serta pendekatan konseptual (conceptual
approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturanaturan
berkaitan dan terkait Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan dan semua regulasi dan peraturan hukum lainnya yang
berhubungan dengan kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan kegiatan Investasi Illegal. Sedangkan
pendekatan kasus digunakan untuk memahami kasus di Tasikmalaya pada putusan
Mahkamah Agung 196/K/PID.SUS/2013, dengan mengaitkan Kedudukan Otoritas
Jasa Keuangan sebagai otoritas tertinggi dalam pemberian perlindungan hukum
masyarakat berkaitan kasus tersebut tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan.
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi PerundangUndangan, catatan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-
13
Peter Mah mud Marzuki, Penelitian Huku m. (Jakarta: Kencana, cet-IV 2010) h. 141
14
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Huku m Normatif (Malang, Bayumedia
Publishing, Cet-II 2006). H. 393
15
Bab Kedua tentang Tinjauan Umum Perlindungan Hukum Nasabah Perbankan berisi
tentang kajian kepustakaan perlindungan hukum nasabah, pertama tentang kedudukan
nasabah dalam perbankan, hubungan nasabah dengan bank terkait menyelaraskan
hubungan hukum antara nasabah penyimpan dana dan bank dan hubungan hukum
antara nasabah penyimpan dana dan bank, selanjutnya dibahas perlindungan hukum
nasabah sebagai debitur maupun kreditur serta perlindungan hukum dalam arsitektur
perbankan.
Bab Ketiga tentang
penghimpunan dana berbentuk investasi dalam perbankan, tinjauan umum dari data
yang didapat peneliti mengenai Investasi Illegal, selanjutnya dikaitkan dengan
fungsi
& tugas Otoritas Jasa Keuangan.
Bab Keempat tentang Analis Putusan Mahkamah Agung No 196/K/Pid/Sus/2013 &
Perlindungan Hukum Nasabah Terhadap Investasi Illegal Oleh Otoritas Jasa
Keuangan berisi Putusan MA 196/K/Pid.Sus/2013 terkait dengan penghimpunan dana
dalam bentuk Investasi Illegal. Dalam analisis penulis meninjau dengan UndangUndang
No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan menganalisis perlindungan
hukum nasabah oleh Otoritas Jasa Keuangan Terkait Investasi Illegal pada perkara
putusan ini.
16
Bab ini
merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik
beberapa
kesimpulan dari hasil penelitian untuk
memberikan saran-saran yang dianggap perlu.
17
18
menetapkan biaya atau harga produk dan layanan, tarif minum yang tidak merugikan
masyarakat, serta kesesuaian produk dan layanan yang ditawarkan dengan kebutuhan
dan kemampuan masyarakat. Keseimbangan dalam perlindungan masyarakat dan
menumbuh kembangkan industri keuangan, terdapat market conduct dengan
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat ditingkatkan kepercayaannya dengan
peningkatan perilaku perusahaan jasa keuangan dalam mendesain, menyusun dan
menyampaikan informasi, menawarkan, membuat perjanjian, atas produk dan layanan
serta penyelesaian sengketa dan penangan pengaduan. OJK dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional3.
Upaya
perlindungan
masyarakat
diarahkan
mencapai
dua
tujuan,
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014)
h. 91
20
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014)
h. 92
21
jasa keuangan dibebani pungutan kepada OJK, secara alamiah perusahaan jasa
keuangan sebagai mahluk ekonomi akan menggeser pungutan kepada masayrakat
sebagai konsumen.
Tidak hanya perlindungan masyarakat, OJK juga memberikan garis batas
aturan perlindungan masyarakat, sebagai berikut :
1. Peningkatan layanan transparansi dan pengungkapan manfaat, resiko, serta biaya
atas produk dan layanan yang diberikan perusahaan jasa keuangan
2. Tanggung jawab perusahaan jasa keuangan untuk melakukan penilaian kesesuaian
produk dan layanan dengan resiko yang dihadapi oleh konsumen keuangan.
3. Prosedur yang sederhana dan kemudahan masyarakat sebagai konsumen untuk
menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa atas produk dan layanan
perusahaan jasa keuangan.
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.
Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan
keleluasaan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itu disebut hak. Dengan
begitu, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan
hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan hukum kepada seseorang. Bahwa
antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang sangat erat. Hak seseorang
merupakan kewajiban orang lain, maka hak adalah kaitan dari kewajiban (the
correlative of a duty) yang mengandung unsur mendapat perlindungan dan
7
Sigit Pramono, Mimpi Punya Bank Besar-Pemikiran Seorang Bankir, (Jakarta, Red &
White
Publishing, cet I 2014) h. 154
22
kepentingan atas hak yang dimiliki, selain itu juga terdapat kehendak. Perlindungan
atas hak yang dimiliki tidak hanya ditunjukan kepada kepentingan hak tersebut
saja8,
melainkan kehendak untuk mempergunakan hak yang masih dalam batasan haknya.
Maka dari itu hak untuk mempergunakan haknya ditafsir sebagai suatu ijin untuk
melakukan perbuatan tertentu, dengan cara membebankan kewajiban pada orang lain
dengan mengenakan sanksi. Seseorang memiliki suatu hak walaupun jika orang
tersebut tidak memiliki kepentingan, maka hak diatur tetap ada berdasar pada hukum.
