TUGAS AKHIR
Oleh :
1410951045
Pembimbing
Dr. Adrianti
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
Judul Studi Penggunaan Relai Jarak pada Alexander Ronaldo
Putra Sijabat
Jaringan Distribusi yang Memiliki
Pembangkit Tersebar dengan
Menggunakan Digsilent Powerfactory
Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Abstrak
Pembangkit tersebar (PT) merupakan terobosan teknologi yang trend pada saat
ini. Pada jaringan distribusi yang memiliki PT sistem proteksi akan dipengaruhi oleh
3 buah kondisi yaitu kondisi grid terhubung, grid terputus dan penambahan jumlah
atau kapasitas PT. Ketiga kondisi ini akan menyebabkan nilai arus normal dan arus
gangguan pada sistem berubah. Perubahan nilai arus ini dapat menyebakan relai arus
lebih yang terdapat pada sistem mengalami gagal kerja karena arus gangguan yang
dibaca relai lebih kecil dari setting. Kemungkinan lain, relai mengalami maloperasi
karena koordinasi relai menjadi tidak tepat. Relai jarak merupakan relai yang bekerja
berdasarkan besar impedansi. Pada penelitian ini dilakukan studi penggunaan relai
jarak pada jaringan distribusi yang memiliki PT. Pengujian dilakukan dengan 5
skenario yaitu grid terhubung, grid terputus, penambahan PT dengan kapasitas
2000kW pada bus 5, grid terputus dengan impedansi gangguan 0.02 ohm dan grid
terhubung dengan impedansi gangguan 2 ohm. Gangguan yang diujikan adalah
gangguan 3 fasa dan antar fasa dengan lokasi gangguan pada saluran dan bus. Dari
pengujian yang dilakukan diperoleh bahwal relai jarak memiliki kinerja yang baik
saat digunakan pada keempat diata scenario pertama. Hal itu diperoleh hanya dengan
melalukan satu setting. Relai arus lebih yang ada pada jaringan juga dapat
berkoordinasi dengan relai jarak. Namun relai jarak dapat mengalami gagal kerja
ketika gangguan yang terjadi adalah gangguan antar fasa dengan impedansi gangguan
yang besar karena impedansi yang dibaca relai menjadi lebih besar dari setting.
Kata Kunci: Pembangkit Tersebar (PT), Relai Jarak, dan Koordinasi Proteksi.
Title Study of the Application of Distance Alexander Ronaldo
Putra Sijabat
Relays on Distribution Networks That
Have Distributed Generation Using
Digsilent Powerfactory
Faculty of Engineering
Andalas University
Abstract
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan judul “ Studi Penggunaan Relai Jarak pada Jaringan
Distribusi yang Memiliki Pembangkit Tersebar dengan Menggunakan
Digsilent Powerfactory”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
Laporan Kerja Praktek ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan
mendukung setiap langkah yang penulis tempuh dalam pendidikan.
2. Bapak Ariadi Hazmi, Dr. Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro yang
telah memberi perizinan kerja praktek.
3. Ibuk Dr. Adrianti selaku pembimbing Tugas Akhir ini yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan curahan ilmu,
arahan, mendidik dan membagi ilmu serta memberi saran kepada penulis
selama pelaksanaan dan penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak-bapak dosen penguji dalam seminar dan sidang tugas akhir ini.
Terimakasih atas kritik dan sarannya, sehingga penulis mampu membuat
tugas akhir ini menjadi lebih baik
5. Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan dan karyawati Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas atas kerja sama dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
6. Rekan-rekan Asisten Laboratorium Sistem Tenaga dan Distribusi Elektrik
(STDE).
7. Seluruh rekan-rekan Teknik Elektro yang banyak membantu dan
memotivasi penulis.
8. Dan pada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari
i
pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga laporan ini bisa berguna
bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.
Padang, Juli 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3.2 Single line diagram jaringan distribusi dalam kondisi grid terhubung .................. 19
iii
4.1 Data Penelitian ....................................................................................................... 22
4.3.4 Pengujian Skenario 4 (Grid Terputus dengan Impedansi Gangguan 0.02 Ohm)
..................................................................................................................................
