Gambar 4.1.2: Daerah Pengaman sistem Tenaga Listrik untuk transmisi dua sirkuit
6,3 kV 20 kV
1 2 B 3 C 4
Gambar 4.1.3: Kawasan pengaman untuk sistem radial dipasok dari PLTD
Keterangan gambar 4.1.3:
(1) Overall Differential Relay, pengaman utama Gen-Transformator.
(2) Over Current Relay pengaman cadangan lokal Gen- Transformator pengaman
cadangan jauh bus A.
(3) Over Current Relay Transformator tenaga sisi 20 kV Pengaman Utama Bus A,
pengaman cadangan jauh saluran A-B.
(4) Over Current Relay di B, pengaman utama saluran B-C, pengaman cadangan
jauh saluran C – ujung jaringan.
(5) Over Current Relay di C, Pengaman Utama saluran C–ujung jaringan.
Maksud dari Pengaman utama dan pengaman cadangan adalah karena ada
kemungkinan suatu Relai atau komponen lainnya gagal bekerja. Oleh karena itu sistem
dilengkapi dengan pengaman cadangan di samping pengaman utamanya. Pengaman
cadangan baru bekerja jika pengaman utamanya gagal bekerja, dengan waktu tunda
(time delay). Maksud waktu tunda adalah untuk memberi kesempatan kepada
pengaman utama bekerja lebih dahulu.
Macam-macam pengaman cadangan, sebagai berikut :
Pengaman cadangan lokal (local back up)
Pengaman cadangan jauh (remote back up)
Pengaman kegagalan PMT.
Pada prinsipnya Relai harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi gangguan
di kawasan pengamanannya meskipun dalam kondisi yang memberikan rangsangan
yang minimum. Rangsangan minimum ini, biasanya terjadi saat penghantar udara
tersentuh pohon (karena tahanan pohon besar). Bila 1 fase (fase R) tersentuh pohon,
arus gangguan 1 fase ketanah dapat menjadi kecil (lebih kecil dari penghantar udara
langsung terkena tanah).
Catatan:
Bila tahanan neutral grounding resistance (NGR) terpasang pada trafo tenaga di Gardu
Induk, arus gangguan 1 fase ketanah maksimum sebesar:
Tahanan(R) Arus gangguan 1 fase
12 ohm 962,25 Amp
40 ohm 288,67 Amp
500 ohm 23,09 Amp
Persamaan untuk memperoleh arus gangguan 1 fase adalah
20.000/ 3
IF1fase = Amp
R
Untuk minimum arus gangguan 1 fase ketanah (tergantung panjang jaringan) bila
penghantar udara jatuh ketanah, masih diatas 70% dari arus gangguan 1 fase ketanah
maksimum ( misal RNGR = 40 ohm- If1 fase terkecil = 70% x 288,67 Amp = 202,07 Amp).
Tetapi penghantar udara tersebut tersentuh pohon arus gangguannya dapat menjadi
10% x 288,87 Amp = 28,8 Amp. Untuk arus gangguan 1 fase ketanah ini, relai yang
terpasang harus trip, kejadian ini yang disebut rangsangan minimum.
Untuk Relai arus lebih hubung singkat yang bertugas pula sebagai pengaman cadangan
jauh untuk seksi berikutnya, Relai itu harus dapat juga mendeteksi arus gangguan
hubung singkat 2-fase yang terjadi diujung akhir seksi berikutnya dalam kondisi
pembangkitan minimum.
4.2.2.1 Dependability
yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan kemampuan bekerjanya). Pada prinsipnya
pengaman harus dapat diandalkan bekerjanya (dapat mendeteksi dan melepaskan
bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja. Dengan lain perkataan dependability-
nya harus tinggi.
4.2.2.2. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja (keandalan untuk tidak salah kerja).
Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja, misalnya karena lokasi
gangguan di luar kawasan penga manannya atau sama sekali tidak ada gangguan, atau
kerja yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Salah kerja mengakibatkan pemadaman
yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Jadi pada prin sipnya pengaman tidak boleh salah
kerja, dengan lain perkataan security nya harus tinggi.
4.2.2.3 Availability
Yaitu perbandingan antara waktu di mana pengaman dalam keadaan siap kerja (actually
in service) dan waktu total operasinya.
Seperti dijelaskan pada gambar I.1 & 1.2 terlihat adanya daerah pengaman
peralatan listrik antara lain: pengaman untuk gene rator, transmisi, gardu Induk
(Transformator Tenaga) dan Distri busi. Pengaman-pengaman ini sangat berguna untuk
menga mankan manusia dan peralatan listrik bila terjadi gangguan hubung singkat di
internal peralatan maupun diluar per alatan listrik tersebut. Adapun pengaman-
pengaman ini adalah, sebagai berikut:
A. PENGAMAN GENERATOR
1. Relai Stator Hubung Tanah
2. Relai arus urutan negatip
3. Relai diferensial
4. Relai hilang medan
5. Relai Tegangan lebih
6. Relai daya balik
7. Relai arus lebih
8. Relai Putaran lebih
9. Relai Out of step
3. Relai Buchhclzs
4. Relai Suhu (Temperatur)
5. Relai Arus Lebih
6. Relai Tekanan.
C. PENGAMAN TRANSMISI
1. Relai Jarak
2. Relai Current Differential
3. Relai Phase Comparison
D. PENGAMAN DISTRIBUSI
Sistem perlindungan yang terpasang di sistem distribusi bertujuan untuk mencegah
atau membatasi kerusakan pada jaringan dan peralatannya, keselamatan umum karena
gangguan dan peningkatan pelayanan dari pasokan tenaga listrik. Antara lain:
a. Perlindungan terhadap hubung singkat (shortcircuit, sc) atau arus lebih (overcurrent,
oc) atau gangguan pada saluran atau peralatannya dise-but perlindungan terhadap
arus lebih.
b. Perlindungan terhadap gangguan petir, disebut perlindungan terhadap tegangan lebih
(overvoltage, ov).
6. Saklar seksi otomatis (Automatic Line Sectionalizer), ALS : Pengaman cadangan dari
CB atau bekerja tidak sendirian, dimana peralatan ini dipasang jaringan udara
tegangan menengah.
7. Arrester adalah alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan
lebih, yang diakibatkan karena sambaran petir atau tegangan transient yang dari
penyambungan atau pemutus rangkaian listrik dengan mengalirkan arus denyut
ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan dan mengembalikan keadaan
jaringan pada kondisi semula tanpa mengganggu sistem tenaga listrik. Dimana
peralatan ini terpasang pada jaringan udara tegangan menengah.
8. Relai (Relay) : Alat yang peka terhadap perubahan pada rangkaian yang dapat
mempengaruhi bekerjanya alat lain. Adapun relai yang terpasang terdiri dari:
Pengaman gangguan antar fase (Over Current Relay)
Pengaman gangguan antar fase (OCR) dipergunakan untuk mengamankan
sistem distribusi, jika ada gangguan hubung singkat 3 fase atau 2 fase.
Pemasangannya dapat incoming feeder (penyu-lang masuk), di outgoing feeder
(penyulang keluar) atau di gardu hubung.
Pengaman Gangguan Satu Fase Ketanah (Ground Fault Relay)
Pengaman gangguan satu fase ketanah (GFR) dipergunakan untuk
mengamankan sistem distribusi, jika ada gangguan hubung singkat satu fase
ketanah. Pemasangannya dapat incoming feeder (penyulang masuk) , di
outgoing feeder (penyulang keluar) atau di gardu hubung.
Moment (instant), sebagai pengaman untuk arus yang besar.
Peralatan bantu untuk pengaman, terdiri dari:
Current transformer/trafo arus: gunanya adalah jika ada gangguan pada
sistem, meneruskan arus dari sirkit sistem tenaga ke sirkit Relai.