Untuk itu kaitannya hak dan kewajiban terhadap hubungan hukum antara nasabah
penyimpan dana dan bank didasarkan perjanjian.
Pada kaca mata hukum perjanjian didasarkan pada hubungan masayarakat dan
perusahaan jasa keuangan terdapat hubungan kontraktual, yaitu hubungan hukum
dalam bentuk kontrak perjanjian, ini merupakan paling utama antara nasabah dan
bank, hubungan kontraktual dipergunakan dan berlaku terhadap semua hubungan
hukum. Hukum kontrak yang menjadi dasar terhadap hubungan perusahaan jasa
keuangan dan masyarakat sebagai konsumennya bersumber dari ketentuan yang
termaktub pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kontrak (buku ketiga)
pada pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak9. Hal ini
merupakan teori hukum kontrak pacta sunt servanda, asas ini menjadikan hukum
layaknya undang-undang apa yang telah disepakati kedua belah pihak, kewajiban
Munir Fuady, hukum perbankan modern (Citra Aditya Bhakti, cet-II, Bandung, 2003)
h.100
23
terhadap moral dan hukum untuk ditaati dan tidak dapat diubah tanpa kesepakatan
para pihak10. Apabila salah satu pihak menyebabkan terjadinya itikad tidak baik dan
dapat membatalkan kesepakatan yang telah dibuat atau menjalankan perjanjian
apabila melakukan tidak menepati perjanjian.
Sebagai tindak lanjut dari perlindungan masyarakat, OJK telah menyiapkan
dua program utama dalam perlindungan masyarakat, yaitu pembentukan sistem
pelayanan konsumen keuangan terintegrasi (Financial Customer Care/FCC) dan
Cetak Biru Program Literasi Keuangan Nasional. Program FCC menjadi prioritas
utama untuk meningkatkan ketersediaan informasi bagi masyarakat dan pelayanan
pengaduan konsumen keuangan, sedangkan Cetak Biru Program Literasi Keuangan
Nasional ditunjukan untuk membekali masyarakat tentang pengetahuan keuangan,
meliputi edukasi, transparasni, dan pemberdayaan masyarakat11.
B. Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan
konsumen OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) No. 01/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen di sektor Jasa Keuangan. peraturan tersebut sebagai
peraturan pelaksana atas perlindungan hukum bagi masyarakat dan konsumen,
dengan menerapkan prinsip keseimbangan, yaitu menumbuhkembangkan sektor jasa
keuangan secara berkesinambungan dan secara bersamaan memberikan perlindungan
10
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan-I Oktober 2014) h. 499
24
kepada konsumen dan atau masyrakat sebagai pengguna jasa keuangan agar
pengetahuan masyarakat atas produk dan jasa keuangan meningkat 12. Dalam
memberikan perlindungan bagi masyarakat dan konsumen OJK berdasar pada
prinsip, diantaranya :
1. Prinsip transparansi, yakni pemberian informasi mengenai produk dan layanan
kepada konsumen secara jelas, lengkap, dengan bahasa yang mudah dimengerti
2. Perilaku yang adil, perlakuan kepada masyrakat sebagai konsumen secara adil dan
tidak diskriminatif yaitu memperlakukan pihak lain secara berbeda berdasarkan suku
agama, dan ras
3. Keandalan, yakni segala sesuatu yang dapat memberikan layanan yang akurat
melalui sistem, prosedur, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang andal
4. Kerahasian dan keamanan informasi konsumen, yakni tindakan yang dapat
memberikan perlindungan, menjaga kerahasian dan keamaan data atau informasi
masyarakat sebagai konsumen
5. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana,
cepat, dan biaya terjangkau, yakni dalam penangan dan pengaduan serta sengketa
dilakukan dengan biaya terjangkau, tidak rumit dan cepat penanganannya.
C. Strategi Nasional Literasi Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan membentuk strategi nasional literasi keuangan, literasi
keuangan merupakan suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan
12
serta peningkatan
13
Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013) h. 36
14
itu peningkatan literasi keuangan yang tinggi (well literate) dan meningkatkan
pengunaan produk dan atau layanan keuangan. masyarakat diberi bekal edukasi
memadai dan mencukupi untuk mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik,
sesuai dengan apa dibutuhkan dan memberikan manfaat yang lebih besar. Dengan
literasi keuangan masyarakat diberikan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
hal terkait dengan masalah keuangan seperti pengenalan mengenai lembaga jasa
keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan
resiko produk jasa keuangan, serta hak dan kewajiban masyarakat sebagai konsumen
penggunaan jasa keuangan.
2. Manfaat Literasi Keuangan
Secara umum literasi keuangan dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui
seberapa banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan mengenai lembaga
jasa keangan beserta produk dan jasa yang keuangan yang tersedia. Informasi seperti
ini sangat berharga bagi kita semua untuk menyusun program-program edukasi
keuangan yang diperlukan untuk masyarakat. Dengan bertambahnya tingkat literasi
keuangan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan
dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi
lebih optimal15.