49
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perbandingan arus gangguan grid terhubung dan grid terputus
(Island) ........................................................................................................... 1
Gambar 2.1 Rangkaian hubung singkat tiga fasa ......................................................... 5
Gambar 2.2 Rangkaian hubung singkat antar fasa (gangguan di fasa a) ............... 6
Gambar 2.3 Gangguan 3 fasa melalui impedansi ......................................................... 7
Gambar 2.4 Gangguan antar fasa melalui impedansi .................................................. 8
Gambar 2.5 Karakteristik relai impedansi dengan diagram R-X ............................. 12
Gambar 2.6 Karakteristik relai jarak Mho ...................................................................... 12
Gambar 2.7 Karakteristik impedansi................................................................................ 12
Gambar 2.8 Karakteristik quadrilateral ........................................................................... 13
Gambar 2.9 Daerah penyetelan relai jarak ..................................................................... 13
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ................................................................................. 18
Gambar 3.2 Single line diagram jaringan distribusi dalam kondisi grid terhubung
19
Gambar 4.1 Single line diagram grid terhubung dan memiliki PT ......................... 22
Gambar 4.2 Simulasi hubung singkat 3 fasa pada titik 40% panjang saluran 1
dihitung dari bus 2 ........................................................................................ 34
Gambar 4.3 Kurva relai jarak 1 (RJ1) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 34
Gambar 4.4 Kurva relai jarak 2 (RJ2) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 35
Gambar 4.5 Kurva relai jarak 3 (RJ3) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 35
Gambar 4.6 Kurva relai jarak 4 (RJ4) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 36
Gambar 4.7 Kurva relai arus lebih 1 (RAL1) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 36
Gambar 4.8 Kurva relai arus lebih 2 (RAL2) untuk gangguan 3 fasa pada titik 40%
panjang saluran 1 dihitung dari bus 2 ..................................................... 37
v
Gambar 4.9 Single line diagram kondisi grid terputus ............................................... 39
Gambar 4.10 Single line diagram kondisi penambahan PT pada bus 5 ................ 43
Gambar 4.11 Kurva relai jarak 1 untuk gangguan 3 fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 51
Gambar 4.12 Kurva relai jarak 2 untuk gangguan 3 fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 51
Gambar 4.13 Kurva relai jarak 4 untuk gangguan 3 fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 52
Gambar 4.14 Kurva relai jarak 1 untuk gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 53
Gambar 4.15 Kurva relai jarak 2 untuk gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 53
Gambar 4.16 Kurva relai jarak 4 untuk gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ............................................................................................ 54
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain perubahan nilai arus karena kondisi grid terhubung dan grid terputus,
penambahan jumlah atau kapasitas PT juga merubah nilai arus. Penambahan jumlah
atau kapasitas PT menaikan nilai arus kondisi normal dan gangguan sebesar
penambahan PT yang dilakukan. Kondisi grid terhubung dan grid terputus, dan
penambahan jumlah atau kapasitas PT menyebabkan nilai arus yang dibaca oleh relai
berubah-ubah. Hal ini akan menyebabkan maloperasi pada relai arus lebih.
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan tiga setting relai arus lebih
yaitu setting pada kondisi grid terhubung, grid terputus, dan penambahan jumlah
atau kapasitas PT. Setiap terjadi perubahan maka setting relai arus lebih perlu
ditinjau ulang. Selain itu diperlukan juga sistem komunikasi untuk
menginstruksikan relai agar bekerja sesuai antara setting dengan kondisi lapangan,
sehingga diperlukan biaya yang lebih banyak lagi untuk mempersiapkan sistem
proteksi dengan relai arus lebih ketika memiliki PT.
2
1.3 Tujuan Penelitian
Bab I Pendahuluan
3
Bab III Metoda Penelitian
Bab V Penutup
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Proteksi Cadangan (Back-Up Protection)
Proteksi cadangan bekerja ketika relai utama gagal mengamankan sistem.
Proteksi ini berada di titik yang lebih jauh dari gangguan, sehingga daerah
yang merasakan efek gangguan menjadi lebih luas. Waktu operasi proteksi
cadangan lebih lama dari pada proteksi utama.
2.2.1 Peralatan Sistem Proteksi
Sistem proteksi terdiri dari alat – alat utama yaitu:
9
2.2.2.2 Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila terjadi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem
yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Suatu sistem proteksi
harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal atau
dapat disebut diskriminatif. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal
tersebut terjadi di dalam atau di luar daerah proteksinya. Dengan demikian, segala
tindakan pengamanan akan tepat dan daerah yang mengalami efek gangguan
menjadi sekecil mungkin.
2.2.2.3 Kecepatan
Sistem proteksi harus memiliki kecepatan yang cukup tinggi sehingga
meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas
operasi. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-batas stabilitas serta ada
gangguan sistem hanya bersifat sementara, maka relai yang semestinya bereaksi
dengan cepat kerjanya juga perlu diperlambat (time delay), seperti yang
ditunjukkan persamaan [6]:
= +
(2.5)
Keterangan :
top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan
tp = waktu bereaksinya unit relai
tcb = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan CB
2.2.2.4 Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal ketika sistem proteksi dapat
selalu bekerja sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal
jika sistem proteksi gagal bekerja pada saat dibutuhkan atau bekerja pada saat
proteksi itu tidak seharusnya bekerja. Keandalan relai dikatakan cukup baik bila
mempunyai harga direntang 90-99 %.
Keandalan dapat di bagi 2 macam, yaitu :
a. Dependability : sistem proteksi harus dapat diandalkan setiap saat.
b. Security : sistem proteksi tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja
saat tidak terjadi gangguan di daerah yang dilindunginya
10
Cara menentukan keandalan sistem proteksi adalah dengan perhitungan seperti
yang dicontohkan berikut ini. Dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 30 kali
dan relai dapat bekerja dengan sempurna sebanyak 28 kali, maka :
Keandalan relai = 2830 100% = 93.3%
2.2.2.5 Ekonomis
Suatu sistem proteksi hendaknya memiki kemampuan proteksi maksimum
dengan harga yang minimum. Sehingga, tetap ekonomis dengan tidak
mengesampingkan fungsi dan syarat-syarat sistem proteksi lainnya.
= (2.6)
Dimana
= Impedansi (Ohm)
= Tegangan pada saat gangguan (Volt)
= Arus gangguan (Ampere)
11
1. Relai jarak jenis impedansi
Karakteristik relai impedansi merupakan suatu lingkaran dengan titik
pusatnya di tengah-tengah. Sehingga mempunyai sifat tidak berarah (non
directional).