Relai pengaman : sebagai elemen perasa yang signalnya diperoleh dari trafo
arus.
Pemutus Tenaga (PMT) : sebagai pemutus arus untuk mengisolir sirkit
terganggu.
Battery/Aki : sebagai sumber tenaga untuk men-trip kan PMT.
Pada awal penemuan, cara pendeteksian besarnya arus gangguan, jika terjadi
gangguan hubung singkat di jaringan tenaga listrik mempergunakan elektromekanik
seperti terlihat pada gambar 4.4.1, Gaya Elektromagnetik pada kumparan yang dilalui
Arus gangguan hubung singkat dimanfaatkan untuk membuka PMT. Dimana besarnya
setelan arus, dapat di setel pada setelan pickup. Kerugian: besarnya arus gangguan
hubung singkat, sangat membahayakan bagi pengaman dan peralatan yang dilalui oleh
arus tersebut dan tingkat akurasinya rendah.
Bus
20 kV Penyulang
Setelan pickup
Cara mendekteksi besarnya arus gangguan hubung singkat, melalui Trafo Arus
dengan ratio disesuaikan dengan peralatan yang ada, Relai yang dipergunakan dapat
mempergunakan nominal arus yang kecil (5 A, atau 1 A).
Keuntungannya, antara lain:
• Akurasi bisa dibuat tinggi
• Karakteristik bisa lebih disesuaikan
• Pemeliharaan alat deteksi tidak perlu padam
• Mengubah setelan lebih aman.
Jika ada arus gangguan hubung singkat di jaringan (lihat gambar 4.4.2.), akan di
deteksi oleh Current Transformer (CT) selanjutnya mentransfer besaran arus primer ke
besaran arus sekunder, Relai detektor menghubungkan arus dc dari sumber dc
sehingga terhubung ke PMT, PMT trip (lepas).
Bus
Gangguan hubung
singkat
+
Sumber DC
1. Elektromekanis
Untuk mengamankan arus gangguan dengan karakteristik definite dapat digambarkan
seperti terlihat pada gambar 4.4.3.1. dibawah ini.
kontak
I
Setelan pickup
Bila terjadi gangguan hubung singkat, maka akan mengalir arus I ke Relai,
dimana arus ini membuat maknit dikumparan sehingga batang akan tertarik menempel
ke maknit tersebut, selanjutnya kontak akan menempel. Setelan waktunya di setel di
setelan pickup.
Dengan mempergunakan karakteristik inverse, dapat dilihat pada gambar 4.4.3.1., Saat
terjadi arus gangguan hubung singkat, arus I yang masuk ke Relai, akan membuat
maknit di inti besi, sehingga garis-garis fluks yang berubah, akibat adanya arus bolak
balik membuat piringan berputar, yang membuat tuas bergerak dan kontak menempel.
kontak
Inti besi
pegas tuas
I Piringan
2. Elektronik.
CT
Rect Kontak
I
Set Output
timer
Com
p
C
Set
I
Arus I yang diterima dari trafo arus (current transformer) masuk ke Relai seperti terlihat
pada gambar 4.4.3.3., selanjutnya arus I diperkecil oleh CT yang berada dalam Relai,
arus ini diubah menjadi searah di rectifier menjadi arus dc, selanjutnya arus dc mengalir
ke kontak output. Kapasitor (C) pada Relai digunakan memperbesar arus dc yang
menuju kontak output tersebut. Jenis Relai model ini, banyak dijumpai atau terpasang di
sistem tenaga listrik, dimana jenis Relai ini dapat di setting waktu dan besaran arusnya,
bila jenis ini mempergunakan digital dapat dilengkapi dengan rekaman arus gangguan
hubung singkat.
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu pera-latan
pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka
dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat,
sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak
normal. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-
hal diatas, sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung
singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan
kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada be-berapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan
dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini
tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana
pemutus daya tersebut terpasang.