Masyarakat akan memilih kebutuhan keuangan yang diperlukan disesuaikan
dengan biaya yang dimiliki, mengetahui dengan benar manfaat dan risikonya, serta
hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan. Bagi industri jasa keuangan,
15
Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013) h. 36
27
Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan
perlindungan Konsumen, Edisi November 2013) h. 18
28
industri perbankan kedepan dan waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan17.
Arsitektur Perbankan Indonesia memuat policy direction
17
bagi
masyarakat
dalam
industri
perbankan terhadap
OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta, Departemen Perizinan & Informasi
Perbankan, 2014) h. 41
30
يا أيها ال ذيه آ مىىا كىوىا ق ىا ميه ب الق س ط شهدا ء لل ولى علل أ وف س ك م أ و ال ىال د ي ه
ْ واأل ق ربيه إ ن ي ك ه غى ليا أو فقي لرا ف
الل أو لل ب ه ما فال تتبعىا اله ىي أ ن ت ع دلىا وإ ن ت ل ىوا
ْ رضىا فإ ن
) ) لل كان ب ما ت ع ملىن خبي لرا١٣٥
ْ أو تع
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatan(kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti
terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”
31
21
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2001) h.7
BAB III
FUNGSI DAN TUGAS OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT
PENGHIMPUNAN DANA DALAM BENTUK INVESTASI
A. Otoritas Jasa Keuangan
1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Pada Undang-undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
pasal 1 angka 1 menyebutkan :
“Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang memiliki tugas, fungsi,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan,
pemeriksaan
dan
penyidikan
terpadu
h.269
2
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h. 489
32
33
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h. 488
4
Desember 2010, serta akan beralihnya fungsi pengawasan bank oleh Bank
Indonesia ke lembaga pengawas sektor keuangan yang disebut Otoritas Jasa
Keuangan.
Keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia
juga muncul sebagai respons dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang
berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan. Langkah
reformasi di Bank Indonesiadang hukum perbankan dengan dibentuknya Otoritas
Jasa Keuangan menjadi obat penyembuh krisis dan sekaligus menciptakan
penangkal dalam pemikiran permasalahan-permasalahan di masa depan, untuk itu
terbentuklah ide awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan hasil
kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang
Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat.5
Pada prinsipnya Otoritas Jasa Keuangan lahir untuk mengintegrasi dan
koordinasi lebih mudah agar terciptanya regulasi jasa keuangan yang efektif, hal
ini karena sekarang kecendrungannya perusahaan jasa keuangan terlibat dalam
berbagai traksaksi, misalnya di Pasar Modal dan Industri Asuransi. Sinergi antar
jasa keuangan yang tidak dapat dipungkiri dengan pesatnya perkembangan dunia
jasa
keuangan,
kebutuhan
menyatukan
pengawasan
lebih
terkonsolidasi
37
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
35
h.269
7
OJK, Liputan Khusus OJK: Selamat Datang Wasit Baru Industri Keuangan di unduh 5
Juni
2014, Pukul 8.13, http://www.lipsus.kontan.co.id
36
dengan hasil sebagai berikut : (1) Fungsi penyelidikan dan penyidikan OJK telah
disepakati; (2) transisi Bank Indonesia yaitu 3 (tiga) Tahun sejak OJK
diundangkan atau akhir 2014, untuk Bapepam-LK harus sudah melebur pada akhir
2012; (3) Dewan Komisioner harus sudah dipilih pada Juni 2012 yang mana
panitia penyeleksi calon Dewan Komisioner dipimpin oleh Menteri Keuangan.
Presiden membentuk Panitia Seleksi pemilihan calon anggota Dewan
Komisioner OJK pada Januari 2010, dan pada Juli 2010 terpilihlah Ketua Dewan
Komisioner merangkap Anggota dan delapan Dewan Komisioner merangkap
anggota lainnya. OJK memiliki struktur dengan unsur check and balance dalam
fungsi pengawasan dan fungsi pengaturan bertujuan untuk : (1) menciptakan
ketegasan pemisahan antara tanggung jawab pembuat kebijakan (Dewan
Komisioner) dengan tanggung jawab supervisor (kepala eksekutif masing masing
pengawas perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-bank; (2)
menghindari pemusatan kekuasaan yang terlalu besar pada satu pihak agar tidak
terjadi penyelewengan wewenang; (3) mendorong terjadinya pembagian kerja
sehingga tercipta profesionalisme dari spesialisasi di masing-masing fungsi
pengaturan dan pengawasan8. Pengalihan pengawasan perbankan dan non
perbankan akhirnya secara resmi dilimpahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan
pada 1 Januari 2014, tepat tiga tahun setelah masa transisi pelimpahan pengaturan
dan pengawasan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan.