12
4. Relai jarak jenis quadrilateral
Karakteristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 macam komponen
yaitu reaktansi, berarah, dan resistif. Dengan setting jangkauan resistif
cukup besar maka karakteristik relai quadrilateral dapat mengantisipasi
gangguan tanah dengan tahanan tinggi.
13
Waktu kerja relai zona 1 adalah seketika ( t = 0 detik ), tidak dilakukan
penyetelan waktu pada zona 1.
2. Zona 2
Zona 2 berfungsi sebagai pengaman cadangan zona 1. Untuk penyetelan
zona 2 berdasarkan
2 = 1,2 12 (2.8)
2 = 12 + 50% 23 (2.9)
Dimana
12 = impedansi saluran pertama
23 = impedansi saluran kedua
Waktu kerja relai jarak pada zona 2 berkisar dari 0,4 sampai 0,8 detik.
3. Zona 3
Zona 3 ini merupakan perlindungan dari semua kesalahan yang mungkin
terjadi dari saluran yang berdekatan pada relai jarak. Zona 3 biasanya
juga digunakan untuk mengamankan peralatan dibelakan relai dengan
setting reserve. Untuk penyetelan zona 3 berdasarkan
Waktu kerja relai jarak pada zona 3 berkisar Antara 1,2 sampai 1,6 detik.
a. Resistansi gangguan
Ketika nilai resistansi gangguan meningkat relai jarak akan sulit untuk
membedakan antara impedansi ganguan (ditambah resistansi) dengan impedansi
beban. Salah satu pengaruh resistansi gangguan terhadap operasi relai jarak adalah
14
perubahan impedansi yang terukur oleh relai ketika terjadi gangguan. Hal ini
dapat menyebabkan relai menjadi underreaching, yaitu gangguan yang
seharusnya terbaca zona 1 relai menjadi terbaca zona 2 atau gangguan dizona 2
relai menjadi terbaca zona 3 relai.
b. Arus infeed
Infeed adalah pengaruh penambahan atau pengurangan arus yang melalui
titik terminal terhadap arus yang melalui relai yang ditinjau. Secara umum infeed
dapat disebabkan oleh adanya pembangkit antara relai dengan titik gangguan atau
dapat juga disebabkan adanya perubahan konfigurasi saluran dari saluran ganda
ke tunggal dan sebaliknya.infeed dapat menyebabkan impedansi yang dibaca relai
menjadi lebih besar dan menjadi lebih kecil.
15
2.5 Digsilent PowerFactory
PowerFactory adalah aplikasi perangkat lunak analisis sistem tenaga
terkemuka yang dapat digunakan dalam menganalisis generator, transmisi,
distribusi dan sistem industri [11]. PowerFactory memiliki berbagai fitur sesuai
dengan perkembangan teknologi saat sekarang ini seperti pembangkit listrik
tenaga angin, pembangkit tersebar, simulasi real-time dan pengujian sistem.
PowerFactory mudah digunakan dan kompatibel dengan windows serta
menggabungkan kapabilitas pemodelan sistem yang andal dan fleksibel dengan
algoritma canggih dan konsep database yang unik. Beberapa fitur dasar yang ada
pada PowerFactory antara lain:
Fitur dasar diatas dapat dikembangkan dengan berbagai fitur tambahan yang
disediakan PowerFactory sesuai kebutuhan. Fitur tambahan pada PowerFactory
antara lain :
1. Contigency Analysis
2. Quasi-Dynamic Simulation
3. Network Reduction
4. Protection Function
5. Arc-Flash Analysis
6. Cable Analysis
7. Power Quality and Harmonic Analysis
8. Conecction Request Assessment
16
9. Transmision Network Tools
10. Outage Planning
11. Probabilistic Analysis
12. Reliability Analysis Functions
13. Optimal Power Flow (OPF)
14. Techno-Economical Analysis
15. State Estimation
16. Stability Analysis Function (RMS)
17. Electromagnetic Transients (EMT)
18. Motor Strating Functions
Pada tugas akhir ini fitur yang digunakan adalah load flow analysis, short-circuit
analysis dan protection function. PowerFactory dirancang untuk memudahkan
dalam perhitungan dan analisa sistem tenaga listrik. Sehingga, dapat melakukan
simulasi jaringan distribusi yang rumit dan menganalisa sistem dengan lebih
mudah. Dengan PowerFactory pengguna dapat bekerja secara langsung dengan
tampilan gambar single line diagram (diagram satu garis).
17
BAB III
METODA PENELITIAN
Mulai
A
Selesai
A
18
3.2 Single line diagram jaringan distribusi dalam kondisi grid terhubung
GI
Bus 1
CB 1 Relai Arus Lebih 2
Bus 2
TI Saluran 1
100 kVA
Bus 3 CB 4 Relai Jarak 2
Bus 7
Penyulang 2 Penyulang 3
Gambar 3. 2 Single line diagram jaringan distribusi dalam kondisi grid terhubung
19
3.3.2 Pemodelan single line diagram sistem distribusi saat grid terhubung,
grid terputus dan penambahan jumlah atau kapasitas PT
menggunakan software DIgSILENT PowerFactory 15.1.
