0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
B. Hidung dalam
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya. Kavum nasi bagian anterior
disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
a. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae.
b. Septum nasi
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
2
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
Bagian tulang terdiri dari :
a. lamina perpendikularis os etmoid
b. vomer
c. krista nasalis os maksila
d. krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari :
a. kartilago septum ( lamina kuadrangularis )
b. kolumela
c. Kavum nasi
1. Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horisontal os palatum.
2. Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus
frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian
besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-
filamen n. Olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan
kranial konka superior.
3. Dinding lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os
maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior,
lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.
4. Konka
Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil
ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut
konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin
etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian
dari labirin etmoid.
3
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
5. Meatus nasi
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit
yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior
dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus
inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak
diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Disini terdapat
muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Pada meatus
superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media
terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
6. Nares
Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan
nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum.
Tiap nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis
palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis
os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus. (Ballenger JJ,1994)
7. Dinding medial
Dinding medial hidung adalah septum nasi.
Pendarahan Hidung
Pendarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari 3 sumber utama:
1. a. etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian superior anterior dan
dinding lateral hidung.
2. a. etmoidalis posterior ( cabang dari a. oftalmika ), mendarahi septum bagian
superior posterior.
3. a. sfenopalatina, terbagi menjadi a. nasales posterolateral yang menuju ke
dinding lateral hidung dan a. septi posterior yang menyebar pada septum
nasi.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris
interna, diantaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. Sfenopalatina yang keluar
dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung
di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat
pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian depan septum terdapat
anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis
4
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach ( Little’s area )
yang letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi
sumber epistaksis. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke vena oftalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus.
Persarafan hidung
1. Saraf motorik oleh cabang n. fasialis yang mensarafi otot-otot hidung bagian
luar.
2. Saraf sensoris.
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior, merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari
n. oftalmika (N.V-1). Rongga hidung lainnya , sebagian besar mendapat
persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatina.
3. Saraf otonom.
Terdapat 2 macam saraf otonom yaitu :
a. Saraf post ganglion saraf simpatis ( Adrenergik ).
Saraf simpatis meninggalkan korda spinalis setinggi T1 – 3, berjalan ke
atas dan mengadakan sinapsis pada ganglion servikalis superior. Serabut
post sinapsis berjalan sepanjang pleksus karotikus dan kemudian sebagai
n. petrosus profundus bergabung dengan serabut saraf parasimpatis yaitu
n. petrosus superfisialis mayor membentuk n. vidianus yang berjalan
didalam kanalis pterigoideus. Saraf ini tidak mengadakan sinapsis
didalam ganglion sfenopalatina, dan kemudian diteruskan oleh cabang
palatina mayor ke pembuluh darah pada mukosa hidung. Saraf simpatis
secara dominan mempunyai peranan penting terhadap sistem vaskuler
hidung dan sangat sedikit mempengaruhi kelenjar.
b. Serabut saraf preganglion parasimpatis ( kolinergik ).
Berasal dari ganglion genikulatum dan pusatnya adalah di nukleus
salivatorius superior di medula oblongata. Sebagai n. pterosus
superfisialis mayor berjalan menuju ganglion sfenopalatina dan
mengadakan sinapsis didalam ganglion tersebut. Serabut-serabut post
ganglion menyebar menuju mukosa hidung. Peranan saraf parasimpatis
5
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
ini terutama terhadap jaringan kelenjar yang menyebabkan sekresi hidung
yang encer dan vasodilatasi jaringan erektil. Pemotongan n. vidianus akan
menghilangkan impuls sekretomotorik / parasimpatis pada mukosa
hidung, sehingga rinore akan berkurang sedangkan sensasi hidung tidak
akan terganggu.
4. Olfaktorius ( penciuman )
Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu
pada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung.
Fisiologi hidung
Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka
fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah : 1) fungsi respirasi untuk
mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal ; 2)
fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu ; 3) fungsi fonetik yang berguna
untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara
sendiri melalui konduksi tulang ; 4) fungsi statistik dan mekanik untuk
meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5)
refleks nasal. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)
B. TELINGA
Telinga merupakan salah satu pancaindra yang berfungsi sebagai alat
pendengaran dan keseimbangan yang letaknya berada di lateral kepala. Masing-
masing telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam (Wibowo dan Paryana, 2007).