42
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
38
begitu strategis, Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan yang ampuh untuk
mengatur, menegakkan dan mengamBank Indonesial tindakan atas tugas dan
wewenang yang telah diberikan kepadanya. Nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan
adalah :
a. Integritas : Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik
dan kebijakan yang dibuat Otoritas Jasa Keuangan dengan menjunjung
tinggi kejujuran dan komitmen mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil.
b. Sinergi : Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan agar tidak
terjadi tumpang tindih kewenangan atau saling lempar tanggung jawab
diantara lembaga, maka menjaga koordinasi baik internal Otoritas Jasa
Keuangan maupun eksternal dengan pemangku kepentingan setiap sektor
lembaga jasa keuangan pada sektor perbankan, sektor pasar modal, sektor
perasuransian, lembaga pembiayaan, maupun lembaga keuangan non bank
secara produktif dan berkualitas.
c. Inklusif : Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan
serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap pengetahuan
industri keuangan dengan mengendukasi masyarakat terhadap jasa-jasa
keuangan.
d. Visioner : Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat ke depan
(Forward Looking) atas perkembangan industri jasa keuangan serta dapat
berpikir diluar keBank Indonesiaasaan (Out of The Box Thingking)dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang baru di industri jasa keuangan
seperti investasi illegal10.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip sebagai
berikut: tata kelola yang baik (principle good government) yang meliputi
10
h.273
137
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
40
13
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
142
14
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) hal 491
41
:izin
usaha,
izin
orang
perseorangan,
efektifnya
pernyataan
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) hal 491
42
16
Henricus W., Kamus Istilah Ekonomi dan Bank Indonesiasnis, (Jakarta:Kompas, Agustus
2010) h.
165
17
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan 1 Oktober 2014) hal 125
43
lainnya yang dipersamakan dengan itu18. Kebutuhan akan dana yang meningkat
khususnya untuk kegiatan usaha atau bisnis, usaha penghimpunan dana tidak lagi
hanya melakukan penghimpunan dengan cara giro, deposito, sertifikat deposito
maupun tabungan, melainkan dengan investasi melalui penarikan dana pada usaha,
industri, saham, atau pun obligasi. Investasi dengan menghimpun dana dari
masyarakat menjanjikan keuntungan dilakukan oleh perorangan ataupun badan
hukum. Investasi pada umumnya terutama dalam investasi langsung, masyarakat
yang menjadi konsumen akan menjadi milik usaha dan akan memperoleh saham
sebagai wujud kepemilikan perusahaan. Keuntungan (deviden) didapat jika
perusahaan memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika perusahaan merugi, maka
masyarakat sebagai konsumen akan juga merugi bahkan dana yang disimpan
menjadi hilang19.
C. Tinjauan Umum Investasi Illegal
Investasi Illegal atau disebut juga investasi bodong pada esensinya merupakan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan namun dikemas dengan
investasi20. Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya menyebutkan bentuk umum
diduga kegiatan investasi illegal, diantaranya : (1) Fixed income products, dimana
produk ini menawarkan imbal hasil (return) yang dijanjikan secara fixed (tetap) dan
18
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Pustaka Utama
Grafiti, Edisi II Cet- I Maret 2003) h. 62
19
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian
& Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014, h 1
20
tidak akan terpengaruh oleh risiko pergerakan harga di pasar; (2) Simpanan yang
menyerupai produk perbankan (tabungan atau deposito), dimana pada beberapa kasus
berupa surat Delivery Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterBank Indonesiatkan
suatu perusahaan; (3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari
masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada leBank Indonesiah dari satu instrumen
keuangan atau pada sektor riil; (4) Program investasi online melalui internet, yang
menjanjikan pengembalian dana investasi secara rutin21.
Bentuk kegiatan investasi illegal tersebut memiliki karakteristik dalam produk
yang ditawarkan, Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya pun menyebutkan : (1)
Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (bahkan seringkali tidak
masuk akal) dan/atau dalam jumlah yang dipastikan; (2) Produk investasi ditawarkan
dengan janji akan dijamin dengan instrumen tertentu, seperti emas, giro, atau
dijamin
oleh pihak tertentu seperti pemerintah, Bank dan lain-lain; (3) Menggunakan nama
perusahaan-perusahaan besar secara tidak sah untuk meyakinkan calon investor; (4)
Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account (akun yang terpisah) agar
mudah digunakan secara tidak bertanggung jawab22.
Investasi illegal menggunakan skema money game atau skema Ponzi yaitu
memutar dana masyarakat dengan cara membayar bonus kepada konsumen lama
dengan sumber dana yang berasal dari konsumen baru. Tidak ada sedikitpun aktivitas
21
Otoritas Jasa Keuangan,”Bentuk umum produk diduga illegal yang ditawarkan” di akses
pada 18 Agustus 2015 jam 10.49 AM dari
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/129/bentuk-umumproduk-diduga-ilegal-yang-
ditawarkan
22
Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal” di akses pada 18
Agustus 2015 jam 10.48 AM dari
http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/130/karakteristik-umumproduk-diduga-ilegal
45
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian
& Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014, h 1
46
OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta, Departemen Perizinan & Informasi
Perbankan, 2014) h. 9
47
144
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
48
26
284
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h.