Langkah – langkah yang dilakukan penulis antara lain sebagai berikut:
a. Membuat single line diagram sistem distribusi saat grid terhubung, grid
terputus dan penambahan jumlah atau kapasitas PT menggunakan software
DIgSILENT PowerFactory 15.1
b. Penginputan semua data komponen listrik yang digunakan kedalam single
line diagram.
3.3.3 Simulasi aliran daya untuk kondisi grid terhubung, grid terputus dan
penambahan jumlah atau kapasitas PT
Selanjutnya dilakukan simulasi aliran daya (load flow analysis) untuk
mengetahui keadaan sistem. Hasil aliran daya saat grid terputus digunakan
untuk menentukan beban mana saja yang perlu dilepaskan dan jumlah atau
kapasitas PT yang akan ditambahkan ke saluran distribusi yang sudah ada.
20
3.3.5 Analisis dan Simulasi Relai Jarak
Pada penelitian ini penujian dilakukan 5 skenario untuk melihat kinerja
relai jarak ketika digunakan pada jaringan distribusi yang memiliki pembangkit
tersebar. Pengujian dilakukan dengan memberi gangguan 3 fasa dan antar fasa.
Lokasi gangguan divariasikan pada titik 10%, 40% dan 90% dari panjang saluran,
lokasi ini ditentukan agar dapat melihat kinerja relai jarak pada masing-masing
zona. Setiap skenario dilakukan analisa terhadap kinerja relai jarak, untuk melihat
relai bekerja sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Ketika simulasi dan
analisa semua skenario selesai maka penelitian selesai.
21
BAB IV
Pada bab ini membahas tentang data sistem distribusi, penyetingan relai
jarak dan hasil pengujian koordinasi proteksi pada saat grid terhubung, grid
terputus dan penambahan jumlah atau kapasitas Pembangkit Tersebar (PT) pada
jaringan distribusi yang memiliki PT. Simulasi dilakukan dengan menggunakan
Digsilent PowerFactory 15.1 .
Bus 2
TI Saluran 1
100 kVA
Bus 3 CB 4 Relai Jarak 2
Bus 7
Penyulang 2 Penyulang 3
22
Data Trafo Tenaga di Gardu Induk
Kapasitas : 20 MVA
Tegangan : 150 / 20 kV
Vector Grup : Y-Y
Data Penyulang
Pada single line diagram ini terdapat 4 saluran. Data dari masing-masing
penyulang dan saluran dapat dilihat pada tabel 4.1.
23
Z0 / km 0.5121 + j 0.4649 Ohm
Z1 total 1.9430 + j 1.7645 Ohm
Z2 total 1.9430 + j 1.7645 Ohm
Z0 total 7.7736 + j 7.0580 Ohm
Panjang Saluran 15.180 Km
Ratio CT 50/5 A
24
Impedansi
Z1 / km 0.1280 + j 0.1162 Ohm
Z2 / km 0.1280 + j 0.1162 Ohm
Z0 / km 0.5121 + j 0.4649 Ohm
Z1 total 3.1360 + j 2.8478 Ohm
Z2 total 3.1360 + j 2.8478 Ohm
Z0 total 12.5464 + j 11.3914 Ohm
Panjang Saluran 24.5 Km
Ratio CT 100/5 A
25
4.2 Pemodelan Sistem Proteksi
26
4.2.3 Perhitungan Setting Relai
Relai Jarak 1 ( RJ1 )
Relai jarak 1 menjadi proteksi utama untuk saluran 1 dan memback up relai jarak
3 dalam memproteksi saluran 4 seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Impedansi
saluran 1 dan saluran 4 adalah
12 = 1.31 + 1.19 Ω ( saluran 1 )
23 = 3.14 + 2.85 Ω ( saluran 4 )
27
Relai Jarak 3 (RJ3)
Relai jarak 3 menjadi proteksi utama untuk saluran 4 seperti yang terlihat pada
gambar 4.1. Impedansi saluran 4 adalah
23 = 3.14 + 2.85 Ω
28
Relai Arus Lebih pada PT ( RAL1 )
Relai Arus lebih 1 merupakan relai yang terletak pada PT. Hasil dari simulasi
Digsilent PowerFactory di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
In = 73 A
Ifault = 2098
= 1.1 73 A
= 80.3
5
= 80.3
100
= 4.015
80.3
0.14
0.818
Keterangan:
TMS = td = time dial
Top = Ts = waktu setting
If = arus hubung singkat
Iset = arus setting
Setting Instantaneous Overcurrent
Ifault = 343
=
= 343 5
100
= 17.15
29
t op 0.1s
5
= 9.9
50
= 0.99
9.9
0.14
1.88
Setting Instantaneous Overcurrent
Ifault = 220
=
= 220 5
50
= 22
t op 1.35s
30
Relai Arus Lebih pada saluran 2 ( RAL 4 )
Relai arus lebih 4 digunakan untuk memproteksi saluran 2 seperti yang terlihat
pada gambar 4.1. Hasil dari simulasi Digsilent PowerFactory di dapat hasil aliran
daya dan hubung singkat sebagai berikut:
In = 25 A
Ifault = 4903
= 1.1 25 A
= 2.75
5
= 2.75
50
= 2.75
TMS 0.1
Setting Instantaneous Overcurrent
Ifault = 585
=
= 585 5
50
= 58.5
t op 0.1s
= 1.1 25 A
= 2.75
31
= 2.75
= 2.75 5
50
TMS 0.1
Setting Instantaneous Overcurrent
Ifault = 565
=
= 565 5
50
= 56.5
t op 0.1s
5
= 2.2
50
= 0.22
TMS 0.1
Tabel 4.7 Setting relai jarak jaringan distribusi
Nama Relai Zona 1 Zona 2 Zona 3 Waktu Kerja
Relai Jarak 1 1.42 ∠42.24 3.83∠42.24 7.2 ∠42.24
(RJ1)
Relai Jarak 2 1.42 ∠42.24
(RJ2)
2.136 ∠42.24 - Zona 1 = 0 s
Zona 2 = 0.4 s
Relai Jarak 3 3.392 ∠42.24 5.088 ∠42.24 - Zona 3 = 1.2 s
(RJ3)
Relai Jarak 4 3.392 ∠42.24 5.13 ∠42.24 7.2 ∠42.24
(RJ4)
32
Pada tabel 4.7 merupakan setting untuk keempat relai jarak, dimana relai 2
dan 3 hanya di-setting untuk zona 1 dan zona 2 karena relai 2 dan 3 hanya
memproteksi 1 saluran saja atau tidak memback up relai lain. Waktu kerja relai
juga berbeda tiap zona, zona 3 memiliki waktu kerja yang terbesar yaitu 1.2 s
karena zona ini berfungsi sebagai back up.