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum
1000 meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya
lebih dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksi-mum dari PMT tersebut harus
dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada tabel dibawah ini.
Kawasan (-)
elektron
katoda (-) Anoda (+)
Ion (+)
E
Kawasan (+)
Gerakan elekron hasil emisi
Thermis atau bintik katoda
Medan elektrik yang dapat menimbulkan arcing diantara kontak tersebut, seperti
ditunjukkan pada gambar 4.5. Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan
memanaskan kontak dan menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak.
Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak dimisalkan
katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan
bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral
media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses
ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin
bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda,
perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak
anoda. Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda.
Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon,
maka ion positif akan menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis
semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal
tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan
emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan
antar kontak terus berlangsung hal inilah yang disebut busur api. Untuk memadamkan
busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan proses
deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari
sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar
bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan
terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas
yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak
mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat
produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada
pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil
dekomposisi minyak.
Busur Api
Gelembung gas
Kontak Kontak
Minyak
Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan ter-hadap minyak,
sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyak ini
melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan pendinginan
busur api, mendorong proses rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari
lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi
kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga
pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api
timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak
pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan
tinggi itu seperti terlihat pada gambar 4.5.2. dan juga menyingkirkan partikel-partikel
bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage
(tegangan pukul ulang).
Kontak
Busur Api
Udara isolasi
Kontak
Gambar 4.5.2.: Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus
Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara.
Pada sakelar PMT kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT,
tetapi untuk kapasitas besar tidak demikian halnya.
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai
38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah
udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya
diikat ketat dengan perapat logam.
isolasi
Kontak bergerak
Kontak tetap
Vakum tekanan
Puputan logam tinggi
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan
tegangan yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini
bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu deng-an molekul
udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada pe-nambahan elektron
bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur api dapat
dipadamkan.
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah
gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6
mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas SF6
mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini
bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi
busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau
membuka.
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki
penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan
tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan.
Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:
1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan
gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas
SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada
waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api.
2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak
diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle
ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas
tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas
tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan
rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi.
Tabel : Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga, pada suhu 20ºC, tekanan atmosfir
760 mmHg.
Bagaimana memilih Circuit breaker atau Pemutus (PMT) yang sesuai dengan
pemakaian listrik yang dipasok?
Dari penjelasan PMT seperti tersebut diatas, kita perlu mengetahui daya listrik
yang akan dipasok dan sumber listrik yang memasoknya. Karena hal ini berhubungan
dengan arus gangguan hubung singkat, kalau terjadi gangguan hubung singkat di
jaringan distribusi atau di beban. Arus gangguan hubung singkat ini akan melewati
cubicle (PMT) tersebut.
Khusus jaringan distribusi 20 kV yang mempergunakan kabel tanah, distribusi arusnya
akan melewati busbar di cubicle beban seperti terlihat pada gambar 4.5.4. dibawah ini.
Saat kondisi normal, arus yang melewati busbar sesuai arus beban. Tetapi saat
terjadi gangguan hubung singkat arus yang melewati busbar adalah arus gangguan
hubung singkat. Dalam hal ini cubicle harus tahan terhadap
Arus gangguan hubung singkat ini yang disebut arus puncak (Ipeak) dan arus short time
(short time current).
GD = Gardu Distribusi
GH = Gardu Hubung
gardu lain setelah GD 3 dapat mengambil busbar dengan KHA yang lebih rendah.
Pada PMT yang terpasang di Gardu Induk tercantum nameplate , sebagai berikut:
Busbar current : 2000 A
Rated Voltage : 24 kV
Impulse withstand voltage : 25 kV
Rated frequency : 50 Hz
Rated peak current : 63 kAc
Rated short time current : 25 kA (1 sec)
Rated current : 2000 A.