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 196/K/PIDSUS/2013 &
KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN INVESTASI
ILLEGAL
49
50
dengan
menggunakan
fasilitas
internet,
melalui
website
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 3
51
sudah
menghimpun
anggota
sebanyak
6.172
dan
dana
sebanyak
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 4
52
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.11
53
putusan
Pengadilan
Negeri
Tasikmalaya,
terdakwa
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.12
6
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h.15
54
Mahkamah Agung Replubik Indonesia. Putusan Nomor 196 K/ PID.SUS/ 2013. (Tanggal 31
Agustus 2015). h. 25
55
sistem kanji atau arisan berantai dari masyarakat ke masyarakat yang menjadi
konsumennya
2. Bentuk keikut sertaan masyarakat pada perusahaan menyetorkan modal pokok,
kemudian disertakan dengan bunga atau simpanan
3. Keuntungan melebihi system perbankan pada umumnya dengan me nghimpun
dana nasabah dengan skema menawarkan iming- iming bunga atau keuntungan
tinggi bagi calon nasabah sebesar 50% selama 3 bulan dan kemudian berubah
menjadi 10% & 20%/empat bulan, dan setiap akhir tahun mendapatkan koin
emas apabila mengambil keuntungan 10%
4. Penghimpunan dana masyarakat harus mendapat izin dari peraturan- undang
yang berlaku yaitu mendapat izin atau persetujuan dari Pimpinan Bank
Indonesia
5. Sistem perbankan yang illegal dan berkedok Multi Level Marketing atau
menggunakan sistem kanji atau arisan berantai dari masyarakat ke masyarakat
yang menjadi konsumennya, dengan menyetor modal pokok resiko kegagalan
tinggi ketimbang keuntungan, nasabah yang lebi dulu akan mendapat
keuntungan/bunga, sedangkan nasabah yang belakangan dipastikan mengalami
resiko
6. Menolak permohonan Kasasi Pemohon/Terdakwa, putusan Judex Facti tidak
bertentangan dengan hukum
7. Membayar biaya perkara tingkat Kasasi sebesar Rp.2.500,. (du ribu lima ratus)
56
Putusan Hakim Mahkamah Agung telah bersifat hukum tetap dan dapat
dilaksanakan, putusan kasasi ini dibenturkan dengan undang-undang yang
membahas mengenai kewenangan perlindungan hukum bagi masyarakat dan
pemahaman bentuk kegiatan investasi illegal.
C. Analisis Penulis Te rhadap Putusan Hakim
1. Analisis Investasi Illegal Menurut Undang-Undang Pe rbankan No 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan dan Peraturan Terkait
Dalam perkara ini, Hakim menyebutkan bahwa penghimpunan dana masyarakat
tanpa izin lembaga berwenang merupakan modus operandi. Kejahatan bisnis telah
menggeser nilai- nilai dalam masyarakat untuk mengoperasikan suatu aktivitas
bisnis yang merugikan masyarakat luas, hal tersebut mengakibatkan kepastian
hukum dan ketertiban bisnis mencapai titik mengkhawatirkan, maka konsekuensi
logis atas investasi illegal pada perkara ini diperlukan perangkat hukum yaitu
hukum pidana untuk membantu menciptakan ketertiban, kepastian hukum serta
untuk menemukan keadilan bagi para pelaku yang beritikad baik dan telah
dirugikan8 . Dari segi yuridis kejahatan bisnis pada investasi illegal terdapat dua
sisis mata uang yaitu disatu sisi terdapat aspek hukum perdata dan sisi lain aspek
hukum pidana, kedua aspek hukum memiliki dua tujuan, sifat dan karakteristik
yang bertentangan. Aspek hukum perdata lebih mementingkan perdamaian antara
kedua belah pihak sehingga hanya terkait hubungan hukum antar perseorangan
dengan SIUP
No.
503/0797/PK/BPPT-JU/VII/2011.
Dengan
pada
Pasal 5
Peraturan
Menteri
Perdagangan
No.
36/M-
masyarakat sebagai
11
Marwan Effendy, Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum Pidana (Jakarta:
Sumber Ilmu Jaya, cey-II Juni 2012) h. 12
12
tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan 13 , maka investasi illegal dapat
dikategorikan dengan pasal tersebut dalam melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat, namun hanya bank yang dapat melakukan kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat.
Melihat Koperasi Karya Mandiri dan CV Ahma Hamitsa yang melakukan
investasi illegal hanya menggunakan fasilitas penghimpunan dana dari masyarakat
dengan itikad tidak baik untuk mendapatkan keuntungan semata serta tidak adanya
kegiatan usaha didalamnya dan tanpa adanya izin dari Pimpinan Bank Indonesia
tidak dapat dibenarkan. Hakim dalam memutus perkara perlu melihat beralihnya
kewenangan izin usaha menjadi bank dari Pimpinan Bank Indonesia kepada
Otoritas Jasa Keuangan, meskipun pada waktu putusan inkrah ini sebelum 31
Desember 2013, sebagaimana diatur Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang OJK
tentang peralihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan kegiatan jasa keuangan
di sektor perbankan beralih Bank Indonesia Ke OJK 14 .
Dalam penggunaan pasal pidana perbankan perkara ini, pertimbangan Hakim
Mahkamah Agung telah sesuai menjerat perusahaan yang kegiatan investasi illegal
perusahaan dikategorikan melanggar Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan menyebutkan, “ (1) Barang siapa menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank
13
15
102
Chairul Arrasjid, Hukum Pidana Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika cet-I Oktober
2011) h.
61
Koperasi Karya
16
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.504
17
98
Chairul Arrasjid, Hukum Pidana Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika cet-I Oktober
2011) h.
62
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h.498
19
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) h.497
63
20
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.499
65
a.
kekayaan.