Tabel 4.8 Setting relai arus lebih jaringan distribusi
Sekunder Primer Invers Instantaneous
Nama Relai
CT CT Iset (A) TMS Iset T (s)
Relai Arus
5 100 80.3 0.81 342 0.1
Lebih 1 (RAL1)
Relai Arus
5 50 2.2 1.8 220 1.35
Lebih 2 (RAL2)
Relai Arus
5 50 2.2 0,1 - -
Lebih 3 (RAL3)
Relai Arus
5 50 27.5 0,1 585 0.2
Lebih 4 (RAL4)
Relai Arus
5 50 27.5 0,1 565 0.2
Lebih 5 (RAL5)
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa relai dengan nilai TMS paling kecil adalah relai
yang terletak di ujung saluran. Hal ini disebabkan karena pada ujung saluran hal
pertama trip jika ada gangguan. Relai arus lebih ini berkoordinasi dengan relai jarak,
dimana relai arus lebih 1 dan 2 menjadi backup untuk relai jarak. Sedangkan relai
arus lebih 3, 4, dan 5 menjadi proteksi utama penyulang 1, 2, dan 4.
33
antar fasa. Lokasi gangguan divariasikan pada saluran 1, saluran 4, bus 2, bus 3
dan bus 6. Dengan 3 variasi titik gangguan pada saluran yaitu 40%, 10% dan 90%
dari panjang saluran yang mengalami gangguan. Langkah-langkah pengujian 3
fasa pada titik 40% panjang saluran 1 adalah
1. Melakukan simulasi hubung singkat 3 fasa pada titik 40% panjang saluran
dihitung dari bus 2 menggunakan digsilent powerfactory seperti yang dilihatkan
oleh gambar 4.2.
Gambar 4.2 Simulasi hubung singkat 3 fasa pada titik 40% panjang
saluran 1 dihitung dari bus 2
2. Kemudian dilakukan analisa koordinasi relai dengan melihat kurva
karakteristik masing- masing relai. Kurva dari masing-masing relai dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.3 Kurva relai jarak 1 (RJ1) untuk gangguan 3 fasa pada titik
40% panjang saluran 1 dihitung dari bus 2
34
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa gangguan dapat dideteksi oleh RJ1 pada zona satu.
Zona beroperasi dalam waktu seketika.
Gambar 4.4 Kurva relai jarak 2 (RJ2) untuk gangguan 3 fasa pada titik
40% panjang saluran 1 dihitung dari bus 2
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa gangguan dapat dideteksi oleh RJ2 pada zona satu.
Zona beroperasi dalam waktu seketika.
Gambar 4.5 Kurva relai jarak 3 (RJ3) untuk gangguan 3 fasa pada titik
40% panjang saluran 1 dihitung dari bus 2
Dari gambar 4.5 terlihat bahwa gangguan tidak dideteksi oleh RJ3 karena
gangguan yang terjadi berada diluar zona setting RJ3.
35
Gambar 4.6 Kurva relai jarak 4 (RJ4) untuk gangguan 3 fasa pada titik
40% panjang saluran 1 dihitung dari bus 2
Dari gambar 4.6 terlihat bahwa gangguan dapat dideteksi oleh RJ4 pada zona tiga.
Zona beroperasi dalam waktu 1.22 s. RJ4 merupakan proteksi cadangan dari RJ2
sehingga beroperasi lebih lama.
Gambar 4.7 Kurva relai arus lebih 1 (RAL1) untuk gangguan 3 fasa pada
titik 40% panjang saluran 1 dihitung dari bus 2
Dari gambar 4.7 terlihat bahwa gangguan dapat dideteksi oleh RAL1 dengan
waktu kerja 1.375 s. Kurva warna biru merupakan kurva karakteristik relai arus
lebih dan warna merah adalah arus gangguan. RAL1 merupakan proteksi
cadangan dari RJ4 sehingga beroperasi lebih lama.