1. Telinga luar
Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula/pinna),
liang telinga (meatus acusticus externus) sampai gendang telinga (membrana
tympanica) bagian luar. Telinga luar terletak pada pars tympanica ossis
6
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
temporalis dan pada bagian belakang berbatasan dengan processus
mastoideus (Wibowo dan Paryana, 2007).
2. Telinga tengah
Telinga tengah (auris media) berada di sebelah dalam gendang telinga
sekitar 3-6 mm. Atap rongga telinga tengah adalah tegmen tympani dari pars
petrosa ossis temporalis yang berbatasan dengan cavitas cranii. Dinding
lateral telinga tengah berbatasan dengan gendang telinga beserta tulang di
sebelah atas dan bawahnya. Dinding depannya berbatasan dengan canalis
caroticus yang di dalamnya terdapat arteri karotis interna. Dinding medial
7
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
telinga tengah ini berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam yang
terlihat menonjol karena terdapat prominentia canalis facialis di bagian
posterior atas. Telinga tengah ini juga secara langsung berhubungan dengan
nasofaring yaitu melalui tuba eustachius (Wibowo dan Paryana, 2007).
3. Telinga dalam
Telinga dalam dibatasi oleh tulang temporal (pars petrosa) (Wibowo
dan Paryana, 2007). Telinga dalam terdiri dari koklea dan aparatus
vestibularis yang memiliki dua fungsi sensorik yang berbeda. Koklea
berfungsi sebagai sistem pendengaran karena mengandung reseptor untuk
mengubah suara yang masuk menjadi impuls saraf sehingga dapat didengar.
Aparatus vestibularis berfungsi sebagai sistem keseimbangan yang terdiri dari
tiga buah canalis semisirkularis, dan organ otolit yaitu sacculus dan utriculus
(Sherwood, 2011).
8
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
Koklea (rumah siput) berbentuk dua setengah lingkaran. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala vestibuli (sebelah
atas) dan skala timpani (sebelah bawah). Diantara skala vestibuli dan skala
timpani terdapat skala media (duktus koklearis) (Sherwood L., 2001). Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l dan
Na+ 139 mEq/l, sedangkan skala media berisi endolimfa dengan konsentrasi K+
144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut membrana vestibularis (Reissner’s Membrane) sedangkan dasar
skala media adalah membrana basilaris. Pada membran ini terletak organ corti
yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi 3000
sel dan tiga baris sel rambut luar yang berisi 12000 sel. Ujung saraf aferen dan
eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut
terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung
datar, dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong
oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus (Lee KJ,
2008).
9
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
10
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris
vestibularis dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa)
terletak didasar dari meatus akustikus internus.
Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis
corti terletak di modiolus (Santi PA,1993; Wright A, 1997; Mills JH et al,1998).
11
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
Organ corti menumpang pada membrana basilaris, sehingga sel-sel rambut juga
bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris bergetar. Rambut-rambut tersebut
akan membengkok ke depan dan ke belakang sewaktu membrana basilaris
menggeser posisinya pada membran tektorial sehingga menyebabkan saluran-
saluran ion gerbang-mekanis terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini
mengakibatkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, yang menimbulkan
perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga terjadi perubahan
pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Gelombang suara
diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dipersepsikan otak sebagai sensasi suara
(Sherwood L., 2001).
C. FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian
anterior kolum vertebra (Arjun S Joshi, 2011).
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus
setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung
melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring
dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring
pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding
faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput
lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring) (Arjun
S Joshi, 2011). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket)
dan otot (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
12
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
13
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior
ialah vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah
valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh
ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral
pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab
pada beberapa orang, kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di
situ. Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini
berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar,
meskipun kadang – kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap
sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi
demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi
glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus
tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus (Rusmarjono dan
Bambang Hermani, 2007).
Vaskularisasi
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang
utama berasal daricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna
yakni cabang palatine superior.
Persarafan
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring
yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari
n.glosofaringeus dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut
motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring
kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glossofaringeus.
Fisiologi Tenggorokan
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi
suara dan untuk artikulasi.8
14
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
a. Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan
dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui
faring dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara
involunter. Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan
pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus
ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring
intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi.
Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan
kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor
faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika
otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus
berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan
melalui esofagus dan masuk ke lambung.9
b. Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot
palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole
kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan
melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian
m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada
gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke
atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini
diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang
terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil
gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif
m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada
waktu bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada
periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul
dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.
15
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
DAFTAR PUSTAKA
16