Kerugian
diterima
oleh
perusahaan
yang
melakukan
23
Andrian Sutedi, Aspek Huku m Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014) h. 41
67
konsumennya dengan cara membayar bonus konsumen lama dengan sumber dana
yang berasal dari konsumen baru25 , ditambah lagi tidak adanya kegiatan usaha
yang berlangsung hanya memutar dana tarikan dari masyarakat langkah
pengaduan dilakukan dengan menghentikan kegiatan tersebut se suai dengan
kewenangan OJK pada pasal 9 huruf h point (1) Undang- undang No 11 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan :
“untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
(pengaturan & pengawasan di sektor jasa keuangan), OJK memiliki kewenangan :
h. memberikan dan/atau mencabut :
1. Izin usaha;”
Pencabutan izin usaha lebih lanjut diatur juga pada Pasal 53 ayat (1) point e
Peraturan OJK No.1/D.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan menyebutkan :
(1)Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak yang melanggar ketentuan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dikenakan sanksi adminsitratif, antara lain
berupa :
e. Pencabutan Izin Kegiatan Usaha
Aturan OJK mengatur tentang perlindungan hukum bagi nasabah dengan
langkah preventif melakukan edukasi kepada masyarakat dan langkah represif
dengan menghentikan kegiatan usaha yang berpotensi merugikan nasabah hingga
melakukan mekanisme pengaduan nasabah serta mekanisme ganti rugi dan
pengajuan gugatan dalam pembelaan hukum nasabah. Atas semua kewenangan
tersebut, ganti kerugian atas modus operandi kegiatan investasi illegal dalam
25
Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia
(Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan -I Oktober 2014) h.504
68
perkara ini menjadi yang perlu diatasi, perkara ini sudah memiliki hukum tetap
dan masuk dalam tindak pidana, ganti kerugian tidak didapatkan oleh nasabah
pada perkara ini, walaupun dalam putusan ini Jaksa Penuntut Umum sudah
meminta untuk dikembalikan atas kerugian nasabah, namun hanya pidana denda
sebesar Rp. 20.000.000.000,. (dua puluh milyar) kepada negara.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menjawab rumusan masalah dan berdasarkan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Investasi illegal yang dilakukan perusahaan dalam perkara ini dikategorikan
melakukan pengimpunan dana masyarakat tanpa izin dari Otoritas Jasa Keuangan,
berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia dan beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan. Beralihnya kewenangan izin penghimpunan dana masyarakat dari Bank
Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang No 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan perlindungan hukum bagi
masyarakat berdasarkan pada Pasal 28, 29, dan 30 Undang-Undang No 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dengan melakukan edukasi kepada
masyarakat, memberikan fasilitas pengaduan nasabah, serta menangani investasi
illegal dengan mencabut izin usaha, atau ganti rugi dan atau mengajukan gugatan
ke pengadilan
B. Saran
Dari semua uraian tersebut, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai
berikut :
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Abdullah, Burhanuddin, Jalan Menuju Stabilitas: Mencapai Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan, Jakarta: LP3ES, 2005.
Ahmad,Mustaq Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2001.
Arrasjid, Chainur, Hukum Pidana Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet I,
Oktober 2011.
Asshiddiqie, Jimly, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Konstitusi Press,
Cet-2, 2012.
Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta,
PT Rajagrafindo, cet-7, Januari 2014.
Atmasasmita, Romli, Globalisasi & Kejahatan Bisnis, Jakarta: Prenamedia Grup, CetI,
2010.
Bako, Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk
Tabungan dan Deposito; Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan
Deposan di Indonesia Dewasa Ini, Bandung: Citra Aditya Bhakti. 2003.
Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003.
Effendi, Marwan, Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum Pidana,
Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, cet-1, 2012.
Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bhakti, cet-2,
2003.
__________, Hukum Perbankan Modern; Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Buku Kesatu, 1999.
Haymans, Adler, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor, Jakarta: PT Adler
Manurung Press, Cet-1, 2013.
Hendro, Tri, dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia,
Yogjakarta: UPP STIM YKPN, Cet-1, 2014.
72
PU T USAN
No. 196 K/PID.SUS/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M AHKAM AH AG UNG
Memeriksa perkara pidana khusus dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam
perkara Terdakwa :
N a ma
: MUHAMAD ANAS Bin H. YAHYA MARZUKI ;
Tempat lahir
: Jakarta ;
Umur/tanggal lahir : 26 Tahun / 21 Juli 1985 ;
Jenis kelamin
: Laki- laki ;
Kewarganegaraan : Indonesia ;
Tempat tinggal
: Perum Sirnagalih Blok B No. 1 RT. 03/07 Kelurahan
Sirnagalih, Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ;
A ga ma
: Islam ;
Pekerjaan
: Pegawai Swasta ;
Terdakwa berada di dalam tahanan ;
1. Penyidik sejak tanggal 18 Desember 2011 sampai dengan tanggal 06 Januari 2012 ;
2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 07 Januari 2012 sampai dengan tanggal
15 Februari 2012 ;
3. Perpanjangan Ketua Pengadilan sejak tanggal 16 Februari 2012 sampai dengan
tanggal 16 Maret 2012
4. Penuntut Umum sejak tanggal 14 Maret 2012 sampai dengan tanggal 02 April 2012 ;
5. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 26 Maret 2012 sampai dengan tanggal 24
April 2012 ;
6. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 25 April 2012 sampai dengan
tanggal 23 Juni 2012 ;
Hal. 1 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
75
76
Jumlah Investor
Nilai investasi
(Rp.)