36
Gambar 4.8 Kurva relai arus lebih 2 (RAL2) untuk gangguan 3 fasa pada
titik 40% panajang saluran 1 dihitung dari bus 2
Dari gambar 4.8 terlihat bahwa gangguan dapat dideteksi oleh RAL2 dengan
waktu kerja 1.374 s. RAL2 merupakan proteksi cadangan dari RJ1 sehingga
beroperasi lebih lama.
Dari semua kurva relai dapat dilihat RAL2 dengan RJ1 dapat berkoordinasi
dengan baik dimana. RAL1, RJ4 dan RJ1 juga dapat berkoordinasi dengan baik. Hal
ini sesuai dengan yang diharapkan. Hasil dari semua variasi gangguan yang dilakukan
pada pengujian sekenario 1 dapat dilihat pada tabel 4.9. Lokasi gangguan saluran 1
dihitung dari bus 2 dan lokasi gangguan saluran 4 dihitung dari bus 3.
Tabel 4.9 Urutan relai yang trip pada kondisi grid terhubung
Lokasi Proteksi Proteksi Proteksi
Gangguan Keterangan
Gangguan Utama Cadangan 1 Cadangan 2
40%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
10%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
90%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
37
3 Fasa 40%
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 4
RJ4 RAL1 Sesuai
10%
3 Fasa RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 4
RJ4 RAL1 Sesuai
90%
3 Fasa RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 4
RJ4 RAL1 Sesuai
40%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
10%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
90%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
10%
Antar fasa RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 4
RJ4 RAL1 Sesuai
90%
Antar fasa RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 4
RJ4 RAL1 Sesuai
38
Antar fasa Bus 3 RJ1 RAL2 Sesuai
RJ4 RAL1 Sesuai
Keterangan :
RJ1 = Relai Jarak 1
RJ2 = Relai Jarak 2
RJ3 = Relai Jarak 3
RJ4 = Relai Jarak 4
RAL1 = Relai Arus Lebih 1
RAL2= Relai Arus Lebih 2
Tabel 4.9 menunjukkan hasil dari pengujian koordinasi berdasarkan urutan
relai yang trip. Proteksi utama adalah relai yang pertama bekerja, sedangkan
proteksi cadangan 1 dan proteksi cadangan 2 adalah back-up ketika proteksi
utama gagal bekerja. Proteksi cadangan 2 memiliki waktu yang lebih lama dari
pada proteksi cadangan 1. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil
yang sesuai dengan yang diharapkan .
4.3.2 Pengujian Skenario 2 (Grid Terputus)
Single line diagram jaringan distribusi dalam kondisi grid terputus dapat
dilihat pada gambar 4.9.
39
GI
Bus 1
CB 1 Relai Arus Lebih 2
( OPEN)
Trafo tenaga GI 20 MVA
Bus 2
TI Saluran 1
100 kVA
Bus 3 CB 4 Relai Jarak 2
Bus 7
Penyulang 2 Penyulang 3
40
Pemadaman ini bertujuan untuk mencegah kegagalan jaringan distribusi secara
keseluruhan. Pelepasan beban ini dilakukan dengan membuka CB3 (bus7) . Hasil
simulasi aliran daya setelah pembukaan CB3(bus7) dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4. 11 Tampilan aliran daya kondisi grid terputus pembukaan
CB1 dan CB3
ID MW Mvar Amp Tegangan
Bus 6 ( Output PT) 2.1 1.1 68 20
Bus 5 0.8 0.5 27 19.7
Bus 4 0.9 0.5 29 19.8
Bus 3 outgoing 1.7 0.5 51 19.9
41
Tabel 4.13 Urutan relai yang trip pada kondisi grid terputus
Lokasi Proteksi Proteksi
Gangguan Keterangan
Gangguan Utama Cadangan 1
40%
3 Fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
10%
3 Fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
90%
3 Fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
10%
Antar fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
90%
Antar fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
42
lebih untuk proteksi PT yang baru. Single line diagram dari penambahan PT ini
dapat dilihat pada gambar 4.10.
GI
Bus 1
CB 1
Relai Arus Lebih 2
Bus 2
CB 2 Relai Arus Lebih 3 CB 3 Relai Jarak 1
TI Saluran 1
100 kVA
Bus 3 CB 4 Relai Jarak 2
Bus 7
Saluran 2 Saluran 3
DG sinkron Saluran 4 DG sinkron
2000 KW 2000 KW
Bus 4
Relai Jarak 4
CB 10 CB 11 Relai Arus CB 8 Relai Arus
Relai J arak 6
Lebih 6 CB 9 Lebih 1
Penyulang 2 Penyulang 3
Pada tabel dapat dilihat nilai daya aktif pada bus 1 negatif hal ini disebabkan
kapasitas pt melebihi kebutuhan beban. PT menyuplai kelebihan daya ke grid,
namun pada penelitian ini tidak membahas hal tersebut karena penelitian ini hanya
43
melihat kinerja relai jarak saja. Setelah selesai simulasi maka dilakukan
perhitungan terhadap setting relai yang ditambahkan pada saluran 3.
Relai Jarak 5
Relai jarak 5 menjadi proteksi utama untuk saluran 3 seperti yang terlihat pada
gambar 4.10. Impedansi saluran 3 adalah
23 = 3.14 + 2.85 Ω
Relai Jarak 6
Relai jarak 6 menjadi proteksi utama untuk saluran 3 dan memback up relai jarak
2 dalam memproteksi saluran 1 seperti yang terlihat pada gambar 4.10. Impedansi
saluran 1 dan saluran 3 adalah
12 = 1.31 + 1.19 Ω ( saluran 1 )
23 = 3.14 + 2.85 Ω ( saluran 3 )
44
Relai Arus Lebih PT Tambahan ( RAL6 )
Relai arus lebih 6 digunakan untuk memproteksi PT tambahan seperti yang
terlihat pada gambar4.4. Hasil dari simulasi Digsilent PowerFactory di dapat hasil
aliran daya dan hubung singkat sebagai berikut:
In = 65 A
Ifault = 2139
= 1.1 65 A
= 71.5
5
= 71.5
100
= 3.575
71.5
0.14
0.85
Setting Instantaneous Overcurrent
Ifault = 343
=
= 343 5
100
= 17.15
t op 0.1s
Setting relai yang lain tetap menggunakan setting pada tabel 4.7 dan tabel
4.8. Kemudian dilakukan pengujian koordinasi sistem proteksi. Pengujian tersebut
bertujuan untuk mengecek, apakah masing-masing relai dapat beroperasi sesuai
yang diharapkan atau tidak setelah penambahan PT. Pada tabel 4.15 dapat dilihat
45
koordinasi antara relai jarak dan relai arus lebih yang terdapat pada single line
diagram gambar 4.10. Variasi gangguan yang diujikan adalah gangguan 3 fasa
dan antar fasa. Lokasi gangguan divariasikan pada saluran 1, saluran 3, saluran 4,
bus 2, bus 3, bus 5 dan bus 6. Dengan 3 variasi titik gangguan pada saluran yaitu
10%, 40%, dan 90% dari panjang saluran yang mengalami gangguan. Lokasi
gangguan saluran 1 dihitung dari bus 2, sedangkan lokasi gangguan saluran 3 dan
saluran 4 dihitung dari bus 3. Pengujian dilakukan menggunakan lahkah-langkah
yang sama dengan pengujian pada skenario 1.
Tabel 4.15 Urutan relai yang trip pada kondisi grid terhubung
setelah penambahan PT
Lokasi Proteksi Proteksi Proteksi
Gangguan Keterangan
Gangguan Utama Cadangan 1 Cadangan 2
40%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
10%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
90%
3 Fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
40%
3 Fasa RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL1 Sesuai
10%
3 Fasa RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL1 Sesuai
90%
3 Fasa RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
46
RAL1 Sesuai
3 Fasa 40%
RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL6 Sesuai
10%
3 Fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL6 Sesuai
90%
3 Fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL6 Sesuai
40%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
10%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
90%
Antar fasa RJ1 RAL2 Sesuai
saluran 1
RJ2 RJ4 RAL1 Sesuai
RJ6 RAL6 Sesuai
47
Antar fasa 40%
RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL1 Sesuai
10%
Antar fasa RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL1 Sesuai
90%
Antar fasa RJ6 RAL6 Sesuai
saluran 3
RJ5 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL1 Sesuai
10%
Antar fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL6 Sesuai
90%
Antar fasa RJ4 RAL1 Sesuai
saluran 4
RJ3 RJ1 RAL2 Sesuai
RAL6 Sesuai
48
Keterangan :
RJ1 = Relai Jarak 1
RJ2 = Relai Jarak 2
RJ3 = Relai Jarak 3
RJ4 = Relai Jarak 4
RJ5 = Relai Jarak 5
RJ6 = Relai Jarak 6
RAL1 = Relai Arus Lebih 1
RAL2= Relai Arus Lebih 2
RAL6 = Relai Arus Lebih 6
Setelah pengujian koordinasi dari masing-masing relai, pada tabel 4.15
dapt dilihat hasil dari pengujian koordinasi berdasarkan urutan relai yang trip.
Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa koordinasi proteksi pada jaringan tidak
terganggu meskipun dilakukan penambahan PT pada bus 5. Setting relai jarak 1,
2, 3 dan 4 hanya menggunakan setting ketika kondisi grid terhubung. Dapat
dilihat dari simulasi yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.
49
Tabel 4.16Urutan relai yang trip pada kondisi grid terputus dengan impedansi
gangguan 0.02 ohm
Lokasi Proteksi Proteksi
Gangguan Keterangan
Gangguan Utama Cadangan 1
Antar fasa
impedansi 40% saluran 4 RJ4 RAL1 Sesuai
gangguan 0.02 ohm
Antar fasa
impedansi 10% saluran 4 RJ4 RAL1 Sesuai
gangguan 0.02 ohm
Antar fasa
impedansi 90% saluran 4 RJ4 RAL1 Sesuai
gangguan 0.02 ohm
Antar fasa
impedansi Bus 3 RJ4 RAL1 Sesuai
gangguan 0.02 ohm
Antar fasa
impedansi Bus 6 RAL1 Sesuai
gangguan 0.02 ohm
Keterangan
RAL1= Relai Arus Lebih 1
RJ4 = Relai Jarak 4
Dari hasil simulasi yang terlihat relai jarak dapat tetap bekerja sesuai dengan
yang diharapkan dan koordinasi antar relai tetap baik meskipun pada kondisi grid
terputus dengan gangguan antar fasa yang memeliki impedansi gangguan 0.02 ohm.