Jasa yang dibayarkan (Rp.)
2.466
493.200.000,-
653.000.000,-
1.179
707.400.000,-
1.052.025.000,-
3.
3.268
4.575.000,000,-
7.349.475.000,-
4.
Non Paket
114.433
31.978.000.000,-
22.650.100.000,-
Ju mla h
B. CV. Ahma Hamitsa :
1. Ahmad Go ld Offline 20 %
2. Ahma Go ld Online 20%
21.346
37.753.800.000,-
31.704.600.000,-
4.652
1.036
54.964.170.000,
. 9.853.000.000,-
23.154.869.000,1.529.800.000,-
3.
440
6.763.400.000,-
2.352.540.000,-
4.
44
445.000.000,-
40.200.000,-
6.172
72.025.570.000,-
27.077.489.000,-
Ju mla h
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana Pasal 46 ayat (1) UURI No. 7 Tahun
1992
sebagaimana dirubah dengan UURI No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UURI No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1)
KUHP ;
ATAU :
KEDUA :
Bahwa ia Terdakwa UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI bersama-sama dengan
MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI (saksi dalam perkara ini Terdakwa dalam
berkas terpisah) sebagai pelaku atau yang turut serta melakukan perbuatan, sejak
bulan Agustus
2010 sampai bulan Agustus 2011 atau setidak-tidaknya terjadi selama kurun waktu
sejak tahun
2010 sampai tahun 2011 di beberapa tempat yaitu di Kampung Sindanghurip Desa
Jatihurip
Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Sindanglengo Kecamatan
Indihiang
Kota Tasikmalaya dan di Perumahan Sirnagalih Kencana Kelurahan Sirnagalih Kecamatan
Indihiang Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya terjadi di beberapa tempat yang
masih
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Tasikmalaya, telah bebepa kali melakukan
perbuatan
yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan
berlanjut,
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau
supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, yang dilakukan dengan cara-cara
sebagai
berikut : Bahwa pada bulan Agustus 2010, Sdr. UDIN SAPRUDIN bi H. YAHYA MARZUKI
mengadakan usaha investasi yang diberi nama PROFIT BAROKAH yang berkantor di sebuah
rumah kontrakan milik Ny. ETI di Kampung
Hal. 5 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
80
Jumlah Investor
1.
2.
A. Profit Barokah :
Paket PB-1 Rp. 200.000,Paket PB-2 Rp. 600.000,-
2.466
1.179
493.200.000,707.400.000,-
653.000.000,1.052.025.000,-
3.
3.268
4.575.000,000,-
7.349.475.000,-
4.
Non Paket
114.433
31.978.000.000,-
22.650.100.000,-
21.346
37.753.800.000,-
31.704.600.000,-
4.652
1.036
440
44
54.964.170.000,
9.853.000.000,6.763.400.000,445.000.000,-
23.154.869.000,1.529.800.000,2.352.540.000,40.200.000,-
6.172
72.025.570.000,-
27.077.489.000,-
Jumlah
1.
2.
3.
4.
Jumlah
Jumlah Investor
1.
2.
A. Profit Barokah :
Paket PB-1 Rp. 200.000,Paket PB-2 Rp. 600.000,-
2.466
1.179
493.200.000,707.400.000,-
653.000.000,1.052.025.000,-
3.
3.268
4.575.000,000,-
7.349.475.000,-
4.
Non Paket
114.433
31.978.000.000,-
22.650.100.000,-
21.346
37.753.800.000,-
31.704.600.000,-
4.652
1.036
440
44
54.964.170.000,
9.853.000.000,6.763.400.000,445.000.000,-
23.154.869.000,1.529.800.000,2.352.540.000,40.200.000,-
6.172
72.025.570.000,-
27.077.489.000,-
Jumlah
1.
2.
3.
4.
Jumlah
Bahwa ternyata uang yang telah berhasil dikumpulkan oleh Sdr. UDIN SAPRUDIN bin
H YAHYA MARZUKI dan Terdakwa MUHAMAD ANAS bin H. YAHYA MARZUKI
sebagian besar digunakan untuk membayar pokok dan jasa para investor yang telah
tercatat dan
terdaftar sebelumnya, selain itu digunakan untuk membeli tanah, rumah, mobil untuk
kepentingan pribadi Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI serta sebagian lagi
untuk membayar gaji karyawannya tanpa seijin dan sepengetahuan para Investor dan
akibat dari
perbuatan Sdr. UDIN SAPRUDIN bin H. YAHYA MARZUKI dan Terdakwa H. MUHAMAD
ANAS bin H. YAHYA MARZUKI, sebagian besar para Investor dirugikan dengan tidak
kembalinya atau tidak dibayarnya pokok dan jasa investasi yang diperjanjikan ;
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana Pasal 372 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1)
ke1 KUHP jo. pasal 64 ayat (1) KUHP ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tasikmalaya
tanggal 18 Juni 2012 sebagai berikut :
1. Menyatakan bahwa Terdakwa MUHAMAD ANAS Bin YAHYA
MARZUKI, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
Perbankan yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dakwaan
alternatif pertama Pasal 46 ayat (1) UU RI No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah
dirubah
dengan UU RI No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU RI No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan jo Pasal 55 (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP ;
Hal. 11 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
86
15.