4.3.5 Pengujian Skenario 5 (Grid Terhubung dengan Impedansi Gangguan
2 Ohm)
Pada simulasi ini nilai impedansi gangguan diperbesar dari pada skenario 4
yaitu 2 ohm dengan tujuan membuat arus gangguan menjadi kecil lagi. Pengujian
dilakukan dengan 2 variasi gangguan yaitu 3 fasa dan antar fasa dengan lokasi
gangguan pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1.
1. Gangguan 3 fasa dengan impedansi gangguan 2 ohm
Setelah dilakukan simulasi maka kurva masing-masing relai jarak dapat dilihat
pada gambar dibawah ini
50
Relai jarak 1
Relai jarak 1 merupakan proteksi utama saluran 1. Dari gambar 4.11 dapat
dilihat bahwa ketika relai jarak diberikan gangguan 3 fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1, relai jarak 1
bekerja. Gangguan yang diberikan dirasakan oleh relai pada zona 1 sesuai dengan
yang diharapkan.
Relai jarak 2
Relai jarak 2 merupakan proteksi utama saluran 1. Dari gambar 4.12 dapat
dilihat bahwa ketika relai jarak diberikan gangguan 3 fasa dengan impedansi
51
gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1 (60% panjang
saluran 1 dari relai jarak 2), relai jarak 2 bekerja. Gangguan yang diberikan
dirasakan oleh relai pada zona 1 sesuai dengan yang diharapkan.
Relai jarak 4
Gambar 4.13 Kurva relai jarak 4 untuk gangguan 3 fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1
52
Relai jarak 1
Gambar 4.14 Kurva relai jarak 1 untuk gangguan antar fasa dengan
impedansi gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari
relai jarak 1
Relai jarak 1 merupakan proteksi utama saluran 1. Dari gambar 4.7 dapat
dilihat bahwa ketika relai jarak diberikan gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1, relai jarak 1
bekerja. Namun relai jarak membaca gangguan pada zona 2, seharusnya
berdasarkan setting relai jarak 1 membaca gangguan pada zona 1. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh dari impedansi gangguan yang diberikan.
Gangguan antar fasa dengan impedansi gangguan 2 ohm ini menyebabkan
perubahan impedansi yang dibaca oleh relai jarak dimana nilai impedansi menjadi
lebih besar, sehingga gangguan tidak dibaca oleh zona 1 karena impedansi yang
dibaca relai lebih besar dari setting zona 1 relai.
Relai jarak 2
Gambar 4.15 Kurva relai jarak 2 untuk gangguan antar fasa dengan
impedansi ganggguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari
relai jarak 1
53
Relai jarak 2 merupakan proteksi utama saluran 1. Dari gambar 4.15 dapat
dilihat bahwa ketika relai jarak diberikan gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1 (60% panjang
saluran 1 dari relai jarak 2), relai jarak 2 tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh dari impedansi gangguan yang diberikan. Gangguan antar fasa
dengan impedansi gangguan 2 ohm ini menyebabkan perubahan impedansi yang
dibaca oleh relai jarak dimana nilai impedansi menjadi lebih besar, sehingga relai
tidak bekerja karena nilai impedansi yang dibaca relai lebih besar dari impedansi
setting.
Relai jarak 4
Gambar 4.16 Kurva relai jarak 2 untuk gangguan antar fasa dengan
impedansi gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari
relai jarak 1
Relai jarak 4 merupakan proteksi cadangan relai jarak 2. Dari gambar 4.16
dapat dilihat bahwa ketika relai jarak diberikan gangguan antar fasa dengan
impedansi gangguan 2 ohm pada titik 40% panjang saluran 1 dari relai jarak 1,
relai jarak 4 tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari
impedansi gangguan yang diberikan. Gangguan antar fasa dengan impedansi
gangguan 2 ohm ini menyebabkan perubahan impedansi yang dibaca oleh relai
jarak dimana nilai impedansi menjadi lebih besar, sehingga relai tidak bekerja
karena nilai impedansi yang dibaca relai lebih besar dari impedansi setting.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan dalam tugas akhir ini maka
memproteksi jaringan distribusi, relai jarak hanya sekali setting dan dapat
bekerja pada kondisi grid terhubung, grid terputus dan penambahan PT.
2. Relai jarak yang digunakan dapat berkoordinasi dengan baik dengan relai
arus lebih yang terdapat pada sistem jaringan distribusi. Hal ini ditandai
3. Namun relai jarak tidak bekerja ketika gangguan yang terjadi adalah
5.2 Saran
gangguan antar fasa dengan impedansi gangguan yang besar terhadap relai jarak.
55
DAFTAR PUSTAKA
[3] Mahat, Pukar, Zhe Chen, Birgitte Bak-Jensen, dan Claus Leth Bak,
Adaptive Overcurrent Protection of Distribution Systems With Distributed
Generation, IEE 2011.
[8] Hamdani, Antonius, dan Fikriansyah, Analisa dan Pengaturan Ulang Relai
Jarak pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 KV Keramasan-Bukit
Asam, Mikrotiga, vol 1, no 3, November 2014.
56