•
•
di mana pada awalnya sebesar Rp 1.500.000,- lalu naik beberapa kali hingga Rp
3.000.000,- (halaman 45). Hal ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan PEMOHON
KASASI semata- mata karena PEMOHON KASASI, selaku pegawai, melaksanakan
perintah jabatan dari atasannya, yaitu Saudara UDIN SAPRUDIN ;
Namun dalam pertimbangannya (halaman 62), Majelis Hakim tingkat pertama
menyatakan tidak dapat membenarkan dihapusnya kesalahan PEMOHON KASASI,
karena penghapusan kesalahan sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) KUHPidana
adalah dalam hal orang itu melaksanakan perbuatan atas dasar perintah jabatan di
mana antara pemberi perintah dengan orang yang mendapat perintah harus ada
hubungan yang bersifat Pegawai Negeri/Jabatan Negeri, sedangkan hubungan
PEMOHON KASASI dengan Saksi UDIN SAPRUDIN merupakan hubungan
partikelir/swasta ;
PEMOHON KASASI sangat keberatan dengan pertimbangan tersebut, karena :
Majelis Hakim telah mempersempit arti “perintah jabatan” sebatas hubungan yang
bersifat Pegawai Negeri/Jabatan Negeri. Menurut Mr. Drs. E Utrecht, baik yang
me merintah maupun yang diperintah tidak perlu be rstatus pegawai negeri.
(Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, hal 378) ;
Pandangan Mr. Drs. E Utrecht tersebut juga dianut oleh Makamah Agung dalam
putusannya Nomor 640 K/Pid/2007, yang telah membebaskan Terdakwa II, HENNY
SYAHLAN binti SYAHLAN dari segala dakwaan. Terdakwa II, HENNY
SYAHLAN, selaku Sekretaris KUD Sugema Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis,
bersama-sama dengan Terdakwa I, DUDUNG RUSMANA selaku Ketua KUD
Sugema terbukti membuat dan menandatangani surat permohonan bantuan Kredit
Usaha Tani tahun 1998/1999. Bahwa Terdakwa II, HENNY SYAHLAN juga
menandatangani dokumen-dokumen penyaluran dana kredit KUT tersebut ke tiap-tiap
kelompok tani, sekaligus juga menerima setoran dari tiap-tiap kelompok tani. Bahwa
ternyata kemudian ditemukan sebagian dana bantuan tersebut telah diselewengkan
oleh Terdakwa I, DUDUNG
Hal. 21 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
96
•
•
•
•
•
RUSMANA, dan menyebabkan kerugian negara hampir satu miliar rupiah. Dalam
pertimbangannya, Majelis Hakim Tingkat Kasasi menyatakan:
Bahwa judex facti telah salah menerapkan azas dala m hukum pidana, yaitu: ”tiada
hukuman tanpa kesalahan” ;
Bahwa Terdakwa II tidak tersangkut dalam penyalahgunaan KUT, baik penyaluran
maupun penerimaan uang pengembalian kredit dari para petani ;
Bahwa Terdakwa II tidak pernah menggunakan/menikmati uang tersebut ;
Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam definisi “perintah jabatan” tersebut, baik
yang
memerintah maupun yang diperintah tidak perlu berstatus pegawai negeri ;
Sebagai perbandingan, PEMOHON KASASI menandatangani MoU Perjanjian Kerja
Sama Investasi dengan investor karena merupakan perintah dari Saudara UDIN
SAPRUDIN selaku pemilik maupun pimpinan Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa
;
Seluruh uang investor diterima oleh karyawan lain dan disetorkan langsung ke
rekening
Saudara UDIN SAPRUDIN, dan Saudara UDIN SAPRUDIN pula yang menentukan
jadwal pembayaran profit ke investor. Karyawan-karyawan yang ada di Profit Barokah
maupun CV Ahma Hamitsa hanya sebatas menjalankan perintah ;
Selain itu PEMOHON KASASI sama sekali tidak menikmati uang investasi tersebut,
selain daripada gaji bulanan sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu
rupiah)
dan kemudian meningkat menjadi Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah)
yang memang merupakan hak PEMOHON KASASI sebagai seorang pegawai ;
PEMOHON KASASI sama sekali tidak mengetahui permasalahan tentang perizinan
usaha tersebut. Dan menurut keterangan Saksi-Saksi yang menjadi rekanan dari Profit
Barokah maupun CV Ahma Hamitsa, semua kegiatan investasi yang dilakukan oleh
Saudara UDIN SAPRUDIN dengan pihak ketiga tidak melibatkan PEMOHON
KASASI. Bahwa pada saat usaha Profit Barokah dan CV Ahma Hamitsa mulai
terganggu pada
Hal. 22 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013
97
Ketua :
ttd./
Dr. Artidjo Alkostar, SH.,LLM.
Panitera Pengganti :
ttd./
Djuyamto, SH.
Hal. 27 dari 27 hal. Put. No. 196 K/PID.SUS/2013